invaginasi

Download invaginasi

If you can't read please download the document

Upload: andre-prasetyo-mahesya

Post on 03-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

invaginasi

TRANSCRIPT

2PENDAHULUANInvaginasi merupakan keadaan akut suatu gangguan peristaltic usus, dimana suatu segmen usus menjorok masuk ke segmen sebelahnya. Umumnya segmen proximal masuk ke segmen distal. Invaginasi sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak dan bayi sering dijumpai pada usia di bawah 2 tahun dan terbanyak ditemukan pada usia 5-9 bulan. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% tidak diketahui; beberapa kepustakaan menghubungkan dengan hypertrophied peyer's patches akibat infeksi oleh virus, perubahan cuaca atau perubahan pola makanan. Sedangkan invaginasi pada anak yang besar dan orang dewasa penyebabnya adalah suatu kelainan patologis (divertikel Meckel, polip, tumor). Pada referensi lain dikatakan 70% pasien dibawah umur 1 tahun (sering pada usia 6-7 bulan). Insidensi bervariasi dari 1-4 per 1000 kelahiran hidup, dan pria 4 kali lebih banyak daripada wanita. Serta lebih banyak ditemukan pada bayi dengan gizi baik.Kasus invaginasi masuk ke rumah sakit sebagai kasus gawat darurat. Tindakan pertama yaitu mengatasi kekurangan cairan, elektrolit & keseimbangan asam basa.INVAGINASIDEFINISIInvaginasi atau intususepsi adalah suatu keadaan akut saluran cerna dimana suatu segmen usus bagian proximal masuk ke bagian distal yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus strangulasi.Bila disertai strangulasi harus diingat kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Invaginasi hampir selalu terjadi di ileum terminal.Bagian segmen usus yang masuk ke bagian distal disebut intususeptum. Sedangkan bagian usus yang mengandung intususeptum disebut intususipien.Figure 2 - Anatomy of a typical intussusception of ileum into the colon. The leading proximal, small bowel segment (intussusceptum) telescopes into the distal, colon segment (intussuscipens). C. McKee EPIDEMIOLOGI Angka kejadian intususepsi (invaginasi) dewasa sangat jarang , menurut angka yang pernah dilaporkan adalah 0,08% dari semua kasus pembedahan lewat abdomen dan 3% dari kejadian obstruksi usus , angka lain melaporkan 1% dari semua kasus obstruksi usus, 5% dari semua kasus invaginasi (anak-anak dan dewasa), sedangkan angka-angka yang menggambarkan angka kejadian berdasarkan jenis kelamin dan umur belum pernah dilaporkan, sedangkan segmen usus yang telibat yang pernah dilaporkan Anderson 281 pasien terjadi pada usus halus (Jejunum, Ileum), 7 pasien ileocolica, 12 pasien cecocolica dan 36 colocolica. Hampir 70 % kasus invaginasi terjadi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun (Bisset et all, 1988) sedangkan Orloff mendapatkan 69% dari 1814 kasus pada bayi dan anak-anak umur kurang dari 1 tahun (Cohn 1976). Chairl Ismail 1988 mendapatkan insiden tertinggi dicapai pada anak-anak umur antara 4 sampai dengan 9 bulan. Perbandingan antara laki-laki dan wanita adalah 2:1. Insidensi tertinggi dari inttususepsi terdapat pada usia dibawah 2 tahun (Ellis 1990). Orloof mendapatkan 69% dari1814 kasus pada anak-anak terjadi pada usia kurang dari 1 tahun (Cohn 1976). Pada bayi dan anak-anak intususepsi merupakan penyebab kira-kira 80-90% dari kasus obstruksi. Pada orang dewasa intususepsi lebih jarang terjadi dan diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 5% dari kasus obstruksi.ANATOMIUsus halus merupakan tabung komplek, berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup, panjang usus halus sekitar 12 kaki/ sekitar 3,6 meter. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proximalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya semakin berkurang sampai sekitar 2,5 cm. Usus halus mencakup duodenum, jejunum dan ileum. Ia bertanggung jawab bagi sebagian besar panjang saluran pencernaan dan luas permukaan mukosanya yang luas merupakan tempat absorpsi bahan makanan, air dan mineral yang memungkinkan pemeliharaan normal, pertumbuhan dan perkembangan.Sepertiga proximal usus halus terdiri dari jejunum, 2/3 yang berikut merupakan ileum. Tak ada batas pasti antara bagian usus halus. Sepertinya terlihat perubahan bertahap dari ketebalan dinding usus yang menurun dengan lebih jauh ke distal usus. Lebar lumen juga mengikuti pola serupa. Sehingga obstruksi lebih mudah timbul dalam ileum distalis dibandingkan jejunum proximalis.Figure 1 - Anatomy of the digestive tract Ada perbedaan antara usus halus proximal dan distal dalam mesenterium, yaitu pada mesenterium jejunum lemak yang terkandung di antara lembaran berakhir tepat sebelum batas usus dalam area Bering dan pembuluh darah dapar terlihat. Kalau pada ileum, lemak terbentang sampai dinding usus sehingga pembuluh darah sulit dilihat. Usus halus mesenterika seluruhnya dilayani oleh a. mesenterika superior melalui 12 -15 cabang yang membentuk arcades yang kemudian menimbulkan arteri lurus yang menyilang mesenterium langsung ke dinding usus.Dinding usus halus di bagi dalam 4 lapisan :Tunica Serosa.Terdiri dari jaringan ikat longgar yang dilapisi oleh mesotel.Tunica Muscularis. Dua selubung otot polos tidak bergaris membentuk tunica muskularis usus halus. Lapisan ini paling tebal di dalam duodenum dan berkurang dalamnya kearah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan dalamnya stratum sirkulare. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak di antara kedua lapisan otot ini.Tela Submukosa. Tela Submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara tunika muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak dibawah mukosa. Dalam ruang ini berjalan jalinan pembuluh darah halus dan pembuluh limfe. Juga ditemukan neuroplexus Meissner.Tunica Mukosa.Tunica mukosa usus halus, kecuali pars superior duodenum tersusun dalam lipatan sirkuler tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa. Masing-masing lipatan ini ditutup dengan tonjolan, vili.Lipatan dan vili lebih banyak di dalam jejunum dibandingkan di dalam ileum, sehingga bertanggung jawab lebih besar permukaan absorbsi dalam bagian usus ini.Ada dua area dalam tingkatan submukosa dan bagian spesifik usus halus :Plaque peyer Plaque peyer terutama berada di dalam ileum dan lebih banyak ke distal. Ia terdiri dari agregasi lymphaticus yang dikelilingi oleh plexus lymphaticus di atas permukaan mesenterica usus.Glandula BrunnerGlandula Brunner ada hampir seluruhnya di dalam duodenum, tetapi di dalam jejunum proximal ia terdapat di proximal dan menurun dengan penuaan. Usus besar terdiri dari sekum, kolon dan rectum, panjangnya sekitar 1,5 meter, terbentang dari ileum terminalis sampai anus. Diameter terbesarnya pada saat kosong 6,5 cm dalam sekum, dan berkurang menjadi 2,5 cm dalam sigmoid. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar ke usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascenden, tranversum, descenden dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan disebut fleksura hepatica dan kiri fleksura lienalis.Dinding kolon terdiri dari 4 lapisan, yaitu:Tunika SerosaMembentuk apendises epiploica, yaitu kantong-kantong kecil yang berisi lemak dan menonjol dari serosa, kecuali pada rectum.Tunika Muscularis Terdiri atas stratum longitudinal di sebelah luar dan stratum circular di sebelah dalam. Stratum circular membentuk m.Sphincter ani internus sedangkan stratum longitudinale membentuk 3 pita yang disebut taenia coli, yang lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga membentuk kolon berlipat-lipat seperti kantong (haustrae). Tela SubmucosaDibentuk oleh jaringan penyambung longgar yang berisi pembuluh darah dan kelenjar getah bening. 4. Tunika MukosaLicin karena tidak mempunyai vili, permukaan dalamnya mempunyai lipatan-Lipatan (plicae mucosae) berbentuk bulan sabit karena tidak mencapai seluruh lingkaran lumen dan dinamakan plicae semilunares.VaskularisasiUsus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesenterika superior (memperdarahi belahan kanan; sekum, kolon ascenden dan duapertiga proximal kolon transversum) akan bercabang ke a.ileokolika, a.kolika dextra. Sedang arteri mesenterika inferior (memperdarahi sepertiga kolon transversum, kolon descenden, sigmoid dan bagian proximal rectum) akan bercabang ke a.kolika sinistra, a.sigmoid, a.hemoroidalis superior.Aliran balik vena dari kolon berjalan parallel dengan arterinya. V.mesenterika superior untuk kolon ascenden dan transversum. Sedang v.mesenterika inferior untuk kolon descenden, sigmoid dan rectum. Rektum disuplai oleh a.hemoroidalis superior (cabang dari a.mesenterika inferior) dan a.hemoroidalis inferior (cabang dari a.pudenda interna). Sedang aliran venanya yaitu v.hemoroidalis superior dan inferior.Aliran LimfeSejalan dengan perdarahannya antara lain kelenjar para kolik, kelenjar dalam mesenterium, kelenjar para aorta pada pangkal a.mesenterika superior dan inferior.Aliran limfe pada rectum yaitu, inguinal, kelenjar iliaka interna, kelenjar para kolik, kelenjar di mesenterium, dan kel.para aorta.PersyarafanUsus besar diperarafi oleh system otonom kecuali sfingter externa diatur secara volunter. Kolon dipersarafi oleh system parasimpatis yang berasal dari n.splannikus dan pleksus presakralis serta serabut yang berasal dari n.vagus. Sedangkan rectum dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari plexus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis L 2-4 serta serabut simpatis yang berasal dari S 2-4.ETIOLOGIPenyebab kebanyakan invaginasi belum diketahui. Berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan dari bayi-bayi dengan invaginasi didapatkan hal-hal sebagai berikut :Adanya penebalan Plaque Peyer akibat suatu proses dari infeksi virus pada usus. Adenovirus ditemukan dari limfonodi mesenterika pada pembedahan dan juga dari biakan permukaan dengan presentase yang lebih tinggi pada anak dengan invaginasi daripada control. Invaginasi pada anak biasanya disebut idiopatik, dimana disebabkan oleh penebalan plaque Peyeri yaitu suatu jaringan limfoid di dinding ileum bagian distal, yang dapat merangsang peristaltic usus sebagai upaya untuk mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan invaginasi.Adanya perubahan flora usus sehingga timbul peristaltic yang meniggi. Perubahan flora memang terjadi pada usia 6-9 bulan sehubungan dengan perubahan pola makan pada bayi.Sedangkan pada anak di atas usia 2 tahun atau orang dewasa umumnya ditemukan pencetus gerakan peristaltic yang berlebihan tersebut, misalnya: polip, divertikel Meckel, limfoma, hemangioma, dan mesenteric hematom.Sekali usus bagian proximal masuk ke bagian usus distal, oleh adanya peristaltic, maka bagian usus proximal ini akan tetap ada dan bahkan lebih jauh masuk dalam usus bagian distal. PATOFISIOLOGIBerbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadinya intususepsi pada dewasa pada intinya adalah gangguan motilitas usus terdiri dari dua komponen yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan satu bagian usus lainya yang terfiksir/atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya, karena arah peristaltik adalah dari oral keanal sehingga bagian yang masuk kelumen usus adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus, pada keadaan khusus dapat terjadi sebaliknya yang disebut retrograd intususepsi pada pasien pasca gastrojejunostomi . Akibat adanya segmen usus yang masuk kesegmen usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding ususPerubahan patologik yang diakibatkan intususepsi terutama mengenai intususeptum. Intususepien biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari intususepien, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi. Pembengkakan dapat sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya bendungan menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah ke dalam lumen. Ulserasi pada dindidng usus dapat terjadi. Sebagai akibat strangulasi tidak jarang terjadi gangren. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami prolaps. Pembengkakan dari intisuseptum umumnya menutup lumen usus. Akan tetapi tidak jarang pula lumen tetap patent, sehingga obstruksi komplit kadang-kadang tidak terjadi pada intususepsi (Tumen 1964).Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik partiil maupun total dan strangulasi (Boyd, 1956). Hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil menyebabkan usus tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal yang menerima (intussucipient) ini kemudian berkontraksi, terjadi edema. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.Invaginasi merupakan keadaan yang potensial berbahaya, karena bukan saja terjadi obstruksi tetapi termasuk jenis strangulasi dimana pembuluh-pembuluh darah dalam mesenterium dari usus bagian proximal yang masuk ke bagian distal (intususeptum) terjepit diantara kedua dinding usus tersebut, sehingga kemungkinan intususeptum mengalami nekrosis. Konstriksi mesenterium menyumbat aliran balik vena; selanjutnya terjadi pembengkakan intususeptum, karena edema dan perdarahan mukosa menyebabkan tinja mengandung darah, kadang mengandung mucus (red currant jelly-selai kismis merah). Pada proses strangulasi tersirat oleh adanya rasa sakit & perdarahan per rectal. Serangan sakit mula-mula hilang timbul kemudian menetap, gelisah sewaktu serangan dan sering disertai rangsangan muntah. Puncak invaginasi dapat berjalan sampai ke kolon tranversum, desenden, sigmoid, bahkan sampai & melewati anus pada kasus yang ditelantarkan. Tanda ini harus dibedakan dari prolaps rectum. Proses obstruksi usus sebenarnya sudah dimulai sejak invaginasi terjadi, tetapi penampilan klinik obstruksi memerlukan waktu. Umumnya setelah 10-12 jam sampai menjelang 24 jam gejala. Right-Hemicolectomy Specimen (External View) Showing the Ileocecal Intussusception. The cecum (C) and ileocecal valve have invaginated into the ascending colon (AC). The dashed lines indicate the appendix. I denotes the terminal ileumKLASIFIKASIIntususepsi dibedakan dalam 4 tipe :Enterik : usus halus ke usus halus(6.7%)Ileosekal : valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari intususepsi.(39 %)Kolokolika : kolon ke kolon.(4.7%)Ileokoloika : ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.(31.5%) DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis:serangan rasa sakit/kholik (Rasa sakit berhubungan dengan passase dari intususepsi). Muntah(Stenosis Pilorus : Encer dan asam ,Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan ,Obstruksi kolon : onset muntah lama)keluarnya darah melalui rektum,terdapatnya masa yang teraba di perutTRIAS INVAGINASI :Anak mendadak kesakitan episodic, menangis dan mengankat kaki (Craping pain), bila lanjut sakitnya kontinyuMuntah warna hijau (cairan lambung)Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa) atau darah (lapisan dalam) currant jelly stoolPemeriksaan FisikUmumnya bayi dalam keadaan sehat, gizi baik. Mungkin beberapa hari sebelumnya terdapat peradangan saluran nafas bagian atas.Pada kasus-kasus yang khas, nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul. Bayi tiba-tiba menangis seperti menahan rasa sakit untuk beberapa saat, kemudian diam, lalu main atau tidur kembali. Sering disertai rangsangan muntah. Muntah berupa minuman atau makanan yang masuk.Beberapa jam kemudian (antara 6-8 jam setelah serangan pertama) bayi defekasi disertai darah segar dan lendir. Selanjutnya defekasi hanya darah dan lendir. Sementara gejala & tanda obstruksi belum tampak, pada pemeriksaan abdomen dapat teraba massa. Bila massa teraba di kanan atau kiri atas maka perabaan pada abdomen kanan bawah terus kosong. Keadaan ini disebut sebagai Dances Sign. Pemeriksaan colok dubur terdapat feses dengan darah segar serta lendir pada sarung tangan.Menjelang 24 jam sejak serangan sakit, usus yang tadinya tersumbat parsial dapat berubah menjadi sumbatan totalis, seperti abdomen yang membuncit dengan terlihat kontur & peristaltic usus. Muntah sudah berwarna hijau, karena mengandung empedu atau sudah fekal. placeCityMassa intra abdomen sulit teraba lagi. Pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginatum, seperti perabaan pada portio yang dikenal sebagai pseudoportio. Sarung tangan hanya terdapat darah dan lendir, tidak ada feses lagi.Pengeluaran cairan yang terus menerus akan menyebabkan dehidrasi yang bila tidak segera ditangani akan menyebabkan syok & mungkin kenaikan suhu tubuh.Pada anak yang menderita malnutrisi, gejala nyeri tidak hebat, gejala obstruksi berjalan menahun & intususeptum dapat prolaps melalui anus.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologis berupa foto polos abdomen memperlihatkan tanda-tanda obstruksi usus halus, kadang-kadang tamapak bayangan menyerupai sosis di bagian tengah abdomen. Pemeriksaan USG menunjukkan doughnat sign atau pseudokidney sign. Dengan enema barium tampak defek pengisian barium yang konveks, barium akan terhenti sementara, bayangan per mobil (coiled spring appearance) apabila barium melingkari intususeptum. Refluks kontras ke dalam ileum adalah tanda satu-satunya bahwa reduksi telah berhasil (Rasad, 2005). Caption:. Note intussusception in the left upper quadrant on this plain film of an infant with pain vomiting. Courtesy of Dr. Kelly Marshall, Children's Healthcare of Atlanta at Scottish Rite. Pic.Type X-RAY A computed tomographic scan revealed air within the wall of the ascending colon and the typical target lesion of a colonic intussusceptions (arrow in Panel B). Foto polos Saussege appearanceGambaran USG InvaginasiReduksi hidrostatikMetode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter dengan tekanan tertentu. Pertama kali keberhasilannya dikemukakan oleh Ladd tahun 1913 dan diulang keberhasilannya oleh Hirschprung tahun 1976.Reposisi barium diikuti oleh X-ray. Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar - 1 meter air, barium didorong ke arah.proksimal. tekanan hidrostatik tidak boleh melewati 1 meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisis hidrostatik.Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan per os akan keluar melalui dubur. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra sepanjang bekas tempat invaginasi Pada saat sekarang ini barium enema yang digunakan untuk prosedur diagnostic, kurang lebih 75% berhasil mereduksi invaginasi. Pemberian sedikit sedative yang cukup sebelum prosedur enema sangat banyak membantu berhasilnya reduksi hidrostatik ini.Indikasi:tidak terdapat gejala & tanda rangsangan peritoneumtidak toksik juga tidak terdapat obstruksi tinggitidak dehidrasigejala invaginasi kurang dari 48 jamkontra indikasi:,distensi abdomen yang berlebihan, invaginasi rekurengejala invaginasi lebih dari 48 jam, peritonitis www.pennhealth.com/intestobstruct_2.html (15) REPOSISI HIDROSTATIKKasus invaginasi masuk RS sebagai kasus gawat darurat. Tindakan pertama yaitu:Tindakan perbaikan keadaan umum mutlak perlu dikerjakan sebelum melakukan tindakan apa pun.Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi & mencegah aspirasi.Rehidrasi. Hati-hati tanda dehidrasi kadang-kadang tidak jelas tampak karena bayi bergizi baik & malah sering gemuk.Obat-obat penenang untuk penahan rasa sakit.Setelah keadaan umum baik dilakukan tindakan pembedahan, bila jelas telah tampak tanda-tanda obstruksi usus. Atau dilakukan tindakan reposisi bila tidak terdapat kontraindikasi.Dasar pengobatan pada invaginasi ialah reposisi usus yang masuk ke lumen usus lainnya. Reposisi dapat dicapai dengan barium enema, reposisi pneumostatik atau melalui pembedahan.PengelolaanMasukan oral dihentikan, penderita diberi cairan intravena dan selanjutkan dilakukan reposisi usus. Bergantung pada keadaan penderita, reposisi dilakukan dengan operasi atau barium enema. Pada operasi, reposisi secara manual dan hasilnya langsung diketahui. Reposisi barium diikuti oleh X-ray, Mula-mula tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar 3/4 meter air, barium didorong ke arah proksimal. Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang diberikan per os akan keluar melalui dubur. Seiring dengan pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra sepanjang bekas tempat invaginasi. Sejak 1876, barium enema sudah dipergunakan untuk pengobatan invaginasi dan hasilnya memuaskan. Hanya sedikit kemungkinan terjadi perforasi walaupun usus telah mengalami gangren, asal tekanan hidrostatik tidak melebihi 1 meter. Demikian pula lamanya perawatan pada reposisi barium lebih pendek daripada operasi. Sebaliknya dengan reduksi manual pada operasi ternyata lebih bersifat traumatik, sehingga lebih mudah terjadi ruptur usus. Dengan kelebihan yang disebut tadi, di Skandinavia reposisi barium lebih banyak digunakan. Survival rate 55%, masing-masing 81% pada umur kurang 1 tahun dan 15% pada usia kurang 3 bulan.Kadang-kadang reposisi barium tidak berhasil, misalnya pada umur kurang 3 bulan dan invaginasi ileo-ileal. Bayangan kontras dalam bentuk cupping tidak mencapai ileum terminalis sehingga memerlukan operasi. Operasi dini tanpa terapi barium dikerjakan bila terjadi perforasi, peritonitis dan tanda-tanda obstruksi. Keadaan ini biasanya pada invaginasi yang sudah berlangsung 48 jam. Demikian pula pada kasus-kasus relapse. Invaginasi berulang 11% setelah reposisi barium dan 3% pada operasi tanpa reseksi usus. Bisanya reseksi dilakukan jika aliran darah tidak pulih kembali setelah dihangatkan dengan larutan fisiologik. Usus yang mengalami invaginasi nampak kebiruan. Pada perawatan ke-2x, dikerjakan operasi tanpa barium enema. Penanganan Lain:1. Pre-operatifPenanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektrolit 2. Durante OperatifReseksi anastosmose segmen usus yang terlibat dengan memastikan lead pointnya. Batas reseksi pada umumnya adalah 10cm dari tepi tepi segmen usus yang terlibat, pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum 30 cm dari lesi, kemudian dilakukan anastosmose end to end atau side to side. Operasi tidak akan dilakukan pada keadaan umum bayi yang jelek. Bayi baru dapat dibius dan dioperasi bila kita sudah yakin perfusi darah ke jaringan sudah baik. Kalau proses penyakit diduga sudah lebih dari 24 jam atau bayi menderita demam maka diharuskan pemberian antibiotik berspektrum luas.Pembedahan sudah dapat dilakukan kalau perfusi jaringan sudah cukup yang dapat diukur secara klinis dari produksi urin, yaitu 0,5 1 ml/kgBB/jam melalui kateter. Kriteria lainnya adalah suhu tubuh kurang dari 38C, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernapasan tidak lebih dari 40 kali/ menit, turgor kulit membaik, dan paling utama kesadaran yang baik. Akral yang tadinya dingin jadi hangat kembali. Biasanya dengan pemberian cairan sejumlah 50% dari kebutuhan ( untuk koreksi & kebutuhan normal), perfusi jaringan sudah dapat dicapai. Pembedahan dan anestesi yang dikerjakan pada waktu perfusi jaringan tidak memadai akan menyebabkan tertimbunnya hasil-hasil metabolisme yang seharusnya dikeluarkan dari tubuh, dan hal ini akan mengakibatkan oksigenasi jaringan yang buruk, yang dapat berakibat kerusakan sel yang irreversible, dan bila menyangkut organ vital akan menyebabkan kematian.Sewaktu operasi akan dicoba reposisi manual dengan mendorong invaginatum dari anal kearah sudut ileo-sekal, dorongan dilakukan dengan hati-hati tanpa tarikan dari bagian proximal.Reposisi dengan pembedahan dicapai melalui laparatomi. Setelah dinding perut dibuka, tindakan selanjutnya tergantung pada temuan yang ada. Reposisi dikerjakan secara manual diperas seperti memeras susu sapi yang disebut milking, dikerjakan secara halus dan perlahan dengan sabar, dan diselingi dengan istirahat beberapa waktu untuk memberi kesempatan agar aliran darah balik yang mengurangi edema sehingga mempermudah usaha milking selanjutnya. Jangan sekali-kali menarik bagian usus yang masuk ke dalam usus lainnya, tetapi diperas dari pihak lainnya. Kalau terjadi kebocoran usus sebelum atau sesudah milking maka dilakukan dengan reseksi usus, kemudian anastomosa end to end. Kalau kita berhasil dengan milking, maka sebagian besar pakar tidak melakukan fiksasi sekum. Apabila terdapat kerusakan usus yang cukup luas, danbanyak bagian dari usus itu yang harus diangkat. Maka pada kasus ini tidak dapat dilakukan anastomosis end to end, harus colostomy supaya proses digestive tetap berjalan.Kalau ditemukan penyebab yang menjadi factor pencetus seperti divertikulum atau duplikasi maka perlu dilakukan reseksi. Pada penderita yang berhasil dengan cara milking umumnya sudah dapat meninggalkan rumah sakit pada hari ke-4 dan ke-5 pascabedah.3. Pasca OperasiHindari Dehidrasi Pertahankan stabilitas elektrolit Pengawasan akan inflamasi dan infeksi Pemberian analgetika yang tidak mempunyai efek menggangu motilitas usus. DAFTAR PUSTAKABehrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGCRobbins, S.L, M.D. dan Kumar, V.,M.D. 1995. Traktus Gastrointestinal dalam Buku Ajar Patologi II. Jakarta : EGC, hal 281-293.R.Sjamsuhidajat, Wim de Jong; Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I 1997, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 846 850.Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta : UI, hal 415-416.Sabiston, D.C.Jr, Adrianto,P, Dr. 1994. Buku Ajar Bedah Jilid 2. Jakarta : EGC, hal : 269-273.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: UI.Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC, hal : 435-458.http://www.emedicinehealth.com/includes/basicsearch.asp.http://www.yoursurgery.com/procedures/intussusceptionhttp://www.nejm.org on March 11, 2010http://www.pedisurg.com/intestinal_obstruction.htm.http://www.lpch.org/DiseaseHealthInfo/HealthLibrary/digest/intussus.html. Copyrigh 2006.