jurnal sosio agri papua vol 4 no 1 juni 2015
TRANSCRIPT
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 71
PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KOTA SORONG DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
Ludia Theresia Wambrauw1)
Email : [email protected] Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Papua
Abstrak
Penelitian dengan judul pertumbuhan Penduduk di Kota Sorong bertujuan
untukmemberikan gambaran dan informasi tentang kondisi kependudukan di Kota Sorong dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Penduduk. Data-data sekunder digunakan
dalam penyusunan penelitian ini.Data tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis
Deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) jumlah penduduk di Kota Sorong mengalami
peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2014, dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 ke 2015 sebesar 3,10 % dankepadatan penduduk 314 jiwa per km2lebih tinggi
dari kepadatan penduduk rata-rata di Provinsi Papua Barat; (2) Faktor-faktor yang
memperngaruhi pertumbuhan penduduk adalah angka kelahiran, angka kematian dan arus
migrasi.Arus migrasi merupakan faktor terbesar yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di Kota Sorong dengan motivasi utama ini terkait dengan pekerjaan dan pendidikan.
Kata Kunci: Kependudukan, Pertumbuhan Penduduk, Angka kelahirn, Angka Kematian, Migrasi
Abstract
The research entitled Population growth in Sorong City aims to provide an overview
and information on population conditions and growth in Sorong City, and the factors that
influence the population growth. Secondary data was used in the preparation of this study. The data is then used to analyze the Population Growth in Sorong City. The analytical method used
is descriptive analysis. The results of this study are: (1) the population in Sorong City has
increased every year from 2011 to 2014, with a population growth rate from 2014 to 2015 of 3,10% and a population density of 314 people per km2 higher than the average population
density in West Papua Province; (2) Factors affecting population growth in Sorong City are
birth rates, mortality rates and migration flows. Migration flows are the biggest factor that causes an increase in the population in Sorong City, with the main motivation related to work
and education.
Keywords: Population, Population Growth, Birth Rate, Mortality Rate, Migration Flow
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk
merupakan permasalahan yang dihadapi
oleh berbagai negaraberkembang di dunia, khususnya negara dengan jumlah penduduk
yang besar dan kepadatan yang tinggi.
Data dasar mengenai jumlah kelahiran merupakan aspek penting untuk membuat
program dan kebijakan yang diperlukan
sebagai upaya yang berkesinambungan untuk menurunkan laju pertumbuhan
penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang tidak
diimbangi dengan upaya pengendalian kenaikan tersebut, maka kondisi
pertumbuhan penduduk akan menjadi tidak
terkendali, sehinggahal tersebut dapat menjadi ancaman besar bagi pertumbuhan
kota. Seperti yang diungkapkan
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 72
Malthus(2004:104) dalam Hardini (2011),
bahwa ‘pertambahan penduduk kian hari kian memberikan tekanan yang berat, dan
jika tidak tercegah maka mengakibatkan
kesengsaraan dan kelaparan yang
merajalela’. Hal tersebut dikhawatirkan akan terjadi di Kota Sorong mengingat
pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup
tinggi, akan berkontribusitehadap tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.
Sebagai bagian awal dari antisipasi
terhadap peningkatan penduduk yang tidak terkontrol, maka perlu diketahui tingkat
pertumbuhanpenduduk dan faktor
yangberpengaruh terhadappertumbuhan
penduduk tersebut. Selanjutntya sebagai tindak lanjut dari komitmen pemerintah
Pusat dan Tingkat Provinsi Papua Barat
untuk menunjang perencanaan pembangunan yang berbasis data
kependudukan khususnya dimulai dari
tingkat Kabupaten dan Kota maka penting
untuk menyediakan data-data kependudukan. Dengan ketersediaan data
maka kebijakan dan program pembangunan
di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota akan lebih relevan, efektif dan efisien.
Tujuan Tujuan dari penulisan Analisis
Pertumbuhan Kependudukan Kota Sorong
adalah untuk memberikan gambaran dan
informasi tentang kondisi kependudukan di Kota Sorong dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
Penduduk.Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
terutama para pengambil kebijakan pada
OPD terkait.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data-
data sekunder yang sudah ada. Data
tersebut kemudian digunakan untuk
menganalisis Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong. Penelitian in imenggunakan data-
data sekunder yang berasal dari berbagai
sumber yang telah dipublikasi,seperti
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat dan Kota Sorong, Indikator
Kesejahteraan Penduduk Kota Sorong, Kota
Sorong dalam Angka dan selain itu data juga diperoleh dari Provinsi Papua Barat
dalam Angka dan publikasi lainnya.Data
tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis pertumbuhan penduduk kota
Sorong
Analisis Analisis Deskriptif adalah metode
yang menggambarkan atau melukiskan
suatu keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini
menafsirkan dan menguraikan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi
di dalam suatu masyarakat, dan hubungan
antar variabelyang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap
suatu kondisi, dan sebagainya. Metode
analisis ini digunakan untuk menggambarkan kondisi kependudukan di
Kota Sorong, serta kebijakan pemerintah
dalam menangani masalah kependudukan.
PEMBAHASAN
JumlahPenduduk Kota Sorong Menurut
Jenis Kelamin dan Sex Ratio
Klasifikasi penduduk menurut jenis
kelamin dalam suatu wilayah digunakan untuk mengetahui sex ratio yang dimiliki
wilayah tersebut. Penduduk Kota Sorong
menurut jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratiodi Kota Sorong Tahun 2014
Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1. Sorong Barat 19.522 17.854 37.376 109 2. Sorong Timur 20.363 18.375 38.738 110
3. Sorong Kepulauan 5.121 4.772 9.893 107
4. Sorong 16.448 15.464 31.912 106 5. Sorong Utara 26.873 24.714 51.587 109
6. Sorong Manoi 25.888 23.405 49.293 110
Jumlah 2014 114.215 104.584 218.799 109
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 73
2013 112.115 101.568 213.683 110
2012 109.297 98.995 208.292 110
2011 104.557 94.698 199.255 110
Sumber: BPS Kota Sorong, 2015
Tabel 1 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk di Kota Sorong
mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2014 (lihat
Gambar 1). Jumlah penduduk di Kota
Sorong pada tahun 2014 sebanyak 218.799 jiwa dengan sebaran jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 114.215 jiwa dan perempuan
sebanyak 104.584 jiwa. Angka sex ratio
pada tahun 2014 adalah sebesar 109. Angka sex ratio diatas 100 menunjukkan bahwa
jenis kelamin laki-laki lebih dominan
daripada jenis kelamin perempuan. Trend
ini juga berlaku untuk semua distrik yang
ada di Kota Sorong dengan sex ratio diatas
100. Jika dilihat selisih pertambahan
jumlah penduduk per tahunnya maka dapat
diketahui bahwa pada tahun 2011 – 2012, terjadi pertambahan jumlah penduduk
sebanyak 8594 jiwa. Angka tersebut relatif
sedikit lebih tinggi dari pertambahan
penduduk Kota Sorong yang terjadi pada tahun 2012 – 2013 (sebanyak 5391 jiwa)
dan tahun 2013-2014 (sebanyak 5116 jiwa).
Gambar 1. Jumlah Penduduk Kota Sorong Tahun 2011-2014
Selanjutnya sebaran penduduk kota
Sorong dapat dilihat juga berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin
sebagaimana tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Sorong Tahun 2015
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-4 13.436 12.585 26.021 5-9 12.228 11.858 24.086
10-14 10.777 10.204 20.981
15-19 10.569 9,833 20.402 20-24 11.914 10.929 22.843
25-29 12.338 11.215 23.553
30-34 10.607 9.616 20.223
35-39 8.533 7.838 16.371 40-44 7.397 6.533 13.930
2011
2012
2013
2014
199698
208292
213683
218799
190000
195000
200000
205000
210000
215000
220000
225000
2009.5
2010
2010.5
2011
2011.5
2012
2012.5
2013
2013.5
2014
2014.5
1 2 3 4
Jum
lah
pen
du
du
k
Ta
hu
n
JUMLAH PENDUDUK KOTA SORONG (2011 -2014)
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 74
45-49 5.526 5.006 10.532
50-54 4.412 3.642 8.054
55-59 3.111 2.326 5.437 60-64 1.681 1.365 3.046
65-69 881 740 1.621
70-74 454 438 892 75+ 351 456 807
KotaSorong 2014 114.215 104.584 218.799
2013 111.674 102.009 213.683 2012 109.297 98.995 208.292
2011 104.557 94.698 199.255
Sumber: BPS Kota Sorong, 2015
Gambar 2. Penduduk Kota Sorong Menurut Kelompok Umur Tahun 2015
Besaran penduduk usia muda akan membebani penduduk usia produktif,
karena penduduk yang berada pada usia di
bawah 15 tahun secara ekonomi tidak menghasilkan dan biaya hidup mereka
justru yang paling tinggi. Dengan
demikian, ketika jumlah penduduk usia muda dibandingkan dengan penduduk usia
produktif maka pada ahirnya mereka akan
disebut sebagai kelompok usia yang
memiliki ketergantungan atau memberikan beban kepada kelompok usia produktif.
Ukuran yang digunakan untuk
melihat tingkat ketergantungan adalah Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio).
Dependency Ratioyaitu perbandingan
antara penduduk usia tidak produktif (15
tahun ke bawah(Youth) dan 65 tahun ke atas(Old)) terhadap total penduduk usia
produktif (15-64 tahun).Dengan demikian, dapat diketahui bahwa angka Dependency
Ratiodi Kota Sorong pada tahun 2013
adalah14,72. Angka ini berarti bahwa dari 100 orang yang produktif harus
menanggung beban 15 orang yang tidak
produktif. Dari angka tersebut juga, beban tanggungan perempuan lebih tinggi dengan
nilai 15,34, sedangkan beban tanggungan
laki-laki sebesar 14,16 persen.
Persebaran dan Kepadatan Penduduk di
Kota Sorong
Pada Tahun 2014, penduduk di Provinsi Papua Barat yang paling banyak
penyebaran dan kepadatannya yaitu Kota
Sorong dan Kabupaten Manokwari. Hal ini
dapat dilihat seperti pada Gambar 3.
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
0-4
10-14
20-24
25-29
35-39
45-49
55-59
65-69
75+
Jumlah Penduduk
Kel
om
po
k U
mu
r
Penduduk Kota Sorong Menurut Kelompok Umur Tahun 2015
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 75
Gambar 3. Sebaran Penduduk Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2014
Kota Sorong dengan luas wilayah
0,68 % dari luas Papua Barat dihuni oleh
25,30 persen penduduk Papua Barat dengan kepadatan penduduk 314 jiwa per km2.
Distribusi penduduk untuk setiap distrik di
Kota Sorong bervariasi seperti dilihat pada
Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Sorong Tahun 2014
Distrik Luas Daerah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
(jiwa/km2)
1. Sorong Barat 254,15 37.376 156
2. Sorong Timur 158,21 38.738 191 3. Sorong Kepulauan 200,10 9.893 55
4. Sorong 126,85 31.912 275
5. Sorong Utara 229,71 51.587 219 6. Sorong Manoi 135,97 49.293 351
Jumlah 2014 1.105,00 218.799 193
2013 1.105,00 208.292 189
2012 1.105,00 199.255 180,32
2011 1.105,00 190.625 172,51
Sumber: BPS Kota Sorong, 2015
Berdasarkan Tabel 3 diatas, daerah yang paling padat penduduknya adalah
Distrik Sorong Manoi (351 jiwa/km2), dan
dikuti oleh Distrik Sorong (275 jiwa/km2).
Daerah dengan kepadatan paling rendah adalah Distrik Sorong Kepulauan yaitu 55
jiwa/km2.
Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk adalah
perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu setiap tahunnya. Laju
pertumbuhan penduduk di Kota Sorong untuk setiap distrik dapat dilihat pada
Gambar 4.
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000 Sebaran Penduduk Papua Barat di Kab/Kota Tahun 2014
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 76
Gambar 4. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong Tahun 2014-2015
Sumber: BPS Kota Sorong, 2015
Pada gambar 4 terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kota Sorong dari
tahun 2014 ke 2015 sebesar 3,10 % dimana
angka tersebut relatif lebih tinggi dari rata-
rata pertumbuhan penduduk pertahun di Provinsi Papua Barat sebesar 2,51%, dan
juga relatif paling rendah dibandingkan
keenam distrik lainnya. Sebaliknya, Distrik Sorong Kepulauan memiliki laju
pertumbuhan penduduk yang paling besar
(13,27%) dibandingkan Kota Sorong dan
kelima distrik lainnya, masing-masing Distrik Sorong (7,20 %), Distrik Sorong
Manoi (7,47 %), Sorong Barat (5,19 %),
Distrik Sorong Timur (4,56%) dan Distrik Sorong Utara (4,28%).
Dalam kurun waktu sejak tahun
2010 hingga 2016, laju pertumbuhan penduduk Kota Sorong (3,16%)masih
diatas rata-rata tingkat pertumbuhan
penduduk di Provinsi Papua Barat (2,61%).
Hal menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Sorong
relatif tinggi yang disebabkan bukan saja
oleh kelahiran tetapi juga oleh tingkat migrasi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Penduduk di Kota Sorong Pertumbuhan penduduk Kota Sorong
sebesar 3,16 disebabkan oleh beberapa
faktordiantaranya: 1. Kelahiran ( Natalitas)
2. Kematian (Mortalitas)
3. Perpindahan penduduk(Migrasi).
Natalitas (Angka Kelahiran)
Rata-rata Anak Lahir Hidup, Anak
Masih Hidup dan Anak Meninggal
Kelahiran bersifat menambah jumlah
penduduk. Anak lahir hidup mengandung arti jumlah seluruh anak yang pernah
dilahirkan hidup oleh seorang ibu yang
berumur 15-49 tahun dengan tanda-tanda
kehidupan seperti tangisan atau gerakan-gerakan kecil. Rata-rata anak lahir hidup,
masih hidup dan meninggal di Kota Sorong
dapat dilihat pada Tabel 4.
5.19
4.56
13.27
7.2
4.28
7.47
3.1
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sorong Tahun 2014 - 2015 (%)
Distrik Sorong Barat Distrik Sorong Timur Distrik Sorong Kepulauan
Distrik Sorong Distrik Sorong Utara Distrik Sorong Manoi
Kota Sorong
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 77
Tabel 4. Rata-rata Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup dan Anak Meninggal di Kota Sorong
Tahun 2010 - 2013
Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013
Rata-rata Anak Lahir Hidup 1,86 2,51 2,61 3,01
Rata-rata Anak Masih Hidup 1,80 2,36 2,51 2,84
Rata-rata Anak Meninggal 0,06 0,15 0,10 0,17
Sumber: BPS Kota Sorong, 2013 (IPM)
Tabel 4 menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 hingga 2013, rata-rata anak
lahir hidup oleh seorang ibu pada usia
produktif dan rata-rata anak masih hidup di
Kota Sorong mengalami peningkatan dari 2 jiwa menjadi 3 jiwa. Namun demikian,
masih tetap ada kasus dimana anak yang
dilahirkan hidup kemudian meninggal.
Faktor-Faktor Penunjang Kelahiran
Faktor-faktor penunjang kelahiran
(pro natalitas) di Kota Sorong antara
lainbanyaknya pasangan usia subur dan kawin pada usia muda. Persentase
penduduk perempuan di Kota Sorong
menurut kelompok umur dan status perkawinan pada tahun 2013 dapat dilihat
pada Tabel 5 dan Gambar 5.
Tabel 5. Persentase Penduduk Perempuan di Kota Sorong Menurut Kelompok Umur dan Status
Perkawinan Tahun 2013 Kelompok Umur Status Perkawinan Total
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
15-19 9,20 0,20 NA NA 9,40
20-24 4,00 5,25 NA NA 9,25
25-29 3,22 8,16 0,41 NA 11,80
30-34 0,87 6,79 NA 0,08 7,73
35-39 0,54 7,91 0,19 0,19 8,82
40-44 0,01 4,52 0,01 0,38 4,92
45-49 NA 5,40 0,15 0,69 6,24
50-54 0,05 3,13 NA 0,62 3,80 55-59 NA 1,23 0,05 0,75 2,03
60-64 NA 0,92 0,03 0,80 1,75
65+ NA 0,52 NA 0,68 1,24
Total 50,92 44,06 0,84 4,19 100,00
Sumber: BPS Kota Sorong (Statistik Kesejahteraan Rakyat), 2013
Gambar 5. Persentase Penduduk Perempuan di Kota Sorong Menurut Status Perkawinan Tahun
2013
50.92
44.06
0.84
4.19
0 10 20 30 40 50 60
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
Persentase Penduduk Perempuan (%)
Stat
us
Per
kaw
inan
Persentase Penduduk Perempuan Menurut Status Perwakinan di Kota Sorong Tahun 2013
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 78
Sebanyak 50,92 penduduk
perempuan di Kota Sorong belum kawin. Kelompok yang paling banyak belum
kawin pada usia 15-19 tahun. Hal ini
karena pada usia tersebut masih merupakan
usia sekolah (tingkat SLTA). Setelah kelompok 15-19 tahun, kelompok yang
belum kawin adalah pada oleh usia 20-24
dan 25-29 tahun, yaitu mereka yang masih
aktif melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi atau baru memulia karier dalam pekerjaan.
Selanjutnya, untuk perempuan, usia
kawin pertama ada yang masih dibawah
umur 19 tahun. Akan tetapi persentasenya kecil sekali.Umur kawin pertama untuk
perempuan di Kota Sorong dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Perempuan Umur 10 Tahun atau Lebih Yang Pernah Kawin Menurut Umur
Kawin Pertama Tahun 2011-2013
Daerah Umur Pada Saat Kawin Pertama (Tahun)
≤16 17-18 19-20 21+
Kota Sorong 6,51 11,98 19,16 62,35
Papua Barat 9,26 16,3 21,18 53,43
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2015 dan BPS Kota Sorong, 2015 (Dalam Angka)
Mayoritas perempuan di Kota
Sorong kawin pada saat berumur diatas 21 tahun. Umur pada saat kawin pertama
dibawah 17 Tahun lebih rendah dari pada
rata-rata Provinsi Papua Barat. Sebanyak
6,51 persen Perempuan kawin pada saat belum siap secara fisik untuk menjalankan
fungsi reproduksi.
Rentang umur dari 17 tahun hingga 49 tahun merupakan umur produktif bagi
perempuan sehingga kemungkinan untuk
melahirkan anak cukup besar. Dengan demikian, seorang perempuan yang usianya
muda, akan semakin besar memiliki
peluang untuk memperoleh anak,
dibandingkan perempuan yaug usianya
sudah lebih tua.
Mortalitas (Angka Kematian)
Kematian bersifat mengurangi
jumlah penduduk yang ada pada suatu wilayah. Angka kematian bayi (Infant
Mortality Rate/IMR)adalah jumlah
kematian anak berumur dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup.Jika dilihat
Gambar 7, IMR Kota Sorong tahun 2013
yaitu 21, artinya bahwa terdapat 21 kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup di
tahun 2013. Angka IMR tahun 2013 lebih
tinggi dibanding tahun 2008 sampai dengan
2012.
Gambar 6. IMR Kota Sorong Tahun 2014
Sumber: BPS Kota Sorong, 2015(Statistik Kesejahteraan Rakyat)
0
5
10
15
20
25
2013 2012 2011 2010 2009 2008
IMR Kota Sorong
IMR Kota Sorong
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 79
Gambar 6menunjukan bahwa IMR
(Angka Kematian Bayi) terkecil terjadi di tahun 2009 dimana dalam 1000 kelahiran,
ada sekitar 16 bayi yang meninggal
sebelum mencapai umur satu tahun. Angka
kematian ini tergolong sedang karena berkisar antara 14-18 jiwa. Namun dalam
kurun waktu 2010 sampai 2013, IMR Kota
Sorong terus meningkat. Meningkatnya kasus gizi buruk, merupakan faktor yang
diduga mempengaruhi tingkat kematian
bayi. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Sorong , tercatat 1.142
kasus balita gizi buruk di Kota Sorong yang
meningkat sangat signifikan dari kasus ditahun 2012 sebanyak 253 dan tahun 2011
sebanyak 295 kasus. Salah satu penyebab
yang terjadi adalah pemantauan hanya dilakukan melalui Kartu Menuju Sehat
(KMS), sehingga apabila anak tidak dibawa
ke Posyandu atau Puskemas, maka status
gizi anak tersebut tidak terpantau. Peningkatan kasus IMR ini seharusnya
menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah untuk memperbaiki layanan kesehatan bagi ibu dan bayi.
Walaupun jumlah kematian bayi
relatif cukup tinggi di Kota Sorong, akan tetapi tidak memberikan dampak signifikan
dalam pengurangan jumlah penduduk. Hal
ini karena pertambahan penduduk lebih banyak di Kota Sorong bukan saja melalui
proses kelahiran tetapi juga karena adanya
migrasi dari luar Kota Sorong.
Migrasi Penduduk Definisi migrasi menurut BPS yaitu
adanya dua lokasi yang berbeda yaitu daerah asal dan daerah tujuan tanpa
memperhatikan jarak apakah dekat atau
jauh. Para pelaku migrasi biasanya terjadi pada umur produktif. Migrasi dikategorikan
menjadi dua,migrasi yang dapat menambah
jumlah penduduk disebut migrasi
masuk(imigrasi)dan migrasi yang dapat mengurangi jumlah penduduk disebut
imigrasi keluar (emigrasi). Tidak dapat
disangkal bahwa pertumbuhan penduduk khususnya di Papua Barat salah satunya
dipengaruhi oleh migrasi masuk.
Seseorang dikatakan migran seumurhidup jika provinsi atau
kabupaten/kota tempat ia dilahirkan
berbeda dengan provinsi atau kabupaten/kodya tempat tinggalnya
sekarang (pada saat pencacahan).Arus
Migrasi seumur hidup Kota Sorong dapat dilihat pada Tabel 7
.
Tabel 7. Arus Migrasi Seumur Hidup Kota Sorong Berdasarkan Tempat Lahir Tahun 2015
Tempat Lahir
Jumlah Penduduk
Total Laki-laki Perempuan
Kabupaten Fakfak 922 541 1.463
Kabupaten Kaimana 161 24 185
Kabupaten Teluk Wandama 130 58 188
Kabupaten Teluk Bintuni 160 157 317
Kabupaten Manokwari 1.478 731 2.209
Kabupaten Sorong Selatan 887 1.406 2.293
Kabupaten Sorong 937 1.390 2.327
Kabupaten Raja Ampat 1.547 810 2.357
Kabupaten Tambrauw 0 0 0
Kabupaten Maybrat 1.322 1.742 3.064
Kabupaten Manokwari Selatan 0 0 0
Kabupaten Pegunungan Arfak 0 0 0
Kota Sorong 62.924 60.702 123.626
Lainnya 46.449 40.544 86.993
Total 116.917 108.105 225.022
Sumber : BPS Indonesia, 2015
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 80
Tabel 7 diatas menunjukan bahwa
sekitar 50 persen penduduk di Kota Sorong adalah lahir dan menetap di Kota Sorong.
Selain migrasi dari penduduk di wilayah
Papua Barat sendiri, dengan jumlah
penduduk paling banyak melakukan migrasi seumur hidup adalah yang
bertempat lahir di Kabupaten Maybrat, Raja
Ampat, Kabupaten Sorong dan Kabupaten Manokwari.
Selanjutnya data migrasi dapat
dilihat melalui jumlah migrasi risen.
Migrasi risen merupakan mereka yang
pindah dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini (mulai dari lima tahun sebelum
pencacahan). Keterangan ini diperoleh dari
pertanyaan tempat tinggal lima tahun yang
lalu dan tempat tinggal sekarang. Apabila kedua tempat berbeda maka dapat
dikategorikan sebagai migrasi risen. Jumlah
migrasi risen di Kota Sorong Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Migrasi Risen di Kota Sorong Tahun 2015
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk
Total Laki-laki Perempuan
Kabupaten Fakfak 92 210 302
Kabupaten Kaimana 14 0 14
Kabupaten Teluk Wandama 0 139 139
Kabupaten Teluk Bintuni 139 0 139
Kabupaten Manokwari 547 208 755
Kabupaten Sorong Selatan 14 128 142
Kabupaten Sorong 282 204 486
Kabupaten Raja Ampat 463 206 669
Kabupaten Tambrauw 0 0 0
Kabupaten Maybrat 0 8 8
Kabupaten Manokwari Selatan 0 0 0
Kabupaten Pegunungan Arfak 0 0 0
Kota Sorong 92932 86673 179605
Lainnya 10289 8026 18315
Total 104772 95802 200574
Sumber: BPS Indonesia, 2015
Tabel 8 menunjukan bahwa jumlah
migrasi risen terbesar berasal dari luar
Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 18.315 jiwa. Kota Sorong dengan perkembangan
pembangunan wilayah perkotaan dan
perdesaan yang semakin meningkat pesat sehingga menjadi daya tarik bagi para
migran untuk mencari peluang kerja bahkan
menciptakan lapangan usaha baru.
Motivasi utama masuknya para pendatang ke kota ini terkait dengan
pekerjaan. Jika pada tahun-tahun
sebelumnya Kota Sorong berkembang
karena sektor migas, saat ini Kota Sorong berkembang karena sektor jasa. Salah satu
factor yang mempengaruhinya adalah letak
geografis kota Sorong yang merupakan pintu gerbang Papua. Jenis pekerjaan yang
diincar para migran diantaranya bidang
perhotelan, perbankan dan perdagangan.
Migrasi risen berdasarkan kelompok umur tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 8.
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 81
Gambar 7. Migrasi Risen Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015
Sumber: BPS Indonesia, 2015
Gambar 7 menunjukkan bahwa
migrasi risen paling banyak dilakukan oleh
penduduk pada rentang usia produktif yakni
usia 20-24 tahun, kemudian diikuti para migran yang berusia 25-29 tahun dan 35-39
tahun. Pada usia tersebut para migran
memiliki peluang untuk dalam hal
kesempatan kerja maupun pendidikan.
Secara rinci jumlah migrasi masuk
dan migrasi keluar Kota Sorong dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 8.
Tabel 9. Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar di Kota Sorong
Kategori Migrasi Laki-Laki Perempuan Total
1. Migrasi Masuk 53.993 47.403 101.396
2. Migrasi Keluar 9.155 8.935 18.090
Sumber: BPS Indonesia, 2015
Gambar 8. Persentase Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar di Kota Sorong
Tabel dan Gambar 8menunjukkan bahwa jumlah migrasi masuk masuk ke
Kota Sorong relatif cukup besar jika
dibandingkan dengan jumlah migrasi keluar Kota Sorong. Hal ini disebabkan dua alasan
penting yaitu terkait kesempatan kerja dan
10
56
54
1
23
73
52
79
43
21
33
21
12
65
13
20
48
9
36
4
40
4
68
63 10
5
0
5 - 9 1 0 - 1 4 1 5 - 1 9 2 0 - 2 4 2 5 - 2 9 3 0 - 3 4 3 5 - 3 9 4 0 - 4 4 4 5 - 4 9 5 0 - 5 4 5 5 - 5 9 6 0 - 6 4 6 5 - 6 9 7 0 - 7 4 7 5 +
Migrasi Masuk85%
Migrasi Keluar 15%
Persentase Migrasi Masuk dan Keluar di Kota Sorong
JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 4 NO 1 JUNI 2015
Ludia Theresia Wambrauw 82
juga untuk melanjutkan pendidikan. Khusus
untuk alasan pendidikan, terdapat berbagai fasilitas pendidikan baik dasar maupun
pendidikan tinggi di Kota Sorong, seperti
terdapat Universitas Muhammadiyah
Sorong, STAK Sorong, STAIN Sorong, Universitas Victory, Politekes Kemenkes
Sorong, STIKES, UKIP Sorong, STIE
Bukit Zaitun, Politeknik Kelautan dan Perikanan, dan lainnya.
Gambar 8 mengenai migrasi risen
terbesar yang terjadi pada rentang usia 20-24 dan 25-29 tahun, yaitu usia pada saat
menempuh pendidikan tinggi memiliki
keterkaitan dengan penjelasan pada Gambar
9.
KESIMPULAN
Kota Sorong merupakan satu-
satunya kotamadya di Provinsi Papua Barat
dengan tingkat pertumbuhan dan kepadatan
penduduk paling tinggi. Jumlah penduduk di Kota Sorong paling tinggi dibanding
Kabupaten Kota di Provinsi Papua Barat.
Faktor yang menyebabkan perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran,
kematian dan perpindahan penduduk
(migrasi). Angka kelahiran dan kematian kontribusinya relative rendah dibanding
dengan arus migrasi. Migrasi merupakan
faktor utama peningkatan jumlah penduduk
yang sangat besar karena alasan pekerjaan dan pendidikan. Migrasi risen di Kota
Sorong sebagian besar berasal dari luar
wilayah Papua Barat, artinya bahwa semakin banyak pendatang yang tinggal
dan menetap di Kota Sorong.
Masalah kependudukan akan mempengaruhi kesejahteraan dan
perkembangan suatu daerah di tahun
mendatang. Oleh karena itu, pemerintah
perlu mengambil langkah – langkah strategis pada tahun-tahun mendatang
terutama bagaimana mengelola masalah
pertumbuhan penduduksehingga terjadi pemerataan kesempatan kerja, kesempatan
berusaha, dan juga mampu mengatasi
masalah-masalah yang terkait pendidikan,
kesehatan, perumahan yang layak dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Indonesia, 2015. Statistik Migrasi
Papua Barat. Hasil Survei
Penduduk Antar Sensus Tahun
2015 BPS Kota Sorong, 2014. Kota Sorong
Dalam Angka Tahun 2015
BPS Kota Sorong, 2015 (a). Kota Sorong Dalam Angka Tahun 2016
BPS Kota Sorong, 2015 (b). Statistik
Kesejahteraan Tahun 2015 BPS Provinsi Papua Barat, 2015. Statistik
Kesejahteraan Papua Barat Tahun
2015.
BPS Provinsi Papua Barat, 2014. Papua Barat Dalam Angka Tahun 2014.
Hardini Dyah Ayu, 2011. Hubungan
Antara Pertumbuhan Penduduk, Kemiskinan Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kualitas
Lingkungan Di Kota Semarang
Tahun 2001-2008. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang
(https://lib.unnes.ac.id/2713/1/7137.p
df