implementasi model assessment pada...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI MODEL ASSESSMENT
PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
(Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec.
Jepon, kab. Blora pada Tahun Ajaran 2010/2011)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Misbakhul Anam
NIM: 063111136
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Misbakhul Anam
NIM : 063111136
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.,
Semarang, 28 Mei 2012
Saya yang menyatakan,
Misbakhul Anam
NIM: 063111136
iii
KEMENTERIAN AGAMA R. I.
INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-
Qur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec.
Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011) Nama : Misbakhul Anam
NIM : 063111136
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam siding munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 28 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Ketua, sekretaris,
Dr. H. Mustaqim, M.Pd H. Mursid, M.Ag
NIP.19590424 198303 1 005 NIP.19670305 200112 1 001
Penguji I, Penguji II,
Dr. Muslih, MA Drs. Darmuin, M.Ag NIP.150276926 NIP.19640424 199303 1 003
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. H. Raharjo, M.Ed.St Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag NIP: 19720405 199903 1 001 NIP: 19651123 199103 1 003
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 Mei 2012
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-
Qur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec.
Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011) Nama : Misbakhul Anam
NIM : 063111136
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Pembimbing I,
Dr. H. Raharjo, M.Ed.St
NIP: 19720405 199903 1 001
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 Mei 2012
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-
Qur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec.
Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011) Nama : Misbakhul Anam
NIM : 063111136
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Pembimbing II,
Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag
NIP: 196511 23 199103 1 003
vi
ABSTRAK
Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-Qur’an
(Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab.
Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011)
Penulis : Misbkhul Anam
NIM : 063111136
Skripsi ini membahas Implementasi Model Assessment Pada
Pembelajaran al-Qur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec.
Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011). Permaslahan dalam penelitian
ini yaitu penguasaan siswa terhadap materi pelajaran al-Qur’an. Dengan rumusan
masalah yaitu bagaimana implementasi model assessment pada pembelajaran al-
Qur’an di TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora pada tahun
ajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif lapangan dengan
teknik pengumpulan data model interview, observasi dan dokumentasi. Adapun
analisisnya menggunakan analisis deskriptif dengan logika induksi dan diduksi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan model assessment
dalam proses mengajar di TPQ Nurul Qur’an mengenai kefasihan cara baca al-
Qur’an dari santri, kolaborasi pengetahuan al-Qur’an dengan kecakapan dalam
baca al-Qur’an, serta pembentukan kepribadian santri yang religius. Adapun hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penilaian model assessmen merupakan
suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program
kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan kedisiplinan, menejemen pembelajaran dan pengelolaan
kelas. Dalam penelitian ini aspek yang dipandang kurang meliputi pembelajaran
terpusat pada guru atau sifatnya hanya transfer knowlidge saja. Kurangnya
perhatian terhadap psikologi santri yang latarbelakangnya variatif. (2) pelaksanaan
penilaian model assessment di TPQ Nurul Qur’an memberikan kontribusi
terhadap guru menjadi lebih memahami cara pengelolaan kelas yang kondusif dan
penerapan menejemen pembelajaran lebih disiplin dan afektif. Sementara itu
untuk santri sendiri mengharuskan agar mendukung pelaksanaan pembelajaran al-
Qur’an lebih maksimal dan disiplin. Adapun sarana dan prasarana yang cukup
memadai dapat mengantarkan santri untuk berkembang menjadi kepribadian yang
mandiri dan bertanggung jawab. Dalam penelitian ini temuan tersebut
memberikan acuan terhadap penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran
khususnya pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an agar lebih baik dan
sebagai bagian untuk memperbaiki penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam.
vii
MOTO
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.
(QS. Ar-Rum: 30) 1
1 Terjemah DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1990),
hlm.645.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya ini peneliti persembahkan kepada:
1. Ayahanda (Suwito, S.Pd) dan Ibu (Masturoh, S.Ag) yang dengan segenap
tenaga bekerja untuk dapat menghidupiku baik jasmani maupun rohani,
dengan cinta dan kasih sayang mengasuhku hingga ku dewasa, dengan zikir
dan doa selalu memohonkan ampunan dan banyak hal kepada-Nya demi
kebaikanku.
2. Kakak (Lia Amalia Rahmawati, S.Pd.AUD), satu-satunya kakak yang
selalu memberi motivasi dan doa kepada adiknya.
3. Adik (Eny Fatimatus Sholicha), satu-satunya adik yang selalu memberi
motivasi dan doa kepada kakaknynya.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta ridha-Nya
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul, “Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-Qur’an (Studi
Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora Pada Tahun
Ajaran 2010/2011)” yang penulis susn dalam karya ilmiah skripsi. Shalawat dan
salam senantiasa tersanjung kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Pada kesempatan ini, perkenankan penulis sampaikan rasa terima kasih
yang tiada terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam
proses penyusunan skripsi penulis, terutama kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
beserta para stafnya.
2. Nasirudin, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3. Dr. H. Raharjo, M.Ed.St, dan Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag, selaku dosen
pembimbing yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
dapat memberikan arahan, saran, doa, serta motivasi kepada penulis.
4. Djoko Widagdho, selaku wali studi yang telah memberikan motivasi, saran,
arahan danm doa kepada penulis.
5. Para Bapak dan Ibu dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang
telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Penasehat TPQ Nurul Qur’an, KH. Abdul Majid, yang telah mengijinkan
penulis untuk melakukan penelitian.
7. Kepala TPQ Nurul Qur’an, H. Minardi yang telah mengijinkan penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang dengan tulus mencurahkan usaha,
doa dan kasih sayangnya telah memberikan spirit sehingga penulis dapat
menyelesaikan studinya.
x
9. Semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dam proses
penulisan skripsi ini yang tidak bisa sebutkan satu per satu.
10. Sahabat-sahabatku PAI paket C terutama Khafid, Mbah Pud, Suherman, Ita,
Lia yang selalu menemani ruang hidupku.
11. Keluarga besar IMPARA (Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Blora) komisariat
IAIN Walisongo Semarang.
12. Keluarga besar sanggar pakenthon & jam’iyyatul ubrudiyah: Ahnaf, Ridho,
Aziz, Amron, Sarif, Faisol, Said, Waweng, Kencur, Pak Black, Kiky, Ully,
Ibnu.
13. Tim PPL di Al Asror Patemon Gunungpati dan tim KKN di Tedunan, Batang.
Penulis sadar bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kekeliruan, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis
harapan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan, semoga amal dan jasa
yang telah diberikan menjadi amal yang baik dalam kehidupan ini serta diterima
oleh Allah SWT. Dan Pada akhirnya, semoga skripsi bermanfaat. Amin
Semarang 28 Mei 2012
penulis
Misbakhul Anam
NIM: 063111136
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
NOTA PEMBIMBING ................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………........ x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Batasan Istilah ……………………………………………... 4
C. Rumusan Masalah …………………………………………. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………. 6
BAB II : MODEL DAN TEKNIK PENILAIAN (ASSESSMENT) PADA
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
A. Kajian Pustaka……………………………………………... 8
B. Kerangka Teori…………………………………………….. 10
1. Model Assessment……………………………………... 10
a. Pengertian Assessment…………………………….. 10
b. Prinsip-prnsip Assessment ………………………… 11
c. Jenis-jenis Assessment ……………………………. 13
d. Karakteristik Assessment …………………………. 15
e. Aspek-aspek Assessment …………………………. 16
f. Teknik Pemilihan jenis Assessment ………………. 20
2. Pembelajaran al-Qur’an……………………………….. 21
a. Pengertian al-Qur’an …………………………….... 21
b. Materi pembelajaran al-Qur’an …………………… 22
xii
c. Tujuan pembelajaran al-Qur’an …………………… 25
d. Proses pembelajaran al-Qur’an ……………………. 28
e. Metode pembelajaran al-Qur’an …………………... 32
f. Evaluasi pembelajaran al-Qur’an …………………. 38
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………… 39
B. Waktu dan tempat penelitian …………………………….. 39
C. Sumber Penelitian ……………………………………….. 39
D. Fokus Penelitian …………………………………………. 40
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….. 41
F. Teknik Analisis Data ……………………………………... 42
BAB IV : MODEL ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN AL QUR’AN
DI TPQ NURUL QUR’AN DI DS. KEMIRI KEC. JEPON KAB.
BLORA TAHUN 2010-2011
A. Data Umum......................................................................... 44
1. Sejarah Berdirinya TPQ Nurul Qur’an ........................ 44
2. Tujuan Pendirian Pemebelajaran di TPQ Nurul
Qur’an ……………………………………………….. 46
3. Letak Geografis TPQ Nurul Qur’an ………………… 47
4. Keadaan Ustadz dan Santri TPQ Nurul Qur’an ……… 48
5. Struktur Organisasi TPQ Nurul Qur’an ……………… 49
6. Kurikulum Pembelajaran TPQ Nurul Qur’an ……….. 50
7. Sarana Prasarana TPQ Nurul Qur’an ........................... 54
B. Data Khusus……………………………………………… 55
1. Pelaksanaan Penilaian Dalam Pembelajaran ………… 55
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran …... 59
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………….. 62
xiii
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………. 65
B. Saran ……………………………………………………... 66
C. Penutup ………………………………………………….. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut pengertian modern, kurikulum meliputi segala aspek
kehidupan dan lapangan hidup manusia dalam masyarakat modern ini yang
dapat dimasukkan ke dalam tanggung jawab sekolah, yang dapat
dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
Dari pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa kurikulum bukan hanya
apa yang tercantum di dalam “Buku Pedoman Kerja” atau “Garis-garis Besar
Program Pengajaran”, melainkan mencakup semua kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan sekolah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka kurikulum sekolah
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan harus sejalan
dengan tuntutan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah dan
rakyat Indonesia.
Seperti yang telah digariskan di dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN), pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah
Negara Pancasila diarahkan untuk membentuk manusia-manusia
pembangunan yang berjiwa Pancasila; manusia yang sehat jasmani dan
rohaninya, manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki
kreativitas dan tanggung jawab, bersifat demokratis, penuh tenggang rasa,
berbudi pekerti yang luhur, cinta bangsa dan sesama manusia, sesuai dengan
ketentuan yang termasuk di dalam Undang-Undang Dasar 1945.1
1 M. Ngalim Purwanto, “Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”, (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya), Hlm 1
Di dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 dinyatakan:2
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam rangka melakukan refleksi pendidikan nasional saat ini, baiklah
dikatakan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2007 ini yang masih saja
diposisikan sebagai penentu kelulusan siswa SMP dan SMA telah jelas
semakin menggerogoti kinerja Sistem Pendidikan Nasional. Jika sistem bisa
didefinisikan sebagai sebuah koleksi komponen yang konfigurasikan untuk
mencapai tujuan, maka Ujian Nasional justru menjauhkan Sisdiknas ini dari
tujuannya. Ujian Nasional telah mengakibatkan efek-efek negatif yang jauh
lebih parah di masyarakat daripada yang digambarkan oleh Ivan Illich pada
tahun 1970-an dalam bukunya yang terkenal, Deschooling Society.
Tujuan Sisdiknas adalah melahirkan warga negara yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup sebagai warga negara yang
kontributif, seperti kejujuran, disiplin, dan kesanggupan mengambil tanggung
jawab.3
Sementara perubahan kebijakan merupakan gejala yang wajar karena
perubahan lansekap tantangan yang dihadapi, serta keinginan untuk
melakukan perbaikan terus menerus, masih saja orang mengeluhkan tentang
“Ganti Menteri Ganti Kebijakan” untuk pembangunan pendidikan kita.
Perubahan kebijakan pendidikan mutakhir yang penting adalah kebijakan
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai pengganti
kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP secara konsep
sejalan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai
2DIRJEN Pendidikan Islam DEPAG RI, “Undang-Undang Republik Indonesia No 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2006, Hlm 8-9 3 Daniel Mohammad Rosyid, “Pendidikan Nasional di Era Reformasi”, (SIC, 2008), Hlm
1
perwujudan desentralisasi pembangunan pendidikan hingga ketingkat satuan
pendidikan.
Dalam konteks ini segera perlu dicatat, bahwa salah satu sebab
terpenting mutu pendidikan nasional yang rendah saat ini adalah karena
pendidikan, terutama pendidikan dasar, selama tiga dekade terakhir tidak
disajikan oleh guru yang profesional. Akibatnya adalah kebijakan-kebijakan
pemerintah yang sering berubah-ubah ini gagal diterjemahkan secara efektif di
tingkat satuan pendidikan. Yang terjadi kemudian adalah kelompok guru
belum memahami. Jangankan melaksanakan dan menghayati implikasi
kebijakan-kebijakan yang baru tersebut, kebijakan yang lama pun kebanyakan
masih belum terimplementasi secara efektif.4
Penilaian berbasis kelas berorientasi pada kompetensi yang ingin
diicapai dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, ketercapaian ini
bisa mengacu pada patokan tertentu dan atau ketuntasan belajar, yang
dilakukan melalui berbagai cara, misalnya melalui Portofolio, Produk, Proyek,
Kinerja, Tertulis, atau Penilaian Diri (self assessment).5
Implementasi Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan teknik
penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian hasil belajar peserta didik yang
dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan
perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki,
juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru dapat menyempurnakan
perencanaan dan proses program pembelajaran. Penilaian (assessment)
merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa
dipakai untuk mengtahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai untuk
kerja individu peserta didik atau kelompok.6
4 Daniel Mohammad Rosyid, “Pendidikan Nasional di Era Reformasi”, Hlm 25
5 Masnur Muslich, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahamam
dan Pengembangan”, (Jakarta : Bumu Aksara), Hlm 78 6 Masnur Muslich, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahamam
dan Pengembangan”, Hlm. 13-15
Model pembelajaran berbasis penilaian (assessment) merupakan satu
bentuk perubahan pola pikir tersebut, yaitu sesuai inovasi pembelajaran yang
dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam
melalui pengalaman belajar praktik empirik. Model pembelajaran ini dapat
menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab
dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan
umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan
antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.
Dalam penilaian pembelajaran al-Qur’an ada beberapa problematika
yang dihadapi oleh guru dan siswa. Problematika yang muncul antara lain
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, latar belakang siswa, metode
mengajar guru dalam menyampaikan materi pelajaran, nilai yang diperoleh
siswa setelah menerima materi pelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka
penulis tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam dan menyeluruh dengan
judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-Qur’an di TPQ
Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora.
B. Batasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran maupun persepsi dalam
memahami judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa batasan
arti dalam istilah-istilah yang terkandung dalam judul tersebut.
1. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Majone dan
Wildavsky (1979) mengemukakan implementasi sebagai evaluasi.7
2. Model
Model adalah secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek
atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu
yang nyata dan dikonversi unuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.8
7 Syafruddin Nurdin, “Guru Profesional & Implementasi Kurikulum”, (Ciputat: Ciputat
Pers, 2002), Hlm 70
3. Assessment
Penilaian (Assessment) adalah suatu proses untuk mengetahui
apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan
tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan.9
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara
simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks
pembelajaran hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.10
5. Al-Qur’an
“Qur’an” menurut bahasa berarti “bacaan”. Di dalam al-Qur’an
sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagai tersebut
dalam ayat 17,18 surat (75) al-Qiyamah:
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami
Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.11
Kemudian dipakai kata “Qur’an” itu untuk al-Qur’an yang dikenal
sekarang ini. Adapun definisi al-Qur’an ialah: “Kalam Allah SWT yang
merupakan mukjizat yang diturunkan (wahyukan) kepada Nabi
Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah”.12
8 Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, (Jakarta: Prenada Media
Group, Cet ke 2, 2010), Hlm 17 9 Sarwiji Suwandi, “Model Assessment Dalam Pembelajaran” (Surakarta: Mata padi
Presindo, 2009), Hlm 7 10
Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, Hlm 21 11
Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”, (Jakarta: CV
Toha Putra Semarang, 1989), Hlm 999 12
Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”, Hlm 16
6. TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, kab. Blora
TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, kab. Blora adalah salah
satu Sekolah Madrasah yang berada di wilayah Kab. Blora.
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana implementasi model
assessment pada pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri,
Kec. Jepon, Kab. Blora pada tahun ajaran 2010/2011?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
a. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan model assessment dalam proses
mengajar di TPQ Nurul Qur’an
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peserta Didik
Meningkatkan rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama, dan
keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pelajaran al-
Qur’an
2. Bagi Guru
Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik.
Memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran.
Memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik.
3. Bagi Lembaga
Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran assessment yang
diharapkan dapat dipakai di kelas-kelas lainnya di TPQ Nurul
Qur’an.
4. Bagi Peneliti
Setelah penelitian ini, peneliti akan mengetahui bagaimana model
assessment bisa dijadikan sebagai salah satu solusi untuk
meningkatkan belajar peserta didik dan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan lembaga TPQ.
Menambah khasanah pemikiran dan pengetahuan penulis tentang
model-model evaluasi pembelajaran dalam bidang materi ajar al-
Qur’an.
Sebagai salah satu sarat untuk meraih gelar Sarjana Strata satu
(SI) dalam bidang Pendidikan Agama Islam di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN Walisongo).
BAB II
MODEL DAN TEKNIK PENILAIAN (ASSESSMENT) PADA TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN
A. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, penulis menelusuri sejumlah penelitian
sebelumnya yang dijadikan bahan kajian yang relevan dengan permasalahan
yang penulis teliti saat ini. Tujuannya untuk memperoleh gambaran-
gambaran, serta mencari titik-titik perbedaan dengan masalah yang tengah
penulis teliti.
1. Skripsi saudari Nurul Muna1, Nim 3100333, lulus tahun 2005 jurusan PAI
fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.dengan judul “Kesiapan
Guru Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di MTS
Muhammadiyah Tersono kab Batang tahun 2004/ 2005”. Hasil penelitian
tersebut, bahwa dalam pelaksanaan KBK para Guru menggunakan
pendeketan CTL (Contextual Teaching and Learning) yang menerapkan
komponen-komponen CTL, yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya,
masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya yaitu
dengan penilaian berbasisi portofolio yang meliputi penilaian dari aspek
kognitif, aspek afektif dan psikomotor yang dilakukan di dalam maupun di
luar.
Kalau kesamaanya mengenai perihal evalusai namun target
operasionalnya penelti sebelumnya adalah tenaga pendidik (aspek kognitif
dan profesinya), sedangkan peneliti ini valuasi terhadap ranah afektif
siswa sebagai implementasi dari PBM yang berlangsung.
1 Nurul Muna, “Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di
MTS Muhammadiyah Tersono kab Batang tahun 2004/ 2005”. Skripsi fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, (Semarang: perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
2005)
2. Skripsi Shofhal Jamil2, NIM 3199012 yang berjudul “Implementasi
penilaian Aspek psikomotorik Pendidikan Agama Islam di SD Islam Al
Azhar 25 Semarang” skripsi tersebut membahas tentang pelaksanaan
penilaian aspek psikomotorik pada mata pelajaran PAI, hal ini berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu tentang implementasi model
assessment pada pembelajaran yang membahasnya lebih luas, tidak hanya
pada aspek psikomotorik saja, akan tetapi penilaian aspek kognitif aspek
afektif juga dinilai.
Implementasi yang diharapkan penelitian sebelumnya merupakan
perihal evaluasi ranah psikomotorik sebagai tahun kajian dari materi PAI,
sedangkan penelitian ini evaluasi yang ditujukan pada aspek kesadaran diri
dari siswa bahwa bukan sekedar pengamalan materi, melainkan seberapa
memahami manfaat dan tujuan pembelajaran al-Qur‟an dalam diri santri.
3. Skripsi Indah Nihayati3, NIM 3101072 yang berjudul “Implementasi
Program Akselerasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
Hj. Isriati Semarang Tahun Ajaran 2005/ 2006”. Skripsi tersebut
membahas tentang pelaksanaan program akselerasi dalam pembelajaran
PAI, sedangkan skripsi yang penulis lakukan tentang implementasi model
assessment pada pembelajaran yang mengukur semua aspek, baik itu
aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotorik dari peserta didik.
Pemenuhan aspek kognitif sebagai orientasi dengan cara perubahan
materi ajar. Sedangkan penelitian ini menggunakan materi yang ada
dengan orientasinya sebagai stimulus/ modal siswa untuk menemukan
kesadarannya.
2 Shofhal Jamil, “Implementasi Penilaian Aspek psikomotorik Pendidikan Agama Islam
di SD Islam Al Azhar 25”. Semarang, Skripsi fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
(Semarang: perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005) 3 Indah Nihayati, “Implementasi Program Aselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SD Hj. Isriati Semarang Tahun Ajaran 2005/ 2006”. Semarang, Skripsi fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 2005)
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat ditegaskan bahwa penelitian
terdahulu berbeda dengan penelitian yang hendak dilakukan. Penelitian ini
dutujukan untuk mengetahui penguasaan santri terhadap materi ajar al-Qur‟an
melalui model assessment lebih akurat dan afektif, baik dalam aspek kognitif,
psikomotorik, maupun afektifnya. Maksudnya dengan model assessmnet ini
santri nantinya akan memiliki kedisplinan dan daya berkompetisi yang tinggi,
sehingga motivasi tersebut diharapkan akan menghasilkan kesadaran yang
datang dari pribadi santri sendiri. Oleh karena itu, penulis akan menganalisis
model assessment pada pembelajaran Al-Qur‟an yang akan diterapkan pada
TPQ Nurul Qur‟an Ds Kemiri. Nantinya model penelitian yang penulis
tawarkan lebih spesifik terhadap evaluasi pelaksanaan pembalajaran yang
akan belangsung.
B. Kerangka Teori
1. Model Assessment
a. Pengertian Assessment
Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan
mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai untuk kerja individu
peserta didik atau kelompok. Menilai mengandung arti mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan berdasarkan diri atau berpegang
pada ukuran baik-buruk, sehat-sakit, pandai-bodoh dan lain-lain.
Penilaian yang demikian sifatnya kualitatif.
Namun istilah penilaian mempunyai arti yang lebih luas
daripada istilah pengukuran. Pengukuran sebenarnya hanya merupakan
suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam rangka
pelaksanaan evaluasi, dimana tidak semua penilaian harus didahului
dengan pengukuran secara lebih nyata. Penilaian adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk
memperolah berbagai ragam informasi tentang sejauhmana hasil
belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi
peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik
Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk
menunjukkan pencapaian belajar (ketercapaian kopetensi) dari peserta
didik. Menurut Griffin dan Nix (1991) penilaian adalah suatu
pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu.4
b. Prinsip-prinsip Penilaian (Assessment)5
Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) enjelaskan bahwa
secara umum, penulaian berbasis kelas harus memenuhi prinsip-
prinsip: “valid, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan
bermakna”
1) Valid (tepat). Dalam prinsip ini, alat ukur yang digunakan dalam
penilaian berbasis kelas harus betul-betul mengukur apa yang
hendak diukur. Misalnya, guru ingin mengukur ketrampila peserta
didik dalam mengetik sepuluh jari, kemudian guru menggunakan
tes lisan tentang tugas-tugas kesepuluh jari tersebut, maka ada
kemungkinan bukan aspek ketrampilan yang diukur, melainkan
aspek pemahaman tentang tugas-tugas kesepuluh jari tersebut
dalam mengetik. Pengukuran yang demikian dikatakan tidak valid.
Contoh lain, jika dalam kegiatan pembelajaran melakukan kegiatan
observasi, maka kegiatan observasi tersebut harus menjadi objek
penilaian berbasis kelas. Dengan kata lain, agar prinsip ini dapat
dijadikan acuan, maka proses dan hasil penilaian berbasis kelas
harus betul-betul relevan dan berorientasi kepada upaya
pencapaian kompetensi dan hasil belajar peserta didik.
4 Mimin Haryati, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan”,
(Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, cet 1, 2007), Hlm 15 5 Zaenal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran” (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Hlm
187-188
2) Mendidik. Banyak proses dan kegiatan penilaian yang dilakukan
guru membuat peserta didik menjadi ketakutan. Apalagi jika
peserta didik memperoleh nilai (angka) kecil. Padahal angka yang
tinggi bukan menjadi tujuan penilaian. Di dalam penilaian berbasis
kelas, guru harus dapat memberikan penghargaan, motivasi d an
upaya-upaya mendidik lainnya kepada peserta didik yang berhasil
serta membangkitkan semangat bagi peserta didik yang kurang
berhasil. Sebaliknya, peserta didik yang kurang berhasil harus
dapat memahami bahwa hasil yang dicapai merupakan suatu
pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh harus menjadi feed-
back bagi perbaikan kegiatan pembelajaran.
3) Berorentasi pada kompetensi. Penilaian berbasis kelas dilakukan
dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil
belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum berbasis
kompetensi. Untuk itu, semua pendekatan, model
4) Adil dan objektif. Kata “adil dan objektif” memang mudah
diucapkan, tetapi susah dilaksanakan karena penilai itu sendiri
adalah manusia biasa, yang tidak luput dari faktor subjektifitas.
5) Terbuka. Sistem dan hasil penilaian berbasis kelas tidak boleh
disembunyikan atau dirahasiakan oleh guru. Apapun format dan
model penilaian yang digunakan harus terbuka dan diketahui oleh
semua pihak, termasuk kriteria dalam membuat keputusan.
6) Berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak hanya dilakukan
pada akhir kegiatan pembelajaran saja, tetapi harus dimulai dari
awal sampai akhir pembelajaran, terencana, bertahap dan
berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar peserta
didik dapat diperoleh secara utuh dan komprehensif.
7) Menyeluruh. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta
didik harus dilakukan secara menyeluruh, utuhdan tuntas, baik
yang berkenaan dengan domain kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
8) Bermakna. Penilaian berbasis kelas harus memberikan makna
kepada berbagai pihak untuk melihat tingkat perkembangan
penguasaan kompetensi peserta didik sehingga hasil penilaian
dapat ditindaklanjuti, terutama bagi guru, orang tua, dan peserta
didik.
c. Jenis-jenis Penilaian (Assessment)6
1) Tes Tertulis.
Ters tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal
maupun jawabannya). Dalam menjawab soal siswa tidak selalu
harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi
dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar
grafik, diagram dan sebagainya. Contoh : khod/ menulis.
2) Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Performance Assessment merupakan penilaian dengan berbagai
macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasikan pengetahuan
yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam
konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa “Performance Assessment”
adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan criteria yang diinginkan.
Contoh : praktek wudhu, praktek sholat, penerapan bacaan tajwid
dalam pembacaan al-Qur‟an.
6 Abdul Majid, “Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Hlm 195-216
3) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat
memberikan informasi bagi suatu penilaian. Contoh: khot/ menulis.
4) Penilaian Proyek.
Penilaian Proyek. Adalah tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga
penyajian data. Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber
pada data primer/ sekunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan
pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang penting untuk
menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Contoh : setoran
hafalan juz ama, setoran hafalan do‟a pilihan.
5) Penilaian hasil kerja (product assessment)
Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap
keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu
dan kualitas produk tersebut. Contoh : khot/ menulis.
6) Penilaian sikap
Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya: kecerdasan,
temperamen, dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh
terhadap pembentukan sikap. Contoh : Akhlak.
Menurut Klausmeier (1985), ada tiga model belajar dalam
rangka pembentukan sikap, antara lain:
- Mengamati dan meniru.
- Menerima penguatan.
- Menerima informasi verbal.
7) Penilaian diri (Self assessment)
Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau classroom Self
Assessmen (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh
guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan
kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas. Contoh :
apresiasi santri.
e. Karakteristik Penilaian (Assessment)
Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik istimewa,
yaitu:7
1) Pusat belajar dan berakar dalam proses pembelajaran
Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada
perbaikan mengajar melainkan pada perhatian guru dan peserta
didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru
melakukan perbaikan program pengajaran sebagaimana diuraikan
diatas, tujuan tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil
belajar peserta didik. Penilaian berbasis kelas dapat memberikan
informasi dan petunjuk bagi guru dan peserta didik dalam
membuat pertimbangan yang tujuan utamanya adalah untuk
memperbaiki hasil belajar. Sebagai contoh misalnya ketika seorang
peserta didik memiliki nilai yang kurang baik dari suatu mata
pelajaran, maka yang harus diperbaiki adalah bukan cara mengajar
melainkan menekankan pada bagaimana meningkatkan hasil
belajar peserta didik tersebut.
2) Umpan balik
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu
alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Guru maupun
peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan
penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik. Dari hasil penilaian
berbasis kelas guru maupun peserta didik dapat melakukan saran
perbaikan belajar. Melalui umpan balik ini seluruh pihak yang
berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan peserta
didik dalam proses pembelajaran akan mejadi lebih efisien dan
lebih efektif. Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai alat
untuk formatif. Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk
7 Dr. Sumarna Surapranata dan Dr. Muhammad Hatta, “Penilaian Portofolio
Implementasi Kurikulum 2004” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Hlm 13-15.
memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.
f. Aspek-aspek Penilaian (Assessment)8
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam melakukan
pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran tuntas (matery
learning). Sedangkan dalam penilaian menerapkan system penilaian
berkelanjutan yang mencakup 3 aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan
afektif.
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3
ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit
ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar
selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu
berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah
psikomotorik, sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih
menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut
mengandung ranah afektif.
1) Penilaian Aspek Kognitif
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi
tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara
eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama lain.
Apapun jenis mata ajarnya selalu mengandung tiga aspek tersebut
namun memiliki penekanan yang berbeda. Untuk aspek kognitif
lebih menekankan pada teori, aspek psikomotor menekankan pada
praktek dan kedua aspek tersebut selalu mengandung aspek afektif.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir
termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghapal,
mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan
mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980),
kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis
8 Mimin Haryati, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan pendidikan”, hlm 22-
38
yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek
belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu :
Tingkat pengetahuan (knowledge)
Tingkat pemahaman (comprehension)
Tingkat penerapan (application)
Tingkat analisis (analysis)
Tingkat sintesis (syinthesis)
Tingakat evaluasi (evaluation)
2) Penilaian Aspek Psikomotor
Menurut Singer (1972) mata ajar yang termasuk kelompok
mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada
gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik. Sedangkan
menurut Mager (T.Th) berpendapat bahwa mata ajar yang
termasuk dalam kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar
yang mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan.
Keterampilan tangan ini menunjukkan pada tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu.
Sedangkan menurut Sax dalam Mardapi (2003), dikatakan
bahwa keterampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu
gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual, gerakan
fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursip. Gerakan
reflek adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang muncul
ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah
pada keterampilan kompleks yang khusus. Kemampuan perceptual
adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau gerak.
Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan
gerakan yang paling terampil. Gerakan terampil adalah gerakan
yang memerlukan belajar, seperti keterampilan olah raga.
Komunikasi nondiskursip adalah kemampuan komunikasi dengan
kemampuan gerakan.
Menurut Ryan (1980) penilaian hasil belajar psikomotor
dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, pertama melalui pengamatan
langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar-
mengajar (praktek berlangsung). Kedua setelah proses belajar yaitu
dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ketiga beberapa waktu
setelah proses belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sedangkan menurut Leighbody (1968) dalam melakukan
penilaian hasil belajar keterampilan sebaiknya mencakup :
pertama, kemampuan siswa menggunakan alat dan sikap kerja.
Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan
menyusun urutan pekerjaan. Ketiga kecepatan siswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Keempat
kemampuan siswa dalam membaca gambar dan atau simbol.
Kelima keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran
yang telah ditentukan.
Dengan demikian, penilaian hasil belajar psikomotor atau
keterampilan harus mencakup persiapab, proses dan produk.
Penilaian dapat dilakukan pada saat proses belajar (unjuk kerja)
berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau bisa juga
setelah proses belajar (unjuk kerja) selesai.
3) Penilaian Aspek Afektif
Life skill merupakan bagian dari kompetensi lulusan
sebagai hasil proses pembelajaran. Pophan (1995), mengatakan
bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan seseorang
peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam proses
pembelajaran.
Seseorang peserta didik yang tidak memiliki minat atau
karakter terhadap mata ajar tertentu, maka akan kesulitan untuk
mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta
didik yang memiliki minat atau karakter terhadap mata ajar, maka
hal ini akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan
pembelajaran secara maksimal.
Berdasarkan hal di atas, maka seorang guru selain
membantu semua peserta didik belajar, guru juga harus mampu
membangkitkan atau karakter peserta didik untuk belajar. Ini
merupakan tanggung jawab seorang guru sebagai pengajar dan
pendidik. Selain itu juga ikatan emosional sering diperlukan untuk
membangun karakter kebersamaan, rasa sosialis yang tinggi,
persatuan, nasionalisme dan lain sebagainya. Berkenaan dengan
hal ini, maka sekolah (guru) dlam merancang program
pembelajaran harus memperhatikan ranah afektif.
Menurut Krathwhol (1961), bila ditelusuri hamper semua
tujuan kognitif mempunya kompnen afektif. Peringkat ranah
afektif menurut taksonomi Krathwhol ada lima, yaitu: receiving
(attending), responding, valuing, organization dan characterization.
Pada ranah afektif pringkat tertinggi adlah characterization
(karakterisasi) nilai. Pada peringkat ini peserta didik memiliki
sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu
tertentu hingga terbentuk pola hidup. Hasil belajar pada peringkat
ini adalah berkaitan dengan pribadi emosi dan rasa sosialis.
Menurut Andersen (1981), pemikiran, sikap dan perilaku
yang diklasifikasikan sebagai ranah afektif memiliki kriteria antara
lain;
Perilaku itu melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
Perilaku itu harus tipikal perilaku seseorang.
Kriteria lainnya yaitu intensitas, arah dan target.
g. Teknik Pemilihan Jenis Assessment9
Berbicara tentang instrumen yang digunakan untuk melakukan
assessmen atau avaluasi terhadap proses dan hasil belajar, secara
umum ada dua macam yaitu tes dan non tes. Terkadang, orang-orang
juga menggunakan istilah teknik, sehingga ada teknik tes dan teknis
non tes. Dengan teknik tes, assessment dilakukan dengan menguji
peserta didik. Sementara dengan menggunakan teknik non tes
assessment dilakukan tanpa menguji peserta didik.
1) Teknik Tes
Jenis-jenis Tes
Tes Membaca.
Tes bakat akademik kelompok.
Batrai tes keterampilan dasar.
Tes kesiapan membaca.
Tes intelegensi individual.
Tes hasil belajar dalam mata pelajaran.
Jenis pengukuran lainnya.
2) Teknik Non Tes
Pengamatan atau observasi.
Interviews (Interviu).
Angket.
Work sample analysis (analisa sample kerja).
Task analysis (analisis tugas).
Checklist dan rating scales.
Portofolio.
Komposisi dan presentasi.
Proyek individu dan kelompok.
9 Endang Poerwanti, dkk, “Asesmen Pembelajaran SD”, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Hlm unit 3, 16-31
2. Pembelajaran al-Qur’an
a. Pengertian al-Qur’an
Secara etimologis, lafadz al-Qur‟an berasal dari bahasa arab,
yaitu akar kata dari qara‟a, yang berarti “mambaca”. al-Qur‟an adalah
bentuk isim masdar yang diartikan sebagai isim maf‟ul, yaitu maqru‟
yang berarti “yang dibaca”. Pendapat lain menyatakan bahwa lafadz
al-Qur‟an yang berasal dari akar kata qara‟a tersebut juga memiliki arti
al-jam‟u yaitu “mengumpulkan dan menghimpun”. Jadi lafad qur‟an
dan qira‟ah berarti menghimpun dan mengumpulkan sebagian huruf-
huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya. Sementara itu
menurut Schwally dan Weelhausen dalam kitab Dairah al-Ma‟arif
menulis bahwa lafadz al-Qur‟an berasal dari bahasa Hebrew, yakni
dari kata kenyani, yang berarti “yang dibacakan”.
Sedangkan pengertian al-Qur‟an secara terminologis banyak
dikemukakan oleh para ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik disiplin
ilmu bahasa, ilmu kalam, ushul fiqh, dan sebagainya dengan redaksi
yang berbeda-beda. Perbedaan ini sudah tentu disebabkan oleh karena
al-Qur‟an mempunyai kekhususan-kekhususan, sehingga penekanan
(stressing) dari masing-masing ulama ketika mendefinisikan al-Qur‟an
berdasarkan kapasitas keilmuan yang dimiliki, karena hendak mencari
kekhasan al-Qur‟an tersebut.
Menurut Dr. Subhi al-Shalih dalam definisi kitabnya Mabahis
fi Ulum al-Qur’an, bahwa definisi al-Qur‟an yang disepakati oleh
kalangan ahli bahasa, ahli kalam, ahli fiqh, adalah sebagai berikut: al-
Qur‟an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mu‟jizat, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-
mushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya
merupakan ibadah.10
10
Mohammad Nor Ichwan, “Belajar al-Qur’an Menyingkap Khasanah Ilmu-ilmu al-
Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis”, (Semarang, RaSAIL, 2005) Hlm 33-36.
b. Materi Pelajaran al-Qur’an
Materi pelajaran al-Qur‟an meliputi :
1) Pelajaran tajwid yang berisi materi :
a) Makhorijul huruf (tempat keluar huruf)11
Menurut Asy-Syeikh Ibnul jazary, makhorijul huruf itu
ada 17. kemudian diringkas menjadi 5 makhroj, yaitu :
الحخوف : Lobang tenggorokan dan mulut.
لحلكا : Tenggorokan.
اللساى : Lidah.
الشفتاى : Kedua bibir.
الخيشوم : Pangkal hidung adalah tempat keluar ghunnah
(dengung).
Perincian
- Lobang anatara mulut dan tenggorokan adalah tempat keluar
huruf mad (huruf panjang), yaitu : و ا - ى ا -ا
- Tenggorokan bawah adalah tempat keluar ء - ٍ
- Tenggorokan tengah adalah tempat keluar ح -ع
- Tenggorokan tengah adalah tempat keluar خ -غ
- Pangkal lidah dekat anak lidah dengan langit-langit yang
lurus diatasnya adalah tempat keluar ق
- Pangkal lidah dengan langit-langit yang lurus di atasnya,
agak keluar sedikit dari makhroj Qof adalah tempat keluar
huruf ك
- Lidah bagian tengah dengan langit-langit yang lurus di
atasnya adalah tempat keluar ى -ش -ج
- Salah satu tepi lidah dengan geraham atas adalah tempat
keluar huruf ض menggunakan tepi lidah sebelah kiri adalah
11
Muhammad Bashari „Alawi Murtadlo, Mabaadil Ilmu At Tajwiid, Malang : Ad
Daraasah Qur‟aniyah, 1990.
mudah. Menggunakan tepi lidah sebelum kanan agak sukar.
Menggunakan kedua tepi lidah kiri dan kanan adalah paling
sukar.
- Lidah bagian depan setelah makhroj Dlod dengan gusi yang
atas adalah tempat keluarnya ل
- Ujung lidah dengan gusi atas agak keluar sedikit dari
makhroj Lam adalah tempat keluar
idh bar ى
Yang dimaksud adalah bukan Nun yang idhghom dan ikhfa’.
Karena makhroj Nun yang idghom dan ikhfa’ adalah
khoisyum.
- Ujung lidah agak ke dalam sedikit adalah tempat keluar huruf
س –ى
Ro‟ lebih ke dalam daripada Nun sedangkan Ro‟ dan Nun ini
lebih keluar daripada Lam.
- Ujung lidah dengan pangkal dua buah gigi yang atas adalah
tempat keluar ط -د -ت
- Ujung lidah dengan rongga antara gigi atas dan gigi bawah,
dekat dengan gigi bawah adalah tempat keluar huruf - ط -ص
ص
- Ujung lidah dengan ujung dua buah gigi yang atas adalah
tempat keluar ظ -ر -ث
- Bagian tengah dari bibir bawah dengan ujung dua buah gigi
yang atas adalah tempat keluar ف
- Kedua bibir atas dan bawah bersama-sama adalah tempat
keluar ب -م -و
Untuk Mim dan Ba‟ kedua bibir harus rapat. Sedangkan
Wawu agak merenggang sedikit.
- Pangkal hidung adalah tempat keluar ghunnah (dengung).
b) Tentang macam-macam hukum tajwid, antara lain12
:
Idhhar ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah satu huruf 6 :
ء – ٍ -غ -ع -خ -ح
Contoh : حكين هي –خيش هي
Idghom bighunnah ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah
satu huruf 4 : م -و - ى - ى
Contoh : ز يش ً هي
Idghom bilagunnah ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah
satu huruf ل - س
Contoh : سول س هي -لذًَ هي
Iqlab ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah satu huruf ب
Contoh : يٌبوعا هي بعذى -
Ikhfa‟ ialah nun sukun/ tanwin bertemu salah satu huruf 15
ت - - ث - ج - د ر - - ط -ص ش - ص - ض - ط - ق -ف - ظ
ك -
Contoh : ٌثوساه -ٌتن ك
c) Waqof 13
Dalam bahasa arab ada banyak cara untuk mewaqofkan
kalimah. Sedangkan yang boleh digunakan menurut imam Hafs
ada 4 dan yang berlaku ada 2 :
Waqof iskan ialah mewaqofkan dengan membaca sukun
akhir kalimah.
Contoh : -
Waqof roum ialah mewaqofkan dengan mengucapkan
sepertiganya suara harokat akhir kalimat. Harokat yang bisa
diwaqofkan roum adalah kasroh dan dlummah.
12
Muhammad Arwani, “Yanbu’a: toriqoh baca tulis dan menghafal al-Qur’an”, Kudus,
Tahfid Yanbu‟ul Qur‟an, 2004, Hlm 2-8 13
Muhammad Arwani, “Yanbu’a: toriqoh baca tulis dan menghafal al-Qur’an”, Hlm
46-47
Contoh :
Waqof isymam ialah mewaqofkan dengan memoncongkan
kedua bibir sesudah membaca sukun huruf.
Contoh :
Waqof ibdal ialah mewaqofkan dengan mengganti huruf
yaitu : - fatchatain diganti alif
Contoh : غفوسا -غفوسا
- ta‟ marbuthoh diganti ha‟ sukun
Contoh : َالقاسعَ -القاسع
c. Tujuan Pembelajaran al-Qur’an
Dalam mengajarkan al-Qur‟an Karim, baik ayat-ayat bacaan,
maupun ayat-ayat tafsir dan hafalan, kita bertujuan memberikan
pengetahuan kepada anak didik yang mampu mengarah kepada14
:
Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan, dan menghafal ayat-ayat atau surah-surah yang mudah
bagi mereka.
Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna, memuaskan
akal, dan mampu menenangkan jiwa.
Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan
problema hidup sehari-hari.
Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode
pengajaran yang tepat.
Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan uslub al-
Qur‟an.
Penumbuhan rasa cinta dan keagungan al-Qur‟an dalam jiwanya.
Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumber yang
utama dari al-Qur‟an Karim.
14
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, “Metodologi Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta:
PT RINEKA CIPTA, Cet Pertama, 2008), Hlm 78-80
Di antara hal yang menyedihkan ialah banyak guru dan anak-
anak didik kurang menaruh perhatian terhadap ayat-ayat bacaan.
Mereka hanya tinggal dalam silabus saja. Memang ada sebagian guru
yang mengajarkan pada permulaan tahun saja, tetapi ada pula yang
tidak menaruh perhatian sama sekali. Selanjutnya tidak pernah
dijadikan sebagai materi ujian semestermaupun ujian akhir tahun.
Sayoginyalah ayat-ayat bacaan mendapat tempat dalam
program mengajar seorang guru, sehingga bidang studi ayat-ayat
bacaan mendapat waktu yang sama dengan bidang studi ayat tafsir dan
ayat hafalan.
Hendaklah kita memberi perhatian yang seimbang terhadap
ayat bacaan ini, karena mengajar ayat-ayat bacaan itu bertujuan agar:
- Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap, baik dari
segi ketepatan harakat, saktat (tempat-tempat berhenti),
menyembunyikan huruf-huruf sesuai dengan makhorojnya, dan
persensi maknanya.
- Murid-murid mengerti makna al-Qur‟an dan berkesan dalam
jiwanya.
- Menimbulkan rasa haru, khusuk dan tenang jiwa murid-murid serta
takut kepada Allah SWT.
Allah berfirman:
Kalau sekiranya kami turunkan al-Quran Ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-
perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.
Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-
Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab
itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan
barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya
seorang pemimpinpun.
- Memampukan dan membiasakan murid-murid membaca pada
mushaf dan memperkenalkan istilah-istilah yang tertulis baik untuk
waqof, mad (tanda panjang), dan idgham, serta membaca waw
(wawu) yang bertemu dengan alif seperti:
االصلوة: الصلوة. الضكوة : الضكاة. والسواوات: والسووت. الحيوة:
الحياة. وجاءوا: وجاؤا.
al-Qur‟an surah Al Baqarah ayat 185, telah memberi batasan
pengertian dan fungsi al-Qur‟an, yaitu: aL-Quran, Bayyinaat, dan al-
Furqaan. Selanjutnya kita harus mengetahui tujuan belajar al-Qur‟an,
agar dengan al-Qur‟an yang senantiasa dibaca, kita akan ikut aktif
menata kehidupan semesta.
Sesungguhnya al-Qur‟an ini adalah bacaan yang sangat mulia,
pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak
menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS. aL-Waaqi‟ah [56]
ayat 77-80)
Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin
(Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy Syu‟araa‟ [26] ayat
192-195).
Jika QS. 2:185 memberimu batasan pengertian dan fungsi al-
Qur‟an, maka QS. 26:192-195 memberimu tujuan belajar al-Qur‟an,
yaitu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan. Jadi, apabila membaca al-Qur‟an dianggap
sebagai ibadah, maka ia bukanlah ibadah individual tetapi ibadah
sosial. Nah, engkau belajar al-Qur‟an bukan hanya untuk kebaikan
dirimu sendiri, tetapi juga untuk kebaikan semesta.
Tujuan belajar al-Qur‟an untuk ikut menata kehidupan
semesta, dipertegas oleh ayat berikut15
:
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-
Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. al-
Maidah [5] ayat 16)
al-Qur‟an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali
Imran [3] ayat 138-139)
d. Proses pembelajaran al-Qur’an
Sebagai Pembimbing kehidupan semesta, Allah menetapkan
suatu etika penghambaan, bahwa seorang hamba tidak boleh
mendahului Rabbnya dalam hal apapun. Seorang hamba harus tunduk-
pasrah-menyerah di bawah bimbingan Rabbnya.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului
Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. al-Hujarat [49] ayat 1)
Begitu pula ketika kita hendak mempelajari sebuah kitab suci,
yang di dalamnya terdapat ajaran kehidupan, maka kita harus
mengikuti proses pembelajaran yang ditetapkan oleh-Nya. Dialah yang
telah menurunkan al-Quran, Dia pula yang akan menjaganya (QS.al-
15
http://sutris.blogspot.com/2011/05/tujuan-belajar-alquran.html; 14-11-2011
Hijr [15] ayat 9) Oleh karenanya, Dia pula yang akan mengajarkannya
(QS. ar-Rahman [55] ayat 2). Jadi, biarkan Sang Pencipta dan
Pembimbing kehidupan yang mengajarkan bagaimana belajar al-
Quran.
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata:
Sesungguhnya al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia
kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka
tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa
`Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang
terang. (QS. an-Nahl [16] ayat 103)
Cukuplah bagi seorang muslim mengikuti bimbingan-Nya.
Jika kita mengikuti bimbingan dari selain-Nya, meski bimbingan itu
diikuti oleh kebanyakan orang, maka kita akan menemui kegagalan
dalam proses belajar, bahkan hasil pembelajaran itu akan merugikan
dan merusak kehidupan, tidak saja kehidupan kita sendiri tetapi juga
kehidupan masyarakat sekitar.
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur‟an, sebagai
kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-
robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah
yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. al-An‟aam [6] ayat 116-117)
Proses pembelajaran al-Quran yang efektif harus merujuk
kembali kepada tujuan belajar al-Quran, seperti yang tersebut dalam
QS. Asy Syu‟araa‟ [26] ayat 192-195 dan al-Maidah [5] ayat 16, yaitu
agar kita dapat berpartisipasi dalam menata dan membimbing
kehidupan semesta, maka sudah sepantasnya kita membiarkan Allah
yang menjadi Pembimbing dalam upaya kita memahami bagaimana
kehidupan semesta ini harus ditata sesuai dengan kehendak
Penciptanya.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui
siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling
Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Maka
janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-
ayat Allah). (QS. al-Qalam [68] ayat 7-8)
Sebagai suatu komponen proses pembelajaran, tujuan
pembelajaran menduduki posisi penting diantara komponen-komponen
lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari seluruh
kegiatan pembelajaran dilakukan semata-mata terarah kepada atau
ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka
kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap
menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah
terjadinya.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu,
maka suatu keharusan bagi mereka yang terlibat langsung dalam
proses pembelajaran al-Quran (pendidik-peserta didik) untuk
memahaminya. Kekurangpahaman terhadap tujuan pembelajaran dapat
mengakibatkan kesalahpahaman di dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis
(Umar Tirtarahardja dan La Sula, 37 : 2000).
Proses pembelajaran melibatkan banyak hal, yaitu:16
Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern
cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa
pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin
diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan
otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus
menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai
sepanjang hidupnya
16
http://kompaq.multiply.com/journal/item/38, 16-11-2011
Orang yang membimbing (pendidik).
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab
itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua,
guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan masyarakat/
organisasi.
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh
melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi,
metode serta alat-alat pendidikan. Ke arah mana bimbingan
ditujukan (tujuan pendidikan).
Tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur
norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan
hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh
masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Materi yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata
uang. Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi
dan efektifitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala
sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Metode Pembelajaran al-Qur’an
Dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an sampai saat ini masih
dikenal adanya beberapa metode membaca al-Qur‟an seperti yang
dikemukakan oleh M.Satiri Ahmad, Sebagai berikut17
:
1) Metode Sintetik Yaitu pengajaran membaca dimulai dari
pengenalan huruf hijaiyah. menurut urutanya, yaitu dari Alif, Ba”,
Ta‟, sampai Ya‟, Kemudian dikenalkan dengan huruf Hijiyah
secara terpisah, lalu dirangkaikan dengan suatu ayat, contoh: Alif
fathah Aa, Alif kasrah Li, Alif dlammah Uu = A, I, U dan
seterusnya. Kelemahan metode ini adalah belajar membaca al-
Qur‟an memerlukan waktu yang relatif lama, sedangkan kelebihan
dari metode ini adalah santri dapat mengenal huruf dan dihafalkan
secara alfabet, sekaligus dengan mengenal tulisanya. Perhatian
santri tertuju pada huruf-huruf yang berbentuk kalimat. Metode ini
sangat membantu bagi murid yang kurang cerdas dan bagi ustadz-
ustadz yang belum berpengalaman.
2) Metode bunyi Metode ini mulai mengeja bunyi-bunyi hurufnya,
bukan nama-nama huruf seperti di atas, contoh: Aa, Ba, Ta, Tsa,
dan seterusnya. Dari bunyi ini tersusun yang kemudian menjadi
kata yang teratur. Kelebihan dari metode ini adalah
membangkitkan semangat belajar santri dalam membaca, sehingga
dapat dicapai pembelajaran yang lebih banyak namun metode ini
kurang efektif untuk diajarkan kepada santri dalam belajar
membaca al-Qur‟an secara baik dan benar.
3) Metode meniru. Metode ini ini sebagai pengembangan dari metode
bunyi, metode ini merupakan pengajaran dari lisan ke lisan, yaitu
santri mengikuti bacaaan ustad sampai hafal. Setelah itu baru
diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca atau harakat dan
kata-kata atau kalimat yang dibacanya. Kelebihan metode ini
17
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198304-beberapa-metode-
pembelajaran-al-qur/#ixzz1cVwbfsUh, 02-11-2011
adalah sesuai dengan prinsip pendidikan yang mengatakan bahwa
belajar dari yang telah diketahui dan dari yang mudah sampai yang
sesukar mungkin. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah
ustadz harus mengulang bacaan beberapa kali dalam batas tertentu,
jika tidak maka santri akan mudah lupa.
4) Metode Campuran. Metode Campuran merupakan perpaduan
antara metode sintetik, metode bunyi, metode meniru. Metode ini
untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
metode pembelajaran al-Qur‟an sebelumya. Dalam metode
campuran, seorang ustad diharapkan mampu mengambil
kebijaksanaan dalam mengajarkan membaca al-Qur‟an dengan
mengambil kelebihan-kelebihan dari metode –metode diatas,
kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada
sekarang.
Selain metode-metode di atas ada metode lain dalam proses
pembelajaran al-Qur‟an, antara lain:18
1) Metode Iqro‟
Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an
yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku
panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang
sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang
sempurna. Metode Iqro‟ ini disusun oleh Ustadz As‟ad Human
yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro‟ dari ke-enam jilid
tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa.
Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan
maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang
mengajar al-Qur‟an. Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak
mem-butuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekan-kan
pada bacaannya (membaca huruf al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan
18
http://qashthaalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metode-pembelajaran-
al.html, 02-11-2011
langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama
huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih
bersifat individual.
Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro‟ adalah:
a) Kelebihan metode Iqro‟ adalah Menggunakan metode CBSA,
jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.
Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih
tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid
rendah). Komunikatif artinya jika santri mampu membaca
dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan,
perhatian dan peng-hargaan. Bila ada santri yang sama tingkat
pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir
membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
b) Kekurangan
Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
Tak ada media belajar
Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
2) Metode Al-Baghdad
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan
merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan
sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang
paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di
Indonesia.
Cara pembelajaran metode ini adalah:
Hafalan
Eja
Modul
Tidak variatif
pemberian contoh yang absolute
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a) Kelebihan
Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan
materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi
selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.
b) Kekurangan
Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal
huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja.
Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-
ustadznya dalam membaca.
Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
3) Metode An-Nahdhiyah
Metode An-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca
al-Qur‟an yang muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur.
Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan Ma‟arif
Cabang Tulungagung. Karena metode ini merupakan metode
pengembangan dari metode Al-Baghdady, maka materi
pembelajaran al-Qur‟an tidak jauh berbeda dengan metode Qira‟ati
dan Iqro‟. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini
lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan
ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran al-Qur‟an pada metode
ini lebih menekankan pada kode “Ketukan”. Dalam pelaksanaan
metode ini mempunyai dua program yang harus diselesaikan oleh
para santri, yaitu:
Program buku paket yaitu program awal sebagai dasar
pembekalan untuk mengenal dan memahami serta
mempraktekkan membaca al-Qur‟an.
Program sorogan al-Qur‟an yaitu program lanjutan sebagai
aplikasi praktis untuk meng-antarkan santri mampu membaca
al-Qur‟an sampai khatam.
Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi
yang ingin menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode
ini harus sudah mengikuti penataran calon guru metode An-
Nahdhiyah.
4) Dalam program sorogan al-Qur‟an ini santri akan diajarkan
bagaimana cara-cara membaca al-Qur‟an yang sesuai dengan
sistem bacaan dalam membaca al-Qur‟an. Dimana santri langsung
praktek membaca al-Qur‟an besar. Disini santri akan diperkenalkan
beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghanni.
5) Metode Jibril
Terminology (istilah) metode jibril yang digunakan sebagai
nama dari pembelajaran al-Qur‟an yang diterapkan di TPQ
Singosari Malang, adalah dilatar belakangi perintah Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan al-Qur‟an
yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril. Menurut KH. M.
Bashori Alwi (dalam Taufiqur-Rohman) sebagai pencetus metode
jibril, bahwa teknik dasar metode jibril bermula dengan membaca
satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh
orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan
bacaan guru dengan pas. Metode jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq
dan tartil
6) Model Attikror
Attikror adalah metode pembelajaran dalam membaca al-
Qur‟an secara berulang-ulang, cepat, dan benar dengan
keterbatasan jam pelajaran yang tersedia, sesuai, realistis dan
proporsional. Metode Attikror ini mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
Listening skill: murid mendengarkan bacaan kalimat al-Qur‟an
dari guru dan temannya.
Reading drill : murid membaca kalimah al-Qur‟an yang telah
dibaca guru dan temannya.
Oral drill: melatih lisan mengucapkan kalimat al-Qur‟an yang
diucapkan guru dan temannya.
Kelebihan dan kekurangan19
Kelebihan dari metode Attikror adalah :
Gairah siswa terhadap mengaji sangat tinggi
Kegiatan siswa selama belajar terkontrol
Bacaan siswa terhadap kalimat al-Qur‟an sangat baik
Pembelajaran jadi lebih efisien
Komunikasi antar siswa jadi lebih terarah
Proses KBM menjadi lebih hidup karena melibatkan siswa juga
Penyimpanan hapalan di memori siswa jadi lebih kuat
Kekurangan dari metode Attikror adalah :
Sebelum memakai metode ini, Guru harus mengetahui cara
membaca al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu
Tajwid terlebih dahulu. Guru harus menyiapkan sampai dimana
kalimat bacaanya akan berhenti sehingga harus mengetahui
hukum hukum waqof.
7) Metode Qiro‟ati
Metode Qiro‟ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim
Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur
Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem
Qa'idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca
al-Qur‟an yang langsung memasukkan dan mempraktek-kan
bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem pendidikan
dan pengajaran metode Qira‟ati ini melalui sistem pendidikan
berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh
bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual
(perseorangan).
19
http://zullihi.blogspot.com/2010/01/metode-pembelajaran-al-Qur‟an.html, 02-11-2011
f. Evaluasi Pembelajaran al-Qur’an
Seorang guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan
menetapkan standar keberhasilan. Misalnya jika semua peserta didik
sudah menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, maka
peserta didik dapat melanjutkan belajar untuk materi selanjutnya dari
mata ajar tersebut, dengan catatan sorang guru harus memberikan
program perbaikan (remedial) kepada peserta didik yang belum
mencapai ketuntasan belajar dan program pengayaan kepada peserta
didik yang telah menguasai kompetensi.
Evaluasi terhadap penilaian proses dan hasil belajar bertujuan
untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi terhadap
hasil penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi atau
indikator yang belum dikuasai peserta didik.20
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam kegiatan evaluasi
adalah membuat perencanaan. Perencanaan ini penting karena akan
mempengaruhi keefektifan prosedur evaluasi secara menyeluruh.
Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan
secara jelas dan spesifik, terurai dan komprehensif sehingga
perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya. Melalui perencanaan evaluasi yang matang inilah kita
dapat menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral objective)
atau indikator yang akan dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan
data dan informasi yang dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu
yang tepat.21
20
Mimin Haryati, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan”, Hal 84-
85 21
Zaenal Arifin, ”Evaluasi Pembelajaran”, Hlm 88-89
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, pendekatan yang
dilakukan adalah melalui kualitatif deskriptif. Maksudnya, data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data
tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.1
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di TPQ Nurul Qur’an Desa
Kemiri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora,
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada 10 Oktober 2011 dengan
melibatkan semua ustad/ ustadzah yang terdiri dari 10 ustad/ ustadzah dan
kepala TPQ sebagai pembimbing dalam mengumpulkan data penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research),
yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan penelitian di tempat
terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.2 Secara metodologis penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
2. Sumber Data
1Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2009 ) Hlm 11 2 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 2004), Hlm: 10
Sumber data dalam penelitian merupakan subyek darimana data
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan questioner atau wawancara
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Dan
apabila penulis menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya
biasa berupa benda gerak atau proses sesuatu. Apabila penulis
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi
sumber data.3
No Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan
Data
Analisis Data
1 Rencana
Pembelajaran
Ustad/ Ustadzah Wawancara,
Dokumentasi
Triangulasi
2 Pelaksana
Pembelajaran
Ustad/
Ustadzah,
Kepala, Santri
Wawancara,
observasi,
dokumentasi
Triangulasi
3 Evaluasi Ustad/ Ustadzah Wawancara,
Dokumentasi
Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada..4
D. Fokus Penelitian
Menjelaskan objek dan informan penelitian kualitatif adalah
menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang
menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik
penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah
penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami
informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami
3 Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), Cet VI, Hlm.130 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2007) hlm. 330
objek penelitian.5 Adapun fokus penelitian ini, peneliti memfokuskan
implementasi model assessment dalam pembelajaan al-Qur’an di TPQ Nurul
Qur’an Desa Kemiri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Interview/ Wawancara
Metode interview atau wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab,
baik secara langsung maupun tidak langsung dari sumber data.6 Nantinya
proses wawancara ini melibatkan kepala, ustad dari tiap-tiap materi
pelajaran. Proses wawancara ini meliput permasalahan seputar
pelaksanaan model assessment, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
model assessment, dan alternatif pemecahan masalah terhadap
pelaksanaan model assessment. Dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit
atau kecil.7
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
berhubungan dengan implementasi model assessment pada pembelajaran
al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora dan
juga kepada berbagai pihak terkait. Adapun sumber yang diwawancarai
adalah ustad/ ustadzah.
2. Metode Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamalan, dengan disertai, dengan disertai pencatatan-pencatatan
terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran..8
5 Burhan Bungin, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana Media Group 2010), Hlm
76.
6 Mohammad Ali, “Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strateg”i, (Bandung:
Angkasa, 1987), Hlm.83 7 Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”, Hlm. 194
8 Abdurrahmat Fathoni, “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”,
(Jakarta, Rineka cipta, 2006) Hal 104.
Tahap observasi yang akan peneliti laksanakan melalui runtutan
sebagai berikut : peneliti akan mengamati suasana pengelolaan kelas yang
dilangsungkan, mempelajari materi yang digunakan sebagai bahan ajar
oleh ustad, dan metode pengajaran yang digunakan PBM di kelas.
Untuk mendapatkan gambaran dan persepsi maksimal tentang
obyek penelitian, maka dalam penelitian, metode obeservasi ini, peneliti
menggunakan teknik observasi lapangan untuk mengetahui pelaksanaan
model assessmen pada pembelajaran al-Qur’an serta untuk memperoleh
data tentang situasi.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.9 Adapun yang
dimaksud dokumen disini adalah data atau dokumen yang tertulis.
Dengan metode ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen
yang sudah ada, sehingga dengan metode ini peneliti dapat memperoleh
catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti : gambaran
umum dan juga kondisi khusus di TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec.
Jepon, Kab. Blora.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah menganalisis data. Yang dimaksud analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Sedangkan analisis kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), cet.12, Hlm.206
analisa berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis.10
Untuk memperjelas penulisan ini maka peneliti menggunakan metode
analisis data deskriptif kualitatif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta
secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan
disimpulkan. Adapun data kualitatif dalam analisis pada umumnya dilihat
menurut isinya atau yang disebut analisis isi, karena data yang digunakan
sifatnya non statistic. Sedangkan teknik yang digunakan bias dengan metode
deduksi, induksi atau gabungan dari keduanya, yang dikenal dengan analisis
reflektif.11
Data-data yang peneliti dapatkan, akan dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
1. Pengumpulan data sekaligus reduksi data. Setelah pengumpulan data
selesai, lalu dilakukan reduksi data, yaitu menggolongkan, mengarahkan,
dan membuang data yang tidak perlu.
2. Penyajian data. Data yang direduksi disajikan ke dalam bentuk narasi.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan dari data
yang telah disajikan pada tahap kedua.12
Jadi dalam menganalisis data, peneliti akan menyusun data yang
diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, analisis dokumen,
catatan lapangan, dalam bentuk narasi dan bukan angka-angka dan hasil
analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti
Analisis kualitatif ini peneliti gunakan untuk menganalisis tentang
implementasi model assessment pada pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul
Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Hlm. 244-245 11
Moh Kasiran, Metodologi Penelitian Kuatitaif/ kualitatif, (Malang: Pustaka Maliki
Press, 2008), Hlm.379 12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Hlm. 130
BAB IV
MODEL ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI TPQ
NURUL QUR’AN DI DS. KEMIRI, KEC. JEPON, KAB. BLORA TAHUN
2010-2011
A. Data Umum
1. Sejarah Berdirinya TPQ Nurul Qur’an
Realitas pendidikan dewasa ini sangat tergantung dengan
kelangsungan praktik keagamaan dari masyarakat. Pertimbangan ini
didasarkan dengan realita bahwa faktor penentu dan pengontrol moralitas
seseorang itu selalu ditentukan dengan ukuran keberagamaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, karena kurangnya pendidikan agama
pada anak-anak. Sehingga sebagian tokoh-tokoh agama di desa Kemiri
bersepakat membentuk TPQ bagi anak-anak usia sekolah dasar.
Berangkat dari latar dinamika tersebut, kiranya yang
mengantarkan para pemerhati pendidikan khususnya pendidikan agama
dikalangan masyarakat ini untuk menerapkan apresiasi dan perhatian
pendidikannya kedalam langkah kongrit dan melalui wadah yang
memenuhi. Dari permasalahan tersebutlah latar belakang TPQ Nurul
Qur’an Desa Kemiri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora ini didirikan.
Pembangunan pertama bertepatan pada tanggal 8 Februari 1999.
Para tokoh agama minta persetujuan kepada kepala desa agar
dibentuknya TPQ dan kepala desapun menyetujuinya dan diberi nama
“NURUL QUR’AN”. Belum ada anggaran untuk mendirikan gedung
TPQ, maka proses pembelajaran dilaksanakan di gedung SD KEMIRI I.
Bagi anak yang masuk TPQ ini tidak dipungut biaya pendaftaran. Yang
paling penting anak sudah mau ikut TPQ itu para tokoh agama sudah
senang. Hanya saja anak disuruh membeli buku qiro’ati untuk mengaji.
TPQ Nurul Qur’an ini di kepalai oleh bapak Mulyadi. Dan awal
mulanya TPQ ini dibentuk atas inisiatif bapak Alif agar anak-anak bisa
mengaji sedikit demi sedikit dan didukung para tokoh agama di desa
Kemiri. Sehingga TPQ Nurul Qur’an bisa terbentuk dan tetap berjalan
sampai sekarang. Sekitar tahun 2006 ada pergantian kepala TPQ karena
bapak Mulyadi sudah tua dan diganti dengan yang lebih muda yaitu bapak
Minardi.
Untuk meningkatkan kegiatan di TPQ ini dan agar terus berdiri,
sebagian ustad TPQ Nurul Qur’an meminta ustadz agama di SD Kemiri I
yang ditempat mengaji dan SD Kemiri II agar murid-muridnya mau ikut
mengaji pada waktu sore hari. TPQ ini masuk setiap hari selasa, rabu,
jum’at dan minggu. Masuknya jam 15.00 sholat ashar berjama’ah di
masjid desa Kemiri dulu kemudian baru mengaji.1
Agar TPQ Nurul Qur’an berjalan baik, sebagian ustad-
ustadzahnya pernah mengaji di pondok pesantren dan dibantu ustadzah-
ustadzah yang sudah bisa mengaji dan dianggap mampu mengajar
mengaji. TPQ ini dibagi menjadi empat kelas yang terdiri dari kelas 1, 2,
3, dan 4. setiap kelas ustadznya 2 atau 3 ustad-ustadzah untuk membantu
mengajari mengaji karena jumlah santrinya banyak. Dan pulangnya
sekitar jam 17.00.
TPQ Nurul Qur’an sudah mempunyai gedung sendiri yang
didirikan di atas tanah waqaf milik desa. Karena gedungnya hanya
berukuran 6 x 10 m2,
dan dalam proses pembelajaran tidak mencukupi
untuk empat kelas, sehingga kgiatan mengaji sebagian pinjam ruang kelas
SD Kemiri I. Gedungnya sendiri dibagi dua kelas dengan disekat triplek
untuk kelas 1 dan 2. Sedangkan kelas 3 di SD Kemiri II dan kelas 4 di
perpustakaan desa
Tahun 2007 TPQ Nurul Qur’an membangun gedung lagi dapat
bantuan dari PPK yang letaknya disebelah utara gedung TPQ yang lama.
Di sela-sela antara gedung TPQ yang lama dengan gedung perpustakaan
desa dibangun gedung TPQ lagi yang dijadikan kantor TPQ Nurul Qur’an.
Kini ruang untuk mengaji telah tercukupi untuk empat kelas. Gedung TPQ
1 Wawancaran dengan Bpk. KH. Abdul Majid pada tanggal 18 Maret 2012
baru untuk kelas 1 sendiri dibagi menjadi 2 karena jumlah santrinya
banyak.2
TPQ Nurul Qur’an pernah mengalami penurunan santrinya karena
banyak orang tua yang tidak membolehkan anaknya mengaji ikut TPQ
dan beranggapan bahwa mengaji itu tidak penting, padahal anaknya ingin
mengaji. Oleh bapak Suwito dan ustadz agama SD Kemiri I dan II TPQ
diperjuangkan agar tetap berjalan terus dan mendapat dukungan dari orang
tua santri lewat pengajian-pengajian yang diadakan di desa Kemiri.3
Akhirnya usaha bapak Suwito dan ustadz agama SD Kemiri I dan
2 membuahkan hasil. Sehingga TPQ Nurul Qur’an ini berjalan sampai
sekarang dan santri-santrinya semakin bertambah banyak karena ustadz
agama SD Kemiri I dan II menyuruh semua murid ikut mengaji di TPQ
Nurul Qur’an.
Dari tuntutan internal tesebut di ketahui bahwa dalam TPQ ini
ditemukan beberapa nilai lebih dibandingkan dengan TPQ di daerah lain,
seperti kualitas keilmuan agama ustadz/ ustadzahnya mumpuni, materi
yang ada di dalam TPQ membantu pembelajaran agama di Sekolah dasar,
metode pengajarannya disesuaikan dengan kemampuan santri, letak TPQ
sangat strategis karena berada di tengah-tengah desa dengan posisi di
pinggir jalan utama desa.
Dari situ bisa difahami bahwa keberadaan TPQ ini sangat relevan
dengan tuntutan masyarakat sekitar yang menghendaki anak-anaknya
supaya memiliki kualitas moral yang terpuji dan mampu menerapkan
prinsip dan ajaran agama dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan pendirian pembelajaran di TPQ terkait
Pendirian TPQ ini adalah salah satunya dari contoh kongrit dari
pemerhati pendidikan khususnya di masyarakat ini. Adapun dalam proses
kelangsungan pembelajaran di TPQ ini dari pihak internal menghendaki
2 Wawancaran dengan Bpk. H. Minardi pada tanggal 20 Maret 2012
3 Wawancaran dengan Bpk. Suwito pada tanggal 22 Maret 2012
agar pelaksananaan pendidikan ini memiliki kualitas yang mumpuni baik
sector metodologisnya maupun praktisnya.
Adapun tujuan yang diharapkan dari pihak internal ialah,
mencetak generasi Qur’ani yang berahklak mulia, berbudi pekerti luhur,
mendakwah ilmu agama, dan melestarikan nilai-nilai yang berlandaskan
pada al-Qur’an dan sunnah dalam kehidupan bermasayrakat, berbangsa
dan bernegara.
Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan
keberagamaan seperti, penanamkan ruhul jihad kepada santri untuk selalu
berdakwah, mengamalkan ilmunya, mengajarkan ilmu-ilmu al-Qur’an,
bahasanya dan ilmu agama lainnya, mengembangkan wawasan berpikir
dan berdzikir, dan membekali skill dan intelektual.
3. Letak Geografis TPQ Nurul Qur’an
TPQ Nurul Qur’an terletak di desa kemiri kecamatan jepon
kabupaten blora tepatnya di depan sd kemiri 2, berdamppingngan dengan
perpustakaan bhakti pustaka, BK lestari dan tk dharma wanita.
Gedung sekolah ini didirikan di atas tanah seluas 892,08 m2. TPQ
nurul qur’an letaknya cukup strategis karena berada di tengah-tengah
desa, dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah utara, gedung PAUD dan TK.
b. Sebelah timur, SD Kemiri 2.
c. Sebelah barat, sawah.
d. Sebelah selatan, gedung perpustakaan dan rumah penduduk.
Jarak gedung TPQ Nurul Qur’an dengan pusat pemerintahan desa
(balai desa) kurang lebih 400 m, sedangkan dengan masjid kurang lebih
200 m. Letak TPQ Nurul Qur’an juga sangat kondusif untuk proses
belajar mengajar karena relatif jauh dari jalan raya yang berjarak kurang
lebih 200 m.
4. Keadaan Ustadz dan Siswa TPQ Nurul Qur’an
a. Keadaan Ustadz
Secara umum dapat dikatakan bahwa keadaan ustadz TPQ
Nurul Qur’an cukup baik dan memadai. Jumlah ustad-ustadzhnya TPQ
Nurul Qur’an berjumlah kurang lebih 14 orang, yang terdiri dari 3
orang ustadz negeri.4 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.I
DATA KEADAAN USTAD-USTADZAH TPQ NURUL QUR’AN
KEMIRI JEPON BLORA
PENDIDIKAN Jml
PP SMA PGA D2 S1
6 4 2 1 1 14
Keterangan :
PP : Pondok Pesantren
SMA : Sekolah Menengah Atas
PGA : Pendidikan Ustadz Agama
D2 : Diploma Dua
S1 : Sarjana Satu
b. Keadaan Siswa
Di TPQ Nurul Qur’an jumlah siswa atau santriwan santriwati
secara keseluruhan ada 85 siswa, laki-laki 27 siswa dan perempuan 58
siswa yang terbagi dalam 4 kelas5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
4 Wawancaran dengan H Minardi dan Bpk. Suwito pada tanggal 20 Maret 2012
5 Wawancaran dengan Bpk. Suwito dan Ibu Masturoh pada tanggal 22-23 Maret 2012
Tabel 4.2
SITUASI KELAS DAN SISWA TPQ NURUL QUR’AN KEMIRI
JEPON BLORA
NO KELAS PUTRA PUTRI JUMLAH
1 I 20 30 50
2 II 10 13 23
3 III 5 10 15
4 IV 5 6 11
Jumlah 40 59 99
5. Struktur Organisasi TPQ Nurul Qur’an
STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS TPQ NURUL QUR’AN
Pelindung
Kepala Desa
Penasehat
K.H Abdul Masjid
Penyelenggara I
Darsono, S.Pd
Bendahara
Suwaji, S.Pd
Sekertaris II
Moh. Ali, S.Pd
Penyelenggara II
Mulyadi
Seksi-seksi
Bendahara II
Nor Ponco
Sekertaris I
Umi Nasehati
6. Kurikulum Pembelajaran TPQ Nurul Qur’an
Proses pembelajaran membaca al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an
Kemiri dilakukan dengan cara berhadapan langsung dengan ustad-
ustadzah. Untuk kelas 1, 2, dan 3 dalam mengaji buku qiro’atinya
menggunakan yanbu’a, sedangkan kelas 4 mengaji al-Qur’an6. Setelah
mengaji ada pelajaran tambahan yang dapat dilihat pada table berikut:
6 Wawancaran dengan H. Minardi pada tanggal 20 Maret 2012
Seksi perlengkapan
1. Paijan
2. Moh. Kasnawi
Kepala
H. Minardi
Seksi Agama
1. Muslih
2. Handoko
Bendahara
Masturoh, S.Pd.I
Wakil
Suwito, S.Pd
Sekertaris
Rubikah
Ustad-ustadzah
1. Minardi
2. Suwito
3. Paijan
4. M. Kasnawi
5. Musa
6. Fathoni
7. M. Sutapsin
8. Masturoh
9. Rubikah
10. Lia Amalia R.
11. Nur Ikhsan
Tabel 4.3
PROGRAM PENGAJARAN PADA KURIKULUM TPQ NURUL
QUR’AN KEMIRI JEPON BLORA
NO MAPEL KELAS
I II III IV
1 Qiro’ah/ bacaan V V V V
2 Ilmu tajwid V V V V
3 Praktek tajwid - V V V
4 Hafalan surat pendek V V V V
5 Hafalan ayat pilihan - V V V
6 Hafalan bacaan sholat V V V V
7 Hafalan doa-doa V V V V
8 Khod/ menulis V V V V
9 Akhlak V V V V
10 Al barjanji - - V V
11 Tahlil - - V V
Tabel 4.4
TABEL PENILAIAN PENGAJARAN PADA KURIKULUM TPQ
NURUL QUR’AN KEMIRI JEPON BLORA
No Materi Indikator Assessment
Teknik Intrumen
1 Qiro’ah 1. Santri mampu membaca
al-Qur’an dengan indah.
2. Santri mampu mengatur
informasi pada
bacaannya.
3. Santri mampu
melakukan contoh yang
diberikan ustad.
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
2 Ilmu tajwid 1. Mampu menghafal
macam-macam ilmu
tajwid.
2. Mampu menjelaskan
pengertiannya
3. Mampu
mengklasifikasikan
perbedaannya
4. Mampu memberikan
contoh bacaannya
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi
3 Praktek tajwid 1. Mampu mengucapkan
bacaan al-Qur’an
dengan fasih
2. Mampu menempatkan
makhorijul huruf dan
sifatul hurufnya dengan
benar
3. Mampu menerapkan
bacaan tajwid dengan
benar dan jelas
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
4 Hafalan surat
pendek
Santri dapat melafalkan
surah-surat pendek dengan
lancar dan benar
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
5 Hafalan ayat
pilihan
Santri dapat melafalkan ayat-
ayat pilihan dengan lancar dan
benar
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
6 Hafalan
bacaan sholat
Santri dapat melafalkan
bacaan sholat dengan lancar
dan benar
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
7 Hafalan doa-
doa
1. Mampu menghafalkan
doa yang ditentukan
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
2. Mampu
membacakannya
dengan lancer
3. Mampu menjelaskan
tujuan dari doa-doa
yang ditentukan
8 Khod/
menulis
1. Mampu menuliskan
bacaan yang ditentukan
dengan benar
2. Mampu menuliskan
dengan indah
3. Mampu menirukan
contoh yang diberikan
4. Mampu
menerapkannya pada
tulisan lain
(mencontohkan sendiri)
Tes
praktek
Demonstrasi/
praktek
9 Akhlak 1. Mampu menjelaskan
pengertian akhlak
2. Mampu menyebutkan
macam-macam akhlak
3. Mampu memberikan
contoh-contonya
4. Mampu menghafal dalil
tentang akhlak
5. Mampu memberikan
kisah (tentang sejarah)
dari peristiwa nyata.
Tes sikap sosiodrama
10 Al barjanji 1. Mampu membacanya
dengan benar
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
2. Mampu melagukan
bacaannya
3. Mampu memberikan
variasi lagunya
11 Tahlil 1. Mampu menghafal
rawatibul tahlilnya
2. Mampu memberikan
dalil tentang tahlil
3. Mampu menjelaskan
manfaat/ pentingnya
tahlil
Tes lisan,
tes praktek
Demonstrasi/
praktek
7. Sarana Prasarana TPQ Nurul Qur’an
Untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar di
sekolah sangat diperlukan sarana dan fasilitas yang memadai. Demikian
juga dengan TPQ Nurul Qur’an guna menunjang proses belajar mengajar
telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup. Dalam hal ini keadaan
sarana dan prasarana yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
SARANA DAN PRASARANA TPQ NURUL QUR’AN KEMIRI JEPON
BLORA
NO NAMA/ JENIS BANYAK/ LUAS KET
1 Tanah wakaf 892,08 m2 Tanah Desa
2 Gedung TPQ 2 Untuk R. Belajar
3 Meja papan kantor 2 Baik
4 Meja kecil 15 Baik
5 Kursi 15 Baik
6 Papan tulis 2 Baik
7 Papan pengumuman 1 Baik
8 Papan data 2 Baik
9 Almari 2 Baik
10 Rebana 6 Baik
11 Salon (speaker) 6 Baik
12 Mimbran/ Spiker 1 Baik
13 Ampli Player 3 Baik
14 CD Player 1 Baik
B. Data Khusus
1. Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran
Sudah menjadi keharusan bagi orang tua ataupun ustadz untuk
memberikan perhatian khusus terhadap anak-anaknya dalam proses
pendidikan, terutama dalam aspek kagamaannya. Karena pada dasarnya
setiap anak memiliki kebutuhan terhadap fitrahnya sebagai makhluk yang
bertuhan, dimana satu anak dengan yang lain berbeda tingkat
pemahamannya. Di situlah perhatian setiap orang tua termasuk ustadz
sangat penting guna mengarahkan anak sesuai dengan orientasi
pendidikan terkait dan tuntutan zaman.
Sebagaimana telah diterangkan dalam BAB II, bahwa sebagian
besar anak kecil cenderung untuk bertindak menurut apa yang
dikehendaki dan diyakininya itu benar, terutama jika mengenai prihal
yang mengesankan dan mudah diingat. Adapun kesan-kesan tersebut
merupakan hasil penangkapan inderanya dan sebagai pengalaman yang
nantinya dapat membantu dan memudahkan si anak dalam memperoleh
pengetahuan.
Demikian TPQ Nurul Qur’an ini sebagai lembaga pendidikan,
bertujuan untuk memudahkan siswa dalam membaca al-Qura’an secara
fasih dan benar sejak usia dini. Selain itu untuk mengkolaborasikan antara
pengetahuan al-Qur’an dengan kecakapan dalam membaca al-Qur’an,
serta memiliki kepribadian yang religius.
Pertimbangannya bahwa, dunia anak bukanlah dunia formal atau
serius, apalagi penuh dengan ketegangan. Dunia anak adalah dunia yang
penuh dengan keceriaan, permainan dan kegembiraan. Oleh karena itu
sebagian besar anak kecil cenderung menyukai hal-hal yang berkesan,
terutama jika menggunakan kode atau kategori yang mudah di fahami7.
Dalam pembelajaran pada hakekatnya sebelum pelaksanaan
dimulai, dibutuhkan adanya persiapan terlebih dahulu. Rencana
pelaksanaan dalam pembelajaran ini merupakan rancangan langkah-
langkah jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan
tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, makna persiapan
mengajar berarti upaya merencanakan sesuatu dalam waktu jangka pendek
untuk memperkirakan tindakan apa yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran agar tujuan pemebelajarannya tercapai, terutama berkaitan
dengan pembentukan kompetensi santri.
Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih dahulu perlu
menguasai cara teoritis dan langkah praktisnya tentang unsur-unsur yang
terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan
mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki ustadz dan sebagai
muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman
yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran.
Adapun dalam penelitian ini materi ajar yang digunakan dalam
satuan pendidikan terkait di antaranya qiro’ah/ bacaan, ilmu tajwid,
praktek tajwid, hafalan, khod/ menulis. Aspek kompetensi yang hendak
dicapai setidaknya meliputi, kefasihan membaca, pemahaman materi,
kejelian dan keakuratan, serta ketrampilan dari ragam materi yang
terselenggara. Disini faktor keilmuan dari pendidik sangat diprioritaskan
agar tujuan pembelajaran dan materi ajarnya dapat secara efektif mengena
pada santri. Maksudnya, selain menguasai pengelolaan dan pelaksanaan
7 Wawancaran dengan K.H Abdul Majid pada tanggal 18 Maret 2012
pembelajaran di kelas, pendidik juga dituntut bertanggung jawab dengan
materi keilmuan yang diajarkan kepada santri.8
Pelaksanaan pembelajaran realitanya tidak dapat dilepaskan
dengan proses penilaian. Adapun dalam penilaian yang sudah berlangsung
di TPQ ini sebelumnya menggunakan penilaian secara konvensional, yaitu
hafalan dan lisan, ujian tengah semester dan ujian semester (tes formatif).
Adapun dalam uraiannya, penilaian yang dilakukan oleh ustad/
ustadzah antara lain:
a. Pertannyaan lisan, digunakan untuk menyatakan hal-hal yang prinsip
dari pelajaran yang lalu secara singkat. Bentuknya berupa jawaban
singkat dan dilakukan sebelum, selama ataupun setelah pelajaran yang
diberikan.
b. Ulangan harian, diadakan secara periodik atau berkala pada akhir
suatu tema atau beberapa tema pelajaran. Bertujuan untuk mengetahui
penguasaan kompetensi-kompetensi dari suatu mata pelajaran tertentu,
serta untuk mengetahui keberhasilan dalam penggunaan metode dan
media.
c. Ulangan blok atau ulangan semesteran, dilakukan dengan bersama-
sama mulai kelas I sampai IV yang dilakukan secara tertulis.
Pertimbangannya, bahwa pelaksanaan penilaian pembelajaran di
kelas harus bersifat fleksibel, artinya penilaian dilakukan harus memenuhi
kebutuhan santri, komunitas atau masyarakat, serta dari pihak staf
sendiri.9 Dengan kata lain penilaian tersebut setidaknya
mempertimbangkan kondisi dan situasi dari proses pembelajaran.
Tehnik yang diterapkan untuk mengukur pencapaian kemampuan
santri, tentunya harus dianalisa terlebih dahulu agar instrument tersebut
memiliki konstruksi yang bagus, dan sudah memenuhi pedoman serta
dapat dipahami oleh santri.
8 Wawancaran dengan H Minardi pada tanggal 20 Maret 2012
9 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu ; prinsip-prinsip perumusan dan tata
langkah penerapan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), Hlm.32.
Untuk mencapai tujuan itu, ustadz perlu mencermati betul terkait
instrument yang telah diberikan kepada santri. Selanjutnya dianalisa
apakah dengan instrument yang sama tetapi pada kelas/ ruangan yang
berbeda, akan menghasilkan nilai yang sama. Instrument yang telah
diterapkan bisa dikatakan cocok, karena banyak dari santri yang tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan butir-butir instrumen tersebut.
Penilaian yang dilakukan oleh ustad/ ustadzah meliputi tiga aspek,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.10
Aspek kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir termasuk didalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisa, dan kemampuan
mengavaluasi. Aspek afektif meliputi penilaian sikap, motivasi, dan minat
terhadap pelajaran. Aspek psikomotorik berhubungan dengan unjuk kerja
siswa.
Proses pembelajaran oleh ustadz merupakan upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh lembaga terkait
agar dapat secara efektif mengena pada santri. Artinya pembelajaran yang
dilakukan harus menimbang antara materi ajar dengan kemampuan yang
dimiliki santri, serta tuntutan yang diharapkan dari masyarakat. Oleh
karena itu prosedur pelaksanaan pembelajaran sangatlah menentukan,
sehingga materi ajar yang tersedia dapat dilaksanakan secara tuntas.
Adapun dalam setiap pembelajaran yang telah berlangsung
merupakan suatu keharusan bagi ustadz untuk menentukan penilaian agar
dapat mengetahui sejauh mana penguasaan santri terhadap materi ajar.
Dalam penyelenggaraan penilaian yang dipilih oleh ustadz dilembaga
terkait dengan menimbang aspek kemampuan siswa, maka penggunaan
metode penilaian yang tepat juga sangat menentukan. disini metode
penilaian yang digunakan yaitu metode tes dan non tes.
Penilaian tes adalah penilaian yang dilaksanakan oleh ustadz
secara langsung, maksudnya pelaksanaan penilaiannya diberitahukan
terlebih dahulu pada santri. Adapun jenis penilaian tes yang digunakan
10
Wawancaran dengan Bpk Suwito dan Ibu Masturoh pada tanggal 22-23 Maret 2012
lembaga ini yaitu pertannyaan lisan, ulangan harian, dan ulangan blok
atau ulangan semesteran.
Penilaian non tes dimaksudkan adalah penilaian yang dilakukan
oleh ustadz secara tidak langsung ketika proses pembelajaran yang sedang
berlangsung di kelas. Aspek yang dinilai yaitu tingkat perhatian siswa,
kedisiplinan siswa serta penguasaan materi ajar.
Pada intinya penilaian yang diselenggarakan itu harus
menggunakan teknik penilaian yang sesuai dengan model pembelajaran
dimana pertimbangannya mencakup aspek-aspek penilaian serta ustadz
harus berinteraksi menggunakan pendekatan secara persuasive, agar
tujuan pembelajarannya dapat dicapai setuntas mungkin. Dan dilembaga
ini, alur praktiknya dari hemat penulis kiranya sudah mencakup standar
operasional pembelajaran yang baik.
2. Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran
a. Pendukung
1) Internl TPQ
Kegiatan pengajaran tidak hanya kegiatan pembelajaran
antara ustadz dan santri untuk mentransfer pengetahuan, lebih dari
itu aktifitas belajar disini dan interaksinya dibutuhkan kepiawean
ustadz dalam mengemas bahan ajar secara baik agar dapat lebih
mudah dipahami oleh santri dan tidak terjadi kesalahpahaman.
Disinilah faktor kualitas keilmuan yang dimiliki oleh ustadz
sangat dipentingkan. Kirannya dilembaga ini mengenai kualitas
keilmuan ustadz tidak ada masalah karena basik pendidikan
ustadz-ustadznya berangkat dari lingkungan pesantren yang
terkenal dan diakui kualitasnya. Pendidikan ustadz-ustadz tersebut
diperoleh dari berbagai kota antara lain Bahrul Ulum Jombang,
Mathole’ Pati, Khozinatul Ulum Blora.
Kebutuhan agama anak-anak sifatnya sangat tergantung
pada keberagamaan orang dewasa dan orang tua karena dari
psikologi anak-anak belum seimbang. Materi keagamaan sudah
mulai diajarkan di sekolah dasar. Materi tersebut meupakan faktor
undangan untuk penumbuhan moralitas siswa atau santri. Materi
keagamaan di sekolah dasar sifatnya masih sedikit dan tentunya
untuk membantu pembentukan moralitas santri yang penuh
dengan nilai-nilai keagamaan sangat dibutuhkan faktor pendukung
lainnya disinilah peran lembaga TPQ ini ikut membantu terhadap
penguasaan materi keagamaan siswa sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah formal pembelajaran yang
dilaksanakan dalam sebuah TPQ tidak terkekang oleh standar atau
ketentuan dari satuan pendidikan dan pemerintah. Dari perbedaan
itulah keuntungan ustadz dalam memilih metode pembelajaran
bisa dilakukan interaksi yang lebih positif dan lebih akrab.pada
kesempatan inilah ustadz lebih leluasa untuk mengamati tingkat
kemampuan siswa dan kemudian bisa ditetapkan penggunaan
metode yang lebih mendukung tujuan pembelajarannya.
2) Eksternal TPQ
Keberhasilan penyelanggaraan pembelajaran tidak hanya
ditentukan oleh adanya faktor internal semata. lebih dari itu
adanya dukungan dari lingkungan luar atau sekolah formal lainya
juga sangat membantu. Disini keuntungan tersebut didadapat oleh
TPQ ini karena pihak ustadz agama sekolah dasar mewajibkan
muridnya ikut belajar di TPQ. Dan juga berangkat dari pribadi
ustadz dan kualitas keilmuannya yang mumpuni, dari para wali
santri mempercayakan pendidikan keagamaan anaknya
dilangsungkan di TPQ ini, selain dari pihak-pihak tersebut juga
dari perangkat desa sangat apresiatif terhadap keberadaan TPQ ini.
b. Penghambat
1) Internl TPQ
Realita dalam masyarakat beserta dinamikannya mengenai
pendidikan sangat dipentingkannya sebuah pegakuan formal atau
dalam hal ini legalitas sebuah ijazah. Karena faktor inilah tingkat
kepercayaan suatu pendidikan tergadaikan. Di TPQ ini ditemukan
permasalahan tersebut yaitu tidak setaranya pendidikan formal
dari ustad/ ustadzahnya.
Tidak bisa dipungkiri faktor manajemen dalam
pelaksanaan pembelajaran sangat mendukung kedisiplinan.
Dilembaga pendidikian formal hal tersebut bukan lagi sebuah
kendala. Permasalahannya, di TPQ ini bigroun pendidikan
ustadznya bukan berangkat dari pendidikan formal dan tentunya
ini menyebabkan sebuah pernyataan bahwa tingkat kedisiplinan
pendidikan formal lebih unggul dibandingkan pendidikan di
luarnya atau non formal seperti pesantren. Mungkin dari
latarbelakang inilah tingkat kedisiplinan ustadz/ustadzah di TPQ
ini masih rendah.
2) Eksternal TPQ
Dunia anak-anak merupakan periode dimana setiap
aktifitasnya sangat didukung oleh faktor psikologi perkembangan.
Oleh karena itu pada tahap anak-anak ini lebih diindentikkan oleh
pengalaman-pengalamannya yang fariatif dan menyenangkan
tentunya, dengan adanya banyaknya tempat hiburan akan sedikit
banyak mempengaruhi bahkan dapat mengalihkan perhatian siswa
terhadapan dunia pendidikan. Di sinilah perhatian dan kepedulian
dari orang dewasa tentang pendidikan anak sangat dibutuhkan.
Permasalahannya hal ini juga menjadi sebuah kendala untuk
merealisasikan tujuan pembelajaran karena perhatian wali
santripun sangat rendah pada pendidikan anak-anaknya khususnya
materi kegamaan di TPQ ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini sendiri, dari peneliti telah menentukan beberapa
tawaran yang inovatif mengenai penilain dalam pembelajaran. Yang mana
proses pembelajaran yang berlangsung lebih memiliki peran dan kontribusi
maksimal terhadap pribadi santri dan pendidiknya.
Peningkatan kompetensi dilakukan dengan banyak hal, seperti
memperluas wawasan dan pengetahuan keilmuan, memperkaya diri dengan
keterampilan-keterampilan pengelolaan kelas yang mencakup pengelolaan
santri, pengelolaan waktu, materi, dan pengelolaan setting kelas yang dapat
diperoleh dengan banyak membaca buku-buku serta mempraktekkan dengan
keadaan di dalam kelas. Melakukan pendekatan-pendekatan yang dirasa cocok
untuk mengatasi masalah kedisiplinan santri, masalah individu yang dialami
santri.
Selain meningkatkan kedisiplinan pada santri, ustadz juga harus
meningkatkan kedisiplinan pribadi, disiplin dalam menjalankan tugas sebagai
pendidik professional serta disiplin waktu agar proses pembelajaran berjalan
dengan optimal.
Ustadz sebagai penggerak pendidikan di sekolah harus memikirkan
sarana dan prasarana sebagai penunjang kelancaran proses pembelajaran dan
mutu pendidikan. Di TPQ Nurul Qur’an pengelolaan fasilitas di kelas sudah
baik, namun perlu ditingkatkan.
Untuk mengelola fasilitas di dalam kelas hendaknya ustadz
menyesuaikan barang-barang apa saja yang terdapat di dalam kelas tersebut.
Apabila belum ada sebaiknya dilengkapi. Jika harus membeli maka dipilihlah
barang-barang yang kualitasnya baik. Jika dapat menciptakan sendiri
sebaiknya ustadz membuat sendiri perlengkapan mengajar dan hiasan-hiasan
yang dibutuhkan di dalam kelas, tujuannya untuk menghemat biaya dan
pengeluaran yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya serta
meningktkan keterampilan dan kreatifitas ustadz. Ustadz di TPQ Nurul
Qur’an sudah menerapkan beberapa hal tersebut.
Selain itu, yang perlu diperhatikan lagi adalah pengaturan dan tata
letak barang-barang dalam kelas. Tujuannya agar kelas tampak luas, tidak
sumpek dan santri nyaman belajar. Sirkulasi udara serta pencahayaan
merupakan hal penting selanjutnya. Maka ventilasi kelas sebaiknya tidak
tertutup dan terhalang dengan sesuatu. Jika sirkulasi udara lancar dan terang,
suasana kelaspun menjadi segar. Santripun menjadi nyaman di dalam kelas.
Penataan meja dan kursi dibuat berubah ubah setiap minggunya agar perta
didik tidak bosan dengan keadaan yang monoton setiap harinya.
Pembiasaan diri terhadap santri untuk tepat waktu dalam segala hal
dapat mendukung pengaturan waktu dengan baik. Belajar dan bermain harus
dikondisikan sedemikian rupa agar santri tidak terlalu banyak bermain sesuka
mereka sendiri, melainkan bermain yang megasyikkan dan bermanfaat sambil
belajar.
Keefektifan ditunjang oleh keterampilan ustadz mengarahkan santri
pada setiap kegiatan yang mereka lakukan di kelas dan disekolah. Ustadz
harus menjadikan santri sebagai objek yang perlu dikembangkan dari segala
aspek dan juga waktu yang mereka butuhkan selama menjadi santri.
Hasil analisis dari penjelasan teori dan hasil penelitian lapangan di
TPQ Nurul Qur’an, desa Kemiri, kecamatan Jepon, kabupaten Blora adalah
TPQ Nurul Qur’an ini sebagai lembaga pendidikan, bertujuan untuk
memudahkan siswa dalam membaca al-Qura’an secara fasih dan benar sejak
usia dini. Selain itu untuk mengkolaborasikan antara pengetahuan al-Qur’an
dengan kecakapan dalam membaca al-Qur’an, serta memiliki kepribadian
yang religius.
Dengan dasar tujuan TPQ yang hendak dicapai, dalam
pembelajarannya digunakan berbagai materi ajar terpilih sebagai bagian dari
unsur-unsur pembelajaran, yang di antaranya qiro’ah/ bacaan, ilmu tajwid,
praktek tajwid, hafalan, khod/ menulis. Adapun dalam lembaga terkait,
penilaian yang baru dilakukan oleh ustad/ ustadzah antara lain : Tugas
individual, Tugas kelompok, Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), Unjuk
kerja (performance).
Selain itu penilaian yang dilakukan oleh ustad/ ustadzah meliputi tiga
aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir termasuk didalamnya kemampuan memahami,
menghafal, mengaplikasi, menganalisa, dan kemampuan mengavaluasi. Aspek
afektif meliputi penilaian sikap, motivasi, dan minat terhadap pelajaran.
Aspek psikomotorik berhubungan dengan unjuk kerja siswa. Dengan
demikian, maksudnya ialah aspek kompetensi yang hendak dicapai setidaknya
meliputi, kefasihan membaca, pemahaman materi, kejelian dan keakuratan,
serta ketrampilan dari ragam materi yang terselenggara.
1
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di muka, maka dapat
diambil suatu kesimpulan :
Penilaian (Assessment) adalah suatu proses untuk mengetahui apakah
proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau
kriteria yang telah ditetapkan
Penilaian yang dilakukan oleh guru telah mengukur tiga aspek
pembelajaran, yaitu aspek kognitif (pengetahuan) yaitu mengenai materi ilmu
tajwid, aspek afektif (sikap) yaitu menemukan kesadaran santri agar disiplin
baik terhadap waktu pembelajaran dan materi pembelajaran, dan aspek
psikomotor (ketrampilan) yaitu santri mampu menerapkan bacaan tajwid
dengan benar.
Jenis evaluasi penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
1. Pertannyaan lisan, digunakan untuk menyatakan hal-hal yang prinsip dari
pelajaran yang lalu secara singkat. Bentuknya berupa jawaban singkat dan
dilakukan sebelum, selama ataupun setelah pelajaran yang diberikan.
2. Ulangan harian, diadakan secara periodik atau berkala pada akhir suatu
tema atau beberapa tema pelajaran. Bertujuan untuk mengetahui
penguasaan kompetensi-kompetensi dari suatu mata pelajaran tertentu,
serta untuk mengetahui keberhasilan dalam penggunaan metode dan
media.
3. Ulangan blok atau ulangan semesteran, dilakukan dengan bersama-sama
mulai kelas I sampai IV yang dilakukan secara tertulis.
2
B. Saran
Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul
Qur’an selama ini masih dikatakan belum sempurna karena berbagai
hambatan-hambatan yang terjadi. Oleh sebab itu penulis menyumbangkan
saran sebagai masukan dalam pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran al-
Qur’an di TPQ Nurul Qur’an. Saran-saran ini penulis sampaikan kepada:
1. Kepala Sekolah
Hendaknya kepala sekolah lebih memberikan perhatian dan
dukungan yang lebih besar kepada ustad/ ustadzah dalam mensukseskan
pelaksanaan penilaian berbasis kelas dengan bentuk mensosialisasikan
hasil-hasil dari workshop ataupun seminar tentang pelaksanaan penilaian
serta memberikan pembinaan kepada ustad/ ustadzah tentang pelaksanaan
penilaian.Guru
Untuk ustad/ ustadzah hendaknya lebih menerapkan secara
maksimal pelaksanaan penilaian dengan lebih menerapkan secara
maksimal pelaksanaan penilaian berbasis kelas dengan lebih
memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan penilaian yaitu valid,
bermakna, berorientasi pada kompetensi, mendidik, adil, terbuka, serta
berkesinambungan. Guru juga harus menerapkan hasil dari penilaian
berbasis kelas dengan lebih memperhatikan ketuntasan materi yang
diberikan, batas kelulusan sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa, serta lebih mengarah pada kemampuan acuan kriteria siswa.
2. Siswa
Hendaknya siswa lebih untuk dapat menggali dan menonjolkan
kemampuan yang dimiliki tanpa hanya menguasai pada kemampuan
kognitif saja, tetapi juga pada kemampuan afektif serta psikomotorik. Hal
ini sesuai dengan prinsip penilaian berbasis kelas yaitu menyeluruh pada
segenap aspek serta bentuk penilaian yang mengarah pada penilaian acuan
criteria yang memang harus benar-benar dapat dikuasai siswa.
3
3. Orang tua
a) Bimbingan dan arahan dari orang tua kepada siswa hendaknya sering
dipantau dan diarahkan, agar dalam belajar terarah dan dalam
memecahkan masalah di rumah (PR), siswa mampu kreatif dalam
pengerjaannya.
b) Sesibuk apapun orang tua harus meluangkan waktu untuk menemani
atau membimbing anak belajar. Hal ini merupakan motivasi tersendiri
bagi siswa untuk megembangkan kreativitas.
C. Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya
dengan taufiq dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti
menyadari bahwa dalam pembahasan ini tidak lepas dari kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini diharapkan saran-
saran maupun kritik dari pembaca yang sifatnya membangun.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung disampaikan terima
kasih. Wassalam.
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, S. Jerome, “Pendidikan Berbasis Mutu ; prinsip-prinsip perumusan dan
tata langkah penerapan”, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007)
Arifin, Zaenal “Evaluasi Pembelajaran” (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010)
Arwani, Muhammad “Yanbu‟a: toriqoh baca tulis dan menghafal al-Qur‟an”, Ku-
dus, Tahfid Yanbu‟ul Qur‟an, 2004
Ahmad, M. Abdul Qadir “Metodologi Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, Cet Pertama, 2008)
Ali, Mohammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung:
Angkasa, 1987)
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), cet.12, hlm.206
Bungin, Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana Media Group 2010),
Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”,
(Jakarta: CV Toha Putra Semarang, 1989)
DIRJEN Pendidikan Islam DEPAG RI, “Undang-Undang Republik Indonesia No
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”, Jakarta 2006
Fathoni, Abdurrahmat, “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”,
(Jakarta, Rineka cipta, 2006)
Haryati, Mimin, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan”,
(Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, cet 1, 2007)
Hadi, Sutrisno, “Metode Research”, (Yogyakarta : Andi Offset, 2004)
Ichwan, Mohammad Nor “Belajar al-Qur’an Menyingkap Khasanah Ilmu-ilmu
al-Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis”, (Semarang, Ra-
SAIL, 2005)
Kartono, Kartini, “Pengantar Metodologi Research Sosial”, (Bandung: Alumni,
1983)
Kasiran, Moh, “Metodologi Penelitian Kuatitaif/ kualitatif”, (Malang: Pustaka
Maliki Press, 2008)
Nurdin, Syafruddin, “Guru Profesional & Implementasi Kurikulum”, (Ciputat:
Ciputat Pers, 2002)
Majid, Abdul, “Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)
Moleong, J. Lexy “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung : Remaja Rosda-
karya, 2009 )
Murtadlo, M. Bashari „Alawi,”Mabaadil Ilmu At Tajwiid”, Malang : Ad Daraasah
Qur‟aniyah, 1990.
Muslich, Masnur, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pema-
hamam dan Pengembangan”, (Jakarta : Bumu Aksara)
Purwanto, M. Ngalim, “Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”, (Ban-
dung, PT Remaja Rosdakarya)
Poerwanti, Endang dkk, “Asesmen Pembelajaran SD”, Direktorat Jenderal Pen-
didikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008,
Rosyid, Daniel Mohammad, “Pendidikan Nasional di Era Reformasi”, (SIC,
2008)
Suwandi, Sarwiji, “Model Assessment Dalam Pembelajaran” (Surakarta: Mata
padi Presindo, 2009)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2007)
Surapranata, Sumarna, dkk., “Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum
2004” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005)
Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, (Jakarta: Prenada
Media Group, Cet ke 2, 2010)
http://sutris.blogspot.com/2011/05/tujuan-belajar-alquran.html; 14-11-2011
http://kompaq.multiply.com/journal/item/38, 16-11-2011
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198304-beberapa-metode-
pembelajaran-al-qur/#ixzz1cVwbfsUh, 02-11-2011
http://qashthaalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metode-
pembelajaran-al.html, 02-11-2011
http://zullihi.blogspot.com/2010/01/metode-pembelajaran-al-Qur‟an.html, 02-11-
2011