masyarakat madani

21
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda, civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di zaman pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh para filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-ilmu sosial seperti Locke, Hobbes, Ferguson, Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci, Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien Rais, Fransz, Magnis Suseso, Ryaas Rasyid, AS. Hikam, Mansour Fakih. Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal katanya adalah a-dlb yang artinya adalah kehalusan?(refinement), pembawaan

Upload: ardi12

Post on 10-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

SPAI

TRANSCRIPT

Page 1: Masyarakat Madani

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

    Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak

masa Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno,

pada abad pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang

berbeda-beda, civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa

ke masa. Di zaman pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh para

filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-ilmu sosial seperti Locke, Hobbes, Ferguson,

Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci, Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di

Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien Rais, Fransz, Magnis Suseso,

Ryaas Rasyid, AS. Hikam, Mansour Fakih.

      Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan

sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu

adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu,

masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai

kemanusiaan.

      Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal

katanya adalah a-dlb yang artinya adalah kehalusan?(refinement), pembawaan

yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, tata-susila, kemanusiaan atau

kesasteraan. Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin

marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia.

Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti

Orde Baru yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo

menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani

tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Namun, memerlukan proses

panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini

untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan yang

gigih.

Page 2: Masyarakat Madani

B. Profil Buku

Judul Buku : Islam,Masyarakat Madani dan demokrasi

Penerbit : Muhammadiyah Universiy Press Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Editor :Sudarno Shobron dan Mutohharun Jinan

Jumlah Halaman : 256

Tahun Terbit : 1999

C. Permasalahan

1. Makna dan Hakikat Masyarakat Madani

2. Ciri Masyarakat Madani

3. Masyarakat Madani Bukan Civil Society

4. Islam dan Masyarakat Madani

Page 3: Masyarakat Madani

II

RINGKASAN

1. Makana dan Hakikat Masyarakat Madani

Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.Secara terminologis masyarakat madani menurut An-Naquib Al-Attas adalah “mujtama’ madani” atau masyarakat kota. Secara etimologi mempunyai dua arti, Pertama, ‘masyarakat kota karena madani berasal dari kata bahasa arab madinah yang berarti kota, dan kedua “masyarakat berperadaban” karena madani berasal dari kata arab tamaddun atau madinah yang berarti peradaban, dengan demikian masyrakat madani mengacu pada masyarakat yang beradab. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society juga berdasarkan pada konsep negara madinah yang dibangun Nabi Muhammad saw pada tahun 622M.Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society.Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278). Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).

Page 4: Masyarakat Madani

2. Ciri Masyarakat Madani

Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil

society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan

istilah societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya

istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang

terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan

dengan negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang

dipatuhi..

      Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani

yang pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan

agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di

Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi

warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak,

kritis argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai

dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi

secara sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-

adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil dan

kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi,

memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau silih asah-asih-asuh antara

sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita Indonesia di

masa mendatang dan sebagainya.

Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :

1.      Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki

akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan

kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,

berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.

2.      Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi

sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan

demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran

pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku

demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang

Page 5: Masyarakat Madani

lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi

yang meliputi :

1)      Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

2)      Pers yang bebas

3)      Supremasi hokum

4)      Perguruan Tinggi

5)      Partai politik

3.      Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan

politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling

menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh

orang/kelompok lain.

4.      Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang

majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai

positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

5.      Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang

proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu

terhadap lingkungannya.

6.      Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari

rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga

masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang

bertanggungjawab.

7.      Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya

keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang

memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani

di Indonesia diantaranya :

1.      Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum merata

2.      Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat

3.      Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter

4.      Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang

terbatas

5.      Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar

Page 6: Masyarakat Madani

6.      Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi

      Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan jaman,

pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya

sebagai berikut :

1.      Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan

dan pendidikan

2.      Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya membela

hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran,

kelompok buruh yang digaji atau di PHK secara sepihak dan lain-lain)

3.      Sebagai kontrol terhadap negara

4.      Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan

(pressure group)

5.      Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang terletak

antara negara di satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang

lingkup tersebut terdapat sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela

dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di antara assosiasi tersebut,

misalnya berupa perjanjian, koperasi, kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun

Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.

3. Masyarakat Madani Bukan Civil SocietyMasyarakat Madani dan Civil Society memang memiliki kesamaan namun tidak identik.Setidaknya dapat dilihat dari 2 segi yaitu historis dan cangkupan maknanya.

Segi Historis :Secara historis ,rousseau bapak demokrasi yang menulis buku

‘’The Soceal Contract (1762)’’ berpendapat,asal mula negara berpangkal dari sebuah kontrak atau perjanjian yang dengan itu orang orang bersepakat untuk beralih dari kehidupan alamiah yang primitif .Kontak sosial versi rousseau menurut Dr.Dhiya’ addin adalah semata mata fiksi karena tidak memiliki pijakan masa lalu dan tanpa argumentasi dan bukti historis yang jelas.Sedangkan kontrak sosial menurut pandangan para ulama atau versi isalam didasarkan pada masa lalu sejarahnya yang pasti,yakni pengalaman umat islam sendiri sepanjang masa keemasannya ( Fathi Osaman,1990:68).

Page 7: Masyarakat Madani

Kontrak sosial antara lain disinggung oleh imam ibnu Hazm dalam Al-Muhalla,”Iman itu ditegakkan untuk menegakkan sholat bersama masyarakat ,mengadministrasikan zakat,menjalankan hukum hukum dan memerangi ,musuh.Semua itu barpangkal pada perjanjian atau kontrak yang tidak mengikat orang orang yang belum baligh dan belum berakal”.

Adapaun mengenai hubungan antara masyrakat madani dan masyarakat Madina,masih kontroversial di kalangan pemikir dan penulis Muslim.Fahmi Huwaidi misalnya,Membedakan antara keduanya.Sedangkan sebuah buku terbitan Gema Insani Press dengan judul Masyarakat Madani ,berisi deskripsi dan analisis historis tentang masyarakat Madinah pada zaman Rasullulah.

Berbeda dengan dua pandangan yang kontardiktif tersebut,Fathi Usman (1990:10) dalam Negara dalam sunnah Rasulullah tidak mau menggunakan istilah masyarakat atau negara madani terhadap negara Islam yang pertama kali didirikan Rasulullah tersebut,walaupun sering dinamakan demikian karena berada di Kota Madinah.nama negara madainah menurutnya sering menimbulakan salah pengertian di mana negara madinah disamakan dengan city state (negara kota) seperti Athena dan Sparta di jaman purba sebagai alternatifnya ia menggunakan istilah “Negara Hijrah”

Negara Hijrah menurutnya adalah terbuka bagi setiap orang dan setiap kelompok .Negara tersebut tidak menutup diri seperti negara negara agama lainnya sepanjang sejarah.Negara Hijrah juga bearti negara ideologi yang ditegaskan di atas konsep dan akidah lain yang mana pun melainkan hanya melawan permusuhan yang datang dari penganut pemikiran dan akidah lain itu saja

Secara normatif penegasan tentang bolehnya hubungan antara orang Islam dan orang Kafir yang tidak memusuhi islam,disenutkan dalam surat Q.S al Muhtahanah (60) :8-9.Dalam piagam madinah ditegaskan ,warga non muslim berhak untuk mendapatkan pertolongan dan tuntunan,bebas dalam memilih agama dan menjalankannya,dan diberi jaminan keamanan kecuali yang berbuat dzalim dan salah.

Cakupan Makna :Ditinjau dari segi cakupan Maknanya seperti pernah dikumukakan

Didin Hafifudin dalam “Hearing Calon Presiden “ di ITB (22-23 April 1999),Masyarakat madani lebih luas maknanya dari civil society.Civil Society hanya berorientasi pada paradigma politik sedangkan masyarakat madani mencakup paradigma politik,kemanusiaan dan agama

Karena masyarakat madani mancakup paradigma kemanusiaan dan agama maka ia tidak dapat disamakan dengan civil society yang dalam

Page 8: Masyarakat Madani

tulisan Handani disebutkan merupakan produk sejarah masyrakat barat moddern dan terahir dari filsafat pencerahan

Sebagaimana dimaklumi peradaban barat di samping membawa kemajuan yang luar biasa secara fisikal juga mewariskan dampak negatif berupa dekadensi moral,keretakan keluarga,kegelisahan jiwa,gangguan mental dan saraf serta tingginya angkan kriminalitas dan ketakutan (Yusuf Qardhawi,1996:35-82) yang dapat dijadikan bukti bahwa barat telah gagal memahami nilai kemanusiaan dan agama.

Mustafa as-Shiba’i (1992:22-25) menegaskan orang orang barat mulai merasakan kegagalan peradaban mereka dalam dua segi yaitu spiritual dan moral.Bahkan peradaban barat telah melenyapan kemanusiaan dengan jalan mematikan jiwa dan menghidupkan nafsu dengan materialismenya.

Berbeda dengan peradaban barat menurut as-Shiba’i peradaban islam memiliki karakteristik yang “unik” dan telah dibuktikan kehandalannya dalam sejarah yaitu pertama berpijak pada asas wahdaniah yang mutlak dalam akidah.Kedua mempunyai kecendrungan dalam tujuan kemanusiaan,cakrawala,dan risalah kosmopolitan.Ketiga berpegang pada ilmu dalam pangkalnya yang paling lurus dan bersandar pada akidah dalam prinsipnya yang paling jernih.Kelima ,Memiliki Toleransikeagamaan yang mengagumkan yang tidak pernah di kenal oleh peradaban lain yang juga berpijak pada agama.

Berangkat dari uraian tersebut dalam paradigma politik msyrakat madani dapat dipelajari antar lain daro civil society yang berkembang di barat yang berinti pada kesadaran,peran,tanggung jawab,partisipasi,dan kontrol masyarakat terhadap jalannya kekuasaan supaya tidak sewenang wenang dan menindas.Akan tetapi dalam aspek kemanusiaan dan agama masyrakat madani dapat digali dari “Madinah” atau “Negara Hijrah” yang telah dicontohkan oleh nabi bahkan dapat digali dari sejarah kekhalifahan bani umayah dan bani abbasiyah pada masa kemajuannya .

4. Islam dan Masyarakat Madani

Menurut ajaran Islam,umatdiwajibkan mematuhi ketentuan ketentuan Allah,Rasul-Nya dan para pemegang kekuasaan (Q.S Ali Imran :59),namun mereka juaga mewajibkan untuk melaukan kontrol sosial,termasuk terhadap penguasa,disamping itu mereka memiliki hak untuk mengekspresikan pendapatnya dan melakuakan aktivitas dalam kehidupan masyarakat dan negara.Kewajiban dan Hak ini menjadikan warga memiliki peran mandiri di luar kekuasaan negara dalam hal kontrol sosial tersebut yang sejak masa Dinasti Umawiyah antara lain dilembagakan dalam bentuk wilayah al-hisabah(fungsi kontrol sosial dari

Page 9: Masyarakat Madani

warga) dipahami tidak hanya kekuasaan eksekutif tetapi juga kekuasaan otoritas dalam pemahaman ajaran Islam yang dalam ini para ulama.

Di masa awal kenabian tampak peran kelompok kelompok masyarakat yang memiliki kemandirian yang cukup besar dalam pengambilan keputusan,sebagaimana tercermin dalam konstitusi Madinah.Namun seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang turun sistem negara Madinah nabi berkembang mejadi sistem “Teokrasi”.Dalam sistem yang demikian itu tidak ada masyarakat Madani karena negara,yang dalam hal ini dimanifestasikan dalam figur Nabi,Memiliki kekuasaan yang amat besar ,baik kekuasaan eksekutif,legislatif,maupun yudikatif.Segala sesuatu pada dasarnya dikembalikan keapada Nabi,dan ketaatan umat kepada Nabi pun Bersifat Mutlak,sehingga tidak ada kemandirian lembaga masyarakat berhadapan dengan negara.Meskipun demikian ,berbeda dengan umumnya penguasa dengan kekuasaan besar yang cenderung despotik,Nabi justru meletakkan nilai nilai dan norma norma keadilan persamaan ,persaudaraan,dan kemajemukan yang menjadi dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,disamping mendukung kketerlibatan asyarakat (sahanat) dalam pengambilan keputusan sevcara musyawarah.

Sampai apada abad ke-19 di dunia Isalam belum muncul organisasi orgaisasi sosial maupun organisasi organisasi profesi yang kini menjadi basisi utama masyrakat madani.namun dewasa kini organisadi organisasi masyarakat tersebut sudah terbentuk di sebagian besar negara muslim,sejalan dengan kemajuan di bidang ekonomi,politikdan pendidikan modern.Banyak Intelektual dan aktivitas muslim di berbagai negara muslim membwaa ide ide demokrasi dan terlibat dalm proses demokrasi.

Dianatara pemahaman tentang masyarakat madani yang dikaitkan dengan islam yang menurut saya kurang tepat yaitu :

Masyarakat madani diidentikan dengan masyarakat Madinah pada masa Nabi

Masyarakat Madani disamakan dengan peran nabi sebagai kepala negara

Masyarakat madani diidentitkkan dengan kelas menengah Muslim kota

Masyarakat madani bearti masyrakat yang beradab,karena madani terkait dengan maddaniyah sama dengan civil yang berasal dari civility

Umat Islam sebagai kelompok mayoritas di Indonesia memiliki peranan yang strategis dalam mewujudkan masyarakat

Page 10: Masyarakat Madani

madani yang kuat.Ormas-Ormas keagamaan dapat Melakukan ekspansi aktivitas tidak hanya dibidang sosial,keagamaan,tetapi juga dalam hal peningkatan ekonomi dan advokasi masyarakat yang lemah.Sementara itu sebagai suatu negara yang mayoritas penduduknya beragama islam ,Indonesia tidak mungkin melaksanakan sistem demokrasii sepenuhnya ala barat.Oleh karena itu,upaya penyesuaian sistem demokrasi sesuai dengan filosofi dan budaya indonesia tidak dielakkan.

Namun upaya upaya penyesuaian ini seharusnya tidak dimaksuddkan untuk pentingan politik penguasa ,melainkan untuk mendekatkan konsep demokrasi ini dengan filosofi dan budaya Indonesia yang tak dapat dipisahkan sepenuhnya dlam ajaran islam.tentu saja ajaran islam yang dipahami sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia tanpa diskriminasi.Demikian pula adalah logis jika dilakukan penyesuaian konsep masyrajat madanai sesuai dengan kondisi di Indonesia.namun hal ini seharusnya tidak lepas dari konsep orisinilnya sebagai wujud kemandirian masyarakat berhadapan dengan Negara

Page 11: Masyarakat Madani

III

Analisis

Dalam Islam negaralah yang bertanggung jawab terhadap urusan masyarakat. Negara dalam perspektif Islam bukanlah sekedar alat untuk menjamin dan menjaga kemaslahatan individu saja sebagaimana halnya liberalisme-kapitalisme akan tetapi merupakan suatu institusi yang mengurusi kebutuhan individu, organisasi (jamaah), dan masyarakat sebagai satu kesatuan, baik urusan dalam maupun luar negerinya, sesuai dengan peraturan tertentu yang membatasi hak dan kewajiban masing-masing. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bernard Lewis, “bahwa sejak zaman Nabi Muhammad, umat Islam merupakan entitas politik dan agama sekaligus, dengan Muhammad sebagai kepala Negara”. Jadi, secara historis pun antara konsep civil society dengan masyarakat madani tidak memiliki hubungan sama sekali. Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah. Beliau (sang Nabi) memperjuangkan kedaulatan, agar seluruh kelompok di kota Madinah terbebaskan (terjamin hak-haknya) serta ummatnya (Muslim) leluasa menjalankan syari’at agama di bawah suatu perlindungan hukum yang disepakati bersama. Dari pembahasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa masyarakat madani dan civil society memiliki beberapa perbedaan. Meskipun demikian, keduanya juga memiliki persamaan yang sangat banyak. Berikut perbedaan dari keduanya:

• Masyarakat madani berasal dari kebudayaan Arab-Islam sedangkan civil society berasal dari masyarakat barat terutama Eropa-Non islam.

• Civil society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan dan sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran.

Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat madani tidak terlepas dari kondisi sosio-kultural, politik dan ekonomi yang berkembang pada saat itu. Sementara di Indonesia, “apakah sama dengan kondisi di Eropa Barat?” dan “apakah kemudian wacana itu dapat berkembang subur di Indonesia?” Serta apakah di Indonesia sudah cukup memiliki piranti bagi terwujudnya masyarakat madani?”. Persoalan tersebut merupakan gerbang dari usaha menganalisa kemungkinan masyarakat madani di Indonesia. Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Hal ini diberlakukan ketika negara sebagai penguasa dan pemerintah tidak bisa menegakkan demokrasi dan

Page 12: Masyarakat Madani

hak-hak asasi manusia dalam menjalankan roda kepemerintahannya. Disinilah kemudian, konsep masyarakat madani menjadi alternatif pemecahan, dengan pemberdayaan dan penguatan daya kontrol masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang pada akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang demokratis dan menghargai hak-hak asasi manusia. Sosok masyarakat madani bagaikan barang antik yang memiliki daya tarik yang amat mempesona. Kehadirannya yang mampu menyamarkan wacana politik kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik, bukan dikarenakan kondisi barangnya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan masyarakat yang lebih baik. Kemungkinan berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat di muka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah yang mempunyai kekuatan dan bagian dari social control. Sejak zaman Orde Lama dengan rezim Demokrasi Terpimpinnya Soekarno, sudah terjadi manipulasi peran serta masyarakat untuk kepentingan politis dan terhegemoni sebagai alat legitimasi politik. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat dicurigai sebagai kontra-revolusi. Fenomena tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa di Indonesia pada masa Soekarno pun mengalami kecenderungan untuk membatasi gerak dan kebebasan publik dalam mengeluarkan pendapat. Sampai pada masa Orde Baru pun pengekangan demokrasi dan penindasan hak asasi manusia tersebut kian terbuka seakan menjadi tontonan gratis yang bisa dinikmati oleh siapapun bahkan untuk segala usia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai contoh kasus yang pada masa orde baru berkembang. Misalnya kasus pemberedelan lembaga pers, seperti AJI, DETIK dan TEMPO. Fenomena ini merupakan sebuah fragmentasi kehidupan yang mengekang kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya di muka umum, apalagi ini dilakukan pada lembaga pers yang nota bene memiliki fungsi sebagai bagian dari social control dalam menganalisa dan mensosialisasikan berbagai kebijakan yang betul-betul merugikan masyarakat. Selain itu, banyak terjadi pengambilan hak tanah rakyat oleh penguasa dengan alasan pembangunan, juga merupakan bagian dari penyelewengan dan penindasan hak asasi manusia, karena hak atas tanah yang secara sah memang dimiliki oleh rakyat, dipaksa dan diambil alih oleh penguasa hanya karena alasan pembangunan yang sebenarnya bersifat semu. Di sisi lain, pada era orde baru banyak terjadi tindakan-tindakan anarkhisme yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Hal ini salah satu indikasi bahwa di Indonesia pada saat itu tidak dan belum menyadari pentingnya toleransi dan semangat pluralisme. Secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi

Page 13: Masyarakat Madani

Manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi pemberdayaannya sekaligus agar proses pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal. Menurut Dawam ada tiga (3) strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi dalam memberdayakan masyarakat madani di Indonesia. 1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandangan bahwa system demokrasi tidak mungkin berlagsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan konflik, dan karena itu menjadi sumber instabilitas politik sebagai landasan pembangunan, karena pembangunan lebih-lebih yang terbuka terhadap perekonomian global membutuhkan resiko politik yang minim. Dengan demikian persatuan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan dari demokrasi. 2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi system politik demokrasi. Strategi ini berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, makam akan dengan sendirinya timbul masyarakat madani yang mampu mengontrol terhadap negara. 3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari stretegi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang makin luas. Ketiga model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh Hikam bahwa di era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target-target grup yang paling strategis serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses tersebut. Untuk keperluan itu, maka keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, ormas sosial dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak adanya, karena merekalah yang memiliki kemampuan dan sekaligus aktor pemberdayaan tersebut.

Page 14: Masyarakat Madani

IV

Komentar

Menurut saya mengenai buku Islam,Masyarakat Madani,Dan Demokrasi ini merupakan buku yang enak untuk di baca karena di dalamnya terdapat penjelasan penjelasan mengenai konsep konsep masyarakat madani dan civil society dengan jelas sehingga memudahkan pembacanya,dan di buku ini juga terdapat banyak pokok bahasan mulai dari Masyarakat Madani Dalam perdebatan Konsep sampai dengan Islam dan Masyarakat Madani.

Tanggapan

Kekurangan dalam buku ini menurut saya yaitu banyaknya penggunaan kata kata yang akan sulit dipahami oleh orang orang umum,