international monetary fund (imf); peran program kebijakan bantuan terhadap pemulihan ekonomi di...

16
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Krisis finansial Asia yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand pada masa itu telah memengaruhi mata uang , bursa saham , dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia, sebagian Macan Asia Timur . Indonesia, yang sering menyebut peristiwa ini krisis moneter/“krismon”, adalah negara yang paling parah terkena dampaknya, selain Korea Selatan dan Thailand . Di negara-negara ini pun International Monetary Fund (IMF) “bermain”, mendesak liberalisasi penuh rekening modal, datang dan membuka paket bantuan penyelamatan. Di saat negara-negara ini berharap IMF dapat menjadi “messiah” yang menyelamatkan mereka dari keterpurukan ekonomi, di saat itu pulalah IMF menjadi “broken messiah”; perusahaan keuangan terbesar Thailand Finance One bangkrut, bursa saham Seoul jatuh 7,2%, dan rupiah bersama Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan September 1997. Oleh para pemrotes antiglobalis, politikus negara berkembang, dan ekonomis pemenang Hadiah Nobel, IMF pun menjadi “Global Scapegoat Number One(meminjam istilah Kenneth Rogoff, 2003). I. 2. Masalah Sampai 1996, Asia termasuk Korea Selatan menarik hampir setengah dari aliran modal negara berkembang. Korea Selatan pun pada masa itu merupakan ekonomi terbesar ke-11 dunia dengan dasar makroekonomi yang bagus. Namun, sektor banknya dibebani pinjaman tak-bekerja. Hutang berlebihan menuntun ke kegagalan besar dan pengambil-alihan. Bantuan IMF yang identik dengan pemikiran neoliberalisme malah semakin menjatuhkan perekonomian Korea Selatan. I. 3. Identifikasi Masalah Apakah yang membuat Korea Selatan termasuk yang paling parah terkena dampak krisis finansial Asia 1997 serta apakah bantuan IMF dengan prasyarat-prasyarat neoliberalnya benar-benar merupakan hal yang justru membuat perekonomian Korea Selatan makin terpuruk. I. 4. Tujuan Penulisan Dalam pembuatan makalah ini, penulis ingin mengetahui tentang awal mula krisis finansial Asia dan penyebarannya, sebab-sebab terjadi krisis, pemicu krisis di Korea Selatan, serta program bantuan IMF di Korea Selatan. I. 5. Hipotesis Kami berpendapat bahwa liberalisasi penuh rekening modal adalah salah satu penyebab krisis finansial Asia termasuk di Korea Selatan dan bahwa bantuan IMF dengan prasyarat- prasyarat neoliberalnya bukanlah resep yang baik bagi pemulihan ekonomi Korea Selatan.

Upload: tangguh

Post on 27-Jul-2015

1.857 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Krisis finansial Asia yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand pada masa itu telah memengaruhi mata uang, bursa saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia, sebagian Macan Asia Timur. Indonesia, yang sering menyebut peristiwa ini krisis moneter/“krismon”, adalah negara yang paling parah terkena dampaknya, selain Korea Selatan dan Thailand. Di negara-negara ini pun International Monetary Fund (IMF) “bermain”, mendesak liberalisasi penuh rekening modal, datang dan membuka paket bantuan penyelamatan. Di saat negara-negara ini berharap IMF dapat menjadi “messiah” yang menyelamatkan mereka dari keterpurukan ekonomi, di saat itu pulalah IMF menjadi “broken messiah”; perusahaan keuangan terbesar Thailand Finance One bangkrut, bursa saham Seoul jatuh 7,2%, dan rupiah bersama Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan September 1997. Oleh para pemrotes antiglobalis, politikus negara berkembang, dan ekonomis pemenang Hadiah Nobel, IMF pun menjadi “Global Scapegoat Number One” (meminjam istilah Kenneth Rogoff, 2003).Sampai 1996, Asia termasuk Korea Selatan menarik hampir setengah dari aliran modal negara berkembang. Korea Selatan pun pada masa itu merupakan ekonomi terbesar ke-11 dunia dengan dasar makroekonomi yang bagus. Namun, sektor banknya dibebani pinjaman tak-bekerja. Hutang berlebihan menuntun ke kegagalan besar dan pengambil-alihan. Bantuan IMF yang identik dengan pemikiran neoliberalisme malah semakin menjatuhkan perekonomian Korea Selatan.Apakah yang membuat Korea Selatan termasuk yang paling parah terkena dampak krisis finansial Asia 1997 serta apakah bantuan IMF dengan prasyarat-prasyarat neoliberalnya benar-benar merupakan hal yang justru membuat perekonomian Korea Selatan makin terpuruk.Dalam pembuatan makalah ini, penulis ingin mengetahui tentang awal mula krisis finansial Asia dan penyebarannya, sebab-sebab terjadi krisis, pemicu krisis di Korea Selatan, serta program bantuan IMF di Korea Selatan.Kami berpendapat bahwa liberalisasi penuh rekening modal adalah salah satu penyebab krisis finansial Asia termasuk di Korea Selatan dan bahwa bantuan IMF dengan prasyarat-prasyarat neoliberalnya bukanlah resep yang baik bagi pemulihan ekonomi Korea Selatan.

TRANSCRIPT

Page 1: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

BAB IPENDAHULUAN

I. 1. Latar BelakangKrisis finansial Asia yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand pada masa itu telah

memengaruhi mata uang, bursa saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia, sebagian Macan Asia Timur. Indonesia, yang sering menyebut peristiwa ini krisis moneter/“krismon”, adalah negara yang paling parah terkena dampaknya, selain Korea Selatan dan Thailand. Di negara-negara ini pun International Monetary Fund (IMF) “bermain”, mendesak liberalisasi penuh rekening modal, datang dan membuka paket bantuan penyelamatan. Di saat negara-negara ini berharap IMF dapat menjadi “messiah” yang menyelamatkan mereka dari keterpurukan ekonomi, di saat itu pulalah IMF menjadi “broken messiah”; perusahaan keuangan terbesar Thailand Finance One bangkrut, bursa saham Seoul jatuh 7,2%, dan rupiah bersama Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan September 1997. Oleh para pemrotes antiglobalis, politikus negara berkembang, dan ekonomis pemenang Hadiah Nobel, IMF pun menjadi “Global Scapegoat Number One” (meminjam istilah Kenneth Rogoff, 2003).

I. 2. MasalahSampai 1996, Asia termasuk Korea Selatan menarik hampir setengah dari aliran modal

negara berkembang. Korea Selatan pun pada masa itu merupakan ekonomi terbesar ke-11 dunia dengan dasar makroekonomi yang bagus. Namun, sektor banknya dibebani pinjaman tak-bekerja. Hutang berlebihan menuntun ke kegagalan besar dan pengambil-alihan. Bantuan IMF yang identik dengan pemikiran neoliberalisme malah semakin menjatuhkan perekonomian Korea Selatan.

I. 3. Identifikasi MasalahApakah yang membuat Korea Selatan termasuk yang paling parah terkena dampak krisis

finansial Asia 1997 serta apakah bantuan IMF dengan prasyarat-prasyarat neoliberalnya benar-benar merupakan hal yang justru membuat perekonomian Korea Selatan makin terpuruk.

I. 4. Tujuan PenulisanDalam pembuatan makalah ini, penulis ingin mengetahui tentang awal mula krisis

finansial Asia dan penyebarannya, sebab-sebab terjadi krisis, pemicu krisis di Korea Selatan, serta program bantuan IMF di Korea Selatan.

I. 5. HipotesisKami berpendapat bahwa liberalisasi penuh rekening modal adalah salah satu penyebab

krisis finansial Asia termasuk di Korea Selatan dan bahwa bantuan IMF dengan prasyarat-prasyarat neoliberalnya bukanlah resep yang baik bagi pemulihan ekonomi Korea Selatan.

Page 2: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

BAB IITELAAH PUSTAKA

II. 1. International Monetary Fund (IMF)IMF adalah suatu organisasi internasional yang terdiri atas 185 negara anggota. IMF

didirikan untuk memajukan kerjasama moneter, stabilitas kurs, dan tertib rencana pertukaran internasional; untuk memupuk pertumbuhan ekonomi dan menekan tingkat pengangguran; dan untuk menyediakan bantuan finansial temporer kepada negara-negara untuk membantu meringankan penyesuaian neraca pembayaran. Sejak IMF didirikan, tujuannya tetap tidak berubah, tetapi cara-cara beroperasinya, yang mencakup pengawasan, bantuan finansial, dan bantuan teknis, telah berkembang untuk memenuhi kebutuhan negara-negara anggotanya yang berubah-ubah dalam suatu ekonomi dunia yang terus berkembang.1

Kerja IMF mencakup tiga jenis utama. Pengawasan meliputi monitoring terhadap perkembangan ekonomi dan finansial, dan ketentuan nasihat kebijakan, ditujukan khususnya terhadap pencegahan krisis. IMF juga memberikan pinjaman kepada negara-negara yang memiliki kesulitan memenuhi neraca pembayarannya, menyediakan pembiayaan temporer dan mendukung kebijakan yang ditujukan untuk memperbaiki masalah-masalah pokok dasar; hutang kepada negara-negara dengan pendapatan rendah juga ditujukan khususnya untuk mengurangi kemiskinan. Ketiga, IMF memberikan bantuan teknik dan training dalam berbagai bidang keahlian. Untuk mendukung ketiga aktivitas tersebut IMF mengadakan berbagai riset ekonomi dan kerja statistik. Dalam tahun-tahun belakangan ini, sebagai bagian dari usahanya untuk memperkuat sistem finansial internasional, dan untuk meningkatkan efektivitasnya dalam mencegah dan meresolusi krisis, IMF telah mempergunakan kerja pengawasan dan bantuan-bantuan teknisnya untuk mengembangkan standar-standar dan kode-kode kerja baik dalam wilayah tanggung jawabnya, dan untuk memperkuat sektor finansial. IMF juga ikut berperan dalam melawan money laundering dan terorisme.

Dewan Gubernur (Board of Governors), badan pembuat keputusan tertinggi di IMF, terdiri dari satu gubernur dan satu gubernur alternatif untuk masing-masing negara anggota. Gubernur ditunjuk oleh negara anggota dan biasanya merupakan menteri keuangan atau gubernur bank sentral. Seluruh kekuasaan dalam IMF diberikan kepada Dewan Gubernur. Dewan Gubernur dapat mendelegasikan seluruh kekuasaannya kepada Dewan Eksekutif, kecuali beberapa kekuasaan cadangan. Dewan Gubernur normalnya bertemu sekali dalam setahun. Kuota dan kekuatan voting para anggota IMF bervariasi dalam hal-hal tertentu mengenai Departemen Umum (General Department) dengan penggunaan sumber-sumber IMF dalam Departemen tersebut.2

II. 2. NeoliberalismeNeoliberalisme mengusung kebebasan “kekuatan pasar” dan peran negara yang minimal

dalam kehidupan ekonomi, menggusur formula Keynesian yang mengusulkan intervensi negara dalam perekonomian untuk melancarkan daur bisnis. Kekuatan negara untuk meregulasi pasar dikikis demi efisiensi dan produktivitas. Kekuatan modal menguasai

1 http://www.imf.org/external/about.htm diakses pada 13 Oktober 2008 11:362 http://www.imf.org/external/np/sec/memdir/members.htm#3, last updated: September 26,

2008, diakses pada 13 Oktober 2008 11:36

Page 3: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

perilaku intervensioner negara dan kekuatan kolektif organisasi pekerja. Terkait globalisasi, neoliberalisme menekankan tentang batas-batas nasional yang makin tidak relevan terhadap perilaku dan pengorganisasian kegiatan ekonomi. Ia berfokus pada perkembangan perdagangan bebas, kapasitas perusahaan transnasional untuk keluar dari regulasi politik dan yurisdiksi legal nasional, dan liberalisasi modal dari pembatas nasional dan teritorial. Namun, Scott Burchill et al. (1996) mengungkapkan beberapa tinjauan terhadap teori tersebut.

Neoliberalisme menekankan relevansi kontemporer prinsip-prinsip perdagangan bebas demi maksimalisasi pertumbuhan ekonomi dan terciptanya kompetisi yang akan membawa efisiensi penggunaan resources, sumber daya manusia, dan modal. Hal ini didasarkan pada teori “keuntungan komparatif” yang mengecilkan self-sufficiency nasional dengan menyerukan agar negara melakukan spesialisasi atas barang dan jasa yangf dapat mereka produksi dengan biaya paling murah, kemudian saling menukar dengan barang yang diproduksi lebih murah di tempat lain. Karena seluruh barang diproduksi dengan efisien menurut mekanisme harga, produksi kemakmuran menjadi maksimal. Burchill mengritik relevansi teori keuntungan komparatif bahwa (1) teori tersebut dipikirkan pada masa-masa di mana terdapat kontrol nasional terhadap pergerakan modal, (2) bentuk perdagangan internasional telah berubah secara dramatis beberapa dekade terakhir, serta (3) peraturan-peraturan yang menyokong perdagangan multilateral di era pascaperang telah terkikis secara

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

000003

Page 4: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

mantap. Lagipula, perdagangan bebas telah menjadi senjata ideologis nonresiprokal untuk meregulasi pembangunan ekonomi masyarakat subordinat.

Burchill juga mempertanyakan tentang kedaulatan dan investasi asing. Jumlah modal tak diregulasi yang diliberalisasi telah mengubah hubungan antara negara dan pasar. Kredit, investasi, dan uang kini mengalir di seluruh dunia dengan lebih bebas daripada komoditas. Untuk menarik investasi asing ke negaranya, pemerintah akan menawarkan iklim investasi paling baik sehingga komunitas investasi asing memiliki pengaruh signifikan dalam pembuatan kebijakan. Padahal, pasar keuangan ada hanya untuk memaksimalkan kemakmuran mereka sendiri, bukan untuk kaum miskin, tunawisma, kaum lemah, dan mereka yang hak-hak asasi manusianya dicabut oleh pemerintah mereka sendiri. Setelah bebas dari rintangan dan kontrol negara serta dapat memilih lokasi paling menguntungkan bagi modalnya, komunitas investasi asing akan menjadikan perkembangan ekonomi negara-bangsa di seluruh dunia homogen. Negara akan dikemudikan oleh efek penyebut umum terendah untuk mereduksi regulasi, standar, gaji, dan kondisi kerja mereka agar tampak menarik bagi komunitas investor, yang mereka sebut “daya saing internasional”. Tuntutan liberalisasi uang dan jasa membuat bank-bank transnasional dapat menggantikan bank-bank domestik sehingga sulit bagi ekonomi yang sedang berkembang untuk membuat perencanaan ekonomi.3

II. 3. IMF, Structural Adjustment Programs (SAPs), dan NeoliberalismeSeiring meningkatnya krisis hutang yang menerpa negara-negara berkembang, IMF

mencanangkan sebuah doktrin yang dikenal dengan sebutan Structural Adjustment Programs (SAPs) dalam setiap program bantuannya. SAPs identik dengan pemikiran neoliberalisme yang berorientasi pada mekanisme pasar bebas, liberalisasi perdagangan, dan penolakan campur tangan negara terhadap aspek ekonomi. Implementasi SAPs disebut conditionality (prasyarat), yang butir-butirnya terkait deregulasi, privatisasi, strategi orientasi ekspor untuk memicu pertumbuhan ekonomi, serta kebijakan fiskal ketat.

Untuk menjelaskan proses pemulihan ekonomi di Korea Selatan, Hengky Gongkon Sirait (2004) menggunakan perspektif neoliberalisme. Hal ini disebabkan program bantuan IMF di Korea Selatan dengan prasyarat yang direkomendasikannya mencerminkan nilai-nilai neoliberalisme. Butir-butir prasyarat yang terkandung dalam doktrin SAPs antara lain sebagai berikut.

1. Kebijakan ekonomi

• Kebijakan fiskal dan moneter ketat untuk meredam depresiasi dan inflasi dengan mempertinggi tingkat suku bunga, menaikkan pajak, pemotongan atau penghapusan subsidi, dan pemotongan pada anggaran belanja negara

• Kebijakan ekonomi berorientasi ekspor untuk meningkatkan cadangan devisa negara

• Liberalisasi sistem keuangan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan membuka pasar keuangannya bagi masuknya modal asing

2. Reformasi struktural (kebijakan terkait perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi yang diyakini menjadi penyebab di balik masalah-masalah yang dihadapi negara)

• Penegakan iklim transparansi dan keterbukaan dalam pengelolaan perekonomian untuk meminimalkan kecurangan-kecurangan yang terjadi sehingga efisiensi tercipta

3 Scott Burchill et al., Theories of International Relations (Macmillan Press Ltd, 1996), 54-63

Page 5: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

• Restrukturisasi dan privatisasi perusahaan maupun lembaga-lembaga perbankan agar efisiensi tercipta dan anggaran pengeluaran negara dapat dikurangi

• Deregulasi kebijakan ekonomi yang berorientasi nilai-nilai pasar bebas4

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc

4 Hengky Gongkon Sirait, Pemulihan Ekonomi di Korea Selatan dan Indonesia: Implementasi Program Kebijakan Bantuan IMF terhadap Krisis Ekonomi (1997-2000), (Depok: Universitas Indonesia, 2004), 22-26

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

000005

Page 6: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

00000

Page 7: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

BAB IIIPEMBAHASAN

III.1 Krisis Finansial Asia dan Krisis yang Menimpa Korea SelatanIII. 1. 1. Awal Mula Krisis dan PenyebaranSejak 1970-an, Thailand mengalami boom dalam perekonomiannya selama hampir tiga

puluh tahun, sehingga apa yang dibangun pada akhirnya melebihi daya serap permintaannya. Perkembangan tersebut dipicu oleh ketersediaan dana yang melimpah dan nilai tukar baht yang stabil, sehingga Thailand mengalami gelembung ekonomi. Tetapi, Thailand memiliki “current account deficit”, sehingga utang luar negeri Thailand menjadi sangat cepat menggelembung. Para spekulan pun mulai mengumpulkan sumber dayanya untuk melakukan serangan terhadap perekonomian negara tersebut. Dalam menghadapinya, Bank of Thailand sebagai bank sentral Thailand melakukan intervensi dengan sterilisasi di pasar valuta asing, tetapi para spekulan tidak juga jera. Akhirnya, Bank of Thailand menggunakan pembatasan pemberian kredit kepada pihak luar (non-resident) dalam bentuk apapun pada 15 Mei 1997, memisahkan pasar untuk mata uang baht menjadi pasar di dalam negeri dan pasar offshore, mengurangi gerak para spekulan luar negeri. Namun, penduduk maupun perusahaan-

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

000007

Page 8: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

perusahaan Thailand tetap melakukan pembelian dollar besar-besaran pada waktu terjadi krisis politik sehingga melemahkan cadangan devisa bank sentral dan melemahkan posisi mata uang baht. Akhirnya, Bank of Thailand mengambangkan mata uang baht pada 2 Juli 1997.5

Currency speculators pun akhirnya menyebar dan menghantam Malaysia, Korea Selatan, Filipina, dan Indonesia karena adanya dampak spillover sebagai akibat dari keterkaitan perdagangan (trade linkages) di mana devaluasi di suatu negara akan berimbas kepada partner dagangnya.6 Indonesia dan Korea Selatan termasuk yang mengalami kerusakan yang paling parah karena krisis tersebut. Pemerintah Indonesia membuat Contingency Plan dalam menghadapi serangan yang disiapkan para spekulator. Pada 11 Juli 1997 pemerintah memperlebar rentang nilai tukar, namun mata uang rupiah dengan cepat melemah dan mendekati batas bawah rentang nilai tukar. Pemerintah mulai melakukan berbagai langkah pengetatan likuiditas, namun serangan gencar para spekulator membuat perdagangan valuta mulai menipis dan membuat nilai rupiah mudah terpengaruh hanya dengan pergerakan kecil saja. Pada akhirnya, Bank Indonesia melakukan intervensi langsung di pasar valuta di berbagai sektor. Hingga pada 15 Agustus 1997 pemerintah melakukan langkah pengambangan mata uang pada saat cadangan devisa masih banyak, menyebabkan nilai rupiah dengan cepat menurun drastis. Kepercayaan masyarakat pun menjadi sangat menurun sehingga mereka memindahkan simpanan dari bank-bank lokal kepada bank-bank yang dipandang lebih baik, menyebabkan terjadinya fenomena-fenomena flight to quality dan flight to safety. Fenomena tersebut akhirnya menyebabkan perbankan Indonesia menjadi sangat lemah untuk menghadapi krisis selanjutnya. Gelembung ekonomi Indonesia pun pecah dan melemahkan perbankan Indonesia secara sangat signifikan.7

Sementara krisis yang terjadi di Korea Selatan sungguh sulit dipahami karena kemajuannya begitu pesat dalam lebih dari tiga puluh tahun sebelum krisis. Bahkan, selama tiga tahun terakhir sebelum krisis, pertumbuhan ekonominya amat mencengangkan (1994 sebesar 8,4%, 1995 sebesar 9,0%, dan 1996 sebesar 7,1%). Korea Selatan baru menyadari serangan dari para spekulan saat Taiwan melakukan depresiasi mata uangnya pada 18 Oktober 1997, karena Korea Selatan merupakan saingan dagang Taiwan. Langkah pemerintah Korea Selatan menaikkan batas atas kepemilikan investor asing di bursa saham Korea Selatan pun tidak disambut antusias oleh investor asing, bahkan yang terjadi adalah pelepasan saham asing di bursa Korea Selatan. Bank of Korea sebagai bank sentral Korea Selatan mencoba menahan serangan para spekulan melalui berbagai langkah intervensi. Namun, ternyata cadangan devisa yang dimiliki Bank of Korea seakan-akan hanya gelembung saja karena digunakan oleh cabang-cabang di luar negeri untuk memenuhi berbagai penarikan dana. Sementara itu, data utang pemerintah Korea Selatan yang tidak sempurna benar akhirnya menghadapkan Korea Selatan pada suatu jatuh tempo pinjaman luar negeri sebesar US$115 miliar pada 1998.8

III. 1. 2. Sebab-sebab Terjadi KrisisJoseph E. Stiglitz (2002) meyakini bahwa faktor tunggal terpenting yang membawa

5 Cyrillus Harinowo, IMF: Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), 203-205

6 Syamsul Hadi, et al. Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF (Jakarta: Granit, 2004), 367 Cyrillus Harinowo, op. cit., 248 Ibid., 207

Page 9: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

kepada krisis finansial Asia adalah liberalisasi penuh rekening modal, hal yang didesak IMF dan Departemen Keuangan Amerika Serikat. Negara-negara di Asia Timur tidak membutuhkan modal tambahan karena tingkat tabungan yang tinggi, namun liberalisasi rekening modal didesak kepada mereka pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Menurut Stiglitz, liberalisasi rekening modal yang terlalu sering berarti risiko tanpa ganjaran. Bahkan apabila suatu negara memiliki bank yang kuat, pasar saham yang matang, dan institusi-institusi lain yang tidak dimiliki negara-negara Asia, ia tetap berisiko sangat besar. Menurutnya, arus modal bersifat prosiklis, yaitu modal mengalir keluar dari suatu negara ketika resesi, ketika negara tersebut paling membutuhkannya, dan mengalir masuk ketika boom economy, memperberat tekanan inflasi. Sehingga, liberalisasi pasar modal tidak akan dapat meningkatkan stabilitas ekonomi suatu negara. Lagipula, peminjaman spekulatif adalah sumber utama instabilitas ekonomi dan menaikkan bubble economy, yang pasti meledak dan mengakibatkan ekonomi crash. Sehingga, dibutuhkan kontrol pasar modal.9

III. 1. 3. Pemicu Krisis di Korea SelatanMenurut Stephan Haggard dan Jongryn Mo (2000), terdapat dua kelompok faktor-faktor

9 Joseph E. Stiglitz, Globalization and Its Discontents (New York: W.W. Norton & Company, Inc., 2002), 99

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

000009

Page 10: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

politik yang menyumbang kepada krisis di Korea Selatan, yaitu (1) kombinasi liberalisasi selektif dengan hubungan dekat antara pemerintah-bank-bisnis, yang menambah boom investasi dan leverage yang berlebihan yang membuat perekonomian Korea Selatan mudah diserang goncangan eksternal, dan (2) ketidakpastian politik pada tahun pemilihan umum, dilipatgandakan fitur sistem partai, yang menciptakan penundaan respon terhadap masalah di sektor finansial dan urusan dengan IMF. Penundaan inilah yang pada akhirnya nanti menambah lama dan kedalaman krisis.10

Kalau Haggard dan Mo melihat pemicu krisis di Korea Selatan secara internal (domestik), Michael R. King (2001) justru memandangnya secara eksternal. Menurutnya, krisis di Korea Selatan dipicu oleh bank-bank komersial Jepang yang mengurangi keterbukaan mereka kepada Asia sebagai respon terhadap masalah yang baru muncul di Thailand dan Korea Selatan. Lembaga-lembaga perbankan Jepang telah melemah sama sekali setelah kolapsnya bubble real estate dan pasar saham di Jepang pada 1990. Sebagai pemberi pinjaman terbesar di Asia dan kreditor kunci di Thailand, bank-bank Jepang memberi sinyalemen perubahan pada sentimen terhadap bank-bank komersial asing yang juga menarik peminjaman mereka. Arus modal ini memicu devaluasi di Thailand pada pertengahan 1997 dan di Korea pada akhir 1997.11

III. 2. Program Bantuan IMF di Korea SelatanHengky Gongkon Sirait (2004) mengungkapkan bahwa prasyarat kebijakan moneter dan

fiskal ketat yang direkomendasikan IMF terhadap Korea Selatan menyebabkan kondisi ekonomi Korea Selatan semakin terpuruk: nilai mata uang (kurs) Won semakin terdepresiasi, cadangan devisa semakin menipis, dan biaya sosial yang harus ditanggung olehnya—seperti semakin tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan serta instabilitas politik—semakin besar. Namun, menurut Sirait, dalam interaksinya dengan IMF, peran aktif pemerintah Korea Selatan dalam aspek sosial-politik menyebabkan kondisi stabil tetap terjaga dan peran aktif pemerintah dalam aspek ekonomi menyebabkan sektor dunia usaha cepat bangkit kembali, sehingga apabila dikomparasi dengan Indonesia yang sama-sama mengalami krisis Asia dan meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis di negaranya, Korea Selatan lebih cepat pulih dari krisis.12

Menjelang krisis, sektor finansial khususnya perbankan Korea Selatan berada dalam kondisi lemah dengan fenomena over-investment (investasi melebihi tabungan domestik) pada era 1990-an. Pada 1995, investasi sekitar 37% berbanding 36% tabungan domestik di Korea Selatan, memicu terjadinya kredit macet sektor perbankan di kedua negara tersebut. Sebagian besar investasi dibiayai hutang jangka pendek, dari total hutang US$ 158 miliar, hutang jangka pendek sekitar 67%. Rasio antara hutang jangka pendek dengan cadangan devisa sebesar 3. Kredit perbankan banyak terkonsentrasi pada sektor properti, sekitar 15%, sehingga jumlah kredit macet pada sektor perbankan berkisar 16%, menambah rentan kondisi sektor

10 Stephan Haggard dan Jongryn Mo, “The Political Economy of the Korean Financial Crisis” dalam Review of International Political Economy, Vol. 7, No. 2 (Summer, 2000), pp. 197-218, Taylor & Francis, Ltd., 197-218

11 Michael R. King, “Who Triggered the Asian Financial Crisis?” dalam Review of International Political Economy, Vol. 8, No. 3 (Autumn, 2001), pp. 438-466, Taylor & Francis, Ltd., 438-466

12 Hengky Gongkon Sirait, op. cit., v-vi

Page 11: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

finansial. Korea Selatan juga mengalami defisit neraca pembayaran sebesar 4,7% PDB serta depresiasi nilai mata uang sebesar 41,6% dalam kurun waktu Juni 1997 hingga Januari 1998.13

Ketika krisis melanda Korea Selatan, IMF mengirim misi ke Korea Selatan pada 26 November 1997. Setelah melalui perundingan marathon dipimpin oleh Hubert Neiss, disetujui suatu bantuan IMF sebesar US$ 21 miliar. Total dana bantuan bagi Korea Selatan sebesar US$ 57 miliar untuk jangka waktu 3 tahun, yang pencairan dana selanjutnya dilakukan secara bertahap sesuai kemajuan dalam pelaksanaan program. Program bantuan IMF diikuti dengan prasyarat yang harus dijalankan seperti secara formal termuat dalam Letter of Intents (LoI), kesanggupan pemerintah Korea Selatan melakukan langkah-langkah reformasi ekonomi yang termuat dalam LoI. Langkah-langkah reformasi ekonomi (LoI) di Korea Selatan pada 3 Desember 1997 di antaranya adalah sebagai berikut.14

1. Kebijakan makroekonomi berupa fiskal dan moneter ketat dengan menaikkan tingkat suku bunga bank, menaikkan pajak pemerintah (perluasan penarikan pajak nasional), dan memperkecil pengeluaran anggatan belanja pemerintah untuk menekan inflasi dan mencegah nilai mata uang won agar tidak semakin terdepresiasi terhadap dollar AS

13 Ibid., 68-7114 Ibid., 710100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

0000011

Page 12: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

2. Restrukturisasi sektor finansial dengan melakukan kajian ulang tata cara pengaturan cadangan luar negeri yang dimiliki bank sentral, mengawasi banking industry secara ketat, serta membebaskan bank sentral melakukan aktivitasnya

3. Tindak perdagangan terbuka dengan menghapus hambatan-hambatan perdagangan, melakukan liberalisasi terhadap investasi langsung maupun portofolio, meniadakan program diversifikasi impor, menghapus hambatan-hambatan bagi kepemilikan asing di pasar domestik, serta membebaskan investor asing berpartisipasi dalam pasar obligasi

4. Tercapainya kesepakatan dengan para chaebol (konglomerat bisnis)5. Reformasi sektor perburuhan

Menurut Paul Bowles (2002), kebijakan fiskal IMF telah dikritik lantaran tidak ada jangak

dalam pengeluaran Korea Selatan. Bahkan, sejak 1993, Korea Selatan hanya pernah defisit anggaran sekali pada 1996, sekitar 0,1% PDB. Pengetatan anggaran negara hanya akan memperburuk resesi yang dibawa oleh krisis, sebagaimana pada akhirnya terjadi. Memang, pada akhirnya, setelah menyadari kegagalan kebijakannya, IMF memodifikasi beberapa aspek programnya. Namun, kerusakan yang ditimbulkan telah terjadi dan membawa kemunduran.15

Menanggapi program pemulihan ekonomi IMF tersebut, majelis nasional Korea Selatan mengesahkan 19 butir undang-undang reformasi pada 30 Desember 1997, di antaranya sebagai berikut.16

1. Kemandirian bank sentral dalam pelaksanaan tugasnya agar bank sentral dapat mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mengontrol inflasi

2. Penciptaan sebuah badan pengawasan gabungan yang memiliki kekuatan hukum atas seluruh kinerja keuangan dan kemandirian perusahaan

3. Pengamanatan kepada perusahaan-perusahaan untuk membuat laporan audit keuangannya dan mengumumkannya secara resmi

Kebijakan moneter dan fiskal ketat yang disarankan IMF berdampak terhadap semakin terpuruknya perekonomian Korea Selatan. Sejak Korea Selatan menyetujui program pemulihan ekonomi yang tertuang dalam LoI (3 Desember 1997) angka pengangguran semakin meningkat, dari 2,6% ke 3,1% antara Januari dan Desember pada 1997 menjadi 4,5% ke 6,5% antara Januari dan Maret pada 1998. Jumlah pengangguran yang hanya 658 pada Desember 1997 menjadi 1.235 pada Februari 1998. Nilai mata uang won juga semakin terdepresiasi dari 30,8% di minggu pertama mengikuti program menjadi 48,2% sebulan kemudian. Melihat kondisi ekonomi yang semakin terpuruk, pemerintah Korea Selatan meminta IMF untuk mengkaji ulang target pemulihan ekonomi yang direkomendasikannya, karena hal ini berdampak terhadap tingginya biaya sosial yang harus ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan. Akhirnya IMF bersedia mencairkan dananya kembali dan merevisi target surplus fiskal yang dicanangkannya pada LoI yang pertama (surplus sekitar 2% pada 1998). Pada 7 Februari 1998, IMF mengeluarkan revisi LoI dengan target defisit fiskal berkisar 1% dari PDB untuk 1998. Kebijakan ini ditempuh karena semakin melemahnya kondisi ekonomi dan untuk mengantisipasi besarnya biaya yang disebabkan semakin meningkatnya pengangguran.17

15 Paul Bowles, “Asia's Post-Crisis Regionalism: Bringing the State Back in, Keeping the (United) States Out”, dalam Review of International Political Economy, Vol. 9, No. 2 (May, 2002), pp. 230-256, Taylor & Francis, Ltd., 236

16 Hengky Gongkon Sirait, op. cit., 7417 Ibid., 74-75

Page 13: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

Hengky Gongkon Sirait (2004) menutup analisisnya dengan mengungkapkan bahwa peran aktif pemerintah dalam berinteraksi dengan IMF dalam aspek sosial-politik berupa kredibilitas kebijakan pemerintah dan kebijakan pemerintah yang peka terhadap krisis menyebabkan kondisi stabil tetap terjaga. Selain itu, peran aktif pemerintah dalam aspek ekonomi berupa restrukturisasi sektor keuangan dan korporasi secara bijak dan pemulihan ekonomi di korea selatan menyebabkan sektor dunia usaha cepat bangkit kembali. Sehingga, Korea Selatan relatif cepat pulih dari krisis. Namun, penulis tidak akan membahas poin tersebut lebih lanjut.

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

0000013

Page 14: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

BAB IVKESIMPULAN

Setelah arus modal ditarik lembaga-lembaga perbankan Jepang, terjadi devaluasi yang memicu krisis finansial Asia. Liberalisasi penuh rekening modal Korea Selatan menjadi salah satu penyebab krisis di Korea Selatan karena akan menyebabkan modal mengalir keluar dari suatu negara ketika resesi, ketika negara tersebut paling membutuhkannya, dan mengalir masuk ketika boom economy, memperberat tekanan inflasi, sehingga liberalisasi tidak akan dapat meningkatkan stabilitas ekonomi suatu negara. Peminjaman spekulatif adalah sumber utama instabilitas ekonomi dan menaikkan bubble economy, yang pasti meledak dan mengakibatkan ekonomi crash, sehingga dibutuhkan kontrol terhadap pasar modal. Selain itu, kombinasi liberalisasi selektif menambah boom investasi dan leverage yang berlebihan yang membuat perekonomian Korea Selatan mudah diserang goncangan eksternal.

Bantuan IMF yang membawa prasyarat kebijakan moneter dan fiskal ketat ternyata malah menyebabkan kondisi ekonomi Korea Selatan semakin terpuruk: nilai mata uang (kurs) Won semakin terdepresiasi, cadangan devisa semakin menipis, dan biaya sosial yang harus ditanggung olehnya semakin besar.

Page 15: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

DAFTAR PUSTAKA

Burchill, Scott et al. Theories of International Relations. Macmillan Press Ltd, 1996Hadi, Syamsul et al. Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF. Jakarta: Granit, 2004Harinowo, Cyrillus. IMF: Penanganan Krisis & Indonesia Pasca-IMF. Jakarta: Penerbit PT

Gramedia Pustaka Utama, 2004Stiglitz, Joseph E. Globalization and Its Discontents. New York: W.W. Norton & Company,

Inc., 2002

Jurnal IlmiahBowles, Paul. “Asia's Post-Crisis Regionalism: Bringing the State Back in, Keeping the

(United) States Out.” Review of International Political Economy, Vol. 9, No. 2 (May, 2002), pp. 230-256, Taylor & Francis, Ltd.

Haggard, Stephan dan Jongryn Mo. “The Political Economy of the Korean Financial Crisis.” Review of International Political Economy, Vol. 7, No. 2 (Summer, 2000), pp. 197-218, Taylor & Francis, Ltd.

King, Michael R. “Who Triggered the Asian Financial Crisis?” Review of International Political Economy, Vol. 8, No. 3 (Autumn, 2001), pp. 438-466, Taylor & Francis, Ltd.

0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000001009ea40000000001000000180300000000000018030000010000006c00000000000000000000001a0000000f00000000000000000000006d3e00008400000020454d4600000100180300001200000002000000000000000000000000000000f6090000e40c0000d8000000170100000000000000000000000000005c4b030068430400160000000c000000180000000a0000001000000000000000000000000900000010000000600700000f000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000d2ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000011006872110010000000cc7511004c73110052516032cc751100c47211001000000034741100b075110024516032cc751100c47211002000000049642f31c4721100cc75110020000000ffffffffcc43d200d0642f31ffff2500ffff0180ffff01800f020180ffffffff000000000008000000080000d4fba00701000000000000002c01000025000000632e90010008020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c006900620072000000000041007200690061006c00200052006f0075006e00f87211009c38273104000000010000003473110034731100e8782531040000005c731100cc43d2006476000800000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000250000000c00000001000000180000000c00000000000002540000005400000000000000000000001a0000000f0000000100000088870741d1450741000000002c000000010000004c000000040000000000000000000000600700001000000050000000200000001b00000046000000280000001c0000004744494302000000ffffffffffffffff6207000010000000000000004600000014000000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0205007f02040000002e0118001c000000fb020500020000000000bc02000000000102022253797374656d0000000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f0ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000000000000000000000000000000000000000040000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000320a0f00000001000400000000008002050020fe0900040000002d010000040000002d0100000300000

0000015

Page 16: International Monetary Fund (Imf); Peran Program Kebijakan Bantuan Terhadap Pemulihan Ekonomi Di Korea Selatan (1997-2000); Makalah Mata Kuliah Organisasi Internasional

Tesis S2Sirait, Hengky Gongkon. Pemulihan Ekonomi di Korea Selatan dan Indonesia: Implementasi

Program Kebijakan Bantuan IMF terhadap Krisis Ekonomi (1997-2000). Depok: Universitas Indonesia, 2004

Rujukan dari Internethttp://www.imf.org/external/about.htm. (13 Okt. 2008)http://www.imf.org/external/np/sec/memdir/members.htm#3. (13 Okt. 2008)