jurnal penggunaan media sosial sebagai sarana … d1218045.pdf · yang dibuat dengan tujuan untuk...
TRANSCRIPT
JURNAL
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA CROWDFUNDING
(Studi tentang Penggunaan Twitter Please Do Your Magic sebagai Sarana
Penggalangan Dana melalui Twitter pada Akun @elzahsym)
Oleh:
Tsany Khoiriyah A
D1218045
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI NONREGULER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELASMARET
SURAKARTA
2020
2
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA CROWDFUNDING
(Studi tentang Penggunaan Twitter Please Do Your Magic sebagai Sarana
Penggalangan Dana melalui Twitter pada Akun @elzahsym)
Tsany Khoiriyah An Ni’mah
Monika Sri Yuliarti
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
"Twiter, Please Do Your Magic" is a sentence that was widely used in 2019 by
Twitter users. These sentences are often used as keywords for requests for help
among Twitter users. The forms of help requested also range from trivial things such
as retweet requests to donations. A lot of successful fundraisers using this sentence
eventually was used by some people as a mode of fraud. As a result, not all Twitter
users believe in crowdfunding using this phrase. Not all tweets that include the
phrase “Twiter, Please Do Your Magic” have succeeded in getting the engagement
they wanted. One of the successful ones is fundraising belonging to an account called
@elzahsym. Despite having a small following, her "Twiter, Please Do Your Magic"
tweet was able to get high engagement and collect lots of donors. This study aims to
examine and determine what elements are the causes of the success of @elzahsym's
"Twiter, Please Do Your Magic" tweet using the Stimulus-Response theory. The data
collection process in this study was carried out through interviews with informants
who had participated in Elza's fundraising project via Twitter and study of related
documents. The results of this study revealed that the elements that made
@elzahsym's “Twitter Please Do Your Magic” tweet managed to get high
engagement and successfully raised funds via Twitter is the quality of the content of
Elza's fundraising project, the credibility of the crowdfunding project and the
popularity of the project while the factors that encourage individuals to be involved
are: empathy, individual intrinsic motivation and the proximity of the area to the
project initiator.
Keywords: Social Media, Twitter, Crowdfunding
3
Pendahuluan
Perkembangan media sosial di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Dilansir oleh kompas.com, pengguna aktif media sosial di Indonesia pada
tahun 2020 mencapai 160 juta dengan penetrasi 59 persen dari total populasi
penduduk (Pertiwi, 2020). Bila dibandingkan dengan 2019, pada tahun ini pengguna
aktif media sosial di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 10 juta pengguna
(Haryanto, 2020). Sebanyak 56 persen pengguna internet di Indonesia menggunakan
internet untuk mengakses Twitter (Ramadhan, 2020). Twitter dimanfaatkan sebagai
sarana untuk bertukar pesan, berbagi informasi, dan berdiskusi. Penyebaran informasi
yang cepat dan ringkas menjadi karakteristik utama Twitter (Ratnasari, 2017).
Sifatnya yang conversational memungkinkan adanya interaksi antar sesama pengguna
Twitter.
Twitter juga dimanfaatkan untuk menarik perhatian warganet terhadap suatu
kegiatan atau kampanye yang dilakukan. Salah satunya yang sedang menjadi tren
pada tahun 2019 belakangan ini adalah kalimat “Twitter, Please Do Your Magic”
yang dibuat dengan tujuan untuk mengumpulkan retweets dan likes sebanyak
mungkin dengan harapan mendapatkan sorotan lebih. Tweet yang mengandung
kalimat “Twitter, Please Do Your Magic” biasanya merupakan permintaan bantuan
kepada sesama pengguna Twitter lainnya. Bentuk bantuan yang dibutuhkan pun
beragam. Ada yang membutuhkan bantuan dana untuk penyembuhan penyakit,
membantu ojek online yang mendapat orderan fiktif, mencari orang hilang, hingga
hal sepele seperti permintaan untuk mengedit sebuah foto. Tidak semua tweet yang
menggunakan kalimat “Twitter Please Do Your Magic” berhasil meraih engagement
dan tujuan yang diinginkan. Maraknya modus penipuan yang memanfaatkan empati
dari warganet melalui “Twitter Please Do Your Magic” mengurangi kepercayaan
terhadap setiap aksi donasi yang dilakukan melalui Twitter. Akibatnya, tidak semua
penggalangan dana yang memanfaatkan “Twitter Please Do Your Magic”
memperoleh donasi yang diharapkan.
4
Kehadiran teknologi membuat penggalangan dana menjadi lebih mudah dan
memiliki jangkauan yang lebih luas. Penggalangan dana melalui media sosial terbukti
lebih efektif dan mendapat dukungan yang luar biasa terlebih bila dilakukan saat
terjadi musibah atau bencana yang memakan banyak korban jiwa maupun harta
(Kurniawati & Abidin, 2003). Penggalangan dana online atau yang biasa disebut juga
sebagai crowdfunding merupakan kegiatan menggalang dana dengan memanfaatkan
web 2.0 dan internet yang dapat menciptakan komunikasi yang berkesinambungan
sehingga mampu mendayakan mobilisasi pengguna dalam jumlah besar dari
komunitas web spesifik dalam waktu yang relatif singkat (Tirdanatan dkk., 2014).
Penggalangan dana di Indonesia memiliki potensi yang besar. Masyarakat
Indonesia mempunyai rasa empati yang tinggi dalam hal saling membantu termasuk
gotong royong. Alasan lainnya ialah filantropi masyarakat Indonesia terbilang tinggi
terutama di bidang sosial (Adiansah dkk., 2016). Berdasarkan hasil laporan riset yang
dilakukan oleh Charities Aid Foundation (CAF) dalam CAF World Giving Index
tahun 2019 menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 besar negara yang
paling murah hati. Sebagian besar donasi berasal dari Asia dan Indonesia menduduki
peringkat atas (CAF World Giving Index, 2019).
Berdasarkan penelitian milik Aulia Fachri berjudul “Media Sosial sebagai
Sarana Pendukung Gerakan Sosial” menemukan fakta bahwa media sosial
memegang peranan penting dalam kesuksesan proyek sosial. Fachri meneliti
mengenai kampanye penggalangan dana pembangunan masjid Tolikara yang digagas
oleh Pandji Pragiwaksono, seorang standup comedian yang berhasil menggerakan
followersnya untuk ikut serta dalah kampanye tersebut. Sebuah penggalangan dana
melalui media sosial akan berhasil apabila komunikasi yang dilakukan efektif, yaitu
bagaimana isi pesan dapat dimengerti oleh komunikan (Fachri, 2016). Hasil
penelitiannya lainnya ialah milik Ghaffar Maulana berjudul “Pemanfaatan Media
Sosial Instagram Sebagai Sarana Penggalangan Dana (Fundraising) Oleh Lembaga
Aksi Cepat Tanggap Aceh” menjelaskan bahwa pemanfaatan media sosial yang
dilakukan oleh lembaga Aksi Cepat Tanggap dinilai ampuh dalam memengaruhi
5
masyarakat untuk berdonasi. Konten yang disampaikan berupa foto, video, dan
caption yang tepat mampu menarik simpati masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
penggalangan dana yang mengalami kenaikan setiap tahunnya (Maulana, 2019).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian studi kasus milik
akun bernama @elzahsym yang berhasil menggalang dana menggalang dana
menggunakan “Twitter Please Do Your Magic” untuk seorang ibu yang terkena
kanker. Akun ini dipilih karena berhasil meraih engagement yang tinggi
menggunakan kalimat tersebut sedangkan pada tanggal yang sama, muncul beberapa
tweet “Twitter Please Do Your Magic” namun gagal menarik perhatian pengguna
Twitter seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.2. Tweet “Twitter Please Do Your
Magic” milk @elzahsym mendapatkan 23,2 ribu retweets, 11,5 ribu likes dan 223
balasan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.3. Berdasarkan pengamatan penulis
melalui website kitabisa.com (2020), kampanye penggalangan dana milik @elzahsym
berhasil menghimpun dana sebesar Rp180.710.950 dari 4.087 donatur. .
Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif di mana unsur
yang akan dikaji dalam proses analisis penelitian ini adalah isi tweet yang berperan
sebagai stimulus dan pengguna twitter yang melakukan retweet, like, membalas tweet
“Twitter Please Do Your Magic” milik @elzahsym hingga berdonasi sebagai respon
dari strimulus yang diberikan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dituliskan di atas, maka penelitian ini
berfokus pada rumusan masalah sebagai berikut:
1. Unsur apa sajakah yang membuat tweet “Twitter Please Do Your Magic” milik
@elzahsym berhasil mendapatkan engagement yang tinggi dan sukses
menggalang dana melalui Twitter?
2. Faktor apa sajakah yang membuat follower @elzahsym bersedia mengikuti tweet
dengan keyword “Twitter Please Do Your Magic”?
6
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communis, yang memiliki makna
“membuat kebersamaan” atau “membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih”. Communis artinya “berbagi” yang berarti berbagi pemahaman bersama
melalui pertukaran pesan (Soyomukti, 2012). Everett M Rogers mendefinisikan
komunikasi sebagai proses penyampaian suatu ide dari sumber (source) kepada satu
penerima atau lebih dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku mereka. Pada tahun
1948, Carl Hoveland mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses individu
mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain. Lalu pada
tahun berikutnya, Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi sebagai sebuah
bentuk interaksi yang saling memengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak
disengaja, dan tidak terbatas pada komunikasi verbal tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan seni dan teknologi (Fachri, 2016).
Cassandra L book dalam bukunya yang berjudul “Human Communinocation”
menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi berupa proses simbolik yang
menghendaki individu mengatur lingkungannya dengan; (a) membangun hubungan
antar sesama manusia, (b) melalui pertukaran informasi, (c) untuk menguatkan sikap
dan perilaku orang lain, (d) dan berusaha mengubahnya. Lasswell mengatakan cara
terbaik untuk menjelaskan definisi komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan
“who says what in which channel with what effect?” (Effendy, 2017). Berdasarkan
definisi milik Lasswell, dapat dikatakan bahwa komunikasi memiliki lima unsur,
yaitu: komunikator/sumber (who), pesan (says what), media/saluran (which channel),
dan efek (with what effect). Menurut Effendy, pesan yang disampaikan dalam
komunikasi memiliki beberapa tujuan, yakni:
a To change the attitude (untuk mengubah sikap)
b To change the opinion (untuk mengubah opini)
c To change the behaviour (untuk mengubah tingkah laku)
7
2. Efek Komunikasi
Sebuah efek komunikasi berhubungan dengan pesan yang diterima oleh audiens.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa audiens dapat merasakan efek apabila
sebuah pesan telah menerpa dirinya. Stamm dan Bowes membagi efek komunikasi
massa menjadi dua bagian yaitu efek primer dan sekunder. Efek primer berupa
pengaruh pesan pada perhatian, terpaan, dan pemahaman sedangkan efek sekunder
berpengaruh pada perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan
perubahan perilaku (menerima dan memilih) (Nuruddin, 2013).
Di dalam penelitian ini, terjadi efek komunikasi akibat pesan “Twitter Please
Do Your Magic” yang disampaikan oleh @elzahsym berupa tindakan retweet, like
hingga pemberian bantuan donasi. Tweet milik @elzahsym dianggap sebagai
stimulus yang mendorong pengguna Twitter lain merespon pesan yang disampaikan
kepada mereka melalui platform Twitter. Oleh karena itu, teori yang digunakan pada
penelitian ini berupa teori Stimulus-Respon. Stimulus-Respon merupakan bentuk
komunikasi sederhana di mana efek merupakan hasil reaksi terhadap stimulus
tertentu. Model komunikasi ini dapat dipahami berupa adanya keterkaitan antara
pesan pada media dan reaksi audiens. Elemen utama dari stimulus respon antara lain
(Djamal & Fachrudin, 2011) : Stimulus (pesan), penerima, efek (respon).
Asumsi dasar yang dapat dilihat dari Stimulus-Respon adalah segala bentuk
pesan yang disampaikan baik verbal dan non verbal dapat menimbulkan respon. Jika
kualitas rangsangan stimulus yang diberikan baik akan sangat besar pengaruhnya
terhadap respon yang ditimbulkan. Individu yang ada dalam komunikasi tersebut
dapat ikut memengaruhi munculnya respon. Stimulus yang disampaikan kepada
komunikan dapat diterima atau ditolak. Perhatian dari komunikan akan memengaruhi
proses komunikasi. Respon merupakan reaksi penolakan atau persetujuan dari diri
seseorang setelah menerima pesan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
respon merupakan kecenderungan seseorang untuk memberikan pemusatan perhatian
8
pada sesuatu di luar dirinya karena ada stimuli yang mendorong. Respon juga dapat
diartikan sebagai suatu tanggapan, reaksi atau jawaban (Purwadinata, 1999).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa respon muncul akibat adanya proses
berpikir dan memperhatikan terhadap obyek, proses tersebut menimbulkan kesadaran
individu terhadap suatu objek. Pada tahap ini individu akan memberikan perhatian
lebih tentang sesuatu yang disukainya sesuai dengan pengalaman yang didapatkan,
dan ia sadar terhadap objek yang dihadapi tersebut. Secara umum akibat atau hasil
mencakup tiga aspek, yaitu: Kognitif, Afektif, Konatif. Efek kognitif berhubungan
dengan pengetahuan yang melibatkan proses berfikir, memecahkan masalah, dan
dasar keputusan. Efek afektif berhubungan dengan rasa suka atau tidak suka, opini,
sikap. Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku atau tindakan (McQuail,
2011).
3. New Media
Media baru adalah istilah yang muncul akibat adanya teknologi berupa
komputer, internet, teknologi komunikasi digital. Secara sederhana media baru
merupakan media yang terbentuk dari adanya interaksi manusia dengan teknologi
berupa komputer, smartphone, dan internet. New media adalah sebuah media yang
memfasilitasi interaksi antara pengirim dan penerima (McQuail, 2011). Adanya
internet memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi. Internet merupakan
sebuah jaringan longgar yang terdiri dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan
orang di seluruh dunia (Fachri, 2016).
Rogers, et. al dalam bukunya yang berjudul Research Methods and the New
Media menjelaskan tiga dimensi yang dimiliki oleh media baru, yaitu: interactivity,
de-massification, dan asynchronous. Interaktifitas adalah kemampuan pengguna
untuk dapat bertukar pesan dan dapat berbicara balik seperti sedang berada dalam
sebuah percakapan langsung. Sedangkan de-massification memiliki makna pesan
yang dipertukarkan dapat dikirimkan kepada individu secara khusus meskipun
melibatkan partisipan dalam jumlah yang massal. Hal ini dapat memiliki arti bahwa
9
pengendalian atau kontrol pesan yang dimiliki oleh produsen pesan kepada konsumen
pesan. Asynchronous berarti kemampuan yang dimiliki oleh teknologi komunikasi
baru untuk mengirimkan pesan sesuai dengan waktu yang dikehendaki (Rahardjo,
2017).
4. Media Sosial
Media sosial (social media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara
online yang terjadi di dunia maya melalui internet. Para pengguna (user) media social
berinteraksi, berkomunikasi, saling berkirim pesan, dan saling berbagi (sharing).
Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah aplikasi
berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0 dan
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content” (Kaplan dkk.,
2010). Boyd mengungkapkan bahwa media sosial adalah sekumpulan perangkat
lunak yang memungkinkan individua tau kelompok untuk berkumpul, berbagi,
berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu dapat saling berkolaborasi ataupun bermain.
Media sosial memiliki kekuatan pada User Generated Content (UCG) di mana
konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di sebuah instansi
media massa (Fachri, 2016).
Media sosial telah digunakan sebagai sarana bertukar informasi antar sesame
penggunanya. Pesan yang disampaikan melalui media sosial dapat diterima dengan
cepat karena proses pertukaran pesan berlangsung secara real time. Komunikasi yang
terjalin dalam media sosial adalah komunikasi dua arah di mana pengguna dapat
menerima umpan balik secara langsung saat itu juga. Berkomunikasi melalui media
sosial tidak memakan banyak biaya dibandingkan melalui media konvensional seperti
surat, ataupun telepon. Media sosial hanya membutuhkan perangkat komunikasi dan
jaringan internet. Media sosial terdiri dari tiga hal, yaitu Sharing, Collaborating dan
Connecting (Puntoadi, 2011).
Media sosial juga memiliki sifat penyebaran (share/sharing), Benkler
10
mengatakan bahwa medium sharing tidak hanya menghasilkan konten yang
diproduksi dari dan dikonsumsi oleh penggunanya tetapi juga didistribusikan
sekaligus oleh penggunanya. Sharing yang dilakukan melalui media sosial seringkali
menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh aplikasi. Pada hal ini adalah adanya
fitur retweet yang memudahkan pengguna untuk menyebarkan konten yang ia terima
(Fachri, 2016).
5. Penggunaan Media Sosial
Penggunakan media adalah cara khalayak dalam mengonsumsi media, dengan
beberapa indikator (Rohanawati, 2013), yaitu:
a frekuensi, tingkat keseringan individu menggunakan media
b intensitas, tingkat kedalaman terhadap isi media
c durasi, lamanya waktu yang digunakan dalam bermedia sosial
Dalam jurnal yang berjudul ” Examining Maslow’s Hierarchy Need Theory in the
Social Media Adoption” menyebutkan adanya hubungan antara teori hierarki
kebutuhan milik Mascow dengan penggunaan sosial media. Hierarki kebutuhan
menurut Maslow (Ghatak & Singh, 2019), antara lain:
a Physiological, hal ini berkaitan dengan kebutuhan akan sandang, pangan, papan
atau kebutuhan dasar manusia
b Safety, kebutuhan akan keamanan, keselamatan, dan stabilitas. Misalnya
pekerjaan tetap akan memberikan stabilitas dan kehidupan yang terjamin bagi
seseorang
c Love and Belonging (LB), merupakan kebutuhan akan rasa kasih sayang dan
saling memiliki serta ikatan dengan orang lain
d ES, hal ini berkaitan dengan kebutuhan akan pengakuan dari orang lain seperti
kepercayaan diri dan pujian yang diterima
e Self-actualization (AC), level ini menjelaskan kebutuhan seseorang untuk
berkembang (aktualisasi diri)
Hasil riset yang dilakukan Ghatak dan Singh menyimpulkan bahwa kebutuhan
11
akan Love and Belonging, ES, dan self-actualization menjadi faktor yang mendorong
seseorang untuk menggunakan media sosial. Pada dasarnya, setiap individu
menggunakan media dengan membedakan sedikitnya empat aspek penggunaannya
(Rohanawati, 2013), yaitu:
a Jumlah penggunaan, waktu yang dihabiskan atau konten apa saja yang
dikonsumsi pada media yang digunakan
b Jenis atau genre konten yang disukai dari media yang dipilih
c Tipe hubungan akan muncul sesuai dengan isi yang digunakan
d Jenis konteks menggunakan media, sendiri atau dengan oranglain dalam
menggunakan media, sebagai kegiatan primer atau sekunder
6. Crowdfunding
Istilah Crowdfunding berasal dari kata “crowd‟ yang berarti ramai dan
“funding‟ yang artinya pendanaan, dengan kata lain crowdfunding merupakan
metode pengumpulan dana yang dilakukan secara patungan. Bahasa Indonesia sejak
lama memiliki istilah “patungan” atau “urunan” untuk menyebut proses pengumpulan
dana bernominal kecil dari banyak individu. Hal ini memungkinkan orang-orang
untuk mendapatkan dana tanpa melalui pinjaman sama sekali (Putri, 2019). Istilah ini
awalnya dipopulerkan oleh Michael Sullivan dalam peluncuran sebuah website
bernama Fundavlog pada bulan Agustus 2016. Sebelumnya, crowdfunding lebih
dikenal dengan istilah crowdsourcing yang mendeskripsikan proses untuk
mendapatkan uang dari kerumunan orang melalui komunitas internet (Tirdanatan
dkk., 2014).
Crowdfunding tidak berbeda dengan penggalangan dana tradisional (atau
dikenal sebagai fundraising). Perbedaan crowdfunding dengan fundraising terletak
dari cara mengumpulkan donasi atau penggalangan dana. Crowdfunding
memanfaatkan web 2.0 dan internet yang dapat menciptakan komunikasi yang
berkesinambungan sehingga mampu mendayakan mobilisasi pengguna dalam jumlah
besar dari komunitas web spesifik dalam waktu yang relatif singkat. Prinsipnya, siapa
12
saja yang terhubung melalui internet dapat mengakses web crowdfunding dan
mengumpulkan dana untuk suatu proyek yang mewakili common interest yang sama.
Dalam crowdfunding, hal yang terpenting bukanlah jumlah donasi per orang
melainkan banyaknya orang yang ikut berpartisipasi, karena itulah kekuatan konsep
ini ada pada crowd atau orang banyak.
Ordanini mendefinisikan crowdfunding sebagai sebuah pengumpulan dana
bernominal kecil hingga sedang dari banyak orang untuk kepentingan tertentu yang
umumnya mampu menarik perhatian banyak orang (Tirdanatan dkk., 2014). Terdapat
empat aspek penting dalam melakukan crowdfunding menurut Maulana Irfan dalam
jurnalnya yang berjudul “Crowdfunding sebagai Pemaknaan Energi Gotong Royong
Terbarukan”, yaitu: perhatian, kepercayaan, kerjasama kolektif, dan pengumpulan
uang bersama. Dalam perhatian, sang penggalang dana harus mampu melakukan
“kampanye” supaya masyarakat memerhatikan proyek yang tengah dikerjakan.
Setelah mendapat atensi dari masyarakat, akan timbul kepercayaan kepada proyek
milik penggalang dana untuk melakukan suatu crowdfunding lalu muncullah
kerjasama untuk melakukan pengumpulan uang bersama.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini menggunakan
pendekatan studi kasus, yakni penelitian yang dilakukan terfokus pada suatu kasus
tertentu untuk diamati dan dianalisa dengan cermat secara tuntas. Kasus yang diteliti
dapat berupa kasus tunggal maupun jamak, menyangkut individu maupun kelompok.
Diperlukan analisis yang tajam terhadap berbagai faktor yang terkait dengan kasus
yang diteliti agar memperoleh kesimpulan yang akurat. Metode studi kasus
merupakan salah satu jenis pendekatan deskriptif yang dilakukan secara intensif,
terperinci dan mendalam terhadap suatu individu, lembaga, atau gejala tertentu
dengan daerah atau subjek yang sempit (Arikunto, 1998).
Proses pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan studi
dokumen. Validitas data menunjukkan sejauh mana kualitas data dapat
13
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Teknik yang digunakan dalam proses
validitas data ini adalah triangulasi. Triangulasi merupakan suatu teknik pengecekan
data untuk memeriksa keabsahan data menggunakan sesuatu yang lain agar menjadi
pembanding terhadap data tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
sumber di mana data yang dikumpulkan diperoleh dari sumber yang berbeda melalui
wawancara, observasi, dan dokumen maupun studi pustaka baik melalui buku, jurnal,
maupun penelitian sebelumnya agar diperoleh keabsahan dalam hasil penelitian
(Rohanawati, 2013).
Sajian dan Analisis data
1. Stimulus
a. Popularitas Kata Kunci “Twitter Please Do Your Magic”
Kalimat “Twitter Please Do Your Magic” sempat menjadi trending topic di
Twitter pada tahun 2019 yang menandakan bahwa kalimat ini sudah banyak
diperbincangkan oleh para pengguna Twitter. Beberapa media online pun sempat
membahas fenomena ini, seperti artikel yang berjudul “Twitter, Please Do Your
Magic!” oleh Detik.com (Aloha, 2019), “Twitter, Please Do Your Magic: Tunjukkan
Warganet Indonesia Saling Bantu Lewat Medsos” oleh akurat.co (Sutrisna, 2019),
“Mantra “Twitter Please Do Your Magic” yang Bikin Ketagihan Minta Retweet”
oleh mojok.co (Kumala, 2019) dan “Mantra Ampuh 2019: “Twitter Please Do Your
Magic” dan Kemenangan Warganet. Beneran Ajaib Nggak, Ya?” oleh hipwee.com
(Rizka, 2019).
Popularitas kalimat “Twitter Please Do Your Magic” ternyata tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk berdonasi. Hal ini terlihat dari
contoh penggunaan kalimat “Twitter Please Do Your Magic” pada tanggal 16
Desember 2019 melalui fitur pencarian di Twitter, peneliti menemukan setidaknya
ada 46 tweet yang menggunakan kalimat tersebut namun hanya tweet “Twitter Please
Do Your Magic” milik @elzahsym yang berhasil meraih atensi pengguna Twitter.
14
Dalam kasus ini, popularitas dari tweet “Twitter Please Do Your Magic” milik
@elzahsym yang memiliki pengaruh atas keberhasilannya mengumpulkan donasi.
Popularitas tweet milik @elzahsym terlihat dari banyaknya jumlah retweet, likes, dan
replies. Semakin banyak yang melihat tweet milik @elzahsym maka potensi untuk
menemukan donatur akan semakin besar. Setelah diluncurkan, proyek crowdfunding
memiliki potensi untuk menyebar ke pengguna lain dan dilihat oleh penyandang dana
potensial (Liu dkk., 2018).
Aksi retweet, mention, ataupun like oleh yang dilakukan oleh pengguna
Twitter lain menandakan bahwa secara tidak langsung mereka telah terpengaruh oleh
tweet milik @elzahsym tersebut. Tindakan di Twitter terdiri dari beberapa perilaku
interaksi: balasan, retweet, mention, dan sebagainya. Dalam menulis balasan,
pengguna telah dipengaruhi untuk berbicara kembali dengan pengguna pertama.
Demikian pula, dengan retweet, pengguna telah dipengaruhi oleh konten pengguna
sebelumnya untuk meneruskan konten ke pengguna ketiga. Oleh karena itu tindakan
retweet dianggap sebagai bukti paling intuitif untuk pengaruh yang telah terjadi
(Deng & Dai, 2012).
b. Kualitas isi proyek crowdfunding
Kualitas isi proyek crowdfunding berkaitan dengan kelengkapan informasi
yang terdapat pesan penggalangan dana yang disampaikan. Semakin detail informasi
yang diberikan maka tingkat kepercayaan calon donatur akan meningkat.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Fung dan Lee pada tahun 1999 menemukan
bahwa kualitas konten proyek secara positif mempengaruhi persepsi pengguna
tentang kredibilitas proyek (Liu dkk., 2018). Hal ini dikarenakan adanya beberapa
proyek crowdfunding secara bersamaan mengumpulkan uang untuk tujuan yang
sama, individu akan mencari informasi tentang penggalangan dana tersebut yang
memungkinkan mereka untuk membedakan proyek yang memiliki kredibilitas tinggi
dari yang memiliki kredibilitas rendah dengan memperoleh informasi yang lebih rinci
15
(misalnya, pemrakarsa, target donasi, durasi proyek crowdfunding) (Liu dkk., 2018).
Ketika proyek crowdfunding memberikan informasi yang lengkap, akurat, dalam
format yang baik dan tepat waktu, individu akan lebih cenderung menghasilkan
resonansi emosional (misalnya, empati) dengannya, berdasarkan pemahaman yang
lebih dalam tentang proyek (Liu dkk., 2018). Proses tanya-jawab yang terjadi antara
insiator dengan pengguna Twitter akan memunculkan informasi tambahan mengenai
proyek crowdfunding yang dijalankan. Pengguna Twitter yang baru melihat proyek
tersebut akan dipengaruhi oleh informasi tambahan yang mewakili perilaku pengguna
sebelumnya. Hal ini disebut dengan “herding effect” atau efek menggiring (Liu dkk.,
2018).
c. Reputasi inisiator
Reputasi pembuat proyek crowdfunding menggambarkan sejauhmana calon
donatur dapat memercayai bahwa inisiator penggalang dana memiliki kredibilats
yang baik (Liu dkk., 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aulia Fachri
tentang media sosial sebagai sarana pendukung gerakan sosial mengatakan bahwa
sosok yang berpengaruh dalam hal ini adalah public figure memiliki peranan penting
dalam kesuksesan proyek crowdfunding yang dijalankan. Dukungan dari berbagai
orang yang memiliki pengaruh menambah kepercayaan pengguna lain terhadap
proyek yang dijalankan (Fachri, 2016).
Namun dalam penelitian ini, berdasarkan pengakuan para informan, mereka
belum pernah mengenal sosok Elza Hasyim sebelumnya. Para informan mengatakan
bahwa mereka mengetahui tweet “Twitter Please Do Your Magic” milik @elzahsym
melalui hasil retweet dari following akun Twitter mereka. Hasil proses wawancara
pada penelitian ini menemukan fakta bahwa inisiator proyek crowdfunding tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keinginan informan dalam membantu.
d. Kenyamanan bertransaksi
Kenyamanan bertransaksi didefinisikan sebagai sejauh mana kemudahan
untuk memulai, mengesahkan, dan mengonfirmasi suatu transaksi (Liu dkk., 2018).
Peneliti berasumsi bahwa adanya fasilitas yang memudahkan untuk bertransaksi,
16
dalam hal ini mentransfer uang donasi melalui website Kitabisa dapat mendorong
keinginan pengguna Twitter untuk berdonasi. Situs Kitabisa dipilih karena situs ini
merupakan situs crowdfunding yang paling sering digunakan oleh masyarakat
Indonesia. Dikutip melalui dailysocial.id, situs Kitabisa mengalami
lonjakan traffic yang signifikan pada Maret 2020 sebanyak 3,5 juta kali kunjungan
dibandingkan satu bulan sebelumnya sebanyak 2,1 juta kali (Nabila, 2020).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pengguna Twitter
yang membalas tweet “Twitter Please Do Your Magic” milik @elzahsym
menanyakan link donasi melalui Kitabisa karena dalam utas yang ditulis tidak
menyertakan tautan tersebut. Perilaku donasi individu dapat dipengaruhi oleh
penerapan teknologi baru yang memfasilitasi transaksi. Jika proses transaksi
memerlukan waktu yang lama, keinginan untuk berdonasi mungkinan besar akan
berkurang. Calon donatur tidak memiliki hasrat untuk kembali melirik proyek
crowdfunding yang sempat ia lihat (Liu dkk., 2018).
2. Organisme
a. Empati
Empati menurut Eisenberg dan Miller didefinisikan sebagai suatu keadaan afektif
yang berasal dari pemahaman tentang keadaan atau kondisi emosional orang lain (Liu
dkk., 2018). Empati bergantung pada pencocokan keadaan yang diaktifkan secara
otomatis yang menghasilkan representasi bersama dan emosi serupa. Para peneliti
telah menemukan bahwa empati memotivasi perilaku pro-sosial seperti berdonasi ke
acara penggalangan dana (Liu dkk., 2018). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Berger, keinginan untuk membantu atau turut menyebarkan pesan dikarenakan
adanya kedekatan emosi yang diterima saat membaca suatu pesan (Pressgrove dkk.,
2017).
b. Kredibilitas yang dirasakan
Kredibilitas yang dirasakan (perceived credibilty) dalam hal ini adalah
kepercayaan para pengguna Twitter terhadap kredibilitas konten proyek
crowdfunding “Twitter Please Do Your Magic” milik @elzahsym. Hal ini
17
berhubungan dengan maraknya modus penipuan yang menggunakan “Twitter Please
Do Your Magic” untuk menggalang dana palsu sehingga pengguna Twitter menjadi
skeptis terhadap proyek crowdfunding yang menggunakan kalimat tersebut.
Sebelum memutuskan untuk membantu, individu akan mengevaluasi proyek
crowdfunding tersebut dapat dipercaya. Kredibilitas di sini didefinisikan sebagai
variabel perseptual dari proyek crowdfunding sebagai ukuran objektif dari proyek
tersebut, yang mewakili keadaan kognitif individu. Dengan kata lain, kredibilitas
adalah sesuatu yang dinilai oleh individu yang berpartisipasi dalam crowdfunding
bukan sesuatu dari proyek crowdfunding itu sendiri (Liu dkk., 2018).
Berdasarkan pembahasan pada poin stimulus mengenai kenyamanan
bertransaksi, adanya akun Kitabisa menambah tingkat kepercayaan pengguna Twitter
karena keamanan yang terjamin. Penggunaan platform crowdfunding yang kredibel
dapat meningkatkan kredibilitas konten proyek crowdfunding.
3. Respon
a. Keinginan untuk berdonasi
Telah dibahas pada sub bab sebelumnya bahwa rasa empati mampu mendorong
individu untuk ikut tergabung dalam sebuah proyek crowdfunding. Namun selain itu,
terdapat faktor-faktor lain yang mampu menggerakkan pengguna Twitter hingga
akhirnya ikut berdonasi, di antaranya: motivasi intrinsik dan kedekatan wilayah
dengan inisiator proyek. Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Gleasure and
Feller dengan lebih dari 40.000 unit dari platform crowdfunding mengungkapkan
bahwa motivasi intrinsik dan altruisme sebagai faktor utama untuk menyumbang atau
mendanai platform crowdfunding. Motivasi intrinsik yang mendasari dan perasaan
tanpa pamrih sebagai baiklah faktor-faktor kunci yang membuat orang biasa menjadi
pemberi dana potensial (Giri & Adhikari, 2018). Selain itu, kesamaan tempat tinggal
atau kedekatan wilayah juga menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk
berdonasi.
Literatur mengenai perilaku pro-sosial menyatakan bahwa semakin dekat jarak
penerima donasi dengan calon donatur maka akan semakin dekat kemungkinan
18
pendonor untuk terlibat dalam proyek crowdfunding (Grau & work(s):, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismail mengenai “Perilaku Donasi dan
Potensi Filantropi Warga Nahdlatul Ulama” mengatakan bahwa lokasi menjadi
salah satu faktor yang memengaruhi individu dalam menyalurkan donasi.
b. Keinginan untuk membantu menyebarkan pesan
Keinginan untuk membantu menyebarkan pesan dapat ditandai sebagai respon
behavioral dari pengguna Twitter yang telah membaca tweet “Twitter Please Do
Your Magic” milik @elzahsym. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengguna
Twitter, mereka melakukan retweet sebagai upaya untuk membantu menyebarkan
pesan crowdfunding ke seluruh followers mereka dengan harapan dapat dilihat oleh
semakin banyak orang. Mekanisme retweet memberdayakan pengguna untuk
menyebarkan informasi pilihan mereka di luar jangkauan pengikut tweet asli. Dengan
kekuatan dari mulut ke mulut, ide baru dapat mempengaruhi populasi besar dalam
waktu yang sangat singkat (Deng & Dai, 2012).
Ketika sebuah tweet memeroleh banyak retweet maka kemungkinan besar pesan
telah tersebar ke banyak pengguna Twitter sehingga potensi untuk menemukan calon
donatur akan lebih tinggi. Keinginan para informan untuk membantu melalui retweet
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Boyd dkk., yang berjudul “tweet, tweet
or retweet”. Ia menjelaskan bahwa salah satu alasan pengguna Twitter melakukan
retweet adalah sebagai bentuk tindakan sosial. Retweet sebagai upaya tindakan sosial
memiliki tujuan tertentu. Apa yang individu retweet erat kaitannya dengan alasan
seseorang tersebut melakukan upaya retweet (Boyd dkk., 2010).
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan peneliti dan telah disajikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Unsur-unsur yang membuat tweet “Twitter Please Do Your Magic” milik
@elzahsym berhasil mendapatkan engagement yang tinggi dan sukses
19
menggalang dana melalui Twitter di antaranya: Pertama, Kualitas isi proyek
crowdfunding yang dilakukan oleh Elza. Informasi yang detail dan terperinci yang
disajikan oleh Elza mampu menggerakkan pengguna Twitter untuk membantu
proyek crowdfunding tersebut. Inisiator yang tanggap dalam menjawab
pertanyaan para pengguna Twitter semakin meyakinkan pengguna Twitter untuk
ikut membantu.
Kedua, Kredibilitas proyek crowdfunding milik Elza. Adanya akun
Kitabisa yang disertakan menambah kepercayaan calon donatur untuk
menyumbangkan dananya pada proyek tersebut. Kitabisa dipercaya oleh para
informan sebagai situs crowdfunding yang kredibel sehingga aliran dana yang
diserahkan dapat terlacak dengan aman. Ketiga, Popularitas proyek crowdfunding
milik elzahsym yang menggunakan keywords “Twitter Please Do Your Magic”.
Semakin banyak pengguna Twitter yang melakukan retweet, like, dan reply maka
akan semakin luas jangkauan tweet tersebut menyebar ke pengguna Twitter
lainnya sehingga kemungkinan untuk menemukan calon donatur potensial akan
semakin besar.
Pada bab sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa popularitas kalimat
“Twitter Please Do Your Magic” yang menjadi unsur stimulus pengguna Twitter
namun setelah dilakukan proses wawancara pada para informan, kalimat tersebut
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proyek crowdfunding yang
dijalankan oleh Elza. Para informan mengaku lebih termotivasi dengan pesan
yang disampaikan dalam proyek crowdfunding yang menggunakan kalimat
“Twitter Please Do Your Magic”.
2. Faktor-faktor yang membuat follower @elzahsym bersedia mengikuti tweet
dengan keyword “Twitter Please Do Your Magic” adalah rasa empati, motivasi
instrinsik dan adanya kedekatan wilayah dengan inisiator proyek crowdfunding.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, mereka merasa sedih dan
kasihan dengan kondisi yang dialami oleh penerima donasi. Para informan
membayangkan bila mereka berada di posisi tersebut. adanya kedekatan emosi
20
yang demikian memotivasi para informan untuk membantu. Motivasi intrinsik
dalam diri individu juga menjadi salah satu dorongan yang mampu menggerakkan
para informan untuk membantu berdonasi maupun menyebarkan pesan tweet
“Twitter Please Do Your Magic” milik @elzahsym. Selain itu, adanya kesamaan
tempat tinggal antara calon donatur dengan penggalang dana juga menjadi salah
satu faktor yang menggerakkan individu untuk terlibat dalam proyek
crowdfunding milik @elzahsym. Sebuah proyek crowdfunding dirasa lebih tinggi
tingkat urgensinya saat berada lebih dekat dengan calon donatur.
Daftar Pustaka
Adiansah, W., Mulyana, N., & Fedryansyah, M. (2016). POTENSI
CROWDFUNDING DI INDONESIA DALAM PRAKTIK PEKERJAAN
SOSIAL. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 3(2).
https://doi.org/10.24198/jppm.v3i2.13655
Aloha, M. (2019, September 1). Twitter, Please Do Your Magic! [Berita].
news.detik.com. https://news.detik.com/kolom/d-4688999/twitter-please-do-
your-magic
Boyd, D., Golder, S., & Lotan, G. (2010). Tweet, Tweet, Retweet: Conversational
Aspects of Retweeting on Twitter. 2010 43rd Hawaii International
Conference on System Sciences, 1–10.
https://doi.org/10.1109/HICSS.2010.412
CAF World Giving Index. (2019). Charities Aid Foundation. www.cafonline.org
Deng, Q., & Dai, Y. (2012). How Your Friends Influence You: Quantifying Pairwise
Influences on Twitter. 2012 International Conference on Cloud and Service
Computing, 185–192. https://doi.org/10.1109/CSC.2012.36
Djamal, H., & Fachrudin, A. (2011). Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi,
Operasional dan Regulasi (1 ed.). Kencana.
Effendy, O. U. (2017). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (cetakan ke-28). PT.
Remaja Rosdakarya.
Fachri, A. (2016). Media Sosial sebagai Sarana Pendukung Gerakan Sosial [Skripsi].
Universitas Sebelas Maret.
Ghatak, S., & Singh, S. (2019). Examining Maslow’s Hierarchy Need Theory in the
Social Media Adoption. FIIB Business Review, 8(4), 292–302.
https://doi.org/10.1177/2319714519882830
Giri, A., & Adhikari, S. (2018). What influences contribution behavior in
Crowdfunding? University of Agder.
Haryanto, A. T. (2020, Februari 20). Riset: Ada 175,2 Juta Pengguna Internet di
Indonesia. https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-
21
pengguna-internet-di-indonesia
Kaplan, Andreas, M., & Haenlein, Mi. (2010). Users of the World, United the
Challenges and Opportunities of Social Media. Business Horizons.
Kumala, A. (2019, April 7). Mantra “Twitter Please Do Your Magic” yang Bikin
Ketagihan Minta Retweet [Ulasan]. mojok.co.
https://mojok.co/apk/ulasan/pojokan/twitter-please-do-your-magic-bikin-
ketagihan-minta-retweet/
Kurniawati, & Abidin, H. (2003). Galang Dana Ala Media. Yayasan Pirac.
Liu, L., Suh, A., & Wagner, C. (2018). Empathy or perceived credibility? An
empirical study on individual donation behavior in charitable crowdfunding.
Internet Research, 28(3), 623–651. https://doi.org/10.1108/IntR-06-2017-
0240
Maulana, G. (2019). Pemanfaat Media Sosial Instagram sebagai Sarana Penggalangan
Dana (Fundraising) Oleh Lembaga Aksi Cepat Tanggap Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah, 4(3). www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Salemba Humanika.
Nabila, M. (2020, April 8). Kekuatan Orang Baik, Kunci Tenarnya Platform “Social
Crowdfunding” [Berita]. dailysocial.id. https://dailysocial.id/post/kekuatan-
orang-baik-kunci-tenarnya-platform-social-crowdfunding
Nuruddin, N. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Raja Grafindo Persada.
Pertiwi, W. K. (2020, Februari 20). Teknologi: Penetrasi Internet di Indonesia Capai
64 Persen. tekno.kompas.com.
https://tekno.kompas.com/read/2020/02/20/14090017/penetrasi-internet-di-
indonesia-capai-64-persen
Pressgrove, G., McKeever, B. W., & Jang, S. M. (2017). What is Contagious?
Exploring why content goes viral on Twitter: A case study of the ALS Ice
Bucket Challenge. International Journal of Nonprofit and Voluntary Sector
Marketing, 23(1). https://doi.org/10.1002/nvsm.1586
Puntoadi, D. (2011). Menciptakan Penjualan melalui Social Media. Elex Media
Komputindo.
Purwadinata. (1999). Psikologi Komunkasi. Universitas Terbuka.
Putri, A. A. (2019). Strategi Komunikasi Media Sosial Untuk Mendorong Partisipasi
Khalayak Pada Situs Online Kitabisa.com. 17(2), 11.
Rahardjo, T. (2017). Isu-isu Teoritis Media Sosial. Dalam Komunikasi 2.0 Teori dan
Implikasi (hlm. 7).
Ramadhan, B. (2020, Februari 16). Data Internet di Indonesia dan Perilakunya
Tahun 2020. teknoia.com. https://teknoia.com/data-internet-di-indonesia-dan-
perilakunya-880c7bc7cd19
Ratnasari, Y. (2017, November 8). Teknologi: Twitter Resmi Menambah Batasan
Kicauan Jadi 280 Karakter. tirto.id. https://tirto.id/twitter-resmi-menambah-
batasan-kicauan-jadi-280-karakter-czNm
Rizka, A. (2019, Desember 13). Mantra Ampuh 2019: “Twitter Please Do Your
Magic” dan Kemenangan Warganet. Beneran Ajaib Nggak, Ya? [Hiburan].
22
hipwee.com. https://www.hipwee.com/hiburan/twitter-do-your-magic/
Rohanawati, N. (2013). Alih Fungsi Twitter [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret.
Soyomukti, N. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi (Cet. 2). Ar-Ruzz Media.
Sutrisna, T. (2019, Desember 11). Twitter, Please Do Your Magic: Tunjukkan
Warganet Indonesia Saling Bantu Lewat Medsos [Iptek]. akurat.co.
https://akurat.co/iptek/id-901179-read-twitter-please-do-your-magic-
tunjukkan-warganet-indonesia-saling-bantu-lewat-medsos
Tirdanatan, N. U., Georgiana, V., & Sun, Y. (2014). Evaluasi Good Corporate
Governance atas Kebutuhan Donatur pada Penerapan Crowdfunding di
Indonesia: Studi Kuantitatif dan Kualitatif pada Efekrumahkaca.Net,
Patungan.Net, dan Wujudkan.Com. ComTech: Computer, Mathematics and
Engineering Applications, 5(1), 123.
https://doi.org/10.21512/comtech.v5i1.2598