isu terhangat bi

4
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Dalam perekonomian uang memiliki peranan yang sangat penting. Uang tidak lain adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa, maupun utang. Uang dapat didefinisikan segala sesuatu yang secara umum mempunyai fungsi sebagai satuan pengukur nilai, sebagai alat tukar menukar dan sebagai alat penimbun atau penyimpan kekayaan. Mata uang harus merupakan sesuatu yang benar dan sehat (real sound money). Mata uang yang sehat nilainya stabil apabila harga- harga barang yang dinyatakan dengan kesatuan uang tersebut pada umumnya tetap tidak mengalami perubahan yang berarti dalam waktu yang agak lama. Disamping itu, uang sehat memperlihatkan perbandingan atau kurs yang tetap terhadap kesatuan-kesatuan uang luar negeri yang penting artinya untuk perdagangan internasional seperti Dollar, Poundsterling, Yen, dan lain-lain. Sedangkan uang yang tidak sehat adalah uang yang nilainya seringkali turun dan tidak stabil. Di Indonesia, mata uang yang digunakan adalah Rupiah. Mata uang rupiah yang beredar saat ini terdiri dari berbagai pecahan nominal yang paling kecil yaitu Rp 50 sampai dengan nominal yang paling besar yaitu Rp 100.000. Pada saat ini pelemahan nilai tukar rupiah sering terjadi beberapa triwulan ini, pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah yang dalam beberapa hari terakhir ini menembus level psikologis Rp. 13.000 per Dollar AS. Ditambah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) berencana menaikkan suku bunga acuan pada semester II 2015 memicu penguatan nilai tukar dollarAS terhadap sejumlah mata uang lainnya, hal ini menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo bisa menimbulkan perang mata uang (Currency War) dimana antara satu negara dengan negara lain akan melakukan perang suku bunga jika The Fed tetap melakukan kenaikan suku bunga secara bertahap.

Upload: angga-abdillah

Post on 28-Jan-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Isu Terhangat BI

TRANSCRIPT

Page 1: Isu Terhangat BI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dalam perekonomian uang memiliki peranan yang sangat penting. Uang tidak lain adalah segala sesuatu yang dapat dipakai atau diterima untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa, maupun utang. Uang dapat didefinisikan segala sesuatu yang secara umum mempunyai fungsi sebagai satuan pengukur nilai, sebagai alat tukar menukar dan sebagai alat penimbun atau penyimpan kekayaan.

Mata uang harus merupakan sesuatu yang benar dan sehat (real sound money). Mata uang yang sehat nilainya stabil apabila harga-harga barang yang dinyatakan dengan kesatuan uang tersebut pada umumnya tetap tidak mengalami perubahan yang berarti dalam waktu yang agak lama. Disamping itu, uang sehat memperlihatkan perbandingan atau kurs yang tetap terhadap kesatuan-kesatuan uang luar negeri yang penting artinya untuk perdagangan internasional seperti Dollar, Poundsterling, Yen, dan lain-lain. Sedangkan uang yang tidak sehat adalah uang yang nilainya seringkali turun dan tidak stabil.

Di Indonesia, mata uang yang digunakan adalah Rupiah. Mata uang rupiah yang beredar saat ini terdiri dari berbagai pecahan nominal yang paling kecil yaitu Rp 50 sampai dengan nominal yang paling besar yaitu Rp 100.000. Pada saat ini pelemahan nilai tukar rupiah sering terjadi beberapa triwulan ini, pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah yang dalam beberapa hari terakhir ini menembus level psikologis Rp. 13.000 per Dollar AS. Ditambah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) berencana menaikkan suku bunga acuan pada semester II 2015 memicu penguatan nilai tukar dollarAS terhadap sejumlah mata uang lainnya, hal ini menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo bisa menimbulkan perang mata uang (Currency War) dimana antara satu negara dengan negara lain akan melakukan perang suku bunga jika The Fed tetap melakukan kenaikan suku bunga secara bertahap.

Pelemahan nilai tukar rupiah yang berkepanjangan akan berdampak negatif terhadap industri di dalam negeri. Contohnya industri makanan dan minuman (mamin) yang sebanyak 60-65% bahan bauknya masih impor, namun 95% produk mamin dijual di dalam negeri.

Kalangan dunia usaha berharap kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menjaganya di bawah level Rp 10.000 per Dollar AS. Pemerintah harus segera memantau transaksi yang menggunakan Dollar AS di dalam negeri seperti di pelabuhan-pelabuhan ataupun properti. Transaksi-transaksi yang masih menggunakan dollar tersebut harus secepatnya dikonversi dengan rupiah. Selain itu pemerintah harus membuat kebijakan yang mengurangi gangguan iklim investasi dan perdagangan. Pemerintah juga dapat mempertimbangkan pemberian fasilitas bea ditanggung pemerintah untuk barang-barang modal yang masuk ke dalam negeri.

Hal itu dinilai sangat membantu bagi dunia usaha untuk tetap mempertahankan daya saing produk mereka. Di sisi lain, pemerintah diminta membuat kebijakan yang praktis agar bisa

Page 2: Isu Terhangat BI

mendorong ekspor lebih tinggi lagi. Peningkatan ekspor dapat menambah devisa dan pada akhirnya turut memperkuat nilai tukar rupiah.

Telah banyak upaya dilakukan baik oleh Bank Indonesia (BI) maupun pemerintah untuk mencapai kestabilan nilai tukar rupiah. Sejauh ini upaya-upaya tersebut belum mampu menunjukkan efektivitasnya. Maka dalam hal ini pemerintah, dalam hal ini BI membuat suatu kebijakan yang dilakukan BI yaitu menggunakan mata uang Rupiah dalam segala jenis transaksi di Wilayah NKRI sesuai dengan Surat Edaran (SE) Bank Indonesia Nomor 17/11/DKSP mengenai Kewajiban Pengunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mulai berlaku pada 1 Juni 2015 lalu. Peraturan ini merupakan ketentuan yang diterbitkan untuk mewujudkan kedaulatan Rupiah di wilayah NKRI dan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar rupiah.

Hal-hal yang diatur dalam peraturan ini meliputi setiap pihak, baik orang perorangan atau korporasi, wajib menggunakan Rupiah dalam setiap transaksi tunai dan/atau transaksi nontunai diwilayah NKRI. Pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah yang meliputi transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN, penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri, transaksi perdagangan internasional, simpanandi bank dalam bentuk valuta asing, atau transaksi pembiayaan internasional. Selain pengecualian tersebut, kewajiban pengunaan Rupiah juga tidak berlaku untuk transaksi dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang (UU) yang meliputi kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank berdasarkan UU yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah, transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah dalam valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder berdasarkan UU yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara, dan transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan UU. Diatur juga tentang larangan untuk menolah Rupiah kecuali terdapat keraguan atas keaslian Rupiah atau pembayaran/ penyelesaian kewajiban dalam valuta asing telah diperjanjikan tertulis. Perjanjian tertulis hanya dapat dilakukan untu ktransaksi yang dikecualikan dari kewajiban pengunaan Rupiah atau proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan BI.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kewajiban pengunaan Rupiah, pelaku usaha wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah. BI berwenang untuk meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban pengunaan Rupiah dan kewajiban pencantuman harga dan/atau jasa. Pihak dimaksud wajib menyampaikan laporan, keterangan, dan/atau data yang diminta oleh BI.

BI juga melakukan pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban pengunaan Rupiah dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa. Kegiatan usaha jual beli valuta asing yang dilakukan oleh pedagang valuta asing yang telah memperoleh izin BI dan pembawaan uang kertas asing keluar atau masuk NKRI yang dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan tidak dikategorikan sebagai transaksi yang wajib menggunakan Rupiah.

Ditekankan pula bahwa dalam melaksanakan peraturan ini, BI dapat melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak lain. Dalam hal ini terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karateristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban pengunaan rupiah untuk transaksi non tunia, BI dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban pengunaan Rupiah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI). Terhadap pelanggaran atas kewajiban pengunaan Rupiah sebagaimana diatur dalam PBI.