indeks pembangunan manusia

20
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak. Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program. Namun demikian, IPM sebagai sarana pemerataan pembangunan perlu dikaji lebih dalam dalam penggunaannya secara lebih tepat. 2011 Eko Budiriyanto,S.E Ditjen Perimbangan Keuangan, Kemenkeu RI 11/28/2011

Upload: nur-fitry-a

Post on 09-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

TRANSCRIPT

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelelektualitas dan standar hidup layak. Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program. Namun demikian, IPM sebagai sarana pemerataan pembangunan perlu dikaji lebih dalam dalam penggunaannya secara lebih tepat.

    2011

    Eko Budiriyanto,S.E Ditjen Perimbangan Keuangan, Kemenkeu RI

    11/28/2011

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 2

    DAFTAR ISI

    Pendahuluan ........................................................................................................................................... 3

    Latar belakang ..................................................................................................................................... 3

    Dasar Hukum ....................................................................................................................................... 4

    Ruang lingkup ...................................................................................................................................... 4

    Dana Alokasi Umum ................................................................................................................................ 6

    Formula DAU ....................................................................................................................................... 7

    Kebutuhan Fiskal (KbF)........................................................................................................................ 7

    Kapasitas Fiskal (KpF) .......................................................................................................................... 7

    Index Pembangungan Manusia (IPM) ..................................................................................................... 8

    Indeks harapan hidup ......................................................................................................................... 8

    Indeks pendidikan ............................................................................................................................... 8

    Indeks standar hidup layak ................................................................................................................. 9

    Komponen terpenting ....................................................................................................................... 10

    Permasalahan........................................................................................................................................ 12

    IPM sebagai formula ......................................................................................................................... 12

    IPM dan mobilitas penduduk ............................................................................................................ 14

    Kesimpulan dan saran ........................................................................................................................... 18

    Kesimpulan ........................................................................................................................................ 18

    Saran ................................................................................................................................................. 19

    Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 20

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 3

    INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DALAM FORMULASI DAU

    PENDAHULUAN

    Latar belakang

    Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan

    pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan

    Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Pasal 18A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    mengamanatkan agar hubungan keuangan, pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya alam

    dan sumber daya lainnya antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara

    adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang. Dengan demikian, Pasal ini merupakan landasan

    filosofis dan landasan konstitusional pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan

    antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu

    sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi,

    Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan

    daerah.

    Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

    kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana

    Perimbangan terdiri atas :

    1. Dana Bagi Hasil

    2. Dana Alokasi Khusus

    3. Dana Alokasi Umum.

    Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

    kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka

    pelaksanaan Desentralisasi.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 4

    Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari

    pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

    mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

    Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari

    pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-

    Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka Desentralisasi.

    Dari ketiga jenis dana perimbangan di atas jelas bahwa DAU-lah yang akan digunakan

    sebagai instrumen pemerintah dalam mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar

    daerah. Oleh karena itu, pengalokasian DAU yang tepat menjadi penting untuk pencapaian tujuan

    pembangunan nasional yang adil dan merata. Ketimpangan antara daerah yang terlalu besar dan

    terlalu lama, dapat mengancam stabilitas dan integrasi negara kesatuan ini.

    Tentang perhitungan pengalokasian DAU ini telah diatur dalam UU nomor 33 tahun 2004

    tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah serta Peraturan

    Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Namun demikian apakah apa yang

    diatur dalam peraturan tersebut sudah tepat dalam pencapaian tujuan DAU sendiri yaitu

    pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah, hal ini yang menggugah penulis untuk membuat

    tulisan ini dengan maksud memberikan pemahaman yang lebih bagi penulis sendiri serta pemicu

    bahan diskusi bagi para pembaca.

    Dasar Hukum

    1. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintahan Daerah; dan

    2. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

    Ruang lingkup

    Penghitungan DAU melalui beberapa tahapan, yaitu :

    Tahapan Akademis

    Konsep awal penyusunan kebijakan atas implementasi formula DAU dilakukan oleh Tim

    Independen dari berbagai universitas dengan tujuan untuk memperoleh kebijakan

    penghitungan DAU yang sesuai dengan ketentuan UU dan karakteristik Otonomi Daerah di

    Indonesia.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 5

    Tahapan Administrafif

    Dalam tahapan ini Kemenkeu c.q. DJPK melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk

    penyiapan data dasar penghitungan DAU termasuk didalamnya kegiatan konsolidasi dan

    verifikasi data untuk mendapatkan validitas dan kemutakhiran data yang akan digunakan

    Tahapan Teknis

    Merupakan tahap pembuatan simulasi penghitungan DAU yang akan dikonsultasikan

    Pemerintah kepada DPR RI dan dilakukan berdasarkan formula DAU sebagaimana

    diamanatkan UU dengan menggunakan data yang tersedia serta memperhatikan hasil

    rekomendasi dari pihak akademis.

    Tahapan Politis

    Merupakan tahap akhir, pembahasan penghitungan dan alokasi DAU antara Pemerintah

    dengan Panitia Kerja (Panja) Belanja Daerah Panitia Anggaran DPR RI untuk konsultasi dan

    mendapatkan persetujuan hasil penghitungan DAU.

    Formula DAU menggunakan pendekatan Celah Fiskal (fiscal gap) dan Alokasi Dasar (AD).

    Celah Fiskal adalah selisih antara Kebutuhan Fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan Kapasitas Fiskal

    (fiscal capacity), sedangkan Alokasi Dasar berupa jumlah gaji PNS daerah.

    Komponen variabel kebutuhan fiskal (fiscal needs) yang digunakan untuk pendekatan

    perhitungan kebutuhan daerah terdiri dari: jumlah penduduk, luas wilayah, indeks pembangunan

    manusia (IPM), indeks kemahalankonstruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per

    kapita. Komponen variabel kapasitas fiskal (fiscal capacity) merupakan sumber pendanaan daerah

    yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

    Dalam tulisan ini penulis hanya membatasi diri tentang ketepatan penggunaan Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu komponen variabel kebutuhan fiskal.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 6

    DANA ALOKASI UMUM

    Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada

    pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan

    pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

    pelaksanaan desentralisasi.

    DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai

    dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam

    rangka pelaksanaan otonomi daerah. DAU dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota.

    Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari

    Pendapatan Dalam Negeri Netto. Pendapatan Dalam Negeri Netto adalah Penerimaan Negara yang

    berasal dari pajak dan bukan pajak setelah dikurangi dengan Penerimaan Negara yang dibagihasilkan

    kepada Daerah. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari perbandingan

    antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota. Dalam

    hal penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU antara

    provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan imbangan 10% (sepuluh persen) dan 90% (sembilan

    puluh persen).

    DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan

    alokasi dasar. Celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal. Alokasi

    Dasar dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) tahun sebelumnya (t-1)

    yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian

    PNS yang berlaku.

    Kebutuhan fiscal diukur dengan menggunakan variabel :

    1. Jumlah penduduk, mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap

    Daerah.

    2. Luas wilayah, mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana per satuan

    wilayah.

    3. Indeks Kemahalan Konstruksi, mencerminkan tingkat kesulitan geografis yang dinilai

    berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-Daerah.

    4. Produk Domestik Regional Bruto per kapita, mencerminkan potensi dan aktivitas

    perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi kotor

    dalam suatu wilayah

    5. Indeks Pembangunan Manusia, mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk

    atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan.

    Kapasitas fiskal diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah dan DBH.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 7

    Untuk mendapatkan alokasi berdasar celah fiskal suatu daerah dihitung dengan mengalikan

    bobot celah fiskal daerah bersangkutan (CF daerah dibagi dengan total CF nasional) dengan alokasi

    DAU CF nasional.

    Formula DAU

    Dimana: AD = Gaji PNS Daerah CF = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal

    Kebutuhan Fiskal (KbF)

    Dimana: TBR = Total Belanja Rata-rata APBD IP = Indeks Jumlah Penduduk IW = Indeks Luas Wilayah IPM = Indeks Pembangunan Manusia IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi IPDRB/kap = Indeks Produk Domestik Regional Bruto per kapita = Bobot Indeks

    Kapasitas Fiskal (KpF)

    Dimana: PAD = Pendapatan Asli Daerah DBH Pajak = Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Pajak DBH SDA = Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Sumber Daya Alam Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar

    ditambah celah fiskal.

    Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar.

    Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar,

    menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.

    Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari

    alokasi dasar, tidak menerima DAU.

    Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

    DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF)

    KbF = TBR (1IP +2IW + 3IPM +4IKK +5IPDRB/kap)

    KpF = PAD + DBH Pajak + DBH SDA

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 8

    INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA (IPM)

    Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian

    para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak

    semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau

    antar negara. Oleh karena itu UNDP (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia

    yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Secara khusus, IPM

    mengukur capaian pembangunan manusia berbasis komponen dasar kualitas hidup. Sejak tahun

    1990 UNDP telah melaksanakan penelitian dan menerbitkan buku Laporan Pembangunan Manusia

    (Human Development Report/HDR) yang berisi mengenai perkembangan indeks HDI di seluruh dunia

    dan pembahasan komprehensif mengenai suatu aspek pembangunan manusia yang menjadi

    permasalahan dan keperdulian global. Untuk tahun 2009, UNDP secara resmi telah menerbitkan

    Laporan HDR pada tanggal 5 Oktober 2009 dengan tema Mengatasi Hambatan: Mobilitas Manusia

    dan Pembangunan.

    IPM ini merupakan indeks komposit atas 3 indeks, yaitu :

    1. Indeks harapan hidup, sebagai perwujudan dimensi umur panjang dan sehat (longevity)

    2. Indeks pendidikan, sebagai perwujudan dimensi pengetahuan (knowledge)

    3. Indeks standar hidup layak, sebagai perwujudan dimensi hidup layak (decent living)

    Indeks harapan hidup

    Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam perhitungannya, yaitu Anak Lahir Hidup (ALH)

    dan Anak Masih Hidup (AMH). Besarnya nilai maksimum dan minimumnya telah disepakati oleh

    semua Negara (175 negara) sebagai standar UNDP, yakni 85 tahun sebagai batas atas dan 25 tahun

    sebagai batas terendah.

    Indeks pendidikan

    Dalam perhitungannya menggunakan dua indikator, yaitu : angka melek huruf (Lit) dan rata-

    rata lama sekolah (Man Years School [MYS]). Angka melek huruf adalah persentase dari penduduk

    usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-

    rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke

    atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang menjalani. Indikator ini

    dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang

    sedang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Tabel 2.2 di bawah ini menyajikan

    faktor konversi dari tiap jenjang pendidikan, rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan formula

    sebagai berikut :

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 9

    MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki 1

    Tabel 2.2

    Tahun Konversi dari

    Pendidikan Tertinggi

    yang Ditamatkan No

    Pendidikan Tertinggi

    yang Ditamatkan Tahun Konversi

    1 Tidak Pernah Sekolah 0

    2 SD 6

    3 SMP 9

    4 SMA 12

    5 D 1 13

    6 D 2 14

    7 D 3 15

    8 S 1/D 4 16

    9 S 2 18

    10 S 3 21 Sumber : BPS Sumatera Utara

    Indeks standar hidup layak

    Perhitungan UNDP menggunakan Produk Domestik Bruto riil yang disesuaikan, sedangkan

    BPS menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 10

    Berdasarkan skala internasional capaian IPM dapat dikategorikan menjadi empat : kategori

    tinggi (IPM>80), kategori menengah atas (66

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 11

    ini memegang peranan yang cukup penting dan tentu lebih mempunyai pengaruh atas pembentukan

    angka-angka IPM nantinya. Sehingga fokus kita selanjutnya bisa lebih mengarah pada komponen

    rata-rata lama sekolah.

    Sumber : BPS

    Ditingkat provinsi, DKI Jakarta memiliki rata-rata lama sekolah tertinggi dibandingkan

    provinsi lainnya yaitu sebesar 10,8. Tertinggi kedua adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 8,94

    tahun. Berikutnya Provinsi Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara masing-masing 8,8 per tahun.

    Provinsi Yogyakarta yang merupakan kota pelajar hanya berada di urutan 8 dengan rata-rata lama

    sekolah 8,6 per tahun.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 12

    PERMASALAHAN

    Di dalam perhitungan kebutuhan fiskal (KbF), variabel yang diperhitungkan ada 5, yaitu :

    Indeks Jumlah Penduduk (IP), Indeks Luas Wilayah (IW), Indeks Kemahalan Kontruksi (IKK), IndeKS

    Produk Domestik (IPDRB/cap), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Sesuai dengan fokus dari pokok bahasan, yaitu IPM, maka penulis membagi permasalahan menjadi

    dua bagian :

    IPM sebagai formula

    Kalau kita amati terhadap proses suatu daerah dalam mendapatkan masing-masing variabel

    tersebut maka nampak bahwa variabel IP, IW dan IKK akan otomatis di dapatkan oleh suatu daerah

    sejak berdirinya atau setidaknya tanpa usaha yang berarti dari pemerintah daerah tersebut.

    Sementara komponen IPDRB/cap dan IPM harus diperjuangkan untuk mendapatkannya atau

    meningkatkannya. Bila suatu daerah mempunyai IPDRB/cap dan IPM yang tinggi berarti daerah

    tersebut sebenarnya telah tergolong daerah yang sudah maju.

    Formulasi kebutuhan fiskal (KbF) yang di atur dalam PP 55 tahun 2005, seperti di bawah ini :

    Dengan formulasi seperti di atas, maka suatu daerah yang mempunyai IPDRB/cap dan IPM

    yang tinggi, kebutuhan fiskalnya jadi terhitung lebih tinggi, tapi sebaliknya terhadap daerah yang

    mempunyai IPDRB/cap dan IPM yang rendah kebutuhan fiskalnya jadi terhitung lebih rendah.

    Padahal seperti kita ketahui kebutuhan fiscal merupakan dasar bagi penghitungan celah fiskal, dan

    celah fiscal itu sendiri (ditambah alokasi dasar [AD]) akan menjadi besaran DAU suatu daerah.

    Dengan kata lain suatu daerah yang sudah maju karena IPDRB/cap dan IPM yang tinggi

    justru akan mendapatkan DAU yang besar. Namun daerah yang kurang maju atau tertinggal karena

    IPM dan IPDRB/capnya yang masih rendah justru akan mendapat DAU yang kecil. Akibatnya daerah

    yang tertinggal justru semakin susah mengejar ketertinggalannya terhadap daerah yang sudah maju.

    Akselerasi kemajuaannya pun akan makin ketinggalan. Padahal tujuan semula dari DAU adalah

    sebagai instrument pemerataan antar daerah.

    Dalam perkembangan berikutnya, penulis juga telah membaca draft revisi Undang-Undang

    No.33 tahun 2004 dan mendapati perubahan perhitungan dalam formulasi kebutuhan fiskal (KbF)

    yang cukup signifikan, seperti berikut :

    KbF = TBR (1IP +2IW + 3IPM +4IKK +5IPDRB/kap)

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 13

    Dalam formulasi baru ini, tampak bahwa variabel Index Produk Domestik (IPDRB/cap) sudah

    tidak masuk dalam formulasi lagi. Sementara variabel IPM tetap masuk formula, namun dengan

    pembalikan (negasi), yaitu dengan mengurangkan IPM terhadap angka 100. Dengan formula seperti

    itu diharapkan variabel IPM justru dapat membantu daerah-daerah yang ber-IPM rendah. Sekilas hal

    ini telah menjawab permasalahn formulasi sebelumnya yang diatur dalam PP 55 Tahun 2005, namun

    perlu diperhatikan juga bahwa dengan pe-negasi-an variabel IPM, dapat menjadi disinsentif bagi

    daerah-daerah untuk lebih meningkatkan IPM-nya. Padahal IPM merupakan hasil dari pelayanan

    dasar publik di daerah, seperti penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan

    infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

    Berangkat dari hal ini, penulis mengusulkan agar apabila variabel IPM masih juga digunakan

    sebagai komponen dalam perhitungan Kebutuhan Fiskal (KbF), sebaiknya angka IPM jangan langsung

    digunakan dalam formulasi baik dalam bentuk positif maupun negasi-nya. IPM mungkin bisa

    digunakan untuk menciptakan sebuah angka lain yang berupa score prestasi pengembangan IPM.

    Score bisa bisa mempertimbangan ketimpangan pembangunan manusia dari daerah-daerah

    di kawasan Indonesia barat dan timur. Dimana kawasan timur saat ini relatif tertinggal dibanding

    saudaranya di kawasan barat. Di kawasan barat, sekitar 233 kabupaten/kota memiliki status

    pembangunan dengan kategori menengah ke atas (66

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 14

    BPS selain mengeluarkan angka IPM juga mengeluarkan nilai reduksi shortfall, yaitu selisih

    perkembangan IPM suatu periode terhadap periode sebelumnya. Pada umumnya suatu daerah yang

    sudah mempunyai IPM tinggi akan mempunyai nilai reduksi shortfall yang rendah demikian pula

    sebaliknya. Walaupun ada juga beberapa pengecualiaannya, misalnya provinsi Riau dan Kalimantan

    Barat. Data BPS 2006-2007, meskipun capaian IPM provinsi Riau sudah cukup tinggi namun reduksi

    shortfall juga cukup tinggi dibanding provinisi lain .Sementara Kalimantan Barat adalah sebaliknya.

    Penulis mengusulkan nilai reduksi shortfall dipertimbangkan untuk menentukan besar kecilnya score

    yang akan diberikan kepada suatu daerah.

    Dengan sistem pemberian score dalam proses penghitungan kebutuhan fiscal, diharapkan

    daerah-daerah yang sedari awalnya memang masih tertinggal dapat semakin mengejar

    ketertinggalannya. Demikian juga dengan daerah yang memang berprestasi karena perkembangan

    pembangunan yang relatif cepat walaupun berangkat dari IPM yang rendah, merasa lebih dihargai,

    sehingga dapat mengurangi ancaman disintegrasi NKRI.

    IPM dan mobilitas penduduk

    Baik dengan adanya formulasi baru maupun formulasi lama, maka IPM dibanding dengan

    komponen lainnya juga tampak berbeda bila dilihat dari kelekatan komponen-komponen tersebut

    terhadap suatu daerah. Komponen IP, IW, IKK dan IPDRB/cap relatif akan tetap berada di suatu

    daerah , sedangkan IPM menjadi lain karena yang menjadi subyek perhitungannya adalah manusia.

    Manusia yang menjadi penduduk suatu daerah dapat dengan mudah meninggalkan

    daerahnya menuju daerah lainnya. Sehingga suatu daerah yang sudah berusaha keras meningkatkan

    IPM dengan berinvestasi pada bidang pendidikan, yaitu dengan alokasi pada APBD yang cukup besar

    di bidang ini, akan gigit jari manakala penduduknya yang sudah mencapai tingkat pendidikan yang

    cukup tinggi akan berpindah atau berurbanisasi ke daerah lainnya. Di lain pihak dengan mudahnya

    daerah-daerah yang menjadi tujuan utama kepindahaan atau urbanisasi tiba-tiba akan mendapatkan

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 15

    penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi tanpa keluar keringat, sehingga daerah tersebut dapat

    meningkatkan IPM-nya dengan gratis. Maka dari itu validitas IPM sebagai parameter pengukuran

    prestasi suatu daerah masih bisa dipertanyakan.

    Dalam laporan UNDP itu juga terungkap sebagian besar pergerakan

    manusia justru tidak bersifat Eksternal tetapi internal. Artinya, lebih banyak

    orang yang bergerak hanya di dalam negeri dan tidak ke luar negeri. Menurut

    data-data UNDP terdapat 740 juta penduduk di dunia yang tergolong migran

    internal. Jumlah ini empat kali lebih besar dibandingkan jumlah migran

    internasional. Khusus untuk Indonesia, kata Benlamlih, terdapat 5,6 juta

    pekerja Indonesia di luar negeri (4,1 juta diantaranya perempuan). Sebanyak

    20-23 juta orang di Indonesia tidak tinggal di daerah asalnya, ujarnya.

    Pergerakan manusia ini wajar mengingat setiap individu memiliki hak untuk

    menentukan tempat untuk hidup. Distribusi kesempatan dan pembangunan

    ekonomi yang tidak merata antara satu daerah dengan daerah lain atau satu

    negara dengan negara yang lain pun menjadi faktor utama yang mendorong

    pergerakan manusia. Team Leader Democratic Governance Unit UNDP, Rizal

    Malik, mengatakan pergerakan manusia ini bisa dikurangi hanya jika ada

    lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah asal. Orang

    datang ke kota besar karena pertumbuhan ekonominya ada di sana.

    Seharusnya ekonomi daerah juga dikembangkan sehingga orang tidak harus

    pindah, ujarnya.(kompas: 5 okt 2009)

    Angka 20-23 juta orang di Indonesia tidak tinggal di daerah asalnya lagi menunjukkan angka

    yang cukup signifikan untuk dapat mengganggu kemurnian hasil perhitungan IPM itu sendiri. Hal ini

    tentunya juga masih tergantung metode perhitungan IPM yang digunakan oleh BPS apakah dalam

    perhitungannya juga memperhitungkan asal daerah atau tidak.

    Kalau kita perhatikan tabel 3.2 tentang Rata-rata Lama Sekolah dan Peringkat Menurut

    Provinsi Tahun 2006-2007 (Publikasi BPS), maka tampak kalau daerah-daerah yang saat ini menjadi

    daerah tujuan utama urbanisasi seperti DKI Jakarta dan Kepulauan Riau (Batam) menempati

    peringkat ke-1 dan ke-2. Sementara D.I Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota pelajar

    justru hanya ada di peringkat ke-8. Kondisi ini bisa terjadi karena banyak penduduk di Yogyakarta

    yang telah sekolah dan atau kuliah di yogyakarta setelah lulus banyak yang bekerja dan tinggal di

    luar Yogyakarta. Yang perlu diperhatikan lagi yaitu provinsi-provinsi di wilayah Jawa, seperti Jawa

    Timur dan Jawa Tengah yang masing-masing berada di peringkat ke-27 dan 28 dari 33 provinsi yang

    ada. Hal ini tentu cukup mengherankan jika mengingat tingkat kemajuan yang telah diraih kedua

    provinsi ini.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 16

    Gubernur Jawa Timur Dr.H. Soekarwo mengatakan saat ini Jawa Timur

    menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di pulau Jawa.

    Tingkat pertumbuhan mencapai 6,67% dengan PDRB Rp 778,45 triyun

    melebihi pertumbuhan nasional yang mencapai 6,10% dan DKI Jakarta

    6,51%(wartapedia.com 16 april 2011)

    Jawa Barat dan Banten berada di posisi yang lebih baik yakni ke-21 dan 12. Hal ini mungkin

    bisa dijelaskan karena provinsi ini terbantu oleh daerah-daerah penyangga di kawasan Bodetabek,

    yang selama ini juga merupakan daerah tujuan urbanisasi akibat limpahan dari DKI Jakarta.

    Perpindahan penduduk dari daerah tertinggal ke daerah yang lebih maju, terutama justru

    terjadi pada kelompok penduduk yang sudah berpendidikan. Mereka yang merasa tingkat

    penghidupan di daerahnya tidak sebanding dengan tingkat pendidikan yang telah diraihnya, akan

    pindah ke daerah yang tingkat kemajuannya dianggap setara dengan tingkat pendidikannya. Dengan

    demikian daerah-daerah tertinggal semakin merana karena ditinggalkan oleh penduduk

    potensialnya, dan yang tertinggal hanyalah sisanya yaitu penduduk yang berpendidikan rendah. Hal

    ini diperparah lagi dengan seringnya anjuran daerah maju melalui media elektronik kalau mau

    datang ke daerahnya mesti punya keterampilan atau keahlian terlebih dulu. Ini menjadi tidak adil,

    karena daerah maju itu maunya hanya menerima penduduk yang berpendidikan saja, sementera

    yang berpendidikan rendah silahkan tetap tinggal di daerahnya masing-masing. Bahkan terdapat

    suatu daerah yang menggelar suatu operasi terhadap penduduk yang baru datang dari daerah lain

    yang biasanya dilakukan pada kelompok-kelompok penduduk yang termajinalkan yang biasanya

    berasal dari kelompok penduduk yang berpendidikan rendah.

    Pemerintah maupun pemerintah daerah tidak mungkin membatasi perpindahan penduduk

    antar daerah. Bagi banyak orang di seluruh dunia, berpindah dari kota asal atau kampung halaman

    merupakan pilihan terbaik, bahkan terkadang merupakan satu-satunya pilihan, yang terbuka untuk

    memperbaiki kesempatan dalam hidup mereka. Migrasi dapat menjadi cara yang sangat efektif

    untuk meningkatkan penghasilan, tingkat pendidikan dan partisipasi individu dan keluarga, serta

    memperbaiki prospek anak-anak mereka di masa depan. Secara mendasar, nilai yang terkandung

    dalam migrasi mencerminkan kemampuan seseorang untuk menentukan sendiri tempat untuk

    menetap yang merupakan elemen penting dari kebebasan manusia. Laporan UNDP memperlihatkan

    bahwa mayoritas migran telah mendapatkan manfaat berupa peningkatan penghasilan, akses

    pendidikan dan kesehatan, serta kehidupan yang lebih baik bagi anak mereka.

    Mengingat hal ini, penulis mengusulkan agar dalam pembentukan IPM, BPS mengikutkan

    daerah asal penduduk terutama untuk unsur pembentuk IPM dari dimensi pendidikan (knowledge).

    Penulis menyadari hal ini tidak akan mudah dilakukan oleh BPS, karena perpindahan seorang

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 17

    penduduk tidak akan selalu menunggu selesainya pendidikan dari sekolah tingkat dasar sampai

    dengan tingkat tinggi barulah pindah. Mereka bebas untuk pindah kapanpun, dari manapun dan

    kemanapun sepanjang masih dalam batas wilayah NKRI. Bahkan dalam satu tingkat sekolah

    dasarpun seseorang bisa pindah lebih dari satu kali ke luar daerah asalnya.

    Hal lain yang mungkin bisa menjadi alternatif adalah mencabut kembali urusan daerah di

    bidang pendidikan menjadi urusan pemerintah pusat. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945,

    bahwa negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan menjadi urusan pemerintah

    pusat, perpindahan penduduk dari mana dan kemanapun sepanjang masih dalam wilayah NKRI

    tidak akan menimbulkan masalah seperti di atas. Dan dengan demikian IPM/HDI sebagaimana

    digunakan oleh UNDP dalam membandingkan tingkat pembangunan antar berbagai negara, tidak

    tepat lagi dalam konteks perbandingan antar daerah. Perlu dicarikan alternatif lain parameter yang

    dapat digunakan untuk membandingkan prestasi pembangunan antar daerah.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 18

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Dari apa yang telah diuraikan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Sebenarnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur yang peka untuk

    dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada dimensi standar hidup

    layak. Terbutki dalam kasus Indonesia yag sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi

    sejak pertengahan tahun 1997. Dimana pada tahun-tahun tersebut sampai dengan awal

    decade tahun 2000-an IPM Indonesia memang terpuruk dan mulai merangkak naik lagi

    setelahnya.

    2. Namun IPM sebagai alat pengukuran hanya cocok dipakai untuk alat pengukuran dalam

    satuan wilayah yang mobilitas penduduk tidak terlalu besar, teruma untuk dimensi

    kesehatan dan pendidikan, misalnya satuan wilayah negara. Perpindahan penduduk antar

    negara tidaklah sebesar perpindahan penduduk antar provinsi ataupun kab/kota. Karena

    migran antar negara tentunya akan lebih sulit. Jikalaupun misalnya perpindahan penduduk

    antar negara juga di anggap cukup besar, misalnya TKI ataupun ekspatriat, namun tentunya

    mereka masih lebih mudah diidentifikasi asalnya dibandingkan dengan migrant dalam

    negeri. Sehingga perbandingan IPM atau HDI antar negara oleh UNDP masih lebih berarti

    dan tepat daripada perbandingan IPM antar wilayah dalam suatu negara. Dengan kata lain

    IPM tidak lagi terlalu tepat untuk dijadikan ukuran dalam perbandingan kemajuan

    pembangunan manusia antar daerah.

    3. Harus disadari bahwa pembangunan daerah-daerah di Indonesia tidak dimulai dengan

    tingkat kemajuan yang relatif seragam. Dari awal kemerdekaan terdapat daerah-daerah

    yang sudah sangat maju, namun terdapat juga daerah-daerah yang jauh terbelakang. Dan

    dalam perkembangannya pun terdapat daerah-daerah yang akselerasi pembangunannya

    sangat cepat dibanding daerah-daerah lainnya. Bagi daerah yang akselerasinya lambat,

    bukan berarti kesalahan daerah tersebut. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya

    adalah keterbatasan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya

    manusianya. Tidak semua daerah di wilayah NKRI diberikan keberuntungan sumber daya

    alam yang cukup bahkan berlimpah. Terdapat daerah-daerah yang sangat kekurangan

    sumber daya alam baik yang sudah diolah maupun yang masih berupa potensi. Keterbatasan

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 19

    sumber daya alam inilah yang coba diseimbangkan dengan DAU. Selain itu banyak daerah

    yang mempunyai keterbatasan sumber daya manusia baik secara kuantitas maupun kualitas.

    Padahal manusia inilah yang akan melakukan pembangunan sekaligus manusia juga yang

    akan menjadi tujuan pembangunan itu sendiri.

    Saran

    1. IPM dalam formulasi DAU perlu pengkajian lebih lanjut tentang :

    Apakah IPM masih layak digunakan;

    Bagaimana cara penggunaannya yang lebih baik;

    Maupun perlu tidaknya alterntif lain sebagai pengganti IPM.

    Hal ini mungkin diperlukan agar tujuan DAU sebagai sarana pemerataan kemampuan

    keuangan antar daerah lebih dapat tercapai dengan cepat dan tepat.

    2. Pelarangan perpindahan penduduk antar daerah dalam suatu wilayah NKRI mustahil

    dilakukan. Yang perlu dilakukan adalah pemerataan pembangunan baik manusianya

    maupun infrastrukturnya. Perlu didorong perpindahan penduduk berpendidikan tinggi dari

    daerah maju ke daerah terbelakang maupun mencegah (bukan melarang) perpindahan dari

    daerah terbelakang ke daerah maju, dengan pemberian insentif khusus.

    3. Untuk urusan-urusan pemerintah daerah yang berakibat banyak lintas batas antar daerah,

    seperti misalnya pendidikan maupun kesehatan, sebaiknya diambil alih kembali oleh

    pemerintah pusat. Hal ini agar daerah lebih fokus terhadap fungsi pelayanan dan

    pembangunan yang menjadi urusannya sendiri dan mencegah konflik dengan daerah

    lainnya.

  • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Formulasi DAU Page 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik, 2008, Indeks Pembangunan Manusia 2006-2007, Katalog BPS : 4102002

    DJPK-Kemenkeu, Leaflet Dana Alokasi Umum

    Ibnu Purna/Adhyawarman, 2009, Indeks Pembangunan Manusia dan Mobilitas Penduduk,

    http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4077&Itemid=29

    Ritonga, Rozali, 2006, Indeks Pembangunan Manusia, http://www.yipd.or.id/main/readnews/4831

    Luki Aulia, 2009, Kebijakan Perlindungan Pekerja Migran Perlu Direformasi, Kompas 5 okt 2009

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18185/4/Chapter%20II.pdf

    http://yapenwaropenkab.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=15:ipm&catid

    =31:sosial&Itemid=46