indikasi perawatan pasien dengan masalah respirasi di instalasi perawatan intensif

7
Indikasi Perawatan Pasien dengan Masalah Respirasi di Instalasi Perawatan Intensif Anna Deliana*, Agung Wijayanto**, Prasenohadi**, Menaldi Rasmin** * Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya. ** Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. Abstrak Latar belakang : Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah pelayanan instalasi perawatan intensif (IPI). Saat ini pelayanan di IPI tidak hanya terbatas untuk menangani pasien-pasien pascabedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien yang mengalami lebih dari satu disfungi/gagal organ. Pemilihan pasien didasarkan atas penilaian klinis dan estimasi prognosis. Suatu IPI harus mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien kritis. Keadaan ini memerlukan mekanisme untuk membuat prioritas pada sarana yang terbatas apabila kebutuhannya ternyata melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia. Indikasi secara umum pemakaian ventilasi mekanis digunakan untuk pasien dengan gagal napas akut, koma, gagal napas akut pada gagal napas kronik dan kelainan neuromuskuler. Ventilasi mekanis diindikasikan sebagai terapi definitif untuk hipoksemia berat, hipoventilasi alveolar dan hiperkapnia. Indikasi yang sering untuk pemasangan ventilasi mekanis pada penyakit paru adalah edema paru akut, pneumonia, ARDS, serangan asma berat dan PPOK eksaserbasi akut berat. Keputusan mengakhiri kehidupan di IPI biasanya dibuat dengan perundingan keluarga. Perundingan keluarga sebaiknya dilakukan segera setelah pasien dirawat di IPI dan dilakukan secara berkala. (J Respir Indo. 2013; 33:264-70) Kata kunci : Instalasi perawatan intensif (IPI), gagal napas, ventilasi mekanis. Treatment Indication for Respiratory Patient in Intensive Care Unit Abstract Background : One of the central services at the hospital is Intensive Care Unit (ICU). ICU is currently dealing not only with post- surgical patients, but also includes various kinds of adult patients, children with more than one dysfunction / organ failure. The selection of patients based on an clinical assessment and prognosis estimation. An ICU should be able to combine high technology and specialized expertise in the field of emergency medicine and nursing to care for critically ill patients. Prioritizing or selecting the appropriate patients is important since limited number of bed in ICU. General indication for the use of mechanical ventilation are acute respiratory failure, coma, acute on chronic respiratory failure and neuromuscular disorders. Mechanical ventilation is indicated as definitive therapy for severe hypoxemia, alveolar hypoventilation and hypercapnia. Frequent indication for mechanical ventilation on lung disease are acute pulmonary edema, pneumonia, ARDS, severe asthma attacks and severe acute exacerbations of COPD. End-of-life decisions must be discussed with the family. Family meeting with ICU staff should be done periodically. (J Respir Indo. 2013; 33:264-70) Keywords : Intensive care unit (ICU), respiratory failure, mechanical ventilatory. a a PENDAHULUAN Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah pelayanan instalasi perawatan intensif (IPI). Saat ini pelayanan di IPI tidak hanya terbatas untuk menangani pasien-pasien pascabedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak yang mengalami lebih dari satu disfungi/gagal organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari instalasi gawat darurat (IGD), kamar operasi, ruang perawatan atau rujukan dari rumah sakit lain. Tiap IPI harus mempunyai protokol dan prosedur tentang indikasi masuk dan keluar IPI. Kriteria masuk IPI harus disusun berdasarkan masalah klinis, harapan untuk pulih dan keuntungan terapi intensif. Pada dasarnya pasien yang dirawat di IPI adalah pasien dengan gangguan akut yang masih diharapkan reversibel (pulih kembali) mengingat IPI tempat perawatan yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga terampil. Instalasi perawatan intensif menyediakan J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013 264

Upload: abdul-fahma-firmana

Post on 28-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

koass pulmo

TRANSCRIPT

Page 1: Indikasi Perawatan Pasien Dengan Masalah Respirasi Di Instalasi Perawatan Intensif

Indikasi Perawatan Pasien dengan Masalah Respirasi di Instalasi Perawatan Intensif

Anna Deliana*, Agung Wijayanto**, Prasenohadi**, Menaldi Rasmin**

* Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya.

** Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah

Sakit Persahabatan, Jakarta.

AbstrakLatar belakang : Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah pelayanan instalasi perawatan intensif (IPI). Saat ini pelayanan di IPI tidak hanya terbatas untuk menangani pasien-pasien pascabedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien yang mengalami lebih dari satu disfungi/gagal organ. Pemilihan pasien didasarkan atas penilaian klinis dan estimasi prognosis. Suatu IPI harus mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien kritis. Keadaan ini memerlukan mekanisme untuk membuat prioritas pada sarana yang terbatas apabila kebutuhannya ternyata melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia. Indikasi secara umum pemakaian ventilasi mekanis digunakan untuk pasien dengan gagal napas akut, koma, gagal napas akut pada gagal napas kronik dan kelainan neuromuskuler. Ventilasi mekanis diindikasikan sebagai terapi definitif untuk hipoksemia berat, hipoventilasi alveolar dan hiperkapnia. Indikasi yang sering untuk pemasangan ventilasi mekanis pada penyakit paru adalah edema paru akut, pneumonia, ARDS, serangan asma berat dan PPOK eksaserbasi akut berat. Keputusan mengakhiri kehidupan di IPI biasanya dibuat dengan perundingan keluarga. Perundingan keluarga sebaiknya dilakukan segera setelah pasien dirawat di IPI dan dilakukan secara berkala. (J Respir Indo. 2013; 33:264-70)Kata kunci : Instalasi perawatan intensif (IPI), gagal napas, ventilasi mekanis.

Treatment Indication for Respiratory Patient in Intensive Care Unit

AbstractBackground : One of the central services at the hospital is Intensive Care Unit (ICU). ICU is currently dealing not only with post-surgical patients, but also includes various kinds of adult patients, children with more than one dysfunction / organ failure. The selection of patients based on an clinical assessment and prognosis estimation. An ICU should be able to combine high technology and specialized expertise in the field of emergency medicine and nursing to care for critically ill patients. Prioritizing or selecting the appropriate patients is important since limited number of bed in ICU. General indication for the use of mechanical ventilation are acute respiratory failure, coma, acute on chronic respiratory failure and neuromuscular disorders. Mechanical ventilation is indicated as definitive therapy for severe hypoxemia, alveolar hypoventilation and hypercapnia. Frequent indication for mechanical ventilation on lung disease are acute pulmonary edema, pneumonia, ARDS, severe asthma attacks and severe acute exacerbations of COPD. End-of-life decisions must be discussed with the family. Family meeting with ICU staff should be done periodically. (J Respir Indo. 2013; 33:264-70)Keywords : Intensive care unit (ICU), respiratory failure, mechanical ventilatory.

a

a

PENDAHULUAN

Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit

adalah pelayanan instalasi perawatan intensif (IPI).

Saat ini pelayanan di IPI tidak hanya terbatas untuk

menangani pasien-pasien pascabedah saja tetapi juga

meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak yang

mengalami lebih dari satu disfungi/gagal organ.

Kelompok pasien ini dapat berasal dari instalasi gawat

darurat (IGD), kamar operasi, ruang perawatan atau rujukan dari rumah sakit lain. Tiap IPI harus mempunyai

protokol dan prosedur tentang indikasi masuk dan

keluar IPI. Kriteria masuk IPI harus disusun

berdasarkan masalah klinis, harapan untuk pulih dan

keuntungan terapi intensif. Pada dasarnya pasien yang

dirawat di IPI adalah pasien dengan gangguan akut

yang masih diharapkan reversibel (pulih kembali)

mengingat IPI tempat perawatan yang memerlukan

biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga terampil. Instalasi perawatan intensif menyediakan

J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013 264

Page 2: Indikasi Perawatan Pasien Dengan Masalah Respirasi Di Instalasi Perawatan Intensif

kemampuan, sarana, prasarana serta peralatan khusus

untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan

menggunakan keterampilan staf medis, perawat dan

staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan 1keadaan tersebut.

Pemilihan pasien didasarkan atas penilaian klinis dan estimasi prognosis. Faktor yang berkaitan

dalam pengambilan keputusan termasuk penyakit akut

berat, diagnosis, status penyakit kronik, usia dan

keberhasilan atau kegagalan terapi medis yang telah diterima sebelumnya.Faktor-faktor ini digunakan dokter

untuk menentukan prognosis. Idealnya prognosis

pasien harus diperkiraan tidak hanya jika diterima, 2tetapi juga jika terdapat penolakan. Perawatan intensif

sesuai untuk pasien yang membutuhkan atau

memerlukan bantuan pernapasan, pasien yang

memerlukan dukungan dari satu atau lebih sistem organ

dan pasien dengan gangguan kronik dari satu atau lebih

sistem organ. Bantuan pernapasan canggih berupa

dukungan ventilasi mekanis termasuk masker

continuous positive airway pressure (CPAP) atau

noninvasif (misalnya, masker ventilasi) dan

kemungkinan dibutuhkan intubasi endotrakeal segera

dan ventilasi mekanis bila terjadi penurunan fungsi 2napas. Pertanyaan kapan menghentikan ventilasi

mekanis untuk pasien yang tidak respons terhadap

pengobatan apapun, kadang-kadang dihadapi oleh

dokter dan keluarga. Implikasi hukum, etika dan

keuangan untuk melanjutkan atau menghentikan

pengobatan kepada pasien gagal napas terminal 3merupakan hal penting yang perlu dibahas.

Indikasi masuk IPI

Instalasi perawatan intensif harus mampu

menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus

dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat

darurat yang dibutuhkan untuk merawat pasien kritis.

Keadaan ini memerlukan mekanisme untuk membuat

prioritas pada sarana yang terbatas apabila

kebutuhannya ternyata melebihi jumlah tempat tidur

yang tersedia. Pasien yang layak dirawat di IPI adalah

pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh

tim di IPI, pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi

sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan

berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan

terus menerus dan pasien sakit kritis yang memerlukan

pemantauan terus menerus dan tindakan segera untuk 1 mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. Indikasi

perawatan di IPI adalah pasien dengan penyakit kritis

atau kegagalan pada sistem pernapasan, sistem

hemodinamik, sistem saraf pusat, sistem endokrin dan

metabolik, over dosis obat, reaksi obat dan keracunan, 2sistem pembekuan darah dan infeksi berat (sepsis).

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk

memasukkan pasien ke perawatan intensif adalah

diagnosis, keparahan penyakit, umur, status penyakit

kronik, fisiologis, prognosis, ketersediaan perawatan,

respons terhadap pengobatan, cardiopulmonary arrest, 2perkiraan kualitas hidup dan keinginan pasien.

Indikasi pasien masuk IPI dapat dibagi menjadi 3 1prioritas, yaitu :

1. Prioritas I

Pasien kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan

tindakan terapi intensif dan agresif untuk

mengatasinya, seperti bantuan ventilasi, infus obat-

obat vasoaktif dan lain-lain. Pada pasien seperti ini

terapi tidak dibatasi (do everything), seperti edema

paru, status kejang dan syok sepsis.

2. Prioritas II

Pasien golongan ini pada saat masuk tidak dalam

keadaan kr i t is te tap i kondis i k l in isnya

membutuhkan pemantauan intensif baik secara

invasif maupun noninvasif atau keadaan-keadaan

yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada

sistem organ vital. Pada pasien seperti ini terapi

juga tidak dibatasi, misalnya pascabedah ekstensif,

setelah henti jantung dalam keadaan stabil,

pascabedah jantung dan pascabedah dengan

penyakit jantung.

3. Prioritas III

Pasien dalam keadaan kritis dengan harapan kecil

untuk sembuh. Pasien kelompok ini memerlukan

terapi intensif terbatas untuk mengatasi krisis

penyakit, tetapi tidak dilakukan terapi invasif seperti

intubasi dan resusitasi (do something). Misalnya

pasien dengan metastase keganasan, penyakit

265 J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013

Page 3: Indikasi Perawatan Pasien Dengan Masalah Respirasi Di Instalasi Perawatan Intensif

jantung dan paru terminal dengan komplikasi akut.

Pasien-pasien berikut tidak memerlukan

perawatan di IPI, yaitu pasien mati batang otak (MBO)

kecuali donor organ, pasien koma dengan keadaan

vegetatif permanen, pasien dalam stadium akhir (end-

stage) dari suatu penyakit, pasien yang menolak 2pemberian terapi bantuan hidup.

INDIKASI PERAWATAN INSTALASI PERAWATAN

INTENSIF PADA PASIEN MASALAH RESPIRASI

Indikasi ventilasi mekanis

Indikasi secara umum pemakaian ventilasi

mekanis digunakan untuk pasien dengan gagal napas

akut, koma, gagal napas akut pada gagal napas kronik

dan kelainan neuromuskuler. Ventilasi mekanis

diindikasikan sebagai terapi definitif untuk hipoksemia

berat, hipoventilasi alveolar dan hiperkapnia. Indikasi

yang sering untuk pemasangan ventilasi mekanis pada

penyakit paru adalah edema paru akut, pneumonia,

acute respiratory distress syndrome (ARDS), serangan 4asma berat dan PPOK eksaserbasi akut yang berat.

Ventilasi mekanis bertujuan untuk mengganti

seluruh atau sebagian fungsi normal paru-paru dan

pompa ventilasi pada pasien dengan gangguan fungsi

sementara atau permanen dan menyediakan fungsi

dengan sedikit gangguan homeostasis dan komplikasi.

Tujuan fisiologis untuk meningkatkan ventilasi alveolar,

seperti yang ditunjukkan oleh PO dan pH arteri, 2

meningkatkan oksigenasi arteri, seperti yang

ditunjukkan oleh PO , saturasi dan/atau kandungan 2

oksigen arteri, meningkatkan inflasi paru pada akhir

inspirasi, meningkatkan volume paru akhir ekspirasi 4(kapasitas residu fungsional), mengurangi kerja napas.

Ventilasi mekanis diindikasikan setiap kali ada

situasi yang mengancam hidup pasien (tabel 1). Selain

apnea, beberapa gejala, tanda-tanda, atau temuan

laboratorium mendukung untuk penggunaan ventilasi.

Terapi ini menjadi penting dengan terdapatnya

kombinasi yang tepat dari pengaturan klinis, keparahan

kelainan, dan kecepatan perkembangan atau

memburuknya kelainan fisiologis. Ringkasan kategori

utama indikasi untuk dukungan ventilasi invasif 5dijelaskan pada tabel 2.

Gagal napas

Gagal napas merupakan kegagalan sistem

respirasi dalam pertukaran gas O dan CO serta masih 2 2

menjadi masalah dalam penatalaksanaan medis.

Secara praktis, gagal napas didefinisikan sebagai PaO 2

< 60 mmHg atau PaCO > 50 mmHg. Gagal napas 2

masih merupakan penyebab angka kesakitan dan

kematian yang tinggi di instalasi perawatan intensif

walaupun kemajuan teknik diagnosis dan terapi

intervensi telah berkembang pesat. Gagal napas akut

dapat digolongkan menjadi dua yaitu gagal napas akut

hipoksemia (gagal napas tipe I) dan gagal napas akut

hiperkapnia (gagal napas tipe II). Gagal napas tipe I

dihubungkan dengan defek primer pada oksigenasi

sedangkan gagal napas tipe II dihubungkan dengan defek primer ventilasi. Penyebab gagal napas tipe I

secara umum dapat disebabkan oleh penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, edema paru,

fibrosis paru, asma, pneumotoraks, bronkiektasis,

ARDS dan emboli paru. Penyebab gagal napas tipe II

diantaranya adalah PPOK, asma berat, edema paru 6dan ARDS.

Apnea dan impending gagal napas

Indikasi klinis untuk ventilasi mekanis invasif

adalah apnea atau impending gagal napas. Tidak

terdapat perdebatan untuk memberikan bantuan

ventilator untuk pasien henti napas (apnea). Namun

pada impending gagal napas sulit untuk menentukan

prospektif dan upaya untuk menentukan indikasi untuk

intubasi dan ventilasi mekanis. Pada keadaan ini

biasanya keputusan dokter dilakukan karena pasien

berada dalam kesulitan pernapasan, kelelahan atau

akan henti napas. Tiap dokter memiliki prediksi yang

berbeda secara subjektif dalam mengambil keputusan 5untuk melakukan intubasi.

Penyakit paru obstruktif kronik eksaserbasi akut

Sejumlah besar studi ventilasi noninvasif

tekanan positif (noninvasive positive pressure

ventilation/NPPV) pada eksaserbasi berat PPOK

secara tidak langsung membahas validitas kriteria yang

digunakan untuk intubasi. Global initiative for

obstructive lung disease (GOLD) merekomendasikan

J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013 266

Page 4: Indikasi Perawatan Pasien Dengan Masalah Respirasi Di Instalasi Perawatan Intensif

1. Untuk mengganti seluruh atau sebagian fungsi normal paru-paru dan pompa ventilasi pada pasien yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan fungsi yang rusak sementara atau permanen.

2. Untuk menyediakan fungsi dengan sedikit gangguan homeostasis dan mungkin dengan komplikasi.1. Untuk meningkatkan ventilasi alveolar, seperti PCO dan pH arteri.2

2. Untuk meningkatkan oksigenasi arteri, seperti PO , saturasi, dan/atau kandungan oksigen arteri.2

3. Untuk meningkatkan inflasi paru akhir inspirasi.4. Untuk meningkatkan volume paru akhir ekspirasi (kapasitas residu fungsional).5. Untuk mengurangi kerja napas (menurunkan ventilasi otot).1. Memperbaiki asidosis respiratori akut yaitu segera mengurangi acidemia yang mengancam jiwa, menormalkan PCO dan / 2

atau pH arteri.2. Memperbaiki hipoksemia yaitu meningkatkan PO arteri (sehingga saturasi arteri 90% atau lebih, misalnya ≥ 60 mmHg), 2

dalam rangka memperbaiki atau mencegah hipoksia jaringan.3. Meredakan gangguan pernapasan yaitu meringankan ketidaknyamanan pasien saat proses penyembuhan atau perbaikan

penyakit primer.4. Mencegah atau memperbaiki atelektasis yaitu menghindari atau memperbaiki inflasi paru.5. Memperbaiki kelelahan ventilasi otot yaitu menurunkan kelelahan otot ventilasi dan memungkinkan otot untuk beristirahat

sementara penyebab meningkatnya beban kerja dikembalikan atau diperbaiki.6. Memberikan sedasi dan / atau blokade neuromuskular yaitu memungkinkan pasien tidak dapat bernapas secara spontan,

seperti selama operasi atau prosedur tertentu ICU.7. Mengurangi konsumsi oksigen sistemik atau myocardial yaitu dalam pengaturan tertentu (misalnya ARDS berat, syok

kardiogenik), ketika napas spontan atau aktivitas otot lainnya mengganggu oksigenasi sistemik atau jantung.8. Mengurangi tekanan intrakranial, dengan cara mengontrol hiperventilasi, seperti pada cedera kepala tertutup akut.9. Menstabilkan dinding dada, seperti pada reseksi dinding dada atau flail chest massive.

Tabel 1. Tujuan dan sasaran untuk ventilasi mekanis invasif

Tujuan Keterangan

Dikutip dari (5)

Umum

Fisiologis

Klinis

ventilasi mekanis invasif ketika pasien dengan PPOK

eksaserbasi akut yang memiliki ketidakstabilan

kardiovaskular, somnolen atau perubahan kondisi

mental lainnya, tidak kooperatif, risiko tinggi aspirasi,

sekresi saluran pernapasan berlebihan atau sangat

kental. Kondisi kraniofasial (seperti trauma baru atau

operasi) atau sangat gemuk berpotensi sulit dilakukan

NPPV. Asidosis respiratorik sangat parah atau progresif

juga merupakan indikasi tindakan NPPV, tapi masih

belum ada kesepakatan apakah pH 7,25, PaCO 60 mm 2

5Hg, atau beberapa batas lainnya yang digunakan.

Asma akut berat

Studi retrospektif menunjukkan pasien dengan

asma akut berat relatif sedikit yang membutuhkan

ventilasi mekanis invasif. Tidak terdapat uji klinis untuk

menentukan indikasi spesifik untuk penggunaan

ventalasi mekanis pada asma yang dilaporkan. Indikasi

ini mungkin serupa dengan eksaserbasi PPOK akut,

meskipun potensi perbaikan fisiologis lebih baik pada

asma dan fakta bahwa pasien dengan asma biasanya

lebih muda dan lebih sehat daripada mereka dengan

PPOK berat. Manfaat NPPV pada asma akut berat 5masih belum jelas.

Penyakit neuromuskular

Dalam insufisiensi pernapasan akut komplikasi

gangguan neuromuskuler seperti sindrom Guillain-

Barré dan miastenia gravis, ada kesepakatan antara

dokter yang berpengalaman bahwa ventilasi mekanis

invasif sebaiknya dimulai sebelum pasien mengalami 5asidosis respiratorik.

Gagal napas pada hipoksemia akut

Hipoksemia berat jarang indikasi untuk ventilasi

mekanis invasif. Misalnya, hipoksemia terisolasi pada

pasien yang memiliki pneumonia difus atau edema paru

sering dapat dikelola dengan oksigen aliran tinggi

dengan masker, dengan atau tanpa continuous positive

airway pressure (CPAP). Biasanya pasien yang

menunjukkan hipoksemia berat pada penyakit akut

memiliki indikasi lain untuk dukungan ventilasi, seperti

terdapat usaha napas yang berlebihan atau 5berkurangnya ventilasi.

Beberapa penelitian NPPV untuk berbagai

bentuk kegagalan pernapasan akut hipoksemia

menunjukkan hasil yang tidak meyakinkan. Data yang

tersedia menunjukkan penggunaan NPPV untuk

menghindari intubasi pada beberapa pasien

immunocompromised. Ketidakstabilan kardiovaskular,

267 J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013

Page 5: Indikasi Perawatan Pasien Dengan Masalah Respirasi Di Instalasi Perawatan Intensif

tidak mendapat persetujuan untuk melakukan intubasi

dan ventilasi mekanis serta intervensi pendukung

kehidupan termasuk ventilasi mekanis merupakan 5terapi medis yang bermanfaat (kondisi terminal).

Pertimbangan mengakhiri perawatan IPI

Keputusan mengakhiri perawatan di IPI

bergantung pada prediksi dokter dan kekritisan penyakit

pas ien. Per t imbangan tersebut mencakup

kemungkinan pasien akan bertahan dengan penyakit

kritis, lama perawatan dan kualitas hidup jika pasien

meninggalkan IPI. Prognosis pasien umumnya dibuat

oleh dokter berdasarkan pengalaman mereka, hasil

penelitian tunggal atau penelitian berbagai institusi

untuk penyakit tertentu seperti kasus cedera paru akut.

Informasi lain dapat diperoleh dari penelitian terhadap

kelompok usia tertentu (orang tua) atau intervensi

tertentu (ventilasi mekanis). Prognosis berdasarkan

studi ini mungkin lebih akurat dibanding pertimbangan 3dokter.

Tabel 2. Indikasi klinis untuk ventilasi mekanis invasif

No.

Apnea atau impending gagal napas. PPOK eksaserbasi akut dengan dispnea, takipnea dan asidosis respiratorik (hiperkapnia dan penurunan pH arteri), ditambah setidaknya salah satu dari berikut:1. Ketidakstabilan kardiovaskular akut.2. Perubahan status mental atau pasien tidak kooperatif.3. Ketidakmampuan untuk melindungi saluran napas bagian bawah.4. Sekresi berlebihan atau biasa kental.5. Kelainan wajah atau saluran napas atas yang akan menyebabkan NPPV (noninvasive positive pressure ventilation) tidak efektif.6. Asidosis respiratorik progresif atau perburukan, meskipun sudah mendapat terapi awal intensif termasuk ventilasi noninvasif.Ventilasi yang adekuat pada penyakit neuromuskuler akut dengan salah satu masalah berikut:1. Asidosis respiratorik akut (hiperkapnia dan penurunan pH arteri).2. Penurunan kapasitas vital progresif kurang dari 10-15 ml/kg.3. Penurunan tekanan inspirasi maksimum progesif kurang dari 20-30 cm H O.2

Gagal napas akut hipoksemia dengan takipnea, gangguan pernapasan dan hipoksemia persisten meskipun sudah diberikan FiO 2

tinggi melalui sistem high-flow atau dengan salah satu masalah berikut:1. Ketidakstabilan kardiovaskular akut.2. Perubahan status mental atau pasien tidak kooperatif.3. Ketidakmampuan untuk melindungi saluran napas bagian bawah.Intubasi endotrakeal dibutuhkan untuk mempertahankan atau melindungi jalan napas atau membersihkan sekret dengan setting sebagai berikut:1. Tabung endotrakeal diameter 7,0 mm atau kurang, dengan ventilasi > 10 L/menit.2. Tabung endotrakeal 8,0 mm diameter internal atau kurang, dengan ventilasi > 15 L/ menit.Jika tidak terdapat kondisi di atas, kondisi di bawah ini intubasi dan ventilasi mekanis tidak terlalu dibutuhkan sebelum terapi lain dimaksimalkan:1. Dispnea, gangguan napas akut.2. PPOK eksaserbasi akut.3. Asma akut berat.4. Gagal napas akut hipoksemia pada pasien immunocompromised.5. Cedera otak traumatik.6. Flail chest.

Indikasi klinis

Juga berlaku untuk asma akut berat jika disertai asidosis atau obstruksi aliran udara telah memburuk meskipun dengan tata laksana agresif.

A.

B.

C.

D.

E.

Dikutip dari (5)

perubahan status mental, atau bukti ketidakmampuan

untuk melindungi saluran napas bagian bawah

merupakan indikasi yang jelas untuk intubasi pada

gagal napas hipoksemia akut, tapi bila tidak terdapat

gangguan tersebut mungkin lebih baik mencoba NPPV 5terlebih dahulu.

Gagal jantung dan syok kardiogenik

Penelitian menunjukkan bahwa CPAP atau

NPPV dapat meningkatkan pertukaran gas pada edema

paru dan mengurangi kebutuhan intubasi. Syok

kardiogenik, mungkin merupakan indikasi lain untuk

ventilasi mekanis invasif, untuk menjamin kebutuhan 5oksigen pada saat fungsi jantung sangat terganggu.

Kontra indikasi untuk ventilasi mekanis invasif

Secara umum, intubasi dan ventilasi mekanis

tidak boleh digunakan dalam situasi tidak terdapat

indikasi untuk dukungan ventilasi, ventilasi noninvasif

dapat dilakukan dibanding ventilasi mekanis invasif,

J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013 268

Page 6: Indikasi Perawatan Pasien Dengan Masalah Respirasi Di Instalasi Perawatan Intensif

Penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan konsep tentang kematian yang baik, karena

nilai-nilai yang berbeda dari pasien, keluarga dan

dokter. Dokter dianggap sebagai orang yang mampu

dan paling penting dalam memprediksi penyakit dan

kecacatan yang ditimbulkan. Pasien dan keluarganya

menganggap prognosis sebagai tanggung jawab

profesional, dokter harus menyadari keterbatasan

kemampuan mereka untuk memprediksikan secara

akurat dalam banyak situasi dan keterbatasan pada

beberapa pasien dan keluarga. Prognosis dokter

penting untuk pasien dan keluarga, bahkan ketika

mereka tidak setuju dengan prognosis dari dokter. Pada

saat yang sama, pasien dan keluarga sama pentingnya

dengan prognosis dokter dalam pengambilan 3keputusan di akhir kehidupan.

Penghentian dukungan ventilasi

Pertanyaan sulit kapan harus berhenti

mempertahankan hidup (ventilasi mekanis) untuk

pasien yang tidak respons terhadap pengobatan

apapun, kadang dihadapi oleh dokter dan keluarga.

Implikasi hukum, etika dan keuangan untuk

melanjutkan atau menghentikan pengobatan kepada

pasien gagal napas terminal merupakan hal penting

yang perlu dibahas. Menghormati hak dan keinginan

pasien dan membantu pasien mencapai akhir hayat

yang bermartabat dan damai sambil terus menjamin

perawatan dan kenyamanan adalah tanggung jawab

bersama baik oleh keluarga atau walinya. Keluarga

yang paham tentang gagal napas, paling siap untuk 3memainkan perannya berbagi tanggung jawab ini.

Ketika IPI pertama kali dikembangkan, dokter

berasumsi bahwa pasien dan keluarga ingin menerima

terapi mempertahankan hidup, seperti resusitasi

jantung-paru (RJP) dan ventilasi mekanis tanpa

memperoleh informed consent. Rumah sakit di Amerika

Serikat memiliki kebijakan resusitasi yang umum bahwa

semua pasien menerima RJP terlepas dari keinginan

mereka atau keluarga mereka. Akibatnya, dokter dan

perawat biasanya berusaha untuk menyadarkan semua

pasien. Pada kenyataannya pasien yang mendapat

ventilasi mekanis meninggal dalam keadaan ventilasi mekanis masih terpasang. Jika pasien tidak dapat

membuat keputusan, keluarga atau wali mereka

diperbolehkan untuk mengambil keputusan untuk 7melanjutkan atau menghentikan pengobatan.

Keputusan mengakhiri kehidupan di IPI biasanya

dibuat dengan perundingan keluarga. Keputusan

bersama tentang pilihan pengobatan akhir hidup adalah

hal yang lumrah. Meskipun demikian, rapat keluarga

sering tidak lengkap, terutama pada keluarga yang 8kurang berpendidikan. Perundingan keluarga

sebaiknya segera dilakukan setelah pasien dirawat di

IPI dan dilakukan secara berkala. Bila mungkin,

perundingan harus dilakukan di tempat pribadi,

diorganisasi dan dipimpin oleh dokter senior, dan

dihadiri oleh dokter dan perawat. Konsultan seperti

pekerja sosial, penasehat spiritual, dan interpreter

merupakan bagian penting dari tim IPI dan harus

diundang untuk berpartisipasi dalam perundingan

keluarga, terutama bila atas permintaan keluarga.

Menurut para peneliti, komunikasi interdisipliner

memberi kepuasan yang lebih tinggi pada pasien dan

diakui oleh pasien dan keluarga sebagai komponen 9utama dari perawatan akhir kehidupan yang baik.

Beberapa keluarga memilih membuat keputusan

di IPI, termasuk untuk akhir hayat, yang lainnya 10 membiarkan dokter bertanggung jawab penuh.

Sayangnya, dokter kadang-kadang tidak berbicara

dengan jelas ketika mendiskusikan prognosis dengan

keluarga dan tidak secara eksplisit membahas

kesempatan pasien untuk kelangsungan hidup jangka

pendek. Studi terbaru menunjukkan bahwa kebanyakan

keluarga ingin dokter membuat rekomendasi spesifik

apakah pengobatan dihentikan atau dilanjutkan 11berdasarkan prognosis pasien. Selain itu, kebanyakan

keluarga ingin dokter mendiskusikan prognosis pasien

bahkan ketika mereka meragukan kemampuan dokter

memprediksikan kondisi pasien secara akurat.

Keluarga umumnya tidak melihat informasi prognostik 12sebagai cara untuk mempertahankan harapan.

Diskusi tentang prognosis pasien membantu keluarga

mempersiapkan kemungkinan bahwa pasien akan 13meninggal.

Selama rapat keluarga, umumnya keluarga lebih

puas jika mereka mendengarkan, bukan berbicara.

Keluarga juga menghargai jaminan perbaikan rasa sakit

269 J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013

Page 7: Indikasi Perawatan Pasien Dengan Masalah Respirasi Di Instalasi Perawatan Intensif

dan penderitaan selama tinggal di IPI, pasien tidak akan

ditinggalkan, dan keputusan keluarga akan dihormati.

Kepuasan keluarga ditingkatkan oleh pernyataan

empati dokter yang mengakui kesulitan memiliki

anggota keluarga di IPI, membuat keputusan untuk

anggota keluarga, dan melihat anggota keluarga 3meninggal.

KESIMPULAN

1. Instalasi perawatan intensif tidak hanya terbatas

untuk menangani pasien-pasien pascabedah saja

tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa

dan anak yang mengalami lebih dari satu

disfungsi/gagal organ.

2. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk

memasukkan pasien pada perawatan intensif

adalah diagnosis, keparahan penyakit, umur, status

penyakit kronis, fisiologis, prognosis, ketersediaan

perawatan, respons terhadap pengobatan,

cardiopulmonary arrest, perkiraan kualitas hidup

dan keinginan pasien.

3. Secara umum indikasi pemakaian ventilasi mekanis

adalah untuk pasien dengan gagal napas akut,

koma, gagal napas akut pada gagal napas kronik

dan kelainan neuromuskuler.

4. Pertanyaan sul i t kapan untuk berhent i

mempertahankan hidup dengan ventilasi mekanis

untuk pasien yang tidak respons terhadap

pengobatan apapun, kadang-kadang dihadapi oleh

dokter dan keluarga.

5. Keputusan mengakhiri kehidupan di IPI biasanya

dibuat dengan perundingan keluarga yang

sebaiknya segera dilakukan setelah pasien dirawat

di IPI dan dilakukan secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Petunjuk teknis penyelenggaraan pelayanan

intensive care unit (ICU) di rumah sakit. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.

2. Smith G, Nielsen M. ABC of intensive care: Criteria

for admission. BMJ. 1999;318:1544-7.

3. Luce JM. End-of-life decision making in the

intensive care unit. Am J Respir Crit Care Med.

2010;182:6-11.

4. Rodriguez P, Dojat M, Brochard L. Mechanical

ventilation: Changing concepts. Indian J Crit Care

Med. 2005;9:235-43.

5. David JP. A primer on mechanical ventilation.

[Online]. 2004 [Cited 2013 August 18]. Avaiable

from: URL: http://courses.washington.edu/med610/

mechanicalventilation/mv_primer.html

6. Sharma S. Respiratory failure.[Online]. 2003 [Cited

2013 August 18]. Available from: URL:

http://basic.shsmu.edu.cn/jpkc/pathology/6/hxsj.ht

m.

7. Gazelle G. The slow code - should anyone rush to its

defense? N Engl J Med. 1998; 338:467-9.

8. White DB, Braddock CH III, Berekniyeu S, Curtis

JR. Toward shared decision making at the end of life

in intensive care units: Opportunities for

improvement. Arch Intern Med. 2007;167:461-7.

9. Curtis JR, White DB. Practical guidance for

evidence-based IPI family conferences. Chest.

2008;134:835-43.

10. White DB, Engelberg R, Wenrich M, Lo B, Curtis JR.

Prognostication during patient-family discussions

about limiting life support in intensive care units. Crit

Care Med. 2007;35:442-8.

11. Evans LR, Boyd EA, Malvar G, Apatira L, Luce JM,

Lo B, et al. Surrogate decision-makers'

perspectives on discussing prognosis in the face of

uncertainty. Am J Respir Crit Care Med.

2009;179:48-53.

12. Apatira L, Boyd EA, Malvar G, Evans LR, Luce JM,

Lo B, et al. Hope, truth, and preparing for death:

Perspectives of surrogate decision makers. Ann

Intern Med. 2008;149:861-8.

13. White DB, Evans LR, Bautista CA, Luce JM. Are

physicians' recommendations to limit life support

beneficial or burdensome? Bringing empirical data

to the debate. Am J Respir Crit Care Med.

2009;180:320-5.

J Respir Indo Vol. 33, No. 4, Oktober 2013 270