in sha allah fix

41
KARYA TULIS ILMIAH PEMUDA SEBAGAI SOLUSI PANGAN DI INDONESIA DENGAN MENJADI GENERUS (PETANI) YANG KOMPETEN,UNGGUL SERTA BERBASIS TEKNLOGI YANG BERDAYA SAING GLOBAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2015

Upload: abubakarumarashshidiq

Post on 07-Dec-2015

264 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LKTI

TRANSCRIPT

KARYA TULIS ILMIAH

PEMUDA SEBAGAI SOLUSI PANGAN DI INDONESIA DENGAN

MENJADI GENERUS (PETANI) YANG KOMPETEN,UNGGUL SERTA

BERBASIS TEKNLOGI YANG BERDAYA SAING GLOBAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS

1. Judul Karya Tulis : Pemuda sebagai Solusi Pangan di Indonesia dengan menjadi Generus (Petani) yang Kompeten,Unggul serta Berbasis Teknlogi yang Berdaya Saing Global

2. Sub-Tema : Pangan (Menciptakan pemerataan dan ketahanan pangan)

3. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap : Fajar Musafakb. NIM : D0A013017c. Jurusan : Peternakand. Universitas : Universitas Jenderal Soedirmane. Alamat Rumah dan No.Telp : Gondang Candi Mulyo Rt 11 Rw 03 Kertek Wonosobo

4. Alamat email : [email protected] Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang

5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Ir. Krismiwati Muatip,MSib. NIP : 19640219 198903 2 002c. Alamat Rumah dan No. Telp : Perum Puri Indah E-34

Karangklesem Purwokerto (0281) 6843805

Purwokerto, 01 Oktober 2015

Menyetujui

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Ketua Penulis

Dr.Drh.Muhamad Samsi,M.P Fajar Musafak

NIP. 19571007 198703 1 001 NIM. D0A013017

Wakil Rektor

Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dosen Pendamping

Dr.Ir. Krismiwati Muatip,M.Si

NIP. 19640219 198903 2 002

Dr.Ir.V.Prihananto,M.Si

NIP. 19640529 198901 1 001

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN...................................................................................5

1.1. Latar Belakang.................................................................................5

1.2. Rumusan Masalah............................................................................6

1.3. Tujuan..............................................................................................6

1.4. Manfaat Penulisan............................................................................6

II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7

III. Metodologi Penulisan atau Metode Penulisan.....................................9

IV. ANALISIS DAN SINTESIS.............................................................10

V. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23

Abstraksi

Salah satu ukuran produktivitas pertanian dapat dikaitkan dengan kondisi ketersediaan pangan nasional dan dinamika untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kebutuhan dari pangan nasional cukup besar dapat diama dari nilai rupiah yang dibelanjakan dari APBN untuk kebutuhan pangan tersebut. Sebagaimana hasil kajian beberapa penulisan bahwa pada tahun 2009 sekitar 5 persen dari APBN atau sekitar 50 triliun digelontorkan untuk menyediakan atau membeli enam komoditas pangan, yaitu kedelai, gandum, daging, sapi, susu dan gula, termasuk garam. Kondisi ini menunjukkan betapa besarnya ketergantungan pangan kita kepada negara lain.

Regenerasi terhadap generasi muda akan diharapkan memberikan “energi’ baru baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Bersifat fisik terkait dengan kebutuhan umur produktif yang secara jasmaniah mampu menopang kerja-kerja fisik dalam usahatani. Bersifat non fisik terkait dengan kemampua belajar untuk selanjutnya melakukan adopsi inovasi dala menjalankan usaha tani. Kemampuan belajar terus menerus dan penguasaan terhadap teknologi khususnya dalam pemanfaatan teknologi informasi akan berdampak positif bagai peningkatan daya saing petani

Metode pengkajian terhadap relevansi regenerasi SDM untuk pencapaian ketahanan dan pemerataan pangan menggunakan penelusuran pustaka (studi pustaka) khususnya yang terkait dengan SDM pertanian terkini. Penelusuran sumber pustaka memanfaatkan hasil penulisan terdahulu baik dari publikasi online maupun referensi dalam bentuk buku, berkala maupun sumber ilmiah lainnya. Kajian terhadap hasil penulisan diharapkan dapat memberikan informasi terkini yang relevan dengan kondisi SDM petani.

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan informasi telah membuat dunia pertanian menjadi salah satu aspek kehidupan yang penting dan menjadi sorotan utama dalam mengawali sebuah pembangunan perekonomian suatu negara, khususnya negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Dunia pertanian tidak lagi dipandang sebelah mata, sejarah telah membuktikan bahwa sebelum terlaksananya revolusi industri, revolusi hijau terjadi lebih dahulu. Akan tetapi, setelah revolusi industry hadir ke permukaan, semua stake holders (penyedia barang)beralih dari segala aktivitas industri atau aktivitas hilir dan perlahan meninggalkan lahan-lahan pertanian. Alhasil, lahan-lahan pertanian pun menjadi terbengkalai, berdampak pada produksi pertanian yang mengalami penurunan serta melahirkan sebuah paradigma baru. Paradigma baru yang mulai tertancap di benak para generasi muda dan masyarakat umum lainnya. Paradigma ini berkata bahwa dunia industri lebih berperan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara dan dunia ini lebih bergengsi daripada dunia pertanian.

Tidak salah jika kebanyakan generasi muda dan mahasiswa mempunyai paradigma bahwa profesi petani adalah profesi yang rendahan dan tidak memiliki prospek yang cerah untuk masa depan mereka. Mereka beranggapan bahwa petani itu adalah orang-orang miskin yang setiap hari pergi ke sawah membawa cangkul, memakai caping, kemudian membajak sawah dengan bantuan dua ekor kerbau yang kotor dan bau, lalu menanami sawahnya dengan benih-benih padi, menunggu, dan merawatnya hingga waktu panen tiba. Namun, kenyataannya memang seperti itu. Banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani masih hidup miskin dari dulu sampai sekarang, tidak ada yang berubah dari mereka. Di lingkungan tempat mereka hidupnya Fakta inilah yang membuat generasi muda khususnya mahasiswa enggan terjun ke dunia pertanian.

Bagaimana tidak? Mahasiswa pertanian saja yang seharusnya berkiprah pada dunia pertanian dengan perbekalan ilmu pertanian yang mereka dapatkan di perguruan tinggi/universitasnya justru malah lebih suka berkiprah di dunia non-pertanian seperti perbankan, perindustrian, dan sebagainya. Terbukti. Contohnya saja mahasiswa lulusan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) lebih banyak yang bekerja di dunia non-pertanian dari pada pertanian.

Bagai kacang lupa dengan kulitnya. Mahasiswa yang kini selalu dibantu dan dibiayai oleh rakyat dengan harapan mereka mampu memperbaiki pertanian yang ada dan memajukannya, tetapi justru menghianati rakyat dengan enggan bekerja pada bidang pertanian.

I.2. Rumusan Masalah

1. Kurangnya minat generasi muda dalam bidang pertanian

2. Kesejahteraan petani masih rendah, 3. Pemanfaatan teknologi yang masih minim, tradisional4. Penggunaan sumber daya lokal yang belum optimal

I.3. Tujuan

Berfokus pada pemikiran tersebut maka tujuan dari penulisan

karya tulis ini adalah:

(a) Menguraikan kondisi tantangan global terhadap peran

pemuda dalam ketersediaan pangan dan dinamikanya,

(b) menguraikan karakteristik SDM pertanian saat ini,

(c) meningkatkan peran generasi muda yang inovatif dalam

pembangunan pertanian

(d) membantu pemecahan permasalahan dalam krisis pangan di

Indonesia

I.4. Manfaat Penulisan

Memberikan solusi, kesadaran dan langkah menuju ketahanan dan

pemerataan pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pemuda, sebagai kelompok usia produktif merupakan

bagian masyarakat yang paling dinamis dalam mengejar akan

tujuannya dalam memecahkan persoalan ekonomi keluarga.

Kesadaran akan tujuan yang ingin diraih membangun

representasi dan orientasi kerja yang termotivasi. Hal ini sekaligus

memacu penggunaan cara dan alat yang paling sesuai dengan situasi

yang ada (Parsons, 1937).

Apabila dilihat dari perspektif kepentingannya pada jumlah

tenaga kerja, maka pertanian menyerap sekitar 33,32% total

tenaga kerja. Kondisi lainnya adalah bahwa pada rumah tangga

pedesaan bergantung sekitar 70% dari sektor pertanian sebagai

sumber utama pendapatan. Dalam konteks ketenagakerjaan, maka

pertanian memiliki peran vital dalam mengurangi pengangguran

yang semakin besar. Kondisi tersebut memberikan klarifikasi bahwa

pertanian menjadi faktor penutup bagi potensi pengangguran yang

besar. Terdapat fakta bahwa pertanian adalah suatu keniscayaan

bagi keberlanjutan kehidupan manusia, dalam konteks

penyediaan pangan(Luckey, et al: 2013).

Daya saing yang lemah tentu akan merugikan

Indonesia mengingat pasar terpadu ASEAN sudah

terealisasikan. Sebagaimana yang diketahui bahwa implementasi

The ASEAN Economic Community (AEC) sudah berlaku pada

tahun ini. Integrasi pasar dan pintu masuk pasar global yang tidak

diantisipasi, tentu akan sangat merugikan bangsa Indonesia.

Salah satu faktor penting bagi upaya melakukan proses produksi

yang tepat, adalah dengan menyiapkan SDM yang memenuhi

standar kebutuhan sektor pertanian. SDM yang tepat yang

dibutuhkan adalah sesuai dengan kebutuhan dalam rangka

memenuhi upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam memenuhi

ekspektasi daya saing yang tepat. Dalam konteks ini para pelaku atau

SDM yang tepat sangat diharapkan dapat melaksanakan kegiatan

pertanian yang sesuai (Wibowo, 2014).

Indonesia sampai saat ini adalah Negara pengimpor bahan

pangan pokok antaralain gandum, beras, dan kedelai dan beberapa

komoditas lainnya. Jumlah impor tersebut memiliki konsekuensi

ketergantungan Indonesia terhadap beberapa Negara untuk

memenuhi kebutuhan akan pangan. Semakin besar jumlah

kebutuhan pangan, semakin besar ketergantungan Indonesia

terhadap Negara-negara penyedia pangan. Bila kondisi tersebut

berlanjut maka krisis pangan akan benar-benar terjadi.

Kecenderungan semakin meningkatnya impor beberapa komoditas

oleh Indonesia, dinilai sebagai kondisi yang membahayakan.

Indonesia dinilai sudah masuk dalam jebakan pangan (food trap)

(Wibowo, 2014).

Regenerasi terhadap generasi muda akan diharapkan

memberikan “energi’ baru baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

Bersifat fisik terkait dengan kebutuhan umur produktif yang

secara jasmaniah mampu menopang kerja-kerja fisik dalam

usahatani. Bersifat non fisik terkait dengan kemampua belajar untuk

selanjutnya melakukan adopsi inovasi dala menjalankan usaha

tani. Kemampuan belajar terus menerus dan penguasaan

terhadap teknologi khususnya dalam pemanfaatan teknologi

informasi akan berdampak positif bagai peningkatan daya saing

petani (Muksin, 2007).

III. Metodologi Penulisan atau Metode Penulisan

Metode pengkajian terhadap relevansi regenerasi SDM untuk

pencapaian ketahanan dan pemerataan pangan menggunakan

penelusuran pustaka (studi pustaka) khususnya yang terkait dengan

SDM pertanian terkini. Penelusuran sumber pustaka

memanfaatkan hasil penulisan terdahulu baik dari publikasi

online maupun referensi dalam bentuk buku, berkala maupun sumber

ilmiah lainnya. Kajian terhadap hasil penulisan diharapkan dapat

memberikan informasi terkini yang relevan dengan kondisi SDM

petani. Untuk menghasilkan analisis yang relevan, maka

pengamatan terhadap data utama dilakukan terhadap hasil data

yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statis (BPS) dan data

bersumber dari peneli tian lainnya atau penulisan terdahulu.

Penulisan terdahulu yang dimaksud adalah penulisan yang

dilakukan oleh penulis maupun karya penelilainnya. Penulis

berupaya untuk melakukan proses pembandingan terhadap data

langsung dari hasil penelusuran pustaka, dan melakukan analisis

untuk keperluan menjawab pertanyaan penulisan.

Selanjutnya dari hasil komparasi dan analisis data tersebut

tersebut penulis melakukan review terhadap kajian-kajian yang

memiliki substansi dan ruang lingkup masalah yang relevan.

Berdasarkan review tersebut penulis melakukan sintesa untuk

memberikan pemahaman dan pemaknaan atas informasi yang

diperoleh. Berdasarkan keseluruhan aktivitas tersebut penulis

melakukan sintesa untuk melakukan pemaknaan dan menyusun

implikasi maupun penarikan kesimpulan dari kajian tersebut.

Sintesa memberikan gambaran terhadap informasi faktual di

lapangan khususnya dalam kehidupan dan dinamika SDM

pertanian.

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

Salah satu ukuran produktivitas pertanian dapat dikaitkan dengan kondisi ketersediaan pangan nasional dan dinamika untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kebutuhan dari pangan nasional cukup besar dapat diama dari nilai rupiah yang dibelanjakan dari APBN untuk kebutuhan pangan tersebut. Sebagaimana hasil kajian beberapa penulisan bahwa pada tahun 2009 sekitar 5 persen dari APBN atau sekitar 50 triliun digelontorkan untuk menyediakan atau membeli enam komoditas pangan, yaitu kedelai, gandum, daging, sapi, susu dan gula, termasuk garam. Kondisi ini menunjukkan betapa besarnya ketergantungan pangan kita kepada negara lain.

Bersamaan dengan hal tersebut di banyak belahan dunia yang lain kondisi kekurangan ketersediaan pangan juga terjadi. Selain persoalan iklim yang dak menentu sebagai akibat kehidupan modern yang “tidak terkendali” dan tidak ramah terhadap lingkungan, maka pesoalan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menjadi penyebab utama akan ketersediaan pangan yang terus menurun. Data beberapa penulisan menyebutkan bahwa secara ideal angka pasokan pangan atas kebutuhan jumlah penduduk, saat ini dinilai berada pada angka ketersediaan 30-40persen dari jumlah keseluruhan. Kondisi tersebut secara factual tentu memprihatinkan dan banyak memunculkan banyak kekhawatiran (Suswono, 2014) .

Produksi pangan berasal dari proses produksi pertanian. Sementara produksi dan perdagangan yang terkait langsung dengan sarana produksi hanya dikuasai atau dikontrol oleh tengkulak, sehingga petani hanya memiliki peran kecil dalam kontribusi terhadap perdagangan. Dengan demikian krisis pangan dan ancaman terhadap ketersediaan pangan disejajarkan dengan konsepsi ancaman tradisional dan non tradisional pada keamanan nasional. Krisis terhadap keberlanjutan pertanian adalah konsekuensi logis dari kondisi saat ini. Sebagaimana tela diuraikan bahwa produktivitas pertanian terus mengalami penurunan. Produktivitas yang menurun memberikan ancaman serius terhadap kedaulatan pangan. Bahkan ancaman terhadap krisis pangan dimasukkan sebagai ancaman serius terhadap ketahanan dan kemanan Negara (Bappenas, 2009).

Generasi muda saat ini lebih tertarik bekerja pada sektor

industri , hal ini menyebabkan sektor hulu yang menjadi cikal bakal

produksi pangan di Indonesia kurang mendapat sentuhan dari tenaga

pemuda yang potensial jika hal ini dibiarkan akan berdampak pada

menurunnya produktivitas bahan pangan di Indonesia, yang

selanjutnya berdampak pada sulitnya untuk mencapai pemerataan

dan ketahanan pangan.

Strategi pembangunan pertanian dengan bekerja sama generus petani

Menghadapi tantangan ketahanan pangan yang saat ini

dirasakan oleh Indonesia, diperlukan beberapa strategi yang

dirancang oleh pemuda , mulai dari peningkatan ketahanan

pangan baik dalam ketersediaan, stabilitas, aksesabilitas, konsumsi

sehingga dapat dilihat kemajuan pertumbuhan ekonomi, dan suatu

individu dapat memiliki daya saing individu dan bangsa. Misalnya

dengan melaksanakan tujuh gema revitalisasi yang dialaksanakan

generasi penerus petani. Pengembangan teknologi dan industry hilir,

revitalisasi lahan, revitalisasi perbenihan dan pembibitan,

perbaikan infrastruktur dan sarana, pengembangan sumber daya

manusia, revitalisasi pembiayaan petani, penguatan

kelembagaan petani. Sebagai contoh dalam permasalahan

konversi lahan, kepemilikan lahan yang sempit, sulitnya akses

petani ke lahan terlantar, strategi yang cocok adalah revitalisasi

lahan (Anonim, 2011).

Kesiapan lahan pertanian

Pemuda mempersiapkan lahan pertanian yang ada untuk

pangan sebaiknya lebih ditingkatkan produktivitasnya sehingga

dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Faktor dominan

penyebab rendahnya produktivitas tanaman pangan di Indonesia

antara lain disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya di

lapangan yang masih rendah, tingkat kesuburan lahan yang terus

menurun, dan eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih

belum optimal di sisi lain pemerintah juga harus tegas dalam

memberikan ijin dalam alih fungsi lahan dari pertanian ke non

pertanian. Pembagian kawasan pertanian di Indonesia sangat penting

untuk meningkakan hasil pangan. Melihat kondisi daerah topografi

wilayah tertentu terutama dalam skala nasional. Pertambahan

penduduk menuntut penggunahan lahan semakin besar, baik sector

industri maupun sarana infrastruktur. Hal ini tentu akan

mengancam lahan pertanian akan semakin sempit. Solusi yang bisa

diterapkan oleh pemuda dalam bidang perencanaan lahan pertanian

yaitu SIG (Sistem Informasi Geospasial) merupakan metode

yang efektif dalam pengambilan keputusan pengelolaan lahan

pertanian. Tetapi penyediaan data SIG (Sistem Informasi

Geospasial) di Indonesia belum diterapkan secara penuh khususnya

skala nasional. Teknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan

citra satelit sangat mendukung penyediaan data SIG dalam

menentukan kawasan-kawasan yang menjadi lokasi penyediaan

lahan pertanian. Karena SIG sendiri mencakup dasar-dasar lahan,

kondisi topografi, serta informasi pendukung lahan tersebut.

Metode ini menjadi sangat mudah dalam mengevaluasi

produktivitas lahan. Sehingga kekurangan hasil produksi serta

pengelolaan lahan pertanian tersebut bisa direncanakan dan bisa

menargetkan hasil produksi sesuai jangka waktu tertentu.

Evaluasi lahan pertanian sangat penting untuk melihat

perkembangan lahan pertanian. Demi tercapainya keseimbangan

lahan pertanian di Indonesia (Mulyani , 2013).

Kebijakan Pemerintah dalam ketahanan dan Pemerataan Pangan Nasional

Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang

strategis bagi Indonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi

dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang terkait dengan dimensi

sosial, ekonomi dan politik. Dengan demikian diperlukan peran

aktif generasi pemuda dalam peningkatan produksi. Ketahanan

pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas

berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan,

distribusi pangan dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan

pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut

(Anonim, 2012).

1) Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek

produksi, cadangan serta keseimbangan antara impor dan

ekspor pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian

rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman,

terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan

yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah

dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke

waktu.

2) Subsistem distribusi pangan mencakup aspek

aksesibilitas secara fisik dan ekonomi atas pangan secara

merata. Sistem distribusi bukan semata-mata menyangkut

aspek fisik dalam arti pangan tersedia disemua lokasi yang

membutuhkan tetapi juga masyarakat. Surplus pangan di

tingkat wilayah belum menjamin kecukupan pangan bagi

individu masyarakatnya. Sistem distribusi ini perlu dikelola

secara optimasl dan tidak bertentangan dengan mekanisme

pasar terbuka agar tercapai efisiensi dalam proses pemerataan

akses pangan bagi seluruh penduduk.

3) Subsistem pangan menyangkut upaya peningktan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai

pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik.

Sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal.

Ketahanan pangan merupakan prioritas nasional dalam

Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN)

tahap II 2010-2014. Kebijakan pembangunan pertanian

Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 berkaitan dengan

pembangunan ketahanan pangan yaitu :1) Melanjutkan dan

memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti

sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan

benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT); 2) Melanjutkan dan

memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan

masyarakat seperti Pengembangan Usaha Agribisnis

Pedesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di

Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD) dan

Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga

pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri

pertanian di perdesaan;3) Pemantapan swasembada beras,

jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui

peningkatan produksi yang berkelanjutan;4) Pencapaian

swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri;5)

Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-

produk substitusi komoditas impor; 6)Peningkatan kualitas dan

kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan

infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa,

dan jalan usahatani; 7) Jaminan penguasaan lahan

produktif;8) Pembangunan sentra-sentra pupuk organic

berbasis kelompok tani;9) Penguatan kelembagaan

perbenihan dan perbibitan nasional;10) Pemberdayaan

masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan,

dan pendampingan, dll. Untuk melaksanakan tugas

pembangunan pertanian selama periode 2010-2014, strategi

yang akan ditempuh Kementerian Pertanian dilakukan melalui

penerapan Tujuh Gema Revitalisasi, yaitu: (1) Revitalisasi

Lahan, (2) Revitalisasi Perbenihan dan Pembibitan, (3)

Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana, (4) Revitalisasi Sumber

Daya Manusia, (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani, (6)

Revitalisasi Kelembagaan Petani, serta (7) Revitalisasi

Teknologi dan Industri Hilir. Ketujuh gema revitalisasi

pembangunan pertanian tersebut, menjadi acuan pada strategi

Badan Ketahanan Pangan dalam memfasilitasi program

pembangunan ketahanan pangan tahun 2010-2014.

Peran Generasi Muda dalam Menghadapi pasar global di kawasan ASEAN

Pemuda harus segera mempersiapkan diri untuk

menghadapi pasar liberal komoditas pangan, di antaranya

dengan menyiapkan hambatan nontarif seperti Standar

Nasional Indonesia, pembatasan pintu masuk impor, serta

persyaratan terkait penyakit. Dengan demikian, komoditas

pangan yang masuk ke Indonesia dan dikonsumsi masyarakat

benar-benar berkualitas dan aman. Sudah waktunya pemuda

memperkuat daya saing produk pangan sehingga

komoditas pertanian tersebut siap bersaing dan memiliki

keunggulan komparatif. Sejauh ini, untuk komoditas

beras, Indonesia masih tertinggal dari Thailand dan

Vietnam yang sudah mampu menjadikan beras berada

dalam sistem yang terintegrasi, mulai penanaman, panen,

pengeringan, hingga pengolahan. Sistem tersebut mampu

menekan angka kehilangan panen yang selama ini masih

menjadi momok bagi tanaman padi di Indonesia. Persiapan

Sektor Pertanian menghadapi AEC (Asean Economic

Comunity) 2015. Dalam menghadapi AEC 2015 seluruh

lini termasuk produk pertanian sehingga generus petani

harus memperhatikan 3 hal penting yaitu :

1. Peningkatan Daya Saing (peningkatan produktifitas,

distribusi, infrastruktur, perbankan, efisiensi regulasi dll)

2. Pengamanan Pasar Domestik (mis: lebih mencintai

produk lokal), dan ‘

3. Penguatan Ekspor dengan memperhatikan 3 K (kualitas,

kuantitas dan kontinyuitas).

Mewujudkan Ketahanan Pangan dengan Kerjasama Pemerintah dengan Generus Petani

Keamanan Pangan & Tata Kelola Pangan harus

dikawal dengan politik pangan yang bekerja sama dengan generus

petani Pemerintah harus menggerakkan semua komponen

kekuatan nasional untuk melaksanakan kebijakan keamanan

pangan yang melibatkan pemuda. Pemerintah harus mewujudkan

akuntabiltas dan pengendalian untuk memastikan kepatuhan

semua komponen kekuatan nasional dalam

mengimnplementasikan kebijakan keamanan pangan. Pemerintah

harus mampu dan mau mengambil langkah korektif bila sasaran

kebijakan tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu.

Pemerintah dengan generus petani membuat kerangka regulasi

dan langkah administrative untuk meningkatkan ketersediaan

pangan, akses, dan kualitas (Usman, 2013).

Ketahanan pangan harus kokoh dalam era masyarakat ekonomi ASEAN 2015

Menghadapi pasar global ASEAN, perlu disiapkan

komoditi pertanian yang menjadi andalan dalam

perdagangan regional. Kita harus memilah dari sekian

banyak produk dan komoditi pertanian tersebut yang

memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, kita juga harus

menyiapkan produk pertanian andalan yang mampu bertahan

dalam pasar domestik, dan juga produk yang mampu

menyerang di pasar regional dan global. Selain itu

pembangunan jangka menengah yaitu bersama – sama

memberikan penguatan kelembagaan dan usaha pada sector

input maupun produksi dalam skala sedang, sedangkan

untuk skala kecil perlu diperbaiki kelembagaan dan

organisasi skala kecil sehingga mampu memberikan efisiensi

ekonomi dalam produksinya.

Pemanfaatan Teknologi oleh Generus Petani dalam Pembangunan Ketahanan dan Pemerataan Pangan Saat ini

Rapuhnya ketahanan pangan merupakan sebuah

ironi mengingat besarnya potensi pertanian. Sayangnya,

potensi tersebut belum mampu mendukung sistem

ketahanan pangan nasional sebab masih kurangnya peran

generus petani. Upaya mewujudkan ketahanan pangan

berkaitan erat secara langsung dengan keberhasilan

penerapan teknologi dalam pembangunan pertanian di

Indonesia, baik untuk kepentingan intensifikasi dan

ekstensifikasi pertanian, peningkatan produktivitas,

pengolahan hasil pertanian, maupun diversifikasi pangan.

Dalam teori pembangunan, teknologi tepat sasaran dengan

sumberdaya manusia (SDM)

Pemuda dengan usia 15 –30 tahun diharapkan

mampu berkarya dengan memberikan pemikiran dan

tenaganya untuk sebuah terobosan dalam sektor

pertanian. Pemikiran dan tenaga yang dimaksud ialah

mampu menerapkan inovasi salah satu contohnya pupuk

alami buatan~sendiri. Dengan proses fermentasi dari

dedaunan yang ada disekitar kita mampu disulap menjadi

sebuah pupuk organik. Apalagi didesa-desa masih banyak

penduduk yang memelihara hewan ternak bisa

dimanfaatkan kotorannya.

Oleh karena itu perlu adanya industrialisasi

pengembangan teknologi dari skala lab ke skala industri.

Penerapan teknologi dalam skala komersial diperlukan

adanya kerjasama dengan industri pangan. Kerjasama ini

dapat memberikan manfaat kepada pihak petani. Para petani

dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui komoditi

tertentu yang dijual kepada pihak industri. Secara tidak

langsung melalui kegiatan ini dapat meningkatkan

kesejahteraan mereka. Peranan teknologi pertanian antara

lain dalam usaha peningkatan produktivitas, penjaminan

mutu (gizi dan fisik), kemasan dan penampilan produk

secara keseluruhan. Pemilihan teknologi juga berpeluang

untuk menekan biaya produksi, menekan harga jual serta

akan berpengaruh dalam meningkatkan daya saing. Salah

satu solusinya dengan menggunakan teknologi tepat guna

yang dapat digunakan oleh petani ( Hanani, 2012).

Ketahanan dan pemertaan pangan yang di programkan Generus Petani akan membawa bangsa yang lebih sejahtera

Sistem pangan nasional harus dibangun menuju

ketahanan dan pemertaan pangan nasional yang berbasis

pada penyediaan pangan di tingkat individu.

Paradigma baru dalam pembangunan sistem pangan

nasional ini akan menjamin ketahanan pangan di tingkat

rumah tangga, lokal, regional, dan nasional. Meskipun

demikian, mengingat kompleks permasalahan yang

tercakup, ketahanan pangan di kelima jenjang itu

hendaknya dibangun secara bersamaan. Ketahanan

pangan dan pemeretaan nasional bermakna pengadaan

pangan nasional, dan distribusi pangan nasional. Kedua

makna ini menuntut adanya kebijakan pangan secara

nasional yang dipegang wewenangnya oleh pemerintah

pusat dan kebijakan pangan secara regional, lokal, rumah

tangga, dan individu yang dipegang wewenangnya oleh

pemerintah daerah otonom (kabupaten/kota, yang

berfungsi rowing).

Generus petani mencegah ketergantungan Impor

Impor bahan baku dan alat untuk industri dan

usaha lainnya di dalam negeri mencapai 92 persen

dari total impor Indonesia, sehingga generus petani

sebaiknya berusaha mencegah ketergantungan bahan

baku dan alat impor, salah satunya dengan cara

mendirikan industri bahan baku atau penolong di dalam

negeri.

Usaha Generus Petani menggenjot daya saing

Usaha generus petani ,Pemerintah dan Kamar

Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dalam

menggenjot daya saing bidang pertanian upaya

peningkatan daya saing untuk industri, melalui

peningkatan daya saing ini untuk meningkatkan komoditi

ekspor guna memperkuat perekonomian nasional.

Hingga saat ini perekonomian daerah masih terkendala

pada persoalan-persoalan klasik. Misalnya UKM yang

selalu tersendat dalam masalah permodalan. Akses yang

terbatas terhadap bank, serta penerapan sistem kehati-

hatian perbankan yang masih dirasakan berlebihan

sering kali menjadi kendala untuk mengembangkan

usaha. Di sisi lain, Kadin merekomendasikan kepada

para pelaku usaha untuk bisa mengakses permodalan

melalui lembaga non perbankan, sehingga tidak terpaku

hanya pada lembaga perbankan.

Generus Petani Benahi sektor hulu

Generus petani akan berusaha membenahi

sektor hulu untuk memudahkan penambahan nilai.

Hal ini dapat dilakukan dengan peranan strategis

stakeholder termasuk Civil Society Organization

(CSO) dalam ketahanan pangan sektor hulu.

Misalnya Kementerian Dalam Negeri bekerja sama

dengan generus petani membagi urusan kewenangan,

“mengeksekusi” perda yang berkaitan dengan

pangan di daerah, Kementerian Pertanian berperan

dalam kebijakan operasional dan progam peningkatan

produksi pangan, Kementerian Keuangan berperan

dalam kebijakan perkreditan bagi petani, dll (Hanani,

2012).

Kebijakan pemerintah memudahkan generus petani untuk ketahanan dan pemerataan pangan

Perlu kebijakan pemerintah yang lebih memudahkan

generus petani untuk menciptkan ketahanan dan

pemerataan pangan dengan cara mendorong

perdagangan antara lain dengan pemberian subsidi

atau bantuan finansial bagi produsen domestik dalam

bentuk pembayaran tunai, pinjaman berbunga rendah,

keringanan pajak, atau bentuk lainnya. Bertujuan

membantu perusahaan-perusahaan domestic

mengimbangi pesaing internasional.

Dengan Peran aktif Generus petani Pangan bisa tersedia dan tercukupi

Indonesia memiliki daratan seluas 188,20 juta

ha, yang terdiri atas 144 juta ha lahan kering dan

44,20 juta ha lahan basah. Pemanfaatan lahan

potensial untuk perluasan areal pertanian harus sesuai

dengan peruntukannya. Kawasan untuk pertanian lahan

basah dan lahan kering tanaman pangan semusim akan

dimanfaatkan oleh generus petani untuk tanaman

pangan dan hortikultura. Komoditas penghasil

bioenergi nonpangan dan perkebunan diarahkan

pada lahan kering potensial untuk tanaman

tahunan. Pemanfaatan lahan terlantar perlu

diiringi dengan pengembangan varietas yang

mempunyai daya adaptasi tinggi pada lahan

suboptimal.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Paradigma mahasiswa sekarang ini terbentuk tidak lain dan

tidak bukan adalah dari lingkungan mereka berasal atau lingkungan

tempat mereka tinggal. Sebagai contoh, di lingkungan sekitar

Unsoed masih banyak petani yang menggarap lahan pertaniannya

dengan cara-cara, dan mereka hidup dengan ekonomiyang pas-

pasan. Inilah yang selalu terbanyang di benak mahasiswa Unsoed.

Jika hal ini dibiarkan terus menerus, Indonesia tidak akan pernah

menjadi Negara maju, karena Indonesia yang notabene-nya sebagai

negara agraris dan kaya akan sumber daya alam pertanian akan

kekurangan tenaga-tenaga ahli atau SDM yang mampu mengolah

hasil pertanian dan pangan pertanian sehingga Indonesia akan

terancam ketergantungan pangan dengan negara lain yang saat

ini juga sudah mulai krisis pangan. Pernyataan ini sudah mulai

terbukti, yaitu dengan semakin naiknya nilai impor bahan pangan

Indonesia tiap tahun.

Semua hal mempunyai sebab-akibat, begitu juga dengan

ketidakmajuan pertanian Indonesia. Selama ini sektor pertanian

memang merupakan sektor yang paling sedikit mendapat perhatian

pemerintah. Pembahasan tentang pertanian umumnya dilakukan

tanpa dikaitkan dengan sektor lainnya. Akibatnya pembangunan

ekonomi dipandang sebagai bagian yang terpisah dari

pembangunan di bidang lainnya seperti bidang industri,

perdagangan dan jasa serta sektor ekonomi lainnya. Padahal

pandangan yang sempit inilah yang menyebabkan pembangunan

pertanian di negara-negara berkembang menjadi sangat jauh

tertinggal dibandingkan pembangunan pertanian dan pembangunan

ekonomi negara-negara maju. Ada hal yang terlupakan oleh

pemerintah dan masyarakat bahwa kemajuan dunia industri

bukanlah semata-mata disebabkan oleh kerja keras peindustri

melainkan banyak kontribusi dan sumbangsih yang berarti dari dunia

pertanian kepada dunia industri. Konsep hulu-hilir merupakan

sebuah syarat kemajuan dunia pertanian maupun dunia industri.

Tanpa industri, pertanian masih bisa bertahan walaupun tidak

dapat begitu berkembang. Namun, tanpa pertanian, industri akan

mati lumpuh dikarenakan tidak ada suplai bahan baku yang tersedia.

Ternyata, kebenaran konsep ini terbukti. Di tengah-tengah hiruk-

pikuk kemajuan

industri, dunia pertanian kembali menjadi sorotan utama dan diyakin

i memiliki

peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara.

Saran

Hal yang perlu dipahami dari pertanian adalah bahwa pertanian

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai bidang lainnya

seperti industri, perdagangan, jasa, pertanahan dan lain sebagainya.

Semuanya adalah bagian integral yang saling berhubungan erat.

Mahasiswa yang dipercaya sebagai manusia intelektual, ber-daya-nalar

dan idealisme tinggi seharusnya sadar bahwa tugas mahasiswa setelah lulus

adalah mengabdi kepada masyarakat dan bangsa ini.Mahasiswa pertanian

berkewajiban membangun dan memperbaiki pertanian Indonesia, dengan

senantiasa menuangkan ide- ide kreatifnya, pikiran kritisnya dalam

menyikapi fakta di masyarakat, dan menjadi agen perubahan (agent

of change) untuk mengantarkan masyarakat pada kondisi yang lebih

baik. Begitu juga dengan pemerintah yang harus mendukung

sepenuhnya, dengan membuat program-program yang dapat

membangkitkan semangat generasi muda membangun pertanian.

Sempitnya peluang kerja pada bidang non-pertanian, seharusnya membuka

mata para pemuda dan mahasiswa untuk lebih survive pada dunia pertanian

yang sebenarnya sangat prospektif karena didukung dengan hamparan

agraris Indonesia yang begitu luas dan kekayaan alam seperti

keanekaragaman jenis tumbuhan yang bisa menjadi objek penelitian bahan

pangan baru, kemudian dari sumber daya lautnya juga Indonesia sangat

kaya dengan berbagai jenis ikan, rumput laut, dan lain-lain.

10

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Politik Pangan Indonesia: Ketahanan Pangan Berbasis

Kedaulatan dan Kemandirian http://setkab.go.id/en/artikel-

6833-.html.

Anonim, 2012. Kebijakan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada Beras

Pada Program Peningkatan Ketahanan Panganhttp://jdih.bpk.go.id/?

p=17177

Bappenas, 2009. Grand Strategi Keamanan Nasional. Bappenas, Jakarta.

Hanani, N. dan Zakaria W.A., 2012. Industri Hulu Ketahanan

Pangan.

Luckey, AN., TP. Murphrey, RL. Cummins. 2013. Assessing Youth Perceptions

and Knowledge of Agriculture: The Impact of Parcipating

intaneAgVenture Program. Journal of Extention (JoE). Volume 51, Number

3: 2. Diakses pada 2 Maret 2014) dari www.joe.org

Mulyani,A., S. Ritung, dan I. Las., 2013. Potensi dan ketersediaan

sumberdaya lahan untuk mendukung ketahanan pangan.

Muksin. 2007. Kompetensi Pemuda Tani yang Perlu dikembangkan di Jawa

Timur. IPB, Bogor, Hal 154-161.

Parsons, Talcott. 1937. The Structure of Social Action. The Free Press.

New York. Collier-Macmillan Limited. London.

Suswono. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian Untuk Mewujudkan

Kedaulatan Pangan dan Energi dalam Menyongsong Era Asia.

Makalah disampaikan pada Seminar Nasional UNS, 24 April 2014

Usman, S., 2013.Ketahanan Pangan dan Politik Pangan Nasional, Politik dan

Ketahanan Pangan Memulai Dari Daerah .

Wibowo, R., 2014. Masalah Tantangan Indonesia dalam Meningkatkan

Ketahanan Pangan. Seminar Nasional Ketahanan Pangan (15 Maret

2014). Polije, Jember, Hal 5-6.

Biodata Ketua dan Anggota

11

A. Identitas Diri

1 Nama lengkap (dengan gelar) Fajar Musafak

2 Jenis Kelamin L/P

3 Program Studi D3 Produksi Ternak

4 NIM D0A013017

5 Tempat dan Tanggal Lahir Wonosobo/ 04 Januari 1994

6 Email [email protected]

7 Nomor Telepon/HP 085743377919

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

Nama Institusi SD N 1 Candimulyo

SMP N 2 Kertek SMK N 2 Wonosobo

Jurusan - - Animasi

Tahun Masuk-Lulus

2001-2007 2007-2010 2010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )

NO Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1

D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau instansi lainnya )

NO Jenis Penghargaan Institusi pemberi Penghargaan

Tahun

1 Mahasiswa Berprestasi Fakultas peternakan UNSOED

2015

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Lomba Karya Tulis HMJ-an UNSOED.

Purwokerto, Oktober 2015

NIM. D0A013017

11

A. Identitas Diri

1 Nama lengkap (dengan gelar)

Aditya Bayu Novriansyah

2 Jenis Kelamin L/P

3 Program Studi D3 Produksi Ternak

4 NIM/NIDN D0A013020

5 Tempat dan Tanggal Lahir Tangerang

6 Email [email protected]

7 Nomor Telepon/HP 082135261080

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA

Nama Institusi SD I Almubarak SMP I Alhasanah SMA N 5 TANGSEL

Jurusan - - IPA

Tahun Masuk-Lulus

2001-2007 2007-2010 2010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )

NO Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1

D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau instansi lainnya )

NO

Jenis Penghargaan Institusi pemberi Penghargaan

Tahun

1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Lomba Karya Tulis HMJ-an UNSOED..

Purwokerto,Oktober 2015

11

NIM. D0A013020

11