isi oral cavity
DESCRIPTION
oral cavityTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Ia melaksanakan berbagai
fungsi untuk mempertahankan kehidupannya. Salah satu diantara fungsi
tersebut adalah fungsi metabolisme yang didapat dari energi melalui proses
pencernaan. Proses pencernaan sendiri merupakan proses yang pasti dilakukan
oleh setiap makhluk hidup untuk menghasilkan nutrisi yang berguna sebagai
energi. Dalam prosesnya ini, ia melibatkan beberapa organ yang salah satu
diantaranya adalah rongga mulut. Kelainan atau masalah yang terjadi pada
rongga ini tentu akan berakibat kepada nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
Salah satu dari penyakit yang mungkin menyerang rongga mulut adalah
cancer oral cavity.
Cancer oral cavity atau yang lebih dikenal dengan kanker rongga
mulut merupakan kanker yang jarang diketemukan. Sesuai dengan namanya
kanker ini tidak hanya merupakan kanker satu tempat, ia merupakan
gabungan beberapa kanker dari bagian- bagian dalam rongga mulut. Diantara
kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering diketemukan adalah kanker
lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral sepertiga tengah (sekitar 40-
75%) dengan histopatologi berupa karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
jenis well differentiated dan 60% nya sudah mencapai stadium lanjut
(Levine,2001). Adanya pembuluh limfe yang ekstensif di daerah rongga
mulut menyebabkan resiko metastasis regional yang tinggi. Sedangkan jika
dilihat dari tipenya sendiri, kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe
karsinoma epidermoid (hampir 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah
keganasan yang jarang seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma
(Sciubba,2001).
Di Amerika, jenis kanker dari tipe ini yang banyak diderita adalah
karsinoma bibir dengan perbandingan 20:1 antara pria dan wanita. Individu
yang mengidap kanker ini lazimnya terjadi pada pasien penghisap tembakau.
Seperti kanker kulit, kanker bibir sering menyerang individu berwarna kulit
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 1
kuning langsat yang terpapar kronis terhadap sinar matahar. Karsinoma sel
skuamosa menduduki 95% dari semua kanker bibir yang menyerang bibir
bawah. (Sabiston, 1994).
Secara global, insiden ini menduduki tempat nomor 4 untuk laki-laki dan
nomer 6 untuk perempuan. Penyakit ini berhubungan dengan usia (biasanya
terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia). Rasio laki-laki banding perempuan adalah 3:1 namun
insiden kanker bibir dan mulut menurun pada laki-laki yang berkulit putih dan
meningkat pada laki-laki kulit hitam seta perempuan.
Seperti yang telah disinggung di atas, kebanyakan penderita kanker jenis
ini akan datang saat sudah mencapai stadium lanjut sehingga nanti akan
kesukaran dalam hal penanganannya, khususnya dalam segi pembedahannya
(Vermey, 1988; Pedersen, 1992). Pencegahan yang tepat dan penanganan
yang dini tentu akan membuat prognosis penyakit ini menjadi lebih baik. Oleh
karena itu sebagai bagian dari tenaga pelayan kesehatan, kita sebagai perawat
perlu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan cancer oral cavity pada pasien dewasa sehingga
taraf kesembuhan pasien dapat meningkat.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep cancer oral cavity pada pasien dewasa?
1.2.2 Bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan gangguan cancer
oral cavity pada pasien dewasa?
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep serta proses keperawatan
pada pasien dewasa dengan gangguan sistem pencernaan berupa cancer
oral cavity.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian tentang cancer oral cavity
b) Mengetahui etiologi dari cancer oral cavity
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 2
c) Mengetahui manifestasi klinis pada cancer oral cavity untuk pasien
dewasa
d) Mengetahui patofisiologi pada cancer oral cavity
e) Mengetahui apa saja komplikasi dari cancer oral cavity
f) Mengetahui bagaimana prognosis dari cancer oral cavity
g) Mengetahui proses keperawatan pada pasien dewasa dengan
gangguan sistem pencernaan berupa cancer oral cavity
1.4. Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui
bagaimana konsep dari cancer oral cavity dan bagaimana cara dalam
memberikan asuhan keperawatan professional pada pasien cancer oral cavity
berdasarkan kiat dan ilmu keperawatan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Rongga Mulut
2.2 Definisi Cancer Oral Cavity (Kanker Rongga Mulut)
Kanker rongga mulut ialah keganasan yang terjadi di dalam rongga
yang dibatasi oleh vermilion bibir di bagian depan dan arkus faringeus
anterior di bagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir,
gingiva, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus anterior
(William,1990).
Sedangkan menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker
rongga mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang
melibatkan beberapa jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai
jenis kanker.
Kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe karsinoma epidermoid
(hamper 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah keganasan yang jarang
seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma (Sciubba,2001).
Karsinoma sel skuamosa mempunyai sifat seperti kanker pada
umumnya yakni mampu menyerang jaringan ikat di bawahnya dan
melakukan metastasis ke lokasi yang lebih jauh. Secara histologis, tumor
terdiri ats sel- sel karsinoma berkeratin yang menginvasi sekeliling jaringan.
Sejumlah besar sel inflamasi terlihat pada stroma tumor. Berdasarkan
evaluasi histopatologi dari berbagai tingkat diferensiasi, karsinoma sel
skuamosa rongga mulut dibagi menjadi grade I-IV. Pada zona membrane
basal, karsinoma sel skuamosa rongga mulut terdapat berbagai pola akspresi
abnormal (Daftari, 1992)
2.2.1 Macam kanker rongga mulut
Kanker rongga mulut merupakan kanker yang terdiri dari beberapa
bagian dari rongga mulut, antara lain:
a) Kanker pada bibir
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 4
Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya
kerusakan karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir
tampak pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran merah dan
putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah
beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas
dan memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan
putih di bagian dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous
cell carcinoma (Williams, 1990).
b) Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan
epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma
(sel epitel gepen berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga
beberapa penyakit- penyakit tertentu (premalignant) seperti sifilis dan
plumer vision syndrome, leukoplakia, serta eritoplakia. Kanker ganas ini
dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya, disamping itu dapat
melakukan metastasis secara limfogen dan hematogen (Sciubba, 1999).
c) Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alkohol dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan
gejala. Bila lesi berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya
gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi
ber upa nodul dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat
frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang
kemerah- merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari
leukoplakia.
d) Kanker pada mukosa pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah
campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan
risiko peningkatan kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material
yang melakukan kontak langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 5
selama beberapa jam dan trauma pada mengunyah memberikan dampak
terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan
fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi ulserasi,
nodular dan infiltratif.
e) Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien
mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering
pada gusi bawah/ mandibula daripada gusi atas/ maksila (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma
kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang
dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia inflamatori (Daftary,
1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau
pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik
terlihat seperti bbunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative
biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan
dekstruktif (Tambunan, 1993).
f) Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan
dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang
mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat
menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung
(Daftary, 1992).
2.2.2 Klasifikasi
Seperti yang telah disinggung di atas, pada karsinoma sel terdapat
masing- masing grade tingkatannya. Menurut American Joint Committee
on Cancer (AJCC) klasifikasi kanker rongga mulut menggunakan sistem
TNM. Sistem TNM ini terdiri atas T (Tumor) atau gambaran dari level
pembesaran tumor, N (Nodus) natau sejauh mana keterlibatan nodus limfe
sebagai sistem imun tubuh dan M (Metastasis) yaitu kondisi metastasis
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 6
menggambarkan keterlibatan organ lain pada bagian distal (Morrow,
2009). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Sistem TNM dalam menilai klasifikasi stadium kanker rongga mulut
Stadium T Stadium N Stadium M
T0 Tidak ada tampilan
tumor
N0 Tidak ada keterlibatan
nodus limfe
M0 Tidak ada
penyebaran
Tis Carcinoma in situ.
Terdapat massa pada
jaringan
N1 Terdapat keterlibatan
limfatik regional, tetapi
ukuran nodus ≤ 3 cm
T1 Ukuran tumor ≤2 cm N2 Keterlibatan pembesaran
nodus limfe satu atau
lebih dengan ukuran ≤ 6
cm
T2 Ukuran tumor ≤ 4 cm M1 Kanker
menyebar ke
organ bagian
distal
T3 Ukuran tumor >4 cm
T4 Ukuran tumor >4 cm
dan tertanam kuat pada
otot atau tulang atau
struktur lainnya.
N3 Keterlibatan homolateral
atau bilateral nodus limfe
dengan ukuran > 6 cm
Table 2. Stadium kanker rongga mulut
Stadium TNM Keterangan
Stage I TI, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran pada jaringan
masih belum dianggap kanker dan tumor < 2 cm
Stage II T2, N0, M0 Pada stadium ini tumor < 4 cm
Stage IIIA T3, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran >4cm, tetapi tidak
didapatkan pembesaran nodus limfe dan tidak
ada metastasis ke organ lainnya
Stage IIIB T1, T2, T3, N1, M0 Pada stadium ini tumor dapat berukuran kurang
dari 2 cm, dibawah 4 cm atau lebih tetapi kanker
belum mempengaruhi nodus homolateral
limfatik.
Stage IVA T4, N0, M0 Pada stadium ini tumor melebihi 4 cm dan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 7
tertanam dalam pada otot, tulang, atau struktur
jaringan di bawahnya.
Stage IVB Any T, N2 or N3, M0 Pada stadium ini tumor bisa berbagai ukuran,
tetapi tertanam dalam pada otot, tulang atau
struktur jaringan di bawahnya serta terdapat
keterlibatan dari nodus homolateral atau bilateral
limfatik
Stage IVC Any T, any N, any M Pada stadium ini terjadi berbagai situasi berat
baik ukuran tumor, keterlibatan nodus limfatik
dan metastasis ke organ lain.
2.3 Etiologi
Kanker rongga mulut diakibatkan atau dihubungkan dengan
penggunaan alkohol dan tembakau. Perpaduan antara alkohol dan tembakau
mempunyai efek karsinogenik sinergis. (Smeltzer & Bare, 2001)
Sedangkan menurut Isselbacer dkk (1999) etiologi dari cancer oral
cavity atau kanker rongga mulut mencakup pemakaian tembakau dengan
menghirup asapnya lewat pipa, cerutu dan rokok atau dengan mengunyah
atau “mengulumnya”. Peranan kebiasaan merokok dengan pipa pada penyakit
kanker bibir juga dapat meliputi efek panas dan zat-zat iritan lainnya. Faktor-
faktor lain yang mencakup adalah pemakaian alkohol, defisiensi zat besi
(sindroma Plummer-Vinson) dan defisiensi vitamin.
Adapun penjelasan lebih rinci mengenai etiologi dari kanker rongga
mulut adalah sebagai berikut:
1) Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup, umumnya
kebiasaan hidup dan diet (terutama tembakau atau tembakau yang
digunakan pada sirih, dan penggunaan alkohol) meskipun faktor lain
seperti bahan infeksius, kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan
enzim yang memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor
yang berperan dalam timbulnya karsinoma sel skuamosa. Semua fungsi
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 8
penting dari sel dikendalikan oleh DNA. Kerusakan DNA tentu saja tidak
mesti menyebabkan sel bersifat kanker namun jenis perubahan tertentu
pada DNA akan mengganggu pengaturan gen normal, mengaktifkan gen
pemproduksi tumor tertentu (onkogen) yang kemudian akan menginduksi
kanker terjadi mutasi gen dan juga kerusakan sistem imun.
2) Pajanan sinar matahari
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.
3) Mutasi gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel .
mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam
karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan onkogen
dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan kanker
yang tak terkontrol.
4) Alkohol
Mengandung karsinogen atau prokarsinigen, termasuk kontaminan dari
nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol
dehidrogenase dan oleh sitokrom P450 menjadi asetaldehid yang bersifat
karsinogen
5) Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau denganm berfungsi sebagai pelarut
sehingga memudahkan bahan karsinogen untuk berpenetrasi ke dalam
jaringan mulut
6) Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa rongga
mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan perubahan-
perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena,
yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel mulut (smoker’s
keratosis) sampai bercak putih keratotik yang menandai leukoplakia dan
kanker mulut. Leukoplakia bervariasi dan lesi putih yang rata/halus
sampai lesi yang tebal dan keras. Kira-kira 3% 5% kasus yang
didiagnosis leukoplakia akan berkembang menjadi kanker. Oral
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 9
leukoplakia merupkan lesi prekanker. Tembakau merupakan penyebab
keratosis yang paling sering dalam mulut. Tar dalam rokok akan
meninggalkan noda pada gigi perokok dan mengubahnya menjadi kuning
dan kecoklatan. Selain merubah warna gigi, zat racun ini juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah gigi dan mulut lainnya, seperti
periodontitis, penyakit gusi, serta mengakibatkan kanker mulut. Resiko
kanker mulut pada rokok dengan kandungan TAR sigaret itu lebih rendah
dibandingkan dengan yang tidak merokok secara sering. Sigaret
diklasifikasikan sebagai kandungan TAR rendah < 7 mg dan tinggi bila
>22 mg.
7) Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat
dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari
penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf
pusat dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi yang
mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi. Nikotin
dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar nikotin dalam tubuh
dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan endorfin yang
membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun yang dalam dosis
besar dapat mematikan.
8) Obesitas
Pada saat orang banyak mengonsumsi kalori, maka metabolisme akan
menyebabkan kerja sel menjadi lebih cepat. Kecepatan kerja ini yang
kemudian meningkatkan resiko sel-sel di dalam tubuh tidak bisa
berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak normal. Jadi, hasilnya adalah
sel-sel tidak normal yang sering kita sebut tumor atau kanker. Diet nabati
buah dan sayur mengandung antioksidan yang mencegah terjadinya
kanker.
9) Obat kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan
efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.
10) Kesehatan gigi dan mulut\
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 10
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu dari
logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu atau
tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak atau
hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab kanker. Setiap lesi seperti
plak, erosi mukosa, ulkus kecil yang lama tak sembuh (kronis) di rongga
mulut dan adanya faktor predisposisi (tembakau / sirih, alkoholisme,
iritasi kronis, higiene mulut yang jelek dsb) bisa menyebabkan timbulnya
kanker rongga mulut.(Widodo, 2006)
11) Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan virus
papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma el skuamosa.
HPV terutama berperan dalam kanker orofaring.
12) Diet rendah sayuran dan buah
Tahun 1997 World Cancer Research Fund bekerjasama dengan American
Institute for Cancer Research dalam bukunya menyatakan bahwa diet
yang rendah sayuran dan buah terdapat hubungan dengan berbagai jenis
kanker. Dikatakan bahwa orang dengan asupan vit C yang rendah yaitu
orang-orang yang mengkonsumsi tidak banyak buah dan sayuran
memiliki kecendderungan lebih besar untuk terkena berbagai bentuk
kanker dibandingkan orang yang makan makanan yang mengandung vit
C dalam jumlah yang normal.
2.4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya :
a) Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)
di dalam mulut ataupun pada bibir.
1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa
mulut.
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur
seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta
histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian
besar lesi ini, terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut,
palatum molle, dan pilar faucial anterior memiliki kecenderungan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 11
menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal karsinoma sel skuamosa
oral. Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik,
karena itu pemeriksaan mulut harus dilakukan dalam keadaan kering
dan dengan teliti.
3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah
b) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
c) Perdarahan pada rongga mulut.
d) Kehilangan gigi.
e) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
f) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
g) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi.
Selanjutnya, dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat
diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau
kemoterapi. Dengan mempelajari kembali gejala klinis kanker rongga mulut
sehingga dapat dilakukan deteksi dini untuk mencegah penyebaran kanker
yang berakhir dengan kematian.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 12
2.5. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada
sel normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang
telah disebutkan dalam etiologi diatas salah satunya adalah
zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu terjadinya
karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker).
Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
1)Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak
pertama sel normal dengan zat karsinogen yang
memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 13
2)Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing
tersebut membentuk klon melalui pembelahan
(poliferasi).
3)Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah
mengalami poliferasi mendapatkan satu atau lebih
karakteristik neoplasma ganas.
Seperti halnya kanker padat lain, kanker rongga mulut dalam
pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat kecil. Dengan berjalannya
waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai ukuran yang besar. Khusus
pada kanker rongga mulut, karena sebagian besar kanker tersebut berasal dari
epitel permukaan, maka kanker rongga mulut biasanya diawali dengan
kelainan pre-maligna yang mudah di lihat.
Kelainan pre –maligna ada adalah suatu kelainan pada rongga mulut
yang paling awal sebelumnya berubah menjadi tumor ganas. Ada 2 bentuk
kelainan pre-maligna yaitu leukoplakia dan eritroplakia (Hillary, 2007).
Leukoplakia adalah bercak warna keputihan yang berbatas tegas pada mukosa
mulut. Keadaan ini sering terjadi pada perokok berat usia diatas 50 tahun.
Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000), yaitu sebagai
berikut.
1. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap berubah
menjadi keabuan.
2. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
3. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi, mungkin ada
kerutan
4. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-kadang
permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada pemeriksaan
mikroskopis nampak perubahan keganasan dini.
Leukoplakia biasa didapatkan pada bibir, lidah, dan gusi. Kurang lebih
10-12% leukoplakia setelah 10 tahun berubah menjadi karsinomarongga mulut
(Williams, 1990). Leukoplakia yang dapat berubah menjadi karsinoma ini
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 14
pada pemeriksaan mikroskopis menunjukan suatu displasia yang ireversibel
walaupun penderita menghentikan rokoknya.
Eritoplakia adalah salah satu tanda yang lebih pasti tenang perkembagan
kanker dibandingkan dengan leukoplakia (Murray, 2000). Masih
diperdebatkan apakah merupakan kelaina pre-malignan atau memang suatu
karsinoma superfisial yang sangat dini. Kelainan ini berupa mukosa yang
sedikit meninggi dan menebal berwarna merah mirip jaringan granulasi
dengan tumpukan kreati diataspermukaan (Osterkamp, 2009). Lokasi yang
paling sering adalah bawah lidah, dasar mulut, paltum molle dan trigunum
retromolar. Bila ditemui kelaina ini, maka penanganannya dianggap sebagai
karsinoma rongga mulut.
Karsinoma invasif. Karsinoma tidak lagi terbatas di dalam epitel, akan
tetapi menembus membran basal dan mengadakan invasi ke jaringan di
bawahnya. Pada stadium ini, dapat timbul keluhan yang sering diabaikan oleh
pasien, keluhan tersebut dapat berupa parestesi, hilangnya sensasi, atau gatal.
Karsinoma invasif yang masih dini mungkin dapat ditemukan dalam bentuk
sebagai berikut ( Osterkamp, 2009 )
a) Ulkus kecil
b) Penonjolan dengan batas tidak jelas
c) Erosi kemerahan yang iregular
d) Kawah kecil, kemarahan
e) Bintik- bintik kemerahan difus, sedikit elevasi
f) Krusta pada bibir
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 15
Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak
lesi yang terus menetap
menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel
bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan memperlihatkan gejala-gejala klinis
Sulit atau pada waktu mengunyah
Bintik putih atau merah di dalam mulut ataupun pada bibir
timbulnya rasa sakit
Agen infeksi, merokok, perawatan mulut kurang dan etiologi lainnya
Kanker rongga mulut
Secara umum sebagai berikut :
Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi.
Selanjutnya, dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat
diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau
kemoterapi.
2.6. Pemeriksaan Diagnosa
Untuk memastikan diagnosa defenitif dari proses awal keganasan dan
keganasan diperlukan pemeriksaan laboratorium. Dalam hal ini yang sering
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 16
dilakukan dalam mendiagnosa kanker pada rongga mulut adalah pemeriksaan
sitologi mulut dan biopsi.
a) SITOLOGI MULUT
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki berbagai
macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling bermanfaat dalam
evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai sebagai suatu keganasan,
khususnya bila keadaan tersebut merupakan suatu lesi merah yang tidak
berkeratin (Lynch, 1994).
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif
untuk mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Ketepatan hasil
diagnostik sitologi mulut tidaklah sama dengan biopsi sehingga tidak
dapat digunnakan untuk menegakkan diagnosa akhir yang defenitif
(Skhlar, 1984). Tetapi merupakan hal yang kurang praktis jika kita segera
melakukan biopsi untuk setipa lesi dalam mulut. Untuk itu diperlukan
suatu cara yang dapat diandalkan dan diterima sebelum kita melakukan
biopsi, yaitu pemeriksaan sitologi mulut.
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan
suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan
interpretasi yang digunakna dlama laporan sitologi mulut adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas,
tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang
menyimpang dari normal
d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan
e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian, bila
hasil sama dapat dilakukan biopsi
Untuk kelas IV dan V indikasi untuk dilakukan biopsi
b) BIOPSI
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 17
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi.
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian
untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen, 1996; Coleman
dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat
dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang
dicurigai (Bolden, 1982).
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari tepi
jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau
eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (>1cm)
dan biopsi eksisional yaitu insisi secata intoto apabila lesi kecil (Pedersen,
1996; Bolden, 1982; Coleman dan Nelson, 1993). Hasil interpretasi
mikroskopis dari suatu bipsi dapat menunjukkan suatu rentang yang luas.
Hasil-hasil seperti parakeratosis, ortokeratosis, akantosis, hiperplasia
pseudoepiteliomatus, peradangan akutdan kronis menunjukkan golongan
jinak. Untuk karsinoma gel skuamus, hasil pemeriksaan mikroskopis
biasanya meliputi adanya abnormalitas seluler, terputusnya kontinuitas
membran basalis oleh srang gel-gel abnormal yang meluas sampai ke
dalam jaringan ikat, ukuran gel yang berubah, peningkatan kecepatan
mitosis perubahan ukuran dan bentuk nukleus, gangguan dalam proses
maturasi dan hiperkromatin (Lynch, 1994).
Untuk memenuhi kebutuhan yang lebih seksama dalam
mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah dikembangkan
suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral CDx). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan menggunakan biopsi dengan
cara sikat menunjukkan bahwa cara ini dapat memberikan bantuan yang
tidak terhingga nilainya dalam memeriksa lesi di rongga mulut. Pada
penelitian tersebut, biopsi dengan memakai sikat merupakan alat deteksi
yang sepadan dengan biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus
ditekankan bahwa Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan
memakai skalpel (Sciubba, 1999).
c) PEMERIKSAAN TOLUIDINE BLUE
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 18
Salah satu pemeriksaan diagnosis yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kanker pada ronga mulut dengan mendeteksi adanya
kegenasan pada mukosa. Akan memeberikan warna biru pada sel kanker,
jaringan normal tidak menyerap. Warna, lesi pra ganas atau non
neoplasma tidak konstan mengisap warna.
Teknik memberikan warna rongga mulut (Mashberg)
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit
5) Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian, sensitivitas dan
spesifitas taknik ini 90%.
d) PEMERIKSAAN POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non
invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari
tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan
radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan radiofarmaka
FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel tubuh, seperti sel-sel
kanker yang mempunyai aktivitas metabolik berlebih. Bila PET memberi
informasi metabolik molekuler, CT atau x-ray Computed Tomography
akan memberikan informasi anatomi. Penggabungan keduanya menjadi
satu perangkat akan memberikan kelengkapan informasi.
Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan radiofarmaka
FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka akan ditangkap sel-
sel kanker, karena sel kanker membutuhkan banyak glukosa dan
metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker berkumpul, PET
akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien. Pencitraan ini akan
menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul. Artinya, di situlah lokasi
sel-sel kanker yang hidup.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 19
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging
memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk deteksi
kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.
2.7. Komplikasi
a. Efek samping pembedahan
Semua operasi membawa risiko, termasuk pembekuan darah,
infeksi, komplikasi dari anestesi, dan pneumonia. Jika operasi tidak terlalu
rumit, efek samping mungkin hanya rasa sakit sesudahnya, yang dapat
diobati dengan obat-obatan jika diperlukan. Pembedahan untuk kanker
yang besar atausulit dijangkau mungkin sangat rumit, efek samping dapat
berupa infeksi, gangguan luka,masalah dengan makan dan berbicara, atau
kematian sangat jarang terjadi selama atau segerasetelah prosedur. Operasi
juga dapat berbekas terutama operasi tulang wajah atau rahang.
b. Efek samping terapi radiasi
Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping
jangka pendek termasuk:
1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan
menghilang
2) Suara serak
3) Kehilangan indra pengecap
4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan
5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.
Radioterapi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang
atau permanen:
1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah
dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah
makan dan menelan. Penurunan produksi saliva juga dapat
menyebabkan kerusakan gigi (gigi berlubang). Biasanya diperlukan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 20
perawatan ke dokter gigi dan menjaga kebersihan mulut. Pengobatan
fluoride juga dapatmembantu sebelum di radioterapi. Teknik seperti
IMRT dapat membantu mengurangi efek samping ini.
2) Kerusakan pada tulang rahangYang ang dikenal sebagai
osteoradionecrosis rahang, dapat menyebabkan efek samping yang
serius akibat pengobatan radiasi. Lebih umum terjadi setelah
infeksigigi, ekstraksi, atau trauma, dan sulit diobati. Gejala utama
adalah nyeri pada rahang. Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan
tulang rahang retak dan jika berat diperlukan terapi pembedahan untuk
mengatasinya.
3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar hipofisis
atau tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapatmenurunkan dari
waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah metabolisme
yang mungkin perlu dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek samping ini
biasanya akan lebih parah pada orang yang mendapatkan kemoterapi
pada saat yang sama. Untuk mengurangi efek samping tersebut
diperlukan perawatan sebelum diradiasi ataupun kemoterapi.
c. Efek samping kemoterapi
Kemoterapi adalah obat yang menyerang sel-sel yang membelah
dengan cepat. Tetapi,sel lain didalam tubuh, seperti yang di sumsum
tulang, lapisan mulut dan usus, dan folikelrambut juga terpengaruh.
Hal ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping
darikemoterapi tergantung pada jenis, dosis, dan berapa lama obat
diberikan
Efek samping dapat termasuk:
1) Rambut rontok
2) Mulut luka
3) Kehilangan nafsu makan
4) Mual dan muntah
5) Diare
6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih
berkurang)
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 21
7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah
rendah)
8) Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah.Seiring
dengan risiko di atas, beberapa efek samping yang terlihat lebih
sering dengankemoterapi obat-obatan tertentu. Sebagai contoh, 5-
FU sering menyebabkan diare. Cisplatindapat menyebabkan
kerusakan saraf(disebut neuropati), menyebabkan gangguan
pendengaranserta mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki. Hal
ini sering kembali normal setelah pengobatan dihentikan, tetapi
dapat bertahan lama bahkan permanen.Meskipun efek samping
yang paling meningkatkan setelah pengobatan dihentikan,
beberapadapat bertahan lama atau bahkan permanen
2.8. Prognosis
Tingkat ketahanan hidup untuk kanker mulut dan oropharyngeal sangat
bervariasitergantung pada lokasi tumor primer, faktor risiko, dan tingkat
penyakit. 61 % setelah didiagnosa kanker ringga mulut dan oropharing
kelangsungan hidup secara keseluruhan adalah lima tahun(persentase orang
yang bertahan hidup setidaknya lima tahun setelah kanker terdeteksi, termasuk
mereka yang meninggal akibat penyakit lain).
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 22
DAFTAR PUSTAKA
Sudino, Janti. 2007. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.
Jakarta: EGC
Youngson, Robert. 2005. Antioksidan: Manfaat Vitamin C dan E bagi Kesehatan.
Jakarta: Arcan
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Volume 2
edisi 8. Jakarta: EGC
Majalah Kedokteran Tropis Indonesia Volume 17 Nomor 2 Juli 2006 dengan
judul “ Pembedahan pada Tumor Parotis dan Kanker Rongga Mulut”
oleh Widodo Ario Kentjono
Isselbacher dkk. 1999. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam volume 1
edisi 13
Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC
Vermey A, 1988. Treatment of parotid tumors and cancer of the oral cavity. Head
and Neck Oncology. Dutch Foundation For Post Graduate Courses In
Indonesia, FK Unair-RSU Dr. Soetomo : 91-130
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: aplikasi
asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Stewart JS,Preiss JH, Weyngaert V D, Bottomley A, Vermorken JK, at all. Head
and Neck GroupShort-term health-related quality of life and symptom
control with docetaxel,cisplatin, 5-fluorouracil and cisplatin (TPF).
Melalui http://www.nature.com/bjc/journal/v103/n8/full/6605860a.html
December 09,2011.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 23
http://id.scribd.com/doc/78333599/Referat-Kanker-Rongga-Mulut-Dan-Or-Op-
Haring 4/8/13 @ 9.57 pm
American Society of Clinical Oncology (ASCO), Oral and Oropharyngeal Cancer.
Melalui http://www.cancer.net/patient/Cancer+Types/Oral+and
+Oropharyngeal+Cancer December 07, 2011.
Kurnia, Ahmad. 2008. Kanker Kepala, Leher, Payudara dan Rekontruksi. Jakarta:
Balai penerbit FKUI.
Hasibuhan, Sayuti.2004.Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker Rongga
Mulut. Melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1159/1/fkg-sayuti2.pdf
diakses pada tanggal 5 April 2013 pukul 15:36
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan cancer oral cavity Page 24