jurnal ilmiah kedudukan petugas lapangan di … · kedudukan petugas lapangan di pelaksana...
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH
KEDUDUKAN PETUGAS LAPANGAN DI PELAKSANA PENEMPATAN
TENAGA KERJA INDONESIA SWASTA (PPTKIS) DALAM
PEREKRUTAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA
(STUDI PADA PPTKIS DI KOTA MATARAM)
OLEH :
SRI MULIATI
D1A 013 364
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2017
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
KEDUDUKAN PETUGAS LAPANGAN DI PELAKSANA PENEMPATAN
TENAGA KERJA INDONESIA SWASTA (PPTKIS) DALAM
PEREKRUTAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA
(STUDI PADA PPTKIS DI KOTA MATARAM)
OLEH :
SRI MULIATI
D1A 013 364
Menyetujui,
Mataram, 20 April 2017
Pembimbing Pertama
H. Zaeni Asyhadie, SH., M.Hum.
NIP. 19610620 198803 1 001
KEDUDUKAN PETUGAS LAPANGAN DI PELAKSANA PENEMPATAN
TENAGA KERJA INDONESIA SWASTA (PPTKIS) DALAM
PEREKRUTAN CALON TENAGA KERJA INDONESIA
(STUDI PADA PPTKIS DI KOTA MATARAM)
Nama: Sri Muliati
Nim: D1A013364
Fakultas Hukum Universitas Mataram
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum mengenai
Kedudukan Petugas Lapangan, pelaksanaan perektutan yang dilakukan oleh
petugas lapangan serta dampak positif dan dampak negatif. Penelitian yang
digunakan adalah normatif empiris. Pengaturan hukum kengenai kedudukan
petugas lapangan yaitu tidak ada satupun aturan yang mengatur mengenai petugas
lapangan sehingga kedudukannya di pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia
swasta tidak resmi. Pelaksanaan perekrutan TKI oleh petugas lapangan yaitu
melakukan perekrutan dan memberi informasi, membantu mengurus dokumen,
menawarkan calon TKI/TKW kepada pengguna jasa tenaga kerja, dan pendanaan
awal bagi calon TKI/TKW ilegal. Dampak positif bagi TKI/TKW adalah proses
migrasi yang dijalani dapat berjalan lancar. Dampak negatif bagi TKI/TKW
adalah munculnya tindak pemerasan, penipuan, dan kekerasan fisik.
Kata kunci: kedudukan hukum, petugas lapangan, prekrutan.
THE POSITION OF FIELD OFFICER IN THE INDONESAN EMPLOYMENT
PLACEMENT BOARD IN THE RECRUITMENT OF MIGRANT WORKERS
(A STUDY AT PPTKIS IN MATARAM)
Abstract
This research is aimed at determining the regulation on the position of
field officer, the implementation of recruitmen conducted, by field oficers and the
positive impacts and negative impacts. The tesearch used is empirical normative,
the legal arragement regarding the position of field office is that there is no
regulation about field officer so that his position in unoficial private placemen
worker, implementation of recruitmen of migran workes by field officers is to
recruid and provide information , help recumen maintatenace, offer migran
workers to labor service user. Positive imparct is the process of migration that can
be run smothly, negative impact is the emergence of acts of extortion, fraud, and
physical violence.
Keywords: legal position,field officer, recruitment.
i
I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri atas beribu-ribu pulau
yang terbentang dari sabang sampai merauke. Negara Indonesia memiliki sumber
daya yang melimpah dan sangat menguntungkan apabila dapat dikelola dengan
baik. Salah satu sumber daya yang dimiliki oleh negara Indonesia adalah sumber
daya tenaga kerja. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar tentunya
menjamin ketersediaan tenaga kerja bagi pelaksana pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyatnya. Makna
arti pentingnya pekerja bagi setiap orang tercermin dalam Pasal 27 Ayat (2)
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyataan bahwa:
“Setiap warga negara berhak atas pekerja dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”
Warga negara Indonesia yang ingin menjadi TKI/TKW ke luar negeri,
tidak lepas dari keterlibatan petugas lapangan dalam prosesnya. Moeliono
mengartikan petugas lapangan adalah sebagai orang yang menjadi perantara dan
memberikan jasanya berdasarkan upah. Ada dua jenis petugas lapangan yaitu
petugas lapangan legal dan petugas lapangan ilegal. Petugas lapangan legal adalah
petugas lapangan yang identitas dirinya sudah terdaftar di Disnakertrans setempat
dan memiliki surat tugas dari PPKIS sedangkan petugas lapangan ilegal adalah
petugas lapangan yang identitas dirinya belum terdaftar di Disnakertrans setempat
dan tidak memiliki surat tugas dari PPTKIS.
Segala bentuk praktik petugas lapangan yang belum terdaftar pada
Disnakertrans setempat pada dasarnya bersifat ilegal karena merugikan pihak-
ii
pihak yang berkaitan, terlebih lagi jika menyangkut perektutan calon tenaga
kerja yang dilakukan oleh petugas lapangan yang identitas dirinya tidak terdaftar
di disnakertrans setempat karena petugas lapangan tersebut sering tidak ikut
bertanggung jawab atas persoalan yang dialami oleh TKI/TKW yang
menggunakan jasanya.
Keinginan yang kuat untuk lepas dari kemiskinan dengan tawaran gaji
tinggi di negara tujuan. Tenaga kerja Indonesia membuat keberadaan petugas
lapangan memiliki peran yang dibutuhkan oleh calon TKI/TKW tanpa
memperdulikan status petugas lapangan dimata hukum yang masih tergolong
ilegal serta akibat yang dapat ditimbulkan nantinya. Tingkat pengetahuan dan
pendidikan yang relatif rendah oleh kebanyakan calon TKI/TKW membuat posisi
petugas lapangan semakin kuat sebagai pihak yang dianggap mampu membantu
dalam mewujudkan keinginan warga negara Indonesia yang hendak bekerja
menjadi TKI/TKW di luar negeri.1 Petugas lapangan sebagai pihak yang lebih
mengetahui prosedur tersebut, memanfaatkan hal itu dan membuat calon
TKI/TKW mempercayakan semua hal termasuk memberikan semua hal-hal yang
dibutuhkan guna kelancaran dalam proses menjadi TKI/TKW di luar negeri
kepada petugas lapangan yang bersangkutan.
Dari uraian diatas, maka peneliti berkesimpulan bahwa yang
menjadirumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pengaturan
hukum mengenai kedudukan petugas lapangan dalam perekrutan calon tenaga
1 Feri Kristiana Wati, Peran Calo Tenaga Kerjadalam Proses Penyaluran Tki/Tkw Ke
Luar Negeri (Studi Kasus: di Desa Karangrowo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, Skripsi,
Universitas Negeri Semarang, 2011, hlm. 2 - 6
iii
kerja Indonesia di PPTKIS kota Mataram? (2) Bagaimana pelaksanaan perekrutan
tenaga kerja Indonesia oleh petugas lapangan dalam penempatan TKI di luar
negeri di PPTKIS kota Mataram? (3) Bagaimana dampak positif maupun negatif
petugas lapangan dalam merekrut calon tenaga kerja Indonesia ke luar
Tujuan serta manfaat yang di harapkan dari penelitian ini yaitu : (1) Untuk
mengetahui bagaimana pengaturan hukum mengenai kedudukan petugas lapangan
dalam perekrutan calon tenaga kerja Indonesia pada kantor PPTKIS kota
Mataram; (2) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perekrutan tenaga kerja
Indonesia oleh petugas lapangan dalam penempatan TKI diluar negeri di PPTKIS
kota Mataram; (3) Untuk mengetahui dampak positif maupun negatif petugas
lapangan di PPTKIS dalam merekrut calon tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Hukum normatif-
empirisyaitu: (1) Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian untuk memperoleh
gambaran tentang suatu masalah dengan cara mempelajari peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku serta literatur yang berkaitan dengan masalah tersebut. (2)
Penelitian hukum empiris, yaitu suatu metode penelitian hukum dalam arti nyata
dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.
Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di
mayarakat, maka penelitian hukum sosiologis dapat dikatakan bahwa penelitian
hukum yang di ambil dari fakta-fakta yang ada didalam masyarakat, badan hukum
atau badan pemerintah.
iv
II. PEMBAHASAN
Pengaturan Hukum Mengenai Kedudukan Petugas Lapangan Dalam
Perekrutan Calon Tenaga Kerja Indonesia di PPTKIS Kota Mataram
Penempatan tenaga kerja Indonesia diluar negeri telah terjadi sejak Zaman
Hindia Belanda yaitu pada abab XIX. Banyak TKI yang dikirim oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk bekerja sebagai kuli kontrak di Suriname, New Caledonia,
Siam dan Serawak. Disamping itu juga banyak TKI secara individual berangkat
ke luar negeri, terutama ke Malaysia untuk bekerja.2 Pasca reformasi, kebijakan
pemerintah dalam memberdayakan negara yang hendak bekerja di luar negeri
dilaksanakan melalui Undang-Undang penempatan dan perlindungan TKI yang
bekerja diluar negeri, yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004.
Pada masa reformasi sekarang ini, salah satu persoalan pelik yang
dihadapai oleh bangsa Indonesia dibidang ketenagakerjaan adalah tingginya
jumlah pengangguran terjadi akibat pertumbuhan angkatan kerja yang tidak
diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan hasil survei badan
pusat statistik (PBS) pada bulan februari 2007 terdapat 10,55 juta orang
pengangguran terbuka ( open unemployment ).3
Didalam bukunya Lalu Husni menyebutkan bahwa Pengangguaran
terbuka adalah: (1) Orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, atau
orang yang belum pernah atau sudah bekerja karena sesuatu hal berhenti atau
diberhentikan atau diputus hubungan kerjanya (PHK) dan sedang berusaha untuk
2Imam Syahputra Tunggal, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta, Harfindo,
2007, Hlm. 87 3Lalu Husni, Hukum Penempatan dan Perlindungan TIK, Malang, Progaram Pasca
Sarjana Universitas Brawijaya Malang, 2015, hlm. 1
v
mendapatkan pekerjaan. (2) Orang yang tidak bekerja, telah/sudah melakukan
persiapan suatu usaha/ pekerja yang bertujuan untuk memperoleh pemghasilan
/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan
buruh/pekerja dibayar maupun tidak dibayar seperti mengumpulkan modal atau
perlengkapan/alat mencari lokasi atau tempat, mengurus surat izin usaha dan
sebagainya. (3) Orang yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan dan. (4) Sudah mendapatkan
pekerjaan/mempunyai pekerjaan tapi belum mulai bekerja.
Jumlah ini akan terus meningkat sesuai dengan perkiraan (Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) bahwa: (1) Setiap tahunnya
sedikitnya terdapat 2,5 angkatan kerja buruh. (2) Apabila pertumbuhan ekonomi
mencapai 5,5% setahun, maka lapangan pekerjaan baru yang tersedia 1,5 juta.
Dengan demikian tiap tahun akan ada 1 juta orang pengangguran baru. Tingkat
pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 % berpotensi menimbulkan berbagai
permasalahan sosial.4
Penempatan TKI dilakukan oleh lembaga pelaksana yang terdiri dari
PPTKIS dan Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang penempatan
TKI ke luar negeri. Untuk penempatan TKI ke luar negeri harus dilakukan
sosialisasi program penempatan TKI, promosi dan pemasaran jasa TKI ke luar
negeri. Sosialisasi program penempatan TKI dilakukan Pemerintah maupun
daerah dengan mengikut sertakan peran masyarakat.
4ibid. Hlm 2
vi
Setiap Calon TKI yang mendaftar harus telah mengikuti penyuluhan
mengenai lowongan pekerjaan yang tersedia beserta uraian tugas, syarat-syarat
kerja yang memuat antara lain gaji, jaminan sosial, waktu kerja, kondisi, lokasi,
dan lingkungan kerja, peraturan perUndang-Undangan, sosial budaya, situasi dan
kondisi negara tujuan, hak dan kewajiban TKI. Prosedur dan kelengkapan
dokumen penempatan TKI, biaya-biaya yang di bebankan kepada calon TKI dan
mekanisme pembayaran, serta persyaratan calon TKI.
Calon TKI yang akan mengikuti penyuluhan harus memenuhi syarat
berusia minimal 18 tahun, apabila peraturan negara tujuan menentukan usia
minimal lebih dari 18 tahun, memiliki kartu tanda penduduk, sehat mental dan
fisik yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Pendidikan sekurang-
kurangnya tamat SLTP atau sederajat. Memiliki keterampilan atau keahlian yang
di buktikan dengan sertifikat keterampilan yang dikeluarkan oleh lembaga
pelatihan yang diakreditasi oleh instansi yang berwenang. Memiliki surat izin dari
orang tua atau wali, suami atau istri, dan persyaratan lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di negara tujuan penempatan.5
PPTKIS bekerja sama dengan Mitra Usaha dan Perwakilan Luar Negeri
wajib mengurus kepulangan TKI sampai di bandara di Indonesia, dalam hal
perjanjian kerja telah berakhir dan tidak memperpanjang perjanjian kerja dan
TKI bermasalah, sakit atau meninggal dunia selama masa perjanjian kerja
sehingga tidak dapat menyelesaikan perjanjian kerja.
5 Muslan, Abdurrahman, Ketidak Patuhan TKI, Cet. Ke. 1, (Malang: UPT Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang 2006, hal 132-133
vii
Pengurusan dokumen calon TKI yang sangat birokratis menunjukan sikap
pemerintah yang dinilai tidak memberikan kemudahan kepada masyarakat yang
ingin bekerja ke luar negeri. Kondisi ini di perparah mengingat masih buruknya
kinerja birokrasi dalam pelaksanaan tugas pelayanan kepada masyarakat.
Sehingga tidak heran masyrakat yang ingin menjadi TKI ke luar negeri
lebih memilih jalan pintas yaitu meminta bantuan dari petugas lapangan untuk
mengurus persyaratan-persyaratan atau dokumen-dokumen untuk menjadi seorang
TKI, mengingat dalam menjadi seorang TKI sangat sulit dan terlalu lama dalam
proses pengurusannya.
Disatu sisi tidak adanya pasal dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun
2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri atau Undang-
Undang lain yang mengatur tentang sanksi mengenai petugas lapangan atau calo
tenaga kerja, sehingga banyak terjadi praktek perekrutan yang dilakukan secara
gelap (ilegal) oleh petugas lapangan selama ini.
Petugas lapangan adalah sebagai orang yang menjadi perantara dan
memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah. Menurut
Bapak Arif Wahyudi dan Bapak Komang kedudukan atau keberadaan petugas
lapangan di PPTKIS, khususnya di PT AMEASTARA RAYA yaitu
kedudukannya tidak resmi sebab tidak ada satupun aturan atau Undang-Undang
yang mengatur mengenai petugas lapangan tersebut. karena kedudukan petugas
lapangan di PPTKIS tidak resmi atau tidak terikan, akibatnya petugas lapangan
dapat membawa Calon TKI ke kantor PPTKIS mana saja selagi kantor PPTKIS
tesebut menguntungkan baginya.
viii
Pelaksanaan Perekrutan Tenaga Kerja Indonesia oleh Petugas Lapangan
dalam Penempatan TKI di Luar Negeri
Migrasi angkatan tenaga kerja ke luar negeri pada awalnya dikenal dengan
sebutan TKI (Tenaga Kerja Indonesia), yang mendapat sebutan sebagai TKI
adalah laki laki.6 Namun, hal tersebut mengalami pergeseran seiring dengan
perkembangan zaman. Ketika muncul angkatan kerja wanita ke luar negeri, maka
munculah istilah baru yang disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW)
Untuk bekerja sebagai TKI/TKW ke luar negeri tidaklah mudah. Banyak
persyaratan yang harus dipenuhi, selain itu proses yang harus dilalui juga tidak
semudah yang dibayangkan. Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 39 Pasal
10 Tahun 2004, bahwa penempatan TKI dilakukan oleh lembaga pelaksana yang
terdiri dari PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta) dan instansi pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang penempatan TKI ke luar negeri.
Selain dilakukan oleh aparat instansi resmi pemerintah, penyaluran tenaga
kerja Indonesia ke luar negeri untuk menjadi TKI maupun TKW juga melibatkan
petugas lapangan dalam proses di dalamnya. Baik petugas lapangan yang
ditunjuk oleh PPTKIS resmi maupun prtugas lapangan yang sifatnya ilegal.
Beberapa PPTKIS membutuhkan jasa petugas lapangan untuk memenuhi
tuntutan akan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kurun waktu
tertentu.Keterbatasan PPTKIS terutama dalam hal tenaga lapangan menyebabkan
perusahaan yang bersangkutan harus tergantung pada jasa petugas lapangan yang
berarti juga “menggadaikan” kreadibilitas perusahaannya. Jalan ini diambil karena
6 Irwan Abdullah, Sangkan Paran Gender, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003, .hlm. 174
ix
jika dalam batas waktu yang telah ditentukan perusahaan tidak mampu memenuhi
kebutuhan akan petugas lapangan, maka resiko denda pun juga terpaksa harus
dihadapi. Untuk itu, dalam berbagai proses perekrutan oleh petugas lapangan
yang bertindak sebagai petugas lapangan perusahaan tidak bertanggung jawab atas
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan karena dianggap sebagai
resiko calon tenaga kerja migran.7
Petugas lapangan adalah sebagai orang yang menjadi perantara dan
memberikan jasanya berdasarkan upah. Ada dua jenis petugas lapangan yaitu
petugas lapangan legal dan petugas lapangan ilegal. Petugas lapangan legal adalah
petugas lapangan yang identitas dirinya sudah terdaftar di Disnakertrans setempat
sedangkan petugas lapangan ilegal adalah petugas lapangan yang identitas dirinya
belum terdaftar di Disnakertrans setempat.
Berdasarkan hasil penelitian, pada orang yang pernah menjadi TKI/TKW
di luar negeri, dalam prosesnya dibantu oleh Petugas Lapangan. Baik yang
memilih jalur ilegal maupun jalur legal melalui PPTKIS sekalipun, tidak lepas
dari pada keterlibatan Petugas Lapangan. Oleh karananya dapat diketahui bahwa
petugas lapangan yang terlibat dalam proses penempatan TKI/TKW keluar negeri,
berperan dalam hal (1) proses perekrutan dan penyebaran informasi pada calon
buruh migran mengenai peluang kerja diluar negeri (2) membantu mengurus
dokumen yang diperlukan guna menjadi tenaga kerja di luar negeri serta
menawarkan jasa tenaga kerja kepada pengguna jasa tenaga kerja seperti PPTKIS/
langsung kepada majikan di negara tujuan. (3) Pendanaan awal bagi migran yang
7Abdullah Haris Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia. Yogyakarta:
2005.Pustaka Pelajar. Hal .69-70
x
tidak memiliki biaya dengan memberikan pinjaman, khususnya pada migran
ilegal.
Dampak Positif Maupun Negatif Petugas Lapangan dalam Merekrut Calon
TKI Ke Luar Negeri
Indonesia merupakan salah satu pengirim tenaga kerja Internasional
khususnya pekerja kasar dan pembantu rumah tangga (PRT) atau pekerja
domestik terbesar khususnya di kawasan Asia Tenggara. Fenomena migrasi
pekerja Indonesia ke luar negeri, sesungguhnya bukan lagi menjadi persoalan luar
biasa. Dari tahun ke tahun, arus migrasi tenaga kerja ke luar negeri semakin
meningkat termasuk tenaga kerja asal Indonesia sendiri.8 Peningkatan akan arus
migrasi oleh buruh migran di sertai pula dengan semakin meningkatnya kasus
yang di alami oleh buruh migran dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Pasal 10
Tahun 2004, bahwa penempatan TKI dilakukan oleh lembaga pelaksana yang
terdiri dari PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta) dan instansi pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang penempatan TKI ke luar negeri. Depnaker
seringkali lebih lambat menangani proses pengiriman tenaga kerja dibandingkan
lembaga-lembaga penyalur swasta. Akibatnya banyak lembaga-lembaga swasta
penyalur tenag kerja bersaing satu sama lain untuk mendapatkan penghasilan
maksimal dengan merekrut sebanyak mungkin tenaga kerja untuk di ekspor ke
luar negeri sebagai komoditi non migas yang sangat menguntungkan.
8Abdul Haris, 2003. Kucuran Keringat dan Derap Pembangunan (Jejak Migran dalam
Pembangunan Daerah). Yogyakarta: Pustaka pelajar. Hlm 29.
xi
Namun, pekerjaan merekrut orang sebanyak mungkin tidaklah mudah.
Dalam upaya merekrut tenaga kerja, lembaga-lembaga swasta penyalur tenaga
kerja pada umumnya membutuhkan peran calo tenaga kerja di dalamnya untuk
memudahkan transaksi. Di tambah lagi dengan tingginnya minat buruh migran
untuk bekerja menjadi TKI/TKW dan besarnya keuntungan dari kegiatan ekspor
impor tenaga kerja mengakibatkan adanya beberapa oknum masyarakat yang
mengambil keuntungan dalam prosesnya. Sehingga mengakibatkan
berkembangnya jalur-jalur alteratif informal (secara ilegal) dengan menggunakan
jasa petugas lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian, pada warga yang pernah bekerja sebagai
TKI/TKW di luar negeri secara ilegal maupun melalui PPTKIS (Pelaksana
Penempatan TKI Swasta), tidak lepas dari adanya keterlibatan petugas lapangan
dalam prosesnya. Hal ini membawa dampak tersendiri bagi TKI/TKW, baik dari
segi positif maupun negatif. (a) dampak positif, beberapa dampak positif yang
dirasakan oleh TKI/TKW dengan menggunakan jasa petugas lapangan
diantaranya karena prosedur yang dijalani, terasa lebih mudah dibandingkan jika
harus mengurus segala sesuatunya sendiri. Apalagi bila melalui pemerintah, yang
di rasa memakan waktu lama dan terlalu birokratis ada langkah-langkah yang
merasa menyulitkan bagi calon migran dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang relatif rendah (b) dampak negatif, peningkatan akan arus
migrasi oleh buruh migran di sertai pula dengan semakin meningkatnya kasus
yang di alami oleh buruh migran dari tahun ketahun. Berbagai kasus menarik
segera muncul, setelah kasus-kasus yang dialami pekerja Indonesia mencuat ke
xii
permukaan sebagai delik aduan tindak kejahatan atas nama pekerja yang terjadi di
negara tujuan. Akan tetapi ironisnya, kasus-kasus tersebut seringkali lenyap oleh
alasan kekerabatan antar negara-negara terkait. Ini berarti bahwa kasus-kasus
yang menimpa pekerja kita belum mendapatkan perhatian yang serius dari
pemerintah.9
Berikut diantaranya berbagai persoalan yang dihadapi oleh TKI/TKW
dengan menggunakan jasa petugas lapangan dalam perekrutannya, seperti tindak
penipuan,tindak pemerasan ,dan kekerasan fisik.
9Op Cit, Abdul Haris, hlm26
xiii
III. PENUTUP
SIMPULAN
Melihat dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Petugas
lapangan adalah sebagai orang yang menjadi perantara dan memberikan jasanya
untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah. Aturan hukum mengenai
kedudukan petugas lapangan di PPTKIS yaitu, Tidak ada aturan atau Undang-
Undang satupun yang mengatur mengenai petugas lapangan sehingga
kedudukannya di PPTKIS tidak resmi atau tidak terikat, oleh karenanya petugas
lapangan dapat membawa calon TKI ke kantor PPTKIS mana saja selagi kantor
PPTKIS tersebut menguntungkan baginya. (2) Pelaksanaan perekrutan Tenaga
Kerja Indonesia oleh petugas lapangan dalam penempatan TKI ke luar negri
sangat dominan dan penting dimana, sejak awal perekrutan di desa dan
pengurusan dokumen yang menjadi syarat untuk bekerja di luar negri menjadi
tanggung jawab petugas lapangan sepenuhnya hingga calon TKI/TKW sampai
pada pengguna jasa tenaga kerja (PPTKIS / majikan di negara tujuan). Hubungan
kekerabatan antara TKI/TKW dengan petugas lapangan juga memperkuat peran
petugas lapangan sebagai orang yang terlibat langsung dalam jaringan migrasi.
Karena pada umumnya petugas lapangan yang terlibat langsung dalam
penempatan TKI/TKW ke luar negri masih tinggal dalam satu kabupaten atau
kota dan tidak jarang memiliki hubungan keluarga serta dikenal baik oleh calon
TKI/TKW. Sehingga calon TKI/TKW percaya kepada petugas lapangan yang
membantunya.(3) Dampak positif maupun negatif terhadap petugas lapangan bagi
xiv
TKI/TKW sebagai berikut:(a) Dampak positifnya adalah proses yang dilalui untuk
menjadi tenaga kerja di luar negri dapat berjalan dengan mudah, lancar, dan cepat
dibandingkan jika harus mengurus segala sesuatunya sendiri.(b) Dampak
negatifnya adalah muncul berbagai persoalan sejak perekrutan hingga kepulangan
ke tanah air (tindak penipuan, pemerasan, dan kekerasan fisik). Terlebih lagi bagi
TKI/TKW yang dalam prosesnya melalui petugas lapangan sepenuhnya (ilegal),
statusnya dinegara tujuan adalah tidak diakui dan tidak memiliki hak perlindungan
tenaga kerja karena dokumen tidak lengkap sehingga sewaktu-waktu dapat
ditangkap oleh pihak yang berwenang di negara tujuan.
SARAN
Pemerintah sudah sepatutnya untuk membuat peraturan terkait petugas
lapangan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti tindak penipuan,
ekploitasi, tindak kekerasan serta pemerasan seperti yang yang dialami oleh
TKI/TKW yang menggunakan jasa petugas lapangan secara ilegal.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah, Irwan. Sangkan Peran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.
Abdurrahman, Muslan. Ketidak Patuhan TKI, Cet. Ke. 1, (Malang: UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang 2006).
Haris, Abdul. Kucuran Keringat dan Derap Pembangunan (Jejak Migran dalam
Pembangunan Daerah). Yogyakarta: Pustakapelajar. 2003.
________ , Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Husni, Lalu. Hukum Penempatan dan Perlindungan TIK, Progaram Pasca
Sarjana Universitas Brawijaya Malang, Malang, 2015.
Tunggal, Imam syahputra Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta,
Harfindo, 2007
Artikel
Wati Feri Kristiana, Peran Calo Tenaga Kerjadalam Proses Penyaluran
TKI/TKW ke Luar Negeri (Studi Kasus: di Desa Karangrowo Kecamatan
Undaan Kabupaten Kudus, Skripsi,UniversitasNegeri Semarang, 2011,
hlm. 2 – 6