jbptitbpp-gdl-susisulast-31383-3-2008ts-2.pdf

22
 Bab II Tinjauan Pustaka II. 1 Virgin Coconut Oil (VCO) VCO merupakan minyak yang berasal dari buah kela pa (Cocos nucifera) tua segar yang diolah pada suhu rendah (<60 0 C) tanpa proses pemutihan dan hidrogenasi. 6 Proses tersebut membuat minyak kelapa ini dikenal dengan sebutan minyak  perawan (Virgin Coconut Oil) atau ada juga yang menyebutnya minyak dara. VCO merupakan minyak kelapa murni yang tahan terhadap panas, cahaya, oksigen dan proses degradasi, karena struktur kimianya tidak mengandung ikatan ganda. Karakteristik lain dari VCO adalah memiliki warna jernih, beraroma lembut dan rasanya gurih. Selain itu VCO mengandung asam – asam lemak jenuh yang tinggi yang menjadikannya tidak mudah tengik. 2  Asam-asam lemak jenuh tersebut di antaranya adalah medium chain fatty acid  (MCFA) atau medium chain trygliserida (MCT), yang sangat diperl ukan oleh tubuh. MCFA yang berupa asam laurat di dalam tubuh diubah menjadi monolaurin atau senyawa monogliserida yang mempunyai sifat anti virus, antibakteri dan anti  protozoa. Dengan sifatnya itu, monolaurin diduga dapat menanggulangi serangan virus HIV, herpes simplex virus-1 (HSV-1), vesicular stomatis virus (VSV), visna virus, cytomegalo virus (CMV), influenza dan berbagai bakteri patogen. 1  Keunggulan MCFA dibandingkan asam lemak rantai panjang (LCFA) adalah pada  proses metabolismenya dalam tubuh. Molekul MCFA berukuran lebih kecil sehingga tidak diperlukan energi yang tinggi dan hanya memerlukan sedikit enzi m untuk memecah lemak tersebut menjadi bentuk yang siap diserap tubuh. Dengan demikian proses penyerapan dan distribusinya dalam tubuh akan berlangsung lebih cepat dan segera digunakan sebagai sumber energi tubuh. Pada saat dikonsumsi, MCFA akan segera dipecah oleh enzim – enzim yang terdapat dalam saliva dan cairan lambung sehingga tidak terlalu diperlukan proses pencernaan

Upload: afifaahakhwan

Post on 06-Oct-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Bab II Tinjauan Pustaka

    II. 1 Virgin Coconut Oil (VCO)

    VCO merupakan minyak yang berasal dari buah kelapa (Cocos nucifera) tua segar

    yang diolah pada suhu rendah (

  • 5

    oleh enzim pemecah lemak yang dihasilkan oleh pankreas, akibatnya beban kerja

    pankreas dan sistim pencernaan tidak terlalu berat. Hal ini sangat membantu

    pasien pasien yang mempunyai masalah metabolisme dan pencernaan, terutama

    malabsorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.7

    VCO juga mengandung medium chain trygliserida (MCT) yang mudah diserap

    oleh sel, yang selanjutnya masuk ke dalam mitokondria sehingga kemampuan

    metabolisme tubuh meningkat. Tambahan energi dari metabolisme tersebut

    menghasilkan efek stimulasi dalam tubuh. MCT dapat meningkatkan daya tahan

    tubuh terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan dari sakit. Selain itu

    adanya MCT dalam tubuh juga tidak mendorong terjadinya kegemukan atau

    obesitas.1

    .

    Selain itu VCO tidak mengandung kolesterol yang teroksidasi dan tidak pula

    mengandung ikatan trans yang merupakan racun bagi metabolisme, menghambat

    produksi insulin, menyebabkan diabetes, kanker, dan penyakit autoimun.6 VCO

    juga mengandung zat antioksidan sehingga menurunkan kebutuhan akan vitamin

    E. Mengkonsumsi VCO dapat mengaktifkan hormon-hormon anti penuaan,

    progesteron, dan DHEA serta mencegah serangan jantung, pikun, kegemukan,

    kanker dan penyakit lain yang berhubungan dengan penuaan dini.1

    Oleh karena harganya yang mahal, sementara khasiatnya yang banyak,

    penggunaan VCO terbatas untuk kebutuhan yang eksklusif. VCO di dunia secara

    umum digunakan dalam produk kosmetik seperti sabun, shampo, pelembab dan

    sebagainya.

    Di Asia, Philipina tercatat sebagai negara pengekspor terbesar VCO. Di dunia,

    negara importir terbesar komoditi ini adalah Belanda, Jerman dan Spanyol. Di

    Italia penggunaan VCO belum terlalu luas, karena masyarakat Italia belum

    mengenal produk ini dan penggunaan minyak zaitun (olive oil) masih lebih luas

    daripada minyak minyak lainnya. Penggunaan VCO di Italia terbatas untuk

  • 6

    kosmetik kulit dan rambut. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk

    mengekspor komoditi ini yang tentu saja harus disertai dengan kualitas produksi

    dan syarat promosi yang memadai, mengikuti standar yang ada di negara - negara

    importir tersebut.

    II.2 Prinsip Pembuatan VCO

    VCO dapat dibuat dengan beberapa cara yaitu dengan cara tradisional, pemanasan

    bertahap, enzimatis, pengasaman, sentrifugasi, dan pancingan.2 Masing - masing

    cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Pembuatan VCO dengan cara

    enzimatis merupakan pemisahan minyak dalam santan tanpa pemanasan.

    Pemisahan hanya dilakukan secara kimiawi oleh protease.

    Kandungan kimia paling utama dalam sebutir kelapa adalah air, protein dan

    lemak. Ketiga senyawa tersebut membentuk emulsi dengan protein sebagai

    emulgatornya. Emulsi adalah cairan yang terbentuk dari campuran dua zat, zat

    yang satu dengan lainnya terdapat dalam keadaan terpisah secara halus atau

    merata di dalam zat lain. Sementara yang dimaksud dengan emulgator yaitu zat

    yang berfungsi untuk memperkuat emulsi tersebut. Melalui ikatan tersebut,

    protein membungkus butir butir minyak kelapa dengan suatu lapisan tipis

    sehingga butir-butir minyak tidak bisa bergabung, baik antar minyak dalam

    minyak atau pun antar minyak dengan air (ikatan lipoprotein). Hal tersebut

    diilustrasikan dalam Gambar II.1.

    Air

    Protein

    Minyak

    Gambar II.1 Ikatan lipoprotein dalam santan.

  • 7

    VCO dapat dihasilkan bila ikatan emulsi atau ikatan lipoprotein tersebut dirusak.

    Untuk dapat merusak emulsi tersebut banyak cara yang dapat dilakukan seperti

    pemanasan bertahap, enzimatis, pengasaman, sentrifugasi, dan pancingan2. Pada

    penelitian ini minyak yang berada pada emulsi santan dipecah dengan bantuan

    enzim. Di sini yang dirusak adalah proteinnya, bukan lemaknya. Protein dalam

    ikatan lipoprotein dipecah dengan protease.

    Beberapa protease yang bisa digunakan untuk memecah ikatan lipoprotein dalam

    emulsi lemak antara lain papain (pepaya), bromelin (nanas) dan enzim protease

    yang berasal dari kepiting sungai.2 Pembuatan VCO dengan proses enzimatis ini

    terdiri atas tiga tahap utama yaitu pembuatan santan kelapa, penambahan protease

    dan penyaringan. Dalam proses ini, jenis enzim lainnya yang membantu proses

    ekstraksi minyak adalah glukosidase dan karbohidrase yaitu enzim pendegradasi

    karbohidrat.8

    Dalam buah kelapa, minyak berada di dalam sel. Dinding sel ini terdiri atas

    beberapa komponen polisakarida, antara lain galaktomannan, mannan dan

    selulosa.8 Jadi untuk mengeluarkan minyak dalam sel diperlukan karbohidrase

    untuk mendegradasi dinding sel. Oleh karena itu proses pembuatan VCO secara

    enzimatis dapat menggunakan beberapa enzim sekaligus untuk dapat

    mengekstraksi minyaknya yaitu karbohidrase dan protease. Beberapa jenis

    karbohidrase yang telah digunakan untuk ekstraksi minyak kelapa antara lain

    pektinase, selulase, hemiselulase, poligalakturonase, galaktomannase dan -

    amilase.9

    II.3 Standar Kualitas VCO

    VCO memiliki standar tertentu yang mengacu pada Asian and Pacific Coconut

    Community (APCC) dan Philipine National Standards (PNS) dengan kode

    PNS/BAFPS No. 22:2004. Kedua badan ini telah membuat standar kualitas VCO,

    baik dilihat dari produk maupun proses pembuatannya. Menurut Asian and

    Pacific Coconut Community (APCC), standar VCO tidak melihat proses

  • 8

    pembuatannya melainkan hanya VCO yang dihasilkan dari kelapa segar dan

    matang, dengan hasil minyak yang tidak berubah. Namun Philipine National

    Standards (PNS) memberikan standar yang lebih detail, antara lain bahwa VCO

    tidak dihasilkan melalui proses kimia (refining, deodorizing dan bleaching)2.

    Tabel II.1 menyajikan standar mutu VCO menurut Asian and Pacific Coconut

    Community (APCC) tahun 2005.2

    Tabel II.1 Standar Mutu Virgin Coconut Oil menurut

    Asian and Pacific Coconut Community (APCC) Karakteristik Aturan Standar APCC

    Massa jenis relatif 0,915 0,920

    Indeks bias pada suhu 40 0 C 1,4480 1,4492

    Kelembapan maksimal (%) 0,1 0,5

    Kelarutan dalam % massa 0,005

    Bilangan sabun 255 265

    Bilangan yodium 8 10

    Kelarutan pengotor % massa 0,2 0,5

    Bilangan asam maksimal 0,5

    Kandungan asam lemak

    Asam kaproat (C 6:0) (%) 0,4 0,6

    Asam kaprilat (C 8:0) (%) 5,0 10,0

    Asam kapriat (C 10:0) (%) 4,5 8,0

    Asam laurat (C 12:0) (%) 43,0 53,0

    Asam miristat (C 14:0) (%) 16,0 21,0

    Asam palmitat (C 14:0) (%) 7,5 10,0

    Asam palmitoleat (C 18:0) (%) 2,0 4,0

    Asam stearat (C 18:1) (%) 5,0 10,0

    Asam oleat (C 18:2) (%) 1,0 2,5

    C24:1 (C 18:3) (%) -

    Kualitas

    Warna jernih

    Asam lemak bebas (%) 0,5

    Angka peroksida meq/kg minyak 3

    Rasa dan bau Bukan bau yang aneh dan tengik

    Pengotor

    Senyawa yang dapat menguap 0,2

    Besi (Fe) (mg/kg) 5

    Tembaga (mg/kg) 0,4

    Timbal (mg/kg) 0,1

    Arsen (mg/kg) 0,1

  • 9

    II.4 Kelapa

    Kelapa adalah tanaman asli Indonesia. Kelapa merupakan salah satu tanaman

    perkebunan yang mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik. Hal ini

    dipengaruhi oleh iklim di Indonesia yang sangat cocok untuk pertumbuhan

    tanaman kelapa. Tanaman kelapa mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 0

    m 600 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 25 0C dan kelembaban

    udara 80 - 95 %.

    Buah kelapa berbentuk bulat lonjong dengan ukuran bervariasi, tergantung pada

    keadaan tanah, iklim dan varietasnya. Warna kelapa juga bervariasi, mulai dari

    kuning sampai hijau muda, dan setelah masak berubah menjadi coklat. Struktur

    buah kelapa terdiri dari sabut (35 %), daging buah (28 %), air kelapa (15 %),

    tempurung (12 %) serta beberapa bagian lainnya2. Hampir semua bagian kelapa

    dapat dimanfaatkan. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan

    makanan dan bahan baku industri adalah buahnya. Pada Gambar II.2 dan II.3.a, b

    dan c ditampilkan bagian-bagian pohon kelapa, di antaranya pelepah, batang, daun

    dan buahnya.

    Gambar II.2 Pohon kelapa dan bagian bagiannya

    Daun kelapa

    Buah kelapa

    Batang kelapa

    Pelepah daun kelapa

    Akar kelapa

  • 10

    Gambar II.3.a Bagian batang Gambar II.3.b Bagian daun

    Gambar II.3.c Bagian buah

    Sementara itu bagian-bagian buah kelapa ditampilkan pada Gambar II.4.

    Batok Kelapa

    Daging kelapa

    Gambar II.4 Bagian-bagian buah kelapa.

    Daging buah kelapa berwarna putih dengan ketebalan cukup bervariasi,

    tergantung pada umur dan varietas kelapa. Umumnya semakin tua buah kelapa,

    daging buahnya akan semakin tebal.

  • 11

    Pada pembuatan VCO, semakin baik mutu kelapa yang digunakan, kualitas VCO

    yang dihasilkan juga semakin baik dan rendemennya semakin tinggi.2 Ciri - ciri

    kelapa yang baik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan VCO adalah :

    a. Berasal dari varietas kelapa hibrida lokal.

    b. Berumur 11 - 13 bulan. Umur kelapa yang akan digunakan tidak boleh

    terlalu tua atau terlalu muda. Apabila terlalu muda, kandungan minyaknya

    masih sangat rendah. Sebaliknya bila kelapa yang digunakan terlalu tua,

    makin banyak kandungan minyak yang sudah diubah menjadi karbohidrat,

    sehingga randemen yang dihasilkan akan rendah.

    c. Berat kelapa berkisar 130 g / butir.

    d. Kulit sabut kelapa sudah berwarna coklat, menandakan kelapa sudah

    cukup tua.

    e. Apabila dikocok, bunyinya terdengar nyaring. Hal ini berkaitan dengan

    jumlah air yang terkandung di dalamnya. Bila nyaring bunyinya

    menandakan jumlah air di dalamnya telah berkurang. Berkurangnya

    jumlah air ini berhubungan dengan dekomposisi kandungan gizi kelapa.

    f. Kelapa belum berkecambah.

    g. Bila dibelah, daging buah berwarna putih dengan ketebalan sekitar 10 - 15

    mm.

    II. 5 Nanas

    Nanas berasal dari Brazil. Di Indonesia, nanas ditanam di kebun-kebun,

    pekarangan dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada

    ketinggian 1 - 1300 m di atas permukaan laut. Nanas merupakan tanaman buah

    yang selalu tersedia sepanjang tahun. Tanaman ini merupakan herba tahunan atau

    dua tahunan, dengan tinggi 50 - 150 cm, dan mempunyai tunas merayap pada

    bagian pangkalnya. Daun tanaman berkumpul dalam roset akar dan pada bagian

    pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun berbentuk pedang, tebal, liat,

    panjang 80 - 120 cm, lebar 2 - 6 cm, dengan ujung yang lancip menyerupai duri.

    Bagian-bagian tanaman nanas dapat dilihat pada Gambar II.5.

  • 12

    Gambar II.5 Bagian-bagian tanaman nanas

    Tanaman nanas dengan daun yang masih muda dapat dilihat pada Gambar II.6 dan

    II.7, tanaman nanas yang berbuah pada Gambar II.8 dan hamparan kebun nanas

    ditunjukkan pada Gambar II.9.

    Gambar. II.6 Tanaman nanas muda dalam pot.

    Gambar. II.7 Tanaman nanas muda

  • 13

    Gambar II.8 Buah nanas dengan daunnya yang masih tertanam

    Gambar II.9 Hamparan kebun nanas

    Buah nanas rasanya enak, asam sampai manis. Nanas selain bisa dimakan

    langsung juga dapat diolah menjadi selai atau sirop. Buah nanas juga dapat

    digunakan untuk memberi citarasa asam manis, sekaligus sebagai pelunak

    daging.10 Gambar II.10 menunjukkan buah nanas yang sudah dipetik.

    Gambar II.10 Buah nanas yang sudah dipetik

  • 14

    Bila bagian kulit buah nanas dikupas, maka akan terlihat bagian dalam dagingnya

    berwarna kuning dan bagian tengah yang agak keras disebut bonggol, seperti

    terlihat pada Gambar II.11.

    Gambar II.11 Buah nanas yang sudah dikupas dan dibelah

    Buah nanas berkhasiat mengurangi keluarnya asam lambung yang berlebihan,

    membantu pencernaan makanan di lambung, antiradang, peluruh kencing,

    membersihkan jaringan kulit yang mati, mengganggu pertumbuhan sel kanker,

    menghambat penggumpalan trombosit dan mempunyai aktifitas fibrinolitik.10

    Daun nanas yang berserat dapat dibuat benang atau tali. Akarnya bila direbus dan

    dicampurkan dengan akar betik bisa mengobati penyakit batu karang.10

    Nanas yang dibudidayakan orang sudah kehilangan kemampuannya

    memperbanyak secara seksual.11 Perbanyakannya dilakukan secara vegetatif

    dengan mahkota, tunas batang atau tunas ketiak daunnya.10 Bagian proses yang

    cukup sulit dalam budidaya nanas adalah pada proses pertumbuhan akarnya.

    Terdapat metoda yang cukup mudah dan efektif untuk mendapatkan akar nanas

    yaitu dengan menyimpan mahkota nanas (Gambar II.12.a) dalam gelas transparan

    berisi air sebagai medianya (Gambar II.12.b), yang diganti setiap 2 hari. Mahkota

    nanas tersebut harus dijauhkan dari perubahan temperatur yang ekstrim. Dalam

    waktu 3 minggu akan terjadi pertumbuhan akar.12 Akar ini yang kemudian akan

    dicoba dipakai dalam penelitian ini, selain akar nanas yang sudah tumbuh

    tertanam dalam tanah. Gambar II.12.c menunjukkan bagian bawah mahkota yang

  • 15

    akan menjadi tempat tumbuhnya akar dan Gambar II.12.d menunjukkan akar

    muda yang baru tumbuh setelah 3 minggu.

    a b c d

    Gambar II.12 Pertumbuhan akar nanas hidroponik

    II.6 Asam Lemak

    Asam asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan asam-asam

    monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah

    atom karbon genap. Berdasarkan kejenuhannya, asam lemak dibagi menjadi asam

    lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated), dan asam lemak

    tak jenuh ganda (polyunsaturated). Ketidakjenuhan suatu asam lemak menjadikan

    asam lemak mudah teroksidasi dan membentuk radikal bebas. Gambar II.13, II.14

    dan II.15 menampilkan contoh-contoh asam lemak.

    O

    OH

    Gambar II.13 Asam laurat

    O

    OH

    Gambar II.14 Asam oleat

    O

    OH

    Gambar II.15 Asam linoleat

  • 16

    Asam-asam lemak tak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya

    dan berbeda dengan asam lemak jenuh dalam bentuk molekul keseluruhannya.

    Asam lemak tak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Karena itu molekul

    akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh

    dalam bentuk trans.13

    Gambar II.16 Asam trans-9-oktadekaenoat

    Gambar II.17 Asam oleat (asam cis-9-oktadekaenoat).

    Asam lemak digolongkan berdasarkan berat molekulnya. Asam lemak dengan

    atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin maupun air panas. Asam

    lemak dengan C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam lemak dengan C12

    dan C14 sedikit menguap. Asam-asam lemak dengan jumlah atom C genap

    mempunyai nama umum sebagai berikut : C4 = Asam butirat (asam butanoat)

    C6 = Asam kaproat (asam heksanoat)

    C8 = Asam kaprilat (asam oktanoat)

    C10 = Asam kaprat (asam dekanoat)

    C12 = Asam laurat (asam dodekanoat)

    C14 = Asam miristat (asam tetradekanoat)

    C16 = Asam palmitat (asam heksadekanoat)

    C18 = asam stearat (asam oktadekanoat)

  • 17

    C24 = asam lignoserat

    C18:1 = asam oleat (asam 9-oktadekaenoat)

    C18:2 = asam linoleat (asam 9, 12-oktadekadienoat)

    C18:3 = asam linolenat ( asam 9, 12, 15-oktadekatrienoat)

    C20:4 = asam arakidonat (asam 5, 8, 11, 14-eiokosatetraenoat)

    Asam lemak dapat pula digolongkan berdasarkan panjang rantai karbon yang

    membentuknya, asam lemak berantai panjang (LCFA), asam lemak rantai sedang

    (MCFA) dan asam lemak rantai pendek (SCFA).

    Pada umumnya asam lemak dalam VCO merupakan asam lemak rantai sedang

    (MCFA) atau MCT dalam bentuk trigliseridanya. Adanya kandungan jenis asam

    lemak inilah yang menjadikan VCO memiliki sifat yang khas dan berkhasiat.

    MCFA adalah asam lemak yang memiliki atom C 8 12, seperti asam kaprilat

    (C8), asam kaprat (C10) dan asam laurat (C12). Ketiga jenis asam lemak jenuh ini

    bersama-sama asam miristat (C14) dan asam palmitat (C16) sebagian besar

    terkandung dalam minyak kelapa, khususnya VCO. Minyak kelapa memiliki

    kandungan asam lemak jenuh yang tinggi yaitu sekitar 92 %, lebih tinggi

    dibandingkan jenis minyak lainnya.14

    Struktur asam lemak yang terdapat pada VCO dalam bentuk trigliseridanya

    merupakan suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan

    gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka

    dinamakan monogliserida. Dalam Gambar II.18 ditampilkan reaksi pembentukan

    trigliserida. Sedangkan gambar II.19 menampilkan reaksi pembentukan

    monogliserida.13

  • 18

    Gliserol 3 Asam Lemak Trigliserida 3 Air

    Gambar II.18. Reaksi pembentukan trigliserida

    Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat

    bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16, 18 atau 20 atom karbon.

    Gliserol Asam Lemak monogliserida Air

    Gambar II.19 Reaksi pembentukan monogliserida

    II.7 ENZIM

    Enzim untuk pertama kalinya dikenal sebagai protein oleh Sumner pada tahun

    1926 yang berhasil mengisolasi urease dari 'kara pedang' (Jack Bean). Urease

    adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa

    tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin,

    kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang dapat diisolasi dan telah

    dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein. Namun demikian dari hasil

    penelitian diketahui pula bahwa banyak enzim yang juga mempunyai gugus bukan

    protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini disebut

    haloenzim yang terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein

    (kofaktor). Kofaktor yan terikat kuat pada bagian protein, artinya sukar terurai

  • 19

    dalam larutan disebut gugus prostetik, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya

    disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim

    yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yang diubah

    atau direaksikan oleh enzim. 15

    Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam

    sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108-1011 kali lebih

    cepat daripada reaksi tersebut tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai

    katalis yang sangat efisien. Disamping itu, enzim mempunyai derajat kekhasan

    yang tinggi yaitu hanya dapat bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja

    terhadap suatu zat atau substrat, harus ada hubungan atau kontak antara enzim

    dengan substrat. Enzim mempunyai ukuran lebih besar dari substrat. Oleh karena

    itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan

    antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu yang

    disebut bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi bila bagian

    aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat

    mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian

    aktif enzim sehingga enzim tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Hubungan

    atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks

    enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, bersifat sementara

    dan akan terurai lagi.15 Secara sederhana penguraian suatu senyawa atau substrat

    oleh suatu enzim ditampilkan pada Gambar II.20.

    E + S ES E + P

    E = enzim S = Substrat ES = kompleks enzim substrat P = hasil reaksi

    Gambar II.20 Reaksi enzimatis

  • 20

    Menurut hipotesis Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913, bahwa

    dalam reaksi enzim terjadi lebih dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian

    menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Kecepatan reaksi bergantung pada

    konsentrasi kompleks enzim-substrat (ES).

    II.8 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim

    II.8.1 Konsentrasi Enzim

    Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi

    enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi

    bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

    II.8.2 Konsentrasi Substrat

    Pada konsentrasi substrat yang amat rendah, kecepatan reaksi pun amat rendah,

    kecepatan ini akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat.16

    Berdasarkan hasil eksperimen diketahui bahwa dengan konsentrasi enzim yang

    tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.

    Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan

    reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar.15 Pada konsentrasi substrat

    rendah, bagian aktif enzim hanya menampung substrat sedikit. Bila konsentrasi

    substrat diperbesar, makin banyak subtsrat yang dapat berhubungan dengn enzim

    pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian konsentrasi komplek enzim substrat

    makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Pada

    suatu batas konsentrasi substrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh

    substrat atau telah jenuh dengan substrat. Dalam keadaan ini, bertambah besarnya

    konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi

    kompleks enzim substrat sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah

    besar. Gambar II.21 menampilkan diagram yang menunjukkan pengaruh

    konsentrasi substrat pada enzim.

  • 21

    Konsentrasi Substrat S + E E S E + P

    Rendah

    Hampir jenuh

    Jenuh

    berlebih

    Gambar II.21 Pengaruh konsentrasi substrat pada enzim

    II.8.3 Pengaruh Suhu

    Enzim adalah suatu protein yang dapat mengalami proses denaturasi bila suhu

    dinaikkan. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan

    terganggu sehingga konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan

    reaksinya pun akan menurun. Setiap enzim memiliki suhu optimum tertentu. Suhu

    optimum adalah suhu yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan

    kecepatan paling besar.16 Pada umumnya enzim yang terdapat pada hewan

    mempunyai suhu optimum antara 40 0C 50 0C, sedangkan pada tumbuhan antara

    50 0C 60 0C. Sebagian besar enzim terdenaturasi pada suhu di atas 60 0C.15

    II.8.4 Pengaruh pH

    Seperti protein pada umumnya, struktur enzim tergantung pada pH

    lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion - ion

    bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan

    berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks

    enzim substrat. Di samping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah

    atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan

    mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim.

  • 22

    II.8.5 Pengaruh Inhibitor

    Mekanisme kerja enzim dalam suatu reaksi adalah melalui pembentukan

    kompleks enzim-substrat (ES). Oleh karena itu hambatan atau inhibisi pada suatu

    reaksi yang menggunakan enzim sebagai katalis dapat terjadi apabila

    penggabungan substrat pada bagian aktif enzim mengalami hambatan. Molekul

    atau ion yang dapat menghambat reaksi tersebut dinamakan inhibitor.15

    II.9 Protease

    Berbagai penelitian tentang protease sudah banyak dilakukan orang untuk

    berbagai tujuan. Protease diduga dapat menghambat aktivitas virus HIV.17

    Protease yang diproduksi oleh saluran cerna dapat dipetakan melalui metoda

    HPLC dengan insulin sebagai standar.18 Protease adalah suatu enzim yang dapat

    mendegradasi protein atau enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan

    peptida pada protein. Protease dapat dihasilkan oleh mikroba, salah satunya

    misalnya Bacillus licheniformis yang dapat memproduksi protease yang sifatnya

    cocok digunakan dalam industri deterjen.19 Beberapa protease (alkaline protease)

    dapat pula dihasilkan oleh jamur dan serangga.20 Protease merupakan enzim yang

    penting dan banyak digunakan terutama dalam industri detergen, farmasi, kulit,

    makanan, film dan pengolahan limbah. Protease dari Bacillus circulans 9b3

    mempunyai kemampuan sebagai anti lipase dan dapat dimanfaatkan dalam

    pengawetan bekatul.21

    Selain itu protease dapat pula dihasilkan dari beberapa jenis tanaman yaitu papain

    (pepaya), bromelin (nanas).2 Protease yang terdapat pada akar nanas memiliki

    aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan bagian nanas lainnya yaitu daging buah

    maupun bonggolnya.3

    Berdasarkan Nomenclature Committee of International Union of Biochemistry

    and Molecular Biology, protease termasuk dalam sub kelompok 4 dari kelompok

    3 (hidrolase).

  • 23

    Sejak tahun 1999 berhasil dikembangkan teknologi pembuatan protease dari

    molases, yaitu limbah proses pengolahan tebu di pabrik gula. Ketika molases

    dicampurkan dengan Bacilus megaterium, maka molases akan habis dimakannya

    karena adanya ekskresi yang dikeluarkan strain bakteri yaitu berupa enzim yang

    disebut protease. Selain itu limbah cair tahu juga dapat diolah menjadi enzim yang

    sama dengan menggunakan bakteri atau isolat termofilik lokal. Diketahui

    produksi enzim protease tertinggi diperoleh pada media limbah cair tahu ditambah

    aquades. Enzim protease alkalin yang dihasilkan isolat 58 lebih tinggi daripada

    yang dihasilkan biak acuar strain bakteri bacilus licheniformis BCC 0607.22

    Di pasaran selama ini enzim protease dipasok oleh perusahaan raksasa di

    antaranya : Novo (Denmark), Gist Brocades / DSM (Belanda) yang bekerja sama

    dengan Genencor International (Amerika). Selain itu ada juga Boehringer

    (Jerman), Amano (Jepang) dan Wuxi (Cina).

    Pada saat ini protease dibagi atas dua kelompok utama, yaitu eksopeptidase dan

    endopeptidase. Pembagian ini berdasarkan pada sisi pemutusan peptida oleh

    enzim. Eksopeptidase memutuskan ikatan peptida yang dekat dengan ujung amino

    atau ujung karboksil dalam molekul substrat, sedangkan endopeptidase

    memutuskan ikatan peptida yang jauh dari ujung substrat. Berdasarkan atas pH

    optimumnya protease-protease dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :

    protease asam, protease basa dan protease netral.

    II.9.1 Protease Asam

    Protease asam mengandung residu asam aspartat pada sisi aktifnya dan

    aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh pereaksi pembentuk khelat, pereaksi gugus

    tiol dan inhibitor - inhibitor protease basa. Proetease asam memiliki pH optimum

    sangat rendah yaitu 2 - 3. Enzim ini banyak digunakan dalam industri kecap dan

    tahu. Protease ini lebih banyak diproduksi oleh jamur dan sedikit sekali ditemukan

    pada bakteri.

  • 24

    Salah satu protease asam yang berhasil dimurnikan adalah protease asam dari

    biakan Bacillus subtilis JM-3 yang terdapat dalam saus ikan. Protease ini

    mempunyai Mr 14 kD. Stabilitas optimumnya teramati pada suhu 30 0C. Aktivitas

    protease ini dihambat oleh tosil-lisinklorometilketon (TLCK).23

    II.9.2 Protease Basa

    Protease basa disebut juga sebagai protease serin, sebab protease ini dicirikan oleh

    adanya residu serin pada sisi aktif molekulnya. Protease basa merupakan

    endopeptidase dengan aktivitas proteolitik yang kuat. Molekulnya stabil pada

    temperatur tinggi dengan pH optimum 9 - 11. Aktivitasnya tidak dihambat oleh

    adanya reaksi pembentukan khelat seperti EDTA, tetapi dihambat oleh

    diisopropilfluorofosfat dan phenyl methyl sulfonyl flourida (PMSF).

    Protease basa yang termostabil berhasil diisolasi dari Bacillus thermoruber.

    Bacillus ini memproduksi protease basa secara ekstrasel. Molekulnya merupakan

    polipeptida tunggal dengan Mr 39 kDa dan pI 5, 3. pH dan suhu optimum bagi

    aktivitasnya adalah 9 dan 45 0C.24

    Protease ekstrasel dari Bacillus sp. B21-2 bersifat termofilik dan alkalifilik.

    Protease basa ini mempunyai Mr 30 kDa dengan pH dan suhu optimum bagi

    aktivitasnya 12 - 13 dan 85 0C.5

    Bacillus subtilis CHZ1 meproduksi protease ekstrasel dengan Mr 35 kDa dan

    aktivitas optimumnya teramati pada pH 8 dengan suhu 60 0C 80 0C terhadap

    substrat azokasein. Aktivitasnya dihambat oleh adanya PMSF, Ag+ dan Hg+ pada

    konsentrasi 2,5 mM, tetapi ditingkatkan hingga sekitar 20 % oleh adanya Mn2+,

    Mg2+ dan Fe2+. Adanya ion-ion Ca2+, Zn2+ dan Cu2+ tidak mempengaruhi

    aktivitsanya.25

  • 25

    II.9.3 Protease Netral

    Protease netral merupakan suatu protease logam (metallprotease) dan

    memerlukan Zn2+ agar aktivitasnya optimal. Rentang pH optimumnya sangat

    sempit, yaitu pada pH netral. Protease netral ini sangat tidak stabil terhadap

    protease basa dan pereaksi pembentuk khelat. Sama halnya dengan protease basa,

    protease netral juga merupakan endopeptidase dan memutuskan ikatan peptida

    yang mempunyai rantai samping hidrofobik.

    Protase netral yang termostabil dari Bacillus stearothermophillus MK232

    diproduksi secara ekstrasel. Molekulnya merupakan polipeptida tunggal dengan

    Mr 34 kDa, pH dan suhu optimum bagi aktivitasnya adalah 7,6 dan 70 0C.

    Aktivitasnya dihambat oleh EDTA, tetapi tidak oleh PMSF.26

    Protease netral yang termostabil juga berhasil diisolasi dari mutan Bacillus

    stearothermophillus (TPM-8), dengan Mr 39 kDa. pH dan suhu optimum bagi

    aktivitasnya adalah 7,0 dan 80 0C, membutuhkan ion Zn2+ agar dapat

    menunjukkan aktivitasnya dan memerlukan ion Ca2+ untuk meningkatkan

    stabilitasnya terhadap suhu.27