imunisasi

25
TUGAS MINI CEX Disusunoleh : Derri Hafa Nurfajri 12100113057 Preseptor : dr.Wiwiek, Sp.A M.Kes SMF IlmuKesehatan Anak Rumah sakit Muhamadiyah Bandung Fakultas Kedokteran UNISBA 2013-2014

Upload: derri-hafa

Post on 22-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: imunisasi

TUGAS MINI CEX

Disusunoleh :

Derri Hafa Nurfajri

12100113057

Preseptor :

dr.Wiwiek, Sp.A M.Kes

SMF IlmuKesehatan Anak

Rumah sakit Muhamadiyah Bandung

Fakultas Kedokteran UNISBA

2013-2014

Page 2: imunisasi

IMUNISASI

DEFINISI

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.

Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.

Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.

Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi: 1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan

timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

Page 3: imunisasi

2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah: 1. Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan

karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

2. Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

DIFTERI adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

PERTUSIS (BATUK REJAN) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

TETANUS adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).

Page 4: imunisasi

Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut: 1. demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)

2. kejang - kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)

3. syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

Imunisasi DT

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.

Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

Imunisasi TT

Page 5: imunisasi

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.

Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri. Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

Terdapat 2 macam vaksin polio: IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio

yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang

telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

Kontra indikasi pemberian vaksin polio:

Diare berat Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan,

kemoterapi,kortikosteroid) Kehamilan.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.

Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertingiu.

Page 6: imunisasi

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.

Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.

IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius gangguan sistem kekebalan pemakaian obat imunosupresan alergi terhadap protein telur hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

Imunisasi MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.

Page 7: imunisasi

Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).

Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak.

Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin: Komponen campak

1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.

Page 8: imunisasi

Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

Komponen campak Jerman 1. Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang

berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR.

2. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).

3. Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.

4. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.

5. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.

Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.

Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.

Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

1. anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin 2. anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin

Page 9: imunisasi

3. anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.

4. wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

Imunisasi Hib

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.

Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan. Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibahagian otot paha. Imunisasi ini diberikan dalam satu suntikan bersama imunisasi Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh diberikan bersama imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B.

Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.

Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.

Page 10: imunisasi

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa: 1. demam 2. nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan 3. ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah:1. kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah

penyuntikan 2. pneumonia 3. reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan

pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.

4. ensefalitis penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:

1. Wanita hamil atau wanita menyusui 2. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang

lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan

3. Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut

4. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

5. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid

6. Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya

7. Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.

Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV

Page 11: imunisasi

II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).

Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

Imunisasi Pneumokokus Konjugata

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

Klasifikasi penumonia berdasarkan  rentang usianya

Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan

1)      Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih.

2)      Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.

Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – < 5 tahun

Page 12: imunisasi

1)      Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah.

2)      Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan – <1 tahun 50 kali per menit, untuk usia 1 tahun – <5 tahun 40 kali per menit.

3)      Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia). Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial

pneumonia). Pneumonia aspirasi. Pneumonia pada penderita immunocompromised

erdasarkan bakteri penyebab:

-          Pneumonia bakteri/tipikal.

Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.

Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.

Page 13: imunisasi

Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.

-          Pneumonia Akibat virus.

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).

Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua

-          Pneumonia jamur

Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan

daya tahan lemah (immunocompromised).

Berdasarkan predileksi infeksi:

Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian

Page 14: imunisasi

keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

Bronchiolitis adalah radang di saluran pernapasan halus di paru-paru yang bisanya terjadi kerena infeksi virus, antara lain adenovirus, RSV (Respiratory Syncytial Virus), dan parainfluenza. 

Penyakit ini biasa dialami anak usia di bawah 2 tahunan, dan yang paling banyak adalah usia 3-6 bulan. Umumnya, mereka tertular salesma atau batuk-pilek   dari orang tuanya 2-6 hari sebelumnya. 

Bayi yang berisiko tinggi terkena bronchiolitis adalah yang orang tuanya perokok atau bayi-bayi yang terpapar asap rokok, bayi laki-laki lebih kecil dibanding perempuan, dan bayi-bayi yang tidak mendapatkan ASI. 

Gejala bronchiolitis adalah: Dimulai seperti batuk pilek biasa, hidung berarir, bersin-bersin, dan mungkin batuk batuk ringan.Selera menyusu atau makan agak menurun.Demam, atau suhu tubuhnya lebih dingin dari biasanya.Setelah sehari atau dua hari, napasnya semakin cepat dan batuknya menjadi lebih berat dan dalam, disertai napas berbunyi “ngik-ngik” (mengi). Bayi yang menderita gangguan bronchiolitis ini akan tampak sesak napas, terutama pada saat mengeluarkan napas.Bayi yang terdiagnosa bronchiolitis biasanya butuh rawat inap untuk mengatasi sesak napasnya. Untuk bronchiolitis ringan, biasanya akan sembuh dalam 1 atau 2 hari. Namun, tak jarang, penyakit ini baru sembuh dalam 5-12 hari.

 

ETIOLOGI PNEUMONIA BERDASAR UMUR

-          Pada Bayi baru lahir, pneumonia seringkali terjadi karena aspirasi, infeksi virus Varicella-zoster dan infeksi berbagai bakteri gram negatif seperta bakteri Coli, TORCH, Streptokokus dan Pneumokokus.

Page 15: imunisasi

-          Pada Bayi, pneumonia biasanya disebabkan oleh berbagai virus, yaitu Adenovirus, Coxsackie, Parainfluenza, Influenza A or B, Respiratory Syncytial Virus (RSV), dan bakteri yaitu B. streptococci, E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella, S. pneumoniae, S. aureus, Chlamydia.

-          Pneumonia pada batita dan anak pra-sekolah disebabkan oleh virus, yaitu: Adeno, Parainfluenza, Influenza A or B, dan berbagai bakteri yaitu: S. pneumoniae, Hemophilus influenzae, Streptococci A, Staphylococcus aureus, Chlamydia.

-          Pada anak usia sekolah dan usia remaja, pneumonia disebabkan oleh virus, yaitu Adeno, Parainfluenza, Influenza A or B, dan berbagai bakteri, yaitu S. pneumoniae, Streptococcus A dan Mycoplasma.

AGE GROUP FREQUENT PATHOGENS (IN ORDER OF FREQUENCY)

Neonates (<1 mo)

Group B streptococcus, Escherichia coli, other gram-negative bacilli, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae (type b,[*] nontypable)

1–3 mo

Febrile pneumonia

Respiratory syncytial virus, other respiratory viruses (parainfluenza viruses, influenza viruses, adenoviruses), S. pneumoniae, H. influenzae (type b,[*] nontypable)

Afebrile pneumonia

Chlamydia trachomatis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, cytomegalovirus

3–12 mo Respiratory syncytial virus, other respiratory viruses (parainfluenza viruses, influenza viruses, adenoviruses), S. pneumoniae, H. influenzae (type b,[*] nontypable), C. trachomatis, Mycoplasma pneumoniae, group A streptococcus

2–5 yr Respiratory viruses (parainfluenza viruses, influenza viruses, adenoviruses), S. pneumoniae, H. influenzae (type b,[*] nontypable), M. pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae, S. aureus, group A streptococcus

5–18 yr M. pneumoniae, S. pneumoniae, C. pneumoniae, H. influenzae (type b,[*] nontypable), influenza viruses, adenoviruses, other respiratory viruses

≥18 yr M. pneumoniae, S. pneumoniae, C. pneumoniae, H. influenzae (type b,[*] nontypable), influenza viruses, adenoviruses, Legionella pneumophila

Page 16: imunisasi

From Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson HJ, Behrman RE: Nelson Essentials of Pediatrics, 5th ed Philadelphia, Elsevier, 2006, p. 504.* H. influenzae type b is uncommon with universal H. influenza type b immunization.

Obat standar biasanya parasetamol (generik) yang dijual dengan nama dagang Tempra, Panadol, Sanmol, Bodrexin dll. Dosis parasetamol adalah 10-15 mg/kgBB/kali. Misalnya, anak dengan berat badan 10 kg memerlukan parasetamol 100-150 mg setiap kali pemberian. Sayangnya, takaran parasetamol berbeda-beda. Satu sendok 5 ml dapat berisi parasetamol 125 mg, 160 mg, atau 250 mg (bentuk Forte). Setiap 0,1 ml drops berisi parasetamol 10 mg.Masa kerja parasetamol agak pendek, sehingga sering memerlukan 4 kali pemberian/hari. Parasetamol tidak merangsang lambung, tetapi pemberian terlalu banyak dan terlalu lama menyebabkan gangguan fungsi hati.Obat standar lain, misalnya, ibuprofen (Proris). Dosis adalah 10 mg/kgBB/kali. Setiap sendok obat 5 ml dari Proris Suspensi berisi 100 mg, sedangkan Proris Forte berisi 200 mg. Proris sebaiknya diberikan setelah makan untuk menghindari iritasi lambung.

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASIANOSIS (TIDAK BIRU)

Penyakit jantung bawaan asianosis adalah PJB yang tidak menunjukkan gejala klinissianosis atau biru. Kelainan ini dibagi menjadi dua sub-kelompok yaitu: 1) PJB dengan pirau (shunt)dan 2) PJB tanpa pirau(non shunt)Pirau adalah kelainan dimana darah yang kayaoksigen memintas sirkulasi sistemik dan kembali ke sirkulasi pulmonal (lesi pirau kiri ke kanan),sedang kelainan tanpa pirau meliputi kelainan katup berupa obstruksi atau regurgitasi.

Penyakit jantung bawaan asianotik dengan pirau kiri ke kanan.

Kelainan ini meliputiatrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD), atrio-ventricular septal defect (AVSD)d an  patent ductus arteriosus (PDA).Karena tekanan di jantungsebelah kiri lebih tinggi dibanding jantung sebelah kanan, maka darah yang kaya oksigen darivena pulmonal akan kembali ke arteri pulmonal melalui pirau, akibatnya aliran darah ke paruberlebihan. Efek fisiologis dari pirau kiri ke kanan tergantung pada 3 faktor, yaitu: 1) lokasi pirau,2) ukuran defek, dan 3) resistensi vaskular paru dan sistemik atau komplians ventrikel untukpirau di atrium.Pada saat baru lahir resistensi vaskular paru masih tinggi, sehingga aliran pirau kiri kekanan (aliran darah ke paru) tidak terlalu deras dan bayi asimtomatis, murmur pun nyaris takterdengar. Dengan mengembangnya paru dan meningkatnya tekanan oksigen alveolar, maka resistensi vaskuler paru turun cepat, menyebabkan peningkatan aliran pirau kiri ke kanan

Page 17: imunisasi

dangejala serta tanda-tanda gagal jantung. Tanda dan gejala gagal jantung antara lain: tidak mampumengisap susu (cepat lelah dan sesak nafas), sering terserang infeksi paru, takikardia, takipnu,hepatomegali dan gagal tumbuh kembang. Pada PDA, VSD, AVSD yang besar keluhan-keluhanini sering timbul pada usia sekitar 3 bulan, ketika penurunan resistensi vaskuler paru mencapaitingkat terendah. Berbeda dengan ASD yang umumnya menimbulkan keluhan dan gejala padadekade kedua-ketiga kehidupan, kecuali bila defeknya besar sekali.Murmur pada PDA, terjadi karena aliran pirau dari aorta ke arteri pulmoner sepanjangfase sistolik dan diastolik; oleh karenanya murmur yang terdengar kontinyu (sistolik-diastol) dibawah klavikula kiri. Sedangkan pada VSD atau AVSD, aliran pirau terjadi sepanjang fasesistolik saja, sehingga murmur yang terdengar pansistolik di tepi kiri sternum bawah, kecualiVSDsubarterial doubly committed yang menimbulkan murmur di tepi kiri sternum atas.

Berbedadengan murmur pansistolik pada regurgitasi trikuspid yang juga terdengar maksimal di tepi kiristernum bawah, murmur VSD tidak meningkat intensitasnya dengan inspirasi. Pada ASD,temuan auskultasi yang khas adalah bunyi jantung kedua yang terpisah secara menetap tidakterpengaruh oleh pernafasan(fixed split)dan murmur yang terdengar bersifat ejeksi sistolik ditepi kiri sternum atas (akibat stenosis pulmonal relatif).Defek dengan pirau dari kiri ke kanan yang besar bila tidak cepat ditutup dapatmenyebabkan peningkatan resistensi vaskuler paru dan penyakit obstruktif vaskuler paru.Selanjutnya, pasien terlihat sianosis akibat aliran pirau berbalik dari kanan ke kiri, kondisi inidisebutsindrom Eisenmenger  pada kondisi seperti ini penutupan defek menjadi kontraindikasi.

Apa saja macam-macam penyakit paru beserta pemeriksaan fisik yang harus

dilakukan dan diagnosis bandingnya?

Asma: ditemukan tachycardia, tachypnea karena terjadi konstriksi merata

dari seluruh saluran pernapasan. Terdengar bunyi wheezing sewaktu

ekspirasi (stridor expiratoir).

Pneumonia: ditemukan rusty sputum (berwarna seperti karat), karena

terjadi infeksi. Pada x-ray paru terlihat corak-corak putih. Ada demam dan

ketika diperkusi bunyinya redup.

Emfisema: dinding thorax tidak dapat mengembang dengan baik. Tampak

pink puffer pada pasien. Suara paru kurang sonor saat diperkusi.

Page 18: imunisasi

Pneumothorax: ketika diperkusi terdengar hipersonor. Tanda-tanda

pneumothorax tampak seperti pada kasus; tachypnea dan tachycardia, stem

fremitus melemah atau hilang, dan suara napas melemah atau hilang.

Terjadi penekanan oleh paru sehingga jantung dan trakea mengalami

pergeseran ke arah yang berlawanan dengan paru yang bermasalah (pada

kasus hemithorax kanan yang terkena, sehingga jantung tergeser ke arah

kiri)

Bronkitis: pasien mengalami sianosis dan ada bunyi ronki.

Bronchiectasis: pasien mengalami batuk darah.

TB:

Hidrothorax: karena rongga pleura terisi cairan maka ketika diperkusi

bunyinya pekak atau redup.

PPOK: terjadi obstruksi sehingga terdengar bunyi wheezing saat ekspirasi.