jurnal dyah
TRANSCRIPT
ISSN 2337-3776
Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)
terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih yang Diinduksi
Isoniazid
H. Sahdiah. S1), dr. Susianti. M.Sc2)
1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2)Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
Email : [email protected]
ABSTRAK
Mahkota dewa telah diteliti memiliki kandungan flavonoid yang tinggi sebagai antioksidan alami yang dapat bersifat hepatoprotektor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi isoniazid. Pada penelitian ini, 25 tikus jantan dibagi dalam 5 kelompok secara acak dan diberi perlakuan selama 14 hari. K1 (kontrol normal yang hanya diberi aquadest), K2 (kontrol negatif yang hanya diberi isoniazid 30mg/150grBB), K3 (diberi ekstrak buah mahkota dewa 10mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB), K4 (diberi ekstrak mahkota dewa 20mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB), dan K5 (diberi ekstrak mahkota dewa 40mg/150grBB dan isoniazid 30mg/150grBB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pembengkakan hepatosit pada K1: 5% ± 8,66; K2: 98% ± 4,472; K3: 73% ± 8,367; K4: 49% ± 14,478; dan K5: 18% ± 17,176 (mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan dengan K2 dan hampir sama dengan K1). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak buah mahkota dewa dosis 10mg/150grBB, 20mg/150grBB, dan 40mg/150grBB dapat menurunkankan jumlah pembengkakan hepatosit pada hepar tikus jantan yang diinduksi oleh isoniazid.
Kata kunci : gambaran histopatologi hepar, hepatosit, isoniazid, phaleria macrocarpa
The Influence of Giving Extract of Mahkota Dewa Fruits (Phaleria
macrocarpa) against Isoniazid-Induced Hepar Histopathology Appearance in
Male Rat
H. Sahdiah. S1), dr. Susianti. M. Sc2)
1)Medical Faculty Student of Lampung University, 2)Medical Faculty Lecturer of
Lampung University
Email : [email protected]
ABSTRACT
Mahkota dewa has been analyzed contains of high concentrate flavonoid as natural antioxidant which can be functioned as hepatoprotector. The aim of this research was to determine the influence of giving extract of mahkota dewa fruits (Phaleria macrocarpa) against isoniazid-induced hepar histopathology appearance in male rat. In this study, 25 male rat were divided randomly into 5 groups and given treatment for 14 days. K1 (normal control which was only given
1MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
ISSN 2337-3776
aquadest), K2 (negative control which was only given isoniazid 30mg/150grBW), K3 (given extract of mahkota dewa fruits 10mg/150grBW and isoniazid 30mg/150grBW), K4 (given extract of mahkota dewa fruits 20mg/150grBW and isoniazid 30mg/150grBW), and K5 (given extract of mahkota dewa fruits 40mg/150grBW and isoniazid 30mg/150grBW). Results showed that the total average of hepatocytes swelling in K1 was 5% ± 8,66; K2 was 98% ± 4,472; K3 was 73% ± 8,367; K4 was 49% ± 14,478; dan K5 was 18% ± 17,176 (decreasing in comparison with K2 and as almost equal to K1). The conclusion of this research is that extract of mahkota dewa fruits 10mg/150grBW, 20mg/150grBW, and 40mg/150grBW doses can decrease total of hepatocytes swelling on isoniazid-induced hepar in male rat.
Key words : hepar histopathology appearance, hepatocytes, isoniazid, phaleria macrocarpa
Pendahuluan
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2004 telah
menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002 dan
jumlah terbesar kasus tuberkulosis (TB) terjadi di Asia Tenggara. Kasus TB di
Indonesia juga sangat banyak terbukti Indonesia menduduki peringkat ketiga di
dunia setelah India dan Cina (WHO, 2004). Prevalensi TB di Indonesia
berdasarkan hasil survei Depkes tahun 2004 pada 30 propinsi adalah 104 per
100.000 penduduk (Depkes, 2005).
Isoniazid adalah obat anti TBC garis pertama yang digunakan dalam
pengobatan dan pencegahan tuberkulosis (Weisiger, 2007). Mekanisme kerja
isoniazid ialah menghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur
penting dinding sel Mycobacterium tuberculosa (Setiabudy, 2008). Isoniazid
memiliki efek samping hepatotoksisitas yang ditandai dengan uji fungsi hepar
yang abnormal, peningkatan kadar bilirubin dan nekrosis multilobular (Katzung,
2008).
Hingga saat ini belum ada obat yang secara spesifik mengatasi kerusakan
hepar yang disebabkan oleh obat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mendapatkan obat herbal yang dapat digunakan sebagai hepatoprotektor. Salah
satu obat herbal yang memiliki efek hepatoprotektif atau efek menghambat
kerusakan hepar adalah mahkota dewa (Kurnijasanti dan I’tishom, 2008).
Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C pada tahun 2004
melakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan dan antibakteri produk kering,
instan dan effervescent dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Hasil
2MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
ISSN 2337-3776
penelitian tersebut menunjukkan bahwa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
memiliki aktifitas antioksidan yang tinggi terutama dalam bentuk effervescent.
Wijayanti (2002) yang membuktikan bahwa air perasan buah mahkota
dewa memberikan efek hepatoprotektif dengan dosis efektif 1625,5mg/KgBB
pada mencit yang diberikan sekali sehari selama 6 hari dan pada hari ke-7 diberi
larutan CCl4 dengan dosis 3,92ml/KgBB.
Dalam rangka mengembangkan penelitian tentang mahkota dewa sebagai
obat herbal maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa terhadap gambaran histopatologi
hepar tikus yang diinduksi isoniazid, serta dosis ekstrak yang optimal memberikan
pengaruh pada hepar. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi tentang manfaat buah mahkota dewa terutama pada hepar dan
sebagai dasar penelitian selanjutnya untuk pengembangan ekstrak buah mahkota
dewa sebagai obat herbal terstandar.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pola post test-
only control group design. Subyek penelitian adalah 25 ekor tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 10-16 minggu yang dipilih
secara acak dan dibagi menjadi 5 kelompok, dengan pengulangan sebanyak 5 kali.
Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu isoniazid dengan dosis 30mg/150g
(Karthikeyan, 2004) dan ekstrak mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan
dosis 10mg/150g, 20mg/150g, dan 40mg/150g (Rahmawati, 2006).
Proses pembuatan ekstrak daun mahkota dewa dalam penelitian ini
menggunakan etanol sebagai pelarut. Ekstraksi dimulai dari penimbangan daun
mahkota dewa selanjutnya dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk
dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70%
ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2
(dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap
filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan akan diteruskan
ke tahap evaporasi dengan Rotary evaporator pada suhu 40 0C sehingga akhirnya
diperoleh ekstrak kering.
3MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Pada saat perlakuan tikus sebagai hewan coba dibagi dalam 5 kelompok
secara acak. Kelompok I (K1) yaitu kontrol normal, hanya diberikan aquades.
Kelompok II (K2) yaitu kontrol negatif, hanya diberikan isoniazid dengan dosis
30mg/150gBB. Kelompok III (K3) adalah kelompok perlakuan coba dengan
pemberian ekstrak mahkota dewa dosis 10mg/150gBB, kelompok IV (K4) dengan
ekstrak mahkota dewa dosis 20mg/150gBB, dan kelompok V (K5) dengan ekstrak
mahkota dewa dosis 40mg/150gBB. Kemudian ketiga kelompok perlakuan ini
selang 2 jam diberikan induksi isoniazid sebesar dosis 30mg/150gBB. Masing-
masing diberikan secara per oral selama 14 hari dan pemberian ekstrak buah
mahkota dewa dilanjutkan sampai hari ke-15 dan ke-16. Pada hari ke-16,
perlakuan diberhentikan. Selanjutnya tikus dinarkose, dilakukan pembedahan
untuk mengambil organ hepar, dan dilakukan pembuatan preparat.
Pengamatan terhadap adanya kerusakan hepar dilakukan secara
histopatologis. Gambaran histopatologi hepar diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 400x. Kerusakan yang dinilai adalah hepatosit yang mengalami
pembengkakan sel berdasarkan kriteria Kawasaki dkk (2009) seperti disajikan
pada tabel 1. Data yang diperoleh dibandingkan antara kelompok kontrol normal,
kelompok kontrol negatif, dan ketiga kelompok perlakuan ekstrak.
Tabel 1. Kriteria penilaian menurut Kawasaki dkk (2009)
Skor Gambaran Histopatologis01234
tidak ada hepatosit yang mengalami pembengkakan sel<10% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel10% - 33% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel34% - 66% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel67% - 100% hepatosit yang mengalami pembengkakan sel
Hasil dan Pembahasan
Gambaran histopatologi hepar diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 400x tampak pada gambar 1. Hasil menunjukkan bahwa pada
kelompok I lobulus hepar tampak normal, terdiri dari lempengan sel-sel hepatosit
yang tersusun radier yang saling berhubungan dengan vena sentralis sebagai
pusatnya. Bentuk vena sentralis dan sinusoid tampak normal dan tidak terdapat
kongesti. Sebagian besar hepatosit mengalami pembengkakan sel dan warna
4MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
a b c
d e
ISSN 2337-3776
sitoplasma tampak lebih pucat yang menandakan adanya degenerasi bengkak
keruh. Selain itu, terdapat penyempitan sinusoid, sel radang, dan kongesti pada
vena sentralis. Gambaran histopatologi hepar kelompok III, IV, dan V tidak jauh
berbeda dibanding kelompok II menunjukkan hepatosit mengalami
pembengkakan sel dan warna sitoplasma tampak lebih pucat yang menandakan
adanya degenerasi bengkak keruh akan tetapi dalam persentase kerusakan yang
lebih sedikit. Sinusoid hepar mengalami penyempitan. Bentuk vena sentralis
normal tetapi terjadi kongesti dan dikelilingi oleh sel radang.
Gambar 1. Histopatologi hepar tikus pewarnaan H.E. (pembesaran 400x). Keterangan : a. Kelompok I b. Kelompok II c. Kelompok III d. Kelompok IV e. Kelompok V
Analisis gambaran histopatologi hepar tikus pada setiap kelompok
perlakuan tampak pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil rata-rata gambaran histopatologi pembengkakan sel hepatosit Kelompok Uji Rata-Rata Pembengkakan Hepatosit (X±SD)
K1K2K3K4K5
5% ± 8,6698% ± 4,47273% ± 8,36749% ± 14,47818% ± 17,176
5MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Rerata jumlah sel hepatosit yang mengalami pembengkakan sel diuji
normalitasnya dengan uji Saphiro-Wilk dan didapatkan data tidak berdistribusi
normal. Oleh karena data yang digunakan tidak berdistribusi normal maka dalam
pengujian hipotesis berikutnya akan digunakan statistik non-parametrik (Krukal
Wallis). Pada uji statistik Krukal Wallis, diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang
artinya paling tidak terdapat perbedaan jumlah pembengkakan sel hepatosit yang
bermakna antar kelompok. Analisis data dilanjutkan menggunakan analisis Post
Hoc LSD menggunakan uji statistik Mann Whitney untuk menilai perbedaan
masing–masing kelompok dan diperoleh hasil sebagai berikut, pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji statistik perbandingan antar kelompok (Post Hoc LSD)Kelompok I II III IV V
I - - - - -II 0,008* - - - -III 0,008* 0,008* - - -IV 0,008* 0,008* 0,056 - -
V 0,095 0,008* 0,008* 0,056 -
*Hasil analisis Post Hoc LSD bermakna jika p<0,05
Berdasarkan analisis Post Hoc LSD untuk jumlah pembengkakan sel
hepatosit pada tabel 3, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara K1 dengan kelompok lainnya kecuali dengan K5. Perbedaan bermakna
tersebut yaitu K1 dengan K2 (p=0,008), K1 dengan K3 (p=0,008), dan K1 dengan
K4 (p=0,008). Sementara K1 dengan K5 tidak terdapat perbedaan yang bermakna
(p=0,095). Lalu juga ada perbedaan bermakna antara K2 dengan seluruh
kelompok lainnya yaitu K1, K3, K4, dan K5 (p=0,008). Selain itu, terdapat
perbedaan yang tidak bermakna antara K3 dengan K4 (p=0,056) dan K4 dengan
K5 (p=0,056).
Struktur hepar yang normal pada kelompok I disebabkan karena kelompok
ini hanya diberikan akuades dan makanan ad libitum yang bukan merupakan zat
oksidan yang dapat merusak hepar. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Bhara (2009), penelitian ini menunjukkan pada kelompok I
yang hanya diberikan akuades dan makanan ad libitum mempunyai rata-rata
kerusakan hepar yang paling rendah. Kelompok II yang hanya diinduksi oleh zat
toksik berupa isoniazid menunjukkan kerusakan hepar yang paling parah sejalan
6MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
ISSN 2337-3776
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2008) yang menunjukkan bahwa
kelompok kontrol positif yang hanya diberikan isoniazid sebesar
37,8mg/200grBB memiliki rata-rata kerusakan hepar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, kelompok perlakuan yang
diberikan ekstrak buah mahkota dewa yaitu kelompok III, IV, dan V mempunyai
gambaran histopatologi dengan derajat kerusakan yang berbeda-beda tetapi lebih
ringan dibandingkan dengan kelompok II. Nilai ini berarti menunjukkan bahwa
tikus yang diberikan ekstrak buah mahkota dewa (dosis 10mg/150grBB;
20mg/150grBB; dan 40mg/grBB) mampu memberikan efek protektif terhadap
hepar yang diinduksi oleh isoniazid, hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya tentang ekstrak buah mahkota dewa. Salah satunya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Sulistianto dkk (2004) yang membuktikan bahwa dosis lazim
di masyarakat sebesar 15gr mampu bersifat protektif dan regenerasi pada sel
hepar.
Irawan pada tahun 2006 melakukan uji potensi antioksidan pada beberapa
tanaman herbal di Indonesia, salah satunya mahkota dewa. Pengujian aktivitas
antioksidan menggunakan metode TBA yang didasarkan pada pengukuran kadar
malondialdehida (MDA) yang merupakan produk akhir dari reaksi lipid peroksida
(Kikuzaki dan Nakatani, 1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya hambat
ekstrak mahkota dewa tergolong cukup besar (lebih dari 50%) dalam menghambat
proses pembentukan MDA. Adanya senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid,
flavonoid, tanin, dan saponin diduga dapat menghambat reaksi oksidasi asam
linoleat (Irawan, 2006).
Selain itu, potensi antioksidan mahkota dewa juga dikuatkan oleh
penelitian Salim (2006), pada uji fitokimia alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin
menunjukkan hasil uji positif. Senyawa-senyawa tersebut sangat berperan sebagai
zat yang yang mampu menghambat reaksi oksidasi lipid.
Flavonoid dan alkaloid merupakan senyawa pereduksi yang baik.
Flavonoid bertindak langsung sebagai penampung yang baik untuk radikal bebas
hidroksil dan superoksida (Robinson, 2005). Senyawa fenol dapat menghambat
oksidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas,
7MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
ISSN 2337-3776
sebagai akibat senyawa tersebut mampu mengubah sifat radikal menjadi
nonradikal dan terjadi perubahan oksidasi radikal oleh antioksidan (Widiyanti,
2009). Tanin merupakan senyawa yang banyak dalam tanaman teh akan tetapi
terkandung juga dalam buah mahkota dewa (Lisdawati, 2002). Berdasarkan hasil
penelitian Yen (1995) dilaporkan bahwa berbagai jenis teh yang mengandung
tanin memilki aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian itu juga tanin
dapat menghambat proses mutasi dan kanker, radikal bebas dan menginduksi
enzim yang bersifat sebagai antioksidan. Selain senyawa yang telah disebutkan
sebelumnya, mahkota dewa juga mengandung senyawa saponin. Saponin di
dalam tumbuhan diketahui telah dapat dimanfaatkan untuk pengobatan (Mangan
2003).
Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, pemberian ekstrak buah mahkota dewa
baik dosis 10mg/150grBB, dosis 20mg/150grBB, dan dosis 40mg/150grBB
mampu memberikan efek hepatoprotektif dibuktikan dengan perbaikan hepatosit.
Pengaruh ini disebabkan oleh antioksidan alami yang terkandung pada buah
mahkota dewa dapat menghambat pembentukan radikal bebas sehingga mencegah
kerusakan sel.
Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2005. Survei Prevalensi Tuberkulosis di Indonesia 2004. Survei Kesehatan Nasional
Dewanti T.W., Wulan, N.S., Nur, I.C. 2004. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Produk Kering, Instan, dan Effervescent dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Jurnal Teknologi Pertanian Unibraw Malang
Irawan, D. 2006. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Mahkota Dewa, Temu Putih, Sambil Loto, dan Keladi Tikus secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Katzung. 2008. Basic Clinical Pharmacology Edisi 9. Mc. Garw HillKawasaki, T., Igarashi, K., Koeda, T., Sugimoto, K., Nakagawa, K.,Hayashi, S.,
Yamaji, R., Inui, H., Fukusato, T., Yamanouchi, T. 2009. Rats Fed
8MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Fructosed enriched Diets have Charactheristies of Nonalcoholic Hepatic Steatosis. J. Nutr
Kerthikeyan. 2004. Hepatotoxicity of Isoniazid : a Study on The Activity of Marker Enzymes of Liver Toxicity in Serum and Liver Tissue of Rabbit. Indian J Pharmacology
Kikuzaki, H. dan Nakatani, N. 1993. Antioxidant effect of some ginger constituents. Journal of Food Science
Kurnijasanti, R. dan I’tishom, R. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai Pencegahan Terhadap Hepatotoksisitas Akibat Induksi Karbon Tetraklorida pada Mencit. Veterineria Medica Unair
Lisdawati, V. 2002. Buah Mahkota Dewa-Toksisitas, Efek Antioksidan, dan Efek Anti Kanker Berdasarkan Uji Penapisan Farmakologi. Makalah seminar menguak posisi dan potensi mahkota dewa sebagai obat tradisional. Jakarta
Mangan, Y. 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. Jakarta : Agromedia PustakaRahmawati, E., Dewoto, R.H., Wuyung, E.P. 2006. Anticancer activity study of
ethanol extract of Mahkota Dewa fruit pulp (Phaleria macrocarpa) in C3H mouse mammary tumor induced by transplantation. Med J Indones
Robinson, T. 2005. The Organic Constituens of Higher Plants Edisi 6. Penerbit ITB : Bandung
Salim. 2006. Penentuan Daya Inhibisi Ekstrak Air dan Etanol Daging Buah Mahkota Dewa terhadap Aktivita Enzim Tirosin Kinase secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Setiabudy, R. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N.S. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Struktur Histologis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus Setelah Perlakuan dengan Karbon Tetraklorid (CCl4) secara oral. Jurnal Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
Widiyanti, R. 2009. Analisis Kandungan Senyawa Fenol. Universitas Indonesia. Jakarta.
Wijayanti, I. 2002. Efek Hepatoprotektif Air Perasan Daging Buah Makutodewo (Phaleria macrocarpa) pada Mencit Jantan Terinduksi CCl4. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
World Health Organization.2004. Global tuberculosis programme: Global Tuberculosis Control. WHO Report
Yen, G.C. 1995. Antioxidant Activity of Various Extracts in Relation to Their Antimutagenicity. J Agric Food Chem
9MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 2 Februari 2013