jurnal ekosistem hutan dataran rendah
DESCRIPTION
di desa buluh cina, pekanbaru,riauTRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING
PENGETAHUAN LINGKUNGAN HADI PURWANTO,S.Pd
“LAPORAN HASIL OBSERVASI HUTAN DATARAN RENDAH EKO WISATA BULUHCINA”
DISUSUN OLEH KELOMPOK III
1. CHAIRANI SULASTRI 6. INDRA NOVITA2. EVA JULIANDITA 7. KASMAWATI3. DENI WIDYA NINGSIH 8. NANI KARMILA4. FAHRIZAL HUMAIDI 9. NURUL AFWAN5. TRISNAWATI 10. HANDRO FIRMANSYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2013
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan
hasil observasi dalam bentuk jurnal tentang hutan dataran rendah ekowisata Bulucina.
Kami menyadari bahwa jurnal ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan jurnal kami ini. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan jurnal ini dari awal hingga
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Pekanbaru , Juni 2013
Kelompok 3
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
HUTAN DATARAN RENDAH EKOWISATA BULUH CINA
Abstrack
Ecosystem is a system formed by the ecological interrelationships between living
things integral to the environment. One of the ecosystem is Forest, especially lowland
forest. Forest is the life form that spread throughout the world. We can find the forest
in tropics or cold climates, in the lowlands and in the mountains, on a small island or
in a large continent. Lowland forest is a forest that grows in low-lying areas with an
altitude of 0-1200 m, and that forest is very rich types of flora and fauna.
Keyword: Ecosystem, Forest and Lowland Forest
PENDAHULUAN
Ekosistem adalah suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik yang tidak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang
saling memengaruhi.
Di dalam lingkungan terdapat
komponen-komponen, baik komponen
fisik (benda hidup/biotik dan benda
mati/abiotik) maupun komponen non
fisik berupa hubungan manfaat suatu
benda terhadap benda lainnya (trofik).
Di dalam lingkungan juga terjadi suatu
fenomena dinamika yang menyangkut
hubungan interaksi antar kelompok
fisik, atau dapat dikatakan bahwa di
dalam lingkungan.
Hutan adalah sebuah kawasan yang
ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya.
Kawasan-kawasan semacam ini
terdapat di wilayah-wilayah yang luas
di dunia dan berfungsi sebagai
penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan,
modulator arus hidrologika, serta
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
pelestari tanah, dan merupakan salah
satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan
yang tersebar di seluruh dunia. Kita
dapat menemukan hutan baik di daerah
tropis maupun daerah beriklim dingin,
di dataran rendah maupun di
pegunungan, di pulau kecil maupun di
benua besar. Hutan merupakan suatu
kumpulan tumbuhan dan juga
tanaman, terutama pepohonan atau
tumbuhan berkayu lain, yang
menempati daerah yang cukup luas.
Sebagai fungsi ekosistem hutan
sangat berperan dalam berbagai hal
seperti penyedia sumber air, penghasil
oksigen, tempat hidup berjuta flora dan
fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya
pemanasan global. Sebagai fungsi
penyedia air bagi kehidupan hutan
merupakan salah satu kawasan yang
sangat penting, hal ini dikarenakan
hutan adalah tempat bertumbuhnya
berjuta tanaman.
Hutan dataran rendah merupakan
hutan yang tumbuh di daerah dataran
rendah dengan ketinggian 0 - 1200 m.
Hutan hujan tropis yang ada wilayah
Dangkalan Sunda seperti di Pulau
Sumatera, dan Pulau Kalimantan
termasuk hutan dataran rendah. Hutan
dataran rendah Sumatera memiliki
keanekaragaman hayati yang terkaya
di dunia. Sebanyak 425 jenis atau 2/3
dari 626 jenis burung yang ada di
Sumatera hidup di hutan dataran
rendah bersama dengan harimau
Sumatera, gajah, tapir, beruang madu
dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan
dataran rendah Sumatera juga
ditemukan bunga tertinggi di dunia
(Amorphophallus tittanum) dan bunga
terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).
BAB I
HUTAN DATARAN RENDAHKelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
1.1 Konsep Ekosistem Hutan
Dataran Rendah
Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit
biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan
lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik
tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme.
Matahari sebagai sumber dari semua
energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme
dalam komunitas berkembang
bersama-sama dengan lingkungan fisik
sebagai suatu sistem. Organisme akan
beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup. Pengertian ini
didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu:
"organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama
dengan lingkungan fisik menghasilkan
suatu sistem kontrol yang menjaga
keadaan di bumi cocok untuk
kehidupan". Hal ini mengarah pada
kenyataan bahwa kandungan kimia
atmosfer dan bumi sangat terkendali
dan sangat berbeda dengan planet lain
dalam tata surya.
Hutan dataran rendah merupakan
hutan yang tumbuh di daerah dataran
rendah dengan ketinggian 0 - 1200 m.
Hutan hujan tropis yang ada wilayah
Dangkalan Sunda seperti di Pulau
Sumatera, dan Pulau Kalimantan
termasuk hutan dataran rendah. Hutan
dataran rendah Sumatera memiliki
keanekaragaman hayati yang terkaya
di dunia. Sebanyak 425 jenis atau 2/3
dari 626 jenis burung yang ada di
Sumatera hidup di hutan dataran
rendah bersama dengan harimau
Sumatera, gajah, tapir, beruang madu
dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan
dataran rendah Sumatera juga
ditemukan bunga tertinggi di dunia
(Amorphophallus tittanum) dan bunga
terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).
Berbagai jenis burung dan mamalia
besar hidup di hutan dataran rendah
Sumatera. Untuk jenis burung saja
pada hutan dataran rendah Sumatera
terdapat 425 dari 626 jenis burung
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
yang hidup di hutan hujan Sumatera.
Jenis-jenis burung tersebut antara lain
adalah rangkong papan (Buceros
bucornis), sempidan Sumatera
(Lophura inornata), srigunting
Sumatera (Dicrurus sumatranus), dan
Bondol tunggir-putih (Lonchura
striata). Selain itu Sumatera juga
merupakan habitat bagi jenis-jenis
mamalia besar yang tidak dijumpai di
wilayah lain seperti harimau Sumatra
(Panthera tigris), gajah (Elephas
maximus), badak Sumatera
(Dicerorhinus sumatrensis), beruang
madu (Helarctos malayanus) dan
Tapir (Tapirus indicus).
Keanekaragaman hayati yang
tinggi yang dimiliki oleh hutan dataran
rendah Sumatera, menempatkan hutan
Sumatera menjadi salah satu ekosistem
terpenting di dunia. Namun hutan
dataran rendah Sumatera mengalami
penyusutan yang sangat drastis. Saat
ini, hutan dataran rendah yang tersisa
hanya seluas 500.000 hektar dari
16.000.000 hektar di tahun 1900.
Kondisi ini utamanya disebabkan oleh
semakin meningkatnya aktivitas
penebangan kayu (baik yang legal
maupun ilegal), pembukaan lahan
hutan dan peralihan fungsi kawasan
hutan untuk penggunaan lain. Dengan
laju penyusutan hutan yang tinggi ini,
World Bank pada tahun 2000
memperkirakan bahwa hutan dataran
rendah Sumatera akan habis dalam
waktu yang sangat dekat jika tidak ada
tindakan segera untuk
menyelamatkannya.
Sebagian besar spesies tumbuhan
endemis Sumatera ditemukan di hutan-
hutan dataran rendah yang berada di
bawah 500 meter, meskipun sampai
saat ini baru sekitar 15% dari
keseluruhannya yang telah tercatat.
Hutan primer Sumatera yang masih
tersisa hanyalah kurang dari 40%.
Tingkat penebangan hutan saat ini
rata-rata sebesar 2,5% per tahun, dan
yang terparah terjadi di daerah dataran
rendah dan hutan-hutan perbukitan
yang kaya akan spesies. Para ilmuwan
memprediksikan bahwa semua hutan
tropis dataran rendah Sumatera akan
lenyap di tahun 2005.
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
1.2 Faktor Edaphis dan
Klimatologis Ekosistem Hutan
Dataran Rendah
Klimatologi merupakan ilmu
tentang atmosfer. Mirip dengan
meteorologi, tapi berbeda dalam
kajiannya, meteorologi lebih mengkaji
proses di atmosfer sedangkan
klimatologi pada hasil akhir dari
proses-proses atmosfer.
Klimatologi adalah ilmu yang
mencari gambaran dan penjelasan sifat
iklim, mengapa iklim di berbagai
tempat di bumi berbeda , dan
bagaimana kaitan antara iklim dan
dengan aktivitas manusia. Karena
klimatologi memerlukan interpretasi
dari data-data yang banyak dehingga
memerlukan statistik dalam
pengerjaannya, orang2 sering juga
mengatakan klimatologi sebagai
meteorologi statistik (Tjasyono, 2004).
Edaphis (Penyeimbang Alam)
merupakan pembentukan tempat-
tempat hidup alami bagi satwa yang
hidup di sekitarnya. Manfaat Edaphis
adalah manfaat dalam kaitan dengan
tempat hidup binatang. Di lingkungan
yang penuh dengan pohon-pohon,
secara alami satwa dapat hidup dengan
tenang karena lingkungan demikian
memang sangat mendukung.
Ketinggian tempat merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap
kondisi iklim, baik dari segi suhu,
kelembaban udara maupun curah
hujan, yang selanjutnya mempengaruhi
vegetasi yang ada. Masing-masing
zona ketinggian tempat memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, baik
dari segi floristik, komposisi maupun
struktur.
Faktor- faktor pendukung
Klimatologis dan Edaphis Ekosistem
Rawa Air tawar antara lain :
1) Iklim dengan unsur-unsurnya,
seperti suhu udara, tekanan
udara, kelambapan udara,
angin dan curah hujan
merupakan faktor utama yang
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
mempengaruhi perseberan
tumbuhan (flora) di permukaan
bumi.
Curah Hujan
Hutan ini, banyak dipengaruhi
oleh curah hujan yang sedang
atau berkisar antara 2000 –
3000 mm / tahun, karena pohon
yang ditemui pada umumnya
tidak terlalu tinggi dan besar.
Hal ini berbeda dengan hutan
hujan tropis.
Suhu
Pada Hutan dataran rendah,
kadar oksigen rata-rata tiap
bulannya mencapai (0 – kurang
dari 800 m dpl.). Suhu ini juga
mempengaruhi
keanekaragaman dan jenis
fauna yang terdapat
didalamnya.
Udara
Selain berperan dalam
menentukan kelembaban, angin
juga berperan sebagai
penyebaran biji tumbuhan
tertentu. angin diturunkan oleh
pola tekanan yang luas dalam
atmosfir yang berhubungan
dengan sumber panas atau
daerah panas dan dingin pada
atmosfir. Kecepatan angin
selalu diukur pada ketinggian
tempat ternak berada. Hal ini
penting karena transfer panas
melalui konveksi dan evaporasi
di antara ternak dan
lingkungannya dipengaruhi
oleh kecepatan angin. Udara di
atmosfer tersusun atas nitrogen
(N2, 78 %), oksigen (O2, 21 %),
karbon dioksida (CO2,0,03 %),
dan gas lainnya. Jadi gas
nitrogen merupakan penyusun
udara terbesar di atmosfer bumi
(Wirakusuma, 2003).
Sinar / Cahaya Matahari
Sinar matahari mempengaruhi
sistem secara global, karena
sinar matahari menentukan
suhu. Sinar matahari juga
merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan
sebagai produsen untuk
berfotosintesis (Chantalakhana,
2002).
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
Angin dan kelembaban
Angin berperan membantu
penyerbukan tumbuhan,
menyebarkan spora dan biji
tumbuhan. Beberapa serangga
hama tumbuhan dapat
diterbangkan oleh angin ke
tempat lain yang jauh.
Kelembaban berperan menjaga
organisme agar tidak
kehilangan air karena
penguapan. Beberapa
mikroorganisme seperti jamur
dan bakteri hidup di tempat-
tempat yang lembab.
Mikroorganisme tersebut tidak
dapat hidup ditempat-tempat
kering. Kelembaban adalah
jumlah uap air dalam udara.
Kelembaban udara penting,
karena mempengaruhi
kecepatan kehilangan panas
dari ternak. Kelembaban dapat
menjadi kontrol dari evaporasi
kehilangan panas melalui kulit
dan saluran pernafasan
(Chantalakhana, 2002).
Selanjutnya Chantalakhana,
2002 menyatakan
Kelembaban biasanya
diekspresikan sebagai
kelembaban relatif (Relative
Humidity = RH) dalam
persentase yaitu ratio dari mol
persen fraksi uap air dalam
volume udara terhadap mol
persen fraksi kejenuhan udara
pada temperatur dan tekanan
yang sama (Yousef, 1984).
Pada saat kelembaban tinggi,
evaporasi terjadi secara lambat,
kehilangan panas terbatas dan
dengan demikian
mempengaruhi keseimbangan
termal ternak.
Air
Air berpengaruh terhadap
ekosistem karena air
dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme.
Bagi tumbuhan, air diperlukan
dalam pertumbuhan, per-
kecambahan, dan penyebaran
biji; bagi hewan dan manusia,
air diperlukan sebagai air
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
minum dan sarana hidup lain,
misalnya transportasi bagi
manusia, dan tempat hidup
bagi ikan. Bagi unsur abiotik
lain, misalnya tanah dan
batuan, air diperlukan sebagai
pelarut dan pelapuk
(Chantalakhana, 2002).
2) Faktor-faktor Edhapis
Topografi
Topografi artinya keadaan naik
turunnya permukaan bumi di
suatu daerah. Topografi
berkaitan dengan kelembaban,
cahaya, suhu, serta keadaan
tanah disuatu daerah. Interaksi
berbagai faktor itu membentuk
lingkungan yang khas. Sebagai
contoh keanekaragaman hayati
di daerah perbukitan berbeda
dengan di daerah datar.
Organisme yang hidup di
daerah berbukit berbeda
dengan daerah datar. Topografi
juga mempengaruhi
penyebaran mahkluk hidup.
Kawasan ini memiliki
topografi landai hingga
berbukit.
Keadaan tanah
Hutan dataran rendah memiliki
ketinggian 2 – 100 mdpl. Hutan
dataran rendah ini didominasi
oleh pepohonan besar yang
membentuk tajuk berlapis-lapis
(layering), sekurang-kurangnya
tinggi tajuk teratas rata-rata
adalah 45 m (paling tinggi
dibandingkan rata-rata hutan
lainnya), rapat, dan hijau
sepanjang tahun. Ada tiga
lapisan tajuk atas di hutan ini:
a. Lapisan pohon-pohon yang
lebih tinggi, muncul di sana-
sini dan menonjol di atas atap
tajuk (kanopi hutan) sehingga
dikenal sebagai “sembulan”
(emergent). Sembulan ini bisa
sendiri-sendiri atau kadang-
kadang menggerombol, namun
tak banyak. Pohon-pohon
tertinggi ini bisa memiliki
batang bebas cabang lebih dari
30 m, dan dengan lingkar
batang hingga 4,5 m.
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
b. Lapisan kanopi hutan rata-rata,
yang tingginya antara 24–36 m.
c. Lapisan tajuk bawah, yang
tidak selalu menyambung.
Lapisan ini tersusun oleh
pohon-pohon muda, pohon-
pohon yang tertekan
pertumbuhannya, atau jenis-
jenis pohon yang tahan
naungan.Kanopi hutan banyak
mendukung kehidupan lainnya,
semisal berbagai jenis epifit
(termasuk anggrek), bromeliad,
lumut, serta lumut kerak, yang
hidup melekat di cabang dan
rerantingan. Tajuk atas ini
demikian padat dan rapat,
membawa konsekuensi bagi
kehidupan di lapis bawahnya.
Tetumbuhan di lapis bawah
umumnya terbatas
keberadaannya oleh sebab
kurangnya cahaya matahari
yang bisa mencapai lantai
hutan, sehingga orang dan
hewan cukup leluasa berjalan
di dasar hutan.
Ada dua lapisan tajuk lagi di
aras lantai hutan, yakni lapisan
semak dan lapisan vegetasi
penutup tanah. Lantai hutan
sangat kurang cahaya, sehingga
hanya jenis-jenis tumbuhan
yang toleran terhadap naungan
yang bertahan hidup di sini; di
samping jenis-jenis pemanjat
(liana) yang melilit batang atau
mengait cabang untuk
mencapai atap tajuk. Akan
tetapi kehidupan yang tidak
begitu memerlukan cahaya,
seperti halnya aneka kapang
dan organisme pengurai
(dekomposer) lainnya tumbuh
berlimpah ruah.
Dedaunan, buah-buahan,
ranting, dan bahkan batang
kayu yang rebah, segera
menjadi busuk diuraikan oleh
aneka organisme tadi. Pemakan
semut raksasa juga hidup di
sini. Pada saat-saat tertentu
ketika tajuk tersibak atau
terbuka karena sesuatu sebab
(pohon yang tumbang,
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
misalnya), lantai hutan yang
kini kaya sinar matahari segera
diinvasi oleh berbagai jenis
terna, semak dan anakan
pohon; membentuk sejenis
rimba yang rapat.
Flora dan Fauna
Pengaruh faktor-faktor
lingkungan dan kisarannya
untuk suatu tumbuh-tumbuhan
berbeda-beda, karena satu jenis
tumbuhan mempunyai kisaran
toleransi yang berbeda-beda
menurut habitat dan waktu
yang berlainan. Tetapi pada
dasarnya secara alami
kehidupannya dibatasi oleh:
jumlah dan variabilitas unsur-
unsur faktor lingkungan
tertentu (seperti nutrien dan
faktor fisik, misalnya suhu
udara) sebagai kebutuhan
minimum, dan batas toleransi
tumbuhan terhadap faktor atau
sejumlah faktor lingkungan
tersebut.
Hubungan tumbuh-tumbuhan
dengan udara atmosfir pada
umumnya berkaitan dengan gas
CO2, O2, dan angin. Tumbuh-
tumbuhan berperanan penting
dalam siklus karbon yang
berhubungan dengan
ketersediaan CO2 dan O2
dalam proses fotosintesis dan
respirasi makhluk hidup.
Gerakan udara sebagai angin
mempunyai peranan ekologis
dapat menguntungkan maupun
merugikan, misalnya terhadap
penyebaran serbuk sari, spora
atau biji-bijian. Sebaliknya jika
kecepatan angin terlalu besar
dapat menyebabkan penurunan
berbagai proses metabolisme,
tumbuhan menjadi layu atau
mati (Kartasapoetra).
Flora maupun fauna pada hutan
ini terpengaruh iklim, namun
kaya akan keanekaragaman
jenis baik flora maupun fauna,
memiliki strata tajuk yang
lengkap serta memiliki variasi
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
yang tinggi berdasarkan
perbedaan tempat tumbu.
1.3 Jaring-Jaring Makanan
Rantai makanan merupakan
gambar peristiwa makan dan dimakan
yang sederhana. Kenyataannya dalam
satu ekosistem tidak hanya terdapat
satu rantai makanan, karena satu
produsen tidak selalu menjadi sumber
makanan bagi satu jenis herbivora,
sebaliknya satu jenis herbivora tidak
selalu memakan satu jenis produsen.
Dengan demikian, di dalam ekosistem
terdapat rantai makanan yang saling
berhubungan membentuk suatu jaring-
jaring makanan.
Dengan kata lain, proses rantai
makanan yang saling menjalin dan
kompleks tersebut dinamakan jaring
makanan. Sehingga rantai makanan
dari produsen → konsumen primer →
konsumen sekunder → dan seterusnya,
sebenarnya hanyalah penyederhanaan
dari beberapa permutasi yang dapat
dimiliki oleh interaksi makan dan
dimakan. Contoh jaring-jaring
makanan yang terjadi pada suatu
ekosistem.
Komponen biotik adalah
komponen yang terdiri atas makhluk
hidup, sedangkan komponen abiotik
adalah komponen yang terdiri atas
benda mati. Seluruh komponen biotik
dalam suatu ekosistem membentuk
komunitas. Dengan demikian,
ekosistem dapat diartikan sebagai
kesatuan antara komunitas dengan
lingkungan abiotiknya (Nana
Kanzawa, 2009).
1) Komponen Biotik
Menurut gumilar (2010), bahwa
salah satu komponen ekosistem
ditinjau dari aspek komponen adalah
komponen biotik. Komponen ini
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
terdiri dari seluruh mahluk hidup yang
terlibat dalam ekosistem, seperti
tumbuhan hijau, binatang dan
pengurai. Jika dilihat dari segi
penyusunannya, komponen biotik ini
dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Produsen
Produsen merupakan organisme
yang mampu menghasilkan zat
makanan sendiri (autotrof) melalui
fotosintesis. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah tumbuhan hijau
atau tumbuhan yang mempunyai
klorofil. Produsen ini kemudian
dimanfaatkan oleh organisme-
organisme yang tidak bisa
menghasilkan makanan (heterotrof)
yang berperan sebagai konsumen.
b) Konsumen
Yang berarti pemakai, yaitu
organisme yang tidak dapat
menghasilkan zat makanan sendiri
tetapi menggunakan zat makanan yang
dibuat oleh organisme lain. Organisme
yang secara langsung mengambil zat
makanan dari tumbuhan hijau adalah
herbivora. Oleh karena itu, herbivora
sering disebut konsumen tingkat
pertama. Karnivora yang
mendapatkann makanan dengan
memangsa herbivora disebut
konsumen tingkat kedua. Karnivora
yang memangsa konsumen tingkat
kedua disebut konsumen tingkat ketiga
dan seterusnya. Proses makan dan
dimakan di dalam ekosistem akan
membentuk rantai makanan.
Perhatikan contoh sebuah rantai
makanan ini: daun berwarna hijau
(Produsen) –> ulat (Konsumen I) –>
ayam (Konsumen II) –> musang
(Konsumen III) –> macan (Konsumen
IV/Puncak). Dalam ekosistem, banyak
proses rantai makanan yang terjadi
sehingga membentuk jaring-jaring
makanan (food web) yang merupakan
kumpulan dari beberapa rantai
makanan.
c) Dekomposer atau pengurai.
Dekomposer adalah jasad renik
yang berperan menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme
yang telah mati ataupun hasil
pembuangan sisa pencernaan. Dengan
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
adanya organisme pengurai, organisme
akan terurai dan meresap ke dalam
tanah menjadi unsur hara yang
kemudian diserap oleh tumbuhan
(produsen). Selain itu aktivitas
pengurai juga akan menghasilkan gas
karbon dioksida yang akan dipakai
dalam proses fotositesis.
Gambar jaring-jaring makanan
Gambar rantai makanan
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
BAB II
EKOSISTEM HUTAN
DATARAN RENDAH DESA
BULUH CINA KABUPATEN
KAMPAR
2.1 Gambaran Umum Lokasi
Penelitian Ekosistem Hutan
Dataran Rendah Desa Buluh
Cina Kabupaten Kampar
Desa Wisata Buluh cina adalah
sebuah Desa yang berada di
Kabupaten kampar, Desa ini berjarak
sekitar 20 km dari Kota Pekanbaru
sebagai ibukota Provinsi Riau.
Perjalanan ke Desa Buluhcina dapat
dilakukan melalaui transportasi darat,
dengan menggunakan kendaraan
pribadi ataupun melalui transportasi
angkutan umum, dari Kota Pekanbaru
kita dapat menggunakan Bus Sarana
Angkutan Umum (SAUM) atau yg
lebih dikenal dengan Trans Metro
Pekanbaru, dengan menggunakan
Trans Metro Kita mengakhiri
perjalanan di Perumahan PANDAU ,
kemudian di Perumahan PANDAU
kita melanjutkan perjalanan
menggunakan mikrolet atau yang biasa
disebut dengan oplet menuju Taman
Desa Wisata Buluhcina,dan biaya
perjalanan menggunakan oplet ini
Rp.10.000.
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
PETA EKO WISATA RIMBO TUJUH DANAU BULUHCINA
Warga Desa Buluhcina memiliki
kebudayaan kearifan lokal untuk tidak
merusak lingkungan dan hutan. Di
Desa Buluhcina terdapat Hutan Wisata
Buluhcina. Hutan Wisata Buluhcina
ini luasnya 1.000 hektare. Hutan ini
sangat asri dan sangat alami dan sudah
terpelihara semenjak ratusan tahun
yang lalu, di hutan ini dapat kita
jumpai flora dan fauna, seperti rotan,
anggrek, monyet, burung,kupu-
kupu,harimau dan juga pepohonan
yang sangat besar dan tinggi,
dikawasan hutan ini terdapat tujuh
danau yaitu : Danau Pinang Luar,
Danau Pinang Dalam, Danau Tanjung
Putus, Danau Baru, Danau Tanjung
Putus, Danau Lubuk Siam, Danau
Atehutan, dan Danau Tatangah,
masing-masing danau memiliki
keunikan tersendiri
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
Salah Satu Pohon Besar Yang Ada Di Hutan Wisata Buluhcina
Hutan wisata Buluhcina awalnya
berasal dari tanah dan lahan warga
Desa Buluhcina yang mereka
ikhlaskan untuk dijadikan kawasan
hutan wisata alam tanpa diganti-rugi.
Maret 2004 lalu, ninik mamak,
pemerintahan desa dan ketua Lembaga
Musyawarah Besar ( LMB ) Buluh
Cina menyerahkan lahan ulayat seluas
1.000 ha kepada Gubernur Riau. 1500
penduduk Desa Buluhcina
memberikan dengan ikhlas lahan yang
mereka miliki tanpa kompensasi
materi, mereka cuma mengharapkan
bantuan berupa perbaikan dan
peningkatan infrastruktur,
pengembangan dan peningkatan
ekonomi desa seperti pemberdayaan
pemuda dan masyarakat sekitar,
namun sampai saat ini apa yang
mereka harapkan belum dapat
terwujud. Hutan Wisata Buluhcina ini
dikelola oleh masyarakat dan adat
secara bersama di bawah koordinasi
ninik mamak Desa Buluhcina. dan
LMB (Lembaga Musyawarah Besar)
yang diketuai oleh Bapak Makmur
Hendrik.
Harapan ini pun disambut oleh
pemerintah provinsi Riau dengan
menjadikan kawasan tersebut menjadi
taman wisata alam. Hutan Buluh Cina
merupakan Hutan Produksi Terbatas
yang sebagian kawasan hutan ini telah
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
diubah dan ditunjuk menjadi Kawasan
Taman Wisata Alam dengan
Keputusan Gubernur Riau Nomor
468/IX/2006 tanggal 6 September
2006 tentang penunjukan kelompok
hutan Buluh Cina di Kabupaten
Kampar Provinsi Riau seluas 1.000 Ha
sebagai kawasan taman wisata alam.
Sebagai lembaga yang bergerak di
bidang konservasi, maka WWF
Indonesia sangat mendukung langkah-
langkah yang telah dilakukan oleh
Lembaga Musyawarah Besar tersebut.
Awal mula keterlibatan WWF dalam
mendukung upaya yang dilakukan oleh
masyarakat di desa Buluh Cina
dimulai sekitar tahun 2004-2005,
ketika bpk. Makmur Hendrik (Ketua
Lembaga Musyawarah Adat Nuluh
Cina) bertemu dengan manajemen
yayasan WWF Indonesia. Dalam
kesempatan itu, bp Makmur Hendrik
mengutarakan niatnya meminta
dukungan lembaga konservasi dalam
upaya pelestarian hutan ulayat
masyarakat. Langkah in kemudian
dilanjutkan oleh WWF Program Riau
pada September 2006 dengan
melakukan pertemuan dengan ketua
dan para pemuka adat Buluh Cina
Kenegerian Enam Tanjung beserta
masyarakat di desa Buluh Cina.
Guna menunjang pengelolaan
kawsan taman wisata alam tersebut
diperlukan pengamanan dan
pembangunan sarana dan prasarana.
Pengelolaan kawasan yang efektif
dilakukan bertujuan untuk menjamin
dan memelihara keutuhan keberadaan
kawasan dan ekosistemnya, potensi
dan nilai-nilai keanekaragaman
tumbuhan, satwa, komunitas,
ekosistem penyusun kawasan,
pemanfaatan kawasan secara optimal,
lestari dan bijaksana untuk
kepentingan kegiatan penelitian,
pendidikan dan pariwisata alam bagi
peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Kerjasama yang bergulir kemudian
antara WWF dan masyarakat Buluh
Cina adalah berupa bantuan
operasional dan infrasrtuktur yang
mendukung upaya perlindungan
kawasan hutan tersebut. selain itu,
WWF dan pihak masyarakat Buluh
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
Cina bersepakat untuk membentuk
gugus tugas pengamanan kawasan
hutan ulayat di kawasan hutan wisata
tersebut sesuai tugas pokok dan fungsi
lembaga yang terlibat. Satuan tugas
akan melibatkan masyarakat desa
terutama kaum pemuda dibawah
bimbingan lembaga adatnya.
Desa wisata Buluhcina memiliki
potensi wisata yang luar biasa, selain
hutan wisata yang menjadi andalan
utama, kawasan desa Buluhcina ini
juga dapat menjadi pilihan yang
terbaik untuk memancing dan menjala
ikan, pemandangan yang indah dan
alami di hutan buluhcina juga dapat
dijadikan sebagai tempat hiking,
kemah atau kemping. Masyarakat
ataupun pemuda disini sangat welcome
terhadap siapapun, mereka akan
meyambut kedatangan siapapun
dengan ramah, mereka membantu
pengunjung sebagai pemandu wisata
dan
jika
kita ingin menikmati kuliner mereka
bersedia untuk memasakkan ikan
baung yang segar yang langsung
diambil dari sungai, asam pedas baung
yang khas menjadi kuliner andalan dan
juga ada embut rotan beserta belacan
ala buluhcina. Selain itu juga di Desa
Wisata Buluhcina juga sering diadakan
lomba pacu sampan dan biasanya
dilakukan pada saat menjelang Bulan
Ramdahan dan pada saat setelah
lebaran idhul fitri, dulunya tiap tahun
ada agenda Pacu Sampan Piala
Presiden di Desa Buluhcina,kini
agenda pacu sampan Piala Presiden
sudah tidak pernah diadakan lagi.
Kelompok 3
RUMAH PENDUDUK DI SEKITAR HUTAN WISATA BULUHCINA
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
SAMPAN MILIK NELAYAN DESA BULUHCINA
TRANSPORTASI PENYEBERANGAN WARGA
DESA BULUHCINA KE HUTAN WISATA BULUHCINA
PENGUKURAN IKLIM PERIODE APRIL-DESEMBER 2013JANUARI – MARET 2013(Berdasarkan rekapitulasi data klimatologis
sekunder dari stasiun Mini Meteorologi Balai Penelitian Tanaman Serat Departemen Kehutanan untuk data Iklim seputar hutan dataran rendah Kampar)Rata-rata
intensitas radiasi matahari (Watt/m2)
No BulanRadiasi harian ( Watt/m2/menit )
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
1. April 103,9522
103,3915
103,3522
102,0316
103,6935 103,0290
103,0290
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
2. Mei 142,0522
142,6222
142,2296
102,2292
142,2322 142,0220
142,0220
3. Juni 188,0558
185,0665
185,1641
155,5561
158,8465 156,8551
156,8551
4. Juli 88,8851
115,8851
155,6551
155,6458
154,6656 155,6655
155,6655
5. Agustus
102,9660
103,9922
103,6623
102,1052
103,3105 103,0222
103,0222
6. September
102,2252
102,2322
103,6623
100,5391
103,2222 102,6622
102,6622
7. Oktober
102,2662
102,9921
103,0222
102,6225
102,9920 103,6692
103,6692
8. November
102,6666
102,2251
103,6692
103,9210
103,6623 103,9635
103,9635
9. Desember
102,9660
103,9922
103,0150
102,1052
103,3105 103,0222
103,0222
10. Januari
102,2252
102,2322
103,6623
100,5291
103,2222 102,6622
102,6622
11. Februari
102,2662
102,9921
103,0222
102,6225
102,9920 103,6692
103,6692
12. Maret 102,6666
102,2251
103,6692
103,9210
103,6623 103,9635
103,9635
A. Rata-rata suhu udara (ºC)
No Bulan Suhu udara harian (ºC)
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
1. April 26,1 26,0 26,0 26,5 26,2 26,1 26,1
2. Mei 28,1 26,1 26,5 29,1 29,1 26,2 26,2
3. Juni 26,1 26,4 29,0 28,0 28,1 29,1 29,1
4. Juli 26,4 26,2 29,2 28,5 28,4 28,1 29,1
5. Agustus 26,5 29,1 26,2 28,0 28,1 29,1 29,1
6. September 28,1 26,1 26,1 28,4 29,2 29,1 26,1
7. Oktober 28,4 26,1 26,1 28,1 29,1 29,1 26,0
8. November 28,1 26,1 26,4 29,0 29,1 26,5 26,2
9. Desember 26,5 26,1 26,2 28,0 28,1 29,1 26,1
10. Januari 28,1 26,1 26,1 28,4 29,2 29,1 26,0
11. Februari 28,4 26,1 26,1 28,1 29,1 29,1 26,1
12. maret 28,1 26,1 26,4 29,0 29,1 26,5 26,2
B. Rata-rata kelembaban udara (%)
No Bulan Suhu udara harian (ºC)
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
1. April 66 64 64 64 66 65 65
2. Mei 65 61 64 63 64 64 64
3. Juni 69 66 65 64 64 65 64
4. Juli 62 64 65 61 61 64 64
5. Agustus 66 64 63 65 66 64 65
6. September 63 62 65 65 65 66 64
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
7. Oktober 64 62 65 64 64 66 69
8. November 65 64 62 69 66 66 69
9. Desember 62 64 65 61 61 64 64
10. Januari 66 64 63 65 66 64 65
11. Februari 63 62 65 65 65 66 64
12. maret 64 65 65 64 64 66 69
Kriteria Penilaian Tanah Menururt Pusat Penelitian Tanah
( Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimakt, 1993)
Ciri-ciri Tanah TingkatanSangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
C-Organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00
N-total (%)
a. Mineral <0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75
b. Gambut < 0,80 0,80-2,50 >2,50
Rasio C/N < 5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 Bray 1 (ppm)
< 5 10-15 16-25 26-35 >35
K (me/100 g) < 0,10 0,10 – 0,30
0,30 – 0,50 0,60 – 1,00 >1,00
Na (me/100 g) < 0,10 0,40 – 0,30
0,40 – 0,70 0,80 – 1,00 >1,00
Mg (me/100 g) < 0,40 0,40 – 1,00
1,00 – 2,00 2,10 – 8,00 >8,0
Ca (me/100 g) < 2 2 – 5 6 – 10 11 – 20 >20
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
KTK (me/100 g)
< 5 5 – 16 17 – 24 25 – 40 >40
Kejenuhan Basa (%)
< 20 20 – 35 36 - 50 51 – 70 >70
Kadar Abu (%) < 5 5 – 10 >10
Sangat Masam
Masam Agak Masam
Netral Agak Alkalis
Alkalis
pH (H2O)
a. Mineral
< 4,5 4,5 – 5,5
5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 7,6 – 8,5 >8,5
Sangat Asam Sedang Tinggi
pH (H2O)
b. gambut
<4,0 4 - 5 >5
Kisaran nilai dan tingkat penilaian analisis agregat kimia tanah hutan dataran rendah desa Buluh Cina Kabupaten Kampar
sifat kimia tanahkedalaman lapisan contoh (cm)
0 - 30 30 – 60Nilai Peringkat Nilai Peringkat
Ph (H2O) 6,4 - 6,8 S 6,4 - 6,9 SC-organik (%) 5,62 - 5,77 S 5,58 - 5,89 S
N-total (%)12,78 - 13,45 S 12,47 - 13,84 S
P2O5 Bray 1 (ppm) 18,2 - 20,8 S 20,0 - 22,7 SCa (me/100 g) 6,01 - 6,41 S 6,37 - 6,69 SMg (me/100 g) 1,12 - 1,24 S 1,31 - 1,41 SK (me/100 g ) 0,39 - 0,41 S 0,37 - 0,45 S
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
Na (me/ 100 g ) 0,38 - 0,41 S 0,37 - 0,45 STotal Basa (me/100 g) 9,12 - 9,18 9,03 - 9,24 KTK (me/100 g) 21,6 - 22,6 S 23,6 - 24,7 SKejenuhan Basa (%) 37,8 - 41,8 43,9 - 47,7 Kadar Abu (%) 8,06 - 8,81 8,66 - 8,77 Kadar Air Lapang (%) 78,6 - 79,6 77,6 - 67,7 Kadar Air Tanah (%) 79,6 - 81,9 75,7 - 88,7 Keterangan : SM = Sangat Masam T = Tinggi R = RendahST = Sangat Tinggi S = Sedang SR = Sangat Rendah
2.2 Keanekaragaman Hayati
Ekosistem Hutan Dataran Rendah
Desa Buluh Cina Kabupaten
Kampar
Ekosistem dan lingkungan
merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan. Dalam pembahasan
mengenai ekosistem, lingkungan juga
akan menjadi objek pembahasan.
Secara fisik, lingkungan berarti wadah
atau tempat berlangsungnya suatu
sistem kehidupan organisme atau suatu
komunitas. Kondisi lingkungan akan
berubah jika terjadi perubahan di
dalam ekosistem atau sebaliknya;
masing masing saling mempengaruhi
dalam suatu keseimbangan yang
dinamis dan merupakan satu kesatuan
fungsional (Pratiwi, 2006).
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
Nama Fauna yang ditemukan di hutan dataran rendah
No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku STATUS1 Elang Hitam Ictinaetus Malaenus Accipitidae Dld/Apd II
2 Elang Ular Bido Spilornis Cheela Accipitidae Dild./Apd II3 Puyuh Hitam Melanoperdix Nigra Phasianidae
4Ayam Hutan Hijau Gallus Varius Phasianidae
5 Gemak Loreng Turnix Suscitator Turnicidae 6 Kareo Padi Amaurornis Rallidae 7 Perkutut Jawa Geopeliastriata Columbidae 8 Punai Kecil Treron Olax Columbidae 9 Tekukur Biasa Streptopelia Chinensis Columbidae
10Betet Ekor Panjang Psittacula Longicauda Psittacidae Apd II
11 Serindit Melayu Loriculus Galgulus Psittacidae Apd II12 Nuri Tanau Psittinuscyanurus Psittacidae Apd II
13Bubut Alang – Alang Centropus Bengalensis Cuculidae
14 Bubut Besar Centropus Sinensis Cuculidae
15 Kadalan BirahPhaenichophaeus Curvirostris Cuculidae
16 Kadalan SawehPhaenichophaeus Sumatranus Cuculidae
17 Beluk Ketupa Ketupa Ketupa Strigidae Apd II
18Punggok Cokelat Ninox Scutulata Strigidae Apd II
19 Cabak Maling Caprimulgus Macrurus Caprimulgidae 20 Taktarau Besar Eurostopodus Macrotis Caprimulgidae
21Cakakak Belukar Halcyon Smirnensis Alcedinidae
22Raja Udang Meninting Alcedo Meninting Alcedinidae Dld
23 Rangkok Badak Buceros Rhinoceros Bucerotidae Dld/Apd II24 Julang Emas Aceros Undulatus Bucerotidae Dld/Apd II
25Julang Jambul Hitam Aceros Corrugatus Bucerotidae Dld/Apd II
26Takur Ungkut-Ungkut
Megalaima Hemachepala Capitonidae
27 Takur Tenggeret Megalaima Australis Capitonidae
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
28Pelatuk Kuduk Kuning Picus Flavinucha Picidae
29Pelatuk Sayap Merah Picus Puniceus Picidae
30 Pelatuk Raffles Dinopium Rafflesii Picidae
31Layang - Layang Batu Hirundo Tahitica Hirundinidae
32 Cipoh Pacat Aegithina Tiphia Chloropseidae 33 Cipoh Gantung Aegithina Viridissima Chloropseidae
34Merebah Curukcuk Pycnonotus Goiavier Pycnonotidae
35Merebah Corok – Corok Pycnonotus Simplex Pycnonotidae
36 Cucak Kuricang Pycnonotus Atriceps Pycnonotidae 37 Cucak Kutilang Pycnonotus Aurigaster Pycnonotidae 38 Tungging Pycnonotus Aetilotus Pycnonotidae
39Merebah Belukar Pycnonotus Plumosus Pycnonotidae
40 Srigunting Batu Dicrurus Paradiseus Dicruridae
41Srigunting Keladi Dicrurus Aeneus Dicruridae
42Kacembang Gadung Irena Puella Oriolidae
43 Gagak Hutan Corvus Enca Corvidae
44Gagak Kampung Corvus Macrorhyncos Corvidae
45Kucica Kampung Copsychus Saularis Turdidae
46Berkecet Biru Tua Cinclidium Diana Turdidae
Nama Flora yang ditemukan pada hutan dataran rendah
NO Nama Lokal Nama ilmiah Famili1 Amabcang Mangifera foetida Laur Anacardiaceae2 Arang - Arang Diospyros puncticulosa Bakh Ebenaciae3 Bintangur Calophyllum inophylide King Guttiferae4 Durian Tiung Durio carinatus Mast Bombaciae5 Geronggang Cratoxylon arborescens Bl Guttiferae
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
6 Jangkang Xylopia malayana Hk.f.et.Th Annonaceae7 Kelat Eugenia Sp. Myrtaceae8 Kempas Koompassia malaccensis Maing Caesalpinaceae9 Medang Actinodaphne glabra Bl Lauraceae10 Meranti Bunga Shorea teysmannia Dyer Dipterocarpaceae11 Meranti Rawa Shorea parvipolia Dyer Dipterocarpaceae12 Meranti Burung Shorea acuminta Dyer Dipterocarpaceae13 Mersawa Paya Anisoptera margarita Korth Dipterocarpaceae14 Mersawa Kuning Anisoptera curtisii Dyer Dipterocarpaceae15 Medang Litsea Sp Lauraceae16 Nyatoh Palaquium sumatranum Burk Sapotaceae17 Pulai Alstonia pneumatophora Buck Apocynaceae18 Perapat Combretocarpus rotundatus Dans Bombaciae19 Punak Tetrameristra glabra Miq Theaceae20 Pungai Coelostegia griffithii Benth Bombaciae21 Ramin Gonystilus bancanus Kurz Thymelaceae22 Balau Hitam Shorea atrinervosa Symington Dipterocarpaceae23 Rengas Gluta renghas L Anacardiaceae24 Resak Vatica wallichii Dyer Dipterocarpaceae25 Suntai Palaqium burkii H.J.L Sapotaceae26 Terentang Manuk Comnosperma auriculata Hook.f Anacardiaceae
27 TerantangComnosperma macrophyla Hook.f Anacardiaceae
28 Trembasah Fragraec fragrans Roxb Loganiaceae
2.3 Jaring – jaring makanan
ekosistem hutan dataran rendah
desa buluh cina kabupaten
Kampar
Kebergantungan pada ekosistem
dapat terjadi antar komponen biotik
atau antara komponen biotik dan
abiotik. Kebergantungan antar
komponen biotik dapat terjadi melalui:
1) Rantai makanan, yaitu perpindahan
materi dan energi melalui proses
makan dan dimakan dengan urutan
tertentu. Tiap tingkat dari rantai
makanan disebut tingkat trofi atau
taraf trofi. Karena organisme
pertama yang mampu menghasilkan
zat makanan adalah tumbuhan
maka tingkat trofi pertama selalu
diduduki tumbuhan hijau atau
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
produsen. Tingkat selanjutnya
adalah tingkat trofi kedua, terdiri
atas hewan pemakan tumbuhan
yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen
primer merupakan tingkat trofi
ketiga, terdiri atas hewan-hewan
karnivora.
2) Jaring - jaring makanan, yaitu
rantai-rantai makanan yang saling
ber-hubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga
membentuk seperi jaring-jaring.
Jaring-jaring makanan terjadi
karena setiap jenis makhluk hidup
tidak hanya memakan satu jenis
makhluk hidup lainnya.
Gambar rantai makanan
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
2.4 Interaksi Antar Tumbuhan pada
Ekosistem Hutan Dataran
Rendah Desa Buluh Cina
Kabupaten Kampar
Menurut Supriadi (2004), pola
interaksi yang sangat erat dan khusus
antara dua makhluk hidup yang
berlainan jenis disebut simbiosis.
Makhluk hidup yang melakukan
simbiosis disebut simbion. Simbiosis
dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, diantaranya :
1. Simbiosis mutualisme adalah
Interaksi antara dua individu
ataupun populasi yang saling
menguntungkan. Misalnya,
simbiosis antara jenis jamur
tertentu dan jenis alga tertentu
membentuk likenes, antara bunga
dengan kupu-kupu.
2. Simbiosis parasitisme adalah
Interaksi dua individu/populasi di
mana salah satu individu untung,
sedang simbion pasangannya rugi.
Contohnya, benalu yang tumbuh
pada ranting pohon mangga,
cacing perut dan cacing tambang
yang hidup di dalam usus manusia.
3. Simbiosis komensalisme adalah
Interaksi antara individu/populasi
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
yang satu untung sedangkan individu/populasi lainnya tidak
untung dan juga tidak rugi.
LAMPIRAN
DESA WISATA BULUH CINA
Hutan Wisata Desa Buluhcina
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
FAUNA
LEBAH
ELANG HITAM
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
SIPUT
KATAK
FLORA
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
KELOMPOK 3
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
Daftar pustaka Soerianegara, I dan A. Indrawan.
1983. Ekologi Hutan Indonesia.
Kelompok 3
Prosiding Mata Kuliah Pengetahuan lingkungan FKIP Universitas Islam RiauTahun Akademik 2012/2013 (kelompok 3)
Bogor: Departemen Kehutanan-
IPB.
http://www.anakkendari.co.cc/
2009/01/hutan-jenis-dan-
manfaatannya/
Sugiharyoanto. 2007. Geografi dan
Sosiologi 1 SMP Kelas VII.
Jakarta: YudhistiraMackinnon,
Kathy.1986. Alam Asli Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia
Farb, Peter.1982. HUTAN. Jakarta: Tri
Pustaka
http://www.e-dukasi.net/
http://e-ducation-
center.blogspot.com/2009/06/
hutan-dan-pemanfaatannya-
geografi-smp.html
http://bimaindonesia.blogspot.com/
2008/08/hutan-pegunungan-
baturaden.html
Kelompok 3