jlr11_04 sholahuddin-aksesibilitas
DESCRIPTION
SETTING RUANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKSESIBILITAS PARA PENYANDANG CACAT TUBUH DI PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTATRANSCRIPT
SETTING RUANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKSESIBILITASPARA PENYANDANG CACAT TUBUH
DI PUSAT REHABILITASI YAKKUM YOGYAKARTA
31
The number of difable persons in Indonesia according to WHO is 7%-10% from totalpopulation and only a small number of them have adequate education and decent job. Thiscondition is due to the lack of accessibility facilities in public spaces and in this condition theyneed an institution or a community which cares and encourages positive attitude. One institutionwhich provides such services is YAKKUM rehabilitation centre located in Yogyakarta. In generalthis research is intended to identity the impact of room setting to accessibility of the difable. Thespecific purpose of the research is to recognize impact of room setting and other factors towarddifable accessibility in YAKKUM. This research uses a deductive method with Applied purposivesampling to ten room based on its tool aid properties. Data were collected with triangulationmethod and analyzed descriptively. SPSS was used to analyze. The quantitative data incomparing factors of room setting which has impact on accessibility. Observed variablesincluding room setting (dimension and form, furniture and lay out, and environmental element ofroom). The result of this study shows that the accessibility in receptionist room was influencedby lay out and furniture, lighting, air movement; Office room: lighting, air movement; Class room:lighting and air movement; Library room: furniture and lay out, lighting, air movement; Socialroom: knob, lay out, and lighting; dining room: lay out, lighting and air movement; Laundry room:furniture; Physiotherapy room: knob, furniture and lay out; Hostel room: furniture; and Toiletinfluenced by knob, furniture and lay out, lighting, air movement. This study also found factors ofroom setting which influenced accessibility for difable in YAKKUM. These factors are the type offurniture, and lay out, lighting, air movement and dimension of switch control.
: Setting Room,Accessibility, DifableKey Words
Ada hubungan timbal balik antaraarsitektur lingkungan ( ruang) &perilaku manusia. Menurut Amos Rapoport(dalam Haryadi, 1995), kajian arsitekturlingkungan & perilaku salah satunyaberkaitan tentang bagaimana lingkunganterbangun mempengaruhi perilaku manusiadidalamnya & unsur-unsur fisik yangmenyebabkan manusia berperilaku berbedad a l a m s a t u . P e r i l a k udioperasionalisasikan sebagai kegiatanmanusia yang membutuhkan setting/wadahkegiatan berupa ruang. 12 atribut yangmuncul dari interaksi manusia dan lingkunganyaitu kenyamanan, sosialitas, visibilitas,aksesibilitas, adaptabilitas, rangsanganinderawi, kontrol, aktivitas, kesesakan( ), privasi, makna, legibilitas
setting
s e t t i n g
crowdedness
(Weisman, 1981).Populasi penduduk Indonesia adalah
206.939.000 orang. Jumlah penyandangcacat di Indonesia menurut Badan DuniaWHO ada sekitar 7%-10% dari total populasipenduduk. Populasi penyandang cacat diYogyakarta adalah 159.950 orang sedangkanyang cacat fisik ada 43.826 orang. Dari jumlahtersebut di atas ternyata hanya sebagian kecilsaja yang mendapat pendidikan (5%) danpekerjaan (20%) yang layak (Suara Merdekaedisi 18 Nov 2003). Minimnya jumlah tersebutd i seb ab kan o le h be be rapa f ak to r
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
Setting Ruang dan Pengaruhnya Terhadap AksesibilitasPara Penyandang Cacat Tubuh
di Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta | hal 31 - 41
Muhammad Sholahuddin*Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
*Korespondensi penulis dialamatkan ke Program StudiDesain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut SeniIndonesia Yogyakarta, Tel/Fax: +62 274 417219
e-mail: [email protected]
32
penghambat yang salah satunya adalah tidakmemadainya aksesibilitas yang aksesibelbagi penyandang cacat khususnya padafasilitas-fasilitas umum. Dengan kondisiseperti itu yang mereka butuhkan adalahsuatu wadah atau komunitas yang dapat lebihmemperhatikan dan menumbuhkan sikapmental yang positif dalam diri mereka yaitupusat rehabil itasi. Salah satu pusatrehabilitasi penyandang cacat tubuh yangada di Yogyakarta adalah Pusat RehabilitasiYAKKUM Yogyakarta yang dibangun sesuaidengan standart untuk kaum , namundalam proses pemakaiannya ternyata banyaksetting ruang yang berubah sehinggam e m p e n g a r u h i a k s e s b i l i t a s p a r apenyandang cacat.
Ada hubungan antara arsitekturlingkungan dan perilaku penyandang cacattubuh yang berbeda-beda pada ruangdi pusat rehabilitasi YAKKUM Yogyakartayang membutuhkan kemudahan aksesibilitasdalam melakukan aktivitas mereka agar aman& nyaman.
Penel i t ian in i d iadakan untukmenyelidiki seperti apakah pengaruhruang terhadap aksesibilitas ( )para penyandang cacat tubuh di PusatRehabilitasi Penyandang Cacat TubuhYAKKUM Yogyakarta; dan Faktor-faktora p a s a j a d a r i r u a n g ya n gmempengaruhi aksesibilitas ( )para penyandang cacat tubuh di PusatRehabilitasi Penyandang Cacat TubuhYAKKUM Yogyakarta
Peneli t ian in i bertu juan untukmengidentifikasi pengaruh ruangterhadap aksesbilitas para penyandang cacattubuh dan faktor-faktor apasajakah yangmempengaruhi aksesibilitas ( )para penyandang cacat tubuh di PusatRehabilitasi Penyandang Cacat TubuhYAKKUM Yogyakarta.
Menurut Bride, seorang ahli dari pusatrehabilitasi cacat tubuh AS, cacat cubuhadalah suatu perubahan bentuk tubuh yangmengakibatkan turunnya kemampuan yangnormal untuk melakukan gerakan-gerakantubuh tertentu. Sedangkan (orangcacat) adalah kondisi fisik atau mentalseseorang yang terbatas berfungsi danberaktifitas.
Dari dua pengertian diatas, dapat
difabel
setting
settingaccessibility
se t t i n gaccessibility
setting
accessibility
Dissability
diambil pengertian bahwa cacat tubuh adalahperubahan kondisi fisik atau mentalseseorang sehingga mengakibatkanterbatasanya kemampuan yang normaldalam berfungsi dan beraktifitas.
Pengertian khusus rehabilitasi adalahproses refungsionalisasi dan pengembanganuntuk memungkinkan penderita cacat mampumelaksanakan fungsi sosialnya secara wajardalam kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi adalah perbaikan parapenderita cacat agar bisa berbuat ataumemiliki semaksimal mungkin kegunaanjasmaniah, rohaniah, sosial, pekerjaan, danekonomi.
Pusat rehabil itasi menurut(1943)
sebagai tempat pemulihan bagi parapenyandang cacat tubuh agar pulih secarafisik, mental, sosial, serta mendapatpenghasilan dari keterampilan yang dimiliki.
Dalam studi tentang hubunganarsitektur lingkungan & perilaku dalamkaitannya dengan tata ruang, perilakudioperasionalisasikan sebagai kegiatanmanusia yang membutuhkan (tataruang yang terkait dengan kegiatan) atauwadah kegiatan yang berupa ruang (Haryadi,1995). Sedangkan ruang diartikan sebagaisuatu petak yang dibatasi oleh dinding danatap baik oleh unsur yang permanen ataupuntidak permanen. Dalam kaitannya denganmanusia, hal paling penting dari pengaruhruang terhadap perilaku manusia adalahfungsi atau pemakaian dari ruang tersebut(Haryadi , 1995).
Perancangan fisik dari setting ruangyang mempengaruhi perilaku pemakai adalahukuran & bentuk ruang, perabot &penataanya, warna ruang, suara, temperatur& pencahayaan (Haryadi, 1995).
Aksesibilitas adalah kemudahanbergerak melalui dan menggunakanlingkungan. Kemudahan bergerak yangdimaksud adalah berkaitan dengan sirkulasi(jalan) dan visual ( Weisman, 1981)
Hal-hal yang berkaitan denganaksesibilitas adalah bangunan, elemenbangunan, kamar kecil (toilet), pintu, ramp,ruang, ruang lantai bebas, rute aksesibel,tangga (Holmes, James, 1998).
TheNational Council on Rehabilitation
setting
Aksesibilitas ( )Accessibility
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
33
Asas aksesibilitas:, yaitu setiap orang dapat
mencapai semua tempat atau bangunanyang bersifat umum dalam suatulingkungan.
, yaitu setiap orang harus dapatmempergunakan semua tempat ataubangunan yang bersifat umum dalamsuatu lingkungan.
a. Kemudahan
b. Kegunaan
c. Keselamatan,
d. Kemandirian,
yaitu setiap bangunandalam suatu lingkungan terbangun harusmemperhatikan keselamatan bagi semuaorang.
yaitu setiap orang harusb i s a m e n c a p a i , m a s u k d a nmempergunakan semua tempat dalamsuatu l ingkungan dengan tanpamembutuhkan bantuan orang lain.
1.Kenyamanan2.Sosialitas3.Visibilitas4.Aksesibilitas5.Adaptabilitas6.Rangsangan Inderawi7.Kontrol8.Aktivitas9.Kesesakan10.Privasi11.Makna12.Legibilitas
FENOMENA PERILAKU
LINGKUNGANsebagai PENGALAMAN
SETTING FISIK
ORGANISASI
INDIVIDU
SISTEM PERILAKULINGKUNGAN
LINGKUNGAN LUAR
Gb.1. Diagram Teori(Sumber: Weismen, 1981)
Grand
1. Ukuran & bentuk2. Perabot & penataan3. Unsur lingkungan ruang
- Pencahayaan- Penghawaan
VARIABEL INDEPENDENT
Aksesibilitas
Sirkulasi
VARIABEL DEPENDENT
Setting Ruang
Pengaruh terhadapPenyandang Cacat Tubuh
Setting Ruang Aksesibilitas
Gb.2. Kerangka Konsep Penelitian
M. SHOLAHUDDINSetting Ruang dan Pengaruhnya Terhadap Aksesibilitas
Para Penyandang Cacat Tubuhdi Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta | hal 31 - 41
34
P e n e l i t i a n i n i m e n g g u n a k a npendekatan rasionalistik dan metode deduktifdengan sampel terhadap 10 (sepuluh) ruangdengan penentuan partisipan secara
berdasarkan denganjenis alat bantu yang digunakan olehpenyandang cacat tubuh. Pengumpulan datadengan metode trianggulasi (observasi,
dan ). Variabel
purposive sampling
quesioner content analisis
yang diteliti: 1) ruang (ukuran danbentuk, perabot dan penataannya, dan unsurlingkungan ruang), 2) aksesibilitas (sirkulasi).Analisis dengan cara verifikasi, dianalisissecara deskriptif kualitatif dibantu dengana n a l i s i s k u a n t i t a t i f ( S P S S ) , d a ndikomparatifkan untuk menemukan sejumlahfaktor dari ruang yang berpengaruhterhadap aksesibilitas.
setting
setting
Tabel 1. Parameter dari Setting Ruang
Variabel Setting RuangNo. Parameter
- Ukuran pintu & jendela, perletakan tombol-tombolkontrol (saklar lampu, stop kontak) yang sesuaidengan standar desain yang aksesibel(Departemen Pekerjaan Umum, 1998).
Ukuran & Bentuk1
- Ukuran dan bentuk perabot sesuai standar tubuhpenyandang cacat fisik (Departemen PekerjaanUmum,1998; DeChiara, J.Panero, J&Zelnik.M,2001;Sorenson, 1979; Suma'mur, 1989)
- Penataan perabot yang memudahkan ruang gerak(Departemen Pekerjaan Umum, 1998)
2 Perabot & Penataan
- Pencahayaan alami:Lubang cahaya optimal adalah 20% dari luas lantai(Reinhold, 1959), kuat cahaya sesuai fungsiruang (Darmasetiawan, 1999; Neufert, 1985;Sastrowinito,1985).
- Pencahayaan buatan:Jumlah lampu (Darmasetiawan, 1999)
Pencahayaan3
Penghawaan- Tingkat suhu rata-rata yang sesuai standar berkisarantara 24 - 27,6º C (Wignjosoebroto, 1995;Sastrowinoto, 1985; Suma'mur, 1989).
4
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
BAHAN DAN METODE
35
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis SPSS didapatpengaruh ruang terhadap aksesibilitaspara penyandang cacat tubuh terlihat padajenis ruang yang ada di YAKKUM Yogyakartayaitu:
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang resepsionis sudah aksesibel jikadilihat dari perabot dan penataannya,pencahayaan, dan penghawaan. Pengaruhpencahayaan dan penghawaan dari ruangresepsionis sangat signifikan terhadapaksesbilitas penyandang cacat tubuh.Pemakai kursi roda tidak aksesibel dalam halukuran dan bentuk dari ruang resepsionis.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang kantor sudah aksesibel jika dilihatdari pencahayaan dan penghawaan; cukupaksesibel dilihat dari ukuran dan bentuk sertaperabot dan penataannya kecuali pemakaikursi roda merasa tidak aksesibel karenaperabot dan penataannya.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang kelas sudah aksesibel jika dilihatpencahayaan dan penghawaan; cukupaksesibel dilihat dari ukuran dan bentuk; tidakaksesibel dilihat dari perabot dan penataaan
setting
terutama pemakai kursi roda. Pengaruhpenghawaan dari ruang kelas sangatsignifikan terhadap aksesbilitas penyandangcacat tubuh.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang perpustakaan paling tidak aksesibeljika dilihat dari ukuran dan bentuk, perabotdan penataannya, pencahayaan, danpenghawaan. Ruang perpustakaan palingtidak aksesibel untuk semua penyandangcacat tubuh.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang sosial sudah aksesibel jika dilihat dariu ku ra n d a n b e n t u k , p e ra bo t d a np e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan. Pengaruh perabot danpenataannya dari ruang sosial sangatsignifikan terhadap aksesbilitas penyandangcacat tubuh.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang makan aksesibel jika dilihat dariu ku ra n d a n b e n t u k , p e ra bo t d a np e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan. Pengaruh ukuran dan bentukdari ruang makan sangat signifikan terhadapaksesibilitas penyandang cacat tubuh.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang cuci tidak aksesibel jika dilihat dari
Tabel 2. Pengaruh Ruang Terhadap AksesibilitasBerdasarkan Analisis SPSS
Setting
Jenis RuangUkuran &Bentuk
Perabot &Penataan
Pencahayaan Penghawaan
KR K DLL HP KR K DLL HP KR K DLL HP KR K DLL HP
R. Resepsionis
R. Kantor
R. Kelas
R. Perpustakaan
R. Sosial
R. Makan
R. Cuci
R. Fisioterapi
R. Asrama
Toilet
TA TA TA
TA
TA TATATA TA TA TA TA TA TA TA TA TA
TATA
TA TA
TA TA TA TA TA TA TA TA TA TA
TA TA TA TA
CA CA CA CA CA CA CA CA
CA CA CA CA CA
CA CA CA
CA CA
CACA
CA CA CA CA CA
CA
CA
CA
CA CA CA CA CA CA CA CA
CACACACACA
A A A A A A A A A A A A A
A A A A A A
A A A A A A A
AAAAAAAAAAAAAA
A
A A A A A A A A A A A A A A
A
A
A A A A A A A A A AAAAA
A A
A
A A A A A A A A
AA
Keterangan:KR=Kursi Roda, K=Kruk, DLL=Dan lain-lain, HP=Hasil PenelitianTA=Tidak Aksesibel, A=Aksesibel, CA=Cukup Aksesibel
M. SHOLAHUDDINSetting Ruang dan Pengaruhnya Terhadap Aksesibilitas
Para Penyandang Cacat Tubuhdi Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta | hal 31 - 41
36
u ku ra n d a n b e n t u k , p e ra b o t da np e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan. Penghawaan dari ruang cucimembuat ruang sangat tidak aksesibel.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang fisioterapi sudah aksesibel jika dilihatdari ukuran dan bentuk, perabot danp e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan. Pengaruh perabot danpenataan dari ruang fisioterapi sangatsignifikan terhadap aksesbilitas penyandangcacat tubuh.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang asrama sudah aksesibel jika dilihatpenghawaan; cukup aksesibel dilihat dariukuran dan bentuk serta pencahayaan; tidakakses ibel d i l ihat dar i perabot danpenataannya.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang sudah aksesibel jika dilihat dariu ku ra n d a n b e n t u k , p e ra b o t da np e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan.
toilet
Berdasarkan analisis teori, pengaruhruang terhadap aksesibi l itas
penyandang cacat tubuh terlihat pada jenisruang yang ada di YAKKUM yaitu:
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang resepsionis sudah aksesibel jikadilihat dari ukuran dan bentuk, perabot danp e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang kantor sudah aksesibel jika dilihatdari ukuran dan bentuk, perabot danp e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan. Pencahayaan buatan di ruangkantor t idak aksesibel tetapi t idakberpengaruh pada aksesbilitas penyandangcacat tubuh karena aktivitas di ruang kantortidak sampai malam.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang kelas sudah aksesibel jika dilihat dariu ku r a n d a n b e n t u k , p e r a b o t d a np e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n , d a npenghawaan. Pencahayaan buatan di ruang
setting
Tabel 3. Pengaruh Ruang Terhadap AksesibilitasBerdasarkan Analisis Teori
Setting
Jenis Ruang
Ukuran &Bentuk
Perabot &Penataan
Pencahayaan Penghawaan
R. Resepsionis
R. Kantor
R. Kelas
R. Perpustakaan
R. Sosial
R. Makan
R. Cuci
R. Fisioterapi
R. Asrama
Toilet
A A A A A A A A A A A--CA
A A A A A A A AAAAACA TA
TACACA
CA TA TA TA TA TA TA CA TA CA TA CA
A A A A A A A A A A A
AA-
-
-
TA
A
TA
A
A
CA
A
CA
CA
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
CA
TA
TA
CA
A
TA
A
A
A
A
A
A
A
CA
CA
A
A
CA
A
A ATA A CA A A
A-
TA
A-
-
CA
CA
CA
A
A
TA
CA
A
A
A
TA
A
CA
TATA
TACA
A
A
A
A A A A
A
A
AA
A
Keterangan:HP=Hasil Penelitian, TA=Tidak Aksesibel, A=Aksesibel, CA=Cukup Aksesibel
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
37
penataannya; cukup aksesibel dilihat daripencahayaan dan penghawaan. Pintu,pencahayaan buatan dan suhu membuatruang fisioterapi tidak aksesibel.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang asrama sudah aksesibel jika dilihatukuran dan bentuk; cukup aksesibel dilihatdari perabot dan penataannya sertapenghawaan; tidak aksesibel dilihat daripencahayaan. Ket idak akses ibe landipengaruhi perabot yang tidak ergonomikbagi penyandang cacat tubuh, pencahayaanbuatan yang tidak mencukupi untuk aktivitasmalam hari dan perletakan saklar lampu yangterlalu tinggi.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang sudah aksesibel jika dilihat dariperabot dan penataannya, pencahayaan, danpenghawaan; cukup aksesibel dilihat dariukuran dan bentuk. Walau ukuran pintu sudahsesuai standar tetapi pintu sulit dibuka/tutupkarena handel terlalu tinggi, pintu tidakmemiliki dan plat tendang.
Berdasarkan analisis SPSS dananalisis teori didapat pengaruh ruangdari masing-masing ruang terhadapaksesbilitas (Lihat Tabel 4) adalah sebagaiberikut:
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang resepsionis sudah aksesibel yangdipengaruhi oleh jenis perabot danp e n a t a a n n y a , p e n c a h a y a a n d a npenghawaan. Ukuran dan bentuk ruangresepsionis yang terbuka tidak membuatruang ini aksesibel hal ini terlihat dari perilakupemakai kursi roda melakukan penyesuaianterhadap ruang yang ada ( ) dalambersirkulasi dengan tidak berputar di dalamruang namun mundur dulu, baru berbelokkeluar ruang resepsionis.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang kantor sudah aksesibel yangdipengaruhi oleh pencahayaan danpenghawaan. Ukuran dan bentuk sertaperabot dan penataan di ruang kantor sudahsesuai standar sehingga penyandang cacatmerasa cukup aksesibel.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang kelas sudah aksesibel yangdipengaruhi oleh pencahayaan danpenghawaan. Berdasarkan teori, ukuran danbentuk serta perabot dan penataanya sudahaksesibel tetapi penilaian responden berbeda
toilet
handgrap
setting
adjusment
kantor t idak aksesibel tetapi t idakberpengaruh pada aksesbilitas penyandangcacat tubuh karena aktivitas di ruang kelastidak sampai malam.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang perpustakaan tidak aksesibel jikadilihat dari ukuran dan bentuk, perabot danpenataannya; cukup aksesibel dilihat darip e n c a h a y a a n d a n p e n g h a w a a n .Pencahayaan buatan di ruang kantor tidakaksesibel tetapi tidak berpengaruh padaaksesibilitas penyandang cacat tubuh karenaaktivitas di ruang kelas tidak sampai malam.Suhu di ruang perpustakaan menyebabkanpenghawaan di ruang ini menjadi tidakaksesibel karena bukaan tertutupi oleh rak-rak buku yang tinggi.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang sosial sudah aksesibel jika dilihat dariukuran dan bentuk, pencahayaan, danpenghawaan; cukup aksesibel dilihat dariperabot dan penataannya. Perabot dari ruangsosial tidak aksesibel terhadap aksesbilitaspenyandang cacat tubuh tetapi fungsi dariruang sosial ini tidak hanya diperuntukkanuntuk penyandang cacat saja tetapi untukorang normal yang datang sebagai tamuataupun keluarga. Pencahayaan buatan diruang sosial tidak aksesibel, hal ini sedikitberpengaruh pada aksesbilitas penyandangcacat tubuh ketika menerima tamu di malamhari.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang makan sudah aksesibel jika dilihatdari ukuran dan bentuk, pencahayaan, danpenghawaan; cukup aksesibel dilihat dariperabot dan penataannya. Perabot di ruangmakan tidak aksesibel bagi semuapenyandang cacat tubuh yaitu bangku dan raktelevisi.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang cuci aksesibel jika dilihat dari ukurandan bentuk, perabot dan penataannya,pencahayaan; cukup aksesibel dilihat daripenghawaan. Walau suhu di ruang cuci sudahsesuai standar tetapi penempatan tombolkipas angin yang sulit dijangkau oleh pemakaikursi roda serta tingginya bukaan (ventilasi)membuat penghawaan dari ruang cuci sangattidak aksesibel.
Aksesibilitas penyandang cacat tubuhdi ruang fisioterapi sudah aksesibel jika dilihatdari ukuran dan bentuk, perabot dan
M. SHOLAHUDDINSetting Ruang dan Pengaruhnya Terhadap Aksesibilitas
Para Penyandang Cacat Tubuhdi Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta | hal 31 - 41
38
aksebilitas suatu ruang. Ruang perpustakaanmemiliki ukuran yang sempit karena awalnyaruang ini berfungsi sebagai ruang kelas.Selain itu banyaknya perabot berupa rak-rakmembuat bentuk ruang terkesan terkotak-kotak. Dari segi perilaku penyandang cacatterhadap kekurangan aksesibilitas padaukuran dan bentuk ruang serta kekuranganelemen pendukung pada pintu denganmelakukan penyesuaian (adjusment).
Perabot yang ergonomis sesuaitubuh penyandang cacat tubuh dan penataanperabot yang menyediakan area sirkulasibagi semua penyandang cacat tubuhmemberi pengaruh pada aksesibilitas diruang fisioterapi, resepsionis, dan toilet.Perabot di ruang perpustakaan tidakaksesibel bagi penyandang cacat tubuh danarea sirkulasi pada penataan perabotmenciptakan area sirkulasi yang tidak sesuaidengan ruang gerak penyandang cacat tubuhterutama pemakai kursi roda. Dari segiperilaku, penyandang cacat melakukanpenyesua ian (adjusment ) te rhadapkekurangan aksesibilitas pada ukuran danbentuk perabot serta penataannya.
Pencahayaan alami di ruangresepsionis, kelas, toilet, makan, sosial,kantor memil iki pengaruh terhadapaksesibilitas penyandang cacat tubuh dilihatdari segi fungsi. Ketinggian perletakan saklaryang dapat dicapai oleh semua penyandangcacat juga mempengaruhi aksebilitas dilihatdari segi teknis. Dari segi perilaku,penyandang cacat melakukan penyesuaian(adjusment) terhadap ukuran ketinggiansaklar yang tidak aksesibel.
Suhu di ruang kelas, resepsionis,sosial, makan, kantor, toilet memilikipengaruh terhadap aksesibilitas penyandangcacat tubuh dilihat dari segi fungsi. Ketinggianperletakan saklar kipas angin yang dapatdicapai oleh semua penyandang cacat jugamempengaruhi aksebilitas dilihat dari segiteknis. Dari segi perilaku, penyandang cacatmelakukan penyesuaian (adjusment)terhadap ukuran ketinggian saklar yang tidakaksesibel.
Pengaruh setting ruang terhadapaksesibilitas para penyandang cacat tubuhterlihat pada jenis ruang yang ada di YAKKUMyaitu: aksesibilitas penyandang cacat tubuh diruang resepsionis sudah aksesibel yang
| VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
dimana ukuran dan bentuk dari ruang kelascukup aksesibel dan perabot dan penataan
39
dipengaruhi jenis perabot dan penataannya,pencahayaan dan penghawaan. Ukuran dan
Tabel 4. Pengaruh Ruang Terhadap AksesibilitasSetting
Keterangan:TA=Tidak Aksesibel, A=Aksesibel, CA=Cukup Aksesibel
Jenis Ruang
R. Resepsionis
R. Kantor
R. Kelas
R. Perpustakaan
R. Sosial
R. Makan
R. Cuci
R. Fisioterapi
R. Asrama
Toilet
Analisis SPSS Analisis Teori
TA
TA
CA
CA
CA
TA
TA TA TA TA TA CA CA
TA
CA
CA
CATA TA TA
CA CA
CA TA CA CA TA CA
CA
A A A A A A A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A A A A A
A A A A A
A A
AA
AAA
AAAAAA
A A
AAAA A A A
aksesibel. Ukuran pintu ruang tidak terlaluberpengaruh pada aksesibilitas, tetapihandel, handgrap dan plat tendang sangatberpengaruh pada aksesibilitas suatu ruang.Dari segi perilaku, penyandang cacatmelakukan penyesuaian (adjusment)terhadap kekuranganaksesibelan padaukuran dan bentuk ruang serta kekuranganelemen pendukung pada pintu.
Perabot yang ergonomis sesuaidengan antropometri tubuh penyandangcacat dan penataan perabot yangmenyediakan area sirkulasi bagi semuapenyandang cacat tubuh memberi pengaruhpada aksesibilitas di setting ruang. Dari segiperilaku, penyandang cacat melakukanpenyesua ian (adjusment ) te rhadapkekurangaksesibelan pada ukuran danbentuk perabot serta penataannya.
Pencahayaan alami memi l ik ipengaruh terhadap aksesibilitas dilihat darisegi fungsi. Ketinggian perletakan saklarmempengaruhi aksebilitas dilihat dari segiteknis. Dari segi perilaku, penyandang cacat
M. SHOLAHUDDINSetting Ruang dan Pengaruhnya Terhadap Aksesibilitas
Para Penyandang Cacat Tubuhdi Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta | hal 31 - 41
40 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007
ISSN 1978-0702
melakukan penyesuaian (adjusment)terhadap kekurangaksesibelan pada ukuranketinggian saklar.
DAFTAR PUSTAKA
Darmasetiawan, Christian & Puspakesuma,Lestari. 1999.
. Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia.
DeChiara, J, Panero, J & Zelnik, M. 2001.
. New York: McGraw-HillBook Company.
Departemen Pekerjaan Umum. 1998. KeputusanMenteri Pekerjaan Umum RI No.468/KPPS/1998. 1998 :
. Jakarta.
Haryadi, B. Setiawan, 1995.. Proyek Pengembangan
Pusat Studi Lingkungan. Direktorat JendralPendidikan Tinggi Departemen PendidikanDan kebudayaan, Republik Indonesia.
Holmes, James-Siedle. 1998.
. Oxford:Architectural Press.
Reinhold, Kohler. 1959. .New York: Reinhold Publising. Co.
Neufert, Ernst. 1989. . Jakarta:Penerbit Erlangga.
Sastrowinoto, Suyatno.1985.. Jakarta:
PT. Pustaka Binaman Pressindo.Sorenson, Robert James. 1979.
. New York: McGraw-Hill BookCompany.
Suma'mur, P.K. 1989.. Jakarta: CV.Haji Masagung.
Weismann, G.,1981,Journal of Man-
Environment Relations.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995..Jakarta: Guna Widya.
Tehnik Pencahayaan danTata Letak Lampu
TimeSaver Standards for Interior Design andSpace Planning
Persyaratan TeknisAksesibilitas Pada Bangunan Umum danLingkungan
Arsitektur Lingkungandan Perilaku
Barrier-Free Design,A Manual for Building Designer andManagers
Lighting in Architecture
Data Arsitek
MeningkatakanProduktivitas dengan Ergonomi
Design forAccessibility
Ergonomi untuk ProdultivitasKerja
Modelling EnvironmentalBehaviour Systems.
Ergonomi: StudiGerak dan Waktu
41M. SHOLAHUDDIN
Setting Ruang dan Pengaruhnya Terhadap AksesibilitasPara Penyandang Cacat Tubuh
di Pusat Rehabilitasi YAKKUM Yogyakarta | hal 31 - 41