jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

7
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di sungai Serayu pada tempat bermuaranya sungai Tajum wilayah kecamatan Rawalo kabupaten Banyumas. Determinasi dan identfikasi ikan dilakukan di Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pengambilan sampel ikan dan pengukuran parameter fisika dan kimia perairan sungai dilakukan pada bulan oktober 2010 sampai dengan bulan juli 2011. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat a. Pengambilan Sampel Ikan Alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan, yaitu perahu, seser, jala tebar dengan ukuran mata jala 1 cm dengan diameter 4 m serta mata jala 1,5 cm dengan diameter 3m, seser, dan electrofishing kekuatan 12 volt. b. Pengambilan Sampel Fisika Dan Kimia Lingkungan Sungai Alat-alat yang digunakan untuk mengukur parameter fisika dan kimia lingkungan sungai, yaitu stopwatch, pelepah pisang, termometer celcius, pH meter, dan DO meter merek Luthron. c. Determinasi dan Identifikasi Ikan Sampel ikan dideterminasi dan diidentifikasi dengan buku Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan jilid 1 dan 2 (Saanin 1968 ; 1984) dan Kottelat et al. (1993). Kamera untuk memotret sampel ikan dan nampan berlilin. 18

Upload: joko-asko

Post on 19-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sungai Serayu pada tempat bermuaranya sungai Tajum

wilayah kecamatan Rawalo kabupaten Banyumas. Determinasi dan identfikasi ikan dilakukan di

Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pengambilan sampel ikan dan pengukuran

parameter fisika dan kimia perairan sungai dilakukan pada bulan oktober 2010 sampai dengan

bulan juli 2011.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

a. Pengambilan Sampel Ikan

Alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan, yaitu perahu, seser, jala tebar

dengan ukuran mata jala 1 cm dengan diameter 4 m serta mata jala 1,5 cm dengan diameter 3m,

seser, dan electrofishing kekuatan 12 volt.

b. Pengambilan Sampel Fisika Dan Kimia Lingkungan Sungai

Alat-alat yang digunakan untuk mengukur parameter fisika dan kimia lingkungan sungai,

yaitu stopwatch, pelepah pisang, termometer celcius, pH meter, dan DO meter merek Luthron.

c. Determinasi dan Identifikasi Ikan

Sampel ikan dideterminasi dan diidentifikasi dengan buku Taksonomi dan Kunci

Identifikasi Ikan jilid 1 dan 2 (Saanin 1968 ; 1984) dan Kottelat et al. (1993). Kamera untuk

memotret sampel ikan dan nampan berlilin.

18 

Page 2: jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

3.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan dan sampel air

yang dari tiap stasiun pengambilan sampel, formalin 4 % untuk mengawetkan ikan, es batu

untuk mengawetkan sementara selama ikan berada di box ikan serta label untuk label ikan.

3.3. Parameter Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua parameter yaitu parameter utama dan parameter pendukung.

Parameter utama yaitu sampel ikan yang ditangkap pada tempat bermuaranya sungai Tajum

sedangkan parameter pendukung meliputi kualitas air berupa temperatur, kecepatan arus,

kecerahan air, derajat keasaman (pH), kedalaman dan oksigen terlarut pada tempat bermuaranya

sungai Tajum.

3.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan teknik pengambilan

sampel secara purpose random sampling (Mantra dan Kasto, 1989 dalam Munir, 2010).

Penelitian ini dilakukan di sungai Serayu pada tempat bermuaranya sungai Tajum.

Sampel ikan diambil dengan menggunakan jaring hanyut dengan ukuran mata jaring 2,5

cm dan panjang 100 m, jala tebar dengan ukuran mata jala 1 cm dengan diameter 4 m serta mata

jala 1,5 cm dengan diameter 3m, seser, dan electrofishing kekuatan 12 volt. Hasil tangkapan

ikan diawetkan dengan formalin 4%. Identifikasi dan determinasi sampel menggunakan buku

Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan jilid 1 dan 2 (Saanin 1968 ; 1984) dan Kottelat et al.,

(1993). Sampel ikan disimpan di Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Page 3: jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

3.5. Cara Kerja

3.5.1. Parameter Fisika Dan Kimia Sungai

a. Suhu (Temperatur)

Suhu perairan sungai diukur pada tiga titik yaitu tepi kanan, tengah, dan tepi kiri.

Masing-masing titik dilakukan pengukuran sebanyak dua kali. Pengukuran suhu dilakukan

dengan cara mencelupkan kertas pH indikator selama kurang lebih lima menit sampai air raksa

menunjukan angka konstan kemudian mencatat angka yang telah konstan tersebut.

b. Oksigen Terlarut (Kandungan Oksigen Terlartut)

Pengukuran DO atau oksigen terlarut dilakukan dengan cara mencelupkan sensor DO ke

dalam air sampel selama beberapa menit sampai angka skala konstan. Angka skala yang konstan

tersebut menunjukkan nilai kadar oksigen terlarut pada air sampel. Pengukuran oksigen terlarut

dilakukan sebanyak dua kali ulangan di setiap titik sampling.

c. Derajat keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan kertas pH ke dalam air sampel

selama beberapa menit, kemudian perubahan warna yang terjadi pada kertas pH tersebut

dibandingkan dengan warna pada kertas pH standar. Warna yang sama dengan kertas pH standar

menunjukan nila pH air sampel. Lokasi pengukuran pH pada tiga titik yaitu tepi kanan, tengah,

dan tepi kiri. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali ulangan setiap titik sampling.

d. Kecepatan Arus

Kecepatan arus diukur dengan metode terapung. Pelepah pisah dilemparkan di tengah

badan sungai kemudian dicatat waktu yang diperlukan pelepah pisah untuk mencapai jarak 10 m

menggunakan stopwatch.

Rumus kecepatan arus :

Page 4: jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

v = s/t (m/s)

Keterangan : v : Kecepatan arus sungai (m/detik)

s : Jarak yang ditempuh oleh pelepah pisah (meter)

t : Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak (detik)

e. Kedalaman Sungai

Kedalaman perairan diukur dengan cara memasukan tongkat bambu di bagian tengah

badan sungai sampai ke dasar sungai, Kemudian mengukur jarak bambu yang basah sampai

bagian dasar bambu dengan menggunakan rool meter. Hasil nilai tersebut merupakan nilai

kedalaman sungai.

3.5.2. Pengambilan Sampel Ikan

Sampel ikan diambil dari tiga lokasi atau stasiun yaitu pada stasiun 1 yang berada di

aliran sungai Serayu yang berjarak ± 300 sebelum pertemuan dengan sungai Tajum, lokasi II

berada di aliran sungai Serayu yang berjarak ± 300 m setelah pertemuan dengan sungai Tajum

dan lokasi III berada di bagian akhir aliran sungai Tajum yang berjarak ± 300 m sebelum

bermuara di sungai Serayu. Pengambilan sampel ikan pada setiap lokasi dilakukan pada tiga titik

yaitu tepi kanan, tengah, dan tepi kiri sungai. Titik kanan dan kiri, pengambilan sampel ikan

dilakukan dengan cara menyeser ikan dan dengan menggunakan electrofishing 12 volt,

sedangkan pada titik tengah pengambilan sampel ikan dilakukan dengan cara menebar jaring

ukuran mata jala 1 cm dengan diameter 4 m serta jala tebar dengan mata jala 1,5 cm dengan

diameter 3 m.

Pengambilan sampel ikan dilakukan malam hari mulai pukul 19.00-23.00 WIB. Setiap

lokasi sampel dilakukan pengambilan sampel ikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tiga

bulan yaitu pada bulan Oktober 2010, Januari 2011, April 2011 dan Juli 2011 selama satu tahun.

Page 5: jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

Kemudian sampel ikan dikelompokkan sesuai lokasi pengambilan dan selanjutnya diawetkan

dengan formalin 4% dan didentifikasi.

3.5.3. Determinasi dan Identifikasi Ikan

Hasil sampel ikan yang telah dikelompokkan berdasarkan lokasi pengambilan sampel

kemudian dikelompokkan berdasarkan persamaan morfologi dan fisiologi ikan, yaitu meliputi

persamaan bentuk tubuh, kepala, mulut, sungut, sirip dan sisik. Sirip yang diamati meliputi sirip

punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Selanjutnya kelompok-kelompok

tersebut dideterminasi dan di identifikai menggunakan buku Taksonomi dan Kunci Identifikasi

Ikan jilid 1 dan 2 Saanin (1968 ; 1984) dan Kottelat et al., (1993).

3.5.4. Pengawetan Sampel Ikan

Sampel ikan yang ditangkap kemudian dimasukkan plastik yang telah diberi label untuk

setiap lokasi. Label harus ditulis mengunakan pensil agar data pada label tidak pudar terkena air

atau formalin (Kotelatt et al., 1993). Selanjutnya dimasukkan ke dalam box ikan yang diberi es

batu agar ikan tetap segar. Selanjutnya sampel ikan dibawa ke Laboratorium Zoologi Program

Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto untuk disimpan dan diawetkan dengan formalin 4% (Kotelatt et al., 1993) dan di

simpan keember besar sebelum dan sesudah diidentifikasi.

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh berupa panjang ikan meliputi panjang standar dan panjang total,

berat ikan, keanekaragaman, kemelimpahan, kemelimpahan relatif ikan serta perbedaan ikan

bulan gelap dan bulan terang di analisis dengan:

3.6.1. Indeks Keanekaragaman

Page 6: jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

Perhitungan indeks keanekaragaman suatu jenis dihitung dengan mengggunakan

persamaan Shannon Wiener yaitu :

H’ = - ∑ (ni/N). log (ni/N) atau H’ = - ∑ (Pi.log Pi) (Odum, 1996)

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wiener

Pi = Peluang kepentingan untuk setiap species = (ni/N)

ni= Jumlah individu species ke i

N = Jumlah total individu semua species

Dimana : Jika H’=0 berarti kominitas biota tidak stabil

Jika H’=1 berarti komunitas biota stabil

3.6.2. Kemelimpahan

Kemelimpahan suatu species pada suatu lokasi dapat cara menggunakan rumus sebagai

berikut :

c = ni/N (Odum, 1996)

Keterangan : c = Kemelimpahan

ni= Jumlah total individu species ke i

N= Jumlah total individu semua species

3.6.3. Kemelimpahan Relatif (KR)

KR = ni/N x 100% (Odum, 1996)

Keterangan : c = Kemelimpahan relatif

ni= Jumlah total individu species ke i

N= Jumlah total individu semua species

Page 7: jhptump-a-rinameisur-813-3-babiii

3.6.4. Indeks Dominasi

Perhitungan indeks dominasi suatu spesies tertentu dapat menggunakan rumus sebagai

berikut :

D = ∑ (ni/N)2 (Odum, 1996)

Keterangan : D = Indeks dominasi Simpson (antara 0-1)

ni = Jumlah individu suatu ordo

N = Jumlah total individu semua ordo

Dimana :

D= 0,berarti tidak terdapat species yang medominasi species lainnya atau

stuktur komunitas dalam keadaan stabil.

D= 1,berarti terdapat species yang mendominasi species lainnya atau

struktur komunitas labil karena terjadi tekanan ekologis.