its-master-20203-chapter1-247062

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari waktu ke waktu sistem produksi terus berkembang dan berusaha mencari cara untuk membuat sistem lebih efisien dan efektif. Sejarah evolusi industri telah melalui beberapa tahapan yang berbeda, dimulai dari produksi oleh perajin dengan keahlian tertentu untuk menciptakan sebuah produk (craftsmanship), kemudian berkembang dengan sistem produksi massal (mass production) dan perbaikan secara terus menerus (continuous improvement) serta isu terkini yaitu kustomisasi massal (mass customization) (Pine, 1993a). Beberapa literatur (Piller, 2004b; Freund, 2005; dan Can, 2008) menyebutkan bahwa konsep Mass Customization (MC) merupakan pemikiran seorang futurist bernama Alfin Toffler dalam bukunya “Future shock” tahun 1971. Pada tahun 1987, konsep MC dijelaskan oleh Stan Davis dalam bukunya Future Perfect” yang pada masa itu tidak banyak mendapat perhatian. Konsep tersebut selanjutnya dipopulerkan oleh Pine pada tahun 1993. Pine (1993a) mengatakan bahwa MC ialah kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang dan atau jasa sesuai dengan keinginan konsumen secara individu namun dengan efisiensi produksi seperti memproduksi barang atau jasa secara massal. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa istilah customization dalam MC bukan hanya berarti sebagai produk “kustomisasi”, namun kustomisasi produk secara massal (Piller dkk., 2004a). Dengan proses produksi efisien layaknya Mass Production (MP), namun dengan variasi produk yang banyak serta memungkinkan konsumen memilih desain sesuai keinginan membuat karakteristik proses bisnis MC berbeda dengan MP (Piller dkk., 2004a; Comstock dkk., 2004; dan Piller, 2004b). Perbedaan karakteristik antara MC dan MP yang terletak mulai dari desain sampai produk sampai ke konsumen membuat MC menuntut banyak pembaharuan dalam perusahaan. Beberapa pembaharuan tersebut, pertama yaitu penggunaan fasilitas

Upload: siimplisius-ryski-tiga

Post on 02-Oct-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

its master

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Dari waktu ke waktu sistem produksi terus berkembang dan berusaha

    mencari cara untuk membuat sistem lebih efisien dan efektif. Sejarah evolusi

    industri telah melalui beberapa tahapan yang berbeda, dimulai dari produksi oleh

    perajin dengan keahlian tertentu untuk menciptakan sebuah produk

    (craftsmanship), kemudian berkembang dengan sistem produksi massal (mass

    production) dan perbaikan secara terus menerus (continuous improvement) serta

    isu terkini yaitu kustomisasi massal (mass customization) (Pine, 1993a).

    Beberapa literatur (Piller, 2004b; Freund, 2005; dan Can, 2008)

    menyebutkan bahwa konsep Mass Customization (MC) merupakan pemikiran

    seorang futurist bernama Alfin Toffler dalam bukunya Future shock tahun

    1971. Pada tahun 1987, konsep MC dijelaskan oleh Stan Davis dalam bukunya

    Future Perfect yang pada masa itu tidak banyak mendapat perhatian. Konsep

    tersebut selanjutnya dipopulerkan oleh Pine pada tahun 1993. Pine (1993a)

    mengatakan bahwa MC ialah kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang

    dan atau jasa sesuai dengan keinginan konsumen secara individu namun dengan

    efisiensi produksi seperti memproduksi barang atau jasa secara massal. Dalam hal

    ini perlu ditekankan bahwa istilah customization dalam MC bukan hanya berarti

    sebagai produk kustomisasi, namun kustomisasi produk secara massal (Piller

    dkk., 2004a).

    Dengan proses produksi efisien layaknya Mass Production (MP), namun

    dengan variasi produk yang banyak serta memungkinkan konsumen memilih

    desain sesuai keinginan membuat karakteristik proses bisnis MC berbeda dengan

    MP (Piller dkk., 2004a; Comstock dkk., 2004; dan Piller, 2004b). Perbedaan

    karakteristik antara MC dan MP yang terletak mulai dari desain sampai produk

    sampai ke konsumen membuat MC menuntut banyak pembaharuan dalam

    perusahaan. Beberapa pembaharuan tersebut, pertama yaitu penggunaan fasilitas

  • 2

    yang fleksibel (Cattani dkk., 2010). Fasilitas yang fleksibel memungkinkan

    perusahaan untuk lebih mudah dalam berproduksi, karena setiap produk

    mempunyai proses yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Kedua yaitu penggunaan

    teknologi informasi yang canggih untuk menginterpretasikan keinginan konsumen

    (Helms dkk., 2008). Teknologi digunakan sebagai perantara antara konsumen dan

    produsen, dengan teknologi informasi yang canggih akan memungkinkan

    informasi terkirim lebih cepat dan akurat, dengan begitu MC menjadi model

    bisnis yang responsive bagi konsumen. Ketiga yaitu penerapan postponement dan

    modularisasi komponen (Can, 2008). Komponen produk dalam MC didesain

    dalam bentuk modul-modul yang akan ditunda proses produksi selanjutnya dan

    pengirimannya sampai permintaan konsumen datang. Selain ketiga hal tersebut

    MC juga menuntut beberapa pembaharuan lain yang tentu saja akan berpengaruh

    terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sejak produk berada pada fase

    desain sampai ke tangan konsumen.

    Sampai saat ini sudah banyak implementasi MC oleh perusahaan dari

    berbagai jenis industri (Piller, 2004b). Beberapa perusahaan tersebut antara lain

    Motorola, Dell, Hewlett Packard, Toyota, General Motors, Ford, IBM, dan

    beberapa perusahaan lain (Pine dkk., 1993b; Eastwood, 1996; dan Lee, 1997).

    Untuk perusahaan berskala kecil sampai sedang, konsep MC sudah banyak

    diaplikasikan. Mulai dari bisnis pakaian, sepatu, makanan, sepeda, mainan anak-

    anak, kosmetik, dan masih banyak lagi (A review of everything you can customize

    and online, 2011). Sebagian besar bisnis MC tersebut dilakukan secara online atau

    menggunakan internet sebagai sarana perusahaan mendapatkan informasi

    mengenai keinginan konsumen (Frutos dkk., 2004). Meskipun begitu, tidak

    menutup kemungkinan MC dilakukan secara offline. MC secara offline bisa

    ditemui dengan konsumen datang langsung ke produsen (ritel), dan langsung

    memesan produk kustom yang bisa konsumen bawa saat itu juga (Piller, 2006).

    Baik secara online maupun offline, MC menggunakan alat yang disebut

    konfigurator untuk mengetahui apa yang diinginkan konsumen. Konfigurator ini

    memungkinakan konsumen untuk melakukan desain dan pemilihan atas produk

    yang diinginkan. Tingkat kecanggihan konfigurator tergantung dari perusahaan,

    sesuai dengan level dan kebutuhan perusahaan. Konfigurator sudah banyak

  • 3

    diaplikasikan oleh perusahaan MC, mulai dari konfigurator sederhana sampai

    konfigurator yang sangat canggih dan representatif (Explore The World of

    Configurators, 2011).

    Perubahan MP menjadi MC yang diiringi dengan meningkatnya keinginan

    konsumen atas produk kustomisasi merupakan kesempatan perusahaan untuk

    meningkatkan keuntungan. Hal ini terlihat dari beberapa perusahaan MP yang

    mengimplementasikan MC baik sebagai model bisnis kedua atau sepenuhnya

    beralih ke MC. Sebagai contoh perusahaan Timbuk2 dan Steppenwolf,

    perusahaan tas dan sepeda ini juga sama-sama memproduksi produk kustom (MC)

    dan produk standar (MP). Perbedaan kedua perusahaan tersebut adalah pada

    sistem pemenuhan permintaan, Timbuk2 menggunakan sistem online sedangkan

    Steppenwolf menggunakan sistem offline (menggunakan ritel). Perusahaan

    tersebut merupakan beberapa contoh sukses implementasi MC dalam perusahaan.

    Dari pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa MC merupakan

    model bisnis yang responsif dan memerlukan sistem yang canggih. MC

    memungkinkan perusahaan menggabungkan beberapa pilihan untuk

    meningkatkan variasi dan memenuhi permintaan dengan biaya relatif mendekati

    MP (Piller, 2004b). Pada kenyataannya, implementasi MC tidak semudah definisi

    MC itu sendiri (Pine dkk., 1993b; Agrawal dkk., 2001; dan Zipkin, 2001)

    terutama dalam hal biaya yang dikeluarkan. Walaupun pada dasarnya, produk MC

    dengan kualitas dan spesifikasi individu akan membawa nilai tambah sehingga

    akan meningkatkan harga jual produk MC dan mempengaruhi biaya serta

    keuntungan yang diperoleh perusahaan (Easwood, 1996). Namun, jika perusahaan

    tidak jeli dalam aplikasi, MC bisa membuat perusahaan tidak jadi untung tapi

    rugi, karena biaya untuk memproduksi produk MC tidaklah sedikit (Piller dkk.,

    2004a). Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian tentang biaya yang

    dikeluarkan oleh perusahaan untuk membuat produk MC. Model yang akan dibuat

    belum mempertimbangkan keuntungan yang diperoleh, namun hanya fokus pada

    biaya yang dikeluarkan. Model biaya yang dibuat adalah model biaya berbasis

    siklus hidup. Model biaya produk MC berbasis siklus hidup diperlukan untuk

    mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan MC dibandingkan MP dimulai dari

    fase desain sampai dengan fase pembuangan. Dari model biaya produk MC

  • 4

    tersebut akan dapat diketahui bagaimana potensi penghematan dan penambahan

    biaya dalam membuat produk MC jika dibandingkan dengan MP.

    Sampai saat ini belum ada penelitian yang membahas bagaimana dan apa

    saja biaya penerapan MC berbasis siklus hidup produk, sehingga belum diketahui

    apakah biaya yang dikeluarkan dalam MC sama dengan biaya yang dikeluarkan

    dalam MP dari perspektif siklus hidup produk. Penelitian tentang MC dibanding

    dengan MP masih terbatas pada telaah ilmu, studi kasus dan konsep MC

    dibanding MP maupun kelebihan dan kelemahan antara keduanya (Kumar, 2007;

    Comstock dkk., 2004; dan Rungtusanatham & Fabrizio, 2008). Penelitian tentang

    biaya MC sendiri pernah dilakukan, namun hanya terkait teknis pembiayaan pada

    salah satu bisnis prosesnya, diantaranya penelitian oleh Cattani dkk. (2010)

    tentang pemilihan fasilitas produksi dalam MC dengan pertimbangan biaya,

    Krueger (2006) meneliti penerapan target costing sebagai estimasi desain produk,

    Piller dkk. (2004b) dan Remier & Totz (2002) memaparkan konsep biaya yang

    mungkin terjadi dalam MC dalam hal interaksi dengan konsumen, Webb dkk.

    (2009) menganalisa teknologi yang digunakan untuk menelusuri biaya dalam MC,

    serta analisa biaya dalam hal desain produk MC oleh Tu dkk. (2007).

    Penelitian ini bermaksud untuk membuat penelitian holistik dari beberapa

    teori yang ada terkait MC, baik teori tentang MC itu sendiri, perbedaan MP dan

    MC, proses biasnis MC, studi kasus MC dan beberapa penelitian lain yang

    relevan. Jadi, penelitian tidak hanya diambil dari beberapa penelitian tertentu,

    namun dari berbagai sumber penelitian yang bisa digunakan sebagai acuan dalam

    perumusan model biaya. Perlu ditekankan lagi bahwa, model biaya yang akan

    dibuat adalah model biaya produk MC berbasis siklus hidup produk. Siklus hidup

    produk disini yaitu dipandang dari perspektif produsen yang meliputi fase desain

    sampai pembuangan (Emblemsvag, 2003). Model biaya awal yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah model biaya produk MP yang dikembangkan oleh

    Fabrycky & Blanchard (1991). Dari hasil penelitian ini nantinya akan dapat dilihat

    bagaimana model biaya MC dibandingkan dengan model biaya dalam MP selama

    siklus hidup produk, dengan begitu bisa diketahui bagaimana perbedaan biaya

    dalam MC dan MP serta potensi penghematan dan atau timbulnya biaya pada

    sistem MC.

  • 5

    1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat model

    biaya produk MC berbasis siklus hidup produk dengan mempertimbangkan

    keunggulan dan tantangan MC dibanding dengan MP. Model biaya yang

    dihasilkan akan mempertimbangakan konsekuensi pembiayaan dan penghematan

    yang ditimbulkan produk MC dibanding MP.

    1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Menyusun dan merancang proses bisnis MC.

    2. Mengetahui perbedaan model biaya antara MC dan MP.

    3. Menganalisis potensi komponen biaya yang menimbulkan penghematan

    dan atau menambah biaya MC.

    4. Merumuskan model biaya produk MC berbasis siklus hidup produk.

    5. Menguji model yang sudah dibuat dalam sebuah studi kasus nyata dan

    pada beberapa studi kasus berbasis literatur.

    1.4 Batasan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini maka terdapat

    beberapa hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, diantaranya :

    1. Model yang dibuat adalah model incremental, dimana hanya komponen

    biaya yang berbeda dengan model MP yang akan dimodelkan.

    2. Pada model biaya produk MC yang dibuat tidak dilakukan penelitian lebih

    dalam terkait komponen biaya penghematan dan penambahan yang

    dihasilkan.

    3. Validasi dilakukan pada data studi kasus yang tersedia, tidak dilakukan

    penelitian lebih dalam untuk mengetahui data yang belum tersedia.

    4. Model biaya yang dibuat tidak mempertimbangkan berapa volume produk

    MC yang diproduksi, level MC serta kesiapan perusahaan dalam

    mengimplementasikan MC.

  • 6

    1.5 Asumsi Model biaya MC yang dibuat adalah model biaya pada perusahaan MP

    yang melakukan kustomisasi terhadap produk standar yang dihasilkan. Hal ini

    berarti bahwa volume produk standar yang dijual dalam bentuk produk standar

    (MP) sama dengan volume produk standar untuk produk kustom (MC).

    1.6 Manfaat Penelitian Implementasi MC masih sangat jarang ditemukan di Indonesia, penelitian

    serupa juga masih sangat jarang diteliti karena masih MC terbilang sebagai isu

    baru. Penelitian ini bisa menjadi framework acuan untuk penelitian selanjutnya.

    1.7 Sistematika Penulisan Sub Bab berikut akan menjelaskan mengenai sistematika penulisan laporan

    penelitian yang akan dilakukan :

    Bab I Pendahuluan

    Bab ini terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian ini,

    berikut perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan dan asumsi,

    dan sistematika penulisan laporan penelitian.

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Pada bab ini akan dijabarkan beberapa kajian kepustakaan tentang

    penelitian-penelitian terdahulu dan teori-teori yang berhubungan

    dengan permodelan yang akan dilakukan.

    Bab III Metodologi Penelitian

    Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian yang digunakan

    dalam melakukan penelitian dan metode-metode yang digunakan.

    Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan

    penelitian sehingga penelitian dapat berjalan secara sistematis dan

    sesuai dengan tujuan.

    Bab IV Perumusan Model

    Bab ini memberikan uraian tentang deskripsi model yang akan

    dibuat dan langkah-langkah dalam perumusan model. Pada Bab ini

    lah diperolah hasil dari perumusan model.

  • 7

    Bab V Validasi dan Interpretasi Hasil

    Bab ini berisikan validasi dari model yang telah dirumuskan

    dengan menggunakan data yang telah ditentukan serta analisis

    terhadap hasil validasi.

    Bab VI Kesimpulan dan Saran

    Bab ini berisikan hasil akhir dari penelitian thesis yang didasarkan

    pada pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan pada bab-

    bab sebelumnya. Dan yang terakhir adalah memberikan saran-saran

    baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk pihak yang

    membutuhkan.

    PENDAHULUANLatar BelakangRumusan MasalahTujuan PenelitianBatasan PenelitianAsumsiManfaat PenelitianSistematika Penulisan