innttrroodduukkssii kmmeellaalluuii kklliinniik...

12
I I n n t t r r o o d d u u k k s s i i M M e e l l a a l l u u i i K K l l i i n n i i k k T T e e k k n n o o l l o o g g i i P P e e r r t t a a n n i i a a n n M M e e n n d d u u k k u u n n g g P P r r o o g g r r a a m m S S L L - - P P T T T T P P r r o o v v i i n n s s i i A A c c e e h h Abdul Azis dan Basri A. Bakar 501 INTRODUKSI MELALUI KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT PROVINSI ACEH Introduction through Agricultural Technology Clinic Supporting ICM-FS in Nanggroe Aceh Darussalam Abdul Azis dan Basri A. Bakar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh Jl. T.P. Nyak Makam No. 27, Lampineung, Banda Aceh E-mail: [email protected] ABSTRACT Agricultural Technology Clinic FY 2010 carried out several activities including introduction of some high yielding varieties of rice in Batee Lee Village, Seulimum District, introduction ofi some improved varieties of peanut in Ujung Padang Village, West Labuhan Haji District and Paoh Village, Susoh District, West Labuhan Haji regency, IPM-FS in Meurah Dua Village, Pidie Jaya Regency, dan distribution of information with supporting ICM- FS program as the theme. Stages of activities are problem identification, handling, evaluation, and dialogue to discuss cases with the public, researchers, extension workers and other related agencies. The results of activities showed that production of high yielding varieties of Cigeulis rice with legowo cropping system 2 : 1 in introduction demplot could reach 8.6 ton/ha and with legowo 4 : 1 could reach 8.1 ton/ha, while for Ciherang variety with legowo 2 : 1 was 8.4 ton/ha and legowo 4 : 1 was 8.0 ton/ha. Meanwhile, peanut demplots in both South Aceh Regency and South West Aceh Regencies were flooded so that the peanut productivities in the demplots were lower than average productivity of peanuts in Aceh Province, i.e., in South Aceh: Tuban ( 775 kg/ha), Giraffe (770 kg/ha), Lion (800 kg/ha), Rabbit (720 kg/ha), Mouse Deer (810 kg/ha), and local varieties (650 kg/ha 800, while in South West Aceh: Tuban (800 kg/ha), Giraffe (750 kg/ha), Lion (810 kg/ha), Rabbit (780 kg/ha), Mouse Deer (820 kg/ha), and local varieties (710 kg/ha). Keyword: rice, peanut, field schools, the media ABSTRAK Klinik Teknologi Pertanian TA 2010 melaksanakan beberapa aktivitas di antaranya: introduksi beberapa varietas unggul padi di Desa Batee Lee, Kecamatan Seulimum, introduksi beberapa varietas unggul kacang tanah di Desa Ujung Padang, Kecamatan Labuhan Haji Barat dan Desa Paoh, Kecamatan Susoh, Kabupaten Labuhan Haji Barat, SL-PHT di Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, dan pendistribusian media informasi dengan tema mendukung program SL-PTT. Tahapan kegiatan berupa identifikasi masalah, penanganan, evaluasi, dan temu wicara untuk membahas kasus bersama masyarakat, peneliti, penyuluh, dan pihak dinas terkait. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa demplot pengenalan varietas unggul padi Cigeulis dengan sistem tanam legowo 2 : 1 produksinya dapat mencapai 8,6 ton/ha dan dengan legowo 4 : 1 hasilnya 8,1 ton/ha, sedangkan untuk varietas Ciherang produksi dengan legowo 2 : 1 adalah 8,4 ton/ha dan legowo 4 : 1 adalah 8,0 ton/ha. Sementara, pada pelaksanaan demplot kacang tanah dalam pelaksanaannya terjadi gangguan banjir yang menggenangi tanaman baik yang berada di Kabupaten Aceh Selatan maupun yang berada pada lokasi Aceh Barat Daya sehingga hasilnya jauh lebih rendah di bawah rata-rata hasil Provinsi Aceh, yaitu: untuk Aceh Selatan varietas Tuban (775 kg/ha), Jerapah(770 kg/ha), Singa (800 kg/ha), Kelinci (720 kg/ha), Kancil (810 kg/ha), dan varietas lokal (650 kg/ha 800), sedangkan untuk Aceh Barat Daya adalah Tuban (800 kg/ha), Jerapah(750 kg/ha), Singa (810 kg/ha), Kelinci (780 kg/ha), Kancil (820 kg/ha), dan varietas lokal (710 kg/ha). Kata kunci: padi, kacang tanah, sekolah lapang, media PENDAHULUAN Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) merupakan daerah yang sangat kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya adalah sumber daya pertanian yang terdiri dari beberapa subsektor seperti: tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Berdasarkan ilustrasi tersebut, pengembangan pertanian hendaknya berbasis pada sumber daya lokal, yaitu dengan memberdayakan seluruh potensi yang ada secara optimal.

Upload: dangthuan

Post on 07-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IInnttrroodduukkssii MMeellaalluuii KKlliinniikk TTeekknnoollooggii PPeerrttaanniiaann MMeenndduukkuunngg PPrrooggrraamm SSLL--PPTTTT PPrroovviinnssii AAcceehh Abdul Azis dan Basri A. Bakar

501

IINNTTRROODDUUKKSSII MMEELLAALLUUII KKLLIINNIIKK TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN MMEENNDDUUKKUUNNGG

PPRROOGGRRAAMM SSLL--PPTTTT PPRROOVVIINNSSII AACCEEHH

Introduction through Agricultural Technology Clinic Supporting ICM-FS in Nanggroe Aceh Darussalam

Abdul Azis dan Basri A. Bakar

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

Jl. T.P. Nyak Makam No. 27, Lampineung, Banda Aceh E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Agricultural Technology Clinic FY 2010 carried out several activities including introduction of some high yielding varieties of rice in Batee Lee Village, Seulimum District, introduction ofi some improved varieties of peanut in Ujung Padang Village, West Labuhan Haji District and Paoh Village, Susoh District, West Labuhan Haji regency, IPM-FS in Meurah Dua Village, Pidie Jaya Regency, dan distribution of information with supporting ICM-FS program as the theme. Stages of activities are problem identification, handling, evaluation, and dialogue to discuss cases with the public, researchers, extension workers and other related agencies. The results of activities showed that production of high yielding varieties of Cigeulis rice with legowo cropping system 2 : 1 in introduction demplot could reach 8.6 ton/ha and with legowo 4 : 1 could reach 8.1 ton/ha, while for Ciherang variety with legowo 2 : 1 was 8.4 ton/ha and legowo 4 : 1 was 8.0 ton/ha. Meanwhile, peanut demplots in both South Aceh Regency and South West Aceh Regencies were flooded so that the peanut productivities in the demplots were lower than average productivity of peanuts in Aceh Province, i.e., in South Aceh: Tuban ( 775 kg/ha), Giraffe (770 kg/ha), Lion (800 kg/ha), Rabbit (720 kg/ha), Mouse Deer (810 kg/ha), and local varieties (650 kg/ha 800, while in South West Aceh: Tuban (800 kg/ha), Giraffe (750 kg/ha), Lion (810 kg/ha), Rabbit (780 kg/ha), Mouse Deer (820 kg/ha), and local varieties (710 kg/ha). Keyword: rice, peanut, field schools, the media

ABSTRAK

Klinik Teknologi Pertanian TA 2010 melaksanakan beberapa aktivitas di antaranya: introduksi beberapa varietas unggul padi di Desa Batee Lee, Kecamatan Seulimum, introduksi beberapa varietas unggul kacang tanah di Desa Ujung Padang, Kecamatan Labuhan Haji Barat dan Desa Paoh, Kecamatan Susoh, Kabupaten Labuhan Haji Barat, SL-PHT di Kecamatan Meurah Dua, Kabupaten Pidie Jaya, dan pendistribusian media informasi dengan tema mendukung program SL-PTT. Tahapan kegiatan berupa identifikasi masalah, penanganan, evaluasi, dan temu wicara untuk membahas kasus bersama masyarakat, peneliti, penyuluh, dan pihak dinas terkait. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa demplot pengenalan varietas unggul padi Cigeulis dengan sistem tanam legowo 2 : 1 produksinya dapat mencapai 8,6 ton/ha dan dengan legowo 4 : 1 hasilnya 8,1 ton/ha, sedangkan untuk varietas Ciherang produksi dengan legowo 2 : 1 adalah 8,4 ton/ha dan legowo 4 : 1 adalah 8,0 ton/ha. Sementara, pada pelaksanaan demplot kacang tanah dalam pelaksanaannya terjadi gangguan banjir yang menggenangi tanaman baik yang berada di Kabupaten Aceh Selatan maupun yang berada pada lokasi Aceh Barat Daya sehingga hasilnya jauh lebih rendah di bawah rata-rata hasil Provinsi Aceh, yaitu: untuk Aceh Selatan varietas Tuban (775 kg/ha), Jerapah(770 kg/ha), Singa (800 kg/ha), Kelinci (720 kg/ha), Kancil (810 kg/ha), dan varietas lokal (650 kg/ha 800), sedangkan untuk Aceh Barat Daya adalah Tuban (800 kg/ha), Jerapah(750 kg/ha), Singa (810 kg/ha), Kelinci (780 kg/ha), Kancil (820 kg/ha), dan varietas lokal (710 kg/ha). Kata kunci: padi, kacang tanah, sekolah lapang, media

PENDAHULUAN

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) merupakan daerah yang sangat kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya adalah sumber daya pertanian yang terdiri dari beberapa subsektor seperti: tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Berdasarkan ilustrasi tersebut, pengembangan pertanian hendaknya berbasis pada sumber daya lokal, yaitu dengan memberdayakan seluruh potensi yang ada secara optimal.

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 502

Pengelolaan sumber daya lokal secara terpadu dan menyeluruh dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan di sektor pertanian, adapun pengelolaan sumber daya yang dimaksud antara lain melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pola PTT ini merupakan sebuah metode peningkatan produktivitas tanaman dengan mengintroduksi berbagai komponen teknologi secara terpadu sesuai dengan kondisi sumber daya lokal yang ada.

Beberapa komponen pengelolaan tanaman terpadu yang dapat diterapkan adalah, pengelolaan air sesuai dengan kebutuhan tanaman (pola pengairan berselang), penggunaan pupuk kandang, penggunaan benih yang berasal dari varietas unggul, pemupukan sesuai dengan rekomendasi, penggunaan alsintan serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu sesuai dengan perkembangan hama di lapangan (Badan Litbang Pertanian, 2007).

Kelompok tani adalah merupakan sebuah wadah di tingkat petani untuk saling belajar dan bertukar informasi tentang pengelolaan usaha tani. Untuk dapat meningkat kualitas sumber daya kelompok tani perlu adanya kegiatan kunjungan dan pelatihan dari petugas pertanian lapangan. Pelayanan seperti ini dapat diperoleh melalui kegiatan Sekolah Lapang (SL) dalam menyelesaikan setiap persoalan lapangan yang ditemui, di dalam kegiatan sekolah lapang ini petani didampingi oleh petugas teknis yang berasal dari BPP maupun BPTP selaku lembaga yang menangani tentang teknologi pertanian.

Untuk mendorong percepatan adopsi hasil penelitian ke petani pengguna akhir (end user) dibutuhkan pendekatan berupa strategi komunikasi dalam penyebaran dan penerapan paket teknologi. Klinik teknologi merupakan salah satu media untuk mengatasi masalah tersebut. Secara umum Klinik Teknologi Pertanian diartikan sebagai media atau wadah yang dapat menampung serta memberikan solusi terhadap suatu masalah yang dihadapi oleh petani dalam penggelolaan usaha tani (Novarianto et al., 2004).

Selain itu, konsep pengembangan klinik teknologi pertanian tidak hanya untuk mempercepat transfer teknologi, baik fisik maupun sosial, tetapi juga untuk memahami kebutuhan dan masalah yang dihadapi petani di lapangan. Klinik teknologi berperan melayani kebutuhan petani di dalam mengembangkan usaha taninya pada berbagai bidang usaha tani, oleh karena itu petani perlu diupayakan berada dalam sebuah wadah yang disebut dengan kelompok tani.

Dalam upaya mengembangkan sektor pertanian telah banyak dihasilkan paket maupun komponen teknologi dari berbagai aspek mulai dari budi daya sampai ke pascapanen, namun demikian sebagian besar dari teknologi yang dihasilkan tersebut ternyata belum terlihat penerapannya di lahan usaha tani. Oleh karena itu, dalam penyebarluasan informasi teknologi pertanian perlu memperhatikan strategi komunikasi yang sesuai dengan khalayak sasaran yang dituju. Selain itu, kegiatan klinik teknologi pertanian juga memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung sebagai upaya pemecahan masalah pertanian yang ada di masyarakat.

Untuk mendukung program pemerintah di bidang pembangunan sektor pertanian melalui Kementrian Pertanian adalah dengan diterapkannya program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan komoditas padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah, maka BPTP selaku lembaga teknis yang berperan sebagai penyedia teknologi di daerah meluncurkan kegiatan klinik teknologi pertanian untuk mendukung program SL-PTT dengan tingkat layanan 60% gapoktan yang ada di wilayah NAD. Secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk: memberikan pelayanan kepada 100 gabungan kelompok tani (Gapoktan) di wilayah kegiatan program SL-PTT pada 5 kabupaten (Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan) yang ada di daerah NAD, dan mempercepat proses transfer teknologi pertanian melalui pendistribusian media diseminasi (10 eksemplar per judul) berbagai media informasi teknologi pertanian.

PROSEDUR KEGIATAN

Pelaksanaan Klinik Teknologi Pertanian bertujuan untuk mempercepat proses adopsi inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Balai Penelitian Komoditas. Dalam pelaksanaannya program Klinik Teknologi adalah salah satu bagian dari program

IInnttrroodduukkssii MMeellaalluuii KKlliinniikk TTeekknnoollooggii PPeerrttaanniiaann MMeenndduukkuunngg PPrrooggrraamm SSLL--PPTTTT PPrroovviinnssii AAcceehh Abdul Azis dan Basri A. Bakar

503

diseminasi, alih teknologi hasil penelitian dan pengkajian untuk menampung dan upaya pemecahan masalah, menyediakan inovasi teknologi pertanian bagi pengguna baik petani maupun stakeholders lainnya.

Untuk mendapatkan masukan dalam pemecahan masalah dan penyediaan inovasi teknologi pertanian dilakukan analisis terhadap keadaan awal (situasi) inovasi pertanian di tingkat petani mencakup beberapa aspek: (1) praktek usaha tani sebelumnya; (2) kebutuhan teknologi; (3) inovasi yang tersedia di tingkat petani; dan (4) norma dari sistem sosial. Berdasarkan kondisi terhadap aspek-aspek di atas serta potensi ketersediaan sumber daya alam, maka dirakit komponen teknologi yang akan diintroduksi serta model pengawalannya.

Pelaksanaan kegiatan klinik teknologi pertanian dilakukan berdasarkan adanya program dan kebutuhan daerah serta berdasarkan isu yang berkembang di lapangan terutama dalam mendukung program pemerintah pusat tentang SL-PTT padi, kedelai, jagung dan kacang tanah di masing-masing kabupaten yang ada di Provinsi Aceh. Namun, untuk tahun 2010 BPTP hanya mampu menanggapi isu dua komoditas yaitu padi dan kacang tanah. Untuk mengetahui sejauh mana isu yang berkembang tersebut serta informasi yang merupakan kebutuhan dari masyarakat, maka dilakukan sebuah studi yang disebut dengan pengenalan wilayah secara partisipatif, yaitu Participatory Rural Appraisal (PRA).

Dalam kegiatan ini dilakukan studi terhadap potensi, kendala, dan peluang yang ada di suatu wilayah serta komponen teknologi yang sudah ada dan berkembang di tingkat masyarakat tersebut. Kegiatan survei partisipatif ini dilakukan dengan melibatkan tim kerja yang berasal dari berbagai disiplin ilmu; untuk menghimpun data informasi digunakan narasumber dari berbagai elemen masyarakat. Kegiatan ini sangat penting karena semua keputusan dan rekomendasi yang akan digunakan adalah berdasarkan hasil pleno atau suara terbanyak dari narasumber yang hadir pada saat proses pengambilan keputusan.

Dalam hal transfer teknologi dari BPTP sebagai sumber teknologi maka dalam kegiatan klinik teknologi pertanian ini lebih mengarah kepada penerapan komponen teknologi dengan pola pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi, kedelai, jagung, dan kacang tanah. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya di lapangan kegiatan klinik teknologi pertanian ini diharapkan dapat berdampingan dengan kegiatan SL-PTT yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan oleh BPTP, sedangkan tenaga yang terlibat di lapangan sebagai pengawal teknologi akan dilakukan kerja sama dengan pihak pemerintah kabupaten, yaitu para penyuluh yang ada di kecamatan baik yang sudah PNS maupun para penyuluh kontrak.

Ruang lingkup kegiatan dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: identifikasi lokasi, perakitan komponen teknologi, penyiapan materi informasi, pengumpulan data, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, dan pelaksanaan temu wicara.

Kegiatan diseminasi transfer teknologi dilaksanakan Januari hingga Desember 2010 meliputi; pembuatan demplot pengenalan beberapa varietas unggul padi dan kacang tanah, pendistribusian media informasi kepada petani anggota gapoktan, serta diskusi ilmiah melalui kegiatan temu wicara. Tabel 1. Lokasi dan jenis kegiatan Klinik Teknologi Pertanian mendukung Program SL-PTT

No. Lokasi Jenis kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

Aceh Besar Pidie Pidie Jaya Aceh Barat Daya Aceh Selatan

Pengenalan beberapa varietas unggul padi sawah Temu lapang pengendalian hama dan penyakit terpadu dan pendistribusian media informasi Temu lapang pengendalian hama dan penyakit terpadu dan pendistribusian media informasi Pengenalan beberapa varietas unggul kacang tanah Pengenalan beberapa varietas unggul kacang tanah

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 504

HASIL DAN PEMBAHASAN

Melalui kegiatan Klinik Teknologi Pertanian BPTP NAD telah merespon dua isu pertanian yang ada di tingkat petani dalam bentuk kegiatan dengan tema yaitu: (1) Introduksi teknologi penggunaan beberapa varietas unggul padi di Kabupaten Aceh Besar; dan (2) Introduksi teknologi penggunaan beberapa varietas unggul kacang tanah di Kabupaten Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan.

Introduksi Beberapa Varietas Unggul Padi di Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar

Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang merupakan unggulan bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia tidak terkecuali di Provinsi Aceh, karena sebagian besar masyarakat di Indonesia ini mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok yang belum bisa tergantikan dengan bahan pangan lainnya. Namun, sampai saat ini usaha peningkatan produksi padi secara rata-rata nasional masih menjadi dilema dan stagnasi selama beberapa tahun terakhir.

Rata-rata produksi padi di Provinsi Aceh adalah 4,2 t/ha. Bila dilihat dari rata-rata potensi hasil padi menurut deskripsi dan produksi padi yang pernah dicapai dari hasil penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian padi, hasil ini masih jauh lebih rendah karena hasil yang diperoleh pada lembaga-lembaga riset telah mencapai 8,6 t/ha (BPTP NAD, 2009).

Kondisi seperti ini cenderung diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya intensitas pertanaman pada beberapa daerah, penggunaan varietas padi yang berkualitas masih rendah, adanya kekeringan yang berkepanjangan, bencana banjir, serangan hama, dan penyakit serta masih rendahnya inovasi paket teknologi. Kecenderungan seperti ini mungkin hanya sebagian kecil yang dapat diatasi, karena sebagian besar lainnya adalah diakibatkan oleh faktor bencana alam, namun yang dapat diperbaiki adalah yang berhubungan dengan faktor inovasi teknologi.

Inovasi teknologi merupakan suatu hal yang sangat mendesak untuk dapat dilaksanakan di seluruh wilayah usaha tani, karena dengan inovasi teknologi telah terbukti dapat memperbaiki peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, namun ini baru sebagian kecil yang telah menerapkannya. Sebagai salah satu contoh adalah dengan melaksanakan uji adaptasi terhadap beberapa varietas unggul padi, dan kacang tanah, hasil dari uji adaptasi ini akan diperoleh beberapa varietas yang adaptif dan berproduksi tinggi pada wilayah tersebut untuk dapat dilanjutkan pengembangannya di tingkat petani.

Pada tahun 2010 Balai Pengkajian Teknolgi Pertanian Aceh melalui kegiatan Klinik Teknologi Pertanian melakukan uji adaptasi beberapa varietas unggul padi dan kacang tanah dalam rangka mendukung program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah di Provinsi NAD. Melalui kegiatan ini diharapkan benih yang berkualitas di tingkat petani menjadi tersedia walaupun pada luasan yang terbatas.

Di samping penggunaan varietas unggul yang bermutu, rekayasa sistem tanam juga dapat memberikan peningkatan produksi tanaman padi. Rekayasa sistem tanam yang dimaksud adalah penanaman padi sistem legowo. Sistem legowo dapat memberikan peningkatan produksi melalui bertambahnya jumlah populasi tanaman dan juga melalui pemanfaatan sinar matahari secara maksimal, mengurangi serangan hama tikus, serta memudahkan dalam pemeliharaan.

Kondisi Pola Tanam Padi

Sebagian besar penduduk di Aceh Besar adalah merupakan petani padi dengan pola tanam yang sangat sederhana, sarana irigasi pada lahan sawahnya cukup tersedia. Ada beberapa sumber air irigasi yang mengairi lahan sawah di wilayah ini antara lain irigasi Krueng Jreuh. Namun, pola tanam padi yang sering dilakukan di sini masih menggunakan sistem tanam tandur jajar, jarak tanam 20 cm x 20 cm dan belum sepenuhnya melakukan pemupukan. Kendala lain adalah tingginya tingkat serangan hama keong mas yang sangat sulit untuk dikendalikan oleh petani, sehingga petani harus menanam padi di atas umur 21 hari setelah semai (hss). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman padi umur muda di bawah 15 hss dapat meningkatkan jumlah anakan tanaman padi sehingga produksi tanaman juga dapat meningkat (Tamrin, 2010).

IInnttrroodduukkssii MMeellaalluuii KKlliinniikk TTeekknnoollooggii PPeerrttaanniiaann MMeenndduukkuunngg PPrrooggrraamm SSLL--PPTTTT PPrroovviinnssii AAcceehh Abdul Azis dan Basri A. Bakar

505

Hasil penelitian Tamrin (2010) menunjukkan bahwa penanaman bibit muda umur 8 hari setelah tanam jumlah anakan dapat mencapai 24,60 anakan, jumlah anakan produksi 19,12 anakan dan produksi per hektar dapat mencapai 8,01 t/ha, sedangkan pada penanaman bibit umur 16 hari setelah tanam jumlah anakan adalah 22,79 anakan, jumlah anakan produksi 17,68 anakan dan produksi per hektar dapat mencapai 7,66 t/ha. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya kegiatan demplot pengenalan beberapa varietas unggul padi dan sistem tanam legowo ini dapat memberikan peningkatan kesejahteraan bagi petani padi khususnya di wilayah kegiatan demplot.

Peran BPTP NAD dan Introduksi Teknologi

BPTP NAD sebagai motor penggerak Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di daerah memiliki kapasitas untuk mengembangkan dan menerapkan inovasi teknologi di bidang tanaman padi. Inovasi teknologi yang diterapkan adalah penggunaan varietas unggul padi yang berkualitas, penanaman padi sistem legowo, dan pemupukan spesifik lokasi.

Dalam pelaksanaan kegiatan, peneliti, penyuluh, dan teknisi BPTP NAD didampingi oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang bertugas di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Seulimum. Kemampuan teknis yang dimiliki oleh penyuluh lapangan sangat mendukung dalam upaya perbaikan lahan dan introduksi bibit unggul tersebut.

Inovasi teknologi pertanian di tingkat petani adalah sangat penting dilakukan serta perlu diawasi oleh peneliti dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang ada di daerah agar tidak terjadi kesalahan di dalam penerapan inovasi baru kepada masyarakat. Setiap teknologi yang dihasilkan oleh UPT Badan Libang Pertanian harus segera didiseminasikan kepada petani pengguna sehingga teknologi tersebut cepat berkembang dan dapat menyentuh sampai lapisan masyarakat tani.

Tugas diseminasi ini dilaksanakan oleh BPTP melalui penyuluh, baik penyuluh yang ada di BPTP maupun penyuluh yang ada BPP tempat pelaksanaan kegiatan demplot. Di samping itu, peneliti bertugas mengawasi jalannya kegiatan diseminasi hasil penelitian tersebut.

Adapun jenis teknologi yang diintroduksi pada kegiatan demplot varietas unggul padi ini adalah: (1) penggunaan padi yang berasal dari varietas unggul bermutu dan berkualitas (benih bersertifikat), (2) penerapan sistem tanam legowo 2 : 1, dan 4 : 1, di mana selama ini belum pernah diterapkan di tingkat petani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman sistem legowo dengan menggunakan padi varietas unggul yang berkualitas dapat meningkatkan produksi sampai 20%. Hal ini apabila faktor lain dalam keadaan normal artinya tidak adanya gangguan dari hama dan penyakit serta kondisi tanah cukup baik. Oleh karena itu, diharapkan melalui introduksi teknologi budi daya padi pada kegiatan demplot ini dapat memberikan peningkatan produktivitas padi dan kesejahteraan petani.

Temu Wicara

Untuk mentransfer teknologi dan menerima umpan balik (feed back) dari petani dilakukan kegiatan temu wicara. Temu wicara ini dilaksanakan pada akhir kegiatan yaitu pada saat panen. Pelaksanaan temu lapang ini disesuaikan dengan kegiatan panen perdana sehingga hasil yang diperoleh dapat disosialisasikan kepada peserta. Peserta yang hadir pada kegiatan temu lapang ini adalah pejabat dari pemerintah kabupaten, peneliti, penyuluh, pengusaha, dan petani.

Peserta yang hadir pada acara temu lapang kegiatan klinik teknologi pertanian ini berjumlah 70 orang terdiri dari peserta dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Besar 2 orang, Penyuluh Pertanian Lapangan 10 orang, mewakili unsur Muspika Kecamatan Seullimum, yaitu Kepala Polisi Sektor Seulimum 1 orang, Camat Kecamatan Selimum 1 orang, dan selebihnya adalah petani yang berada di sekitar wilayah kegiatan ini.

Pada kegiatan temu lapang ini telah dilakukan panen perdana terhadap demplot padi kegiatan Klinik Teknologi Pertanian. Panen perdana ini dilakukan oleh Kepala BPTP NAD yaitu Ir. T. Iskandar M.Si, Kapolsek Kecamatan Seulimum, mewakili Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kecamatan Seulimum. Hasil pengambilan ubinan terhadap kegiatan demplot padi dengan introduksi teknologi

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 506

sistem tanam legowo 2 : 1 dan 4 : 1 menunjukkan bahwa perkiraan produksi padi per hektar untuk sistem legowo 2 : 1 mencapai 8,6 ton, sedangkan untuk sistem tanam 4 : 1 produksi padi per hektar mencapai 8,1 ton/ha.

Hasil produksi ubinan kegiatan demplot padi klinik teknologi pertanian ini telah memberikan harapan yang cerah bagi petani untuk masa yang akan datang, karena selama ini hasil padi yang diperoleh dengan penerapan pola tanam sistem tandur jajar dengan jarak tanam 20 x 20 cm hanya memperoleh hasil 5-6 t/ ha. Demikian juga apabila dibandingkan dengan rata-rata produksi padi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hanya mencapai 4,2 t/ha, namun dengan menerapkan sistem tanam sistem legowo 2 : 1 dan 4 : 1 produksi padi dapat meningkat menjadi 8,1 t/ha sampai 8,6 t/ha.

Dalam arahannya Kepala BPTP NAD menyampaikan dalam upaya peningkatan produksi padi ada dua hal yang perlu diperbaiki; pertama faktor internal (genetis) dan yang kedua adalah faktor lingkungan (faktor luar). Faktor genetis berhubungan dengan ketersediaan benih yang bermutu. Hal ini dapat ditempuh melalui penggunaan benih yang bersertifikat. Benih bersertifikat ini dapat diperoleh Balai Besar Penelitian Padi (BB-Padi) Sukamandi atau juga benih yang dijual di pasar yang diproduksi oleh perusahaan benih seperti PT Pertani dan PT Shang Hyang Sri dan juga perusahan perbenihan lainnya.

Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi produksi padi adalah ketersediaan air irigasi, ketersediaan unsur hara bagi tanaman baik yang tersedia di dalam tanah maupun yang ditambahkan melalui pupuk, ada tidaknya gangguan hama dan penyakit tanaman serta perbaikan sistem tanam (penerapan sistem tanam legowo). Kelebihan pada sistem tanam legowo ini adalah jumlah populasinya lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem tanam 20 cm x 20 cm dan juga pemanfaatan sinar matahari lebih maksimal melalui peningkatan jumlah tanam pinggir, sehingga akan mempengaruhi hasil produksi yang diperoleh.

Sementara itu, Kapolsek Kecamatan Seulimum pada kesempatan ini juga berharap kepada pihak BPTP, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Aceh Besar agar terus melakukan pembinaan dan pengawalan terhadap keberlangsungan pembangunan sektor pertanian khususnya di wilayah Kecamatan Seulimum agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani Kecamatan Seulimum.

Hasil Inovasi Teknologi

Introduksi pengenalan beberapa varietas unggul padi sawah dan penanaman sistem legowo di Desa Batee Lee, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar dapat memberikan beberapa perubahan kepada petani pengguna teknologi di antaranya adalah perubahan pemahaman terhadap inovasi teknologi introduksi dan perubahan pendapatan yang berasal dari peningkatan produksi padi bila dibandingkan dengan penanaman sebelumnya.

Dari segi pemahaman petani terhadap keuntungan penggunaan varietas unggul padi sawah dan penanaman sistem legowo sudah terlihat bahwa sebahagian petani sudah mulai berminat dan tertarik untuk menggunakan benih unggul dan berkualitas serta inovasi penanaman sistem legowo. Hal ini disebabkan oleh karena produksi yang diterima petani setelah menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan oleh BPTP ini produksi padi meningkat menjadi 8,6 t/ha Cigeulis dengan sistem tanam legowo 2 : 1 dan 8,1 t/ha untuk varietas Ciherang dengan sistem tanam legowo 4 : 1 (hasil ubinan) sementara hasil sebelumnya hanya mencapai 5-6 t/ha. Hasil seperti ini jauh lebih tinggi dari pada yang mereka peroleh selama ini dengan menggunakan benih lokal dan sistem tanam tegel 20 cm x 20 cm.

Adanya peningkatan produksi padi pada sistem legowo dan menggunakan benih unggul bermutu dari 8,1 sampai 8,6 t/ha diakibatkan karena pada penanaman sistem legowo populasinya lebih banyak, penggunaan sinar matahari lebih maksimal serta dapat mengurangi gangguan tikus, kemudian juga dengan menggunakan benih unggul dan bermutu adalah karena kemurnian varietasnya lebih tinggi, daya tumbuhnya di atas 90%, anakan lebih banyak serta kekuatan tumbuh lebih tinggi sehingga pertumbuhan dan produksinya juga akan lebih baik.

IInnttrroodduukkssii MMeellaalluuii KKlliinniikk TTeekknnoollooggii PPeerrttaanniiaann MMeenndduukkuunngg PPrrooggrraamm SSLL--PPTTTT PPrroovviinnssii AAcceehh Abdul Azis dan Basri A. Bakar

507

Introduksi Varietas Unggul Kacang Tanah di Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Aceh Selatan

Kacang tanah (Arachis hypogaea L) termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan). Sebagai bahan makanan, kacang tanah sangat banyak digemari sebagai makanan ringan. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanaman kacang tanah membutuhkan curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Apabila hujan terlalu tinggi akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan juga akan dapat meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah (Marzuki, 2002). Suhu udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kacang tanah adalah sekitar 28-32

oC. Apabila suhu

udara di bawah 10 oC maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan tanaman menjadi kerdil.

Kelembaban udara yang dibutuhkan adalah berkisar antara 65-75% (Marzuki, 2002), sedangkan penyinaran matahari penuh sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi kacang tanah, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan besarnya biji dan polong kacang.

Dari segi nilai gizi yang dikandungnya, kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting di Indonesia. Luas pertanamannya menempati urutan 4 setelah padi, jagung, dan kedelai. Kebutuhan kacang tanah dalam negeri cukup besar, dari 634 ribu ton menjadi 807,3 ribu ton (meningkat 4,4%) per tahun (Adisarwanto, 1999). Produksi kacang tanah di Indonesia untuk tanah sawah 0,6–1,2 ton/ ha, sedang lahan kering 1,2–1,8 ton/ ha, sementara produksi kacang tanah di Provinsi Aceh adalah 1,2 t/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Aceh, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi kacang tanah dapat mencapai 1,8 ton/ha.

Dalam meningkatkan produksi juga dituntut untuk tetap menjaga lingkungan agar tidak rusak sehingga produksi bisa lestari (Subandiasa, 1997). Faktor yang menghambat pengembangan kacang tanah di Indonesia adalah belum ada program khusus seperti intensifikasi maupun ekstensifikasi yang direkomendasikan, kemudian kacang tanah dianggap komoditas sekunder karena memerlukan biaya relatif tinggi (Harsono, 1995). Upaya untuk meningkatkan produksi kacang tanah dengan perluasan areal memanfaakan lahan kering yang belum dikelola secara optimal, memanfaatkan limbah pertanian sebagai pupuk untuk menekan biaya produksi serta pengelolaan tanaman secara baik. Kebiasaan usaha tani yg dikelola adalah dengan pemberian pupuk kimia yang terus meningkat kebutuhannya, sehingga menurunkan produktivitas tanah (Sukarman et al., 2000).

Kondisi Pola Tanam Kacang Tanah

Budi daya kacang tanah yang selama ini diterapkan petani di Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya adalah masih sangat tradisional, masih menggunakan varietas lokal yang produksinya cenderung lebih rendah. Rata-rata produksi kacang tanah untuk wilayah Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya baru mencapai 1,2 t/ha, sementara hasil penelitian oleh Balai Penelitian Kacang –Kacangan dan BPTP produksi kacang tanah telah mencapai 2 t/ha. Hal ini karena varietas lokal yang digunakan petani ini sudah mengalami degradasi secara genetis. Varietas ini sudah digunakan secara turun temurun dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kemurnian genetisnya sudah menurun. Hal seperti ini dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan untuk berproduksi dari kacang tanah yang berasal dari varietas lokal.

BPTP NAD sebagai motor penggerak (prime mover) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di daerah memiliki kapasitas untuk mengembangkan dan menerapkan inovasi teknologi di bidang tanaman kacang tanah. Inovasi teknologi yang diterapkan adalah penggunaan varietas kacang tanah yang unggul, penanaman kacang tanah yang disertai dengan pemupukan berimbang, pemupukan kapur, penggunaan Rhizobium, pengendalian gulma serta hama dan penyakit.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini melibatkan peneliti, penyuluh, dan teknisi BPTP NAD didampingi oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang bertugas di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Labuhan Haji Barat dan Kecamatan Susoh. Kemampuan teknis yang dimiliki oleh penyuluh lapangan sangat mendukung dalam upaya perbaikan pola pikir dalam proses introduksi inovasi teknologi penggunaan varietas unggul.

Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan demplot ini pihak BPTP NAD menyediakan semua saprodi dan bahan pendukung yang dibutuhkan selama kegiatan demplot ini berlangsung, termasuk juga upah kerja mulai dari persiapan lahan sampai dengan pelaksanaan panen. Dengan demikian, tidak ada kendala lagi dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 508

Introduksi Teknologi

Inovasi teknologi yang dikembangkan pada kegiatan demplot kacang tanah ini adalah introduksi beberapa varietas unggul kacang tanah yang berasal dari Balai Penelitian Kacang–Kacangan dan Umbi (Balitkabi), Malang dan penggunaan Rhizobium serta pemberian kapur sebagai pupuk pada budi daya kacang tanah. Pemberian Rhizobium dan kapur pada pertanaman kacang tanah di kalangan petani jarang sekali dilakukan. Hal ini karena petani belum mengetahui fungsi dan manfaat dari penggunaan Rhizobium dan kapur. Rhizobium dapat memperbanyak jumlah bintil akar, sedangkan kapur berfungsi untuk meningkatkan jumlah polong yang bernas.

Varietas unggul kacang tanah yang diintroduksi adalah terdiri dari varietas Tuban, Jerapah, Singa, Kelinci, dan Kancil. Sebagai pembanding digunakan varietas lokal yang biasa ditanam oleh petani selama ini.

Hasil Inovasi Teknologi

Introduksi inovasi teknologi pengenalan beberapa varietas unggul kacang tanah di Kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya memberikan beberapa perubahan pemahaman terhadap petani pengguna, karena di samping menimbulkan adanya minat petani untuk mengembangkan varietas unggul kacang tanah juga tertarik akan potensi produksi kacang tanah yang diperkenalkan.

Tabel 2. Rata-rata produktivitas kacang tanah pada demplot kacang tanah kegiatan klinik teknologi pertanian mendukung program SL-PTT

No. Varietas Produksi (kg/ha)

Aceh Barat Daya Aceh Selatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Tuban

Jerapah

Singa

Kelinci

Kancil

Lokal

800

750

810

780

820

710

775

770

800

720

810

650

Rata-rata hasil kacang tanah pada kegiatan demplot Klinik Teknologi Pertanian ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata potensi produksi menurut deskripsi dan rata-rata hasil kacang tanah di Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya. Hal ini disebabkan oleh karena pada saat kegiatan demplot ini curah hujan pada kedua lokasi kegiatan ini cukup tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya penggenangan lahan demplot selama 2-3 hari sehingga akan mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. Penggenangan ini terjadi sekitar bulan kedua dan ketiga setelah tanam.

Hasil pengamatan terhadap proses adopsi inovasi teknologi yang diperkenalkan sampai akhir kegiatan demplot memang belum menunjukkan adanya adopsi teknologi yang signifikan dari petani khususnya terhadap komoditas kacang tanah. Hal ini karena hasil yang diperoleh belum menggambarkan hasil akibat dari adanya inovasi teknologi yang seutuhnya, namun hasil yang diperoleh ini adalah merupakan hasil akibat dari adanya gangguan terhadap proses produksi seperti bencana alam hujan lebat sehingga menggenangi lahan demplot. Namun demikian, petani masih berminat untuk mengembangkan kacang tanah terutama terhadap varietas yang diperkenalkan tersebut.

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) di Kabupaten Pidie Jaya Kabupaten Pidie

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi hasil pertanian dewasa ini di samping akibat telah terjadinya degradasi kesuburan lahan, perubahan iklim serta adanya gangguan serangan

IInnttrroodduukkssii MMeellaalluuii KKlliinniikk TTeekknnoollooggii PPeerrttaanniiaann MMeenndduukkuunngg PPrrooggrraamm SSLL--PPTTTT PPrroovviinnssii AAcceehh Abdul Azis dan Basri A. Bakar

509

hama dan penyakit terhadap tanaman. Serangan hama dan penyakit yang cukup berat dapat menyebabkan tanaman menjadi puso terutama padi. Pada kondisi ini tanaman gagal untuk berproduksi atau yang sering disebut dengan gagal panen. Kejadian seperti ini dapat terjadi pada luasan yang sangat luas dan akan mengganggu persediaan pangan.

Pengetahuan terhadap jenis hama dan serangannya oleh para petani masih sangat rendah, sehingga dirasa sangat perlu untuk disosialisasikan melalui wadah pendidikan petani, karena dengan mengetahui hal ini maka akan sangat membantu tindakan pengendalian di lahan petani. Secara umum banyak petani yang belum mengetahui tentang jenis hama dan bentuk serangannya ini sehingga perkembangan hama dan penyakit yang terjadi sangat sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu ini diharapkan petani dapat lebih memahami jenis-jenis hama yang ada di pertanaman serta bentuk serangannya, sehingga memudahkan di dalam pengendalian hama penyakit ini.

Hasil Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu

Sekolah lapang adalah merupakan sarana pembelajaran bagi petani bersama anggota kelompok taninya terhadap apa saja permasalahan yang sering dihadapi selama pelaksanaan usaha taninya. Permasalahan tersebut meliputi kondisi kesuburan tanah, ketersediaan saprodi serta adanya gangguan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan gagal dalam penerimaan produksi.

Sekolah lapang ini dilaksanakan di lahan petani Desa Dayah Gampong Pisang Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, sedangkan untuk Kabupaten Pidie Jaya sekolah lapang dilaksanakan di Desa Dayah Kruet, Kecamatan Meurah Dua. Peserta adalah berasal dari petani dan penyuluh yang ada di wilayah tersebut. Jumlah peserta yang ikut dilatih ini adalah 75 orang, sedangkan yang lainnya adalah penyuluh dan peneliti dari BPTP NAD. Metode pembelajaran yang disampaikan adalah melalui penyampaian materi dan peninjauan ke lapangan untuk memperkenalkan beberapa hama dan contoh tanaman yang terserang penyakit.

Materi yang disampaikan adalah terutama terhadap gangguan hama wereng yang sudah menjadi isu nasional dan cara pencegahannya serta kebijakan dalam pengendalian hama wereng, kemudian juga materi tentang pengendalian hama tikus di lahan sawah dengan menggunakan cara-cara yang aman dan tidak merusak lingkungan.

Untuk menghimpun masukan dari petani pengguna teknologi diadakan forum diskusi antara petani, tokoh masyarakat, petugas lapangan (PPL) dengan peneliti dan penyuluh dari BPTP NAD. Dalam diskusi ini berkembang beberapa masalah lain yang pada kenyataannya merupakan permasalahan yang perlu ditangani seperti adanya gangguan penyakit blas dan penyakit sundep pada saat musim hujan. Dalam pertemuan ini terlihat adanya minat dan motivasi petani yang sangat tinggi dalam menguasai pengetahuan tentang hama dan penyakit.

Distribusi Materi Diseminasi

Hasil penelitian dan pengkajian akan berguna dan bermanfaat bagi pengguna (petani) apabila petani berminat, tertarik dan selanjutnya mau melaksanakannya, tetapi apabila hasil penelitian ini tidak diminati oleh petani oleh karena berbagai hal maka hasil penelitian dan pengkajian tersebut tidak ada manfaatnya. Agar hasil penelitian dan pengkajian tersebut dapat diadopsi oleh petani (pengguna) maka perlu didiseminasikan melalui berbagai media informasi seperti brosur, poster, leaflet, siaran radio dan film/video. Dari beberapa media informasi ini dalam pendistribusian media ke petani perlu disesuaikan dengan sumber daya petani yang akan menggunakan media tersebut sehingga proses adopsi inovasi teknologi yang diharapkan akan lebih maksimal. Hasil pengalaman menunjukan bahwa media informasi berupa film/video merupakan media informasi yang paling disenangi oleh petani dan paling cepat diadopsi petani.

Pada kegiatan ini media informasi yang didistribusikan adalah dalam bentuk leaflet. Hal ini karena keterbatasan anggaran di dalam penyediaan media. Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan lebih lanjut dari peneliti dan penyuluh agar transfer inovasi teknologi ini dapat dengan cepat diadopsi oleh petani.

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 510

Tabel 3. Daftar distribusi materi diseminasi pada kegiatan klinik teknologi pertanian mendukung program SL-PTT

No. Nama Gapoktan Alamat Jenis media Jumlah

I. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Aceh Selatan Lhueng Mane Lhueng Bate Ingin Jaya Sepakat Tani Blang Cut Gunung Weuh Indah Bukit Barisan Setia Kawan BateeTimoh Padang Jawi Ingin Sejahtera Berkat Yakin Rajawali I Rajawali II Gaya Baru Ladang Baru Suka Makmur Rindu Jaya Maju Bersama I Surya Indah Yakin I Yakin II Sejahtera I Tunas Baru Hikmat Tan

Tutong, Labuhan Haji Barat Tutong, Labuhan Haji Barat Tutong, Labuhan Haji Barat Tengah Iboh Tengah Iboh Peulokan Peulokan Peulokan Ujung Padang Ujung Padang Kuta Iboh Kuta Iboh Blang Poroh Blang Poroh Blang Baru Blang Baru Pulo Ie Pante Geulima Kuta Trieng Kuta Trieng Panton Pawoh Panton Pawoh Padang Bakau Bakau Hulu Manggis Harapan

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

II. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

Aceh Barat Daya Karya Tani Beusabe Rata Perak Indah Ingin Jaya Sepakat Jaya Karya Indah I Usaha Maju Bersama Sabe Mufakat Makmu Beusare Tawah Nek

Desa Palak Hulu, Susoh Desa Gadang, Susoh Pante Perak, Susoh Cot Mancang, Susoh Lhang, Setia Tangan-Tangan Cut, Setia Pisang, Setia Pisang, Setia Mon Mameh, Setia Kedai Paya, Blangpidie

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

11. 12. 13. 14. 15. 16.

Karya Jaya Karya Makmur Karya Tani Jagat Raya Reformasi Hudep Beusaree

Kedai Paya, Blangpidie Alue Manggota, Blangpidie Gudang, Jumpa Cot Mane, Jumpa PadangGeulumpang, Jumpa Ladang Neubok, Jumpa

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Permata I Tanijaya Cita rasa Sumber Karya Sajan tamita Tunas Muda II Sabe-Sabena Beringin Jaya Jeumpa Putra II

Suak Nibong, Tangan-Tangan Drien Jalo, Tangan-Tangan Bineh Krueng, Tangan-Tangan Padang Bak Jok, Tangan-Tangan Padang Kawa, Tangan-Tangan Gunung Cut, Tangan-Tangan Ie Lob, Tangan-Tangan Adan, Tangan-Tangan Padang Bak Jeumpa, Tangan-Tangan

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

III. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

Aceh Besar Harapan Jaya Lhok Awee Geutanyoe Beuk Makmu Ingin Maju Udep Beusaree Ulee Gajah Baro Lon Bina Ingin Maju Ingin Berkembang

Lampisang Dayah Lampisang Teungoh Lampisang Tunong Capeung Dayah Capeung Baroh Blang Tingkeum Lam Apeing Ateuk Kayee Adang Lamcarak

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

IInnttrroodduukkssii MMeellaalluuii KKlliinniikk TTeekknnoollooggii PPeerrttaanniiaann MMeenndduukkuunngg PPrrooggrraamm SSLL--PPTTTT PPrroovviinnssii AAcceehh Abdul Azis dan Basri A. Bakar

511

Tabel 3. Lanjutan

No. Nama Gapoktan Alamat Jenis media Jumlah

IV. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Pidie Sepakat Baro tabina Tunas Barona Udep Saree Jasa Lampoh Blang Makmue Beusaree Udep saree Seupakat Mekar sari Harapan tani Maju Saree Bina Bersama Bina Makmur Dama Asoe Nanggroe Bina Harapan Bahagia Hudep Beusaree Nibong Jaya Beudoh baro

Beutong Periak, sakti Kp Pisang Bucue Lameue baro Riweuk Paloh Jeureulah Leupeum Mesjid Lhok Empeh Periak Baro Mns Blang Beucue Pante Krueng Cot Sukon Jurong Pante Murong Lhok Cot Cantek Balue Kulu KP Cot Lameue Lueng Mali Cot Pulo Keureumbok

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

V. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pidie Jaya Seulatan Jaya Budoh Beusare Mitana Harapan Tanoh Itam Tamah Muda I Tamah Muda II Panton Pupu

Tunong, Pante Raja Teungoh Lhok Puuk Muka Blang Muka Blang Rambong, Meurudu Rambong Kulam

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Dama Sejahtera Dama Puteh Damar Raya Belimbing Raya Dama raya I Belimbing Jaya Panton Kulat Mamie Panton Rata Cot Trieng I Langkah Baro Batee Labong

Mulieng Mulieng Mulieng Mulieng Mulieng Mulieng Rumpuen Lampoh Lada Lampoh Lada Lampoh Lada Lampoh Lada Glp. Tunong

Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet Leaflet

10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl. 10 ekspl.

KESIMPULAN DAN SARAN

Introduksi inovasi penggunaan varietas unggul dan sistem tanam legowo 2:1 dan 4:1 dapat memberikan kenaikan produksi padi di Desa Batee Lee, Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar bila dibandingkan dengan hasil rata-rata sebelumnya yang diperoleh petani.

Introduksi inovasi pengenalan varietas unggul kacang tanah tidak dapat memberikan hasil yang maksimal, diakibatkan oleh karena pada pelaksanaan kegiatan tersebut telah terjadi bencana alam banjir, sehingga hasil yang diperoleh tidak menunjukkan kemampuan produksi yang sebenarnya.

Pelayanan terhadap 100 gapoktan pada 5 kabupaten dilakukan terhadap Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Selatan, dan Aceh Barat Daya sepenuhnya dilakukan melalui distribusi media informasi, kemudian sebagiannya dilakukan pelayanan melalui kegiatan demplot dan Sekolah Lapang Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu.

Klinik Teknologi Pertanian mendukung program SL-PTT merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka transfer teknologi hasil pertanian. Namun demikian kegiatan ini perlu mendapat dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ketersediaan tenaga penyuluh di lapangan.

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial 512

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya. Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Gunawan et al. 2005. Peran dan Aktivitas Klinik Teknologi Pertanian di Provinsi Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Lahan Kering, Bengkulu 11-12 Nopember 2005. Kerja sama PSE Bogor dan Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Harsono, A. 1995. Budi Daya Kacang Tanah Lahan Tegalan dan Lahan Kering, Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Jaya, R. et al. 2007. Laporan Akhir Kegiatan Klinik Teknologi Pertanian BPTP NAD TA. 2007, Banda Aceh. (belum dipublikasi).

Jaya, R. et al. 2008. Laporan Akhir Kegiatan Klinik Teknologi Pertanian BPTP NAD TA.2008, Banda Aceh. (belum dipublikasi).

Kasim. H dan Djunainah. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Palawija, Jagung, Sorghum, Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian, 1918 - 1982. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 55 hlm.

Marzuki, A.R. 2002. Bertanam Kacang Tanah. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. 43 hlm.

Novarianto R. et al. 2004. Pedoman Umum Klinik Teknologi Pertanian, BPTP Sulawesi Utara. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Sumarno. 1987. Teknik Budi Daya Kacang Tanah. Sinar Baru, Bandung. 79 hlm.

Tamrin. 2010. Efek Jarak Tanam, Umur Bibit dan Jumlah Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.). Thesis Magister Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam Banda Aceh.