jurnal publikasi

18
Jurnal STIKES Rajawali Agustus 2014 PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN AKIBAT PEMBERIAN INJEKSI OBAT IV (BOLUS) PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT THE EFFECTIVENESS OF THERAPEUTIC PLAY ON THE LEVEL OF ANXIETY DUE TO GIVING INJECTION DRUG IV ( BOLUS ) ON PRESCHOOL IN PAEDIATRIC WARD OF RSUD CIBABAT 1 Septiani, A. 2 Kusmiran, E. 3 Ariyanthi, L. 1 Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Rajawali Bandung 2,3 Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Rajawali Bandung Email: [email protected] Latar Belakang. Prosedur invasif seperti pemberian injeksi obat IV (bolus) merupakan prosedur yang sering diberikan kepada anak selama dirawat dan reaksi anak adalah menangis, tidak kooperatif terhadap perawat. Media yang efektif dalam upaya mengatasi kecemasan anak saat pemberian prosedur invasif adalah dengan bermain terapeutik. Tujuan. Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh bermain terapeutik mewarnai, clay dan kontrol terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat pemberian injeksi obat IV (bolus). Metode. Menggunakan desain quasy experimental dengan pendekatan post test only with control group. Teknik sampling dengan consecutive sampling, jumlah responden 16 anak mewarnai, 16 anak clay dan 16 anak sebagai kontrol. Pengumpulan data bulan Maret-April 2014. Uji statistik yang digunakan adalah One Way ANOVA. Hasil. Terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor kecemasan anak pada semua kelompok dengan nilai p <0,001. Tingkat kecemasan kelompok mewarnai dan kontrol memiliki perbedaan yang signifikan (p=0,018), antara kelompok clay dan kontrol (p=0,000) dan antara kelompok mewarnai dan clay (p=0,028). Simpulan. Bermain terapeutik dengan clay lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan, metode ini dapat digunakan sebagai metode non-farmasi dalam menurunkan kecemasan anak selama pemberian prosedur invasif injeksi obat IV (bolus). Kata kunci: bermain terapeutik, tingkat kecemasan anak, clay, mewarnai, injeksi obat IV ABSTRACT Background. Invasive procedures such as administration of IV drug injection (bolus) is a procedure that is often given to children during care and the child’s reaction is crying, uncooperative toward nurses. 1

Upload: missri-yuniar

Post on 18-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Publikasi

Jurnal STIKES RajawaliAgustus 2014

PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASANAKIBAT PEMBERIAN INJEKSI OBAT IV (BOLUS) PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT

THE EFFECTIVENESS OF THERAPEUTIC PLAY ON THE LEVEL OF ANXIETYDUE TO GIVING INJECTION DRUG IV ( BOLUS ) ON PRESCHOOL

IN PAEDIATRIC WARD OF RSUD CIBABAT

1Septiani, A. 2 Kusmiran, E. 3 Ariyanthi, L.

1Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Rajawali Bandung2,3 Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Rajawali Bandung

Email: [email protected]

Latar Belakang. Prosedur invasif seperti pemberian injeksi obat IV (bolus) merupakan prosedur yang sering diberikan kepada anak selama dirawat dan reaksi anak adalah menangis, tidak kooperatif terhadap perawat. Media yang efektif dalam upaya mengatasi kecemasan anak saat pemberian prosedur invasif adalah dengan bermain terapeutik. Tujuan. Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh bermain terapeutik mewarnai, clay dan kontrol terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat pemberian injeksi obat IV (bolus).Metode. Menggunakan desain quasy experimental dengan pendekatan post test only with control group. Teknik sampling dengan consecutive sampling, jumlah responden 16 anak mewarnai, 16 anak clay dan 16 anak sebagai kontrol. Pengumpulan data bulan Maret-April 2014. Uji statistik yang digunakan adalah One Way ANOVA.Hasil. Terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor kecemasan anak pada semua kelompok dengan nilai p <0,001. Tingkat kecemasan kelompok mewarnai dan kontrol memiliki perbedaan yang signifikan (p=0,018), antara kelompok clay dan kontrol (p=0,000) dan antara kelompok mewarnai dan clay (p=0,028).Simpulan. Bermain terapeutik dengan clay lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan, metode ini dapat digunakan sebagai metode non-farmasi dalam menurunkan kecemasan anak selama pemberian prosedur invasif injeksi obat IV (bolus).

Kata kunci: bermain terapeutik, tingkat kecemasan anak, clay, mewarnai, injeksi obat IV

ABSTRACT

Background. Invasive procedures such as administration of IV drug injection (bolus) is a procedure that is often given to children during care and the child’s reaction is crying, uncooperative toward nurses. Effective media in reducing anxiety when the child due to giving an invasive procedure is therapeutic play.Aims. The study aims to determine the effect of differences in therapeutic play coloring, clay and control the anxiety level of preschool children due to IV drug injections (bolus).Method. Using quasy experimental design approach post test only with control group. Sampling with consecutive sampling technique, the number of respondents 16 children coloring, clay and 16 children 16 children as controls. Data collected March – April 2014. Statistical test used is One Way ANOVA.Results. The results showed that the degree of anxiety among the three groups had significant statistical difference after interventions (p < 0,001). Moreover, the level of anxiety between the group coloring and control had a significant difference (p= 0,018), between the group clay and control (p=0,000), and between the group coloring and clay (p= 0,028). Conclusion. Therapeutic play with clay can be more effective in reducing anxiety compared to the coloring activities. This method can be used as an effective non-pharmaceutical method for reducing childrens’ anxiety during giving an invasive procedure.

Keywords : therapeutic play, anxiety children, clay, coloring, IV drug injection

1

Page 2: Jurnal Publikasi

Pendahuluan Masa kanak-kanak merupakan suatu

masa terjadinya berbagai proses perkembangan dan pertumbuhan yang cukup pesat. Seperti orang dewasa, anak juga dapat terserang berbagai penyakit. Berbeda jenis penanganannya, perawatan pada anak juga memerlukan keterampilan yang khusus dari perawat. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, terkadang anak masih sangat bergantung pada keberadaan orang terdekat. Oleh karena itu, penting sekali bagi perawat untuk mengetahui tugas atau tahap-tahap perkembangan anak agar dapat memberikan perawatan tanpa menimbulkan trauma, kecemasan atau rasa takut pada anak1.

Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan terhadap ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal. Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan2. Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab kecemasan baik pada anak maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri1. Pada masa prasekolah reaksi anak terhadap hospitalisasi adalah menangis, sering bertanya, menolak makan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa takut, malu, dan bersalah. Seringkali mereka harus mengalami prosedur invasif yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui. Oleh karena itu, situasi tersebut menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerjasama dengan perawat3.

Prosedur invasif seperti pemberian injeksi obat intravena (bolus) merupakan salah satu prosedur yang sering diberikan kepada anak selama di rawat, hal yang menimbulkan kecemasan akan cedera tubuh pada anak. Secara umum persiapan anak seperti pengalihan dan relaksasi dapat menurunkan kecemasan mereka. Pemenuhan kebutuhan anak yang menjalani hospitalisasi sangatlah penting bagi perawat untuk memiliki pengetahuan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak kelompok usia berapapun. Selain itu perawat juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan terhadap penatalaksanaan kecemasan yang adekuat, disamping bertujuan untuk mengurangi kecemasan pada anak, juga meningkatkan keeratan dan kerjasama antara pasien dengan perawat saat memberikan intervensi sehingga dapat mengurangi beban perawat dalam memberikan pelayanan. Media yang efektif dalam upaya untuk mengatasi kecemasan anak saat pemberian prosedur invasif adalah dengan pemberian metode pengalihan bermain terapeutik.

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti juga makanan, kasih sayang, perawatan, dan lain-lain. Bermain memberikan pengalaman hidup yang nyata dan kesenangan. Bermain juga merupakan unsur yang berperan penting dalam perkembangan anak baik emosi, mental, fisik dan sosial serta intelektual maupun kreatifitas1. Pada usia prasekolah, anak sudah menunjukkan perkembangan motorik. Keseimbangan antara tangan dan mata sudah lebih baik, anak juga mulai belajar mengenal warna dan objek-objek disekitarnya sehingga pada usia ini permainan yang dianjurkan adalah jenis

Page 3: Jurnal Publikasi

Jurnal STIKES RajawaliAgustus 2014

permainan yang didominasi oleh warna dan gambar4.

Data yang didapat dari PTUK (Play Therapy United Kingdom) jenis permainan yang tepat untuk anak-anak usia 3 sampai 14 tahun adalah therapeutic play seperti menggambar, mewarnai, dan permainan yang bersangkutan dengan konstruksi dan seni lainnya. Metode bermain mewarnai dan bermain clay dipilih sebagai media bermain terapeutik selama anak usia prasekolah menjalani perawatan di rumah sakit yang bertujuan untuk mengurangi dampak hospitalisasi akibat prosedur keperawatan karena permainan ini mudah dan tidak memerlukan energi yang besar.

Berdasarkan data dari rekam medis RSUD Cibabat bagian ruang anak didapatkan data dalam 3 bulan terakhir (November 2013 – Januari 2014) terdapat 359 anak usia 3-6 tahun yang dirawat. Beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan di ruangan rawat inap anak adalah pemasangan infus, pengambilan darah vena untuk menentukan diagnosis suatu penyakit, observasi tanda-tanda vital, pemberian obat baik oral, drip, maupun injeksi intravena melalui selang infus (bolus). Pemberian injeksi intravena (bolus) merupakan salah satu tindakan invasif yang sering dilakukan pada unit keperawatan pediatrik selama hospitalisasi, karena dapat meminimalisasi ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan prosedur invasif lainnya. Tindakan invasif yang didapat anak bisa menimbulkan trauma berkepanjangan sehingga injeksi obat merupakan prosedur invasif yang sering menimbulkan kecemasan dan ketakutan anak. Peneliti mendapatkan hasil dari

observasi di ruang anak didapatkan bahwa sebagian besar anak yang dirawat mengalami kecemasan dari hospitalisasi yang berdampak pada perilaku tidak kooperatif saat perawat memberikan tindakan pemberian injeksi obat melalui intravena (bolus). Reaksi anak saat dilakukan tindakan keperawatan pemberian injeksi adalah menangis, takut, dan mengeluh nyeri. Sehingga harus dilakukan teknik pengalihan atau bermain terapeutik untuk mengurangi kecemasan/ketakutan anak sebelum menghadapi prosedur pemberian injeksi obat melalui intravena (bolus) selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Dari fenomena tersebut, peneliti menilai penting dilaksanakannya penelitian yang memfokuskan pada pemberian intervensi bermain terapeutik untuk mengurangi kecemasan anak akibat prosedur pemberian injeksi obat melalui intravena (bolus) selama menjalani hospitalisasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan pengaruh pemberian metode bermain clay dan metode bermain mewarnai terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien anak usia prasekolah.

Metode Rancangan penelitian adalah model

atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian5. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, rancangan dalam penelitian ini menggunakan metode quasy-experimental design yaitu penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding

3

Page 4: Jurnal Publikasi

namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau kontrol. Penelitian ini dengan pendekatan post test only control group.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia prasekolah (4-6 tahun) yang dirawat di ruang anak RSUD Cibabat Cimahi. Jumlah sampel untuk kelompok mewarnai 16 orang, clay 16 orang dan kontrol 16 orang. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau, kriteria tersebut harus relevan dengan masalah penelitian6. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya anak usia 4-6 tahun yang dirawat di ruang anak RSUD Cibabat, anak yang terpasang infus, mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal, anak yang tidak dilakukan tindakan invasif lain, dan anak yang tidak memiliki riwayat hospitalisasi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini diantaranya anak dengan retardasi mental atau anak dengan gangguan pemusatan perhatian, anak yang tidak kooperatif atau mengantuk, terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran (bed rest total, demam, isolasi) dan menolak menjadi responden

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan teknik consecutive sampling yaitu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi5. Variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas bermain terapeutik. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan akibat pemberian injeksi obat

(bolus). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman wawancara berupa kuesioner dan observasi. Untuk memperoleh data kecemasan anak diperoleh dari lembar kuesioner The Child Medical Fear Scale (CMFS) dan skala wajah Children’s Fear Scale yang dimodifikasi dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Peneliti melakukan pengambilan data kepada calon responden dengan mengisi lembar kuesioner karakteristik responden dengan merujuk pada catatan medis responden. Sebelum anak diberikan injeksi obat, peneliti memberikan metode bermain yang sebelumnya pemilihan jenis permainannya dipilih oleh peneliti, yaitu bermain dengan clay atau mewarnai gambar. Anak diberikan media gambar untuk mewarnai atau bermain dengan clay selama 30 menit, jenis gambar atau warna clay dipilih sendiri sesuai keinginan anak. Setelah selesai mewarnai atau bermain clay, 2 menit kemudian anak diberikan injeksi obat IV (bolus) sesuai jadwal pemberian obat. Peneliti mengkaji tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner.

Kemudian data yang telah terkumpul akan diolah menggunakan SPSS dengan menggunakan Uji statistik yang digunakan adalah uji One Way ANOVA7. tingkat kemaknaan (p) yang diperoleh ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan dan Ha diterima, jadi ada pengaruh pemberian bermain terapeutik terhadap tingkat kecemasan akibat pemberian injeksi obat IV (bolus) pada anak usia prasekolah di ruang anak RSUD Cibabat Cimahi.

Page 5: Jurnal Publikasi

Jurnal STIKES RajawaliAgustus 2014

Hasil Distribusi frekuensi responden

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang Anak RSUD Cibabat bulan Maret-April 2014

No. Jenis Kelamin

Mewarnai (n=16) Clay (n=16) Kontrol (n=16)Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

1 Laki-laki 5 31,2 7 43,8 9 56,22 Perempuan 11 68,8 9 56,2 7 43,8

Total 16 100 16 100 16 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini berjumlah 16 orang pada kelompok mewarnai sebagian besar jenis kelamin perempuan berjumlah 11 responden (68,8%), laki-laki berjumlah 5 responden (31,2%). Pada kelompok clay

sebagian besar adalah perempuan berjumlah 9 responden (56,2%) dan laki-laki berjumlah 7 responden (43,8%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar adalah laki-laki yang berjumlah 9 responden (56,2%).

Tabel 4.2 Rata-rata skor kecemasan kelompok intervensi dan kelompok kontrol anak usia prasekolah di Ruang Anak RSUD Cibabat Maret-April 2014

Variabel Mean SD Min- Max IK 95% Median

Skor Kecemasan Mewarnai

21,81 5,924 12-33 18,66 - 24,9721,50

Skor Kecemasan Clay

17,88 4,41 10-24 15,52 - 20,23

18,50

Skor Kecemasan Kontrol

26,06 4,21 21-34 23,81 - 28,3125,50

Berdasarkan hasil analisis statistik dari data yang telah didapatkan maka diperoleh hasil rata-rata skor kecemasan pada kelompok bermain mewarnai adalah 21,81, pada kelompok bermain clay adalah 17,88 dan pada kelompok kontrol 26,06. Selisih skor kecemasan antara setelah

diberikan bermain terapeutik mewarnai dengan bermain clay adalah 3,93, selisih antara setelah kelompok diberikan mewarnai dengan kelompok kontrol 4,25, sedangkan selisih antara kelompok yang diberikan clay dengan kelompok kontrol adalah 8,18.

5

Page 6: Jurnal Publikasi

Tabel 4.3 Hasil analisis one way ANOVA perbedaan rerata skor kecemasan antara kelompok mewarnai, clay dan kontrol pada anak usia prasekolah di Ruang Anak RSUD Cibabat Maret-April 2014

n RerataSD p

Jenis Perlakuan Mewarnai 16 21,815,92 <0,001

Clay 16 17,884,41

Kontrol 16 26,064,21

Uji one way anova. Uji post-hoc LSD: mewarnai vs clay p = 0,028; mewarnai vs kontrol p = 0,018; clay vs kontrol p <0,001

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel di atas diperoleh angka signifikansi yaitu p = 0,000 dengan demikian nilai p < (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak. Karena nilai p < 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa paling tidak terdapat perbedaan rerata skor kecemasan yang bermakna antara kelompok anak yang bermain terapeutik dan kelompok kontrol. Untuk melihat pada kelompok manakah terdapat perbedaan yang bermakna itu ada maka dilakukan uji lanjut

dengan analisis Post Hoc dengan hasil tingkat kecemasan kelompok mewarnai dan kontrol memiliki perbedaan yang signifikan (p = 0,018), antara kelompok clay dan kontrol (p = 0,000) dan antara kelompok mewarnai dan clay (p = 0,028), sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan skor rerata kecemasan berbeda secara bermakna pada semua kelompok.

Pembahasan

Kecemasan Anak Setelah Bermain Mewarnai

Setelah diberikan mewarnai untuk bermain, peneliti melakukan penilaian tingkat kcemasan dengan menggunakan kuesioner kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kecemasan pada kelompok mewarnai adalah sebesar 21,8, angka ini termasuk kedalam tingkat kecemasan sedang, yang ditandai dengan gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), tidak mampu menerima rangsang luar, hanya berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, menolak bekerja sama selama aktivitas, kurang komunikatif dan menangis. Kondisi ini didukung oleh hasil pengamatan

peneliti, terdapat 5 responden yang menangis saat dilakukan pemberian injeksi dan menolak bekerja sama dengan perawat selama prosedur. Tahap perkembangan anak antara 3-6 tahun yang berbeda-beda juga dapat menjadi penyebab berbedanya skor kecemasan anak. Selain itu juga mungkin hal tersebut disebabkan karena pasien tidak begitu antusias dengan permainan mewarnai yang diberikan, serta waktu yang terlalu singkat dalam menyelesaikan gambar untuk diwarnai. Peneliti memberikan waktu selama 30 menit namun anak dapat menyelesaikan gambar dalam waktu sekitar 15 menit, sebagian besar waktu yang digunakan anak-anak bermain mewarnai tidak ada yang lebih dari 20 menit, ini disebabkan karena komposisi gambar yang sedikit sehingga terlihat tidak begitu

Page 7: Jurnal Publikasi

Jurnal STIKES RajawaliAgustus 2014

menarik perhatian anak. Alat-alat bermain perlu memiliki beberapa tingkat ukuran waktu agar mainan tidak terlalu cepat usang.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara rerata skor kecemasan anak kelompok mewarnai dengan kelompok kontrol, selisih rerata sebesar 4,25 dan nilai signifikan p = 0,018 yang berarti p < 0,05, bahwa terdapat perbedaan yang bermakna. Media yang cukup efektif dalam membantu mekanisme koping agar lebih adaptif pada anak pada saat hospitalisasi adalah dengan mengajak anak bermain. Salah satu permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah adalah bermain mewarnai8.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain di antaranya tahap perkembangan anak; status kesehatan anak; jenis kelamin anak; lingkungan yang mendukung; alat dan jenis permainan. Semakin bertambahnya usia akan memengaruhi kematangan psikologis seseorang, anak yang lebih muda cenderung lebih cemas dibandingkan anak yang lebih tua9. Mewarnai sebagai suatu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi sehingga dapat meminimalkan kecemasan anak.

Kecemasan Anak Setelah Bermain ClaySetelah diberikan clay untuk

bermain, peneliti melakukan penilaian tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner kecemasan anak yang sama dengan kuesioner yang digunakan untuk menilai tingkat kecemasan kelompok mewarnai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kecemasan pada kelompok clay adalah sebesar 17,8

mengalami penurunan dibandingkan dengan kelompok mewarnai, rerata skor tersebut termasuk dalam rentang tingkat kecemasan ringan, yang ditandai dengan muka berkerut, masih mampu menerima rangsangan kompleks, dan menerima perhatian orang lain. Sebagian besar responden memperlihatkan respon kecemasan sedikit cemas saat akan diberikan injeksi obat IV. Kondisi ini dinilai dari pengamatan peneliti terhadap keadaan responden yang dikaji sesaat setelah pemberian injeksi obat IV. Kecemasan ringan ini disebabkan karena pasien antusias dengan permainan clay yang diberikan, anak tertarik dengan warna-warna dan bentuk konkret yang diberikan, anak bebas mencampur warna, membuat bentuk-bentuk 3D, serta lebih meningkatkan ekspresi kreatif anak dalam membuat benda sesuai dengan yang diinginkannya dengan melihat lembar contoh gambar yang diberikan. Pada saat penelitian anak terlihat begitu tenang, lama waktu pun bisa sampai 30 menit dan memberikan ketertarikan kepada anak untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Tidak ada situasi lain yang lebih memberi kesempatan untuk menjadi kreatif selain bermain. Anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain melalui setiap media yang mereka miliki, termasuk bahan-bahan mentah, fantasi dan eksplorasi, hal ini sesuai dengan bahan clay yang tepat digunakan sebagai media ekspresif anak. Penelitian ini secara signifikan memiliki perbedaan skor rerata yang bermakna antara kelompok clay dan kelompok kontrol, selisih rerata antar kelompok yaitu 8,18 dan nilai signifikan p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan

7

Page 8: Jurnal Publikasi

yang bermakna antar kelompok. Perbedaan rerata pada dua kelompok ini lebih besar dibanding pada kelompok mewarnai dan kontrol. Nilai signifikansi pada kelompok mewarnai dan clay menunjukkan p = 0,028 dan selisih rerata sebesar 3,93, dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor kecemasan yang bermakna antara kelompok anak yang bermain mewarnai dan anak yang bermain clay. Pola asuh anak dapat memengaruhi koping yang digunakan anak. Anak yang terbiasa dimanjakan dan jarang diajak bermain dengan teman sebayanya akan sulit bersosialisasi dan menerima keberadaan orang lain di sekitarnya. Sementara itu, anak yang di rumah kurang diperhatikan akan banyak mencari perhatian dengan rewel dan cenderung bertindak agresif 8.

Pembelajaran dalam membentuk clay memiliki tujuan aktivitas mulai dari memahami dalam membangun bentuk-bentuk sadar hingga belajar tentang lingkungan sekitar, karena permainan ini bertujuan untuk mengembangkan imajinasi kreatif anak dan meningkatkan ekspresi diri. Pada anak-anak, clay memang dipilih sebagai salah satu teknik untuk terapi, karena diyakini memberikan pendekatan alternatif untuk mempelajari paradigma kemampuan sosial motorik dan dapat mengekspresikan emosi serta menyembuhkan, dikarenakan clay dapat memfasilitasi perkembangan kognitif serta afektif pada anak 10.

Kecemasan Anak yang Tidak Diberikan Intervensi Bermain

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kecemasan pada kelompok kontrol adalah sebesar 26,06, angka ini

termasuk kedalam tingkat kecemasan sedang. Kondisi ini dinilai dari keadaan responden yang dikaji sesaat setelah pemberian injeksi obat IV, saat dilakukan pemberian injeksi respon anak berbeda-beda. Tindakan invasif dapat menimbulkan perasaan takut dan cemas, apabila anak tidak mampu menangani stress maka dapat berkembang menjadi krisis dan dampaknya anak menangis, takut, agresif, menolak tindakan injeksi obat yang menimbulkan nyeri dan lain-lain. Anak prasekolah dapat menunjukkan letak nyeri mereka dan dapat menggunakan skala nyeri dengan tepat. Penelitian ini secara signifikan memiliki perbedaan skor rerata yang bermakna antara kelompok clay dan mewarnai, selisih rerata antara kelompok kontrol dan clay yaitu 8,18 sedangkan antara kelompok kontrol dan mewarnai yaitu 4,25 dan nilai signifikan p = 0,000 (p < 0,05) pada kelompok clay dan kontrol, nilai signifikan p = 0,018 (p < 0,05) pada kelompok mewarnai dan kontrol yang berarti ada perbedaan yang bermakna antar kelompok. Berdasarkan hasil penelitian ini juga ditunjukkan distribusi frekuensi pada kelompok kontrol jumlah responden laki-laki lebih banyak yaitu 9 responden (56,2%). Anak perempuan umumnya lebih adaptif terhadap stressor dibandingkan anak laki-laki.

Faktor risiko yang meningkatkan kerentanan anak terhadap kecemasan hospitalisasi adalah jenis kelamin laki-laki 3. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden sebagian besar pada kelompok ini berjenis kelamin laki-laki sehingga dapat meningkatkan skor kecemasannya. Faktor resiko individual lainnya membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap kecemasan hospitalisasi. Anak pedesaan

Page 9: Jurnal Publikasi

Jurnal STIKES RajawaliAgustus 2014

menunjukkan tingkat kekacauan psikologis yang lebih besar secara signifikan daripada anak kota, karena anak-anak kota memiliki kesempatan untuk mengenal rumah sakit setempat. Selain itu, anak yang aktif dan berkeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan dengan anak yang pasif.

Perbedaan Rerata Skor Kecemasan pada Kelompok Bermain Terapeutik dan Kelompok Kontrol

Hasil analisis perbedaan pengaruh bermain terapeutik mewarnai, clay dan kontrol terhadap tingkat kecemasan akibat pemberian injeksi obat IV (bolus) pada anak usia prasekolah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna. Bermain terapeutik yang diberikan kepada anak dapat mengatasi atau meminimalkan kecemasan hospitalisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan rerata tingkat kecemasan antara anak yang diberikan bermain mewarnai, clay dan kontrol terhadap kecemasan akibat pemberian injeksi obat IV (bolus) pada pasien anak usia prasekolah, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi kelompok mewarnai vs clay p = 0,028; mewarnai vs kontrol p = 0,018; clay vs kontrol p < 0,001, yang berarti semua kelompok memiliki perbedaan yang bermakna. Dalam hal ini rerata skor kecemasan anak yang diberikan clay lebih rendah yaitu 17,8 dan termasuk tingkat kecemasan ringan dibandingkan dengan rerata skor kecemasan anak yang mewarnai yaitu 21,8, angka tersebut termasuk tingkat kecemasan sedang dan rerata skor kecemasan anak yang tidak diberikan perlakuan yaitu 26,06, angka tersebut

termasuk pula pada tingkat kecemasan sedang. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena jenis permainan clay mengutamakan pada cara mencampur warna, membuat bentuk-bentuk dasar, serta lebih meningkatkan ekspresi kreatif dan imajinatif anak, ini terlihat pada saat proses pemberian intervensi anak lebih tertarik dengan permainannya, sedangkan mewarnai merupakan jenis permainan ekspresif yang sudah sering mereka temui sebelumnya sehingga memungkinkan menurunnya minat anak terhadap permainan tersebut.

Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian-penelitian sebelumnya, yang menunjukkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh bermain dokter-dokteran terhadap respons penerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah di RSUD Sampang Madura, hal ini diperlihatkan pada kelompok perlakuan yang memiliki respon baik sebanyak 60 %, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 20% 11. Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Penyebab utama kecemasan dari hospitalisasi antara lain adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri, hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa nyeri dapat timbul akibat tindakan atau prosedur pemberian injeksi obat IV (bolus) sehingga dapat menyebabkan kecemasan dan ketakutan pada anak. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan hospitalisasi, perpisahan, keterampilan koping yang mereka miliki dan dapatkan, keparahan

9

Page 10: Jurnal Publikasi

diagnosis, dan sistem pendukung yang ada seperti adanya fasilitas untuk bermain.

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk penatalaksanaan kecemasan, karena situasi tersebut sering disertai kecemasan dan ketakutan yang berlebihan maka anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam meminimalkan kecemasan tersebut. Manfaat bermain di rumah sakit antara lain memberikan pengalihan dan relaksasi, sebagai alat untuk mencapai tujuan terapeutik, serta meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain 1. Secara umum persiapan anak-anak untuk menghadapi prosedur yang menyakitkan dapat menurunkan ketakutan serta kecemasan mereka. Memanipulasi teknik prosedural seperti pemberian injeksi obat untuk anak-anak di setiap umur juga meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh.

Distraksi dan relaksasi merupakan tindakan asuhan keperawatan terhadap anak yang digunakan untuk memusatkan perhatian dan merelaksasikan anak agar membantu dia berfokus pada sesuatu selain kecemasan terkait dengan prosedur, salah satu distraksi dan relaksasi yang dapat diberikan adalah bermain terapeutik seperti mewarnai ataupun clay. Dalam penelitian ini bermain terapeutik terbukti dapat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dibuktikan dengan adanya perbedaan rerata skor kecemasan antara kelompok yang bermain mewarnai, kelompok clay, dan kelompok kontrol. Ketiganya secara signifikan memperlihatkan adanya perbedaan rerata, namun dalam hal ini pengaruh bermain clay lebih besar dibandingkan dengan pemberian mewarnai dalam meminimalkan kecemasan, meskipun faktor-faktor luar masih dapat mempengaruhi.

KesimpulanRerata skor kecemasan anak yang

diberikan permainan terapeutik mewarnai sebesar 21,8, yaitu termasuk rentang tingkat kecemasan sedang. Rerata skor kecemasan anak yang diberikan permainan terapeutik clay sebesar 17,8, yaitu termasuk rentang tingkat kecemasan ringan. Rerata skor kecemasan anak yang tidak diberikan bermain terapeutik sebesar 26,06, yaitu termasuk tingkat kecemasan sedang. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok mewarnai dan kontrol dengan perbedaan yang signifikan (p= 0,018), antara kelompok clay dan kontrol (p= 0,000) dan antara kelompok mewarnai dan clay (p= 0,028), maka perbedaan skor

rerata kecemasan berbeda secara bermakna pada semua kelompok anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat.

SaranPerawat dapat memasukkan bermain

ke dalam asuhan anak jika perawat terlibat di dalam perawatan tersebut serta menggunakan permainan clay dalam tindakan pemberian injeksi obat IV untuk mengurangi tingkat kecemasan akibat tindakan yang menimbulkan trauma pada anak. Pembuat kebijakan Rumah Sakit atau unit pelayanan keperawatan anak dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan anak memfasilitasi aktivitas ruangan

Page 11: Jurnal Publikasi

Jurnal STIKES RajawaliAgustus 2014

bermain yang sesuai dengan perkembangan, karena di ruangan ini anak-anak bisa menjauhkan diri mereka dari ketakutan terhadap perpisahan, kehilangan pengendalian, cedera tubuh dan nyeri. Orang tua agar berpartisipasi dalam perawatan anak seperti ikut berperan dalam program bermain terapeutik dan dapat mengoptimalkan perannya sebagai orang tua karena orang tua dianggap sebagai kontributor paling utama terhadap kesehatan total anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hockenberry MJ & Wilson D. Essential of pediatric nursing. St. Louis: Mosby Year Book; 2008.

2. Stuart GW. Keperawatan Jiwa. (Karyuni PE, editor Bahasa Indonesia). 5th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

3. Wong DL. Buku ajar keperawatan pediatrik. 1st Vol. Jakarta: EGC; 2003.

4. Hubbuck C. Play for sick children: play specialists in hospitals and beyond. Philadephia: Jessica Published Kingsley; 2009.

5. Dharma KK. Metodelogi penelitian keperawatan: panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media; 2011.

6. Sastroasmoro S & Ismael S. Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis, 4th ed. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

7. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan multivariat dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

8. Sukoati S & Astarani K. Aktifitas bermain mewarnai dapat meningkatkan mekanisme koping adaptif saat menghadapi stress hospitalisasi pada anak. [serial online] 2012 [cited 2013 Oct 13]; Jurnal STIKES volume 5 No 2.

9. Supartini Y. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC; 2004.

10. Sherwood P. The healing art of clay therapy. Melbourne: ACER press; 2004.

11. Mashudi S & Zainal. Aplikasi terapi bermain terhadap respons penerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah. 2003 [cited 2013 Oct 13];

12. Adriana D. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba Medika; 2011.

11