ilmu dan iman cermin masyarakat madani

Upload: rahimisaad

Post on 12-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ilmu

TRANSCRIPT

Ilmu dan Iman Cermin Masyarakat Madani Dr Hidayat Nur Wahid Agama yang kita pahami bukanlah agama yang sekadar mengatur kehidupan pribadi seorang manusia dengan Sang Pencipta, Allah Swt. Namun kita meyakini bahwa Islam sebagai sebuah entitas agama juga merupakan minhj yang mengatur hubungan antarsesama atau yang kerap disebut sebagai hubungan mumalah. Oleh sebab itu, selain untuk mengantarkan seorang Muslim menjadi pribadi yang saleh, Islam juga memiliki konsep untuk mengantarkan sebuah masyarakat yang saleh, baik itu secara material maupun spiritual, jasmani ataupun rohani. Konsep Islam atas pembentukan masyarakat itu dapat disebut sebagai Konsep Madan, yakni sebuah model yang merujuk bagaimana Rasulullah Saw. membangun kerangka masyarakat Madinah, masyarakat yang dibangun atas tiga landasan utama yaitu: masyarakat yang berbasis masjid; berdasarkan persaudaraan; dan masyarakat yang diatur oleh hukum (Piagam Madinah).Yang menjadi pertanyaan kemudian: kenapa langkah pertama yang dilakukan Rasulullah saat membangun masyarakat Islam di Madinah adalah membangun masjid? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mesti melihat bagaimana beliau memfungsikan masjid itu sendiri.Sayangnya, masih ada di kalangan umat Islam yang menempatkan masjid sebagai elemen bagian dari kehidupan masyarakat, bukan elemen utama. Cara pandang seperti itu akibat adanya ideologi sekuler yang menafikan peran agama dalam pembangunan masyarakat. Padahal, sejak awal kemunculannya, seperti dikatakan oleh seorang orientalis terkenal bernama H.A.R. Gibb, bahwa Islam sebenarnya lebih dari sekadar suatu sistem teologi saja, Islam adalah suatu peradaban yang komplet. Dalam kaitan ini, ada baiknya kita merenungkan kata-kata yang dilontarkan oleh pembaharu asal Mesir, Syekh Hasan al-Banna, bahwa Islam itu aqdah dan ibadah, tanah air dan kewarganegaraan, toleransi dan kekuatan, moralitas dan materi, wawasan dan hukum. Dan masjid pada hakikatnya adalah tempat untuk manifestasi ketundukan dan ketaatan seorang Mukmin kepada Allah. Dengan kata lain, masjid adalah ekspresi ibadah seorang Muslim. Lokasi yang dikhususkan untuk beribadah kepada Allah. Namun begitu, secara faktual Rasulullah dan generasi setelahnya telah menjadikan masjid bukan sekadar sebagai tempat untuk shalat, namun lebih dari itu. Ibadah seperti dijelaskan oleh Ibn Taymiyyah adalah sebutan yang mencakup segala hal yang disukai dan diridhai Allah, baik itu secara lisan atau tindakan yang lahir atau pun tersembunyi. Perspektif ibadah seperti inilah yang harus kita tanamkan sehingga kita selalu bersemboyan seperti yang digambarkan Allah: Katakanlah:Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (6/162)Ada benang merah kenapa langkah paling pertama yang dilakukan oleh Rasulullah saat tiba di Madinah adalah masjid, yakni memberikan pesan bahwa sebuah masyarakat hendaknya dibangun atas landasan iman dan ilmu. Dalam Islam, iman dan ilmu adalah dua hal yang saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Dalam pandangan Islam, ilmu/sains/pengetahuan tidak malah menciptakan ideologi semacam agnostik atau ateistik. Islam memandang, untuk mencapai keimanan yang benar, haruslah ditempuh melalui proses belajar atau proses mengetahui. Atas dasar semangat belajar inilah peradaban Islam tumbuh dan berkembang dengan kontribusi yang luar biasa terhadap peradaban dunia. Di sini, masjid telah menjadi sekolah (madrasah) sekaligus universitas tempat lahirnya banyak ulama dan ilmuwan besar Islam. Masjid menjadi perangkat shinah al-Hayh yang mengantarkan masyarakat Muslim menjadi soko guru dunia (ustzdiyyah al-lam).Pada tahap selanjutnya, masjid-masjid mulai lemah dalam bidang sains dan pengetahuan, yang kemudian diperparah oleh tiga petaka yang sangat berpengaruh. Pertama, hancurnya Kota Fustat (564 H). Kedua, pembumihangusan Baghdad (656 H), sebagai pusat peradaban Islam. Ketiga, jatuhnya Andalusia di Spanyol (897 H).Pasca jatuhnya kiblat sains dan pengetahuan itu, umat Islam pun seperti ayam kehilangan induknya, mengalami kemunduran. Kontribusi umat Islam yang luar biasa terhadap perkembangan sains akhirnya ditindaklanjuti oleh Barat. Tapi sayangnya, di peradaban Barat, sains diletakkan sebagai entitas tersendiri yang terpisah dari agama (Kristen), lantaran pengalaman tidak sinkron antara sains dan Kristen yang berdarah-darah. Ironisnya, umat Islam saat ini mengikuti cara pandang Barat itu, yang memisahkan antara sains dan agama.