isi pantek 17
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
1/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 1
MENGENAL AKUNTANSI PERSEDIAAN BERBASIS AKRUAL
Oleh: Muhammad Teguh Pramesti
Pendahuluan
Akuntansi Persediaan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
kegiatan pelaporan keuangan pemerintah. Salah satu fungsi akuntansi persediaan
adalah untuk membedakan peruntukan suatu aset. Misalnya pengadaan kendaraan
bermotor yang akan dihibahkan kepada masyarakat akan dicatat sebagai persediaan,
sedangkan jika pengadaan kendaraan bermotor tersebut akan digunakan dalam
kegiatan normal pemerintah (sebagai kendaraan dinas) maka akan dicatat sebagai
aset tetap.
Tahun 2015 Pemerintah menerapkan basis akrual penuh dalam pelaporan
keuangan. Penerapan tesebut sangat berpengaruh pada pencatatan akuntansi
persediaan. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pencatatan basis kas
menuju akrual dengan basis akrual. Menurut basis akrual, pemerintah diharuskan
menyajikan jumlah pemakaian barang persediaan sebagai beban yang akan
mengurangi ekuitas/nilai kekayaan bersih dan disajikan dalam laporan operasional.
Pada artikel ini penulis akan mencoba untuk mengupas akuntansi persediaanberbasis akrual pemerintah pusat.
Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan menurut PMK No. 219/PMK. 05/2013 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu aset diklasifikasikan
sebagai persediaan tergantung pada tugas dan fungsi masing-masing entitas pada
pemerintahan. Pada entitas pemerintahan yang bertugas menyediakan perumahan
dan berniat memberikan kepada masyarakat, rumah yang belum dibagikan dapat
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
2/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 2
diklasifikasikan sebagai persediaan. Namun jika entitas pemerintah tersebut
menyediakan perumahan bagi rumah dinas PNS dan tidak ada niat untuk diberikan
kepada PNS maka rumah tersebut tidak diklasifikasikan sebagai persediaan
melainkan dicatat sebagai aset tetap.
Pengakuan Persediaan
Penyajian laporan keuangan dengan basis akrual memerlukan pengakuan terhadap
persediaan dan beban persediaan. Pengakuan persediaan dan beban persediaan
sebagaimana tertuang dalam PMK No. 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat, adalah
a. Persediaan, diakui pada saat:
1. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal. Biaya tersebut didukung oleh
bukti/dokumen yang dapat diverifikasi dan di dalamnya terdapat elemen harga
barang persediaan sehingga biaya tersebut dapat diukur secara andal, jujur,
dapat diverifikasi, dan bersifat netral; dan/atau
2. Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan /atau kepenguasaannya
berpindah. Dokumen sumber yang digunakan sebagai pengakuan perolehan
persediaan adalah faktur, kuitansi, atau Berita Acara Serah Terima (BAST).
b. Beban Persediaan, diakui pada akhir periode pelaporan berdasarkan perhitungan
dari transaksi penggunaan persediaan, penyerahan persediaan kepada
masyarakat atau sebab lain yang mengakibatkan berkurangnya jumlah
persediaan.
Pengukuran Persediaan
Salah satu masalah utama terkait akuntansi persediaan adalah mengukur nilaipersediaan. Nilai persediaan disajikan sebesar biaya perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian. Nilai persediaan juga dinilai sebesar harga pokok produksi
apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, dan dapat dinilai dengan nilai wajar
apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
3/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 3
Secara umum dalam akuntansi persediaan dikenal ada dua macam sistem
pencatatan persedian yang dapat digunakan, yaitu sistem periodik dan sistem
perpetual. Sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan dimana nilai
dan kuantitas persediaan ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat
perhitungan fisik yang biasanya dilakukan secara stock opname. Sedangkan sistem
perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan dimana pencatatan terkiniterhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai
persediaan. Metode yang digunakan oleh pemerintah adalah perpetual sebagaimana
tertuang dalam PMK No. 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat. Jika terjadi perbedaan antara pencatatan persediaan dengan hasil
inventarisasi fisik maka dilakukan pencatatan untuk menyesuaikan nilai pencatatan
dengan hasil inventarisasi fisik.
Penentuan nilai persediaan akan dipengaruhi oleh harga beli persediaan tersebut.Hal ini disebabkan oleh banyaknya transaksi yang terkait dengan pembelian
persediaan dalam waktu yang berbeda. Permasalahan yang timbul adalah penentuan
biaya persediaan yang didasarkan pada harga yang mana pembelian persediaan
tersebut. Idealnya entitas menggunakan harga yang spesifik yang terkait dengan
barang yang akan ditentukan nilai persediaannya. Namun demikian hal tersebut
sangat sulit dilakukan karena mungkin entitas akan melakukan pembelian dalam
jumlah yang besar dan frekuensi yang tinggi dan mungkin beragam harga beli, jenisdan macam dari barang persediaan tersebut. Untuk mengatisipasi permasalahan
tersebut dikenal adanya asumsi aliran biaya dalam mengukur nilai persediaan.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 5 mengenai
Akuntansi Persediaan terdapat beberapa alternatif dalam mengukur nilai persediaan
seperti metode nilai pembelian terakhir, masuk pertama keluar pertama (FIFO) dan
rata-rata tertimbang.
Kebijakan akuntansi pemerintah pusat sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Keuangan No. 219/PMK. 05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pusat, terkait pengukuran nilai persediaan menggunakan dua metode yaitu masuk
pertama keluar pertama (FIFO) dan pembelian terakhir. Metode FIFO yaitu barang
yang masuk terlebih dahulu dianggap barang yang pertama keluar, sehingga saldo
persediaan dihitung berdasarkan harga perolehan persediaan terakhir. Beban
persediaan adalah pemakaian barang persediaan oleh entitas selama periode
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
4/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 4
pelaporan. Pengukuran pemakaian persediaan dapat dihitung dengan cara
memperhitungkan saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan
persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan yang hasilnya dikalikan nilai
per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.
Beberapa barang persediaan yang menggunakan metode ini adalah
a. Tanah/bangunan untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda
b. Peralatan dan mesin untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda
c. Jalan, irigasi dan jaringan untuk diserahkan/dijual kepada
masyarakat/pemda
d. Aset tetap lainnya untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda
e. Hewan dan tanaman untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda
Sedangkan metode harga pembelian terakhir digunakan untuk menghitung saldo
barang persediaan yang tidak metarial dan jenisnya bermacam-macam. Beberapa
klasifikasi barang persediaan yang menggunakan metode harga pembelian terakhir
antara lain:
a. Barang konsumsi
b. Amunisi
c. Bahan untuk pemeliharaan
d. Suku cadang
e. Persediaan untuk tujuan strategis dan berjaga-jaga
f. Pita cukai dan leges
g. Bahan baku
h. Barang dalam proses/setengah jadi
Pencatatan dengan menggunakan metode harga pembelian terakhir relatif lebih
mudah dan sederhana dibandingkan dengan metode FIFO. Entitas/satker
pemerintah cukup mencatat nilai persediaan akhir yang diperoleh dari hasil opname
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
5/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 5
fisik pada akhir periode pelaporan dan harga pembelian terakhir dari barang
persediaan. Berbeda dengan metode FIFO entitas/satker diharuskan melakukan
perhitungan pada setiap terjadi pembelian, pemakaian dan nilai persediaan akhir.
Dengan memperhatikan hal tersebut maka sistem akuntansi pemerintah pusat
secara umum masih mengunakan metode harga pembelian terakhir untuk
menghitung nilai persediaan sebagai tahap awal dalam implementasi SAP berbasisakrual. serta untuk mempermudah satker dalam penghitungan beban persediaan
dalam aplikasi komputer.
Untuk lebih memahami perbedaan antara metode FIFO dan metode harga pembelian
terakhir, berikut ini contoh ilustrasi perhitungan nilai persediaan dengan
mengunakan metode FIFO dan metode harga pembelian terakhir.
1. Metode FIFO
Satker „XYZ‟ merupakan entitas pemerintahan yang memiliki tupoksi
menyediakan hewan ternak sapi dan menjual hewan ternak tersebut kepada
kelompok tani dengan harga yang lebih murah. Beberapa transaksi pembelian
sapi selama tahun 20x5 antara lain:
a. Tanggal 1 Januari Saldo hewan sapi tahun sebelum sebesar 10 ekor dengan
nilai perolehan Rp 10.000.000 per ekor.
b. Tanggal 4 Februari pembelian 5 ekor sapi dengan harga Rp 12.000.000 per
ekor.
c. Tanggal 6 Februari, dijual 12 ekor sapi kepada kelompok tani di kabupaten
„ABC‟ .
d. Tanggal 20 Maret, dibeli 8 ekor sapi dengan harga Rp 14.000.000 per ekor.
e. Tanggal 2 April, dibeli 7 ekor sapi dengan harga Rp 13.000.000 per ekor.
f. Tanggal 9 Agustus, dijual 11 ekor sapi kepada kelompok tani.
g. Tanggal 10 November, dijual 5 ekor sapi kepada kelompok tani
h. Tanggal 31 Desember, sapi yang masih tersisa yang belum dijual sejumlah 3
ekor.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
6/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 6
Dari transaksi tersebut nilai persediaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tanggal Kuantitas Harga per ekor Nilai
Persediaan
Keterangan
1 Januari 10 ekor Rp 10.000.000 Saldo awal
4 Februari 5 ekor Rp 12.000.000 Pembelian
6 Februari 12 ekor Rp 10.000.000 x 10Rp 12.000.000 x 2
Rp 124.000.000 Penjualan
6 Februari 3 ekor Rp 12.000.000 Saldo
setelah
penjualan
20 Maret 8 ekor Rp 14.000.000 Pembelian
2 April 7 ekor Rp 13.000.000 Pembelian
9 Agustus 11 ekor Rp 12.000.000 x 3
Rp 14.000.000 x 8
Rp 148.000.000 Penjualan
9 Agustus 7 ekor Rp 13.000.000 Saldo
setelah
penjualan
10 November 5 ekor Rp 13.000.000x 5 Rp 65.000.000 Penjualan
10 November 2 ekor Rp 13.000.000 Saldo
setelah
penjualan
31 Desember 2 ekor Rp 13.000.000 Rp 26.000.000 Saldo akhir
Dari data di atas dapat diketahui:
- Saldo awal Rp 100.000.000
- Pembelian selama satu periode pelaporan Rp 263.000.000
- Saldo akhir (opname fisik) = 2 ekor, Nilai Persediaan = Rp 26.000.000
- Penjualan selama satu periode pelaporan Rp 337.000.000,
- Beban Persediaan = (saldo awal + pembelian – saldo akhir)
= ( Rp.100.000.000 + Rp. 263.000.000) – Rp.26.000.000
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
7/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 7
= Rp.337.000.000
2. Metode Pembelian Terakhir
Satker „XYZ‟ melakukan beberapa transaksi terkait pembelian dan pemakaian
ATK berupa kertas folio, antara lain:
a. Tanggal 1 Januari Saldo kertas folio sebesar 10 rim dengan nilai perolehan Rp
36.000 per rim.
b. Tanggal 2 Februari pembelian 5 rim dengan harga Rp 37.000 per rim
c. Tanggal 6 Februari, pemakaian kertas folio sebanyak12 rim
d. Tanggal 24 Maret, dibeli 8 rim kertas folio dengan harga Rp 38.000 per rim.
e. Tanggal 2 April, dibeli 10 rim dengan harga Rp 37.000 per rim.
f. Tanggal 15 Agustus, pemakaian kertas folio sebanyak 15 rim
g. Tanggal 20 November, pemakaian kertas folio sebanyak 5 rim
h. Tanggal 31 Desember, setelah diadakan opname fisik di gudang, kertas yang
tersisa adalah 1 rim.
Dari transaksi tersebut nilai persediaan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tanggal Kuantitas Harga per rim Nilai
Persediaan
Keterangan
1 Januari 10 rim Rp 36.000 Rp.360.000 Saldo awal
2 Februari 5 rim Rp 37.000 Pembelian
6 Februari 12 rim Pemakaian
6 Februari 3 rim Saldo
setelahpemakaian
24 Maret 8 rim Rp 38.000 Pembelian
2 April 10 rim Rp 37.000 Pembelian
15 Agustus 15 rim Pemakaian
15 Agustus 6 rim Saldo
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
8/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 8
setelah
pemakaian
20 November 5 rim Pemakaian
20 November 1 rim Saldo
setelah
pemakaian31 Desember 1 rim Rp 37.000 Saldo akhir
Dari data di atas dapat diketahui:
- Saldo awal Rp 360.000
- Pembelian selama satu periode pelaporan Rp 859.000
- Saldo akhir (opname fisik) Rp 37.000, Persediaan = Rp 37.000
- Beban persediaan= (saldo awal + pembelian) – saldo akhir (opname fisik)
= (Rp 360.000 + Rp 859.000) – Rp.37.000
= Rp 1.182.000
Penatausahaan Akuntansi Persediaan dengan Sistem Informasi
Sejak tahun 2005 Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah mengembangkan sistem
informasi berupa aplikasi persediaan yang bertujuan untuk memudahkan
penatausahaan akuntansi persediaan oleh kementerian dan lembaga. Sistem
informasi tersebut terintegrasi dengan sistem informasi barang milik kekayaan
negara (SIMAK BMN) dan sistem informasi untuk pelaporan keuangan (SAKPA)
untuk CTA sedangkan untuk akrual menggunakan aplikasi SAIBA. Pada prinsipnya
tidak ada perbedaan alur data dan proses pelaporan menggunakan ketiga sistem
informasi tersebut pada basis akrual maupun basis CTA. Secara garis besar proses
alur data pada sistem informasi tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
9/69
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
10/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 10
ada proses kirim data persediaan dari aplikasi SIMAK BMN maka Aplikasi SAIBA
akan menghasilkan akun Persediaan yang belum diregister pada neraca. Namun
dalam keadaan tertentu pengguna aplikasi SAIBA juga dapat meng-input data
persediaan tanpa melalui aplikasi persediaan/SIMAK BMN dengan menu
penyesuaian dan jurnal neraca pada aplikasi SAIBA. Data hasil transaksi pada
aplikasi SAIBA tersebut disimpan dalam data base yang terintegrasi dengan aplikasiSAIBA. Laporan yang dihasilkan aplikasi SAIBA adalah akun Persediaan pada neraca
dan akun Beban Persediaan pada laporan Operasional.
Penutup
Artikel ini diharapkan dapat memperluas dan memperdalam pemahaman terkait
akuntansi persediaan berbasis akrual dimana ada perbedaan yang cukup signifikan
antara akuntansi persediaan berbasis CTA dan berbasis akrual. Proses akuntansi
persediaan melalui sistem informasi/aplikasi akan menghasilkan nilai persediaan
yang disajikan dalam neraca dan beban persediaan yaitu jumlah persediaan yang
dikonsumsi/dipakai/diserahkan/dijual dalam suatu periode pelaporan.
Daftar Pustaka
PP No. 71 tahun 2010 tentang SAP berbasis Akrual
PMK No. 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
Martani, Dwi, dkk.2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:Penerbit Salemba Empat
Hendriksen, Eldon S., Michael F van Breda. Tanpa Tahun. Teori Akunting Buku 1. Tangerang: Penerbit Interaksa
Hendriksen, Eldon S., Michael F van Breda. Tanpa Tahun. Teori Akunting Buku 2. Tangerang: Penerbit Interaksa
Riahi, Ahmed., Belkaoui. 2006. Teori Akuntansi Buku 1. Jakarta: Penerbit SalembaEmpat
Stice, James D., Earl K. Stice, dan Fred. Skousen.2004. Akuntansi Intermediate EdisiKelimabe
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
11/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 11
PANDUAN TEKNIS AKUNTANSI PERSEDIAAN
Oleh : Cahya Wisnu Ardi
Menurut PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan dan PMK Nomor
219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat persediaan
adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
A. JENIS-JENIS PERSEDIAAN
Berdasarkan peruntukan dan jenis belanja pembentuknya, barang persediaan
terdiri dari:
1. Barang Persediaan Operasional, yaitu barang perlengkapan yang digunakan
dalam kegiatan operasional pemerintah, seperti ATK, bahan cetakan, alat-alat
rumah tangga, amunisi, pita cukai dan leges, meterai, dll. Barang persediaan
ini dihasilkan dari jenis belanja pada kelompok akun 5218 – Belanja Barang
Persediaan.
2. Barang Persediaan untuk Pemeliharaan, yaitu barang perlengkapan yang
digunakan dalam rangka pemeliharaan aset pemerintah, seperti suku
cadang, bahan bakar, dll. Barang persediaan ini dihasilkan dari jenis belanja
pada kelompok akun 523 – Belanja Barang Pemeliharaan.
3. Barang Persediaan untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemerintah
Daerah, yaitu barang persediaan yang dimaksudkan untuk diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat/ Pemerintah Daerah. Barang
persediaan ini dapat berupa:
a. hewan, tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat/pemda;
b. tanah/bangunan/peralatan dan mesin/aset tetap lainnya untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat/pemda.
Barang persediaan ini dihasilkan dari belanja pada kelompok akun 526 –
Belanja Barang untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/ Pemerintah Daerah,
dan kelompok akun 527 – Belanja Barang untuk Diserahkan kepada Mantan
Presiden/ Mantan Wakil Presiden.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
12/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 12
4. Barang Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial, yaitu barang persediaan
yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
bantuan sosial dalam bentuk barang. Barang persediaan ini dihasilkan dari
belanja pada kelompok akun 57 – Belanja Bantuan Sosial dalam Bentuk
Barang/Jasa.
5. Barang Persediaan untuk Tujuan Berjaga-Jaga atau Strategis, yaitu barangpersediaan yang dimaksudkan untuk berjaga-jaga dalam keadaan darurat
atau untuk keperluan strategis, seperti cadangan minyak dan cadangan
beras. Barang persediaan ini dihasilkan dari belanja pada kelompok akun 58
– Belanja Lain-lain.
Apabila persediaan diperoleh dengan proses produksi, maka apabila
sampai dengan akhir periode pelaporan proses produksi belum selesai atau
masih berbentuk bahan baku disajikan dalam neraca sebagai Persediaan dalamProses/ Bahan Baku.
Suatu barang dapat digolongkan sebagai barang persediaan apabila
perencanaan pengadaan barang tersebut bersifat kontinu atau berkelanjutan,
tidak hanya untuk satu kali kegiatan saja.
B. PENGAKUAN
1. Pengakuan PersediaanPersediaan diakui pada saat:
a. potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal. Biaya tersebut didukung oleh
bukti/dokumen yang dapat diverifikasi dan di dalamnya terdapat elemen
harga barang persediaan sehingga biaya tersebut dapat diukur secara
andal, jujur, dapat diverifikasi, dan bersifat netral; dan/atau
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannyaberpindah. Dokumen sumber yang digunakan sebagai pengakuan
perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau Berita Acara Serah
Terima (BAST).
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
13/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 13
Pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang
mempengaruhi persediaan. Namun demikian, pada akhir periode pelaporan,
catatan persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik.
Inventarisasi fisik dilakukan atas barang yang belum dipakai, baik yang
masih berada di gudang/tempat penyimpanan maupun persediaan yang
berada di unit pengguna.Pencatatan barang persediaan dilakukan berdasarkan satuan barang yang
lazim dipergunakan untuk masing-masing jenis barang atau satuan barang
lain yang dianggap paling memadai dalam pertimbangan materialitas dan
pengendalian pencatatan. Pada aplikasi persediaan, satker dapat menentukan
sendiri satuan barang persediaan.
Persediaan dalam kondisi usang atau rusak tidak dilaporkan dalam neraca,
tetapi diungkapkan dalam CaLK. Untuk itu, laporan keuangan dilampiridengan daftar persediaan barang rusak atau usang. Penghapusan persediaan
rusak atau usang dilakukan dengan persetujuan Kuasa Pengguna Barang.
2. Pengakuan Beban atas Pemakaian Persediaan
Beban atas pemakaian persediaan diakui pada akhir periode pelaporan
berdasarkan perhitungan atas transaksi pemakaian persediaan berupa
penggunaan persediaan, penyerahan persediaan kepada masyarakat, transfer
persediaan, atau sebab lain yang mengakibatkan berkurangnya jumlahpersediaan, seperti adanya persediaan yang masih ada di gudang dengan
kondisi rusak atau usang, walaupun secara fisik persediaan masih ada,
namun tidak diperhitungkan sebagai saldo persediaan.
Pembentukan beban atas pemakaian persediaan pada aplikasi SAIBA
terbentuk pada saat dilakukan pengiriman data dari aplikasi Persediaan ke
aplikasi SIMAK-BMN, untuk kemudian dilakukan pengiriman data ke aplikasi
SAIBA. Selain itu, dalam rangka menyesuaikan nilai persediaan berdasarkanhasil opname fisik, beban persediaan juga dapat terbentuk dari menu jurnal
penyesuaian pada aplikasi SAIBA.
Persediaan rusak/usang diakui sebagai beban kerugian persediaan
usang/rusak dan tidak dimasukkan ke dalam perhitungan beban atas
pemakaian persediaan.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
14/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 14
C. PENGUKURAN
1. Pengukuran Persediaan
Persediaan disajikan sebesar:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan
persediaan meliputi:
1) harga pembelian;
2) biaya pengangkutan;
3) biaya penanganan;
4) biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan
persediaan.
Dikurangi dengan:
1)
potongan harga,2) rabat, dan lainnya yang serupa.
b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.
Harga pokok produksi dapat terdiri dari biaya langsung yang terkait dengan
persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan
secara sistematis. Dalam menghitung harga pokok produksi, dapat
digunakan biaya standar dalam hal perhitungan biaya riil sulit dilakukan.
c. Nilai wajar apabila persediaan diperoleh dari cara lainnya contoh: prosespengembangbiakan hewan dan tanaman, donasi, rampasan dan lainnya.
d. Persediaan yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat, biaya
perolehannya meliputi harga pembelian serta biaya langsung yang dapat
dibebankan pada perolehan persediaan tersebut, misalnya biaya
transportasi dalam rangka penyerahan barang persediaan tersebut kepada
masyarakat.
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan 2 (dua) metode:
a. Metode FIFO, yaitu persediaan yang pertama kali masuk itulah yang
pertama kali dicatat sebagai barang yang dipakai. Klasifikasi persediaan
yang menggunakan metode ini adalah persediaan dengan nilai yang
material.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
15/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 15
b. Harga perolehan terakhir, digunakan untuk unit persediaan yang nilainya
tidak material dan jenisnya bermacam-macam maka saldo persediaan
dihitung berdasarkan harga perolehan terakhir. Apabila terdapat selisih
antara perhitungan nilai pembelian terakhir persediaan dengan belanja
persediaan, maka dilakukan koreksi nilai persediaan.
2. Pengukuran Beban atas Pemakaian PersediaanDalam rangka penyajian beban atas pemakaian persediaan pada Laporan
Operasional, beban dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods).
Pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi
fisik, yaitu dengan cara memperhitungkan saldo awal persediaan ditambah
pembelian atau perolehan persediaan lainnya seperti hibah masuk atau
transfer masuk, dikurangi dengan hibah keluar, transfer keluar, nilai
persediaan usang/rusak, dan nilai saldo akhir persediaan hasil inventarisasifisik. Selisih atas nilai persediaan hasil inventarisasi fisik dengan pencatatan
persediaan pada aplikasi persediaan diperlakukan sebagai
penambah/pengurang beban atas pemakaian persediaan pada periode
bersangkutan.
D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
1. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan
Persediaan disajikan di neraca pada Pos Aset Lancar. Dalam rangka
penyajian persediaan di neraca, satuan kerja melaksanakan inventarisasi fisik
persediaan setiap semester. Untuk selanjutnya berdasarkan hasil inventarisasi
fisik tersebut dilakukan penyesuaian data nilai persediaan pada aplikasi
SAIBA.
2. Penyajian dan Pengungkapan Beban atas Pemakaian Persediaan
Beban atas pemakaian persediaan disajikan dalam Laporan Operasional
sebagai berikut:
Beban Pemakaian Persediaan = Saldo Awal + Pembelian + Hibah Masuk + Transfer Masuk - Hibah Keluar - Transfer Keluar – Persediaan Rusak/Usang- Saldo Akhir Hasil Inventarisasi Fisik
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
16/69
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
17/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 17
Barang Persediaan
Saldo Persediaan pada Satker ABC per 31 Desember 201X sebesar Rp ZZZ (ZZZ Rupiah) jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp XXX (XXX Rupiah) dan total mutasipersediaan selama periode laporan sebesar Rp YYY . (YYY Rupiah).
Jumlah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
Uraian Saldo Awal Mutasi Saldo Akhir (Rp) (Rp) (Rp)
117111- Barang Konsumsi XXX YYY ZZZ
JUMLAH XXX YYY ZZZ
Total nilai barang persediaan yang dalam kondisi rusak dan usang adalah sebesar Rp CCC(CCC Rupiah) yang terdiri dari barang persediaan dengan kondisi rusak senilai Rp AAA (AAARupiah) dan kondisi usang senilai Rp BBB (BBB Rupiah).
E. PERUBAHAN AKUN BELANJA PERSEDIAAN PADA BAGAN AKUN STANDAR
Untuk kebutuhan pengembangan sistem dalam rangka pelaksanaan akuntansi
Pemerintah Pusat berbasis akrual, terdapat beberapa perubahan akun terkait
dengan belanja persediaan yang dikarenakan:
1. Diperlukan perbedaan antara akun belanja yang menghasilkan barang
persediaan dan akun belanja yang tidak menghasilkan barang persediaan.2. Pada buku besar akrual aplikasi SAIBA membedakan posting rule untuk
belanja yang menghasilkan barang persediaan dan belanja yang tidak
menghasilkan belanja barang persediaan.
Perubahan-perubahan tersebut telah ditetapkan dalam Kepdirjen Perbendaharaan
Nomor Kep-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun
Standar.
Akun yang digunakan khusus untuk belanja persediaan adalah sbb:1. Belanja Barang Persediaan Operasional
a. Contoh Mapping Akun Belanja Barang Persediaan Operasional
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
18/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 18
b. Daftar Akun Belanja Barang Persediaan Operasional
Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun
yang digunakan untuk belanja barang persediaan dalam rangka
operasional sbb:
Kode Akun Uraian Akun
521811 Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi
521812 Belanja Barang Persediaan Amunisi
521813 Belanja Barang Persediaan Pita Cukai, Meterai dan Leges
521821 Belanja Barang Persediaan Bahan Baku
521822 Belanja Barang Persediaan Barang Dalam Proses
Akun 521811 – Belanja Barang Persediaan Konsumsi digunakan
untuk mencatat Belanja Barang Persediaan Konsumsi yang direncanakan
pengadaannya secara kontinyu/ berkelanjutan, tidak habis dalam sekali
kegiatan, dan disimpan dalam gudang penyimpanan, seperti: ATK, bahancetakan, buku-buku peraturan, alat-alat rumah tangga. Tidak termasuk
barang persediaan yang direncanakan pengadaannya hanya untuk satu
kali kegiatan saja/ tidak berkelanjutan, dan habis dalam sekali kegiatan,
seperti: seminar kit, spanduk, penggandaan dokumen, konsumsi rapat,
dll. Untuk belanja barang persediaan tersebut, dicatat menggunakan akun
521111
521116
521119
521211
521219
5218xxMenghasilkan Barang Persediaan
Tidak menghasilkanBarang Persediaan,tetap menggunakanakun dimaksud.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
19/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 19
521211 – Belanja Bahan. Namun demikian apabila sampai dengan
kegiatan tersebut berakhir masih terdapat sisa persediaan, maka dicatat
dalam aplikasi persediaan sebagai persediaan usang.
2. Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan
a. Contoh Mapping Akun Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan
Daftar Akun Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan
Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun
yang digunakan untuk belanja barang persediaan untuk pemeliharaan sbb:
Kode Akun Uraian Akun
523112 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Gedung danBangunan
523119 Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Lainnya
523122 Belanja Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP) danPelumas Khusus Non Pertamina
523123 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan danMesin
523129 Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Lainnya
523134 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
523135 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Irigasi
523111
523119
523121
523129
523131
523132
523133
523112
523122
523134
523135
523136
523191
Menghasilkan Barang Persediaan
Tidak menghasilkanBarang Persediaanuntuk Pemeliharaan,tetap menggunakanakun dimaksud.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
20/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 20
523136 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jaringan
523191 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Lainnya
Akun tersebut di atas digunakan untuk mencatat Belanja Barang
Persediaan untuk pemeliharaan yang tidak habis dalam sekali pakai,
sifatnya cadangan atau berjaga-jaga, dan disimpan dalam gudang
penyimpanan, seperti: suku cadang, oli pelumas, BBM, alat-alat untukperbaikan gedung, dll.
3. Belanja Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemerintah Daerah
Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun
yang digunakan untuk belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/
Pemerintah Daerah sbb:
Kode
Akun
Uraian Akun
526111 Belanja Tanah Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
526112 Belanja Peralatan Dan Mesin Untuk Diserahkan kepada
Masyarakat/Pemda
526113 Belanja Gedung Dan Bangunan Untuk Diserahkan kepada
Masyarakat/Pemda
526114 Belanja Jalan, Irigasi Dan Jaringan Untuk Diserahkan kepada
Masyarakat/Pemda
526115 Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan kepada
Masyarakat/Pemda
526211 Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi Untuk
Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah
526212 Belanja Barang Penunjang Tugas Pembantuan Untuk
Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah
526311 Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kepada
Masyarakat/Pemda
527111 Belanja Tanah untuk Diserahkan kepada Mantan Presiden
dan/atau Mantan Wakil Presiden
527112 Belanja Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan kepada Mantan
Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
21/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 21
527113 Belanja Gedung dan Bangunan untuk Diserahkan kepada
Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden
Penyerahan Barang Persediaan kepada masyarakat/ Pemerintah Daerah
mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai pemindahtanganan BMN.
4. Belanja Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial dalam Bentuk Barang
Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun yang
digunakan untuk belanja persediaan dalam rangka bantuan sosial dalam
bentuk barang sbb:
Kode Akun Uraian Akun
571112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Rehabilitasi Sosial Dalam
Bentuk Barang/Jasa
572112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Jaminan Sosial DalamBentuk Barang/Jasa
573112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Pemberdayaan Sosial
Dalam Bentuk Barang/Jasa
574112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Perlindungan Sosial
Dalam Bentuk Barang/Jasa
575112 Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan
Kemiskinan Dalam Bentuk Barang/Jasa576112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Penanggulangan Bencana
Dalam Bentuk Barang/Jasa
5. Belanja Persediaan untuk Tujuan Berjaga-jaga atau Strategis
Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun yang
digunakan untuk belanja persediaan untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis
sbb:
Kode Akun Uraian Akun
581111 Belanja Cadangan Umum
581112 Belanja Cadangan Tanggap Darurat (Dana Kontijensi)
581114 Belanja Cadangan Tunjangan Beras PNS/TNI/Polri
581117 Belanja Cadangan Stabilisasi Harga Pangan
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
22/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 22
581119 Belanja Cadangan Lainnya
581122 Belanja Cadangan Beras Pemerintah
581123 Belanja Cadangan Benih Nasional
581511 Belanja Keperluan Mendesak/Tak Terduga
581512 Belanja Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana
Penjelasan lebih lanjut atas segmen akun dapat mengacu pada Kepdirjen
Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun
pada Bagan Akun Standar.
Contoh Pemakaian Akun Belanja yang menghasilkan Persediaan:
NO URAIAN KLASIFIKASI KETERANGAN
1. Pengadaan seminar kit
untuk peserta diklat oleh
Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan yang
dapat dipakai untuk
beberapa kali diklat.
Belanja Barang
Persediaan
Konsumsi
(521811)
- perencanaan pengadaan
secara kontinu/
berkelanjutan
- tidak habis dalam sekali
kegiatan diklat
2. Pengadaan seminar kit
untuk kegiatan
Sosialisasi Aplikasi
SAIBA oleh KPPN Jakarta
II.
Belanja Bahan
(521211)
- perencanaan pengadaan
hanya untuk satu kali
kegiatan saja
- habis dalam sekali
kegiatan sosialisasi
3. Pengadaan perlengkapan
gedung seperti engsel
pintu, kunci, lampu, dll
untuk pemeliharaan
gedung kantor oleh KPPN
Klaten.
Belanja Barang
Persediaan
untuk
Pemeliharaan
Gedung dan
Bangunan
(523112)
- tidak habis dalam sekali
pakai, sifatnya
cadangan atau berjaga-
jaga
4. Service rutin dan ganti
oli untuk kendaraan
dinas di bengkel resmi
Belanja
Pemeliharaan
Peralatan dan
- habis dalam sekali pakai
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
23/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 23
oleh Sekretariat Ditjen
Perbendaharaan.
Mesin (523121)
5. Pembelian oli pelumas
untuk peralatan genset
oleh pengelola Gedung
Keuangan Negara.
Belanja Barang
Persediaan
untuk
PemeliharaanPeralatan dan
Mesin (523123)
- tidak habis dalam sekali
pakai, sifatnya
cadangan atau berjaga-
jaga
F. ILUSTRASI JURNAL PADA APLIKASI SAIBA
1. Untuk pembelian persediaan, berdasarkan dokumen sumber SP2D pada saat
dilakukan pengiriman data dari aplikasi SAS, pada aplikasi SAIBA akan
terbentuk jurnal:
Buku Besar Kas
Akun Uraian Akun Debet Kredit
5218xx
523xxx
526xxx
57xxx2
58xxxx
Belanja Barang Persediaan
Belanja Barang untuk
Pemeliharaan
Belanja Barang untuk
Diserahkan kepada
Masyarakat/Pemda
Belanja Bantuan Sosial dalam
Bentuk Barang
Belanja Lain-lain
XXX
11561x Piutang dari KUN XXX
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
117911 Persediaan yang Belum Diregister XXX
313111 Ditagihkan kepada
Entitas Lain
XXX
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
24/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 24
2. Semua data mutasi persediaan, baik perolehan maupun pemakaian, diperoleh
dari aplikasi Persediaan dan dicatat berdasarkan dokumen sumber
SP2D/BAST/Dokumen lainnya. Pada saat terdapat pengiriman data dari
aplikasi Persediaan ke aplikasi SIMAK-BMN, lalu kemudian dikirim ke aplikasi
SAIBA, atas data mutasi persediaan tersebut akan membentuk jurnal:a. Pendefinitifan Persediaan
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
117xxx Barang Persediaan XXX
117911 Persediaan yang Belum
Diregister
XXX
b. Perolehan Persediaan yang Berasal dari Transfer (Transfer-In)
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
117xxx Barang Persediaan XXX
313221 Transfer Masuk XXX
c. Transfer Persediaan kepada Entitas Lain (Transfer-Out)
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
313211 Transfer Keluar XXX
117xxx Barang Persediaan XXX
d. Pembebanan atas Pemakaian Persediaan
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
593xxx
523xxx
Beban Persediaan
Beban Pemeliharaan
XXX
XXX
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
25/69
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
26/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 26
57xxx2
58xxxx
Diserahkan kepada
masyarakat/Pemda
Beban Bantuan Sosial
Beban Lain-lain
XXX
XXX
4. Apabila terdapat selisih nilai persediaan dengan belanja persediaan yangdiakibatkan metode perhitungan persediaan dengan nilai pembelian terakhir,
maka dilakukan jurnal koreksi persediaan. Apabila koreksi tersebut
menambah nilai persediaan maka jurnal yang terbentuk pada Aplikasi SAIBA
sbb:
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
117911 Persediaan yang Belum
Diregister
XXX
391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX
Sedangkan apabila koreksi tersebut mengurangi nilai persediaan, maka jurnal
yang terbentuk pada Aplikasi SAIBA sbb:
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX
117911 Persediaan yang Belum
Diregister
XXX
5. Apabila setelah lewat tahun anggaran diketahui bahwa terdapat kesalahan
pencatatan atas persediaan pada periode sebelumnya, dilakukan mekanisme
koreksi nilai persediaan melalui Menu Jurnal Koreksi pada Aplikasi SAIBA.
Apabila koreksi tersebut menambah nilai persediaan maka jurnal yang
terbentuk pada Aplikasi SAIBA sbb:
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
27/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 27
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
117xxx Barang Persediaan XXX
391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX
Sedangkan apabila koreksi tersebut mengurangi nilai persediaan, maka jurnal yang terbentuk pada Aplikasi SAIBA sbb:
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX
117xxx Barang Persediaan XXX
6. Apabila terdapat persediaan usang/rusak pada maka terbentuk jurnal pada
aplikasi SAIBA sbb:
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
596121 Kerugian Persediaan
Usang/Rusak
XXX
117xxx Barang Persediaan XXX
G. ILUSTRASI TRANSAKSI
1. Pada Satker K/L XYZ terdapat DIPA dengan rincian sebagai berikut:
Kode Akun Uraian Akun Nominal Keterangan
521211 Belanja Bahan 20.000.000 Seminar Kit
Sosialisasi521811 Belanja Barang Persediaan
Barang Konsumsi
32.000.000 ATK
523123 Belanja Barang Persediaan
Pemeliharaan Peralatan
dan Mesin
18.000.000 BBM Kendaraan
Dinas
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
28/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 28
526112 Belanja Peralatan dan
Mesin untuk Diserahkan
kepada Masyarakat/ Pemda
150.000.000 Bantuan
komputer kepada
masyarakat
571112 Belanja Bantuan Sosial
untuk Rehabilitasi Sosial
dalam Bentuk Barang/Jasa
40.000.000 Bantuan
pengadaan alat
peraga untuk
penyandang
disabilitas
Pada saat dilakukan “Copy DIPA dari Aplikasi SAS” maka pada aplikasi SAIBA
akan terbentuk jurnal:
Buku Besar Kas
Akun Uraian Akun Debet Kredit
11561x Piutang dari KUN 260.000.000
521811
521211
523123
526112
571111
Allotment Belanja Barang
Persediaan Konsumsi
Allotment Belanja Bahan
Allotment Belanja Barang
Persediaan Pemeliharaan
Peralatan dan Mesin
Allotment Belanja Peralatandan Mesin untuk Diserahkan
kepada Masyarakat/ Pemda
Allotment Belanja Bantuan
Sosial untuk Rehabilitasi Sosial
dalam Bentuk Barang/Jasa
32.000.000
20.000.000
18.000.000
150.000.000
40.000.000
2.
Sepanjang tahun 2015 atas DIPA tersebut terealisasi 100%. Saat dilakukanpenarikan data realisasi dari aplikasi SAS dari menu “Copy SPM/ SP2D dari
Aplikasi SAS”, pada aplikasi SAIBA akan terbentuk jurnal sbb:
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
29/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 29
Buku Besar Kas
Akun Uraian Akun Debet Kredit
521811
521211
523123
526112
571112
Belanja Barang Persediaan
Konsumsi
Belanja Bahan
Belanja Barang PersediaanPemeliharaan Peralatan dan Mesin
Belanja Peralatan dan Mesin untuk
Diserahkan kepada Masyarakat/
Pemda
Belanja Bantuan Sosial untuk
Rehabilitasi Sosial dalam Bentuk
Barang/Jasa
32.000.000
20.000.000
18.000.000
150.000.000
40.000.000
11561X Piutang dari KUN 260.000.000
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
521211
117911
Beban Bahan
Persediaan yang Belum Diregister
20.000.000
240.000.000
313111 DKEL 260.000.000
Perolehan persediaan yang berasal dari belanja 521811, 523123, 526112,
571112 dicatat dalam aplikasi Persediaan dengan rincian sbb:
Akun Uraian Akun Nominal
117111 Barang Konsumsi 32.000.000
117113 Bahan untuk Pemeliharaan 18.000.000
117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau
diserahkan kepada Masyarakat
150.000.000
117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 40.000.000
JUMLAH 240.000.000
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
30/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 30
3. Selama tahun 2015, diketahui terdapat pemakaian persediaan sbb:
Akun Uraian Akun Nominal
117111 Barang Konsumsi 20.000.000
117113 Bahan untuk Pemeliharaan 16.000.000
117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau
diserahkan kepada Masyarakat
135.000.000
117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 36.000.000
JUMLAH 207.000.000
Seluruh pemakaian persediaan tersebut dicatat dalam aplikasi Persediaan.
4. Selanjutnya pada akhir tahun 2015 diperoleh nilai perhitungan atas
inventarisasi fisik persediaan sbb:
Akun Uraian Akun Nominal
117111 Barang Konsumsi 10.000.000
117113 Bahan untuk Pemeliharaan 2.000.000
117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau
diserahkan kepada Masyarakat
15.000.000
117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 4.000.000
JUMLAH 31.000.000
Terdapat selisih nilai barang persediaan konsumsi sebesar 2.000.000 antara
hasil inventarisasi fisik dan catatan pada aplikasi persediaan. Selisih tersebut
diberlakukan sebagai pengurang dalam perhitungan beban atas pemakaian
persediaan. Hasil inventarisasi fisik tersebut diinput ke dalam aplikasi
Persediaan.
5. Pada akhir periode pelaporan dilakukan pengiriman data dari aplikasi
Persediaan ke aplikasi SAIBA melalui aplikasi SIMAK BMN. Pada aplikasi
SAIBA akan terbentuk jurnal:
a. Jurnal Pendefinitifan Persediaan
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
31/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 31
Buku Besar Akrual
Akun Uraian Akun Debet Kredit
117111
117113
117124
117141
Barang Konsumsi
Bahan untuk Pemeliharaan
Peralatan dan Mesin untuk dijual
atau diserahkan kepadaMasyarakat
Persediaan dalam Rangka Bantuan
Sosial
32.000.000
18.000.000
150.000.000
40.000.000
117911 Persediaan yang Belum
Diregister
240.000.000
b. Jurnal Pembebanan atas Pemakaian Persediaan
Akun Uraian Akun Debet Kredit
593111
523123
526112
571112
Beban Persediaan Konsumsi
Beban Barang Persediaan
Pemeliharaan Peralatan dan Mesin
Belanja Peralatan dan Mesin untuk
Diserahkan kepada Masyarakat/
Pemda
Belanja Bantuan Sosial untuk
Rehabilitasi Sosial dalam Bentuk
Barang/Jasa
22.000.000
16.000.000
135.000.000
36.000.000
117111
117113
117124
117141
Barang Konsumsi
Bahan untuk Pemeliharaan
Peralatan dan Mesin untuk dijual
atau diserahkan kepada
Masyarakat
Persediaan dalam Rangka
Bantuan Sosial
22.000.000
16.000.000
135.000.000
36.000.000
Dalam hal pengiriman data dari aplikasi Persediaan ke aplikasi SAIBA
melalui aplikasi SIMAK BMN belum dapat dilakukan, maka jurnal-jurnal
transaksi terkait persediaan tersebut di atas dilakukan secara manual di
aplikasi SAIBA.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
32/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 32
6. Contoh Laporan Keuangan
Atas transaksi tersebut di atas, laporan keuangan yang terbentuk sbb:
Contoh Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi AnggaranUntuk Semester yang Berakhir 31 Desember 2015
(dalam Rupiah)
Kementerian Negara/Lembaga : 00X K/L XYZEselon I : 01 Setjen KL XYZWilayah/Provinsi : 0199 Instansi PusatSatker : 123456 Satker K/L XYZ
Jenis Kewenangan : Kantor Pusat
No Uraian Anggaran Realisasi Realisasi Di Atas (di
Bawah) Anggaran
%
Realisasi
Anggaran
1 2 3 4 5 6
..........................................................................................................B BELANJA
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Kewajiban Utang
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Lain-lain
220.000.000
40.000.000
220.000.000
40.000.000
0
0
100%
100%
JUMLAH BELANJA 260.000.000 260.000.000 0 100%
..........................................................................................................
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
33/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 33
Contoh Laporan Operasional
Laporan OperasionalTingkat Satuan Kerja
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015(dalam Rupiah)
Kementerian Negara/Lembaga : 00X K/L XYZ
Eselon I : 01 Setjen KL XYZWilayah/Provinsi : 0199 Instansi PusatSatker : 123456 Satker K/L XYZ
Jenis Kewenangan : Kantor Pusat
Uraian
Jumlah Kenaikan (Penurunan)
2015 2014 2015 %
1 2 3 4 5
..................................................................................................................................Beban Operasional
Beban Pegawai
Beban Persediaan
Beban Barang & Jasa
Beban Pemeliharaan
Beban Perjalanan Dinas
Beban Barang untuk
Diserahkan kepada
Masyarakat/Pemda
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban HibahBeban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan dan
Amortisasi
Beban Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih
Beban Transfer
Beban Lain-lain
22.000.000
20.000.000
16.000.000
135.000.000
36.000.000
-
-
-
-
-
22.000.000
20.000.000
16.000.000
135.000.000
36.000.000
-
-
-
-
-
Jumlah Beban Operasional 229.000.000 - 229.000.000 -
..................................................................................................................................
Surplus (Defisit) LO (229.000.000) - (229.000.000) -
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
34/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 34
Contoh Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan EkuitasTingkat Satuan Kerja
Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015(dalam Rupiah)
Kementerian Negara/Lembaga : 00X K/L XYZ
Eselon I : 01 Setjen KL XYZWilayah/Provinsi : 0199 Instansi PusatSatker : 123456 Satker K/L XYZ
Jenis Kewenangan : Kantor Pusat
Uraian
Jumlah Kenaikan (Penurunan)
2015 2014 2015 %
1 2 3 4 5
EKUITAS AWAL
SURPLUS/DEFISIT
DAMPAK KUMULATIFPERUBAHAN KEBIJAKAN
AKUNTANSI/ KESALAHAN
MENDASAR
Koreksi Nilai Persediaan
Selisih Revaluasi Aset
Tetap
Koreksi Nilai Aset Tetap
Non Revaluasi
TRANSAKSI ANTAR ENTITAS
LAIN-LAIN
KENAIKAN/PENURUNAN
EKUITAS
(229.000.000)
260.000.000
31.000.000
-
-
(229.000.000)
260.000.000
31.000.000
-
-
EKUITAS AKHIR 31.000.000 - 31.000.000 -
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
35/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 35
Contoh Neraca
NeracaTingkat Satuan Kerja
Per 31 Desember 2015(dalam Rupiah)
Uraian
Jumlah Kenaikan (Penurunan)
2015 2014 2015 %1 2 3 4 5
ASET
ASET LANCAR
......................
Persediaan
......................
JUMLAH ASET LANCAR
JUMLAH ASET
......................
EKUITAS
EKUITAS
Ekuitas
JUMLAH EKUITAS
JUMLAH KEWAJIBAN
DAN EKUITAS
31.000.000
31.000.000
31.000.000
31.000.000
31.000.000
31.000.000
-
-
-
-
-
-
31.000.000
31.000.000
31.000.000
31.000.000
31.000.000
31.000.000
-
-
-
-
-
-
H. PERLAKUAN KHUSUS PERSEDIAAN
1. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk
dijual seperti pita cukai dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
2. Persediaan berupa barang yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak
ketiga yang masih dalam proses pembangunan sampai dengan tanggal
pelaporan, maka atas pengeluaran – pengeluaran yang dapat diatribusikan
untuk pembentukan aset tersebut tetap disajikan sebagai persediaan (bukan
KDP).3. Ada kalanya unit pemerintah, karena tugas dan fungsinya, menerima hibah
berupa emas, seperti penerimaan Hadiah Tidak Tertebak (HTT) atau Hadiah
Yang Tidak Diambil Oleh Pemenang pada Kementerian Sosial. Dalam hal ini,
persediaan berupa emas tersebut dicatat sebesar harga wajar pada saat
perolehan.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
36/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 36
AKUNTANSI ATAS PERLAKUAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK
TERTAGIH -PIUTANG BUKAN PAJAK YANG DITERIMA PEMBAYARAN
PIUTANGNYA
Oleh Joni Afandi
1. Pendahuluan
Piutang adalah jumlah yang akan diterima oleh suatu entitas yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya
yang sah.
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak adalah cadangan yang
dibentuk berdasarkan persentase tertentu dari jumlah piutang untuk
menggambarkan ketertagihan piutang. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih -
Piutang Bukan Pajak dibuat berdasarkan umur piutang yang telah jatuh tempo.
Pada hakikatnya penyisihan dibuat untuk menggambarkan nilai piutang yang
dapat ditagih. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak diakui
sebagai beban penyisihan dan disajikan dalam Laporan Operasional. Beban
operasional akan mengurangi surplus dan selanjutnya akan mengurangi ekuitas
suatu entitas.
Pada tahun berjalan terdapat kemungkinan penerimaan pembayaran piutang
yang melebihi nilai buku piutang. Kelebihan penerimaan tersebut akibat dari
piutang yang disajikan telah dikurangi dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
- Piutang Bukan Pajak. Tulisan ini akan membahas perlakuan akuntansi ataskelebihan penerimaan pembayaran piutang dari nilai buku piutang tersebut baik
yang dilakukan penyisihan pada tahun berjalan maupun yang dilakukan
penyisihan tahun sebelumnya.
2. Bahasan
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
37/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 37
Suatu piutang yang telah dilakukan penyisihan ataupun dihapusbukukan dan
dihapustagihkan ada kemungkinan diterima pembayarannya kembali oleh suatu
entitas, baik yang diterima karena timbulnya kesadaran dan rasa tanggung jawab
yang berutang maupun akibat dari proses penagihan yang dilakukan oleh PUPN.
Untuk menggambarkan ketertagihan suatu piutang, entitas membuat suatu
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak yang merupakankontra akun dari piutang dan menjadi beban penyisihan pada laporan
operasional. Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak
tahun berjalan menjadi unsur pengurang surplus pada Laporan Operasional.
Semakin besar beban penyisihan semakin besar berkurangnya surplus suatu
entitas, demikian juga sebaliknya semakin kecil beban penyisihan maka
pengurang surplus juga akan kecil nilainya. Di neraca, Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih - Piutang Bukan Pajak disajikan sebagai kontra akun yang akan
mengurangi jumlah piutang yang disajikan di neraca.
Penagihan piutang dilakukan terhadap nilai piutang secara keseluruhan dan
bukan sebesar nilai buku piutang tersebut di neraca. Penerimaan kas atas
penagihan piutang sesungguhnya termasuk juga penerimaan kas atas Penyisihan
Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak. Pembahasan mengenai akuntansi
atas penerimaan kas yang diterima dari pembayaran piutang akan dimulai dari
perlakuan akuntansi atas penerimaan piutang yang dilakukan penyisihan padatahun berjalan, penerimaan piutang yang telah dilakukan penyisihan pada tahun
sebelumnya, akuntansi atas penerimaan piutang yang dihapusbukukan serta
akuntansi atas penerimaan piutang yang telah dihapustagihkan.
2.1. Akuntansi atas Perlakuan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Tahun Berjalan
yang diterima Pembayaran Piutangnya
Piutang yang dilakukan penyisihan tahun berjalan kemungkinan diterima
pembayarannya secara penuh dan nilai penerimaannya melebihi nilai buku
piutang tersebut. Atas kelebihan penerimaan pembayaran piutang diatas
nilai buku tersebut diakui sebagai pengurang beban Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak yang bersangkutan. Pertimbangan
yang digunakan atas perlakuan kelebihan penerimaan piutang di atas nilai
buku sebagai pengurang beban penyisihan adalah bahwa beban penyisihan
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
38/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 38
tahun berjalan tersebut belum ditutup ke Surplus/Defisit LO dan karenanya
belum mempengaruhi ekuitas Entitas tahun berjalan. Untuk
menggambarkan perlakuan akuntansi atas Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih - Piutang Bukan Pajak tahun berjalan yang diterima pembayaran
piutangnya, berikut akan diilustrasikan transaksi tersebut.
a. Piutang suatu entitas yang disajikan di neraca pada 31 Desember 2014
adalah sebagai berikut:
Neraca
31 Desember 2014
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Lancar:
Piutang Bukan Pajak
Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih
Piutang Bukan Pajak
(Netto)
100.000
(21.800)
78.200
Rincian Penyisihan piutang tidak tertagih 2014 sebagai berikut:
No
Nama
Wajib
Bayar
Jumlah
Penyisihan Piutang Jumlah
5% oo 10% 50% 100%
1 ABCDE 60.000 300 300
2 BCDEF 15.000 1.500 1.500
3 CDEFG 10.000 5.000 5.000
4 DEFGH 15.000 15.000 15.000
Jumlah 100.000 300 1.500 5.000 15.000 21.800
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
39/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 39
b. Pada bulan Juni 2015 terdapat penambahan piutang karena adanya
penagihan PNBP yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp50.000.
Jurnal:
Piutang Bukan Pajak Rp50.000
Pendapatan PNBP Rp50.000
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang berasal dari penambahan piutang
tahun 2015 diasumsikan sebesar Rp16.950, dengan rincian
No
Nama
Wajib
Bayar
Jumlah
Penyisihan Piutang Jumlah
5% oo 10% 50% 100%
1 ABCDE 60.000 - 6.000 - - 6.000
2 BCDEF 15.000 - - 7.500 - 7.500
3 CDEFG 10.000 - - - 10.000 10.000
4 DEFGH 15.000 - 15.000 15.000
5 EFGHI 50.000 250 - - - 250
Jumlah 150.000 250 6.000 7.500 25.000 38.750
Jurnal:
Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp16.950
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp16.950
c. Pada bulan Desember 2015 diterima pembayaran oleh wajib bayar sebesar
Rp50.000 atas penagihan PNBP yang berasal dari perolehan tahun 2015
sebesar Rp50.000 dan telah dilakukan penyisihan sebesar Rp250.
Jurnal:
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
40/69
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
41/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 41
Buku Besar
Diterima dari Entitas
No Tgl Penjelasan Ref Debit KreditSaldo
Debit Kredit
1 Des 50.000 50.000 -
Buku Besar
Beban Penyisihan
No Tgl Penjelasan Ref Debit Kredit
Saldo
Debit Kredit
1 Juni 250 - 250 -
2 Des - 250 - -
e. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran
Tahun 2015
Kode Akun Jumlah
Pendapatan
- Pendapatan PNBP 50.000
Belanja
- .....-
.....
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
42/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 42
f. Laporan Operasional:
Laporan Operasional
Untuk tahun yang berakhir 31 Des 2015
Kode Akun Jumlah
Pendapatan Operasional:
- ......
Beban Operasional:
- ......- Beban Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih - Piutang Bukan Pajak
- ......
0
Surplus/Defisit Operasional 0
g. Neraca
Neraca
31 Desember 2015
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Lancar:
Piutang
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Piutang Bukan Pajak (Netto)
100.000
(32.750
67.250
Penjelasan:
Pembebanan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang berasal dari transaksi
penambahan piutang tahun berjalan sebesar Rp250 tahun berjalandikoreksi sebesar beban penyisihan tahun berjalan atas penerimaan
piutang yang terjadi pada tahun berjalan, sehingga beban penyisihan tahun
berjalan menjadi nol, karena piutang yang terjadi pada tahun berjalan
tersebut telah diterima pembayarannya sehingga tidak ada pengakuan
beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
43/69
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
44/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 44
2. Nama Wajib Bayar : BCDEF
Alamat : Jl. ………
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
1 jan Saldo awal 15.000
3. Nama Wajib Bayar : CDEFG
Alamat : Jl. ………
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
1 jan Saldo awal 10.000
4. Nama Wajib Bayar : DEFGH
Alamat : Jl. ………
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Saldo
1 jan Saldo awal 15.000
Penyisihan Piutang tahun 2014 adalah sebagai berikut:
No
Nama
Wajib
Bayar
Jumlah
Penyisihan Piutang Jumlah
5% 10% 50% 100%
1 ABCDE 60.000 300 300
2 BCDEF 15.000 1.500 1.500
3 CDEFG 10.000 5.000 5.000
4 DEFGH 15.000 15.000 15.000
Jumlah 300 1.500 5.000 15.000 21.800
b. Pada bulan Juni 2015 terdapat penambahan piutang PNBP sebesar
Rp50.000 berdasarkan surat penagihan yang dibuat oleh Entitas.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
45/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 45
Jurnal:
Piutang Bukan Pajak Rp 50.000
Pendapatan PNBP Rp 50.000
c. Pada tahun 2015, berdasarkan penagihan yang dilakukan oleh Entitas
kepada wajib bayar selanjutnya dilakukan penghitungan penyisihan piutang
kembali dengan rincian seperti di bawah ini:
Penyisihan Piutang tahun 2015 adalah sebagai berikut:
No
Nama
Wajib
Bayar
Jumlah
Penyisihan Piutang Jumlah
5% 10% 50% 100%
1 ABCDE 60.000 - 6.000 - - 6.000
2 BCDEF 15.000 - - 7.500 - 1.500
3 CDEFG 10.000 - - - 10.000 10.000
4 DEFGH 15.000 - 15.000 15.000
5 EFGHI 50.000 250 - - - 250
Jumlah 150.000 250 6.000 7.500 25.000 32.750
d. Jurnal penyisihan tahun 2015, menambah penyisihan piutang sebesar
Rp32.750 dikurangi dengan Rp21.800 atau sebesar Rp10.950.
Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp10.950
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp10.950
e. Pada bulan Desember tahun 2015 diterima pembayaran oleh debitur sebesar
Rp150.000 yang berasal dari piutang yang diperoleh tahun 2015 sebesar Rp
50.000 dan telah dilakukan penyisihan sebesar Rp 250 dan piutang yang
diperoleh tahun sebelumnya sebesar Rp100.000 yang telah dilakukan
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
46/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 46
penyisihan pada tahun sebelumnya sebesar Rp21.800 dan penyisihan tahun
berjalan sebesar Rp32.750.
Atas beban penyisihan tahun 2014 sebesar Rp21.800 dan tahun 2015
sebesar Rp10.950, maka dilakukan penjurnalan sebagai berikut:
Jurnal:
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp10.950
Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp10.950
(jurnal untuk mencatat pengurangan beban penyisihan yang berasal dari
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih tahun berjalan)
Diterima dari Entitas Lain Rp150.000
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih 21.800
Piutang Bukan Pajak Rp150.000
Pendapatan lain-lain 21.800
f. Buku besar Piutang, Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang
Bukan Pajak, Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak,
Akun Antara tahun 2015 sbb:
Buku Besar
Piutang Bukan Pajak
No Tgl Penjelasan Ref Debit KreditSaldo
Debit kredit
1 1 Jan Saldo awal 100.000 -
2 Juni 50.000 150.000 -
3 Des 50.000 100.000 -
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
47/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 47
Buku Besar
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak
No Tgl Penjelasan Ref Debit KreditSaldo
Debit Kredit
1 1 Jan Saldo awal - - - 21.800
2 Penyisihan - 10.950 - 32.750
3 Pelunasan 32.750 - -
Buku Besar
Diterima dari Entitas
No Tgl Penjelasan Ref Debit KreditSaldo
Debit Kredit
1 Des Pelunasan
piutang
150.000 - 150.000 -
Buku Besar
Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
No Tgl Penjelasan Ref Debit KreditSaldo
Debit Kredit
1 10.950 - 10.950 -
2 Des Pelunasan - 10.950 - -
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
48/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 48
g. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran
Tahun 2014
Kode Akun Jumlah
Pendapatan
- Pendapatan PNBP 150.000
Belanja
- ..... .....
h. Laporan Operasional
Laporan Operasional
Untuk tahun yang berakhir 31 Des 2014
Kode Akun Jumlah
Pendapatan Operasional:
- Pendapatan lain-lain 21.800
Beban Operasional:
- ......- Beban Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih......
...
0
Surplus/Defisit Operasional 21.800
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
49/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 49
i. Neraca
Neraca
31 Desember 2014
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Lancar:
Piutang
Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih
Piutang Bukan Pajak
(Netto)
0
(0)
0
Ekuitas:
Penjelasan:
Pembebanan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih tahun berjalan sebesar
Rp10.950 dikoreksi pada saat entitas menerima pelunasan yang berasal dari
penambahan piutang tahun berjalan sebesar Rp50.000, sehingga beban
penyisihan tahun berjalan menjadi nol.
Atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih tahun sebelumnya sebesar Rp21.800
diakui sebagai pendapatan lain-lain karena penerimaan piutang yang
diterima pada dasarnya melebihi nilai buku piutang yang ada.
2.3. Piutang yang Dihapuskan
Penghapusan piutang menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun
2005 terdiri dari penghapusan bersyarat dan penghapusan mutlak.
Penghapusan bersyarat dan penghapusan mutlak hanya dapat dilakukan
setelah piutang negara diurus secara optimal oleh PUPN. Penghapusan
bersyarat dilakukan terhadap piutang yang telah dinyatakan sebagai PiutangNegara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT), dimana penanggung utang
tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya dan barang jaminan
tidak ada, telah dicairkan, tidak lagi mempunyai nilai ekonomis atau
bermasalah sehingga sulit untuk dilakukan penagihan.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
50/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 50
Penghapusan mutlak dilakukan setelah lewat waktu 2 tahun sejak
penetapan penghapusan bersyarat atas suatu piutang dan penanggung
utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa
kewajiban yang dibuktikan dengan keterangan dari aparat/pejabat yang
berwenang.
Dalam penghapusan bersyarat, piutang dihapusbukukan namun proses
penagihan tetap dilakukan. Sementara untuk penghapusan mutlak, piutang
disamping dilakukan penghapusbukuan juga dilakukan penghapustagihan.
2.3.1. Piutang yang telah dihapusbukukan
Piutang yang telah dihapusbukukan pada hakikatnya telah dihapuskan dari
neraca tetapi masih dilakukan penagihannya oleh PUPN.
Penerimaan kas atas piutang yang telah dihapusbukukan dan diterima
pembayarannya diakui sebagai pendapatan lain-lain, mengingat transaksi
tahun lalu telah ditutup pada surplus/defisit LO dan menjadi penambah
atau pengurang ekuitas pada neraca.
a. Piutang suatu entitas yang disajikan di neraca pada 31 desember 2014
adalah sebagai berikut:
Neraca
31 Desember 2014
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Aset Lancar:
Piutang Bukan Pajak
Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih
Piutang Bukan Pajak (Netto)
100.000
(100.000)
0
b. Pada bulan Juni 2015 dilakukan penghapustagihan piutang
Jurnal:
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
51/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 51
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp100.000
Piutang Bukan Pajak Rp100.000
c. Buku besar Piutang dan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih tahun 2015
sbb:
Buku Besar
Piutang
No Tgl Penjelasan Ref Debit KreditSaldo
Debit kredit
1 1 Jan Saldo awal 100.000 -
2 Juni 100.000 - -
Buku BesarPenyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak
No Tgl Penjelasan Ref Debit KreditSaldo
Debit Kredit
1 1 Jan Saldo awal - - - 100.000
3 Penghapusan 100.000 - - -
d. Pada bulan Desember 2015, setelah dilakukan upaya penagihan oleh
PUPN, piutang Rp100.000 tersebut diterima pelunasannya oleh debitur.
Jurnal untuk mencatat kembali piutang:
Piutang Bukan Pajak Rp100.000
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp100.000
Jurnal untuk mencatat penerimaan piutang:
Diterima dari Entitas Lain Rp100.000
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp100.000
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
52/69
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
53/69
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
54/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 54
Pendapatan non operasional:
- Pendapatan Lain-lain 100.000
Beban Operasional:
- ......
Surplus/Defisit Operasional 100.000
2.3.2. Piutang yang telah dihapustagih
Piutang yang telah dihapustagihkan mengandung arti bahwa piutang
tersebut telah dihapusbukukan dari neraca dan sudah tidak dilakukan
penagihan oleh PUPN.
Suatu piutang yang telah dihapustagihkan dan ternyata dikemudian hari
diterima pembayaran/pelunasannnya, maka terhadap penerimaan kas atas
piutang yang telah dihapustagihkan dan diterima pembayarannya tersebut
diakui sebagai pendapatan lain-lain. Pertimbangan untuk mengakui
penerimaan tersebut sebagai pendapatan lain-lain karena piutang tersebut
telah dihapustagihkan dan dianggap tidak akan tertagih lagi bagi entitas
yang bersangkutan. Disamping itu atas piutang yang telah
dihapustagihkan tersebut tidak disajikan lagi di neraca entitas.
a. Piutang suatu entitas yang disajikan di neraca pada 31 desember 2014
adalah sebagai berikut:
Neraca
31 Desember 2014
Uraian Jumlah Uraian JumlahAset Lancar:
Piutang Bukan Pajak
Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih
Piutang Bukan Pajak (Netto)
0
(0)
0
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
55/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 55
b. Pada bulan Desember 2015, piutang Rp100.000 tersebut diterima
pelunasannya dari Wajib Bayar.
Jurnal untuk mencatat penerimaan piutang:
Jurnal Kas:
Utang pada KUN Rp100.000
Pendapatan Lain-lain Rp100.000
Jurnal Akrual:
Diterima dari Entitas Lain Rp100.000
Pendapatan Lain-lain Rp100.000
c. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran
Tahun 2015
Kode Akun Jumlah
Pendapatan:
- Pendapatan PNBP 100.000
Belanja
- ..... .....
d. Laporan Operasional:
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
56/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 56
Laporan Operasional
Untuk tahun yang berakhir 31 Des 2015
Kode Akun Jumlah
Pendapatan Operasional:
- ......
Pendapatan non operasional:
- Pendapatan Lain-lain100.000
Beban Operasional:
- ......
Surplus/Defisit Operasional 100.000
3. Kesimpulan
Suatu piutang yang dimiliki oleh entitas disajikan sebesar nilai yang dapat
direalisasikan. Untuk menyajikannya perlu dibuat Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih. Terhadap piutang yang telah dilakukan penyisihan tersebut ada
kemungkinan diterima pembayaran atau pelunasannya. Atas Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih yang diterima pembayarannya tersebut perlu dibuat perlakuan
tersendiri. Hal itu perlu dilakukan mengingat Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
telah diakui sebagai beban pada laporan operasional. Sesuai dengan PSAP 12
paragraf 41, “Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban yang
terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode
yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban
dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan penambahanbeban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas”, maka penerimaan
kembali piutang yang dilakukan penyisihan pada tahun berjalan, maka beban
penyisihan tahun berjalan tersebut dikurangi sebesar jumlah beban yang
diterima pembayaran piutang tahun berjalan tersebut. Selanjutnya atas
penerimaan kembali piutang yang dilakukan penyisihan pada tahun sebelumnya,
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
57/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 57
maka atas Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang telah dibuat oleh entitas
tersebut diakui sebagai pendapatan lain-lain.
Untuk piutang yang telah dihapusbukukan, maka atas penerimaan piutang
tersebut perlu dilakukan pencatatan untuk membukukan kembali piutang yang
bersangkutan dan selanjutnya dilakukan penghapusan piutang karena adanya
pelunasan. Sedangkan untuk piutang yang telah dihapustagihkan maka tidak
perlu dilakukan pencatatan kembali piutang yang bersangkutan. Atas
penerimaan piutang yang dihapusbukukan maupun dihapustagihkan tersebut
diakui sebagai pendapatan lain-lain pada laporan operasional maupun pada
laporan realisasi anggaran oleh entitas yang bersangkutan.
Referensi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar AkuntansiPemerintahan.
Buletin Teknis Akuntansi Piutang
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
58/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 58
KLINIK PELAKSANAAN ANGGARAN DAN
AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
1. Pertanyaan :
Apakah dana hibah pemilukada yang dianggarkan tahun 2015 dapat untuk
membiayai tahapan pemilu di awal tahun 2016 ? Bagaimana mekanisme
pertanggungjawaban dana hibah tersebut, tutup buku di tahun 2015 atau sesuai
selesainya tahapan pemilukada?
Jawaban :
Sesuai PMK 191/PMK.05/2011, dalam hal terdapat sisa pagu belanja yang
bersumber dari hibah langsung dalam bentuk uang untuk membiayai kegiatan pada
DIPA K/L tahun anggaran berjalan yang akan digunakan pada tahun anggaran
berikutnya, dapat menambah pagu belanja DIPA tahun anggaran berikutnya.
Penambahan pagu DIPA tersebut dilakukan melalui mekanisme revisi yang diajukan
oleh PA/KPA kepada Direktur Jenderal Anggaran/Kepala Kanwil DJPB sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Petunjuk lebih lanjut terkait
pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran Pemilukada yang
dibiayai/bersumber dari APBD agar mempedomani Peraturan Meneri Dalam Negeri
dan/atau Keputusan KPU.
2. Pertanyaan :
Satker kami mendapat hibah berupa uang dari Pemda, atas hibah tersebut sudah
diterbitkan revisi DIPAnya, beberapa hal yg kami tanyakan sebagai berikut :
1. Sampai sekarang satker belum mengajukan SP2HL ke KPPN, terkait
penyusunan LKPP anaudited bulan Desember 2014 apakah perlu kami
jelaskan pada Calk atau tidak?
2. Satker yang bersamgkutan memberikan info kalau dari jumlah hibah
Rp.100.000.000 hanya sejumlah Rp.6.000.000 saja yg mereka terbitkan
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
59/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 59
SP2HL, atas kelebihannya belum mereka setorkan. Apakah nantinya akan
berpengaruh pada LKPP?
Jawaban :
Berdasarkan PMK No. 191/PMK.05/2011 bahwa dasar pengesahan suatu hibah
yang dibukukan oleh satker sebagai pendapatan hibah langsung dan/atau belanja
yang bersumber dari hibah langsung adalah SP2HL. Atas dasar SP2HL, maka kuasa
BUN (KPPN) menerbitkan SPHL untuk mengesahkan pendapatan hibah langsung
dan/atau belanja yang bersumber dari hibah langsung adalah SPHL. Sedangkan bagi
satker SPHL yang diterima oleh KPPN, maka dibukukan sebagai belanja yang
bersumber dari hibah langsung dan saldo kas di K/L dari hibah. Atas dasar SPHL
juga DJPU membukukan sebagai pendapatan hibah langsung. Atas dasar kejadian
tersebut, bahwa dari total hibah langsung sebesar Rp 100.000.000, namun hanya Rp
6.000.000 yang diterbitkan SP2HL sebagai dasar penerbitan SPHL, maka
pengesahan terhadap hibah langsung tersebut dan juga belanja yang bersumber dari
hibah langsung tersebut sebesar Rp 6.000.000 dengan asumsi nilai belanjanya yang
disahkan sama dengan nilai pendapatan yang disahkan. Adapun nilai sisa hibah
yang belum disahkan sebesar Rp 94.000.000, maka pada akhir tahun dapat
dikembalikan kepada pemberi hibah atau disetor ke kas negara tergantung
perjanjian hibahnya. Transakasi pengembalian dana hibah baik dikembalikan
kepada pemberi hibah maupun disetor ke kas negara diunkapkan dalam Calk.
3. Pertanyaan :
Bagaimana jurnal penyesuaian akhir tahun atas kejadian: pada tanggal 31 Desember
2014 terdapat belanja uang makan pegawai yang masih harus dikembalikan tapi
semua uang telah disalurkan ke rekening para pegawai, dengan jumlah RP.XXX. Dan
apabila pada 15 Januari 2015 uang tersebut diminta dari para pegawai lalu
disetorkan ke kas negara dengan akun 423951. Bagaimana jurnal baliknya di 2015 ?
Jawaban :
Pada akhir tahun 2014 terbentuk jurnal penyesuaian di aplikasi SAKPA D Piutang
PNBP K Cadangan Piutang, kemudian pada saat dilakukan migrasi ke Saldo Awal ke
aplikasi SAIBA terbentuk jurnal D Piutang PNBP K Ekuitas, selanjutnya pada saat
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
60/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 60
dilakukan penyetoran dengan SSBP dilakukan jurnal penyesuaian dengan
menginout nilai negatif pada aplikasi SAIBA D Piutang PNBP K Pendapatan
Pengembalian Belanja TAYL.
4. Pertanyaan :
Di dalam PMK No. 191 tahun 2011 tentang mekanisme pengelolaan hibah pasal 1
ayat 2 dinyatakan bahwa “Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah
Pusat dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari
pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau
luar negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat
secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L, atau
diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan
Usaha Milik Daerah”. Apakah hibah pemilu dari pemerintah daerah kepada komisi
pemilihan umum di daerah tetap harus didaftarkan dan memperoleh no. registrasi ?
Apakah pengelolaan keuangan hibah K/L Vertikal menggunakan pengelolaan
keuangan APBD atau APBN ?
Jawaban :
Hibah baik yang berasal dari Pemda/ Entitas lain di luar pemerintah pusat
mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai Pengelolaan Hibah. Dalam PMK
Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah, setiap hibah yang
diterima baik dalam bentuk uang wajib melalui proses register, pengesahan rekening
hibah, revisi DIPA, dan untuk selanjutnya dilakukan pengesahan di KPPN.
Sementara itu untuk hibah berupa barang/jasa wajib melalui proses BAST, register,
pengesahan pendapatan hibah di KPPN. Pengelolaan Keuangan Pemerintah Pusat
terpisah dengan pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah, sehingga untuk satker
Pemerintah Pusat mengacu pada pengaturan keuangan pemerintah pusat, dan
begitu pula sebaliknya untuk pengelolaan Keuangan Daerah.
5. Pertanyaan :
Saya pegawai di Kementerian Pekerjaan Umum ada bebarapa hal yang ingin saya
tanyakan :
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
61/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 61
1. Pencataan pendapatan penjualan aset tetap dicatat dengan menggunkan akun
berapa dan di BA apa?
2. Untuk pendapatan sewa beli dicatat menggunkan akun dan satker apa?
Jawaban :
Pencatatan atas penjualan aset tetap dicatat menggunakan akun pada kelompok
42312X- Pendapatan dari Pemindahtangan BMN sebagai pendapatan satker
bersangkutan. Sementara khusus untuk pendapatan sewa beli, sebagaimana
dijelaskan dalam surat Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada saat
penyetoran dicatat sebagai pendapatan satker 033.05.0199.452780 (Satker
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya) dengan
menggunakan akun 423123. Untuk porsi bea lelang dicatat sebagai pendapatan
KPKNL tempat dilaksanakan lelang
6. Pertanyaan :
Bagaimana jurnal yang terbentuk atas transakasi setoran pengembalian uang makan
TAYL ?
Jawaban :
Pada saat Saudara melakukan jurnal penyesuaian terbentuk jurnal D Kas Lainnya di
Bendahara Pengeluaran K Pendapatan yang Ditangguhkan. Kemudian pada saat
Saudara melakukan penyetoran pada tahun 2015 akan terbentuk jurnal pada buku
besar kas D Utang kepada KUN K Pendapatan PNBP-LRA. Sementara itu di buku
besar akrual terbentuk jurnal D Diterima Dari Entitas Lain K Pendapatan PNBP – LO.
Atas penyetoran tersebut maka saudara melakukan penyesuaian saldo Kas Lainnya
di bendahara pengeluaran pada aplikasi SAIBA dengan melakukan jurnal D
Pendapatan PNBP K Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran.
7. Pertanyaan :
Apakah Satker yang mendapat hibah barang TA. 2014 harus melaksanakan revisi
dipa di Kanwil ? Karena kami dihubungi oleh pihak kppn bahwa realisasi kami
terdapat minus yang disebabkan oleh hibah barang tersebut.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
62/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 62
Jawaban :
Dasar Hukum pelaksanaan Hibah Langsung adalah:
1. PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
2. PP10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah
3. PMK 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah
4. PMK 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah
5. Perdirjen Perbendaharaan No. Per-81/PB/2011 tentang Tata Cara Pengesahan
Hibah Langsung Bentuk Uang dan Penyampaian Memo Pencatatan Hibah
Langsung Bentuk B/J/S.
Untuk pelaksanaan Hibah Langsung berupa Barang tidak perlu dilakukan revisi
DIPA, adapun tatacara pelaksanaan pencatatan Hibah langsung Barang agar
perpedoman pada Perdirjen Perbendaharaan No. Per-81/PB/2011 Pencatatan Hibah
Bentuk Barang/Jasa/ Surat Berharga ke KPPN :
1. PA/Kuasa PA mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat berharga (MPHL-BJS).
2. Untuk keperluan pencatatan:
Belanja Barang untuk Pencatatan Persediaan dari Hibah
Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dari Hibah
Belanja Modal untuk Pencatatan Aset Tetap atau Aset Lainnya dari Hibah
Pengeluaran Pembiayaan untuk Pencatatan Surat Berharga dari Hibah
dan;
Pendapatan Hibah Langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga
3. PA/Kuasa PA membuat dan menyampaikan MPHL-BJS ke KPPN dengan
dilampiri SPTMHL, SP3HL-BJS lembar kedua; dan SPTJM.
-
8/17/2019 Isi Pantek 17
63/69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 63
4. Atas dasar MPHL-BJS, KPPN menerbitkan Persetujuan MPHL-BJS dalam
rangkap 3 dengan ketentuan:
Lembar ke-1, untuk PA/Kuasa PA;
Lembar ke-2, untuk DJPU c.q. Dit. EAS dengan dilampiri copy MPHL-BJS;
dan
Lembar ke-3, untuk pertinggal KPPN
8. Pertanyaan :
Didalam PMK diny atakan bahwa ” Aset BLUD adalah aset pemerintah daerah yang
tidak terpisahkan”. Apakah dalam hal ini bisa dikatakan bahwa pendapatan hasil
pelayanan adalah pendapatan daerah yang berarti pemanfaat Belanja Barang dan
Jasa harus mengacu pada aturan Perpres 54 beserta perubahannya ?
Jawaban :
Dasar tata kelola keuangan BLU dan BLUD mengacu pada PP 23 Tahun 2005 dan
PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 23
tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan BLU sebagai tambahan, BLUD juga
mengacu pada Permendagri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman teknis pola
keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Mengenai perihal pengadaan barang dan/
jasa pada bagian ketujuh pasal 20 PP 23 tahun 2005 disebutkan pengadaan
barang/jasa oleh BLU dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai
dengan praktek bisnis yang sehat dan pada penjelasan pasal 20 (ayat 1) disebutkan
BLU dapat dibebaskan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum
bagi pengadaan barang/jasa pemerintah bila terdapat alasan efektivitas dan/atau
efisiensi. Pada Permendagri Nomor 61 tahun 2007 pasal 99 juga disebutkan bahwa
pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan prinsip
efisien,efektif,transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek
bisnis yang sehat, sehingga u