iii. metodologi penelitiandigilib.unila.ac.id/20256/5/iii.pdf · iii. metodologi penelitian 3.1....
TRANSCRIPT
41
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Berdasarkan tema dari penelitian ini yaitu implementasi teknik puzzle
pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan vocabulary siswa SMA, maka
metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan (PT) atau action research method. Secara garis besar PT mempunyai
tujuan yang sama dengan metode penelitian yang lain yaitu untuk memahami
sesuatu. Secara khusus PT merupakan penelitian yang menggabungkan tindakan
dan prosedur ilmiah dalam rangka memahami dan mengalami proses perbaikan
dalam proses belajar mengajar pada suatu kelas. Di sisi lain, tujuan PT adalah
memperbaiki pengetahuan dan bukan menghasilkan pengetahuan dalam hal proses
belajar mengajar. Dengan kata lain usaha-usaha untuk menemukan pengetahuan
baru dalam bidang pembelajaran tidak terlalu ditekankan dalam PT. Apabila
terdapat pengetahuan baru yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang
dihasilkan dari sebuah PT, maka hal tersebut adalah suatu keuntungan yang
merupakan sisi lain dari sebuah aplikasi PT.
42
3.2. Rancangan Penelitian
Pelaksanan penelitian tindakan dilaksanakan dalam serangkaian siklus pada
Semester I tahun pelajaran 2008/2009. Tiap siklus akan dilakukan revisi sesuai
dengan perubahan tujuan yang ingin dicapai. Setelah 3 kali pertemuan akan
dilakukan test untuk mengetahui penguasaan vocabulary siswa. Selain itu juga
dilakukan refleksi oleh pembelajar dan guru Bahasa Inggris sebagai kolaborator.
Penelitian dilakukan dengan beberapa siklus berdaur yang mengadopsi rancangan
Model Lewins dan McNiff (1995), seperti tampak pada gambar berikut:
Identifikasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Masalah
Observasi I
Kajian Teori dan
Temuan Lapangan
Refleksi, perbaikan, dan rencana pelaksanaan
tindakan kedua
Rencana Tindakan
(Tentative) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
1. Siklus I
Penerapan crosswoord puzzle,
dengan bentuk soal teka-teki, Observasi II
melengkapi kalimat rumpang
dan gambar
2. Siklus II Refleksi, perbaikan, dan rencana pelaksanaan
Penerapan crosswoord puzzle, tindakan ketiga
hidden word puzzle dengan
bentuk gambar
soal pertanyaan atau teka-teki dan Pelaksanaan Tindakan Siklus III
soal melengkapi kalimat rumpang.
3. Siklus III
Penerapan crosswoord puzzle, Dan seterusnya
hidden word puzzle, dan word
dictionary puzzle dengan bentuk
soal pertanyaan atau teka-teki,
soal melengkapi kalimat rumpang,
dan soal gambar.
PENINGKATAN VOCABULARY BAHASA INGGRIS MEMALUI IMPLEMENTASI TEKNIK
PUZZLE PADA SISWA KELAS X SMAN 5 BANDAR LAMPUNG
Model Lewins dan McNiff (1995)
43
Gambar 3.1. Tahap Operasional Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam tiap siklus tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi untuk mendapatkan informasi awal mengenai keadaan
sekolah secara umum, keadaan guru, siswa, jadwal pembelajaran, kegiatan
pembelajaran dan masalah-masalah yang menyebabkan kurangnya
penguasaan vocabulary. Berdasarkan temuan yang ada bersama kolaborator
dicarikan solusinya yang kemudian disusun pada perencanaan.
2. Rencana tindakan yaitu persiapan-persiapan yang dibuat antara peneliti
dengan kolaborator untuk melaksanakan pembelajaran. Perancanaan ini
disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan
yang diajukan. Langkah yang akan dilakukan perlu direncanakan secara rinci
dan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi sehingga benar-benar dapat
dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Pada siklus I pembelajaran
direncanakan menggunakan quick crossword puzzle dengan bentuk pertanyaan
atau teka-teki., melengkapi kalimat rumpang dan gambar. Kemudian pada
siklus II pembelajaran direncanakan menggunakan quick crossword puzzle
dan hidden word puzzle dengan bentuk soal teka-teki, melengkapi kalimat
rumpang dan gambar. Pada siklus III pembelajaran direncanakan
menggunakan quik crossword puzzle, hidden word puzzle, dan word
dictionary puzzle dengan bentuk soal gambar, melengkapi kalimat rumpang
dan teka-teki.
3. Pelaksanaan tindakan, yaitu guru Bahasa Inggris atau kolaborator mengadakan
pembelajaran dengan setting sesuai desain pembelajaran yang disusun peneliti
44
yang direncanakan sebelumnya. Tindakan yang dilakukan didasarkan pada
kajian teoritik dan empiris sehingga implementasi teknik puzzle dapat
meningkatkan vocabulary siswa secara optimal. Peneliti bertindak sebagai
pembelajar sehingga dapat mengetahui penguasaan konsep siswa dalam
pembelajaran puzzle.
4. Observasi yaitu suatu kegiatan di mana pengamatan atau observasi dilakukan
bersama-sama dengan teman sejawat, dalam hal ini peneliti dibantu oleh satu
orang guru mitra sebagai kolaborator dan peneliti juga yang menjalankan
pembelajaran. Pengamatan dilaksanakan selama pelaksanaan proses
pembelajaran berlangsung yang sudah dijadwalkan untuk setiap siklus. Dalam
melakukan observasi ini menggunakan lembar observasi untuk mengamati
aktivitas belajar siswa dan test untuk mendapatkan data mengenai penguasaan
vocabulary siswa.
5. Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interprestasi, dan eksplanasi
(penjelasan) terhadap informasi yang diperoleh selama proses tindakan. Setiap
informasi yang didapat dikaji dan dipahami bersama (guru dan kolaborator).
Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitannya antara yang satu
dengan yang lain, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan
dengan teori tertentu, baru dapat ditarik kesimpulan. Catatan yang baik akan
dipertahankan atau ditingkatkan, sedangkan catatan yang kurang baik (negatif)
akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan perbaikan pada
siklus berikutnya, sehingga akan mencapai target yang diharapkan. Pada tahap
ini analisa dilakukan dengan cara membandingkan prestasi yang telah dicapai
45
siswa dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan (indikator
keberhasilan).
3.3. Lokasi dan Setting Penelitian
3.3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMAN 5 Bandar Lampung. Alasan dipilihnya
lokasi ini adalah karena SMA ini merupakan SMA yang karakteristiknya dapat
dianggap mewakili karakteristik rata-rata SMA di Indonesia. Alasan lainnya
adalah karena peneliti sendiri adalah tenaga pengajar dalam mata pelajaran
Bahasa Inggris di SMAN 5 Bandar Lampung. Familiaritas dan penguasaan medan
dari peneliti diharapkan dapat memperlancar proses pelaksanaan penelitian.
3.3.2. Subjek Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah pada BAB I, subjek penelitian ini adalah siswa
kelas X-7 dan X-8 SMAN 5 Bandar Lampung. Dipilihnya kelas ini karena kelas X
merupakan kelas awal dan latar belakang siswa yang heterogen sehingga data
yang diambil dianggap lebih objektif bila dibandingkan dengan data yang diambil
dari kelas XI atau kelas XII.
46
3.3.3. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatnya rata-rata penguasaan konsep siswa dari siklus ke siklus
2. Meningkatnya rata-rata aktivitas siswa dari siklus ke siklus
3.3.4. Peran dan Posisi Peneliti
Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai guru Bahasa Inggris juga
observer dan di bantu oleh satu orang mitra guru Bahasa Inggris kelas X. Guru
mitra akan membantu pembelajaran berlangsung, baik dari segi kemajuan maupun
kekurangan yang terjadi.
3.4. Tahapan Tindakan
3.4.1. Perencanaan
Dalam penelitian ini perencanaan tindakan dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan observasi untuk mendapat informasi awal mengenai keadaan
sekolah secara umum, keadaan siswa, jadwal pembelajaran, kegiatan
pembelajaran dan masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya aktivitas
pada pembelajaran vocabulary.
b. Menetapkan subyek penelitian.
c. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran
d. Merancang media pembelajaran puzzle
47
e. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi pembelajaran ketika
tindakan dilaksanakan.
f. Mendesain alat pengumpul data (test) untuk melihat penguasaan konsep siswa
terhadap pembelajaran vocabulary.
f. Menyusun lembar angket untuk mengukur aktivitas siswa terhadap
pembelajaran vocabulary.
3.4.2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian penggunaan permainan puzzle dalam pembelajaran Bahasa
Inggris untuk memperbaiki pembelajaran vocabulary siswa SMA ini akan
dilaksanakan sebagai PTK dalam 3 (tiga) siklus pada semester I tahun pelajaran
2009/2010. Pada tiap siklus akan dilakukan revisi sesuai dengan perubahan atau
tujuan yang ingin dicapai. Setelah salah satu rangkaian pemberian materi, akan
dilakukan test untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang
telah diberikan. Adapun siklus dari penelitian ini secara rinci adalah sebagai
berikut:
a. Siklus Pertama
Siklus pertama dilakukan dengan pre-test terlebih dahulu untuk mengetahui
penguasaan vocabulary sebelum dilaksanakan pembelajaran puzzle. Setelah itu
dilaksanakan proses pembelajaran crosswoord puzzle dengan bentuk soal
pertanyaan atau teka-teki, melengkapi kalimat rumpang dan soal gambar (lihat
lampiran hal. L – 3). Setelah selesai guru beserta siswa mencocokkan jawaban
48
bersama-sama. Setelah 4 kali pertemuan diadakan post-test penguasaan
vocabulary secara tertulis selama 15 menit. Selanjutnya, hasil test penguasaan
vocabulary diumumkan pada pertemuan minggu berikutnya untuk memberikan
informasi kepada siswa mengenai penguasaan vocabularynya. Selama proses
pembelajaran vocabulary dan pengetesan penguasaan vocabulary, peneliti dan
kolaborator melakukan pengamatan dan melaksanakan diskusi mengenai aktivitas
dan hasil aktivitas siswa. Pada akhir siklus ini dilakukan suatu kegiatan refleksi
dari peneliti dan kolaborator dalam rangka mengevaluasi proses pembelajaran
yang telah berlangsung. Hasil kegiatan ini kemudian akan dijadikan sebagai bahan
acuan untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan berikutnya.
Kegiatan siklus pertama ini akan berlansung selama 4 minggu. Semua hasil test
pada siklus pertama akan dirata-rata untuk menentukan level penguasaan
vocabulary para siswa pada sisklus pertama.
b. Siklus Kedua
Siklus kedua dilakukan dengan menerapkan crosswoord puzzle dan hidden word
puzzle, dengan bentuk soal pertanyaan atau teka-teki, bentuk soal melengkapi
kalimat rumpang dan soal gambar ( lihat lampiran hal. L – 7). Setelah selesai guru
beserta siswa mencocokkan jawaban bersama-sama. Setelah 4 kali pertemuan
diadakan pos-test penguasaan vocabulary secara tertulis selama 15 menit.
Selanjutnya, hasil test penguasaan vocabulary diumumkan pada pertemuan
minggu berikutnya untuk memberikan informasi kepada siswa mengenai
penguasaan vocabulary berdasarkan vocabulary yang dipelajarinya. Selama
49
proses pembelajaran puzzle, peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan dan
melaksanakan diskusi mengenai aktivitas dan hasil aktivitas siswa. Pada akhir
siklus ini dilakukan suatu kegiatan refleksi dari peneliti dan kolaborator dalam
rangka mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil kegiatan
ini kemudian akan dijadikan sebagai bahan acuan untuk menentukan rencana
tindakan yang akan dilakukan berikutnya.
c. Siklus Ketiga
Siklus ketiga dilakukan dengan dengan menerapkan crosswoord puzzle, hidden
word, dan word dictionary puzzle dalam bentuk soal pertanyaan atau teka-teki,
bentuk soal melengkapi kalimat rumpang, dan bentuk soal gambar (lihat lampiran
hal. L – 11). Pada siklus ini, peneliti ingin mengetahui apakah pengajaran
vocabulary dengan alokasi waktu dominan untuk aplikasi puzzle akan
memberikan hasil yang berbeda dengan hasil yang diberikan pada siklus
sebelumnya. Pos-test akhir secara tertulis diberikan pada akhir siklus setelah 4
kali pertemuan. Seperti pada siklus-siklus sebelumnya, pada akhir siklus ini
dilakukan suatu kegiatan refleksi dari peneliti kolaborator dalam rangka
mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Variasi puzzle yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosswoord puzzle,
hidden word puzzle, dan word dictionary puzzle dengan alasan bahwa ketiga jenis
puzzle ini adalah jenis yang bersifat flesksibel, yaitu soalnya dapat disesuaikan
50
menurut tingkat atau level pengajaran Bahasa Inggris seperti level TK sampai
dengan level universitas (ELP, 2008).
3.5. Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Observasi ini dilaksanakan selain untuk
melihat efektivitas media pembelajaran juga mengukur aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran. Sedangkan evaluasi dilaksanakan menggunakan lembar
test untuk menghimpun data mengenai penguasaan konsep terhadap materi
pembelajaran yang disampaikan guru.
3.6. Refleksi
Mengacu pada data observasi dan evaluasi, selanjutnya dilakukan analisis data.
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil pre-test dan pos-test
penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran disetiap siklus dengan
indikator yang telah di tetapkan sebelumnya.
Data yang terhimpun, akan dijadikan acuan untuk merefleksi apakah proses
pembelajaran puzzle sesuai dengan konsep yang ada dalam skenario pembelajaran
yang dibuat sebelumnya. Semua temuan yang ada tersebut kemudian menjadi
pijakan untuk menentukan langkah-langkah pada siklus-siklus berikutnya.
51
3.7. Definisi Konseptual dan Operasional
3.7.1. Aktivitas Siswa
a. Definisi Konseptual
Aktivitas siswa dalam pembelajara vocabulary adalah kegiatan yang dilakukan
siswa baik secara individu maupun berkelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan
b. Definisi Operasional
Aktivitas dalam pembelajaran yaitu kegiatan siswa selama pembelajaran
berlangsung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Aktivitas ini akan
dianalisis dengan menggunakan lembar observasi yang mencakup beberapa
komponen, antara lain:
1. memperhatikan
2. mengajukan pertanyaan
3. mengemukakan pendapat
4. menjawab pertanyaan
5. mencatat/resume
6. mengerjakan latihan.
52
3.7.2. Pembelajaran Puzzle
a. Definisi konseptual
Pembelajaran vocabulary dengan menggunakan puzzle berhubunhan erat
dengan ketrampilan dan kemampuan guru dalam mengemas penggunaan
media puzzle dengan baik mulai merencanakan, menggunakan/implementasi
dan mengevaluasi penggunaan puzzle. Menurut Munandar (1999:115)
berpendapat bahwa ”lingkungan sekolah berperan dalam mengembangkan
kreatifitas anak”. Hal ini dapat dilakukakan apabila guru juga kreatif untuk
mengembangkan kegiatan belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang bisa
memupuk kreatifitas murid adalah mengadakan permainan, antara lain puzzle.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran vocabulary harus dilengkapi
dengan kompetensi guru dalam menggunakan media puzzle dari mulai
merencanakan, menggunakan, dan mengevaluasi, sehingga diharapkan akan
terjadi perubahan positif terutama meningkatkan hasil belajar vocabulary.
b. Definisi Operasional
Secara operasional pembelajaran puzzle dalam penguasaan kosakata adalah
skor yang diperoleh siswa SMAN 5 Bandar Lampung setelah diukur tingkat
penguasaan kosakata Bahasa Inggrisnya melalui pre-test dan pos-test. Dan
53
hasil testnya adalah berupa skor. Setiap soal yang dijawab benar akan diberi
nilai.
3.8. Instrumen Penelitian
Sebagaimana sifat dari prnrlitian tindakan lebih menekankan pada kekuatan
observasi, maka teknik pokok dalam pengumpulan data penelitian tindakan adalah
observasi. Yaitu upaya untuk mencermati situasi perilaku yang ada dalam situasi
tersebut secara utuh. Namun, untuk menghindari hello efek dari proses observasi,
maka digunakan pula teknik wawancara.
Teknik observasi digunakan untuk mengamati proses implikasi penggunaaan
Puzzles dalam pembelajaran Vocabulary. Jadi yang diobservasi adalah proses
pembelajaran untuk memperoleh data dari implementasi Puzzles yang dilakukan
oleh guru. Data yang diharapkan dari kegiatan observasi adalah langkah-langkah
yang dilakukan guru dalam implementasi Puzzles dan faktor-faktor apa yang
menghambat. Di samping itu untk mengamati kemampuan guru dalam
mengimplementasi Puzzles. Selain itu Observasi ini dilakukan untuk mengamati
kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa selama penelitian sebagai upaya untuk
mengetahui kesesuiaan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Data
aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan tanda.
Sedangkan teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data khususnya
tentang pandangan guru terhadap implementasi Puzzles serta kesulitan-kesulitan
54
yang dihadapi dalam pelaksanaannya dan digunakan untuk mengumpulkan data
dari berbagai literatur, baik berkenaan dengan Puzzlez maupun tentang
pembelajaran Vocabulary dan dijadikan bahan pengecekkan terhadap data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi.
Catatan lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif. Catatan
lapangan ini dapat berupa catatan perilaku siswa dan permasalahan yang dapat
dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya atau
sebagai masukan terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
3.9. Instrumen Kreativitas
Penelitian ini menggunakan instrumen dan lembar observasi. Untuk mengukur
tingkat kreativitas siswa pada proses merancang benda kerja menggunakan lembar
penilaian kriteria kreativitas.
3.10. Validitas dan Reliabilitas
3.10.1. Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan
reliable. Menurut Arikunto (2003) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sedangkan instrumen yang
55
kurang valid berarti memilki validitas rendah. Pengujian validitas instrumen
dilakukan dengan teknik content validity, face validity, dan analisis butir.
Adapun langkahnya, pertama adalah dengan merujuk pada teori-teori yang sudah
dibahas dalam kajian teori/pustaka. Hal ini merupkan pembatas tentang apa yang
akan diukur sehingga melahirkan butir-butir pernyatan yang sesuai dengan
informasi atau data yang diperlukan (content validity). Langkah selanjutnya
dilakukan dengan meminta pertimbangan kepada dosen pembimbing mengenai
instrumen yang telah dibuat. Instrumen ini kemudian diperbaiki dan
dikembangkan sesuai dengan masukkan-masukkan yang diperoleh (face validity).
Instrumen yang telah diperbaiki berdasarkan masukan dari dosen pembimbing,
selanjutnya diujikan kepada 80 orang siswa. Untuk mengetahui apakah suatu alat
ukur mempunyai validitas secara empirik adalah dengan mengkorelasikan skor
yang diperoleh pada setiap butir dengan skor total. Apabila skor semua
pernyataan yang disusun berdasarkan konsep berkorelasi positif dengan skor total
maka dapat dikatakan bahwa alai ukur tersebut valid. Validitas semacam ini
disebut validitas butir.
Untuk mengetahui validitas butir item dalam penelitian ini menggunakan rumus
korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut (Arikunto, 2003)
N
YY
N
XX
N
YXXY
rxy2
22
2 )()(
))((
56
Di mana:
rxy = koefisien korelasi
∑X = jumlah skor item
∑Y = jumlah skor total
N = jumlah sampel
Selanjutnya validitas suatu test/instrumen ditandai dengan kriteria sebagai berikut:
Indeks 0,000 sampai 0,200 berarti validitas butir soal sangat rendah
Indeks 0,201 sampai 0,400 berarti validitas butir soal rendah
Indeks 0,401 sampai 0,600 berarti validitas butir soal cukup
Indeks 0,601 sampai 0,800 berarti validitas butir soal tinggi
Indeks 0,801 sampai 1,000 berarti validitas butir soal sangat tinggi (Arikunto,
2003)
3.10.2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas atau tingkat keaajegan adalah kemampuan instrumen penelitian untuk
mengumpulkan data secara tetap. Instrumen yangmempunyai tingkai reliabiliatas
tinggi cendrung menghasilkan data yang sama walaupun dilakukan pada waktu
yang ber beda. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan rumus K-
R.20 dan perhitungan dilakukan secara manual.
57
211
)(1
1tkSD
mkm
k
kr
Di mana:
r11 = koefisien reliabilitas
k = jumlah butir soal
m = mean (rata-rata skor)
SDt2 = varian skor total
3.10.3. Pengujian Taraf Kesukaran
Suatu test dikatakan baik jika test tersebut tidak terlalu midah atau terlalu sukar.
Untuk menentukan tingkat kesukaran test dalam penelitian digunakan rumus:
P = B/JS
Di mana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa
Sedangkan untuk menentukan indeks kesukaran diklasifikasikan dengan kriteria
berikut:
Soal dengan P 0,30 sampai 1,00 klasifikasi soal sukar
Soal dengan P 0,70 sampai 1,30 klasifikasi soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 klasifikasi soal mudah
58
3.10.4. Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah
(bodoh). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi yang disingkat D. Daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00.
Jika soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai maupun yang bodoh,
maka soal tersebut tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Sebaliknya
jika soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai maupun
bodoh, maka soal itu juga tidak baik karena mempunyai daya pembeda. Soal yang
baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang pandai saja.
Dalam penelitian siswa yang mengikuti test dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok dengan jumlah perbandingan sama
yaitu 16 siswa. Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal dengan benar dan
kelompok bawah menjawab soal salah maka soal tersebut mempunyai daya beda
tinggi yaitu 1,00. Sedangkan jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi
semua kelompok bawah menjawab benar maka daya bedanya – 100, tetapi jika
siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau
sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai daya pembeda atau
D = 0,00 atau tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.
59
Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus:
D= BA/JA - BB/JB = PA - PB
Di mana:
D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah
Sedangkan untuk menentukan katagoridaya beda digunakan klasifikasi berikut:
- 0,00 sampai 0,20 = D jelek
- 0,20 sampai 0,40 = D cukup
- 0,40 sampai 0,70 = D baik
- 0,70 sampai 1,00 = D baik sekali
(Arikunto, 2005:207).
60
3.10.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data pada penelitian ini dianalisa melalui dua tahap:
a. Data Kuantitatif
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan test tertulis (pre-test dan pos-
test). Untuk mengetahui apakah siswa mengalami perubahan atau tidak setelah
diterapkan teknik puzzle, maka rumus yang digunakan adalah:
I = M2 – M1
Di mana:
I = Penambahan kemampuan siswa
M2 = nilai rata-rata dari pos-test
MI = nilai rata-rata dari pre-test
Test tertulis juga digunakan untuk mengetahui penguasaan kosakata yang dimiliki
siswa. Setelah berhasil menghimpun data langkah berikutnya adalah analisa data.
Data kuantitatif dilihat dari rata-rata nilai penguasaan konsep setiap siklus, dengan
menggunakan rumus:
n
XX i
i
Keterangan:
Xi = nilai rata-rata siklus ke i
∑ Xi = jumlah nilai pengusaan konsep siswa pada siklus ke i
n = Jumlah siswa
61
2. Data Kualitatif
Pada penelitian ini data kualitatif menggunakan teknik persentase, Rumus yang
digunakan Menurut Muhammad Ali (1994:184) yaitu:
P = F/N X 100%
Di mana:
P = besarnya presentase
F = jumlah seluruh alternatif jawaban seluruh item
N = jumlah perkalian antara item dengan responden
62
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Interprestasi data merupakan rekaman data dari hasil observasi yang dilakukan
peneliti yang mana nantinya dapat menjadi informasi yang berarti dan bermakna.
Berkenaan dengan fokus penelitian yang dilakukan, Peneliti akan
menginterprestasikan hal-hal sebagai berikut:
3.11. Interprestasi data dan kondisi pembelajaran Vocabulary
Proses belajar mengajar pada prinsipnya merupakan situasi atau kondisi
pengajaran yang mana didalamnya terjadi interaksi antara siswa dan guru. Sebagai
salah satu komponen kurikulum, proses belajar mengajar memiliki peranan yang
sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu proses belajar
mengajar tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Proses belajar mengajar
merupakan proses komunikatif edukatif yang perencanaannya perlu dilakukan
secara cermat dan matang, khususnya dalam prosedur dan kreteria minimum
keberhasilannya. Peranan guru dalam mengorganisasikan kelas pada saat proses
belajar mengajar, memilih, menentukan dan mengaplikasikan model, metode dan
strategi belajar mengajar yang tepat merupakan faktor yang menentukan agar
keberhasilan proses belajar mengajar dapat dicapai.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, para guru mata pelajaran Bahasa Inggris di
SMAN 5 Bandar Lampung telak melaksanakan tahaptahap pengajaran sesuai
ketentuan, yaitu tahap pra-instruksional, instruksional dan tahap evaluasi. Pada
63
tahap pra-instruksional Bahasa Inggris para guru telah mempersiapkan perangkat
KBM yaitu: Analisis Minggu Efektif, Program Tahunan, Program Catur Wulan,
Satuan Pelajaran, Butir Soal dan Daftar Nilai.
Selanjutnya pada tahap instruksional para guru di SMAN 5 Bandar Lampung
melaksanakan pembelajaran dengan model, metode dan strategi pembelajaran
sesuai dengan silabus pembelajaran sebagaimana tertuang dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan, KTSP 2006.
Pada tahap selanjutnya, untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dilakukan
evaluasi. Kemajuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dapat dilihat
dengan mampunya siswa berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan
etika yang berlaku, menggunakan Bahasa Inggris secara tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan, serta menggunakan Bahasa Inggris untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial.
Tercapainya tujuan pembelajaran Vocabulary sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain faktor karakteristik materi, siswa, guru, fasilitas dan lingkungan
sosial. Berdasarkan hasil pengumpulan data maka dapat diinterprestasikan faktor
karakteristik di SMAN 5 Bandar Lampung sebagai berikut:
3.11.1. Faktor Karakteristik Materi Pelajaran vocabulary
Penguasaan kosakata mempunyai peranan yang besar dalam berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis. Didalam proses belajar bahasa asing.
64
Harjono (1988:71) mengemukakan bahwa dari semua aspek dasar bahasa asing
yang harus dikuasai siswa adalah aspek kosakata dianggap yang paling penting.
Karena tanpa penguasaan tidak mungkin seseorang dapat menggunakan bahasa
asing tersebut. Selanjutnya Pustejopsky (1999:1) dalam Saleh (2000:30-31)
Mengemukakan bahwa kapasitas bahasa seseorang merupakan refleksi dari
kemampuan untuk menggolongkan dan menunjukkan makna kata tertentu. Hal
senada diyatakan oleh Tarigan (1993:109) bahwa ketrampilan berbahasa
seseorang bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya.
Semakin kaya kosakata yang dimiliki seseoang, maka semakin besar pula
kemungkinan seseorang terampil berbahasa. Pendapat tersebut dipertegas oleh
Sutarsyah (2003:76) yang menyatakan bahwa kemampuan menggunakan bahasa
dalam komunikasi sebagian besar tergantung dari banyaknya perbendaraan
kosakata yang dikuasai.
Penjelasan-penjelasan mengenai kosakata diatas, dapat disimpulkan bahwa betapa
pentingnya penguasaan kosakata dalam memahami suatu bacaan. Meskipun
seseorang dapat membaca teks dengan baik, dan mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang peraturan tata bahasa, namun apabila mereka tidak menguasai
makna kosakata maka sulit baginya untuk dapat menangkap apa yang ia baca.
Pembelajaran Vocabulary di SMAN 5 Bandar Lampung biasanya dilakukan
dengan membaca suatu bacaan dan mencari kata-kata yang sulit, setelah itu
diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Proses pembelajaran ini kadang-kadang
65
membuat siswa bosan dan kurang menarik . Oleh karena itu disini peneliti
mencoba untuk memperkenalkan penggunaan puzzle dalam pembelajara
vocabulary. Peneliti berharap dengan pembelajaran puzzle siswa tertarik dan
senang belajar bahasa Inggris.
3.11.2. Faktor Karekteristik Siswa
Siswa selaku subjek pembelajaran merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan proses pembelajaran.Perubahan perilaku positif siswa pasca proses
belajar mengajar merupakan indikator atau parameter efektif tidaknya proses
belajar mengajar. Siswa secara individual memiliki motivasi,minat,bakat dan
tanggung jawab yang berbeda dengan siswa lainnya dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu perubahan perilaku siswa seperti yang dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran sangat ditentukan oleh kesesuaian program pembelajaran dengan
karakteristik siswa tersebut.
Kondisi siswa kelas X- 7 & X-8 sebagai setting penelitian tindakan.Dilihat jumlah
siswa tiap kelas hanya 31 orang , Menurut pendapat peneliti kelas ini ideal karena
proses pembelajaran dapat dilakukan dengan seoptimal mungkin dan
pengelolahan kelas tidak begitu menyulitkan karena jumlah siswa tidak banyak
sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat dilakukan seefektif mungkin
walaupun siswa berbeda latar belakangnya.
66
3.11.3. Karakteristik Guru
Ada dua kompetensi yang dikuasi guru mata pelajaran Bahasa Inggris dalam
proses belajar mengajar. Pertama, adalah kompetensi penguasaan dedaktik baik
teoritis maupun aplikasi berbagai model, metode dan strategi pembelajaran.
Kedua, yaitu kompetensi penguasaan ilmu yang diajarkan, baik secara teoritis
maupun praktik. Kompetensi-kompetensi ini dapat dimiliki oleh guru melalui
pendidikan, pelatihan dan pengalaman mengajar. Ditinjau dari kedua dimensi
kompetensi tersebut, gambaran guru Bahasa Inggris SMAN 5 Bandar Lampung
memiliki persyaratan yang memadai untuk mengajar. Dari 8 orang guru Bahasa
Inggris semuanya berlatar belakang pendidikan S1 dan pengalaman mengajar
13-15 tahun.
3.11.4. Faktor Karakteristik Fasilitas
Dengan keterbatasan jumlah peralatan yang ada di lab. Bahasa, maka strategi yang
dilakukan dalam pembelajaran yaitu menerapkan pembelajaran topik kepada
kelompok siswa secara paralel dan rotasi. Kelemahan yang ada terkadang terdapat
penyampaian urutan topik tidak pas betul untuk kelompok-kelompok tertentu.
Dengan adanya pembelajaran topik secara paralel inilah maka disusun jadwal
rotasi berdasarkan topik-topik yang ada dan juga jadwal penggunaan lab. khusus
dalam pembelajaran Bahasa Inggris di jadwalkan 2 jam perminggu dapat
dilakukan secara merata untuk jenjang tingkat kelas yang ada.
67
3.12. Diskripsi Pembelajaran Vocabulary Pra Penelitian
Dalam rangka mengetahui kondisi awal proses pembelajaran vocabulary di kelas
X di fokuskan pada perilaku dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran biasanya peneliti melakukan , yaitu membuka
pelajaran, menjelaskan materi, pengembangan metode pembelajaran, pemanfaatan
media dan sumber belajar serta bagaimana guru menutup pembelajaran yang
diakhiri dengan pengayaan untuk mengetahui hasil pembelajaran. Dalam
membuka pelajaran peneliti mengawali dengan mengucap salam , kemudian
mengabsen siswa dan kemudian memberikan wacana (reading Bahasa Inggris).
Siswa ditunjuk untuk membaca dan mencari kata-kata yang sulit didalam wacana,
kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.
Metode pembelajaran yang digunakan metode ceramah dan diselingi dengan
pertanyaan yang bersifat klasikal, hanya sedikit siswa yang bisa menjawab karena
mereka kesulitan dalam mencerna pertanyaan (tidak mengerti pertanyaan yang di
tanyakan karena penguasaan kosakata yang dimiliki sangat minim).
Aktivitas dan motivasi para siswa kurang karena mereka tidak tertarik dan merasa
kesulitan dalam mencerna materi vocabulary, dimana guru hanya memberikan
bacaan . Itu membuat siswa cepat bosan dan tidak ada motivasi untuk
memperdalam pengetahuaan tentang bahasa Inggris dan siswa menganggap
bahwa pelajaran Bahasa Inggris sulit untuk dipelajari.
68
Berdasarkan catatan hasil wawancara dapat didefinisikan bahwa peneliti sebagai
guru di SMAN 5 Bandar Lampung harus mempunyai kreatifitas dalam
pembelajaran vocabulary sehingga diharapkan siswa dapat merubah pemikirannya
bahwa Bahasa Inggris itu adalah pelajaran yang sulit. Siswa berharap bahwa guru
dapat mengembangkan media dalam proses pembelajaran vocabulary sehingga
siswa dapat mencerna dengan mudah materi yang disampaikan dan yang paling
penting siswa tertarik dan berminat mempelajari. Uraian tersebut berdasarkan
kutipan wawancara peneliti dengan siswa berikut ini :
Peneliti : Apakah Bahasa Inggris itu sulit bagi kamu ?
Siswa : Sulit dan kadang – kadang membosankan karena tidak tahu apa
yang ditanyakan .
Peneliti : Bagaimana kondisi kelas dalam proses pembelajaran
vocabulary selama ini?
Siswa : Pada umumnya kondisi siswa dalam belajar bervariatif, ada yang
ngantuk, bosan, diam sambil tengok kanan kiri dan ada juga yang
mengikuti pelajaran.
Peneliti : Bagaimana tanggapan siswa tentang media dalam proses
pembelajaran vocabulary selama ini?
Siswa : Media yang digunakan selama ini membosankan dan tidak
menarik karena dari SMP media ini selalu digunakan yaitu
membaca bacaan, siswa berharap guru dapat mengembangkan
media yang dapat memberi kemudahan dalam proses
pembelajaran, juga berkreatif mengembangkan media sehingga
69
dapat memberi dorongan dan semangat pada siswa betapa
pentingnya kosakata (vocabulary) dalam berkomunikasi baik
lisan dan tulisan.
Wawancara diatas mengilustrasikan situasi pembelajaran Vocabulary di SMAN 5
BandarLampung yang selain dengan kelebihan ada pula aspek kekurangannya.
Ternyata dalam pembelajaran vocabulary perlu adanya kreatifitas dan metode
sehingga pembelajaran tidak membosankan dan dapat dengan mudah diterima
oleh siswa.
3.13. Refleksi dan Rancangan Pembelajaran (Tahap Orientasi)
Berdasarkan proses pembelajaran vocabulary yang dilaksanakan di SMAN 5
Bandar Lampung selama ini. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran hanya
didominasi guru (teacher center) sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang
baik dan penjelasan guru. Hal ini tampak dalam setiap tatap muka guru
mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga terkesan siswa pasif. Guru sangat
terpaku pada kurikulum mereka dituntut untuk menyelesaikan materi. Sedangkan
dalam pembelajaran vocabulary media yang dipakai kebanyakan dari buku teks
sebagai satu-satunya alat bantu pembelajaran di samping buku LKS. Gaya
mengajar monoton, dengan metode ceramah satu-satunya metode pembelajaran,
hanya sesekali guru bertanya kepada peserta didik secara klasikal. Kegiatan
pembelajaran vocabulary dilaksanakan dalam 1x pertemuan atau 2 x 45 menit
70
yang mana siswa diberi teks dan mencari kata-kata yang sulit , setelah itu
diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, di lanjutkan dengan menjawab
pertanyaan dari teks tersebut dan dikumpulkan. Dari pembelajaran ini guru
mengkoreksi kerjaan siswa dan hasilnya diumumkan pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan temuan dikelas, maka analisis dan refleksi awal menunjukkan bahwa
kinerja guru masih perlu ditingkatkan dengan merubah sistem pembelajaran
menuju pada student center dengan pengembangan media pembelajaran.
3.14. Pelaksanaan Siklus dan Hasil Penelitian
3.14.1. Siklus Satu
a. Perencanaan
Pada siklus pertama, peneliti akan melaksanakan pretest terlebih dahulu sebelum
menggunakan media pembelajaran croosword puzzle. Indikator yang akan dicapai
pada siklus ini adalah:
1. Menemukan kata-kata sulit
2. Menemukan informasi tertentu
3. Menemukan informasi rinci yang tersurat
4. Menentukan makna kata kunci
Secara rinci perencanaa siklus pertama digambarkan sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan pembelajaran dengan mengacu pada penggunaan
media crooswords puzzle.
71
2. Menyiapkan media pembelajaran crooswords puzzle untuk menunjang
proses pembelajaran.
3. Membuat lembar observasi untuk mengetahui bagaimana kondisi
pembelajaran di kelas ketika pembelajaran menggunakan media
crooswords puzzle dilakukan.
4. Menyiapkan alat lembar analisis kegiatan
5. Membuat dan menyiapkan soal pretest untuk dilaksanakan sebelum
pembelajaran media croosword puzzle.
6. Mendesain alat pengumpul data (test) untuk melihat penguasaan konsep
siswa terhadap pembelajaran vocabulary.
7. Menyusun lembar angket untuk mengamati aktivitas siswa terhadap
pembelajaran vocabulary.
b. Pelaksanaan
Sebelum pembelajaran vocabulary dengan menggunakan media croosword
puzzle, peneliti meyiapkan soal pre-test untuk dikerjakan oleh siswa terlebih dulu
dalam waktu 20 menit. Setelah selesai peneliti menyiapkan media crooswords
puzzle dan dibagikan pada masing-masing siswa. Dengan media ini peneliti
berharap siswa akan termotivasi untuk mengamati, bertanya dan berinteraksi
dalam pembelajaran. Adapun skenario tindakan pembelajaran pada siklus I adalah
sebagai berikut:
1) Pada awal pembelajaran guru mengkondisikan kelas secara baik yang
dilanjutkan dengan melakukan absensi dan apresepsi.
72
2) Peneliti memberikan pretest selama 20 menit.
3) Peneliti membagikan media croosword puzzle dan di bantu oleh teman sejawat
dari peneliti yang fungsinya sebagai pengamat.
4) Peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada proses
pembelajaran.
5) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan croossword
puzzle selama 15 menit
6) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk membahas,
menterjemahan, dan mengembangkan ide.
7) Peneliti berdiskusi dengan siswa dan memberi kesempatan kepada siswa
untukmengajukan pertanyaan atau menanggapi materi yang disampaikan
peneliti.
c. Observasi dan hasil tindakkan.
Hasil Pembelajaran Vocabulary siswa
Berdasarkan hasil pretest penguasaan vocabulary siswa sebelum peneliti
melakukan implementasi penggunaaan media Puzzle sebagai berikut:
Tabel I. Hasil Pre test Vocabulary X – 7
No Nilai F fx %
1 4 2 8 6.45
2 5 6 30 19.35
3 6 12 72 38.71
4 7 8 56 25.81
5 8 2 16 6.45
6 9 1 9 3.23
Jumlah 31 191 100
Rata-rata 6.16
73
Pada table pretest ini didapatkan bahwa rata-rata penguasaan Vocabulary siswa
kelas X- 7 ) sebesar 6,16. Nilai ini tentu saja belum menunjukkan hasil yang
optimal. Dari data penguasaan konsep pada pretest pada materi Vocabulary
terlihat 2 orang siswa mendapat nilai 4 (6,45%), 6 orang siswa mendapat nilai 5
(19,35%), 12 orang siswa mendapat nilai 6 (38,71%), 8 orang siswa mendapat
nilai 7 (25,81%), 2 orang siswa mendapat nilai 8 (6,45%) dan 1 orang siswa
mendapat nilai 9 (3,23%). (Lampiran L – 4)
Tabel 2. Hasil Pre test Vocabulary X – 8
No Nilai F fx %
1 4 2 8 6,7
2 5 6 30 20,0
3 6 13 78 43,3
4 7 6 42 20,0
5 8 2 16 6,7
6 9 1 9 3,3
Jumlah 30 183 100
Rata-rata 6,10
Pada table pretest ini didapatkan bahwa rata-rata penguasaan konsep siswa kelas
X- 8 sebesar 6,10. Nilai ini tentu saja belum menunjukkan hasil yang optimal
karena dari data penguasaan konsep pada pretest pada materi Vocabulary terlihat
2 orang siswa mendapat nilai 4 (6,67%), 6 orang siswa mendapat nilai 5
(20,00%), 13 orang siswa mendapat nilai 6 (38,71%), 8 orang siswa mendapat
nilai 7 (25,81%), 2 orang siswa mendapat nilai 8 (6,45%) dan 1 orang siswa
mendapat nilai 9 (3,23%). (Lampiran L – 5)
74
Hasil siklus I setelah peneliti melakukan implementasi Croosword Puzzle
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel.3 Hasil Pembelajaran Vocabulary X- 7 Siklus I
No Nilai F fx %
1 4 1 4 3,2
2 5 3 15 9,7
3 6 10 60 32,3
4 7 11 77 35,5
5 8 4 32 12,9
6 9 2 18 6,5
Jumlah 31 206 100
Rata-rata 6,65
Pada siklus I ini didapatkan bahwa rata-rata penguasaan konsep siswa X-7 pada
vocabulary sebesar 6.65, dimana ada sedikit peningkatan bila dibanding rata-rata
pretest. Nilai ini tentu saja masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Dari
data penguasaan konsep pada siklus tersebut juga terlihat 1 orang siswa mendapat
nilai 4(3,2%), 3 orang siswa mendapat nilai 5 (9,7%), 10 siswa mendapat nilai 6
(32,3%), 11 orang mendapat nilai 7 (35,5%0, 4 orang mendapat nilai 8(12,9%),
dan 2 orang siswa mendapat nilai (6,5%). ( lampiran L -6)
75
Sedangkan hasil penguasaan Vocabulary untuk kelas X- 8 Siklus I terdapat
pada tabel 4 di bawah ini:
No Nilai F fx %
1 4 1 4 3,3
2 5 3 15 10,0
3 6 9 54 30,0
4 7 11 77 36,7
5 8 4 32 13,3
6 9 2 18 6,7
Jumlah 30 200 100
Rata-rata 6,67
Pada siklus I ini didapatkan bahwa rata-rata penguasaan konsep siswa X- 8 pada
vocabulary sebesar 6.67, dimana ada sedikit peningkatan bila dibanding rata-rata
pretest. Nilai ini tentu saja masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Dari
data penguasaan konsep pada siklus tersebut juga terlihat 1 orang siswa mendapat
nilai 4(3,3%), 3 orang siswa mendapat nilai 5 (10%), 9 siswa mendapat nilai 6
(30%), 11 orang mendapat nilai 7 (37%0, 4 orang mendapat nilai 8(13,3%), dan 2
orang siswa mendapat nilai (6,7%). ( lampiran L-7)
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan melalui lembar observasi tentang aktivitas siswa
dalam pembelajaran Vocabulary pada siklus I secara rinci di tampilkan pada tabel
berikut:
76
Tabel 4. Distribusi Aktifitas Siswa X- 7 Dalam Pembelajaran Vocabulary
Siklus I
No Indikator Jumlah Siswa
Presentase
1 Memperhatikan 20 65
2 Mengajukan pertanyaan 10 32
3 Mengemukakan pendapat 12 39
4 Menjawab pertanyaan 15 48
5 Mencatat 18 58
6 Mengerjakan tes 31 100
57
Berdasarkan pengamatan aktifitas siswa X-7 dalam pembelajaran vocabulary,
selama pelaksanaan siklus I, terdapat 20 siswa yang aktif memperhatikan
penjelasan guru (65%), 10 siswa mengajukan pertanyaan (32%), 12 siswa aktif
mengemukaan pendapat (39%), 15 siswa menjawab pertanyaan (48%), 18 siswa
melakukan kegiatan mencatat (58%), 31 siswa mengerjakan tes akhir
pembelajaran (100%) ( Lampiran l – 8)
Sedangkan untuk kelas X- 8 ditampilkan sebagai berikut ini:
Tabel 5. Distribusi Aktifitas Siswa X- 8 Dalam Pembelajaran Vocabulary
Siklus I
No Indikator Jumlah Siswa Presentase
1 Memperhatikan 18 60
2 Mengajukan pertanyaan 6 20
3 Mengemukakan pendapat 6 20
4 Menjawab pertanyaan 9 30
5 Mencatat 18 60
6 Mengerjakan tes 30 100
48
77
Berdasarkan pengamatan aktifitas siswa X-8 dalam pembelajaran vocabulary,
selama pelaksanaan siklus I, terdapat 18 siswa yang aktif memperhatikan
penjelasan guru (60%), 6 siswa mengajukan pertanyaan (20%), 6 siswa aktif
mengemukaan pendapat (20%), 9 siswa menjawab pertanyaan (30%), 18 siswa
melakukan kegiatan mencatat (60%), 31 siswa mengerjakan tes akhir
pembelajaran (100%) ( Lampiran L – 9)
d. Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus I dan memperoleh beberapa fakta,
diantaranya hasil nilai rata-rata tes penguasaan konsep, hasil observasi dan
wawancara kepada siswa, peneliti mengadakan refleksi dengan kolaborator dan
dosen pembimbing. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang terdapat pada siklus pertama. Kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki untuk pelaksanaan siklus II.
Kekurangan –kekurangan yang terdapat pada siklus I, antara lain:
a. Masih ada siswa yang bingung dengan perubahan pola
pembelajaran dengan menggunakan Puzzles Croosword
b. Siswa yang duduk dibelakang kurang jelas dalam menangkap
pesan yang disampaikan oleh guru dan tidak berusaha untuk
bertanya dan ribut
c. Banyak siswa yang hanya memperhatikan tetapi tetapi tidak dapat
merespon apa yang ditanyakan
78
d. Siswa merasa kesulitan untuk menjawab lembar Puzzles yang
diberikan
e. Peneliti memberikan lembar Puzzles untuk dikerjakan secara
individual
f. Peneliti hanya menggunakan crossword saja sehingga kurang
bervariasi membuat siswa bosan
Berdasarkan gambaran di atas direkomendasikan untuk diperbaiki pada siklus II
yaitu:
1) Guru berusaha untuk memberikan penjelasan tentang permainan Puzzles.
2) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sehingga siswa tanpa sadar
merespon nya.
3) Siswa yang duduk dibelakang harus lebih mendapat perhatian
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
4) Guru dan siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah Puzzles.
5) Guru menambah 1 Puzzle agar permainannya bervariasi
3.14.2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Pada siklus ini peneliti mengimplementasikan 2 Puzzles yaitu Croosword dan
hidden word Puzzle. Pada siklus I peneliti hanya menerapkan croosword Puzzle
maka pada Siklus II ditambah satu permainan sehingga siswa tidak merasa bosan
79
dalam pelaksanaan pembelajaran Vocabulary. Kelemahan yang ada pada siklus I
diminimalisikan.
b.Pelaksanaan
Adapun Skenario tindakan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Pada awal pembelajaran guru mengkondisikan secara baik yang
dilanjutkan dengan melakukan absensi dan apresepsi.
2) Dibantu mitra kolaborator guru menyiapkan perangkat Puzzles
yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.
3) Guru Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
pada proses pembelajaran.
4) Guru Menjayikan pembelajaran dengan menggunakan Puzzles
tidak hanya satu Puzzle tetapi ditambah
5) Guru memberi kesempatan siswa untuk mengamati Puzzles yang
diberikan
6) Guru dan siswa membahas bersama-sama.
7) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan atau menanggapi pertanyaan yang disampaikan guru.
8) Siswa mengerjakan tes yang diberikan guru
80
c.Observasi dan hasil Tindakan
Hasil Pembelajaran Vocabulary Siswa
Berdsarkan hasil penelitian pada siklus II fenomena-fenomena yang tampak dari
hasil pembelajaran siswa adalah seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Pembelajaran Vocabulary Siswa Kelas X -7 Siklus II
No Nilai F fx %
1 4 - - -
2 5 - - -
3 6 7 42 22,6
4 7 16 112 51,6
5 8 5 40 16,1
6 9 3 27 9,7
Jumlah 31 221 100
Rata-rata 7,13
Berdasarkan tabel diatas, pelaksanaan siklus II untuk siswa kelas X- 7 ini
didapatkan rata-rata penguasaan konsep siswa tentang vocabulary sebesar 7,13.
jika di bandingkan dengan rerata nilai hasil penguasan konsep suiswa pada siklus
I terjadi peningkatan sebesar 0,5% dari 6,65 menjadi 7,13 . Sedangkan bila
dibanding pada nilai pretes terjadi peningkatan sebesar 1% dari 6,16 menjadi 7,13.
Berdasarkan tabel 5. dapat didefinisikan sebagai berikut:
7 orang siswa mendapat nilai 6 (22,6%), 16 orang siswa mendapat nilai 7
(51,6%), 5 siswa mendapat nilai 8 (16,1%), 3 orang mendapat nilai 9 (9,7%),
( lampiran L – 13).
81
Tabel 6. Hasil Pembelajaran Vocabulary Siswa Kelas X -8 Siklus II
No Nilai F fx %
1 4 - - -
2 5 1 5 3,3
3 6 6 36 20,0
4 7 15 105 50,0
5 8 5 40 16,7
6 9 3 27 10,0
Jumlah 30 213 100
Rata-rata 7,10
Berdasarkan tabel diatas, pelaksanaan siklus II untuk siswa kelas X- 8 ini
didapatkan rata-rata penguasaan konsep siswa tentang vocabulary sebesar 7,10.
jika di bandingkan dengan rerata nilai hasil penguasan konsep siswa pada siklus I
terjadi peningkatan sebesar 0,4% dari 6,67 menjadi 7,10 . Sedangkan bila
dibanding pada nilai pretes terjadi peningkatan sebesar 1% dari 6,10 menjadi 7,10.
Berdasarkan tabel 6. dapat didefinisikan sebagai berikut:
1 orang siswa mendapat nilai 5 (3,3%), 6 orang siswa mendapat nilai 6 (20%), 5
siswa mendapat nilai 8 (16,7%), 3 orang mendapat nilai 9 (10%)
( lampiran L – 14)
Kondisi ini tentunya belum mencerminkan keberhasilan proses pembelajaran,
walaupun adanya indikasi peningkatan penguasaan konsep siswa dari siklus I ke
siklus II dan dari pretes ke setiap siklus karena masih adanya siswa yang
mendapat nilai 5.
82
Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran Vocabulary pada siklus II secara rinci ditampilkan pada tabel
berikut:
Tabel 7. Distribusi Aktifitas siswa Kelas X – 7 Dalam Pembelajaran
Vocabulary Siklus II
No Indikator Jumlah Siswa Presentase
1 Memperhatikan 24 77
2 Mengajukan pertanyaan 14 45
3 Mengemukakan pendapat 13 42
4 Menjawab pertanyaan 19 61
5 Mencatat 18 58
6 Mengerjakan tes 31 100
63
Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Vocabulary. Selama
pelaksanaan siklus II terdapat peningkatan siswa yang aktif memperhatikan
penjelasan guru dari 20 orang siswa menjadi 24 siswa (77%), 14 siswa
mengajukan pertanyaan (45%), 13 siswa aktif mengemukaan pendapat (42%),
19siswa menjawab pertanyaan (61%), 18 siswa melakukan kegiatan mencatat
(58%) dan 31 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%)
( Lampiran L – 15)
83
Tabel 8. Distribusi Aktifitas siswa Kelas X – 8 Dalam Pembelajaran
Vocabulary Siklus II
No Indikator Jumlah Siswa Presentase
1 Memperhatikan 20 67
2 Mengajukan pertanyaan 10 33
3 Mengemukakan pendapat 9 30
4 Menjawab pertanyaan 15 50
5 Mencatat 20 67
6 Mengerjakan tes 30 100
58
Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa kelas X-8 dalam pembelajaran
Vocabulary. Selama pelaksanaan siklus II terdapat peningkatan siswa yang aktif
yang memperhatikan penjelasan guru dari 18 siswa menjadi 20 siswa (67%), 10
siswa mengajukan pertanyaan (33%), 9 siswa aktif mengemukaan pendapat
(30%), 15 siswa menjawab pertanyaan (50%), 20 siswa melakukan kegiatan
mencatat (67%) dan 30 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%)
( Lampiran L – 16)
c. Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus I dan memperoleh beberapa fakta,
diantaranya hasil rata-rata tes penguasaan konsep hasil observasi dan wawancara
siswa, peneliti mengadakan refleksi dengan kolaborator dan dosen pembimbing.
Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan yang terdapat
siklus I. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I akan diperbaiki untuk
pelaksanakan siklus II. Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus II,
antara lain:
84
1) Sebagaian siswa masih belum bisa memahami teknik Puzzles
2) Saat mengerjakan tes akhir masih terdapat siswa yang tidak serius
mengerjakannya.
3) Pola diskusi belum bisa berjalan dengan efektif karena siswa masih belum
terbiasa
4) Sebagaian siswa hanya sekedar memperhatikan dan kadang –kadang
bergurau dan tidak ada respon bila guru bertanya.
Berdasarkan gambaran diatas direkomendasikan bahwa media pembelajaran
Puzzles yang digunakan perlu bervariasi dan untuk memancing siswa untuk
berpendapat dan mengajukan pertanyaan diperlukan suatu kreatifitas guru untuk
memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan dan memberikan pemecahan
dengan cara berdiskusi bersama.
Kekurangan-kekurangan pada siklus II akan ditindak lanjuti dengan
merencanakan dan melaksanakan siklus III.
3.14.3. Siklus III
a. Perencanaan
Pada siklus ini siswa dalam proses pembelajaran ditambah satu Puzzles yaitu
word dictionary dengan demikian siswa diberikan variasi permainan yang mana
siswa tidak merasa jenuh . Sesuai dengan rekomendasi dari siklus sebelumnya
media pembelajaran Puzzles yang digunakan ditambah juga memotivasi siswa
agar terbiasa untuk bertanya dan menjawab diperlukan kreatifitas guru dengan
85
cara memberikan pertanyaan lebih dulu kepada siswa sehingga tanpa disadari
siswa akan terbiasa untuk menjawab.
b.Pelaksanaan
Pelasanaan tindakan pada siklus III yaitu:
1) Dibantu mitra kolaborator guru menyiapkan perangkat Puzzles digunakan
untuk menunjang pembelajaran.
2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
proses pembelajaran
3) Guru dan siswa melakukan diskusi bersama dengan memberikan umpan
balik
4) Guru memberikan pengayaan dengan bertanya kepada siswa satu persatu.
5) Siswa diberikan penghargaan (pujian/ nilai) dan hukuman ( dengan
menambah kosakata yang harus dipelajari)
6) Siswa mengerjakan tes yang diberikan guru
c.Observasi dan Hasil Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus III fenomena-fenomena yang tampak dari
analisis hasil tindakan yang di tampilkan pada tabel berikut:
86
Tabel 9. Hasil pembelajaran vocabulary siswa X-7 Siklus III
No Nilai F fx %
1 4 - - -
2 5 - - -
3 6 5 30 16,1
4 7 15 105 48,4
5 8 7 56 22,6
6 9 4 36 12,9
Jumlah 31 227 100
Rata-rata 7,32
Berdasarkan tabel diatas, pada pelaksanaan siklus ketiga siswa X-7 ini didapatkan
rata-rata penguasaan siswa tentang vocabulary sebesar 7.32. Jika dibandigkan
dengan rerata nilai hasil penguasaan siklus II terjadi peningkatan sebesar 0,19%
dari 7,13 menjadi 7,32.
Berdasarkan tabel 9 dapat diidentifikasi sebagai berikut:
5 orang siswa mendapat nilai 6 (16,6%), 15 orang siswa mendapat nilai 7
(48,4%), 7 siswa mendapat nilai 8 (22,6%), 4 orang mendapat nilai 9 (12,9%)
( lampiran L – 20).
Berdasarkan data yang ada juga dapat dilihat bahwa siswa tidak ada yang
mendapatkan nilai dibawah 6 dan disetiap siklus dari siklus I ,II dan III terjadi
peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa indikator kinerja dari peneliti sudah
cukup memuaskan (Lampiran l – 21)
87
Hasil Pembelajaran Vocabulari Siswa X- 8 Siklus III sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil pembelajaran vocabulary siswa X-8 Siklus III
No Nilai F fx %
1 4 - - -
2 5 - - -
3 6 4 24 13,3
4 7 17 119 56,7
5 8 6 48 20,0
6 9 3 27 10,0
Jumlah 30 218 100
Rata-rata 7,27
Berdasarkan tabel diatas, pada pelaksanaan siklus ketiga siswa X-8 ini didapatkan
rata-rata penguasaan siswa tentang vocabulary sebesar 7.27. Jika dibandigkan
dengan rerata nilai hasil penguasaan siklus II terjadi peningkatan sebesar 0,17%
dari 7,10 menjadi 7,27.
Berdasarkan tabel 9 dapat diidentifikasi sebagai berikut:
4 orang siswa mendapat nilai 6 (13,3%), 17 orang siswa mendapat nilai 7
(56,7%), 6 siswa mendapat nilai 8 (20%), 3 orang mendapat nilai 9 (10%) (
lampiran L – 22)
Berdasarkan data yang ada juga dapat dilihat bahwa siswa tidak ada yang
mendapatkan nilai dibawah 6 dan disetiap siklus dari siklus I ,II dan III terjadi
peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa indikator kinerja dari peneliti sudah
cukup memuaskan (Lampiran L – 23)
88
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan melalui lembar observasi tentang aktivitas siswa
dalam pembelajaran Vocabulary pada siklus III secara rinci ditampilkan pada
tabel berikut:
Tabel 11. Distribusi Aktifitas siswa Kelas X – 7 Dalam Pembelajaran
Vocabulary Siklus III
No Indikator Jumlah Siswa Presentase
1 Memperhatikan 27 87
2 Mengajukan pertanyaan 17 55
3 Mengemukakan pendapat 18 58
4 Menjawab pertanyaan 21 68
5 Mencatat 25 81
6 Mengerjakan tes 31 100
74
Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa kelas X-7 dalam pembelajaran
Vocabulary. Selama pelaksanaan siklus III terdapat peningkatan siswa yang aktif
memperhatikan penjelasan guru 27 siswa (87%), 17 siswa mengajukan
pertanyaan (55%), 18 siswa aktif mengemukaan pendapat (55%), 21 siswa
menjawab pertanyaan (68%), 25 siswa melakukan kegiatan mencatat (81%) dan
31 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%) ( Lampiran L – 24)
89
Tabel 12. Distribusi Aktifitas siswa Kelas X – 8 Dalam Pembelajaran
Vocabulary Siklus III
No Indikator Jumlah Siswa Presentase
1 Memperhatikan 24 80
2 Mengajukan pertanyaan 15 50
3 Mengemukakan pendapat 14 47
4 Menjawab pertanyaan 18 60
5 Mencatat 24 80
6 Mengerjakan tes 30 100
69
Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa kelas X-8 dalam pembelajaran
Vocabulary. Selama pelaksanaan siklus III terdapat peningkatan siswa yang aktif
yang memperhatikan penjelasan guru 24 siswa (80%), 15 siswa mengajukan
pertanyaan (50%), 14 siswa aktif mengemukaan pendapat (47%), 18 siswa
menjawab pertanyaan (60%), 24 siswa melakukan kegiatan mencatat (80%) dan
30 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%) ( Lampiran L – 25)
c. Refleksi
Setelah dilakukan pengamatan pada siklus III dan memperoleh beberapa fakta,
diantaranya hasil nilai rata-rata tes penguasaan konsep, hasil observasi kepada
siswa, peneliti mengadakan refleksi dengan kolaborator dan dosen pembimbing.
Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangandan kelebihan yang terdapat
pada silus III.
Pada siklus III ini, proses pembelajaran yang memenfaatkan Puzzles dapat
dikatakan berjalan dengan baik sesuai dendan skenario pembelajaran yang
90
direncanakan. Walaupun tentu saja masih terdapat beberapa kelemahan yang
harus dibenahi.
Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus III antara lain:
1) Pada siklus III Puzzles yang digunakan yaitu Croosword Puzzle, hidden
Words Puzzle dan word Dictionary Puzzles masih harus sering digunakan
agar siswa terbiasa untuk berkonsentrasi karena permainan ini sangat
berguna untuk melatih otak agar tetap terasah
2) Siswa diharapkan lebih banyak untuk mengajukan pendapat dan menjawab
pertanyaan
3) Dibutuhkan kepedulian guru untuk memberikan perhatian yang lebih pada
siswa yang kurang aktif
4) Guru lebih bervariatif dalam mengimplementasikan Puzzles.
3.15. Pembahasan
Pada Pretes sebelum dilakukan implementasi Puzzles rata-rata penguasaan
Vocabulary sebesar 6,10 untuk kelasX-8 dan 6,16 untuk X-7. Ini menunjukkan
bahwa nilai tersebut masih dibawah SKBM yaitu 6,5. Dari data diatas maka
peneliti mencoba untuk mengimplementasikan Puzzles yang mana nantinya dapat
menarik siswa untuk mencoba mengenalnya, dari mengenal diharapkan siswa
dapat menyukai untu mempelajarinya. Dengan menyenangi dan mengenal
diharapkan dapat meningkatkan kosakata yang dimiliki oleh siswa. Media Puzzles
yang diterapkan di harapkan dapat membuat siswa menikmati karena media ini
91
adalah suatu permainan yang walaupun memerlukan konsentrasi tinggi juga
mampu melatih otak agar tetap terasah .Siswa dapat menyukai dan tidak merasa
terbebani dalam proses pembelajarannya.
Pada Siklus I rata-rata penguasaan Vocabulary siswa kelas X- 7 sebesar 6,65 dan
X- 8 sebesar 6,67. Walaupun rata-rata pengusaan Vocabulary siswa diatas SKBM
dan mengalami peningkatan bila dibanding nilai pretes tapi kondisi ini tentunya
belum mencerminkan keberhasilan proses pembelajaran karena masih ada siswa
yang mendapat nilai < 6. karena masih banyakya siswa yang mengalami kesulitan
menjawab serta tidak adanya respon dari siswa dan masih banyaknya siswa
bingung dengan pola yang diterapkan oleh peneliti. Kurangnya guru dalam
menuntun siswa untuk menemukan konsep pembelajaran Vocabulary.
Pada siklus II didapatkan rata-rata penguasaan vocabulary siswa kelas X- 7
sebesar 7,13 dan X -8 sebesar 7,10. Jika dibandingkan dengan rerata nilai hasil
penguasaan Vocabulary pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 0,5% untuk
kelas X – 7 dari 6,65 menjadi 7,13 dan X – 8 sebesar 0,4% dari 6,67 menjadi
7,10. Walaupun mengalami peningkatan dalam siklus II tetapi masih ada siswa
yang mendapat nilai < 6 ini menunjukkan bahwa belum mencerminkan
keberhasilan dalam proses pembelajarannya. Bila dibanding pada siklus I , siswa
yang mendapat nilai <6 sebanyak 4 orang, sedangkan pada siklus II hanya 1 siswa
ini menunjukkan bahwa sebagaian siswa sudah mulai memahami pola pola
permainan Puzzles dan siswa terlihat sedikit aktif dalam proses pembelajaran
92
dengan diterapkan diskusi bersama-sama dengan guru dan guru memberikan
pertanyaan (umpan Balik)
Pada siklus III didapatkan rata-rata penguasaan Vocabulary siswa sebesar 7,27
untuk siswa kelas X -8 dan siswa kelas X – 7 sebesar 7,32. Jika dibandingkan
dengan rerata nilai penguasaan Vocabulary pada siklus II terjadi peningkatan
sebesar 0,17% dari 7,10 menjadi 7,27 untuk X – 7 dan sebesar 0,19% dari 7,13
menjadi 7,32 untuk X -8.
Jumlah siswa dari 2 kelas yang mendapatkan nilai <6 tidak ada sedangkan yang
mendapat nilai 6 terdapat 9 siswa ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan
penguasaan Vocabulary dari siklus II ke siklus III. Kondisi ini menunjukkan
tercapainya indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya rata-rata
penguasaan konsep Vocabulary siswa dari siklus ke siklus. Dalam siklus ke III
siswa sudah terbiasa menggunakan pola permainan Puzzles, siswa terlihat aktif
dan interaksi siswa dan guru mulai berjalan dengan baik dengan demikian
memungkinkan siswa untuk menemukan konsep pembelajaran Vocabulary sendiri
dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dan hasil diskusi. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh E. Mulyasa (2007), Bahwa tugas guru tidak hanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator
yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada
seluruh peserta didik.
93
Peningkatan hasil pembelajaran Vocabulary yang diperoleh siswa mulai dari
siklus I sampai siklus III dapat digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Penguasaan Konsep Siswa Kelas X – 7 Dari
Siklus I sampai III.
NO Nilai Siklus I Siklus II Siklus III
F fx % F fx % F fx %
1 4 1 4 3,2
2 5 3 15 9,7
3 6 10 60 32,3 7 42 22,6 5 30 16,1
4 7 11 77 35,5 16 112 51,6 15 105 48,4
5 8 4 32 12,9 5 40 16,1 7 56 22,6
6 9 2 18 6,5 3 27 9,7 4 36 12,9
Jumlah 31 206 100 31 221 100 31 227 100
Rata-rata 6,65 7,13 7,32
Dari data diatas dimana nilai penguasaan siswa dari siklus I sampai Siklus III
terjadi kenaikan. Kenaikan ini terjadi kerena pada siklus pertama guru
memberikan croosword puzzle dan siswa bertanya bila dia mendapatkan kesulitan
, sedangkan pada siklus II guru memberikan 2 puzzle yaitu croosword dan hidden
word puzzle dengan menerapkan diskusi untuk membahas puzzle yang diberikan
sedangkan pada siklus yang ketiga guru memberikan 3 puzzle yaitu croosword ,
hiddenword dan word dictionary puzzles sehingga bervariasi dan guru
menerapkan disamping diskusi yang sudah berjalan baik juga diakhir pelalajaran
guru memberikan pengayaan dengan menyuruh siswa menggunana kosakata yang
diberikan sebelumnya untuk membuat kalimat dan yang bisa diberikan
penghargaan sedangkan yang tidak bisa diberikan hukuman dengan menambah
kosakata. Dengan cara ini membuat siswa akan aktif mengikuti proses
pembelajaran.
94
Tampilan Penguasaan konsep siswa terhadap pembelajaran Vocabulary
digambarkan dengan grafik adalah sebagai berikut:
X-7
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
7,4
Siklus I Siklus II Siklus III
X-7
Dari data dan grafik diatas peneliti menyimpulkan bahwa perubahan tingkah laku
siswa X - 7 dalam proses pembelajaran akan berpengaruh pada penguasaan nilai
yang didapat .Penerapan tindakan yang diberikan guru dalam pembelajaran seperti
diskusi , pemberian umpan balik dan pertanyaan juga berpengaruh pada
perubahan siswa dalam proses pembelajarannya. Ini sesuai dengan prinsip teori
Piaget yang mana salah satunya yaitu: “ Pengetahuan datang melalui tindakan”.
Yang mana dalam proses pembelajaran siswa x - 7 tidak hanya sebagai subyek
yang pasif tetapi diperlukan keaktifan siswa X – 7 dalam proses pembelajaran dan
guru bertindak sebagai fasilitator yang dapat memberi kemudahan belajar pada
siswa X – 7 . Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa
tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada anak didik,
tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberi kemudahan belajar (
facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik.
95
Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Penguasaan Konsep Siswa Kelas X – 8 Dari
Siklus I sampai III.
NO Nilai Siklus I Siklus II Siklus III
F fx % F fx % F fx %
1 4 1 4 3,3
2 5 3 15 10,0 1 5
3 6 9 54 30,0 6 36 20,0 4 24 13,3
4 7 11 77 36,7 15 77 50,0 17 119 56,7
5 8 4 32 13,3 5 32 16,7 6 48 20,0
6 9 2 18 6,7 3 27 10,0 3 27 10,0
Jumlah 30 200 100 30 213 100 30 218 100
Rata-rata 6,67 7,10 7,27
Tampilan penguasaan konsep siswa terhadap pembelajaran Vocabulary
digambarkan dengan grafik adalah sebagai berikut:
X- 8
6,36,46,56,66,76,86,9
77,17,27,37,4
Siklus I Siklus II Siklus III
X- 8
Data tabel dan grafik diatas menjelaskan tentang penguasaan konsep siswa – 8
terhadap pembelajaran Vocabulary hasil ini memberikan data yang relatif sama
dengan data yang dijelaskan pada siswa X -7.
96
Selain peningkatan penguasaan konsep pembelajaran Vocabulary menggunakan
teknik Puzzles juga memicu terjadinya aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Aktifitas siswa dalam pembelajaran Vocabulary, selama pelaksanaan siklus I
kelas X – 7 terdapat terdapat siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru
(65%), 10 siswa mengajukan pertanyaan (32%), 12 siswa aktif mengemukaan
pendapat (39%), 15 siswa menjawab pertanyaan (48%), 18 siswa melakukan
kegiatan mencatat (58%), 31 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%).
Kelas X – 8 selama pelaksanaan siklus I, terdapat 18 siswa yang aktif
memperhatikan penjelasan guru (60%), 6 siswa mengajukan pertanyaan (20%), 6
siswa aktif mengemukaan pendapat (20%), 9 siswa menjawab pertanyaan (30%),
18 siswa melakukan kegiatan mencatat (60%), 31 siswa mengerjakan tes akhir
pembelajaran (100%).
Presentase jenis aktifitas yang banyak dilakukan siswa X – 7 dan X -8 selama
pembelajaran adalah disamping mengerjakan tes akhir pembelajaran yaitu
memperhatikan penjelasan guru dan mencatat . Banyaknya siswa yang hanya
memperhatikan penjelasan guru tidak dibarengi dengan kesadaran memahami
pembelajaran Puzzles yang telah diterapkan dibuktikan dengan sedikitnya siswa
yang mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat serta menjawab
pertanyaan. Kondisi ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa hanya sekedar
memperhatikan dan mencatat serta diselingi dengan mengobrol tanpa disertai
konsentrasi yang baik. Memperhatikan yang tidak didorong oleh kebutuhan,
97
motivasi dan tujuan tertentu tidak dikatakan belajar demikian pula halnya dengan
kegiatan mencatat, aktivitas mencatat yang bersifat menjiplak atau mengkopi
tidak termasuk aktifitas belajar. Mencatat dikatakan belajar jika disertai dengan
kesadaran, kebutuhan dan tujuan agar catatan berguna nantinya bagi tujuan
pencapaian belajar. Sebagaimana yang diimplikasi dalam teori Piaget dalam
proses pembelajaran salah satunya yaitu: “ Memusatkan perhatian kepada berfikir
atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya tetapi pada prosesnya.”
Pelaksanaan siklus II aktivitas siswa X - 7 dalam pembelajaran Vocabulary,
terdapat peningkatan siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru dari 20
orang siswa menjadi 24 siswa (77%), 14 siswa mengajukan pertanyaan (45%), 13
siswa aktif mengemukaan pendapat (42%), 19siswa menjawab pertanyaan (61%),
18 siswa melakukan kegiatan mencatat (58%) dan 31 siswa mengerjakan tes akhir
pembelajaran (100%) dan kelas X -8 terdapat peningkatan siswa yang aktif yang
memperhatikan penjelasan guru dari 18 siswa menjadi 20 siswa (67%), 10 siswa
mengajukan pertanyaan (33%), 9 siswa aktif mengemukaan pendapat (30%), 15
siswa menjawab pertanyaan (50%), 20 siswa melakukan kegiatan mencatat (67%)
dan 30 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%). Dalam siklus ke II ini
sebagaian siswa sudah mulai terbiasa dengan pola pembelajaran Puzzles dan
sebagaian siswa mulai memahami konsep pembelajaran dengan mulai aktif
bertanya dan berusaha untuk mengemukakan pendapat sehinga siswa mulai
terbiasa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pada siklus II ini dapat dilihat
98
bahwa terjadi peningkatan setiap jenis aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sardiman,A.M., 2004), bahwa
dalam belajar memerlukan aktivitas karena tanpa aktifitas proses belajar tidak
dapat berlangsung dengan baik. Dalam prinsip teori Piaget salah satunya adalah:
“ Perkembangan kognitif sebagaian besar tergantung seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan berintraksi dengan lingkungan.”
Berdasarkan pengamatan aktifitas siswa X – 7 dalam pembelajaran Vocabulary ,
selama pelaksanaan siklus III terdapat peningkatan siswa yang aktif
memperhatikan penjelasan guru 27 siswa (87%), 17 siswa mengajukan
pertanyaan (55%), 18 siswa aktif mengemukaan pendapat (55%), 21 siswa
menjawab pertanyaan (68%), 25 siswa melakukan kegiatan mencatat (81%) dan
31 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%) dan siswa X – 8 terdapat
peningkatan siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru 24 siswa (80%), 15
siswa mengajukan pertanyaan (50%), 14 siswa aktif mengemukaan pendapat
(47%), 18 siswa menjawab pertanyaan (60%), 24 siswa melakukan kegiatan
mencatat (80%) dan 30 siswa mengerjakan tes akhir pembelajaran (100%). Pada
siklus ke III aktifitas yang ditunjukkan oleh siswa X -7 dan X -8 mengalami
banyak peningkatan , siswa tidak hanya sekedar memperhatikan dan mencatat
tetapi siswa telah memahami teknik puzzles yang diterapkan oleh guru terbukti
dengan 50% siswa X-8 dan 55% siswa X -7 aktif mengajukan pertanyaan dan
60% siswa X-8 dan 68% siswa menjawab pertanyaan. Adanya kenaikan aktifitas
siswa dalam setiap siklus ini menunjukkan bahwa indikator kinerja sudah berjalan
99
dengan baik. Pada siklus I aktifitas siswa belum begitu kelihatan karena siswa
baik X -7 maupun siswa X – 8 masih kelihatan bingung dengan perubahan pola
pembelajaran dengan menggunakan puzzles dan siswa masih bersikap pasif (
tidak bertanya dan tidak memberi respon bila ditanya). Sebagaian siswa ada yang
memperhatikan tetapi ada juga yang memperhatikan sambil main- main. Pada
siklus II guru menerapkan diskusi dan memberikan umpan balik pada siswa .
Guru berharap siswa termotivasi untuk bertanya dan merespon apa yang
ditanyakan dengan demikian siswa berusaha untuk memperhatikan dengan
konsentrasi. Mereka akan berusaha untuk memperhatikan karena mereka akan
diberi pertanyaan oleh guru. Siklus ke III guru masih menerapkan diskusi , umpan
balik tetapi diakhir pembelajaran siswa diberi pengayaan bagi siswa yang dapat
menjawab dan mengemukakan pendapat akan diberi penghargaan yaitu bisa
berupa pujian juga berupa penambahan nilai, dengan demikian siswa merasa
bangga dan diakui keberadaan mereka dikelas bila mereka mendapat
penghargaan, sehingga mereka berusaha untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan seksama dan mereka dapat meningkatkan kosakata yang dimiliki serta
dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris dengan menerapkan
kosakata yang dimilikinya. Sebagaimana yang ada dalam teori konstruktivis
diantaranya: a) siswa secara aktif membangun pengetahuan sendiri . b) Agar
benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri.
Dari teori diatas bisa disimpulkan bahwa aktifitas siswa itu dalam proses
pembelajaran sangat diperlukan dan guru harus memberikan dorongan kepada
100
siswa sehingga siswa dengan sadar tanpa paksaan mengikuti proses pembelajaran
dengan senang hati karena kita tahu bahwa dengan peranan guru dalam proses
pembelajaran dapat memberikan kontribusi yang baik dalam keaktifan siswa
dalam pembelajaran.
Secara lengkap peningkatan Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan
teknik Puzzles dari siklus I sampai III dapat di gambarkan pada tabel beruikut:
Tabel 15. Peningkatan Aktivitas Siswa X - 7 Pada Pembelajaran Vocabulary.
Siklus I Siklus II Siklus III
No Indikator
F % F % F %
1 Memperhatikan 20 65 24 77 27 87
2 Mengajukan pertanyaan 10 32 14 45 17 55
3
Mengemukakan
pendapat 12 39 13 42 18 58
4 Menjawab pertanyaan 15 48 19 61 21 68
5 Mencatat 18 58 18 58 25 81
6 Mengerjakan tes 31 100 31 100 31 100
Jumlah 57 63 74
Pada data aktivitas kelas X - 7 diatas dari siklus I sampai siklus III peneliti
mengamati bahwa aktifitas mencatat pada siklus ke III di kelas X - 7 mengalami
peningkatan kalau dibandingkan siklus ke II, ini disebabkan pada siklus III guru
disamping menerapkan diskusi, guru memberikan pengayaan lisan dengan
memberikan pertanyaan satu persatu pada siswa X - 7 dengan menggunakan
vocabulary yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan demikian siswa X - 7
101
berusaha disamping menghafalkan juga mencatat vocabulary yang dipelajari
sehingga bila guru bertanya siswa dapat menjawab dan mengungkapkan pendapat
menggunakan vocabulary yang siswa pelajari sebelumnya. Guru juga memberikan
penghargaan berupa pujian juga nilai bagi siswa yang bisa dan bagi siswa yang
tidak dapat menjawab akan diberikan tugas. Dengan demikian siswa termotivasi
untuk dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik apalagi dengan
pemberian penghargaan yang mana membuat siswa merasa bangga apabila siswa
dapat menjawab dan mengemukakan pendapat dengan menggunakan kosakata
yang dipelajarinya.
Sedangkan tampilan dari deskripsi data variabel aktivitas belajar dapat dilihat
pada diagram berikut:
X - 7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Siklus I Siklus II Siklus III
X - 7
102
Tabel 16. Peningkatan Aktivitas Siswa X - 8 Pada Pembelajaran Vocabulary
Siklus I Siklus II Siklus III
No Indikator
F % F % F %
1 Memperhatikan 18 60 20 67 24 80
2 Mengajukan pertanyaan 6 20 10 33 15 50
3
Mengemukakan
pendapat 6 20 9 30 14 47
4 Menjawab pertanyaan 9 30 15 50 18 60
5 Mencatat 18 60 20 67 24 80
6 Mengerjakan tes 30 100 30 100 30 100
Jumlah 48 58 69
Sedangkan tampilan dari deskripsi data variabel aktivitas belajar dapat dilihat
pada diagram berikut:
X - 8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Siklus I Siklus II Siklus III
X - 8
Data
103
3.16. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan saat persiapan, pengambilan data maupun pengolahan data dalam
penelitian ini sedikit banyak mempengaruhi terhadap bobot generalisasi hasil
penelitian yang diperoleh.
Sehubungan hal tersebut dibawah ini akan dikemukakan beberapa keterbatasan
dalam penelitian:
1) Instrument penelitian disusun berlandaskan teori dan konsep yang melalui
perbaikan dan arahan dari pembimbing, akan tetapi pelaksanaan penelitian
dan implementasi instrumen tersebut masih ditemukan kendala.
2) Data yang diperoleh selama pengamatan dengan menggunakan pedoman
observasi, belum tentu merupakan kondisi yang nyata di sekolah lain.
3) Penelitian ini hanya mengkaji penggunaan media Puzzles, aktivitas belajar
terhadap peningkatan kosakata.
Bertolak dari keterbatasan dalam penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan mempertimbangkan jumlah subjek yang lebih banyak, kelas yang
lebih banyak di berbagai lokasi yang berbeda serta materi yang berbeda pula.
104
3.17. KESIMPULAN DAN SARAN
3.17.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:
1) Kenaikan setiap aktivitas dari siklus I ke siklus III . Pada siklus ke III
aktifitas yang ditunjukkan oleh siswa X -7 dan X -8 mengalami banyak
peningkatan , siswa tidak hanya sekedar memperhatikan dan mencatat
tetapi siswa telah memahami teknik puzzles yang diterapkan oleh guru
terbukti dengan 50% siswa X-8 dan 55% siswa X -7 aktif mengajukan
pertanyaan dan 60% siswa X-8 dan 68% siswa menjawab pertanyaan.
Adanya kenaikan aktifitas siswa dalam setiap siklus ini menunjukkan
bahwa indikator kinerja sudah berjalan dengan baik.
2) Pada Siklus I rata-rata penguasaan Vocabulary siswa kelas X- 7 sebesar
6,65 dan X- 8 sebesar 6,67.
3) Pada siklus II didapatkan rata-rata penguasaan vocabulary siswa kelas X-
7 sebesar 7,13 dan X -8 sebesar 7,10. Jika dibandingkan dengan rerata
nilai hasil penguasaan Vocabulary pada siklus I terjadi peningkatan
sebesar 0,5% untuk kelas X – 7 dari 6,65 menjadi 7,13 dan X – 8 sebesar
0,4% dari 6,67 menjadi 7,10.
4) Pada siklus III didapatkan rata-rata penguasaan Vocabulary siswa sebesar
7,27 untuk siswa kelas X -8 dan siswa kelas X – 7 sebesar 7,32. Jika
dibandingkan dengan rerata nilai penguasaan Vocabulary pada siklus II
105
terjadi peningkatan sebesar 0,17% dari 7,10 menjadi 7,27 untuk X – 7 dan
sebesar 0,19% dari 7,13 menjadi 7,32 untuk X -8.
3.17.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan kesimpulan, maka saran-saran yang diberikan adalah:
1) Untuk Guru Bahasa Inggris
a) Guru hendaknya memiliki ketrampilan merancang media pembelajaran,
perencanaan materi pelajaran harus memperhatikan kebutuhan dan
lingkungan siswa. Perencanaan strategi, metode atau alat bantu, maupun
evaluasi harus berorientasi pada proses atau tujuan pembelajaran bukan
pada target materi yang harus diselesaikan. Sedangkan media yang
dirancang hendaknya dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajari dan
membuat siswa menyengi untuk mempelajari sehingga dapat menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan dan siswa menikmatinya.
b) Dalam proses peningkatan kreativitas siswa sudah selayaknya guru
mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif.
c) Peran guru selama ini mendominasi dalam penyampaian pembelajaran
harus dikurangi, siswa diberikan kesempatan mempelajari mendiskusikan
106
dalam kelompok, bertanya, merangkum, sementara guru berperan sebagai
motivasi, fasitator dan mediator.
2) Untuk Sekolah
Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan
intruksional, berkenaan dengan hal tersebut, sebagai otoriter yang
bertanggung jawab maju mundurnya lembaga pendidikan dapat memberi
iklim sosial yang kondusif dalam pengembangan pendidikan,salah satunya
memberi motivasi kepada guru untuk senantiasa mau mengembangkan diri
dalam mencapai mutu pembelajaran.
107
108