isi pelayanan kesehatan.doc

18
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.( Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan) Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001). kesehatan hal yang penting untuk setiap makhluk hidup. Salah satu indikator makmurnya suatu kawasan atau wilayah bisa dilihat dari tingkat kesehatan warganya. Kesehatan berhubungan dengan pelayanan kesehatna yang berada di daerah tersebut. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan yang sama di mata masyarakat. Akan tetapi sering terdapat dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah begitu banyak kasus yang menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan 1

Upload: linda-ayu-mustikasari

Post on 08-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi.( Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan) Kesehatan dipandang sebagai sumber daya yang memberikan kemampuan pada individu, kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan arah pembangunan kesehatan kita yang meninggalkan paradigma lama menuju paradigma sehat, dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 (Ahmad Djojosugitjo, 2001).kesehatan hal yang penting untuk setiap makhluk hidup. Salah satu indikator makmurnya suatu kawasan atau wilayah bisa dilihat dari tingkat kesehatan warganya. Kesehatan berhubungan dengan pelayanan kesehatna yang berada di daerah tersebut. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan yang sama di mata masyarakat. Akan tetapi sering terdapat dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah begitu banyak kasus yang menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan di negeri ini. Seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki dompet tebal. Sementara orang-orang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan proporsional. Orang-orang miskin sepertinya tidak boleh sakit. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia diamanatkan bahwa Kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 H ayat (1) : setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan baik dan ramah. Dokter terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-asalan.Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat melainkan partisipasi semua masyarakat.B. Rumusan Masalah1. Bentuk pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat.

2. Bagaimana pandangan masyarakat tentang pelayanan kesehatan di Indonesia?

3. Bagaimana kualitas pelayanan mutu kesehatan di Indonesia?

4. Apasaja yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di Indonesia?

C. Tujuan1. Mengetahui pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat2. Mengetahui pandangan masyarakat tentang pelayanan kesehatan di Indonesia.

3. Mengetahui kualitas pelayanan mutu kesehatan di Indonesia.

4. Mengetahui hal-hal yang menpengaruhi mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care) (Ahmad Djojosugitjo, 2001).Pelayanan kesehatan, memiliki tiga fungsi yang saling berkaitan, saling berpengaruh dan saling bergantungan, yaitu fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan ), fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan) dan fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan kesehatan). Ketiga fungsi tersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan yaitu, masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat), tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga profesional kesehatan) dan tenaga adminstrasi/manajemen kesehatan (manajemen/ adminstrator kesehatan). Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan derajat masyarakat (consumer satisfaction), melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang memuaskan harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (provider satisfaction), pada institusi pelayanan yang diselenggarakan secara efisien (institutional satisfaction). Interaksi ketiga pilar utama pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan paduan dari kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care).

Jamkesda adalah suatu program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan berbasis kewilayahan dengan tujuan utama mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota wajib memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Jadi, dengan adanya program Jamkesda kita patut bangga memiliki pemerintah yang benar-benar memperhatikan urusan kesehatan rakyatnya. Dinkes dalam menjalankan kegiatan programnya memiliki kompetensi yang jelas, serta memahami seluk beluk implementasi sektor kesehatan mulai sisi administrasi hingga klaim biaya layanan kesehatan.Pengelolaan Jamkesda di bawah kendali Dinkes akan menjamin setidaknya negara atau Pemda tidak lari dari tanggung jawab dalam mengurusi kesehatan rakyatnya. Sebab dari Dinkes ini pula semua unsur yang terkait dengan urusan kesehatan rakyat mulai dari penyusunan program kegiatan, usulan penganggaran kepada dewan hingga eksekusi pelayanan kesehatan bisa dijalankan dengan baik.Namun kini, keseriusan pemerintah mengurusi kesehatan rakyatnya menghadapi rintangan berupa ancaman sistematisasi asuransi Jamkesda, karena pengelolaan Jamkesda nantinya dikelola dengan sistem asuransi dan akan memunculkan kekhawatiran terjadi pemborosan keuangan besar-besaran, lemahnya kontrol bupati sebagai pimpinan daerah, dan terjadinya penolakan klaim biaya layanan kesehatan hingga penelantaran pasien secara terstruktur.Dengan model asuransi, Pemda bisa cuci tangan bila ada ketidakberesan dalam implementasi pengelolaan klaim biaya layanan kesehatan.Pemerintah dibuat terlena dengan mantapnya presentasi rekanan dalam memperebutkan peluang mengelola jatah uang rakyat. Pada akhirnya mudah ditebak, dalam implementasi Jamkesda sebagai pemenang lelang, rekanan tentu membuat sederet aturan syarat dan ketentuan berlaku. Hal tersebut jelas akan dilakukan pihak rekanan dengan tujuan utama meminimalisasi kerugian. Dan, penerapan model kartu sebagai kendali Jamkesda akan menjadi pilihan paling logis sebab dengan model kartu pengadministrasian dan monitoring-nya relatif mudah, ringkas, efektif, dan uang pun tetap mengalir ke perusahaan.

Kekhawatiran terjadinya pemborosan keuangan pun bisa diketahui, jika dalam satu tahun anggaran terdapat sisa anggaran bisa dipastikan sisa tersebut tidak akan dikembalikan kepada pemerintah. Belum lagi jika muncul persoalan ketidakberesan dalam pengadministrasian pengelolaan Jamkesda seperti penolakan klaim asuransi, maka Pemda tidak bisa langsung jewer, meminta pertanggungjawaban atau memberi peringatan.

Kekhawatiran terjadinya penolakan klaim biaya layanan kesehatan hingga penelantaran pasien juga patut memperoleh perhatian. Logikanya sangat sederhana, rekanan adalah pihak swasta di mana dia dalam menjalankan usaha memiliki tujuan memperoleh keuntungan. Semakin sedikit pihak rekanan mengeluarkan klaim biaya layanan kesehatan, maka semakin banyak pula uang yang bisa ditahan. Rekanan akan berusaha mencari celah agar klaim yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, seperti alasan penyakit tidak masuk dalam coverage pembiayaan, terjadi kecurangan antara penyelenggara layanan kesehatan dengan rekanan atau bahkan dokter dengan rekanan. Kecurigaan semacam ini cukup wajar sebab sudah nampak bukti nyata betapa perusahaan asuransi kurang dan bahkan tidak berpihak kepada rakyat miskin sedikit pun.Pemerintah makin dituntut serius menangani kesehatan rakyat dengan tidak menerapkan pola asuransi pada pengelolaan Jamkesda, dan menyerahkan urusan Jamkesda tetap kepada Dinas Kesehatan. Dan ternyata tidak ada manfaatnya menerapkan sistem asuransi dalam pengelolaan Jamkesda. Paparan di atas penting diketahui dan dipahami sebagai bahan masukan oleh seluruh penyelenggara pemerintahan.

B. Pelayanan Kesehatan Menurut MasyarakatMasyarakat miskin menjadi korban kedua kalinya, sudah miskin dan dimiskinkan oleh kebijakan rumah sakit yang tidak adil, di tambah lagi pelayanan kesehatan yang mengecewakan. Kondisi ini yang memunculkan anekdot sosial orang miskin di larang sakit. Persoalan klasik yang dihadapi oleh masyarkat miskin adalah masalah uang. Persoalan uang ini sering kali menjadi pembeda dalam pelayanan kesehatan antara orang miskin dengan orang kaya.Selama ini pemerintah telah membuat program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) untuk Msyarakat Miskin. Program masih ini belum menyentuh secara riil masyarakat misikin. Keluarga miskin masih kesulitan mendapat pelayanan gratis. Saat ini beberapa kab/kota akan mengeluarkan kartu kesehatan untuk keluarga Gakin (green card). Inipun masih menimbulkan masalah dilapangan, karena terjadi diskriminasi. Tidak sedikit Gakin yang belum mendapatkan kartu kesehatan tersebut. Apalagi bagi Gakin yang tidak memiliki KTP sangat kesulitan mendapatkannya. Padahal mereka juga sangat membutuhkan kartu kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan secara gratis. Prosedur yang telalu rumit dan mbulet inilah yang menyebabkan banyaknya Gakin tidak bisa mendapatkan akses jaminan kesehatan yang baik dan layak.

Selain ada pelayanan gratis bagi Gakin, namun bukan berati persoalan kesehatan bagi Gakin selesai. Gakin masih menghadapi persoalan perlakuan dari petugas rumah sakit atau puskesmas. Secara psikologis, sangat berbeda pelayanan yang diterima oleh Gakin ketika berobat atau periksa dan sebagian masyarakat yang mengatakan ada uang anda sehat, tak ada uang anda sekarat.Masih juga kita lihat Puskemas sebagai institusi kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat tidak ada dokter jaganya. Ketika masyarakat membutuhkan, dokter puskesmas tidak di tempat. Dan ini akan sangat berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan. Belum lagi kalau misalnya muncul pungutan-pungutan yang tidak jelas alias pungli. Sudah miskin, dimiskinkan lagi oleh pelayanan yang mengecewakan.Kasus memilukan dan mamalukan tersebut seharusnya menjadi bahan koreksi dan instropeksi dari pemerintah, terutama pihak Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit. Perlakuan diskriminasi dan pelayanan yang buruk akan sangat berdampak sangat serius bagi Gakin. Memperlambat atau bahkan membiarkan pasien maskin dalam keadakan sekarat, tanpa adanya penanganan yang supercepat itu sama saja pihak rumah sakit telah melakukan pelanggaran HAM.Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masyarakat pengguna pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tak dapat dipungkiri bahwa kini pasien semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan dan menuntutkeamanannya.

C. Kualitas Pelayanan Kesehetan IndonesiaUpaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha Indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan mutu tersebut bukan hanya untuk rumah sakit saja tetapi berlaku untuk semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu dan Puskesmas, baik di fasilitas pemerintahan maupun swasta (Ahmad Djojosugitjo, 2001).Pasien masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap serta mampu menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali.

Tidak dapat dimengerti apa yang membuat adanya jurang pemisah antara pasien kaya dan pasien miskin dalam domain pelayanan kesehatan. Dokter yang ada di berbagai rumah sakit sering menunjukkan jati dirinya kepada pasien secara implisit. Bahwa menempuh pendidikan kedokteran itu tidaklah murah. Oleh sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang harus ditempuh, masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal yang luar biasa.Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan baik dan ramah. Dokter terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-asalan.Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat melainkan partisipasi semua masyarakatMemilih berobat ke luar negeri tidak bisa dianggap sebagai sebuah tindakan mengkhianati bangsa. Karena kenyataannya rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia tidak memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan kesehatan lebih baik pada pasiennya. Namun ada pihak-pihak tertentu yang melakukan perawatan ke luar negeri karena ketidakpercayaannya terhadap kapasitas dokter-dokter dan rumah sakit yang ada di negeri ini.memberikan pelayanan kesehatan masyarakat maka perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius terutama yang berkaitan dengan SDM (sumber daya manusia) yang bekerja pada organisasi tersebut, sehingga dapat memberikan kontribusi yang terbaik bagi pencapaian tujuan organisasi maka dituntut kesadarannya, profesionalisme, kedisiplinan dan kinerja yang setinggi mungkin sehingga roda organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efesien.Dalam kaitannya hal tersebut diatas, maka untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sehat 2010 yang memuat harapan agar penduduk Indonesia memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata serta berkesinambungan. Walaupun demikian, berbagai fakta menyadarkan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata itu masih jauh dari harapan masyarakat dan membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapainya.

Berkaitan dengan pentingnya aspek kesehatan dalam rangka pembangunan nasional yang disesuaikan pada kondisi sosial budaya dan geografis penduduk Indonesia, maka pada bulan November 1967 Pemerintah Republik Indonesia merumuskan program kesehatan terpadu sesuai dengan kondisi social dan kemampuan rakyat Indonesia yang dinamakan dengan PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai suatu pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu dan menyeluruh dan mudah dijangkau oleh masyarakat.Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air dan bahkan untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas Induk dibantu oleh Puskesmas pembantu dan Puskesmas Keliling. Tercatat pada tahun 2002 jumlah Puskesmas diseluruh Indonesia adalah 7.277 unit dan Puskesmas Pembantu sebanyak 2L587 unit serta Puskesmas Keliling 5.084 unit (perahu 716 unit dan Ambulance 1.302).Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan di Indonesia1). Ilmu pengetahuan dan teknologi baruMengingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti leser, terapi penggunaan gen dan lain-lain.

2). Nilai masyarakatDengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki keasadaran yang lebih dalam pengunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya.3). Aspek legal dan etikDengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara professional dengan memperhatikan nilai-nilai hokum dan etika yang ada di masyarakat.4). EkonomiSemakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, begitu juga sebaliknya, keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan.

5). PolitikKebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan semakin berpengaruh dalam system pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.(Aziz, Alimul. 2008).

BAB IIIPENUNTUP

A. kesimpulan

Pelayanan kesehatan merupakan usaha untuk mewujudkan suatu upaya melayani pasien yang ingin melakukan pengobatan. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Berbagai fakta menunjukkan adanya masalah serius dalam mutu pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem pengendali mutu yang terbaik yang dapat diterapkan. Pemahaman secara lebih mendalam tentang good governance merupakan salah satu upaya terhadap perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.B. Saran

Untuk memberikan pelayanan berkualitas yang berorentasi pada kebutuhan pelanggan dan citra rumah sakit yang baik dimasyarakat maka pihak rumah sakit perlu melakukan upaya perbaikan yang berkesinambungan dengan langkah-langkah

1. Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan sikap yang ramah dan juga bisa mengerti dan memahami keadaan pasien.2. Meningkatkan kedisiplinan dan kometmen dalam bekerja pada seluruh petugas Rumah Sakit agar bisa memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat, dan dapat melaksanakan tugas, fungsi serta peranannya dengan baik sesuai dengan visi dan misi.3. Untuk meningkatkan kualitas teknis, perlu dilaksanakan program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan standar pelayanan prima sehingga mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi pasien.4. Untuk meningkatkan kualitas fungsional, perlu dilaksanakan pelatihan terutama yang berkaitan dengan hubungan manusia yaitu mengenai sikap dan cara komunikasi yang baik guna memberikan karakter kepribadian pada sumber daya manusia.5. Pihak Rumah Sakit diharapkan terus meningkatkan sarana, prasarana dan kesehatan lingkungan Rumah Sakit serta memelihara dan memperbaiki fasilitas yang telah ada, seperti pengadaan alat-alat medis dan penunjang medis, perbaikan fasilitas di ruang rawat inap dan kebersihan lingkungan Rumah Sakit.Daftar PustakaBoy S, Sabarguna.2004. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, Jateng DI Yogyakarta.Balai Pustaka.

Depkes RI.2005.Rancangan Pembangunan Kesehatan 2005, Jakarta.Balai Pustaka. Effendy. Nasrul.1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Kedua. Jakarta:EGC .Guwandi.1991. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.Jakarta. Rineka Cipta.Hanafiah, M. Jusuf & Amri Amir.1999. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.jakarta:EGC.Mcmahon, Rosemary.1999.Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.Jakarta:EGC.Pusat Data dan Informasi PERSI. Jakarta, 2001.

1