implementasi kesepakatanapec-smewg (apec-small medium enterprises working group) dalam kebijakan...

Upload: miftahur-rahman

Post on 10-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kemampuan UMKM untuk terus bertahan dari gejolak perekonomian harus di topang dengan kebijakan pemerintah yang pro-UMKM.Dalam era globalisasi, kebijakan tersebut diharapkan mampu menjadikan UMKM lebih unggul dari sebelumnya sehingga bisa bersaing di pasar internasional.

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI KESEPAKATANAPEC-SMEWG (APEC-SMALL MEDIUM ENTERPRISES WORKING GROUP) DALAM KEBIJAKAN INDONESIA TERKAIT PENGEMBANGAN UMKM(2009-2012)

SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang Hubungan Internasional

Oleh :Miftahur RahmanNIM : 211000224

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABANUNIVERSITAS PARAMADINAJAKARTA 2015

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul :IMPLEMENTASI KESEPAKATAN APEC-SMEWG (APEC-SMALL MEDIUM ENTERPRISES WORKING GROUP) DALAM KEBIJAKAN INDONESIA TERKAIT PERTUMBUHAN UMKM (2009-2012)

Telah dipertahankan di hadapan siding dewan penguji skripsi pada:

Hari :Tanggal :Waktu:Oleh

Nama : Miftahur RahmanNIM: 211000224

Dewan Penguji Skripsi

Ketua Sidang :()Penguji 1 :()Penguji 2 : ()Pembimbing: ()

LEMBAR PERNYATAANSaya menyatakan bahwa skripsi yang saya susun, sebagai syarat memperoleh gelar sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini.

Jakarta, September 2015

Miftahur Rahman21100024

ABSTRAK

Universitas ParamadinaProgram Studi Hubungan Internasional2015

Miftahur Rahman / 211000224Implementasi Kesepakatan APEC-SMEWG (APEC-Small Medium Enterprises Working Group) Dalam Kebijakan Indonesia Terkait Pertumbuhan UMKM (2009-2012)xv halaman muka + 96 halaman isi, 12 tabel, 2 gambar, 3 grafikUMKM telah memberikan peran utamanya dalam menopang perekonomian negara, khususnya Indonesia. Selain itu, UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja, mengentaskan kemiskinan, menyumbnag total PDB dan menyumbang total nilai ekspor Indonesia. Menyadari akan hal itu, pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan SDM pelaku UMKM agar dapat menghasilkan sebuah produk UMKM yang memiliki inovasi dan siap untuk bersaing di pasar internasional. Upaya pemerintah untuk mengmbangkan sektor UMKM adalah dengan mengimplementasikan beberapa pengesahan ke dalam kebijakan domestik yang pro-UMKM.Sebagai organisasi ekonomi yang mewadahi negara-negara di Asia dan Pasifik, APEC terus berupaya memainkan peran dalam meningkatkan kondisi perekonomian anggota Ekonominya. Peran penting APEC dalam menumbuhkan perkonomian anggotanya adalah dengan pembetukkan forum SMEWG-APEC, forum yang khusus untuk membahas permasalahan terkait pengembangan UMKM.Melalui sejumlah pertemuan dan deklarasinya, SMEWG-APEC membuktikan keseriusannya untuk mengembangkan UMKM di setiap anggota Ekonomi APEC. Krisis finansial pada tahun 2008 menjadi meomentum penting bagi APEC khususnya forum SMEWG. Upaya mengembangkan UMKM di setiap anggota Ekononmi APEC dilakukan dengan cara pembentukan Rencana Strategis 4 tahunan (2009-2012). Rencana Strategis inilah yang digunakan sebagai giudeline oleh setiap anggota Ekonomi APEC dalam merumuskan kebijakan domestik terkait pengembangan UMKM.Skripsi ini menjelaskan mengenai upaya pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan kesepakatan dalam forum SMEWG-APEC dan dampak dari Rencana Strategis SMEWG-APEC 2009-2012 serta hambatan internal dan eksternal yang dihadapi pemerintah Indonesia pada proses pengimplementasian kesepakatan ke dalam kebijakan domestik dalam kurun waktu 2009-2012. Neolib Institusional, trade liberalization, national interest dan konsep ratifikasi digunakan sebagai pisau analisa untuk menjelaskan bagaimana proses pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan kebijakan yang pro-UMKM agar menjadi UMKM yang siap untuk bersaing di pasar internasional.

Kata Kunci : APEC, SMEWG, UMKM Daftar Pustaka: 15 buku, 14 jurnal dan makalah, 9 dokumen dan laporan, 1 Majalah, 89 artikel online dan websiteABSTRACT

Universitas ParamadinaProgram Studi Hubungan Internasional2015

Miftahur Rahman / 211000224The implementation of APEC-SMEWG agreements (Small Medium Enterperises Working Group) into Indonesias domestic policy related to the growth of SMEs (2009-2012)xv front pages + 96 content pages, 11 tables, 2 picture, 12 graphsSMEs have given important role in supporting the economy of the country, particularly Indonesia. Otherwise, SMEs are also able to provide employment, reduce poverty, contribute to total GDP and accounted for Indonesian total value export. As an economic organization that embodies the countries in Asia and the Pacific, APEC continues to play a role in developing the economic conditions member economy. Important role in fostering perkonomian APEC members is the establishment SMEWG-APEC forum, the forum set up to discuss problems related to the development of SMEs. The financial crisis in 2008 to meomentum particularly important for APEC SMEWG forum. Efforts to develop SMEs in each APEC member Ekononmi done by the establishment of a Strategic Plan for 4 years (from 2009 to 2012). Strategic Plan is used as giudeline by each APEC member economy in formulating domestic policies related to the development of SMEs.To assess the phenomenon of international relations that occur between members of APEC Economy, this study uses Neolib Institutionalism theory as a grand theory. Neolib institutionalism brought the concept of absolute gain which assumes that the state will cooperate with other countries in order to realize its national interests. This theory is used as analytic tool in assessing the economic cooperation within the framework of APEC cooperation. In the process of research, the writer used qualitative penilitian with descriptive writing techniques to explain the phenomenon of international relations in APEC.APEC-SMEWG Forum as a phenomenon of international relations were studied in this thesis has been resulting in several agreements including the formulation of SMEWG Strategic Plan 2009-2012. Indonesia as a member of APEC has ratified several points of the SMEWG Strategic Plan (2009-2012), These point has led the Indonesian government in determining its domestic policy, particularly the development of SME policy. Indonesian government's efforts in implementing the agreement in SMEWG-APEC forum encountered internal and external obstacles. But generally in the period 2009-2012, Indonesian SMEs feel the positive impact of the ratification of the agreement SMEWG-APEC.

Keywords: APEC, SMEWG, SMEsBibliography: 15 books, 14 journals and papers, 9 documents and report, 1 Magazine, 89 online articles dan websites

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pertama-tama saya panjatkan kepada ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: Implementasi Kesepakatan APEC-SMEWG (APEC-Small Medium Enterprises) Dalam Kebijakan Indonesia Terkait Pertumbuhan UMKM (2009-2012), sebagai sebuah syarat penyelesaian dan meraih gelar akademik S1 di Universitas Paramadina. Adapun dalam prosesnya, baik dari segi pengumpulan data, penulisan, hingga penyusunan saya mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:1. Ibunda Jumiati dan Ayahanda Warjikin. Untuk segala upaya dan iringan doanya. Sebagai orangtua yang selama ini telah memberikan banyak dukungan materi dan non-materi untuk saya agar dapat menempuh pendidikan. Memberikan kasih sayang yang lebih daripada cukup. Selalu mendukung dan memberikan motivasi bagi saya untuk mencapai cita-cita meski dalam kondisi yang terbatas sekalipun. Semoga hasil dari penulisan skripsi ini bisa menjadi salah satu hadiah terindah dari saya untuk Ibu dan Bapak. Terima kasih banyak atas semua pengorbananmu Ibu dan Bapak tercinta.2. Kak Isroji Prawiro Negoro S.HI, M.Hum. Kakak kandung tercinta yang menjadi pelipur lara di saat saya memerlukan sosok-sosok yang berada dalam suka dan duka. Membuat saya termotivasi untuk menjadi figure dan selalu berbuat lebih baik setiap harinya. Terus memotivasi saya untuk berkarya dan berbakti pada orang tua, berdzikir pada Yang Maha Memutarbalikkan hati setiap hambanya. 3. Universitas Paramadina, seluruh jajaran Rektor dan direksinya yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menempuh pendidikan studi S1. Terima kasih atas ilmu, pengalaman dan wawasan yang telah diberikan kepada saya selama menjadi mahasiswa di Kampus Paramadina.4. Pemprov DKI Jakarta, wilayah Kopertis III. Terima kasih atas kepercayaannya telah memilih saya sebegai penerima bantuan pendidikan melalui beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang saya dapatkan selama mengemban ilmu di kampus Universitas Paramadina.5. Bapak Dr. Tatok Djoko Sudiarto, MIB sebagai dosen pembimbing skripsi saya. Ucapan terima kasih yang sebebas-besarnya untuk berbagai jenis ilmu dan pengalaman yang diberikan kepada saya, segala kesabaran, perhatian, dukungan, doa dan waktu dalam membimbing saya, sehingga skripsi ini bisa saya selesaikan. Terima kasih telah menjadi dosen dan pembimbing sekaligus teman untuk bertukar ilmu, wawasan dan pengalaman.6. Mas Emil Radhiansyah, sebagai dosen Pembimbing Akademik dan selaku Kepala Prodi HI. Terima kasih untuk semua bimbingan dan nasihatnya selama mejadi mahasiswa. Semoga hasil skripsi saya dapat memberikan kepuasan akademik bagi Prodi HI maupun kepada pembimbing saya.7. Seluruh Jajaran dosen Program Studi HI Universitas Paramadina. Khususnya Bapak Tatok dan Ibu Asri, yang tidak jenuh-jenuhnya untuk membantu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi. Begitupun dosen-dosen luar biasa yang memberikan banyak pengaruh pada pemikiran penulis; Pak Suhanto, Pak Djayadi Hanan, Mas Dodi Mantra, Mas Hizkia Yosie, Bapak Djayadi Hanan, Mba Icha Wulansari, Mas Muradi, Mas Prasojo, Mas Rico Marbun, Mas Anton, Mas Riza, Mas Musa Maliki, Pak Subhi, Pak Jufri Alkatiri, Bu Dewi, Mba Tri, serta dosen pengajar lain yang tidak sempat penulis sebutkan. Terima kasih untuk ilmu, motivasi, pembelajaran dan nasihat yang telah diberikan selama masa perkuliahan. Dan tak lupa untuk Mas Yogi yang selalu membantu dalam mengurusi masalah-masalah administrasi kampus.8. Ibu Mamik dan Mas Abim dan Mba Rena sebagai keluarga saya di Jakarta, terima kasih untuk telah menerima saya sebagai keluarga baru di tengah kerasnya kota jakarta, terima kasih atas doa dan dukungannya selama saya tinggal di rumah Ibu Mamik sehingga memberikan saya tempat berteduh dari hujan dan panasnya Jakarta. Mohon maaf atas tingkah laku saya yang mungkin melukai hati Ibu Mamik dan Abim.9. Fina, Retno, Agi, Ang, Julang yang telah membantu saya menemukan inspirasi dalam penulisan skripsi ini. Semoga kelak kalian menjadi manusia hebat yang berguna bagi semua umat.10. Teruntuk yang jauh di sana, De Adah, Terima kasih telah menjadi segalanya buatku. Ada kalanya kau menjadi sosok yang menasihatiku, ada kalanya menjadi kakak yang selalu mengingatkanku untuk tidak lupa beribadah, menjadi adik, teman. Terima kasih untuk motivasi dan terima kasih telah menjadi bawel selama ini, nduuk!11. Teman-teman HI sekelas, sekampus, seperjuangan sekaligus para pelanggan setia Latansa; Agi, Fina, Retno, Venny, Anggraeni, Biru, Adit, Gema, Galang, Derry, Shasa, Indah, Dina, Ahman Yani, Sesi, Kipli, Lukita, dan teman-teman lain lintas prodi, teman-teman nongkrong di SEMA, KamKit, Adin, Ade, Hadiq, Mulki, Hamam, serta teman lain yang tidak sempat disebutkan. Semua teman antar-lintas prodi yang hanya sekedar kenal muka tanpa kenal nama, mas-mas kantin dan mba-mba KamKit. Untuk semuanya, terima kasih telah menjadi teman sharing pengetahuan, pengalaman, diskusi tentang semua hal, dan terima kasih telah menjadi rekan bisnis saya. Salam Latansa!12. Teman-teman Tim Policy, Tim Product Administrator PT. Bukalapak.com; Bung Satria, Bung Andreu, Bung Opik, Bung Akbar, Ficky, Abet, Andi, Luky, Dyan, Erick, dan teman-teman lain seperjuangan di Bukalapak yang tidak sempat saya sebutkan. Terimakasih untuk semangat dan waktu yang sudah diberikan selama saya berada di Bukalapak. Selamat berjuang untuk kemajuan Bukalapak agar UMKM terus berkembang dan dapat bersaing dengan produk luar negeri demi pembangunan Indonesia, kawan!

Selain pihak-pihak yang telah disebutkan di atas, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang belum di sebutkan satu demi satu. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis menghargai semua saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi kalangan akademisi Hubungan Internasional, para pengkaji APEC dan UMKM serta bagi penulis sendiri. Terima kasih. Jakarta, September 2015

Miftahur Rahman

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSIiLEMBAR PERNYATAANiiABSTRAKiiiABSTRACTivKATA PENGANTARvDAFTAR ISIviiiDAFTAR TABELxDAFTAR GAMBARxiDAFTAR GRAFIKxiiDAFTAR SINGKATANxiiiBAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang Masalah11.2 Identifikasi Masalah91.3 Pembatasan Masalah121.4 Perumusan Masalah131.5 Tujuan dan kegunaan penelitian141.6 Kerangka Pemikiran141.7 Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data22BAB II SMEWG-APEC SERTA KAITANNYA DENGAN UPAYA PENGEMBANGAN UMKM242.1 Profil APEC dan SME-WG242.1.1 Struktur organisasi APEC serta Forum dalam APEC292.2 Peran Indonesia dalam APEC332.2.1 Peran Aktif Indonesia dalam APEC362.3.1 UMKM Indonesia dan keikutsertaan Indonesia dalam Forum SMEWG-APEC412.3 Rencana Strategis SMEWG-APEC482.4 Rencana Strategis SMEWG-APEC Tahun 2009-2012502.4.1 Pertumbuhan UMKM di Indonesia sebelum tahun 2009-201253BAB III DAMPAK IMPLEMENTASI KESEPAKATAN FORUM SMEWG-APEC TERHADAP PERKEMBANGAN UMKM INDONESIA583.1 Relasi Keanggotaan Indonesia dengan Forum SMEWG-APEC583.1.1 Faktor Kepentingan Nasional593.1.2 Komitmen Indonesia dalam Keanggotaan SMEWG-APEC Melalui Ratifikasi Undang-Undang613.2 Dampak Forum SMEWG selama kurun waktu Rencana Strategis SMEWG-APEC 2009-2012 terhadap pertumbuhan UMKM Indonesia64Perkembangan Jumlah UMKM Indonesia secara keseluruhan66Kemampuan UMKM dalam Menyerap Tenaga Kerja69Sumbangan UMKM Terhadap Nilai Ekspor Indonesia71Peran UMKM dalam menyumbang PDB Indonesia73BAB IV HAMBATAN INDONESIA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KEBIJAKAN TERKAIT PENGEMBANGAN UMKM774.1 Hambatan Internal784.1.1 Regulasi Pengawasan Terhadap Bantuan Pendaaan794.1.2 Program Pemberdayaan SDM Berkelanjutan Terhadap Pelaku UMKM864.1.3 Ekspansi, Inovasi dan Ruang Pemasaran bagi Produk UMKM884.2 Hambatan Eksternal92BAB V KESIMPULAN96DAFTAR PUSTAKA98

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-200925

Tabel 2. 1 Definisi dan kategorisasi UMKM di negara-negara Asia Pasifik60Tabel 2. 2 Elemen yang digunakan PLG-SME APEC dalam mengalisa UMKM62Tabel 2. 3 Time-frames Rencana Strategis SMEWG APEC 2009-201267Tabel 2. 4 Tren Pertumbuhan UMKM pada Tahun 2005-200868Tabel 2. 5 Tren Pertumbuhan UMKM dalam menyerap Tenaga Kerja (2008-2009)70

Tabel 3. 1 Tren Pertumbuhan UMKM 2009-2012 (dalam ribuan)80Tabel 3. 2 Tren Jumlah Tenaga Kerja UMKM Indoneisa 2009-2012 (dalam ribuan)83Tabel 3. 3 Tren Sumbangan UMKM Terhadap Nilai Ekspor Indonesia86Tabel 3. 4 Tren Peningkatan Sumbangan UMKM Terhadap PDB berdasar harga konstan 2000 (persen)88

Tabel 4. 1 Realisasi Penyaluran KUR Bank Nasional (Desember 2013)93Tabel 4. 2 Hambatan UMKM di beberapa negara ASEAN102

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1Anggota Ekonomi APEC beserta tahun berdiri dan GDP40Gambar 2. 2 Struktur APEC49

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 Proporsi Sektor Ekonomi UMKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 200923Grafik 1. 2 Proporsi kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional Menurut Harga Konstan 2000 (%)24

Grafik 4. 1 Saluran Dana Bantuan Kredit Berdasar Pada Tingkat Provinsi97

DAFTAR SINGKATAN

ABAC : APEC Business Advisory Council ACFTA: ASEAN-China Free Trade AreaADB : Asian Development Bank AFTA : Asean Free Trade Area APEC : Asia Pasific Economic Cooperation ASEAN : Association of Southeast Asian Nation BBPPEI: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia BMC : Budget and Management Committee BNP2TKI : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BPD : Bank Pembangunan Daerah BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPS : Badan Pusat StatistikCAPs : Collective Action PlansCSR : Corporate Social Responsibility CTI : Committee on Trade and InvestmentDDA : Doha Development Agenda DISNAKERTRANS : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi EC: Economic Committee EU : Eropan Union GATT : General Agreement of Tariffs and Trade GDP : Gross Domestic Product HAKI : Hak Keayaan Intelektual IAPs: Individual Action Plan IGOs : International Govermental OrganizationsIMF : International Monetary Fund), INGOs: International non-Govermental OrganizationsKadin : Kamar Dagang dan Industri KPDE : Kantor Pengolahan Data Elektronik KPIs : Key Performance Indicators KSP : Koperasi Simpan Pinjam KTT : Konferensi Tingkat Tinggi KUR : Kredit Usaha Rakyat LBB : Liga Bangsa Bangsa LKM : Lembaga Keuangan Mikro LPDB : Lembaga Pengelola Dana Bergulir MNCs : Multi-National Corporation NATO : North Atlantic Treaty Organization NPL : Non Performing Loan OAA : Osaka Action AgendaOJK : Otoritas Jasa Keuangan PBB : Persatuan Bangsa BangsaPDB : Produk Domestik BrutoPECC : Pacific Economic Cooperation Council PHK : Pemutusan Hubungan Kerja PLG-SME : Policy Level Group on Small Medium Enterprises PLGSME : Policy Level Group on SMEs PMP-KUKM : Pemberdayaan Masyarakat, Pasar, Koperasi dan Usaha Kecil MenengahREPELITA : Rencana Pembangunan Lima TahunSDM : Sumber Daya ManusiaSEATO : South East Asia TreatySIU : Surat ijin Usaha SMEWG : Small and Medium Enterprises SOM : Senior Officials' Meeting TDP : Tanda Daftar PerusahaanUK : Usaha KecilUM : Usaha MakroUMi : Usaha Mikro UMKM : Usaha Mikro Kecil Menengah USP : Unit Simpan Pinjam WG : Working Groups

9

WTO : World Trade Organizationi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Interaksi yang terjadi antar beberapa negara sudah lama menjadi pokok bahasan dalam kajian hubungan internasional. Interaksi tersebut bukan hanya berbentuk perang antar negara namun juga interaksi damai, interaksi kerja sama, interaksi ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu dalam studi Hubungan Internasional, kajian yang menjadi pokok bahasan dalam studi Hubungan Internasional kontemporer pun memiliki perkembangan dan perluasan objek yang dikaji. Aktor non-negara muncul sebagai aktor yang juga ingin berpartisipasi dalam tatanan sistem internasional, aktor non-negara pun menjadi aktor yang juga memilki pengaruh kuat dalam pengambilan kebijakan oleh sebuah Negara.[footnoteRef:1] Perubahan aktor ditandai dengan perubahan jumlah baik bertambah maupun berkurang serta dengan perubahan sifat dari aktor hubungan internasional. Perubahan jumlah yang sangat signifikan terjadi pada penambahan jumlah aktor non-negara seperti Multi-National Corporation (MNCs), International Govermental Organizations (IGOs), International non-Govermental Organizations (INGOs) serta beberapa kelompok dan individu yang melintasi batas negara. Kemunculan sebuah aktor baru pada pola interaksi dalam hubungan internasioal merupakan sebuah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dari pesatnya perkembangan teknologi informasi di seluruh belahan dunia.[footnoteRef:2] [1: Henderson, Conway W, International Relations, Conflict and Cooperation at the Turn of 21 Century. International Editions 3rd Edition. (New York: McGraw-Hill, 1998), 74 ] [2: David Chandler, The Global Ideology: Rethinking the Politics of the 'Global Turn' in IR. Journal of International Relations. (SAGE Press, 2009), 535]

Arus globalisasi yang kita kenal saat ini ditandai dengan kemajuan dan integrasi dalam berbagai bidang; informasi, komunikasi, transportasi, dan terknologi, yang kemudian menjadikan pola hubungan internasional semakin luas. Selain itu istilah globalisasi sangat erat kaitannya dengan perubahan sifat ketergantungan antar-bangsa maupun antar-masyarakat dalam berinteraksi di dunia internasional.[footnoteRef:3] Interaksi dan ketergantungan yang dilakukan oleh berbagai aktor dalam kancah internasional bisa berbentuk sebuah investasi, perdagangan, jasa [3: Ibid, 535-536]

1

dan barang serta bentuk interaksi lainnya yang semakin menjadikan batas dari sebuah negara semakin bias.Beberapa aktor yang bergerak dalam pola interaksi ekonomi pun tidak lagi sebatas aktor negara. Seorang kepala perusahaan, investor, Chief Executive Officer (CEO) perusahaan dan pedagang serta pelaku ekomoni lainnya bisa menjadi sebuah aktor (non-negara) yang memiliki pengaruh besar terhadap timbulnya pola interaksi ekonomi dunia. Pola interaksi ekonomi antar-aktor (Negara dan Non-Negara) dalam ruang lingkup internasional telah menciptakan sebuah kondisi ekonomi global, kondisi inilah yang kemudian dikenal sebagai Globalisasi Ekonomi. Globalisasi dalam bidang perekonomian diartikan sebagai suatu proses interkasi/kegiatan ekonomi dan perdagangan, seluruh negara yang ada menciptakan sebuah kondisi perekonomian global dan menciptakan sebuah pasar yang terintegrasi.[footnoteRef:4] Kemajuan dari globalisasi ekonomi sangat erat kaitannya dengan tiga faktor pendorong; 1) kemunculan kaum kapitalis global atau sering disebut sebagai Multi National Corporaton (MNC) yang menjadi semakin kuat serta mampu beroperasi di berbagai belahan dunia, 2) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, 3) adanya dukungan dari Negara-Negara Sedang Berkembang atas aksi ekspansi kaum kapitalis global.[footnoteRef:5] [4: Budi Winarno, GLOBALISASI; Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. (Penerbit Erlangga, 2008), xv] [5: Dr. Darsono Prawironegoro, Ekonomi Politik Globalisasi (Kajian Ekonomi Politik, Filsafat, dan Antropologi). (Diadit Media, 2006), 121]

Menurut Baghwati, globalisasi ekonomi juga diartikan sebagai sebuah bentuk penyatuan dari berbagai sistem ekonomi kedalam lingkup internasional yang mencakup perdagangan, masuknya modal asing dari berbagai investor, perusahaan multinasional dan juga korporasi.[footnoteRef:6] Fenomena dari praktek perdagangan internasional yang dilakukan oleh negara dan perusahaan internasioal hingga saat ini sebenarnya sudah menjadi aktifitas rutin para saudagar dan pelancong jauh sebelum terbentuknya nation-state karena para saudagar dan para pelancong sudah mempraktekan perdangan ke beberapa benua yang mereka kunjungi.[footnoteRef:7] Melihat dari praktek perdagangan internasional yang dilakukan oleh para saudagar dari beberapa benua maka keterbukaan dan kebebasan dalam perdagangan haruslah diiringi dengan aturan dan kesepakatan antar-negara, sehingga arus perdagangan dari dalam ke luar negeri dan juga sebaliknya dapat terbentuk secara struktural dan sistematis sehingga lebih terkontrol. Oleh karena itu sebuah kesepakatan ataupun perjanjian dalam kerja sama ekonomi menciptakan sebuah organisasi internasional yang diharapkan bisa menjadi payung utama dalam mengayomi negara-negara yang ikut di dalamnya, sejalan dengan terbentuknya sebuah organisasi internasional maka secara tidak langsung akan mendukung terciptanya sebuah interaksi hubungan internasional antar-negara. [6: Jagdish Baghwati, Membela Globalisasi, Melawan Okol dengan Akal. (IMR Press, 2013), Hlm 2] [7: Budi Winarno. (2008). GLOBALISASI; Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. Penerbit Erlangga, 1]

D.W. Bowet mengatakan bahwa Organisasi Internasional adalah sebuah organisasi permanen yang berdiri atas dasar sebuah traktat, yang selalu bersifat multilateral serta memiliki kriteria yang disesuaikan dengan tujuan tertentu. J.G. Starke menyebutkan bahwa Organisasi Internasional memiliki kesamaan posisi dalam konteks fungsional dari negara modern yang memiliki hak, kewajiban, dan kekuasaan dan telah diatur oleh hukum konstitusi internasional. Pengertian lain oleh Teuku May Rudy, mendefinisikan Organisasi Internasional sebagai sebuah bentuk kerja sama yang telah melintasi batas-batas Negara dengan mendasarkan pada struktur organisasi yang bertujuan untuk melaksanakan fungsinya demi tercapainya beberapa tujuan bersama yang telah disepakati baik antar-pemerintah maupun antar-sesama kelompok non-pemerintah.[footnoteRef:8] [8: Pengertian Dan Penggolongan Organisasi Internasional. [database online] (Unikom- [dikutip pada 12 April 2015]) diunduh dari http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/371/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18515-1-babi(p-).pdf]

Secara garis besar, sebuah Organisasi Internasional bisa diklarifikasikan berdasarkan keanggotaan, aktivias, cakupan teritorial, tujuan, sifat fungsi serta strukturnya. Melihat dari keanggotaan, sebuah organisasi internasional bisa dibedakan menjadi organisasi internasional yang beranggotakan wakil pemerintahan atau Intergovermental Organizations (IGO), dan yang beranggotakan bukan dari wakil pemerintah yang disebut sebagai International Non-Govermental Organizations (INGO).[footnoteRef:9] Menurut bentuk dan pola kerja sama, pembagian organisasi internasional bisa dibagi menjadi dua: pertama, kerja sama aliansi institusional yang dikenal sebagai institutiuonalized alliance seperti SEATO, NATO: kedua, kerja sama fungsional seperti ASEAN, EU, PBB, LBB, APEC dan setiap bentuk kerja sama memiliki fungsi yang berbeda-beda.[footnoteRef:10] [9: Clive Archer, International Organizations,3rd Edition. Routledge. (NewYork: Taylor& Francis e-Library, 2001), 33 ] [10: Ibid, 56]

Salah satu hal yang membuat sebuah negara bergabung dalam kerja sama internasional adalah fungsi ekonomi. Dalam sebuah kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan beberapa negara (negara maju dan negara berkembang) tentunya setiap negara anggota berharap mendapatkan output positif dan hubungan timbal balik dari kerja sama tersebut. Indonesia sebagai negara berkembang, tentunya membutuhkan bantuan negara maju agar dapat meningkatkan kondisi perekonomian serta tingkat kesejahteraan dalam negeri melalui bantuan teknologi, alat-alat modern, dan juga modal yang bisa didapatkan dari skema kerja sama ekonomi internasional.[footnoteRef:11] IMF (International Monetary Fund), AFTA (Asean Free Trade Area), APEC (Asia Pasific Economic Cooperation), ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) adalah contoh dari beberapa kerjasama ekonomi internasional yang diikuti oleh Indonesia. [11: Manfaat Bentuk Kerja Ekonomi Internasional. [database online] (Halra, November 2014- [dikutip pada 4 Mei 2015]); diakses dari http://www.artikelsiana.com/2015/03/Manfaat-Bentuk-Kerja-Ekonomi-Internasional.html#_]

Dari sekian banyak organisasi ekonomi yang ada, salah satu oraganisasi yang dibentuk untuk pengembangan ekonomi adalah Asia-Pacific Economic Coorperation (APEC). APEC merupakan sebuah organisasi internasional yang bergerak dalam bidang kerja sama perekonomian. APEC adalah forum kerja sama antar 22 Ekonomi di lingkar Samudera Pasifik yang berdiri tahun 1989. Saat ini terdapat 21 Ekonomi yang menjadi anggota APEC, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Hong Kong-China, Indonesia, Japan, South Korea, Malaysia, Mexico, Mongolia, New Zealand, the Philippines, Peru, PNG, Russia, Singapore, Chinese Taipei, Thailand, the United States, dan Viet Nam. Kerja sama di APEC merupakan kerja sama non-politis, ditandai dengan keanggotaan Hong Kong-China dan Chinese Taipei. Anggota APEC disebut Ekonomi mengingat setiap anggota saling berinteraksi sebagai entitas ekonomi, dan bukan sebagai negara.[footnoteRef:12] [12: What is Asia-Pacific Economic Cooperation?. (APEC,- [dikutip pada 26 April 2015]) diakses dari http://apec.org/About-Us/About-APEC.aspx]

Indonesia bergabung dengan APEC sejak pertama berdiri pada tahun 1989. Saat itu Indonesia merasa bahwa kerjasama intra di kawasan Asia Tenggara masih kurang memenuhi kepentingan dalam negeri. Dengan bergabungnya Indonesia dalam skema kerjasama APEC diharapkan bisa meningkatkan kondisi perekonomian, meningkatkan jumlah dan kualitas ekspor-impor baik sektor industri pengolahan, pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, dan berbagai sektor barang dan jasa yang dimiliki Indonesia.[footnoteRef:13] Tingkat komoditas ekspor dari sebuah negara yang berkesianmbungan dan semakin tumbuh dari tahun-ketahun menandakan bahwa negara tersebut mampu menstabilkan kondisi perekonomian dalam negeri serta mampu memaksimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Disisi lain dengan meningkatknya permintaan expor baik barang dan jasa maka secara langsung akan meningkatkan nilai mata uang dari negara yang bersangkutan.[footnoteRef:14] [13: Yuri O. Thamrin. Peran Indonesia di APEC Disesuaikan Dengan Kondisi Internasional,dalam Tabloid Diplomasi [Database Online] (Tabloid Diplomasi, 2012-[dikutip pada 15 Juni 2015]); diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/current-issue/180-diplomasi-november-2012/1560-peran-indonesia-di-apec-disesuaikan-dengan-kondisi-internasional.html] [14: Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang. [database online] (Analisaforex.com,- [dikutip pada 26 April 2015]) diakses dari http://www.analisaforex.com/26/02/2014/faktor-yang-mempengaruhi-nilai-tukar-mata-uang/5305.html]

Pada saat perang dingin berakhir, kondisi perekonomian dunia mulai mengarah kepada sebuah ideologi pasar bebas. Sebuah sistem pasar yang lebih mengandalkan pada persaingan bebas antar-negara di dunia.[footnoteRef:15] Sebagai negara yang memiliki populasi dan luas wilayah yang lebih besar dari negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia selalu berupaya untuk ikut andil dalam sebuah kerjasama internasional. Sejak awal berdirinya APEC, Indonesia telah memberikan sumbangan terbesarnya bagi sebuah organisasi APEC. Sebuah kebijakan yang menjadi tumpuan bagi sebuah organisasi antar kawasan dan tentunya berpengaruh besar terhadap semua negara anggota APEC (Ekonomi).[footnoteRef:16] [15: Yuri O. Thamrin. Peran Indonesia di APEC Disesuaikan Dengan Kondisi Internasional. Dalam Tabloid Diplomasi [Database Online] (Tabloid Diplomasi, 2012-[dikutip pada 15 Juni 2015]); diakses dari http://www.tabloiddiplomasi.org/current-issue/180-diplomasi-november-2012/1560-peran-indonesia-di-apec-disesuaikan-dengan-kondisi-internasional.html] [16: APEC dan Ekonomi Indonesia. [database online] (Analisaforex.com,- [dikutip pada 26 April 2015]) diakses dari http://hatta-rajasa.info/read/801/apec-dan-ekonomi-indonesia]

Salah satu kebijakan yang dihasilkan dalam pertemuan tahunan KTT APEC adalah mengenai keputusan Bogor Declaration yang juga dikenal sebagai kesepakatan Bogor Goals, sebuah kesepakatan yang merupakan hasil dari pertemuan KTT APEC tahun 1994 di Bogor. Saat itu Indonesia menjadi tuan rumah pertama kalinya bagi pertemuan yang di selenggarakan APEC sejak dibentuk pada 1989. Pertemuan ini menghasilkan 11 (sebelas) poin utama pada Bogor Declaration yang tentu semuanya bertujuan untuk memajukan kondisi perekonomian Ekonomi APEC. Salah satu poin dalam deklarasi tersebut menyatakan bahwa; [footnoteRef:17] [17: What is Asia-Pacific Economic Cooperation?. (APEC,- [dikutip pada 26 April 2015]) diakses dari http://apec.org/About-Us/About-APEC.aspx]

8. Cooperative programs in this area cover expanded human resource development (such as education and training and especially improving management and technical skills), the development of APEC study centers, cooperation in science and technology (including technology transfer), measures aimed at promoting small and medium scale enterprises and steps to improve economic infrastructure, such as energy, transportation, information, telecommunications and tourism, with the aim of contributing to sustainable development Dari salah satu poin Bogor Declaration tersebut, APEC memulai untuk terus berusaha menentukan sebuah skema ekonomi politik internasional yang diharapkan mampu meningkatkan kondisi UMKM di semua Ekonomi APEC. Upaya KTT-APEC tersebut kemudian diwujudkan dalam sebuah komitmen yang dari seluruh Ekonomi APEC yang terangkum dalam Bogor Declaration yakni; a) terciptanya sebuah liberalisasi perdagangan;b) investasi yang terbuka pada tahun 2010 bagi ekonomi maju di kawasan Asia dan Pasifik, dan target pencapaian 2020 bagi ekonomi berkembang,[footnoteRef:18] [18: Master-APEC at glance.doc. 3 Nov 2013, 1]

c) serta lebih memfokuskan kepada fasilitas bisnis, kerja sama ekonomi dan teknis.[footnoteRef:19] [19: APECs Bogor Goals Progress Report; APEC Policy Support Unit. August 2012.]

Komitmen Indonesia dalam Bogor Declaration yang diajukan pada kesepakatan APEC tersebut tentu tak lepas dari kepentingan nasional untuk memajukan kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah Indonesia adalah sektor UMKM. Sektor UMKM menjadi perhatian utama pemerintah Indoneisa karena pemerintah melihat belum adanya sebuah landasan yang kuat bagi sistem perekonomian Indonesia, selain itu kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja yang yang cukup besar menjadikannya mampu bersaing dengan perusahaan besar yang ada di Indonesia yang notabene memerlukan modal besar untuk mengembangkan perusahaan tersebut.[footnoteRef:20] Kemampuan UMKM yang mampu bertahan dalam menghadapi terpaan krisis ekonomi membuatnya hadir sebagai jawaban bagi pemerintah Indonesia sebagai sektor yang patut untuk terus diberdayakan baik dari segi pertumbuhan dan perkembangan pelaku UMKM itu sendiri.[footnoteRef:21] [20: Sudaryanto dan Anifatul Hanim, Evaluasi kesiapan UKM Menyongsong Pasar Bebas Asean (AFTA) : Analisis Perspektif dan Tinjauan Teoritis. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol 1 No 2, Desember 2002] [21: Ibid.]

Menurut data yang dihimpun oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2009 UMKM Indonesia mengalamai pertumbuhan yang sangat signifikan, pada satu periodisasi tahun 2008-2009 UMKM telah mengalami pertumbuhan sebanyak 2,64% yang artinya jika dihitung dalam jumlah angka maka UMKM tumbuh pada tahun 2008 dari 51.409.612 unit menjadi 52.764.603 unit pada tahun 2009. Tidak semua unit UMKM mengalami perkembangan dalam jumlah yang banyak, karena ada beberapa unit UMKM yang juga hanya mengalami sedikit perkembangan. Grafik berikut ini mengambarkan seberapa besar unit usaha mengalami perkembangan;

Grafik 1. 1 Proporsi Sektor Ekonomi UMKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2009

Sumber: BPS UMKM Tahun 2008-2009Dari grafik yang dihimpun oleh BPS tersebut menunjukkan bahwa unit usaha yang memiliki proporsi tersebar adalah bidang usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, sedangkan unit usaha yang memiliki proporsi terkecil adalah pada bidang usaha Listrik, Gas dan Air Bersih. Dengan adanya perkembangan jumlah unit usaha di Indonesia, tentunya secara langsung UMKM tersebut akan berkontribusi terhadap PDB, serta penyerapan tenaga kerja. Hal ini tentu sangat membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi jumlah pengangguran serta membuktikan bahwa meskipun disebut sebagai usaha kecil tetapi UMKM memiliki kontribusi besar terhadap kondisi perekoniman dalam negeri. Untuk mengukur besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB diperlukan sebuah patokan dalam menentukan jumlah nilai pertumbuhan UMKM, dalam menentukan hal tersebut BPS menggunakan harga berlaku dan harga konstan. Untuk mengetahui signifikansi UMKM dalam kontribusinya kepada PDB di setiap tahunnya dibutuhkan penghitungan berdasarkan harga konstan. BPS memilih tahun 2000 sebagai tahun konstan karena pada tahun tersebut BPS menilai kondisi perekoniman Indonesia dalam kondisi yang stabil[footnoteRef:22]. Bila berdasarkan harga konstan tahun 2000, UMKM menyumbang sebanyak Rp. 682,46 triliun atau setara dengan 58,17% terhadap PDB nasional pada tahun 2009 dan meningkat sebanyak 4,20% dari tahun 2008. Grafik berikut akan menjelaskan besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB berdasar harga konstan 2000; [22: PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk lebih lengkapnya silakan kunjungi situs http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11 [dikutip pada 22 April 2015]]

Grafik 1. 2 Proporsi kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional Menurut Harga Konstan 2000 (%)

Sumber: BPS UMKM Tahun 2008-2009Kontribusi selanjutnya yang diberikan UMKM adalah terkait penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2009 sebanyak 96.211.332 orang mampu diserap UMKM sebagai tenaga kerja aktif dari total keseluruhan dari status sosial, tingkat pendidikan serta jenis kelamin. Penyerapan terbesar dipegang oleh UMKM sektor Pertanian, Peternakan, Perhutanan dan Perikanan yang mampu menyerap sebanyak 42.041.978 pekerja dari total penyerapan secara keseluruhan pada tahun 2009. Penyerapan tenaga kerja ini meningkat sebanyak 0,77% dari tahun 2008. Penyerapan selanjutnya dimiliki oleh sektor 2) Perdagangan, Hotel dan Restoran, 3) Jasa swasta, 4) Pengangkutan dan Komunikasi, 5) Bangunan, 6) Keuangan, 7) Persewaan, dan Jasa Perusahaan, 8) Pertambangan dan Penggalian, 9) Listrik, Gas, dan Air Bersih. Tabel berikut ini akan lebih mempermudah dalam menjelasan seberapa besar kontribusi UMKM terhadap perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja.

Tabel 1. 1 Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009

Sumber: BPS UMKM Tahun 2008-2009.