jurding endokrin

Upload: nadirah-dhyra-kaliky

Post on 17-Jul-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Terapi Radioiodin untuk HipertiroidismeAryanti Puspitarini 2010730125

Pendahuluan Seorang wanita 37 tahun dengan keluhan jantung berdebar,

sering gemetar, sesak napas, dan mengalami penurunan berat badan sebesar 9 kg (20 pon) dan didiagnosis Hypertidoidisme graves. Saat didiagnosis, didapati proptosis ringan, diplopia, dan tanda-tanda peradangan pada mata. Kelenjar tiroidnya mengalami pembesaran dua kali ukuran normal dan nonnodular. Serum triiodothyronnine (T3) awalnya dengan konsentrasi 655 ng/dl (9,2 nmol/ L), dan thyroxine bebeas (T4) dengan konsentrasi 5,7 ng/dl (73pmol/L). Pasien diobati dengan methimazole selama setahun, dan dipati tes tiroidnya menjadi normal. Dia telah menghentikan pengobatan methimazole selama 10 minggu yang lalu dan didapati jantung berulang dan sering gemetar, konsentrasi serum T3 nya mencapai 345 ng/dl (5,4 nmol/L), dan konsentrasi T4 bebasnya mencapai 2,8n/dl (36,0 pmol/L). Pasien tidak merokok, memiliki seorang putri berusia 3 tahun dan ingin hamil lagi. Ahli endokrinologinya menyarankan untuk dilakukan ablasi tiroid radioiodin.

Masalah Klinis Hipertiroid umumnya terjadi pada wanita. Hypertiroidisme

didefenisikan sebagai serum hyrotropin subnormal dimana terjadi peningkatan kosentrasi T3 atau T4. Hipertiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit jantung. Peningkatan bone turnover dengan hipertiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan osteoporosis dan fraktur. 20-50% kematian diakibatkan oleh tirotoksikosis berat.

Bukti Klinis Radioiodin telah digunakan untuk pengobatan

hipertiroidisme Graves sejak 1940-an. Pada pengontrolan percobaan acak, melibatkan 179 pasien dengan hipertiroidisme Graves. Pasien di bawah 35 tahun tidak terdaftar dalam kelompok radioiod. Dari 71 pasien yang menerima pengobatan dengan methimazole selama 18bulan, 16% mengalami reaksi negatif, 6% memiliki respon cukup terhadap terapi, dan 37% memiliki kambuh. Dari 67 pasien yang menjalani operasi, tidak mengalami komplikasi, dan 6% mengalami kekambuhan. Percobaan ini menunjukkan ophthalmopathy yang memburuk pada pasien yang diobati dengan radioiodin dibandingkan dengan pasien yang menerima terapi alternative. ophthalmopathy memburuk pada 10% pasien yang menerima methimazole, 16% dari mereka yang menjalani operasi, dan 33% dari mereka yang diobati dengan radioiodin.

Penggunaan Klinis Tiga pengobatan yang tersedia untuk hipertiroid. Radioiod

terapi dan operasi dianggap terapi definitif,antitiroid. Radioiodin biasanya dilakukan sebelum operasi. Obat antitiroid digunakan untuk hipertiroidisme Graves selama 1 sampai 2 tahun. Kontraindikasi untuk pengobatan radioiodin adalah kehamilan, menyusui, dan ketidakmampuan untuk mematuhi peraturan keselamatan radiasi.serta opthalmopathy yang parah. Radioiodin aman untuk digunakan pada wanita usia subur dan pada anak usia >10tahun. Jika sebelumnya diberikan obat antitiroid dapat meningkatkan risiko kegagalan pengobatan dengan dosis awal radioiodin.Penggunaan radioiodin dosis tinggi dapat mengimbangi efek ini. Pada pasien dengan penyakit Graves, ablasi lengkap kelenjar adalah tujuan dari pengobatan radioiodin. Pada pasien dengan adenoma toksik, tujuan terapi adalah untuk mengikis adenoma tersebut. Pada pasien dengan gondok nodular toksik, hasilnya tergantung pada luasnya jaringan tiroid dan tingkat thyrotropin pada saat pengobatan. Biasanya, pasien disarankan untuk menghindari kontak

Efek Samping Pada 1% pasien terjadi radiasi tioriditis Pengobatan terdiri

dari obat antiinflamasi non-steroid dan beta-adrenergik bloker, beberapa pasien memerlukan glukokortikoid untuk mengurangi rasa sakit. Pada 5% pasien dengan gondok nodular toksik, penyakit

Graves berkembang setelah terapi radioiodin. Kondisi ini diobati dengan dosis kedua radioiodin. Pasien di terapi radioiodon dari usia 21 tahun,ini tidak ada risiko kematian akibat kanker. Namun,ada kemungkinan kecil risiko kanker tiroid. Pasien yang menerima terapi radioiodin berada pada peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular terutama pada tahun pertama setelah pengobatan.

Bidang Ketidakpastian Ketidakpastian tentang terapi hipertiroidisme,

karena tidak adanya data yang akurat, yang dirancang dengan baik, acak, percobaan terkontrol. Kontroversi tentang keselamatan radiasi setelah terapi radioiodin.

Pedoman Organisasi Profesional Pengelolaan hipertiroidisme dari American

Thyroid Association dan American Association of Clinical ahli endokrin, menyatakan bahwa radioiodin, obat antitiroid, dan operasi adalah pilihan pengobatan yang cocok untuk hipertiroid. Bedah dianjurkan untuk pasien dengan ophthalmopathy aktif, Graves cukup parah. Anakanak diobati dengan methimazole, tetapi pengobatan dengan radioiodin, operasi, atau methimazole sesuai untuk anak di atas 10 tahun.

Saran Pasien tersebut sangat baik untuk diterapi

radioiodin. Namun,sebelumnya harus dijelaskan tentang kelebihan dan kekurangan masingmasing terapi agar pasien bisa mempertimbangkan terapi mana yang baik.

Kesimpulan Pasien hipertiroid memiliki beberapa terapi yang

dapat dipilih dan disesuaikan dengan keadaan pasien tersebut guna mengoptimalkan keberhasilan terapi.