jurnal ilmiah kewenangan jaksa sebagai penyidik tindak pidana … · 2019-01-14 · 2 halaman...
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH
KEWENANGAN JAKSA SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG (TPPU) DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
SEBAGAI TINDAK PIDANA ASALNYA
Program StudiIlmuHukum
Oleh:
ANGGA APRILLUAN R
D1A 212 043
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2017
2
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
KEWENANGAN JAKSA SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG (TPPU) DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
SEBAGAI TINDAK PIDANA ASALNYA
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh:
ANGGA APRILLUAN R
D1A 212 043
Menyetujui,
3
KEWENANGAN JAKSA SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA PENCUCIAN
UANG (TPPU) DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI SEBAGAI TINDAK
PIDANA ASALNYA
Angga Aprilluan R
D1A 212 043
ABSTRAK
Fakultas Hukum Universitas Mataram
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai kewenangan jaksa sebagi
penyidik dalam Tindak pidana Pencucian Uang (TTPU), dan mengenai penyidikan
tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh kejaksaan. Tujuan dari penelitian
ini yaitu Untuk mengetahui kewenangan kejaksaan dalam tindak pidana pencucian
uanag (TTPU), dan untuk mengetahui penyidikan tindak pidana pencucian uang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian normatif. Bahwa
Kejaksaan merupakan salah satu lembaga Negara yang memiliki wewenang
melakukan penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Tindak Pidana
Asalnya yaitu Tindak Pidana korupsi, sebagaimana ditentukan dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang. Dan Proses penyidikannya adalah : Memperoleh sumber
tindakan penyidikan, Penerbitan Surat Perintah Penyidikan dan Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan , Pemanggilan Saksi, Ahli dan Tersangka ,Pemeriksaan
Saksi, Ahli atau Tersangka, TindakanPenggeledahan dan/atauPenyitaan, Tindakan
Penahanan Tersangka , Pelimpahan Berkas Perkara Hasil Penyidikan.
Kata Kunci : Kewenangan Jaksa, Proses Penyidikan oleh Kejaksaan
The authority of the prosecutor as Money laundering investigator In a criminal act of
corruption as a criminal offense origin ABSTRACT
Problems in this research that is Regarding the authority of the prosecutor As
a Money Laundering Criminal Investigator and About the investigation of money
laundering crime Conducted by the prosecutor's office. The purpose of this research
is To find out the authority of the prosecutor in the crime of money laundering, and
To know the investigation of money laundering crime. The method used in this
research is Normative research methods. That the AGO is one of the State institutions
Which has the authority to conduct a Money Laundering Criminal Investigation with
The Crime of Origin is the Crime of corruption, As provided in the Act number 8
year 2010 about Prevention and Eradication of Money Laundering Crime. The
process of investigation is Obtained source of investigative action, Issuance of
Investigation Order and Notice of Commencement of Investigation, Calling
witnesses, Expert and Suspect, Examination of witnesses,Expert or suspect, Search
and seizure, Suspect Detention Measures, Submission of investigation file.
Keywords: Authority of Attorney, Process of Inquiry by Public Prosecutor
i
I. PENDAHULUAN
Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan salah satu tindak pidana yang sering
terjadi di Indonesia dan juga yang sering ditangani oleh lembaga-lembaga penegak
hukum di Indonesia, dimana tindak pidana pencucian uang ini biasanya berasal dari
tindak pidana korupsi atau pun tindak pidana lainnya. Namun di Indonesia tindak
pidana pencucian uang ini lebih banyak berasal dari tindak pidana korupsi, hal ini
terjadi untuk menutupi kejahatan korupsi yang telah dilakukan oleh orang-orang yang
telah melakukan kejahatan korupsi tersebut. Tindak pidana korupsi telah
menimbulkan kerusakan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan
Negara sehingga memerlukan penanganan yang luar biasa.Kejaksaan sebagai salah
satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan
peraturan hukum tertinggi, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme.Kejaksaan Republik
Indonesia (Kejaksaan) merupakanbagian dari Sistem Peradilan Pidana atau Criminal
Justice System di Indonesia.Peranan kejaksaan dalam sistem peradilan pidana sangat
sentral karena kejaksaan merupakan lembaga yang menentukan apakah seseorang
harus diperiksa oleh pengadilan atau tidak. Jaksa pula yang menentukan apakah
seorang tersangka akan dijatuhi hukuman atau tidak melalui kualitas surat dakwaan
dan tuntutan yang dibuat.Dalam Undang-undang Kejaksaan, Kejaksaan Republik
Indonesia sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka,
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2
ii
ayat 2 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004). Selain berwenang pada tahap
peuntutan kejaksaan juga berwenang pada tahap penyidikin hanya saja, kewenangan
ini hanya untuk tindak pidana tertuntu saja, hal tersebut diatur dalam penjelasan
Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Berdasarkandariuraianlatarbelakangtersebutdapatdapatdiangkatrumusanmasalah
sebagai berikut :1. Bagaimana kewenangan jaksa sebagi penyidik dalam Tindak
pidana Pencucian Uang (TTPU)? 2. Bagaimana penyidikan tindak pidana pencucian
uang dengan tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana asal yang dilakukan oleh
kejaksaan?
Tujuan yang hendakdicapaidalampenelitianini adalah untuk mengetahui
kewenangan jaksa sebagai penyidik tindak pidana pencucian uang (TTPU), serta
untuk mengetahui penyidikan tindak pidana pencucian uang dalam tindak pidana
korupsi sebagai tindak pidana asal yang dilakukan oleh kejaksaan.Adapunmanfaat
yang hendakdicapai dalam penelitian ini adalah secara akademisi untuk memenuhi
persyaratan menyelesaikan studi Strata Satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas
Mataram, secara teoritis dapat bermanfaat bagi Peneliti dan bagi peneliti lainnya yang
mengkaji tentang kewenangan jaksa sebagai penyidik tindak pidana pencucian uang
dalam tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana asalnya, secara praktis informasi
yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
informasi tambahan bagi lembaga yang berwenang dalam rangka sosialisasi
kewenangan jaksa sebagai penyidik tindak pidana pencucian uang.
iii
Jenispenelitiandalam penelitian hukum ini adalah penelitian hukum
Normatif.Metode pendekatan yang digunakanadalahpendekatan perundang-undangan
(statute approach), pendekatan konseptual (conseptual approach). JenisBahanhukum
yang digunakanadalahbahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier.Teknikpengumpulanbahan hukum dalampenelitianiniadalah, dengan
“Study Document” dengan mengadakan penelaahan kepustakaan (library
research).Analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan penafsiran-penafsiran hukum, yaitu penafsiran gramatikal, Penafsiran
sistematis, dan penafsiran autentik. Dengan menggunakan berbagai penafsiran di atas,
kemudian menghubungkan dengan teori-teori yang berhubungan dengan masalah,
dan akhirnya menarik suatu kesimpulan yang disusun secara deduktif yaitu
menyimpulkan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus,
untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
iv
II. PEMBAHASAN
Kewenangan Jaksa Sebagai Penyidik dalam Tindak pidana Pencucian Uang
(TTPU)
Dibidang pidana kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang antara lain
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan Undang-
undang. Kewenangan dalam ketentuan tersebut sebagaimana diatur misalnya
dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Pada waktu HIR masih berlaku sebagai
hukum acara pidana di Indonesia, penyidikan dianggap bagian dari penuntutan.
Kewenangan yang demikian menjadikan Penuntut Umum (Jaksa) sebagai
koordinator penyidikan, bahkan Jaksa dapat melakukan sendiri
penyidikan.Berdasarkan Undang-undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Kejaksaan menjadi salah satu
lembaga penegak hukum yang diberikan kewenagan untuk melakukan penyidikan
tindak pidana pencucian uang. Namun demikian kewenagan jaksa untuk melakukan
penyidikan tindak pidana pencucin uang ini memiliki batasan berupa tindak pidana
pencucian uang yang tindak pidana asalnya berupa tindak pidana korupsi. Pengaturan
v
tentang hal ini merunjuk padaketentuan Pasal 74 yang formulasinya adalah sebagai
berikut :1
“ Penyidik Tindak Pidana pencucian Uang dilakukan oleh penyidik tindak
pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan
perundang-udangan, kecuali ditentukan lain menurut Undang-Undang ini.”
Pemaknaan bahwa penyidik kejaksaan berwenang melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana pencucian uang mendasarkan pada formulasi Pasal 74 yang
menyebutkan bahwa “penyidik tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum
acara dan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dengan formulasi ini dapat
dimaknai bahwa mengingat penyidik kejaksaan mempunyai kewenagan untuk
melakukan penyidikan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No.31 Tahun 1999 jo 20 Tahun 2001 demikian juga sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan. Pemaknaan bahwa
penyidik berwenang melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang dengan
tindak pidana asal berupa korupsi ini semakin diperkuat dengan penjelasan Pasal 74
yang secara tegas menyebutkan kejaksaan yang formulasi lengkapnya adalah sebagai
berikut:2
Yang dimaksud dengan “penyidik tindak pidana asal” adalah pejabat dari
instansi yang oleh Undang-Undang diberi kewenangan melakukan penyidikan
yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, KPK, BNN, serta
Direktorat Jendral Pajak dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai Kementerian
Keuangan Republik Indonesia. Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan
penyidikan tindak pidana pencucian uang apabila menemkan bukti permulaan
1Indonesia, Undang-Undang Nomor8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian
UangPasal 74 2Indonesia, Pejelasan atas Undang-Undang Nomor8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana
Pencucian UangPasal74
vi
yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan
penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya.
Dengan demikian jelas kiranya bahwa dalam penjelasan Pasal 74 menyebutkan
tentang kejaksaan sebagai lembaga yang memiliki kewenagan untuk melakukan
penyidikan tindak pidana pencucian uang .Didalam memperjelas mengenai
kewenangan Jaksa dalam penanganan tindak pidana pencucian uang maupun
tindak pidanakorupsi dan yang mendasari kewenangannya tersebut, maka akan
dijelaskan berdasarkan fungsi dan kewenangannya tersebut secara terpisah.Dalam
kaitannya dengan penyidikan tindak pidana korupsi, selain sebagai lembaga
penuntut umum, kejaksaan bertindak sebagai lembaga penyidik.Ketentuan yang
mendasari hal tersebut adalah Pasal 284 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berbunyi: 3
”Dalam waktu dua tahun setelah undang-undang ini diundangkan,
maka terhadap semua perkara diberlakukan ketentuan undang-undang
ini, dengan pengecualian untuk sementara mengenai ketentuan khusus
acara pidana sebagaimana disebutkan pada Undang-Undang tertentu, sampai
ada perubahan dan atau dinyatakan tidak berlaku lagi.”
Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 16 tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia beserta penjelasannya, dan Pasal 17 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP beserta
penjelasannya, kejaksaan berwenang untuk menyidik tindak pidana korupsi.Di
satu sisi, KUHAP memisahkan fungsi penyidikan dan penuntutan, kecuali terhadap
tindak pidana tertentu (Tindak Pidana Ekonomi dan Tindak Pidana Korupsi),
3Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Pasal 284 ayat (2)
vii
namun di sisi lain, dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, kejaksaan
juga diberikan kewenangan untuk menyidik tindak pidana pencucian uang
(sebagaimana diatur dalam Pasal 74), hal tersebut menunjukkan eksistensi
kewenangan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana tertentu yang ditentukan oleh
Undang-undang.
Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Korupsi
Sebagai Tindak Pidana Asal yang dilakukan oleh Kejaksaan
Target sebuah penyidikan dalam suatu tindak pidana adalah penemuan bukti
dan dari bukti yang diketemukan diharapkan dapat diketemukan adanya tindak pidana
sekaligus tersangkanya. Dalam penyidikan yang berkait dengan TPPU pada
umumnya dan TPPU korupsi pada khususnya, maka penyidik dapat memperoleh
sumber tindakan dari 3 jalur :4 1. Apabila PPATK menemukan indicatoradanya
transaksi mencurigakan maka lembaga ini akan memberikan laporan kepada
penyidik; 2. Penyidik memperoleh laporan dari masyarakat adanya dugaan TPPU; 3.
Dari hasil pengembangan penyidikan pada tindak pidana asal yaitu tidak pidana
korupsi yang perkaranya tengah disidik dan atau telah selesai disidik oleh penyidik
tindak pidana asal.
4Jurnal Penelitian Hukum De Jure,Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam
UpayaPenarikan Asset (Criminal Act of Money Laundering in order to Withdraw Asset), edisi Maret
2016, diakses 1 Mei 2017
viii
Dari sumber tindakan tersebut maka penyidik akanmemulai langkah penyidikan
terhadap TPPU korupsi. Mengenai langakah penyidikan terhadap TPPU dengan
Tindak Pidana Korupsi sebagai Tindak Pidana Asal yang dilakukan oleh Kejaksaan
dapat dilihat dalam Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor:PERJA-39
/A/JA/10/2010Tentang Tata Kelola Administrasidan Teknis Penanganan Perkara
Tindak Pidana Khusus, yaitu sebagai berikut :
Penerbitan Surat Perintah Penyidikan dan Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan
Dalam hal penerbitan surat perintah penyidikan dan Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan ini kepala sub tindak pidana dan datun paling lama 1 (satu)
hari sejak serah terima berkas hasil penyelidikan, membuat laporan terjadinya tindak
pidana (P-7) dan mengusulkan nama-nama Tim Penyidik dalam konsep surat perintah
penyidikan dan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan kepada Kepala Cabang
Kejaksaan Negeri. Setelah menerima konsep surat perintah penyidikan kepala cabang
kejaksaan negeri menandatangani kosep surat tersebut (P-8).
Pemanggilan saksi, ahli dan tersangka
Anggota tim penyidik atas perintah koordinator tim membuat konsep nota dinas
usulan pemanggilan saksi, ahli dan tersangka untuk dilakukan pemeriksaan dan dalam
konsep nota dinas pemanggilan tersebut harus memuat alasan singkat pemanggilan
dan kesaksiaan/data/keahliaan yang akan diperoleh, kepada kepala sub tindak pidana
ix
dan datun. Kepala sub tindak pidana dan datun pada hari diterimanya konsep nota
dinas pemanggilan saksi,ahli atau tersangka meneruskan kepada kepala cabang
kejaksaan negeri disertai konsep surat pemanggilan saksi atau tersangka (P-9), surat
bantuan keterangan ahli (P-10) atau konsep surat bantuan panggilan saksi atau ahli
(P-11). Dalam hal kepala cabang kejaksaan negeri telah menandatangani surat
tersebut maka selanjutnya kepala sub seksi tindak pidana dan datun mengkoordinasi
staf untuk mendistribusikan kepada kurir untuk di antar kepada yang bersangkutan.
Pemeriksaan saksi,ahli dan tersangka
Tim penyidkan melakukan pemeriksaan secara profesional dan proporsional.
Pemeriksaan tersangka dilakukan oleh penyidik dengan didampingi penasehat hukum
dan penyidik wajib menanyakan apakah tersangka meminta untuk diperiksa saksi
yang menguntungkan dirinya.Dalam hal pemeriksaaan ahli yang dihadirkan oleh
tersangka dilakukan oleh penyidik dengan pertanyaan-pertanyaan diajukan oleh
tersangka, dan dalam hal pemeriksaan saksi dapat di dampinggi oleh penasehat
hukum atau seijin tim penyidikan
Tindakan penggeledahan dan/atau penyitaan
Anggota tim penyidik atas perintah koordinator tim membuat konsep nota dinas
usulan tindak penggeledahan/penyitaan, kepada kepala sub tindak pidana dan datun,
usulan tersebut harus memuat alasan yuridis tindakan itu dilakukan, dan untuk
keamana maka penyidik dapat meminta pengamanan oleh pihak kejaksaan dan/atau
kepolisian. Kepala Sub Seksi Tindak Pidana dan Datun meneruskan usulan tindakan
x
penggeledahan/penyitaan kepada Kepala Cabang Kejaksaan Negeri, pada hari
diterimanya usulan disertai konsep Surat Perintah Penggeledahan/Penyitaan (B-4)
dan konsep Surat Permohonan Persetujuan/Ijin kepada Ketua Pengadilan Negeri (B-
1) serta konsep surat permohonan pengamanan tindakan penggeledahan/penyitaan
(Pidsus-20C).
Tindakan Penahanan Tersangka
Anggota tim penyidik atas perintah koordinator tim membuat konsep nota dinas
usulan tindakan penahanan tersangka/para tersangka, kepada Kepala Sub Tindak
Pidana dan Datun. Usulan tersebut harus memuat alasan yuridis tindakan itu
dilakukan, dapat diusulkan pula permintaan pengamanan tahanan dari pihak
keamanan dalam Kejaksaan Republik Indonesia dan/atau dari Kepolisian Republik
Indonesia.Kepala Sub Seksi Tindak Pidana dan Datun, dalam waktu paling lama 1
(satu) hari meneruskan usulan tersebut kepada Kepala Kejaksaan Negeri disertai
konsep surat perintah penahanan dan surat permohonan pengawalan tahanan.
Kemudian Kepala Cabang Kejaksaan Negeri pada hari diterima usulan tersebut
menandatangani surat perintah penahanan.Penahanan ditingkat penyidikan hanya
berlaku paling lama 20 hari, apabila dalam waktu 20 hari penyidik belum juga
menyelesaikan proses penyidikan maka penyidik dapat meminta perpanjangan waktu
penahanan, Perpanjangan penahanan tersangka pada tahap penyidikan dapat
xi
dilakukan oleh:5 a. Penuntut Umum dengan menerbitkan surat perpanjangan
penahanan atas permintaan penyidik; b. Ketua Pengadilan Negeri dengan
menerbitkan penetapan Perpanjangan Penahanan atas dasar permintaan penyidik dan
laporan hasil pemerikasaan tingkat penyidikan
Pelimpahan Berkas Perkara Hasil Penyidikan
Tim Penyidikan membuat nota dinas pengiriman berkas perkarakepada Tim
Penuntutan ditembuskan kepada Kepala Cabang Kejaksaan Negeri dan Kepala Sub
Seksi Tindak Pidana dan Datun. Setelah nota dinas pengiriman berkas perkara
ditandatangani, Tim Penyidikan menyerahkan berkas perkara kepada Tim
Penuntutan.
5Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PERJA-39/A/JA/10/2010 Tentang Tata
Kelola Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus, Pasal 721 ayat 1
xii
III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun maka dapat
disimpulkan: 1. Kejaksaan merupakan salah satu lembaga Negara yang memiliki
wewenang melakukan penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Tindak
Pidana Asalnya yaitu Tindak Pidana korupsi, sebagaimana ditentukan dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2010Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang dalam Pasal 74,Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia dalam Pasal 30 huruf d . 2. Proses penyidikan
Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Korupsi Sebagai Tindak
Pidana Asal yang dilakukan oleh Kejaksaan berdasarkan Peraturan Jaksa Agung
Nomor PER- 039/A/JA/10/2010 Tentang Tata Kelola Administrasi dan Teknis
Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus,sebagai berikut :a. Memperoleh sumber
tindakan penyidikan, dari : 1) Apabila PPATK menemukan indikator adanya
transaksi mencurigakan maka lembaga ini akan memberikan laporan kepada
penyidik. 2) Penyidik memperoleh laporan dari masyarakat adanya dugaan TPPU. 3)
Dari hasil pengembangan penyidikan pada tindak pidana asal yaitu tidak pidana
korupsi yang perkaranya tengah disidik dan atau telah selesai disidik oleh penyidik
tindak pidana asal. b. Penerbitan Surat Perintah Penyidikan dan Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan. c. Pemanggilan Saksi, Ahli dan Tersangka. d. Pemeriksaan
xiii
Saksi, Ahli atau Tersangka. e. TindakanPenggeledahan dan/atauPenyitaan. f.
Tindakan Penahanan Tersangka. g. Pelimpahan Berkas Perkara Hasil Penyidikan.
Saran
Perlu ditingkatkan koordinasi antar lembaga penegak hukum agar tidak ada
tumpang tindih terhadap penyelidikanmaupunpenyidikan tindak pidana pencucian
uangatas pidana asalnya, sehingga upaya pemberantasan tindak pidana pencucian
uang ataupun korupsi dapat berjalan dengan cepat dan terarah sesuai dengan yang
dicita-citakan.Perlu adanya penambahan jumlah anggota Jaksa di setiap daerah
sehingga tidak ada lagi hambatan penyelesaian tindak pidana pencucian uang ataupun
korupsi karena terbentur jaksa yang tidak mencukupi untuk melakukan penyelidikan
maupun penyidikan tindak pidana pencucian uang dan korupsi
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Jurnal Penelitian HukumDe Jure,Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang
Dalam Upaya Penarikan Asset (Criminal Act of Money Laundering in
order to Withdraw Asset), edisi Maret 2016
Peraturan –peraturan :
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER- 039/A/JA/10/2010
Tentang Tata Kelola Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara
Tindak Pidana Khusus
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)