impaksi

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi gigi adalah suatu proses pergerakan gigi secara aksial yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi ini biasanya terjadi sesuai dengan waktu erupsi yang berbeda setiap giginya. Namun tidak semua gigi berhasil erupsi dengan sempurna atau bahkan tidak erupsi sama sekali. Keadaan ini disebut dengan impaksi. Impaksi dapat terjadi pada gigi tertentu dengan etiologi yang berbeda-beda. Impaksi ini dapat mengganggu sistem stomatognatik karena satu dan lain hal. Banyak sekali keadaan yang mengindikasikan 1

Upload: achmad-noviar

Post on 10-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

klasifikasi dan penanganan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangErupsi gigi adalah suatu proses pergerakan gigi secara aksial yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi ini biasanya terjadi sesuai dengan waktu erupsi yang berbeda setiap giginya. Namun tidak semua gigi berhasil erupsi dengan sempurna atau bahkan tidak erupsi sama sekali. Keadaan ini disebut dengan impaksi.Impaksi dapat terjadi pada gigi tertentu dengan etiologi yang berbeda-beda. Impaksi ini dapat mengganggu sistem stomatognatik karena satu dan lain hal. Banyak sekali keadaan yang mengindikasikan suatu gigi impaksi untuk dilakukan odontektomi namun terdapat juga kontraindikasi dan komplikasi yang harus diperhitungkan sebelum dilakukannya perawatan. Perawatan yang dilakukan pun akan berbeda dengan ekstraksi yang dilakukan secara biasa.

1.2. Tujuan

1.2.1. Untuk mengetahui definisi dari impaksi gigi1.2.2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya impaksi gigi1.2.3. Untuk mengetahui macam-macam impaksi gigi1.2.4. Untuk mengetahui tentang impaksi gigi molar tiga rahang bawah1.2.5. Untuk mengetahui tentang impaksi gigi molar tiga rahang atas1.2.6. Untuk mengetahui impaksi gigi-gigi lainnya1.2.7. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dilakukannya odontektomi1.2.8. Umtuk mengetahui penatalaksanaan impaksi gigi

BAB IIISI

3.1 3.2 2.1 Definisi Gigi ImpaksiDefinisi dari gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat, atau tidak akan dapat bererupsi ke dalam posisi fungsional normalnya, karena itu dikategorikan sebagai patologik dan membutuhkan perawatan (Larry J. Peterson, 2004). Tidak semua gigi yang tidak erupsi adalah gigi impaksi. Gigi disebut impaksi ketika gigi tersebut gagal untuk bererupsi secara keseluruhan ke dalam kavitas oral dalam jangka waktu perkembangan yang diharapkan dan tidak dapat lagi diharapkan untuk bererupsi. Mendiagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologis erupsi normal, juga faktor yang berpengaruh terhadap potensi erupsi.

2.2 Etiologi Gigi ImpaksiPenyebab dari impaksi gigi permanen terbagi menjadi faktor sistemik dan local. Impaksi gigi dalam sindrom herediter cleidocranial dysplasia lebih sering disebut retensi primer. Gambar 1 : impaksi gigi lebih dari satu karena cleidocranial dysplasia (Sumber : Peterson, L.J. 2004. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd ed., London: BC Decker Inc.)Defisiensi endokrin (hipotyroidisme dan hipopituitarisme), febrile disease, Down syndrome, dan radiasi adalah faktor sistemik lainnya yang dapat menyebabkan impaksi gigi permanen. Dalam semua kondisi sistemik ini, biasanya gigi yang terlibat lebih dari satu. Faktor lokal lebih umum menyebabkan impaksi gigi. Dalam faktor ini termasuk retensi gigi sulung yang lebih panjang, malposisi benih gigi, kekurangan panjang lengkung rahang, gigi supernumerer, tumor odontogenik, arah erupsi abnormal dan celah bibir dan palatum. Karena gigi kaninus maksil umumnya impaksi, telah dilakukan penelitian untuk mencari penyebab impaksi gigi ini. Jacoby memisahkan gigi kaninus maksila yang tidak bererupsi ke arah labial dari impaksi kaninus di daerah palatal, karena kaninus yang tidak bererupsi ke arah labial diakibatkan karena kekurangan panjang lengkung rahang, sedangkan kaninus yang berimpaksi di daerah palatal tidak. Kaninus dapat muncul pada sisi palatal bila ada ruang lebih pada tulang maksila.Bishara menyebutkan bahwa adanya akar insisivus dengan panjang normal pada waktu yang tepat penting untuk mengarahkan kaninus ke arah erupsi yang sesuai. Molar kedua yang impaksi telah diteliti untuk menentukan penyebab impaksi. Ranta menemukan bahwa molar ketiga telah diposisikan secara oklusal dan palatal berhubungan dengan molar kedua sebagai penghalang. Gambar 2 : Gigi impaksi molar kedua dan ketiga maksila. (Sumber : Peterson, L.J. 2004. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd ed., London: BC Decker Inc.)Levy dan Regan mengidentifikasi penyebab paling mungkin impaksi dari molar kedua sebagai malposisi dari benih gigi molar ketiga. Masalah klinis telah diidentifikasi berasosiasi dengan impaksi gigi permanen. Gigi yang gagal untuk berurupsi ke dalam posisi normal dalam lengkung gigi dapat menjadi masalah, diantaranya maloklusi, kehilangan panjang lengkung gigi, migrasi atau hilangnya gigi di sebelahnya, penyakit periodontal, resorpsi akar gigi yang berdekatan, resorpsi (internal atau eksternal) gigi yang impaksi, kista dan periokoronitis2.3 Klasifikasi Impaksi2.3.1 Klasifikasi Menurut PellDan Gregory1) Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distalmolar kedua ke ramus mandibula.

Klas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar 3 : Klas I menurut Pell dan GregoryKlas II : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar 4 : Klas II menurut Pell dan GregoryKlas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.

Gambar 3.Klas III menurut Pell dan Gregory

2) Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahangPosisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua. Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis servikal molar kedua.Kedua klasifikasi ini digunakan biasanya berpasangan. Misalnya,Klas I tipe B artinya panjang mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak distal molar kedua ramus mandibula dan posisi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi masih di atas servikal gigi molar kedua.2.3.2 Klasifikasi MenurutGeorge WinterKlasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-posisi meliputi1) Vertical2) Horizontal3) Inverted4) Mesioangular(miring ke mesial)5) Distoangular(miring ke distal)6) Bukoangular(miring ke bukal)7) Linguoangular(miring ke lingual)8) Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position

2.4 Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang BawahGigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada usia 18-24 tahun dan merupakan gigi yang terakhir tumbuh, hal itulah yang menyebabkan sering terjadinya impaksi pada gigi tersebut. Menurut beberapa ahli, frekuensi impaksi gigi molar ketiga maksila adalah yang terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga mandibula. Kenyataannya di Indonesia berbeda, impaksi gigi molar ketiga mandibula ternyata frekuensinya lebih banyak dari pada gigi molar ketiga maksila. Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan rasa sakit. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah dan kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya karies pada gigi molar ketiga rahang bawah. Apabila impaksi gigi molar ketiga rahang bawah hanya terlihat sebagian maka akan memudahkan makanan terperangkap di dalamnya,sehingga pasien akan mengalami kesulitan untuk membersihkannya. Efek selanjutnya adalah rasa tidak enak, mulut berbau, gigi gampang terserang karies.5 Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi maka perlu dilakukan tindakan pencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak atau kemungkinan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar tidak berfungsi. Berikut klasifikasi impaksi molar ketiga rahang bawah:1) Menurut Winter (1926)(1) Vertikal (2) Horizontal (3) Inverted (4) Unusual (5) Mesioangular(6) Distoangular(7) Buccoangular(8) Linguoangular

2) MenurutPell & Gregory (1933)

Klasifikasi ImpaksiPell & Gregory (1933)

(1) Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal M2 :3 klasKlas Iruang cukupKlas II ruang kurangKlas IIItdk ada ruang/M3 dalam ramus mandibula.

(2) Berdasarkan relasi antara ramus mandibula dan molar kedua meliputi.Posisi Abagian tertinggi dari gigi terletak lebih tinggi atau sejajar dengan garis oklusal gigi M2.Posisi Bbagian tertinggi dari gigi terletak diantara garis oklusal dan garis servikal gigi M2.Posisi Cbagian tertinggi dari gigi terletak dibawah servikal line gigi M2.

3) Menurut Archer (1975)Gabungan antara Winter dengan Pell & Gregory

Gambar II. Klasifikasi Impaksi Archer (1975)

4) MenurutWright (1985)bentuk akar gigi(1) Akar lurus terpisah atau fusi(2) Akar bengkok ke distal/mesial(3) Kombinasi

2.5 Impaksi Gigi Molar Tiga Rahang AtasEkstraksi dari gigi molar tiga atas yang impaksi sulit karena kurangnya visualisasi pada area tersebut dan terbatasnya akses. Faktor lain seperti terbatasnya pembukaan mulut, dekatnya letak gigi impaksi terhadap sinus maksilaris dan sebagainya, dapat membuat prosedur lebih sulit. Akar dari gigi molar ketiga atas bervariasi dalam bentuknya tetapi biasanya kecil dan halus dan mudah fraktur. Akarnya, dan terkadang keseluruhan giginya berada dekat dengan sinus maksila. Molar ketiga rahang atas jarang menyebabkan masalah selama masih terbenam dan terdapat argumen yang menyatakan untuk membiarkan gigi tersebut yang tidak memiliki symptom untuk erupsi. Gigi molar ketiga rahang atas yang erupsi tetapi tidak berfungsi dapat diekstraksi pada saat yang sama dengan molar ketiga rahang bawah.

2.5.1 Klasifikasi dari gigi molar ketiga rahang atasImpaksi dari gigi molar ketiga atas (Archer, 1975) dapat diklasifikasikan menjadi mesioangular, distoangular, vertical horizontal, bucoangular, linguoangular, atau inverted.

Impaksi molar tiga atas dapat juga diklasifikasikan menurut kedalaman impaksi yang dibandingkan dengan molar kedua (Archer, 1975) : 1) Kelas A : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada level yang sama dengan permukaan oklusal pada molar kedua2) Kelas B : Permukaan oklusal dari gigi impaksi berada pada tengah-tengah dari mahkota gigi molar kedua3) Kelas C : Permukaan oklusal dari mahkota gigi impaksi berada di bawah garis servikal gigi yang disebelahnya bahkan lebih dalam

Gigi impaksi dari kelas ketiga merupakan suatu kasus yang sangat sulit, karena ekstraksi melibatkan sejumlah besar tulang, akses yang terbatas, dan resiko perpindahan tempat dari gigi impaksi ke dalam sinus maksilaris.

2.5.2 Indikasi ekstraksi molar tiga rahang atasEkstraksi diindikasikan bila gigi yang erupsi menimbulkan trauma pada pipi atau operkulum yang berada di atas gigi molar ketiga atas. Gigi molar ketiga yang tidak erupsi terkadang asymptomatic dan tidak perlu dilakukan ekstraksi, kecuali terdapat lesi patologi yang berhubungan.

2.5.3 PerawatanTahap-tahap ekstraksi gigi molar ketiga atas : 1) Sedasi Persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang relaks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien yang teranastesi dengan selamat. Seringkali anastesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi. Anastesi yang dipakai yaitu pleksus anastesi dan sub mukus infiltrasi anastesi. 2) Pembukaan flapTipe flap yang dipakai adalah triangular dan horizontal. Triangular flap : Insisi dilakukan untuk membuat flap pada tuberositas maksilaris dan memanjang sepanjang aspek distal dari molar kedua, berlanjut secara oblique ke atas dan ke anterior (Insisi vertikal) menuju lipatan vestibular. Pada kasus tertentu, ketika impaksi dalam dan pembedahan yang adekuat diperlukan atau ketika gigi impaksi ditutupi oleh akar dari molar kedua, maka insisi vertikal dapat dibuat pada aspek distal dari molar pertama.

Horizontal flap :Insisi dibuatdimulai pada tuberositas maksilaris dan memanjang sepanjang aspek distal dari molar kedua, berlanjut pada bukal sepanjang garis servikal pada sedikitnya 2 gigi, dan berakhir pada aspek mesial dari molar pertama.

3) Pengambilan tulangSetelah refleksi dari flap, bagian dari mahkota dapat terlihat atau terdapat tulang yang menutupinya. Karena tulang ini tipis dan spongy, tulangnya dapat dihilangkan dari permukaan bukal dengan instrumen tajam seperti menggunakan bor atau chisel yang tajam dengan tekanan yang gentle untuk mencegah terdorongnya gigi ke sinus maksilaris secara tidak sengaja. Jika tulang bukal tebal, maka pengambilan tulang dapat dilakukan dengan bur bedah.

4) Ekstraksi dari molar tiga yang impaksiKetika aspek oklusal, bukal dan distal dari mahkota telah terekspos, elevator dapat digunakan pada permukaan bukal dari gigi ini untuk membawanya ke bawah.Di dalam melakukan ekstraksi molar ketiga rahang atas, dokter gigi harus berada pada posisi di depan dan di kanan dari pasien. Molar ketiga atas merupakan gigi molar yang terkecil dan bervariasi dalam ukuran, jumlah akar, dan morfologi akarnya. Molar ketiga rahang atas biasanya memiliki tiga hingga delapan akar. Umumnya, terdapat tiga akar seperti molar rahang atas lainnya, tetapi lebih kecil dan convergen. Biasanya akarnya bersatu dengan bentuk yang konikal, dan melengkung ke distal. Bila molar ketiga atas telah erupsi secara lengkap dan akarnya bersatu, ekstraksinya biasanya tidak sulit dan dapat diekstraksi hanya dengan tekanan bukal. Resiko dari fraktur pada prosesus alveolar palatal dapat dihindari dengan cara ini. Jika gaya diaplikasikan ke palatal, maka akan menyebabkan fraktur pada prosesus alveolar palatal karena tulang palatal lebih tipis dan lebih rendah dari tulang bukal. Ketika gigi memiliki 3 atau lebih akar, ekstraksi dapat dilakukan dengan mengaplikasikan tekanan bukal dan palatal secara gentle. Gigi molar tiga impaksi maksila jarang dikeluarkan dengan pemotongan. Jika pemotongan M3 maksila atas yang impaksi diperlukan, biasanya mahkota dipotong agar akar dapat digerakkan ke bukal-oklusal. Pergerakan ekstraksi akhir harus selalu ke bukal. Anatomi akar dari molar ketiga menyebabkan ekstraksi dapat dilakukan dengan mudah menggunakan straight elevator. Elevator diposisikan antara molar kedua dan ketiga dan gigi diluksasi sesuai dengan arah akarnya. Karena ekstraksi gigi dengan dibuat segmen tidak diindikasikan, tempat yang cukup harus dibuat disekitar akar agar dapat dilakukan luksasi dari gigi. Menggunakan elevator straight atau double pada aspek mesial pada gigi, gigi diluksasi secara hati-hati ke posterior, ke luar dan ke bawah. Pada waktu mengeluarkan gigi, harus hati-hati jangan sampai gigi terlepas dan masuk kekerongkongan karena dapat mengganggu/menyumbat seluruh pernafasan. Dengan anastesi umum, lebih mudah karena kerongkongan sudah ditutup dengan kasa.Luka kemudian dirawat dan dijahit.

2.5.4 KomplikasiPerdarahan yang berlebihan dapat terjadi, baik dari insisi sulkus bukal ataupun akibat sobeknya jaringan palatal ketika gigi dielevasi. Tekanan dan jahitan harus memadai. Fraktur dari tuberositas biasanya terjadi jika gigi yang erupsi seluruhnya dielevasi ke belakang. Jika fragmentnya kecil dan akar gigi bersatu dengan tulang, gigi harus diekstraksi dengan fragment tulang dan mukosanya dijahit. Harus dilakukan pengecekan komunikasi oroantral setelah ekstraksi, khususnya bila akar dekat dengan antrum maksila. Molar ketiga atas dapat dipindahkan ke arah belakang dari infratemporal fossa lateral ke lempeng pterygoid, atau ke antrum maksila. Antibiotik sebaiknya diberikan untuk mengurangi resiko dari infeksi yang mungkin dapat menyebar melalui fascial planes.

2.6. Impaksi Gigi-gigi Lainnya2.6.1. Impaksi Gigi Kaninus (C) MaksilaMenurut archer :a) Kelas I : gigi pada palatum berada pada posisi horizontal, vertical atau semiverticalb) Kelas II : gigi pada permukaan bukal dengan posisi horizontal, vertical atau semiverticalc) Kelas III : Gigi dengan posisi melintang, korona di palatinal, akarnya melalui atau berada diantara akar-akar gigi tetangga dan apeks beada di sebelah labial atau bukal dirahang atasd) Kelas IV : Gigi berada vertikal di prosesus alveolar diantara gigi insisif dan premolare) Kelas V : Impaksi kaninus berada pada edentulous maksila

2.6.2. Impaksi Gigi Kaninus (C) Mandibulaa) Level A : Mahkota gigi kaninus terpendam berada di servikal line gigi sebelahnyab) Level B : Mahkota gigi kaninus terpendam berada di antara garis servikal dan apikal akar gigi disebelahnyac) Level C : Mahkota gigi kaninus terpendam berada dibawah apikal akar gigi sebelahnya

2.6.3. Impaksi Gigi PremolarImpaksi premolar sering terjadi karena pencabutan prematur dari gigi molar desidui. Dibanding gigi premolar satu, lebih sering terjadi pada gigi premolar dua oleh karena premolar dua lebih lama erupsinya.Impaksi pada premolar mandibula lebih sering mengarah ke lingual daripada ke bukal, sedangkan pada maksila lebih sering ke palatinal daripada ke bukal.Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika korona belom nampak di rongga mulut, dan gigi terletak di arkus dentalis, maka pengambilan gigi diambil dari bukal

2.6.4. Impaksi Gigi IncisivusPrevalensiGigi insisivus yang memiliki impaksi lebih tinggi adalah insisivus sentral RAEtiologi :a) Obstruksi yan menyebabkan terjadinya impaksi Gigi supernumerary Odontoma Posisi ektopik pada benih gigib) Gigi impaksi yang disebabkan oleh trauma Terhambatnya perbaikan jaringan lunak yang semestinya Dilaserasi Perkembangan gigi yang tertahan Intrusi traumatic akut (luksasi intrusi)2.7. Indikasi dan Kontra Indikasi Odontektomi2.7.1. Indikasi Odontektomi1) Akar yang hypercementosis2) Akar gigi molar maksila atau mandibula yang sangat berbeda3) locked roots ; molar atas atau bawah yang akar nya mundur dari gingiva ke titik tengah apeks, di mana ujung akarnya hampir atau saling menyentuh, sehingga tulang tampak "terkunci" oleh akar4) Gigi dengan apeks yang berada pada sudut kanan dari sumbu panjang gigi5) Gigi yang mengalami post crowns6) Gigi dengan kerusakan luas, terutama kerusakan dalam rongga gingival7) Gigi dengan pengisian saluran akar8) Maksila atau mandibula dengan multinodular exostosis atau cortical plate bukal/labial yang tebal dan padat9) Jika dasar antral paling rendah menukik antara akar bukal dan lingual dari molar-molar maksila10) Jika tuberositas alveolar maksila bolong, karena kavitas antral meluas sampai area ini11) Mandibula tipis yang diberi gaya berlebihan untuk menggerakkan gigi. Gaya yang berlebihan ini mungkin mengakibatkan fraktur mandibula12) Malposed teeth, impactions, unerupted teeth and supernumerary teeth13) Bila ada tekanan forseps pada gigi mandibula, dalam upaya untuk menghilangkannya, hasil dislokasi dari kondilus mandibula dari fosa glenoid meskipun upaya manual untuk mempertahankan kondilus tetap di fossa14) Ankylosed roots (jarang terjadi dan hanya ditemukan pada orang lanjut usia)15) Jika gaya yang biasa diberikan tidak menghasilkan luksasi apapun

2.7.2. Kontra Indikasi Odontektomi1) Pasien dengan usia sangat ekstrem, terlalu muda atau lansia2) Compromised medical status3) Kerusakan luas dan berdekatan dengan struktur lain4) Pasien tidak ingin giginya dicabut5) Apabila tulang yang menutupi gigi impaksi sangat temineralisasi dan padat6) Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi pembedahan teganggu oleh kondisi fisik dan psikis tertentu

2.8. Penatalaksanaan Impaksi Gigi2.8.1. SedasiPersyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang relaks dan anestesi lokal yang efektif atau pasien yang teranestesi dengan selamat. Pemberian sedatif oral tertentu pada sore hari sebelum dan 1 jam sebelum pembedahan merupakan teknik yag bisa diterima. Sering kali anestesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi.

2.8.2. Desain FlapAda pendapat bahwa persyaratan kedua untuk pembedahan impaksi adalah flap yang didesain dengan baik dan ukurannya cukup. Flap mandibula yang paling sering digunakan adalah envelope tanpa insisi tambahan, direfleksikan dari leher M1 dan M2 tetapi dengan perluasan distal kearah lateral atau bukal kedalam region M3 (trigonum retromolare). Aspek lingual mandibula dihindari untuk mencegah cedera pada n.lingualis. flap serupa digunakan pada lengkung rahang atas, tetapi diletakkan diatas tuberositas sedangkan perluasan distalnya tetap ke lateral atau bukal. Jalan masuk menuju M3 impaksi yang dalam (level C) pada kedua lengkung rahang sering diperoleh dengan insisi serong tambahan ke anterior.

2.8.3. Pengambilan TulangPengambilan tulang mandibula terutama dilakukan dengan bur dan dibantu dengan irigasi larutan saline. Tekik yang biasa dilakukan adalah membuat parit sepanjang bukal dan distal mahkota dengan maksud melindungi crista oblique externa namun tetap bisa mendapatkan jalan masuk yang cukup kepermukaan akar yang akan dipotong. Pada rahang atas pengambilan tulang lebih sering dilakukan dengan elevator lurus yang digunakan sebagai pencungkil tulang atau dengan osteotom dan tekanan tangan. Kadang-kadang tulang seperti kulit telur menutupi mahkota. Tulang ini mudah dikupas dengan menggunakan elevator periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil, untuk menyingkap folikel dibawahnya. Untuk melihat anatomi mahkota dan menentukan sumbu panjang gigi impaksi, folikel dihilangkan sebagian dengan menggunakan elevator periosteal atau elevator lurus dan hemostat kecil. Sekali jalan masuk ke M3 impaski cukup untuk memasukkan elevator Miller atau Pott pada servik, pengungkitan ke distal-bukal bisa dilakukan.

2.8.4. Pemotongan yang TerencanaGigi bawah yang impaksi biasanya dipotong-potong, sedangkan gigi atas yang impaksi jarang dikeluarkan dengan pemotongan. Jika pemotongan gigi atas diperlukan, biasanya mahkota dipotong agar akardapat digerakkan kebukal-oklusal. Kepadatan dan sifat tulang mandibula menjadikan pemotongan terencana pada kebanyakan gigi impaksi menjadi sangat penting apabila ingin diperoleh arah pengeluaran yang tidak terhalang. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari fraktur dinding alveolar lingual atau tertembusnyabagian tersebut dengan bur karena ada kemungkinan terjadi cedera n.lingualis. Dasar pemikiran dari pemotongan adalah menciptakan ruang yang bisa digunakan untuk mengungkit atau mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar. Berbagai cara pemotongan berdasarkan arah impaksi :1) Impaksi MesioangularUntuk pemotongan bagian distal mahkota atau separuh bagian distal gigi bawah yang impaksi mesioangular, sesudah pembuatan parit disekitar gigi, bur fisur diletakkan pada garis servikal dan dengan gerakan seperti menggergaji atau menyikat, gigi dipotong ke aksial dari 2/3 atau menembus dari lingual ke bukal. Elevator lurus yang kecil digunakan untuk menyelesaikan pemisahan bagian-bagian gigi, mematahkan bagian distal mahkota atau memecah gigi menjadi dua daerah bifurkasi. Sesudah mahkota bagian distal dikeluarkan, sisa gigi impaksi didorong kearah celah yang terbentuk sebelumnya dengan menggunakan elevator Crane Pick #41 yang diinsersikan pada bagian mesio-bukal atau pada tempat yang sama dengan pengeluaran bagian distal. Gaya ini melepaskan gigi dari linggir distal gigi sebelahnya.

2) Impaksi DistoangularPemotongan standar untuk impaksi distoangular adalah mengambil sebanyak mungkin bagian akar atau mahkota gigi sebelah distal. Pada teknik ini yang sangat penting adalah mempertahankan bagian mesial mahkota atau akar, karena bagian tersebut menjadi pegangan untu pergeseran ke distal dari sisa potongan gigi. Jika segmen ini hilang, pengambilan hanya bisa dilakukan dengan membuat jalan masuk bukal yang besar dengan eksisi tulang tambahan.

3) Impaksi HorizontalRencana pemotongan untuk impaksi horizontal tergantung pada pengambilan awal mahkota dan diikuti pergeseranakar baiksatu persatu atau langsung seluruhnya ke arah ruang yang terbentuk dari pengambilan mahkota. Biasanya mahkota lebih baik diambil dengan dua tahap. Pemotongan pertama adalah melintang pada garis servikal, sedangkan tahap kedua ( aksial atau longitudinal) adalah sejajar sumbu panjang gigi. Belahan mahkota lingual dipatahkan dan diungkit kearah lingual dengan menggunakan elevator, sedangkan sisa mahkota yang tertinggal digeser kearah ruangyang ada dan dikeluarkan. Akar superior terdedah dan dibuat titik kaian pada permukaa superior. Elevator diinsersikan dan kemudian ditarik ke anterior (mesial). Hal ini cenderung menggeser akar kea rah anterior kea rah ruang yang sebelumnya ditempati oleh mahkota. Apabila akar tidak bisa bergerak sebagai satu unit, maka akar superior dipisahkan dari yang inferior, dan kemudian akan dikeluarkan satu per satu.

4) Impaksi MelintangPemotongan pada gigi impaksi melintang mengikuti cara yang mirip dengan yang dilakukan pada impaksi horizontal. Sekali lagi kuncinya adalah mahkota dikeluarkan dahulu. Pada keadaan ini, mahkota dipisahkan, kemudian dipatahkan dengan elevator dan diungkit ke lingual seluruhnya. Titik kaitan dibuat pada akar superior dan tekanan kearah lingual diaplikasikan untuk mengeser akar kedalam ruang yang tadinya ditempati mahkota.

5) Impaksi VerticalPencabutan gigi impaksi vertical , khususnya apabila terletak di tempat yang sangat dalam, biasanya diperlancar dengan pengeluaranmahkota dahulu. Ini dikerjakan dengan membuka garis servikal dan dengan menggunakan bur untuk memoton melalui duapertiga atau tigaperempat mahkota ke bukal/lingual, diikuti dengan mematahkan mahkota menggunakan elevator. Tiik kaitan dibuat disebelah bukal akar, kemudian dikeluarkan ke arah superior dengan menggunakan elevator Crane Pick #41. Jika sulit digeser, akan dipisahkan pada bifurkasinya dan dicabut satu per satu.

DAFTAR PUSTAKA

Fragioskos, D. 2007. Oral Surgery. Berlin : Springer.Pedersen W.G.,1996.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGCPeterson L.J.,2003.Contemporary Oral Maxillofacial Surgery.4th Ed.St.Louis: Mosby

26