implikasi central place theory terhadap pola distribusi minimarket di kota-kota kecil

14
Kata Pengantar Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas ketiga dari mata kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan yaitu Implikasi Central Place Theory Dalam Jurnal: Pola Distribusi Minimarket di Kota-Kota Kecil oleh Astri Aulia S, Adisti Madella Elmanisa dan Myra P Gunawan. Dimana dalam tugas ini akan dibahas mengenai analisis implikasi teori lokasi dengan lokasi yang dipilih, alasan pemilihan lokasi yang relevan dengan teori, faktor-faktor lokasi, serta review dari Central Place Theory. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan, Belinda Ulfa Aulia, ST. M.Sc. dan Surya Hadi Kusuma, ST. MT. yang turut membimbing dalam penyelesaian makalah ini, serta sumber-sumber terkait yang turut menjadi referensi makalah ini. Jauh dari semua ini makalah masih sangat jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Surabaya, Maret 2015 Penulis 1

Upload: bella-shintya-ariyani

Post on 06-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

critical review

TRANSCRIPT

Page 1: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

Kata Pengantar

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan rahmatnya kami

dapat menyelesaikan tugas ketiga dari mata kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan yaitu

Implikasi Central Place Theory Dalam Jurnal: Pola Distribusi Minimarket di Kota-Kota Kecil oleh

Astri Aulia S, Adisti Madella Elmanisa dan Myra P Gunawan. Dimana dalam tugas ini akan

dibahas mengenai analisis implikasi teori lokasi dengan lokasi yang dipilih, alasan pemilihan

lokasi yang relevan dengan teori, faktor-faktor lokasi, serta review dari Central Place Theory.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Analisa

Lokasi dan Keruangan, Belinda Ulfa Aulia, ST. M.Sc. dan Surya Hadi Kusuma, ST. MT. yang

turut membimbing dalam penyelesaian makalah ini, serta sumber-sumber terkait yang turut

menjadi referensi makalah ini. Jauh dari semua ini makalah masih sangat jauh dari kata

sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Surabaya, Maret 2015

Penulis

1

Page 2: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................................................1

Daftar Isi.....................................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................3

1.2 Tujuan.........................................................................................................................................4

1.3 Sistematika Penulisan..............................................................................................................4

2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi.....................................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................................7

3.1 Alasan Pemilihan Lokasi..........................................................................................................7

3.2 Faktor-Faktor Lokasi.................................................................................................................7

3.3 Implikasi Teori terhadap lokasi yang dipilih...........................................................................8

BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................10

4.1 Lesson Learned.......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................11

2

Page 3: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lokasi berarti letak atau tempat. Dalam

perencanaan wilayah atau kota pemilihan lokasi yang yang tepat untuk guna lahan tertentu

sangatlah penting. Oleh karena itu, dirumuskanlah teori-teori lokasi yang berguna sebagai

acuan menentukan lokasi yang strategis bagi guna lahan tertentu. Teori lokasi adalah ilmu

yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki

alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau

pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi

maupun sosial (Tarigan, 2006).

Salah satu teori lokasi yaitu Teori Tempat Pusat (Central Place Theory) dikemukakan oleh

Walter Christaller pada 1933. Teori ini menyatakan bahwa suatu lokasi dapat melayani

berbagai kebutuhan  yang terletak pada suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat

pusat. Tempat pusat merupakan pusat kota yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi.

Sebuah kota atau pusat merupakan inti dari berbagai kegiatan pelayanan, sedangkan

wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah yang harus dilayaninya, atau daerah

belakangnya (hinterland).Tempat pusat tersebut memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai

kemampuannya melayani kebutuhan wilayah tersebut. Bentuk pelayanan tersebut

digambarkan dalam segi enam/heksagonal. Pada teori tempat pusat juga menjelaskan

tentang hubungan keterkaitan antara sosial – ekonomi dan fisik yang saling mempengaruhi.

Studi kasus yang diambil berdasarkan jurnal “Pola Distribusi Spasial Minimarket Di Kota–

Kota” yang ditulis oleh Astri Aulia S, Adisti Madella Elmanisa dan Myra P Gunawan pada

tahun 2009. Peneliti merupakan kelompok keahlian perencanaan dan perancangan kota

dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut

Teknologi Bandung.

Makalah ini akan membahas bagaimana implikasi mengenai pola persebaran minimarket

menggunakan Teori Tempat Sentral (Central Place Theory). Pada umumnya minimarket

berlokasi di dekat permukiman penduduk yang merupakan target pasarnya (Jones and

Simmons, 1990). Persebaran minimarket di kota-kota kecil ini mempunyai pola

tersendiri dalam menangkap peluang pasarnya. Maka dari itu perlu adanya penjelasan

3

Page 4: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

secara deskriptif pola persebaran minimarket khususnya di kota-kota kecil yang

mengeksplorasi teori tempat sentral.

1.2 Tujuan

Menjelaskan implikasi teori lokasi Christaller yaitu Central Place Theory terhadap fenomena

lokasi dan keruangan yang terbentuk dalam studi kasus pola persebaran minimarket di

kota-kota kecil seperti Soreang, Lembang, dan Tanjung Sari-Jatinangor, Jawa Barat.

1.3 Sistematika Penulisan

Laporan tugas ini ini disusun dalam tiga bab yang dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjelasan dasar teori lokasi yaitu Central Place Theory yang digunakan

dalam studi kasus

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisi pembahasan mengenai alasan pemilihan lokasi, faktor-faktor lokasi, dan

implikasi teori lokasi Central Place Theory terhadap lokasi yang dipilih.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan secara keseluruhan dari hasil makalah dan lesson learned.

4

Page 5: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi

Teori tempat sentral (Central Place Theory) diintroduksikan pertama kali oleh Walter

Christaller pada tahun 1933 yang menjelaskan distribusi spasial kota dalam suatu

ruang. Pada suatu pusat kota di Selatan Jerman, Crhristaller berpendapat bahwa

tujuan utama sebuah pusat permukiman atau pasar adalah menyediakan barang dan

jasa untuk populasi di lingkungan sekitarnya. Inti pokok teori tempat sentral adalah

menjelaskan model hirarki perkotaan (urban hierarchy).

Christaller mengembangkan pemikirannya menyusun suatu model wilayah perdagangan

yang efisien yang berbentuk segi enam (heksagonal). Tiap wilayah perdagangan

heksagonal memiliki pusat. Besar kecilnya pusat-pusat tersebut adalah sebanding dengan

besar kecilnya masing-masing heksagonal.

Christaller mengembangkan model tempat pusat untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-

ciri sebagai berikut:

1. Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua wilayah datar dan sama.

2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropis surface).

3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh

wilayah.

4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimalisasi jarak/biaya.

Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan

menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan

threshold.

1.Range (jarak) adalah jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas

pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau barang. Misalnya seseorang membeli

baju di lokasi pasar tertentu, range adalah jarak antara tempat tinggal orang tersebut

dengan pasar lokasi tempat dia membeli baju. Apabila jarak ke pasar lebih jauh

dari kemampuan jangkauan penduduk yang bersangkutan, maka penduduk

cenderung akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat.

2.Threshold (ambang batas) adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen yang

dibutuhkan untuk menunjang kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang

5

Page 6: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

bersangkutan, yang diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam

ruang (spatial population distribution).

Dari komponen range dan threshold muncul prinsip optimalisasi pasar (market optimizing

principle). Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa dengan memenuhi asumsi di atas,

dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat (central place).

Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi penduduk sekitarnya.

Apabila sebuah pusat dalam range dan threshold yang membentuk lingkaran bertemu

dengan pusat yang lain yang juga memiliki range dan threshold tertentu, maka akan

terjadi daerah yang bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah yang

bertampalan akan memiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi ke dua pusat

pasar tersebut.

Berdasarkan teori ini, terdapat dua hal mendasar yang menjadi pertimbangan yaitu

jarak dan ambang batas. Jarak adalah seberapa jauh konsumen mau melakukan

perjalanan untuk membeli barang sedangkan ambang batas adalah permintaan

minimum yang dibutuhkan bagi sebuah toko agar dapat melangsungkan usahanya.

Konsumen diasumsikan berada pada tingkat pendapatan yang sama akan tersebar

merata di seluruh wilayah sehingga jarak adalah satu-satunya hambatan bagi

konsumen dalam melakukan perjalanan. Kombinasi jarak dan ambang batas ini akan

menggambarkan jangkauan pelayanan ritel dengan bentuk heksagonal. Model ini

menggambarkan lokasi optimal bagi ritel karena mengkombinasikan antara jarak tempuh

konsumen dengan skala ekonomi optimal ritel.

6

Gambar 1 Range dan Threshold dalam Central Place Theory

Page 7: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Alasan Pemilihan Lokasi

Teori tempat sentral menjelaskan pola geografis dan struktur hirarki pusat-pusat kota dan

wilayah-wilayah nodal. Tiap wilayah perdagangan heksagonal memiliki pusat. Besar

kecilnya pusat-pusat tersebut adalah sebanding dengan besar-kecilnya masing-masing

heksagonal. Heksagonal terbesar memiliki pusat yang paling besar sedangkan heksagonal

yang terkecil memiliki pusat yang paling kecil.

Dalam pemilihan lokasi ini mengacu pada Bandung Metropolitan Area. Dalam penelitian

terpilih tiga kota kecil yang berada di sekitar Kota Bandung dengan variasi status

dan aktivitas kota-kota kecil yaitu Soreang (kawasan pemerintahan), Lembang

(kawasan pariwisata) dan Tanjung Sari-Jatinangor (kawasan pendidikan dan

perdagangan). Dengan adanya variasi status dan aktivitas kota-kota tersebut,

diharapkan dapat mewakili gambaran pengaruh perkembangan pengecer modern di

kota-kota kecil dengan status dan aktivitas yang berbeda. dalam Wilayah Pengaruh,

yaitu daerah yang diarahkan untuk membantu mengendalikan arus desa kota dan

ketergantungan pelayanan ke kota Bandung (counter magnet).

Kota Bandung dan kota-kota kecil disekitarnya diasumsikan dalam perdagangan

heksagonal. Dengan kota Bandung sebagai heksagonal terbesar dan memiliki pusat yang

paling besar. Jika dilihat dari persebarannya, alasan pemilihan lokasi lebih diprioritaskan

untuk pengunjung yang lewat khususnya dari dan menuju Kota Bandung.

3.2 Faktor-Faktor Lokasi

Berdasarkan teori tempat sentral ini, terdapat dua hal mendasar yang menjadi

pertimbangan yaitu jarak dan ambang batas. Jarak merupakan komponen penting karena

menganalisis seberapa jauh konsumen mau melakukan perjalanan untuk membeli

barang sedangkan ambang batas adalah permintaan minimum yang dibutuhkan bagi

sebuah toko agar dapat melangsungkan usahanya. Untuk ambang batas sendiri sangat

identic dengan jumlah penduduk dalam sebuah kota.

1. Kawasan Perkotaan Tanjungsari

Memiliki jarak 30 km dari Kota Bandung juga memiliki peranan cukup penting

dalam pengembangan Bandung Metropolitan Area yaitu termasuk ke dalam

7

Page 8: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

Wilayah Pengaruh, yaitu daerah yang diarahkan untuk membantu mengendalikan

arus desa kota dan ketergantungan pelayanan ke kota Bandung (counter magnet).

2. Kawasan Perkotaan Soreang

Kawasan kota Soreang terletak 20 km dari Kota Soreang. Kota Soreang memiliki fungsi

sebagai kawasan pemerintahan dan memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak

dibandingkan dengan dua kawasan perkotaan lainnya. Dalam konstelasi Metropolitan

Bandung Area, kawasan perkotaan Soreang merupakan kota satelit 1, yaitu kawasan

perkotaan di sekitar dan/atau terkait langsung dengan kota inti Bandung.

3. Kawasan Perkotaan Lembang

Lembang terletak 16 km di sebelah utara Kota Bandung. Dalam konstelasi Metropolitan

Bandung Area, kawasan perkotaan Lembang merupakan wilayah yang mendukung

pengembangan Kota Inti (Bandung-Cimahi) maka Lembang merupakan Kota Satelit I.

3.3 Implikasi Teori terhadap lokasi yang dipilih

Teori tempat sentral berusaha menjelaskan pola actual arus pelayanan jasa, dan untuk

sebagian lagi bersifat normative karena berusaha menentukan pola optimal distribusi

tempat-tempat sentral.

Dalam studi kasus pola distribusi spasial minimarket menitikberatkan pada fungsi yang

berbeda dari ketiga kota tersebut. Hasil penelitian yang didapatkan menekankan dengan

fungsi kota yang berbeda, menghasilkan pola distribusi minimarket yang berbeda pula.

Namun pada dasarnya pola distribusi tersebut sama-sama berada pada tempat sentral atau

jalan-jalan utama.

Proses penyebaran minimarket di ketiga kota tersebut sudah sesuai dengan teori tempat

sentral yakni mengikuti pola ambang (jumlah penduduk) dan pola lingkup (system lokasi).

Kedua faktor tersebut menentukan hirarki tempat sentral. Jika dilihat dari persebarannya,

minimarket berlokasi di sepanjang jalan utama dan jalan-jalan lokal. Persebaran

minimarket mengikuti persebaran jumlah penduduk dan akses jalan utama. Hal ini

terlihat dari kebanyakan jumlah minimarket berada di Desa Cingcin, Soreang dan

Pamekaran yang memiliki jumlah penduduk yang besar.

8

Page 9: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

Gambar 2 Jumlah Toko Pengecer Tradisional dan Minimarket di Tiga Kota Dibandingkan Dengan Kebutuhan

Jumlah Toko Berdasarkan Standar Jumlah Penduduk

Dalam salah satu asumsinya, Christaller menyebutkan bahwa konsumen memilih tempat

pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa. Konsumen akan memilih

tempat pusat yang paling dekat dengan lokasi mereka. Namun, pada kenyataannya dalam

studi kasus ini tak jarang konsumen harus beralih ke tempat pusat yang memiliki hirarki

yang lebih tinggi daripada tempat pusat terdekat dari lokasi mereka karena barang dan jasa

yang ingin didapatkan tidak tersedia di lokasi mereka.

Seperti yang terjadi pada kawasan perkotaan Tanjungsari jika dilihat dari persebaran dan

jumlahnya (pada gambar 2), jumlah toko kelontong dan minimarket di kawasan

pendidikan lebih banyak daripada toko kelontong dan minimarket yang berada di

kawasan perdagangan. Hal ini dikarenakan bangkitan pengunjung di kawasan pendidikan

lebih tinggi dibandingkan di kawasan perdagangan. Sehingga masyarakat cenderung

beralih ke kawasan pendidikan sebagai tempat pusat yang memiliki hirarki yang lebih tinggi

untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

9

Page 10: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

BAB IV

PENUTUP

4.1 Lesson Learned

Teori ini menyatakan bahwa suatu lokasi dapat melayani berbagai kebutuhan  yang terletak

pada suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat pusat. Tempat pusat merupakan pusat

kota yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi. Teori tempat sentral mengemukakan model

yang mudah dimengerti untuk menjelaskan pertumbuhan hirarki kota dan ketergantungan

antara pusat-pusat kota dan wilayah di sekitarnya. Teori ini juga relevan bagi perencanaan

wilayah dan kota, karena sistem hirarki merupakan sarana yang efisien untuk perencanaan

wilayah. Namun teori tempat sentral dapat dikatakan kaku dan terlalu sederhana

(oversimplification). Agar teori tempat sentral dapat menjelaskan gejala-gejala dinamis maka

perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah lainnya.

10

Page 11: Implikasi Central Place Theory Terhadap Pola Distribusi Minimarket Di Kota-kota Kecil

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tanpa Tahun. Definisi Lokasi. Dalam www.kbbi.web.id

diakses pada 19 Maret 2015

11