jurusan terjemah fakultas adab dan humaniora …
TRANSCRIPT
ANALISIS DIKSI PADA BAB PUASA BUKU TERJEiVlAHAN FATHUL
QARIB
Oleh:
Elang Satya NagaraNim : 102024024411
JURUSAN TERJEMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (lOIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007
ANALISIS DIKSI PADA BAB PUASA BUKU TERJEMAHAN
FATHUL QARIB
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk
Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Satjana Sastra
Oleh:
ELANG SATYA NAGARANIM : 1020240244I I
Di Bawah Bimbingan
Dr. H. A. Savuti. A. Nasution, MA.NIP: 150 234 507
JURUSAN TERJEMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang beljudul ANALISIS DlKSI BAB PUASA BUKU
TERJEMAHAN FATHUL QARIB telah diujikan dalarn sidang munaqasyah
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 13 Maret 2007. Skripsi telah diterima sebagai salah satu untuk
memperoleh gelar smjana Program Strata I (SI) pada Jurusan Tarjamah.
Jakarta, 13 Maret 2007
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
.------~,~~..Drs. Ikhwan Azizi, ;\(4
NIP. 150268589
Penguji c,
Drs.H. A. S atibi M. ANIP 150 228 407
Sekretaris Merangkap Anggota
Ahmad S aekhuddin M.ANIl? 150303001
Anggota
P{,mbimbing
DI·s. H. A. Saruti Nasution, MA.NIP. 150 234 507
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kepada Allah yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karuniaNya hingga terselesaikannya skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga te'Turah atas Nabi Muhammad SAW yang telah dengan sabar dan ikhlas
menunjukkan kita semua pada kebenaran yang haqiqi.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat gelar strata satu
JUPlJan Tmjamah Fakultas Adab dan HUPlaniora Universitas Islam Negeri Syarif
HidayatulJ"h Jakal1a.
P~nulis sangat menyadari, tanpa bantuan dan doorman dari berbagai pihak,
peilyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih
seb~sar·besarnya atas partisipasinya. terutama kepada:
Bapak Dr. H. Abdul Chair. Dekan Fakultas Adab dan I-lumaniora Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. lkhwan Azizi, MA selaku Ketua Jurusan Tarjamah.
3. Bapak Ahmad Syaekhuddin, M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah.
4. Bapak Dr. H. A. Sayuti. A. Nasution, MA selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing Penulis menyusun skripsi ini.
5. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikfl11 kepada orang tua
penulis, Ayahanda H. Sanusi dan Hj. Telty Yulianingsih, yang dengan susah
payah membimbil1g penulis sejak kecil hingga sekarang. Berkat doa l11ereka
jualah skripsi il1i dapat terselesaikan. Begitu juga kepada kakak-kakaku, Dr.
Eva Sal1tika, lr.Wil1da Paramita, Hygea Ambarsari, S. sos, yang senantiasa
mel11beri semangat kepada penulis.
6. Keluarga H. Muslih YUI1US dan Hj. Hiluyyah yang banyak menasihati penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Perpllstakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakmia, Perpu~takaan Fakllltas
Adab dan Hllmaniora, Perpustakaan Utal11a UL Rental B. Com, dan
8. Lel11Daga-lcmbaga lain yang telah mcmbantu mel11injamkan berbag::i refercnsi
yang PenuJis butuhkan demi kelancaran penYllSllnan skripsi ini.
9. Juga tM (uIJa ~enulis r'lengucaplan terimu kasih kepacia tel11an-lelr,ar,
seangkatan. selia semua pihak yang telah menyumbanglan elemcn-elemcn
pendukung dalam proses penyelesaian slripsi inL s.:moga AlJah SWT
meridhai semua niat baik mereka. Al11iin.
PeIl't1is menyadari, meskipun telah semaksimal mungbn berusaha dalam
meneyelesaikan skripsi ini, masih banyak kekurangan ymlg harus diperbaiki. Kl'itik
dan saran membangun selalu Penulis harapkan demi penyempu,rnaan skripsi ini.
Jakarta, 23 Februari 2007
Penulis
Elallg Satya Nagara
I'IWOMAN TRANSLlTERASI
Skripsi 1m l11enggunakan transliterasi yang bersumber dari pedoman
transliterasi arab-indonesia atas keputusan bersama menteri agama dan menteri
pendidikan dan keblldayaan RI, tertanggal 22 Janllari 1998 NO; 158/1987 dan No.
0543 b/U/l987 dengan sedikit modilikasi pada system pem:lisan, sebagaimana
dijelaskan di bawah:
I. Konsonan lunggal
AliI' ... tidak dilambangkan
L...l Ba l b be
W Ta' t tt"
:. Tsa' ts t's titii-: di atasL...l
C.lim .I .Ie
,.. Ha' h ha titik di bawah<...
.;... Kha' kh ka dan hal_
J Oal d de
J Ozal ell. I.e! titik di atas
.JRa' r er
.JZai z zet-
lY'Sin s es
,-_..-".-. "-_....~_ ..-._--_.:. Syin sy es dan ye
lY'- ~_ .._-_•.._.._--_._- _....,. .._---_._.~-_._--~-~-.-
lJL'shad s es titik di bawah
lJL'dhad d de titik di bawah
1, Tha te titik di bawah
1, Dza z zet titik di bawah
t ayn koma terbalik di atas
t ghain " ge"
L~Fa f ef
0Qaf ,1 ql
<J.l Kaf k ka
\ lam eI~
/"mlill m l'ln
,, nun n en
'-'
-'\V3\\ \\ we
, ha h ha
>:- hamzah apostrof
-5.va y ye
II. Knnsonan rangkap karena lasydid ditlliis rangkap:
ditlilis
ditlilis
milia 'uqqidiil1
'idduh
[II, Ta marbllthah di akhir kata:
1. hila dimatikan, ditulis "h"
ditulis
ditulis
hilwh
jizyah
, bila dibidupkan karena bcrangkai dcngan kata lain, ditulis ..t"
JlJ\~ ditulis
~\ ob j dillilis
IV. Vokal pcndck:
l1i'malu!lah
zukualul:/)'r
(fatbab) ditulis "a", contob c.,..:~ ditulis dharabu
(kasrah) ditulis "j", contob ~ ditulis Iii/lima
(dhammah) eitulis"u . comob ...,.us ditulis kllliba
V. Vokal' panjang:
I. [:'1hah" aliL dilulis"a' (~aris aUS)
dimlis juab iIi\"\'uli
, li:tthah - ,liif"lac1s',r, ditulis "a" (garis atas)
CilUlis )'US 11
3. kasrah + ya mat:, ditulis "i" (garis alas)
ditulis maiiid
4. dbammah + wall mati, ditulis "u" (garis alas)
ditulis furuudh
Vl. Vokal rangkap:
1. fathah + ya mati, ditolis "ay"
dituJis !>aynakum
2. lillhahl wau mali, ditulis "au"
J~ dituJis qUill
VJl. Vokal-vokal pendek yang herurutan daJam satu kata. dipisahkan dcngan
apostrof.
ditulis
ditlilis
ditulis
({ 'un/11m
1/ 'id"al
la 'in ,Iyakarlum
Vl1l. Kata sandang + lam
I, bila didukung hurllf qamariyah ditulis "al-"
ditlilis
dituJis
ai-quI' 'an
al-qiyas
2. bila diikuti huruf syamsiyyah" ditulis dengan menggandeng hl'ruf
syamsiyyah yang mengikutinyu serta menghilangkan huruh 1- nya:
~I
ditulis
ditulis
as-soma
my-syams
IX. Hurllf bcsar dalam tulisan latin digunakan scsuai dengan cJaan yang
diperbaharui (EYD).
X. l'cnllJisan kata-kata dalam rangkaian kaJimat dapat ditulis menufllt bllJ1yi atall
pcngucapannya dan penulisannya.
ditulis zawil-furuudh atau zawi a!~/i<ruudh
DAFTARISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
PEDOMAN TRANSLITERASI iii
DAFTAll. lSI viii
BABI
BABII
I'ENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .
B. Pembatasan dan rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
D. Metode Penelitian 8
E. Sistematika Penulisan 9
KERANGKA TEORI
A. Teori Penerjemahan 10
1. Definisi Penerjemahan 11
2. Syarat-syarat Penerjemahan 15
3. Jenis-jenis Peneljemahan 17
B. Teori Diksi 22
1. Pengertian Diksi dan Korela~i Dengan Makna.. 23
2. Syarat Ketepatan dan Kesesuaian Diksi.. 25
3. Diksi Dalam Kalimat.................. 28
BABIn ANALISIS DATA
A. 8ambaran Umum Kitab Fathul Qarib dan~~
Pene~jemahanya " 37
B. Analisis Diksi Dalam Hubungan Dengan Makna 41
I. Kata Khusus dan Kata Umum 41
2. Makna Kanatatif dan Makna Denatatif. 42
3. Makna Referensiallmplisit 44
C. Ana1isis Keserasian Makna Dalam Peneljemaban Bab
Puasa Buku Fathul Qarib 46
I. Tidak diteljel11ahkan 47
2. Kerancuan Melleljemahkan ",7
D. Analisis Kalimat 49
1. Kesepadanan dan Kesatuan 49
., Kaherensi yang baik dan Kampak 50
BABIV
3. Para1isl11e alau Kesepadanan 51
PENUTUP
A. Kesil11pulan 53
B. Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
DAFTAR LAMPIRAN
BABl
PENDAHllLUAN
A. LATAR BELAKA.NG MASALAH
Menerjemah merupakan seni yang rumit dan menuntut adanya bakat serta
pengetahuan mendalam tcntang Bahasa Sumber (BSu) dan Bahasa Sasaran (BSa).
Kesulitan menerjemah timbul karena tiap bahasa '11emiliki sui generis (karakteristik)
Inasing-lnasing. Hal ini disebabkan juga ka:-ena proses peneljemuhan mcrupakan
pekeljaan yang sulit dan memiliki banyak aspek, dan pada dasarnya adalah proses
linguistik yang saripatinya tcrangkul11 dalam upaya menenri padanan kata-kata suatu
bahasd dengan kata-kata bahasa lain. "Seliap bahasa merupakan si,tel11, dimana :;etiap
bahasa ibu penerjemah berbeda dengan sistem t3su yang ditcljemahkan".1
Perbcdaan karakteristik dalam seliap bahasa lllcnycbabkan kesulitan unruk
11lcnCI:jemahkan. Seorang pencljemah di:Ultpl dntuk memahami dan 111cngerti peran,
katcgori dan fungsi Seliap bahasa yang mcnyusun setiar kalim3.t pada Bsu. sehingga
pesan yang diinginkan oleh teks te~jemahan dapat diungkapkan seem'a tepat dan
sempuma kedalam Bsa. Secm'a luas tet:jemah dapat diartikan sebagai semua kegiatan
manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pcsan baik verbal maupun
non-verbal, dari infonnasi asal atau informasi sumber ke dalam informasi sa5m·an.
Secara keseharian dalmn pengertian dan eakupan yang lebih sempit terjemah biasa
I Ahmad Satori, "Diktat Peneljemahan Tahriri)'uh: Prinsip-prinsip Penely"emahan", (jakarta: tp2004), hal. 3
2
diartikan sebagai Suatll "proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa
pertama atau babasa sumber dengan padananya di dalam bahasa kedua atau bahasa
sasaran ,~2.
Seem'a luas teIjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manllsia dalam
mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal maLlpUn non-verbal. dari
informasi asal atau inforl11asi surnber ke dalal11 infi.xmasi sasaran, Seem'a keseharian,
dalam pengertian dan eakupan yang lebih sempit ~erjemah biasa diartikan sebagai
sua'L! proses pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa
sUl11ber dengan padananya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran.
Ada dua perangkat yang wajib digunakan dalam penerjemahan vaitu:
perangkat in~eleKtual dan perangkat praktis, "Perangkat intelektual meneakup
kemampuan yang baik dalam bahasa sasaran. pengetahllan mengenai pokok masalah
yang diterjemabkan. dan keterampilan. Perangbt praktis meliputi kemal11puan
l11enggunakan slll11ber-sumber rujukan dan kel11al11puan mengenali suatu teks"'.
Penulis akan meneoba menganalisa salah satll karya terjemahan dari sudut
diksi. Piliban kala atau diksi maksudnya. kita memilih kata yang tepat untllk
menyatakan seslIatu. "Piliban kata l11erupakan satu linsur yang sangat penting dalam
dunia tulis-menulis l11aupun dalanl tutur seha~i-hari,,4, "Istilah diksi tidak hanya
2 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah, Penganlar kew'ah Pendekalon Linguislik danSosiolingllislik, (Bandoog: Mandar Maju, 1994), hal. 8
3Rochayah MachaIi, Pedoman Bagi Penerjemah, ( Jakarta: Grasindo,2000), hal. I I4 Zaenal Arifin.. S. Ammo Tasai, Cermal Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
(Jakm1a: Akademika Pressindo, 1995), Cet. ke-I, hal. 73
3
dipakai dalam mcnyatakan kata-kata niana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu
ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa dan ungkapan"s.
Diksi memiliki tiga garis besar, pert1l11l1l pilihan kata atau diksi mencakup
pcngertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau mengungkapkan
ungkapan-ungl:apan yang tepat, dan gaya bahasa mana yang baik dalam suatu situasi.
J(etluIJ. pilihan kata atau diksi adalah kemampuan untuk membedakan secara tcpat
nuansa-nuansa dari gagasan yang lngm disan1paikan dan kelllaU1pUan untuk
menemukan ~1entuk yang sesuai dcngan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
sckelompok masyarakat pcndcngar. Ketigll, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata bahasa itu.
Scbagai scorang pencljcmah haruslah mampu mencarikan padanan yang tepat
dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Satu kesalahan bila seorang
penerjemah memadankan sebuah kala atau konteks kalirnat bahasa sasaran lidak
sesuai dengan bahasa sumber. hal ini dapat mengakibatkan perubahan makna.
"Dalam mcncari padanan pasti mencmukan makna leksikal pada kamus, yang
mcmbuat peneljemah harus pandai memilih kata-kata yang sesuai dengan konteks
kalimat yang ditemukan. Kesesuaian antara konteks babasa sumber (Bsu) dan konteks
bahasa sasaran (Bsa) adalah salah satu syarat penerjemah,,6
, Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), Cet. ke-J4,hal.23
6 Ismail Lubis, Falsifikasi terjemahan Alquran DEPAG Edisif990, (Yogyakarta: PT. TiaraWacana. 2001), eel. ke-l. hal. 62
4
Sering dijumpai orang-orang yang nmdah bertutur kata clan memiliki kosakata
yang banyak, namun sebaliknya tidak jarang menemukan orang-orang yang sulit
bertutur kata untuk mengatakan suatu gagasan. Mereka yang luas kosakatanya akan
memiliki kemampuan yang linggl unluk memilih selepal-tepatnya kata mana yang
harus ditutmkan secara baik clan benar.
Kosakata yang kaya raya akan mcmungkinkan penulis atau pcmbicara lebih
bebas rnemilih kata y'ang (:ianggapny,"<l paling tepat mcwakili pikirnya. Ketepatan
makna akan lllt::I1Untut i)llia kcsadaran pcnulis atau pcmbicara untuk mcngctahui
bagaimana hubungan antma bc,ltuk bahasa (kata) clengan rcferensi'lya. Apakah
bentuk yang clipilih sudah cukuJ) kngkap unluk mendukung maksud pcnulis, "karena
masalah makna kata yang tepat mcminta pelha,ian pcnuli, atau pcmbicara t:l1tuk tcup
mengikuti perkemban~~an makna dari \vaktu ke \Vaktu. ka,rena tiap kata dapat
t11cngalami perkembangan waktu··
. 'II "\"y~~,.)\--"",)L-'" . oJ' \ "<
Dite,jemahkan:
"Syaral-5yarttl wajilmyrt berpuasa ilu ada 3 perkaru, mellurul sebugiall
kelerttllgull 4 pe;'kara, yairu:
1. L~/am
2. Sudall dewasl! (baligil)
7lbid. , h. 87.
5
3. Berakal seltat
4. Kliasa (l1Iampll) mengerjakan pllasa. 8
Menurut penulis, penel:iemahan Falhul Qarib di atas kurang tepaL khususnya
dalam pemakaian kata dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (B3a).
dalam hal ini yaitu bahasa Indonesia,
Meskipun kata .hlly'; berbentuk plural (jamak taktsir). tidak perIu
diteriemahkan menjadi ··syarat-syarai". Kata itu cukup diteriemahkan dengan
·"syarat'"..yang bisa bl;.:fll1akna jan11:1k. Hal ini sarna seperti li-asa f)L.:"I\ ~k.::: \ lno.,.- .. c
diartikan dengan "ajaran Islam", Meski sebenarnya bisa diartikan dengan ",~jaran-
ajaran Islam", tapi demi kehematan kata dan makna jamak yang bisa terkc,ndung di
dalamnya. lebih cocok di81tikan "aja1'an Islam", Demikian juga dengan penerjemah,m
"synrat" dalam contoh di ntas,
Fmsa i'L,...d\ y 3'?-y diterjemahkan menjadi "waj ibnya berpuasa", Frasa ;ni
sebenarnya lebih enak scnndainya diterjemahkan dengan "wajib puasa", 1'a1'I;l,<:I
"nya" dalam kata "wajibnya" dihilangkan, karena sudah diwakili oleh kata "paas" "
Sementara itu, peneljemahan "berpuasa" lebih sesuai jika ditel:iemahkan mCl~jadi
"puasa" saja. Alasannya. kata ('L,...d\ merupakan nomina bukan verba, kecuali jikn
kata itu berbentuk verba maka arti "berpuasa" sudah tepaL
Selanjutnya, frasa ~~l ;c,)\'j ditmjemahkan "ada tiga pe1'kara". Kata
"perka1'a" saat ini sudah tidak dipakai lagi, ka1'ena kata ini mengalami pcnyempitan
'[mron Abu Amar, Fa/hill Qarib (bllkll teljemahan), (Kudus: Menam Kudus, 1982), h. [82
6
makna. Kata "perkara" saat ini digunakan untuk masalah yang bersifat hukum, sepelii
perkara pidana, perkara saksi, perkara hukum, dan sebagainya. Pada kata ini
sebaiknya kata "perkara" diterjemahkan macam atau hal, jadi teljemahannya ialah
~~ada tiga Illacani'.
Kemudian kalimat ~~\ :k;) t....,.:,]1 v~1 cJl5 dite~iemahkan "menurut
sebagian hterangan 4 perkara". Pada frasa t....,.:,]l..Y=-i dite~iemahkan "sebagian
keterangan". menurut penulis, sebaiknya kata "sebagian" diteriemahkan "beberapa".
Karena kata "sebagian" identik dengan bersifat ukuran, misalnya sebagian uang,
sebagian tanah, sebagian sawah, dan lain sebagainya. Sedangkan kata "beberapa"
yang penulis gunakan menjelaskan bahwa keterangan yang menjelaskan tentang
"syarat puasa" terbatas pada kitab-kitab fiqih yang lebih tinggi pembahasannya.
Adapun frasa o~i,:k;) dite~jemahkan c1engan menambahkan kata "ada", kmena
dalam peneI:iemahannya tanpa ada kata tersebut. sehingga ia menjacli "ada 4 macam",
Demikianlab Penulis mengangkat masalah ini sebagai bahan penulisan skripsi
dengan judul " .~I\IALISIS DIKSI PADA BAB PliASA BUKli TERJEMAHAN
FATHUL QARlB", c1engan asumsi teoritis bahwa kajiar, diksi ini mudah-mudahan
c1apat membantu memilih makna yang tepat dalam meneljemahkan.
Adapun sehagai data, Penulis memiJih buku terjemahan Fathul Qarib yang
diteIjemahkan oleh Drs. H, Imran Abu Amar dan dikarang oleh As-Syekh ai-Imam
al-Alim al-allamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi'l,
yang diterbitkan o!eh"Manara Kndns". Kitab ini tergolong kitab pertengahan.
7
Pengambilan Bab Puasa ini sebagai data penelitian karcna dianggap pcnting untuk
scluruh llll1at Islam yang akan melaksanakan ibadah puasa. Mudah-mudahan
pcmbahasan Bab Puasa inl lebih terfokus lagi. sehlngga masalah inl akan sedikit lebih
jelas.
B. Pcmbatasan dan Pcrnmnsan Masalah
S~bagaimana tclah penulis kcmukakan pada latar belakang masalah dl atas.
bahwa pcngan1atan pada bulu tCljernahan f:ath al-Qarib Hlcn1beri inspirasi kcpada
!lcl1ulis unluk mengangkat permasalahan diksi. ~)enulis akan Inencoba mcnganalisa
hasil ter;cmahan bab puasa pada buku tersebut sesuai dengan kajian diksi yang
bcrkaitan clengan keserasian kata dengan konteks kalimat.
Penulls merasa perlu membatasi permasalahan pada kajian dlksi. karena begitu
kompleks pada huku lcricmahan ini. [Jari sekian bab pada buku tersehut. penulis
Jl'~~ngan1bil saw hab S'~F.L bab Puasa. Dengan alasan agar pnelitian yang akan penulis
la:wkan tidak mekbar.
Maka clalam hal iill penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kala yang clipilih oleh penerjemah buku Fathu1 Qarib sesuai dengan
syarat ketepatan clan kesesllaian cliksi.
2. Apakah pemilihan diksi yang dilakukan penerjemah sesllai dengan makna yang
terdapat dalam bahasa sumber.
8
C. Tujuan dan Manfaat Pcnclitian
Bcrdasarkan masalah yang penulis kemukakan di alas, Olaka yang menjadi
lujuan umum penelilian diksi ini adalah membuklikan penlingnya kesesuaian.
paclanan alau pilihan kala pada suatu pencrjcmahan. Schingga ticlak mcnimbulkan
kcrancuan mii. Aclapun lujuan khusus clalam pcnclilian ini adalah:
1. Mcncari kala-kata yang belum sesuai clengan syaral ketepatan dun kesesuaian
dib.
} rv1enganatisa dan rncncari padana makna yang sesuai.
Adapun manfaat dari studi diksi ini adalah membantu p,:ra peneriemah tenaama
penerjemah pcmula untuk membantu Olcmilih kata atau packman dalam bahasa
sasaraa. dan untuk 111enlbantu 111emudahkan 111enganalisa ha~il teljenlt;lhan.
D. Mc;odc Pcnclilian
fV1ewdc pene]irian ,vang penu!is pilih adalall metode pr;lk']:lian daskripliL adalah
penelitian yang dituliskan seem'a terperinei. Sebagaimana l\'lah ciisebutkan pada judul
skripsi in;. Penulis mengambil bab puasa buku terjemahan Fatlml Qarib yang di
leljemahkan oleh Drs. H. [mron Abu Amar sebagai sampel dari sekian banyak bab
pada buku terjemahan lersebut. eara yang digunakan adalah dengan menganalis kitab
pada Fathul Qarib. Pada bab Puasa sesuai dengan kelepatan diksi yang berkaitan
dengan keserasian kata dengan konleks kalimat.
9
Penulis meneari data-data penelitian meJallli:
I. Data primer adalah pengumpulan data dari buku-buku [eIjemahan tlqh dan
kamus.
2. Data sktmder adalah penearian data-data kepllstakaan yang dapat mendukung
penelitian ini.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu:
BAB I
BAB II
BAB III
BABlV
Eerupa Pendahuluan yang melipllti Latar Ee1akang Masalah.
Pembatasan dan Perumusan Masalah. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Metode Penelitian. Sistel11atika Penulisan.
Berupa Kerangk:: T~ori Pencljcl11ahan yang mcliputi Definisi
pcnerjemahan, Syarat-syarat Pcne~jcmahan, Tahap Pcneljemahan.
Dan Teori Diksi melipllti PengeI1ian dan !'erubahan malma.
Pengertian diksi dan korelasinya dengan makaa, dan syarat ketepatan
dan kesesllaian diksi.
Berupa Analisa data berupa gambm-an UI1111111 Kitab Fatlml Qarib,
Analisa diksi dalam hllbunganya dengan l11akna, y::ng meliputi kata
khllSUS dan kata Ul11um, Makna senotatif dan makna konotatif, makna
referensial dan makna implicit, dan Analisa keserasian makna dalam
peneIjemahan bab puasa buku Fathul Qarib yang meliputi tidak
diteIjemahkan dan kerancuan mene~jemahkan.
Berupa Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
KERANGKA TEOlU
A. Tend Penerjemahan
Komunikasi dalam kehidupan manUSla tidak akan leljalin tanpa bahasa.
Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial
yang berakal. Melalui bahasa, segala infC'rmasi alal! pesan cIapa! tersalurkan dan
dilllengerti. Terutama bagi pctnakai bahasa yang 111cmpunyai ruang lingkup Iuas.
perkataanya akan dapat mudah. Dipahami oleh lawan bicaranya.
Setiap bahasa mempunyai perbendaharaan kata yang berbeda-beda baik clari
segI struktur dan kosakatanya. Hal mi tergantung pacta asal-usut bahasa Itu sendiri.
Setiap bahasa kaya dengan perbendaharaan kata clan keragaman katanya. sesuai
clengan pengalaman manusia dan perke:11bangan kebudayaan tempat bahasa itu
tumbuh clan berkembang. Karena setiap bahasa mempunyai caranya seneliri-sendil·i
clalam menentukan sistem simbol dan pemaknaanya.
Bahasa erat kaitanya clengan ell,ni,' pene~iemahan. karena pene!jemahan
merupakan kegiatan yang melibatkan bahasa dan dalam pembahasanya tidak clapat
mengabaikan konsep-konsep kebahas~an itu sendiri. Peneriemahan sama artinya
dengan mengenal sesuatu yang unik dan menarik. Dikatakan unik karena amat langka
peminatnya. Dikatakan menarik karena apa yang disajikan dunia ini memberikan
kunci rahasia cakrawala barn dan kepuasan diri.
11
Banyak orang mcngatakan bahwa mcncljemah itu hanya memindahkan arti
kata perkata kc dalam bahasa sasaran, akan tetapi sebaliknya mencljemahkan itu ialah
memindahkan teks bahasa sumber kc dalam bahasa sasaran scsuai dengan struktur
pemakaian bahasa sasaran itu sendiri. Bagi semua pakar bahasa pun belum tcntu bisa
mcnerj cmahkan dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lainya.
!vlcnerjemah suatu nasi(ah bahasa sumbcr dan mencarikan padananya di dalam
bahasa sasaran tidaklah semudah apa yang dibicarakan orang. ,vfcncrjemah identik
dengan mcngkomunikasikan keterangan. pesan. atau gagasan. yang di tulis oleh
pengar~:'ig asli dalam bahasa tcrjemahan . Agar dapat melakukan kegiatan ini. sudah
pasti diperlukan keterampilan khusus. Seorang dwi bahasawan atau bahkan seorang
aneka bahasawan yang terampil mempergunakan bahasa-bahasa yang ia kuasai
dcngan bail, belum lentll mampu mencrjemahkan satu bahasa ke dalam bahasa lain
I. Pengertian Penerjernahan
Penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ialah "lIsaha
memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab (Teks sumber) dengan padananya ke
dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran)".'
Dari pengertian di alas dapat diartikan bahwa mcncljemah adalah mengalihkan arti
kata perkata. Pendefinisian te~iemah tersebut dimaksudkan untuk "'mengalihkan pesan
I Ibnu Burdah, Metode dan Wawasan Meneljemah reks Arab, (Yogyakarta: P. t. Tiara Wacana.2004), Cet. Ke-I, h. 9
12
secara utuh dan maksimal ke dalam bahasa sasaran baik verba maupun non-verba dari
,suatu bentuk ke dalam bentuk lainya'·."
Banyak para pcnerjel11ah I11cngartikan bahwa deiinisi teJjemah hanva
menekan pada aspek pesanya saja sehingga mereka berpeluang untuk mengartikan
secara lain, karcna penerjemah bisa berbuat secnaknya terhadap naskah terjemahan
dcngan mengabaikan aspek-aspek di luar pesan scperti aspek mo.fologis, sintaksis
ataupUl1 yang lainya. Dengan demikian penel~ieIllah 11lcmiliki kebcbasan yang cukur)
bcsar dalan1 l11cnL.ckspresikan pcsan leks tanpa mcnghiraukan padanan-padanan
linguistik. struktur ['(au hal-hal lain eli Iuar leks.
Ada beberapa tobh yang memberikan detlnisi tcntang penerjemahan, di
antaranya:
a. Detinisi seC3ra ~stiJah
Dalam buku Ihe IheolT {{nd I'ruel!cc ot frailslalion. Nida elan Charles
I11cl11berikt:il1 Jcfinisi tenlang penel~jel1lahan. yaitu "Trun<.dution consisf in
n!j1roducing in the receptor language the closest nalural eqllh'olenr of/he source
language massage. firstill the tei'm olmeaning alld secondly in the term olstyle .·3
(Teljemah ialah kegiatan yang mcnghasilkan kembali pesan dalam bahasa sumber
(Bsu) ke daJam bahasa sasaran (Bsa) dengan padanan alami yang sedekat
mungkin, pertama-tama dalam hal makna. dan kemudian gaya bahasanya). Jad!'
2 Suhendra Yusuf, Teori Teljemah Penganlar Ke Arab Pendekatan Unguistik dansosiolingllislik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 8
3 E. A Nida dan Charles Taber, The Theory and Practice ofTronslation, (Leiden: The UnitedBible Societies, 1974). p. 12
13
Nida dan Charles mendefinisikan peneljemahan yaitu mengalihkan pesan bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan baik dari segi l11akna dan gaya
bahasanya.
Pendapat Eugene A. Nida ini juga tidak jauh berbeda dengan pendapat J. C.
Catford. Sebagai seorang peneIjemah professional sekaligus pakar dalam bidang
linguistik, Catford menerangkan bahwa, "Iranslalion is Ihe replacelllen! of {exiliol
ma/erial in one language hJ' equivalent textual material in another 1((J1gllu,~i!" I
(peneljemahan ialah pel11indahan naskah dari bahasa asal (bahasa sumber) dengan
bahan teks yang sepadmJ ke dalam bahasa sasaran dengan sesuai).
Dua pendapat di atas bertentangan dengan apa yang diungkapkan J. Ley)
Levy memberiKan definisi terjel11ahan sebagai suatu keterampilan. Keielasan dari
peneljel11ahan tampal' tereermin dari opininya. Seperti yang dikalab~1 dalal11
bukunya Translation As Decission Process. "Translation is a creative process which
always leaves the translator a fi'eedom of ehoice between severa! apl"'o"i<cmatel)
equivalent possibilities of situational meaning". '(Terjemahan l11erupakan !,roses
kreatif yang memberikan kebebasan bagi peneljemah untuk memilih kemungkinan
padanan yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinyal.
Hal senada jl!ga diungkapkan oleh New Mark dalam artikelnya yang b'~rjudul
"Futher preposition on translation". New Mark berpendapat bahwa "Ironslarion is an
exercise which consisl in the attempl to replace a writfen massage in one language by
4 J. C. Catford, A Linguistic TheO/y o/Trans/ati»fI, (London, Oxford University Press, t974),FOUlth Impression, p. 20
5 Nurachman Hanafl, op. cit. , h. 24
14
the same in another language". 6 ( peneljemahan merupakan latihan dalam pro:ies
penggantian pesan tertulis dari satu bahasa ke bahasa lainya dengan pesan yang
sama).
Hal ini juga tidak berbeda dengan pendapat para pakar terjemah lainya.
Juliana I-louse juga mendefinisikan teljemah sebagai "pemindahan pesan dari teks
bahasa 'umber ke dalam bahasa sasaran··. Seperti yang dikutip oleh Nurahman
Hanal!, dalam disertasinya yang beljudul A modelti))' translation quality assessmeJ;/,
Juliana mende!inisikan. "trtlnslatilFl is language ... 7 (pcneljemahan merupakan proscs
pcmindahan naskah dari bahasa sumber kc dalam bahasa sasaran dengan semanlik
dan pragmatik yang scpadan).
Pendapat yang scrupa Juga ditambailkan oleh Leonard Foster yang
mengungkapkan definisi teljemah yaitu "Translation as the tral1.~lerence o( the
contem o( a text ./i"om one language into a nother. hearing in mind that we ('({IV;,}t
always dissociate the contentji-om theji-o!11 "s( Teljemah merupakan pemindahan isi
naskah dari bahasa satu ke bahasa lainya, yang perlu diingat hahwa kita tak sclalu
bisa memisahkan isi dari bentuk naskah itu ).
Itulah pendapat enam tokoh teljemah tentang definisi p(~nerjemahan. Mereka
mengungkapkan argumen masing-masing sesuai dengan latar belakang keilmuwan
dan proses yang telah mereka tekuni sebelumnya sebagai pen,~rjemah. Kesimpulan
yang dapat diambil dad penjelasan di atas ialah, peneljemahan merupakan proses
6 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), Cel. Ke. 1, h.57 Nurachman Hanafi, op. cil. , h.26, Ibid. h. 27
15
pengalihan makna clari naskah bahasa sumbel' ke clalam naskah bahasa sasaran
clengan paclanan yang seclekat-clekatnya clan sewajar-wajarnya, baru kemuclian
memperhatikan gaya bahasanya.
2. Syarat-syal"llt Penerjemahall
Kegiatan peneljemahan bllkanlah pengggantian kata clemi kata clad bahasa
Sll'l1ber (Bsu) ke clalam bahasa sasaran (Bsa). Melainkan m,~minclahkan konsep.
pengertian clan amanat. Maka cliperlukan syarat-syarat tertentu. yaitu:
a. Pen"rjemahan hams sesuai clengan kontcks bahasa sumber (Bsu) clan konteks
bahasa pcnc:'ima (Bsa)
b. PenelJemahan harus sesual clengan gaya bahasa sumbel' (Bsu) clan gaya bahasa
penerima (Bsa l.
c. Peneriemahan harlls sesllai denga'l ciri khas bahasa sumbel' (Bsu) clan elf! khas
bahasa pencrima (Bsa)."
Pcncrjemahan hams sesllai clengan konteks bahasa sUl11b,~r (Bsu) clan konteks
bailasa penerima (8sa). Artinya. peneljel11ah benar-benar sejalan clengan yang
clibiearakan clalar.l bahasa sumber (Bsu) clan memberikan makna yang tepat ke clalam
bahasa penerima (Bsa). Mcncljemallkan bukan sekeclar mencari padanan bta yang
umumnya clilakukan dengan cara mel11buka kamus. Walaupun membuka kamus
aclalah kehamsan dalam kegiatan pcnerjemahan. Tetapi tidak s31mpai di situ, karena
9 Ismail Lubis, Fals!fikasi Teljemahan AI-Quran Depag Edisi 1990, (YogyakaI1a: PT. TiaraWacana, 2001). Cet. Ke-I. h. 62
16
tidak l11utlak dapat mcnyclcsaikan pckcrjaan mcncljcl11ah itu :,cndiri . Pcncrjcmah
tidak cukup hanya scsuai dcngan konlcks bahasa sumbcr(Bsu) dan bailasa pcncrima
(Bsa). TClapi harus pula dapat mcnccrmlnkan bahan yang akan ditcljcmahkan
l11cnjadi pcntlng bagl scorang pcncljcmah.
Pcnc~jcmahan harus scsuai dcngan gaya bahasa sumacI' (Bsu) dan gaya
bahasa pcncrima (Bsa). Scbagaimana yang dlkutip olch Ismail Lubis ialah
"pcncrjcmahan bcnar-bcnar mm;1crlihatkan kcscsuaian gaya bahasa dari k~dua
bahasa yang dipcrtcmukan".
Mcnurut Hcndri Guntur scbuah gaya bahasa "adalah bahasa yang l11cngadakan
pcrbandlngan atau komparasi antara dua kata yang mcngandung elri-ciri scmantik
yang bcrtcntangan". '" Ptnguasaan pcnc~jcmah"n tcrhadap gaya bahasa sumbcr (Hsu)
dan pcncrlma (Bsa) sangal pcnling dan dapat mcmudahkan bagi scorang pcncrjcmah
dalam mcnycsuaikan antara kedua bahasa. Schingga selaras dcngan bailasa sumbcr
dalam hal makna dan gaya dan pcnc,jcmah bcnar-bcnat' mcngcrli landa-tanda khl",US
yang mcmbcdakan bahasa slImbcr dan bahasa pcncril11a. Untuk mcmpcroJeh
gambaran yang jelas lcntang eli·1 J<has bahasa sumbcr dan bahasa penerlma dapal
dilihat darl pcristlwa bahasa yang mcrupakan salah satu istllah dalam eabang Ilmu
bahasa yang bcrfungsi mcmbicarakan peristiwa-pcristlwa yang tcrdapat daiam bahasa
sebagai akibat pemakalan bahasa tcrscbut.
Adapun syarat -syarat pcncrjemahan mcnurut Eugcnc A. Nida sepcrtl yang di
kutip olch Nurahman Hanafi scbagai berikut :
10 Ibid. , h. 65
17
a. Seorang penerjemah harus mengenal materi dan kecakapan mengungkapkandalam bahasa penerima
b. Seorang penetjemah harus mampu mengetahui bermacarn disiplin ilmu, walautidak begitu mendalam. Sebab akan memberikan daya bayang untuk mengertimateri secm'a garis besar.
c. Penerjemah harus benar-benar menguasai bahasanya sendiri dan mengikutiperkembanganya. Hal ini akan berakibat fatal jika seorang penel:jemah hanyacenderung menggunakan kata-kata yang ketinggalan zaman. Selain itu pulaNida menambahkan satu hal lagi guna perlunya kdengkapan pengetahuancross-cultural understanding, yakni mengenal persamaan aan perbedaanbudaya dari dua bahasa yang terlihat. 11
3. Tahapan Ter.iemahan
Penerjemaban scbagai sebuah proses, mcmiliki beberapa tahap hingga
menghasilkan terjemaban yang diinginkan. Terlebih lagi hasil terjemahan yang baik
ialah tel:jemahan yanz mampu menghadirkan isi pesan yang akan disampaikan oleh
penulis. Dalum penerjemahan i::i se:idaknya ada tiga tahap yang hams dilaL:ukan oleh
penerjcmah untuk mcndapatkan hasil yang dianggap l)aik. Bcberapa tahap
mcncljcmahan scbagai berikut:
a. Tahap Analisa
Setiap tcks yang tcrdapat dalam naskah asli tentu bukan hal yang sakral untuk
dianalisa terlebih dahlllll. An~lisa ini bisa dilakukan sckitm pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang, karena tidak mungkin seorang penulis tidak ingin
menyampaikan perasaanya saat menulis. Meskipun naskah itu bempa teks
ekspresif (perwujudan perasaall). Analisis juga biasa dilakukan seputar gaya
bahasa yang digunakan oleh penulis, stmktur gramatikal, atau dalam pemilihan
II Nurachman Hanafl, op. cit. , h. 67
18
kata, Irasa, dan kalimat. SeteIah mendapatkan gambaran jelas tentang naskah
yang akan ditcljemahkan baruJah ia bisa melanjutkan proses seIanjutnya.
b. Tahap Pengalihan
Pada lahap ini, seorang pene~jel11ah diuji keeakapan dan kelerampilanya dalam
mcncrjcmah sckaligus pcnguasaan pada bahasa sumbcr dan bahasa sasaran. Inti
dari tahap ini ialah me'1galihkan unsur yang tcrdapat dalam naskah bahasa sumber
clengan naskah bahasa sasaran seem'a sepadan. Baik bentuk dan isinya harus
clisepaclankan. meski kesepadanan bllkan berarti kesamaan. Apakah p,'san pcnulis
clalam naskah asli Imrus tetap dipertahankan dalal11 teljcl11ahan. Dapatkah
penerjcmah mcngubah pesan yang terdapat dalal11 naskah asli') Jika boieh, sejauh
mana I=,erubah<ln yang bisa ciilakukan dan atas pertil110angan apa?
Inilah pertanyaan yang kerap l11UncllJ di seJa-seIa proses peneljemahan.
\amlln dcn,ikian. seperti yang telah dijelaskan pada dell nisi penerjel11ahan.
scUri:mg pcncl:jemah hanls mcmpertahankan maksud yang ingin disampaikan
penulis. karena pada dasarnya lcrjcl11ahan bukan sekedar mengalihkan huru!' alau
kata yang terdapat daJam bahasa sumbel', tetapi Iebih kepada pengalihan pesan
yang terdapat dalam bahasa sumber kepada bahasa sasaran. Tidak heran bila
scorang penerjemah yang telah memasuki tahap ini hams kembali ketahap Jebih
kepada pengalihan pesan yang terdapat dalam bahasa sumber kepada bahasa
sasaran. Tidak heran bila seorang pcnetjemah yang teIah memasuki tal1ap ini
harus kembali ket:::hap analisis atau sebaliknya sampai ia yakin betul bahwa
pemahal11an dan anal isinya sudah cukup baik.
19
Sctdah tahap analisis dan pcngalihan dilalui dcngan baik, tahap tcrakhir yang
harus dilakukan ialah pada tahap pcnycrasian.
c. Tahap Pcnycrasian
Pada tahap ini. hasil tCI:jcll1ahan yang tclah sclesai akan diuji lagi. Apakah hasil
tc(jcmahan ini bcnar-bcnar tdah Il1dcwati tahap anal isis dan pengalihan dengan
baik') Apakah hasil teljcmahan tdah cukup memenuhi syarat terjemahan ym,g
baik .) Inilah yang sering disebut scbagai laktor kelerbacaan. dimana peneljemah
harus mcnyesuarkan bahasanya yang masih lcrasa "kaku" untuk kemudian
disesuaikan dcngan kaidah yang berlaku pada bahasa sasaran.
Penerjemah dapat meJakukan tahap in; sendiri. atau bisa Il1cminta bantuan orang
lain unluk rnengoreksinya. Ada dua hal yang mendasari ini. ['el1ama. Penerjemah
kerap merasa kesulitan mengereksi kerjaanva sendiri. karena secm'a psikologi ia
akan menganggap teriemahanya ,udah baik. Hal ini kal-ena dorongan latar
belakang yang ia 111iiiki. t11a!'~(1 pcnyeraslan y'ang dilakukan orang lain cukup
membantu dalam menghasi1kan ieriemahan yang baik dan komunikatif. Kedua.
peneljemahan sebaiknya merupakan keria tim: /\.da yang menerjemah dan ada
pula yang "mengedit" untuk menghinda:ri kesalahan.
Pene(jemahan yang memberi penekanan terhadap Bsu
a. Peneljemahan kala demi kata
Metode penerjemahan ini iaiah yang mengalihkan teks dari bahasa sumber ke
dalanl bahasa sasaran secara 'mentah'. Biasanya kata-kata teks sasaran langsung
20
diletakan di bawah teks sumber, dan kata-kata yang bersifat cultural dipindahkan
apa adanya. Umumnya metode 1m dipergunakan scbagai tahapan pra
pcncljemahan pada penerjemahan teks yang sukar atal! untuk memahami
mekanisme Bsu tcrhadap Bsa
b. Penerjcmahan literal
Penerjemahan jenis ini mencari padanan terdekat konstruksi gramatikal yang
terdapat dalam BSl! ke dalam Bsa. Penerjcmahan kata demi katanya dilakukan
tcrpisah dari konteksnya. Ul11ul11nva metodc ini digunakan pada tahap awa!
pcngalihan.
c. Peneljcmahan Setia
Pcnerjemahan setia l11encoim mereproduski l11akna kontekstual Bsu dengan masih
dibatasi oleh struktur gramatika1nya. Kata-kata yang bersifar budaya dialih
bahasakan rctapi pcnyil11pangan dar; scgi tata bahasa dan pilihan kntn l11asih rcrap
dibiarknn. Penerjel11nhan ini berpegang reguh pada l11aksl!d dan rujuan Bsu. l11aka
ridak heranjikn Imsil rcrjemahan in; terasa ·kaku·.
d. Penerjemahan scmantik
Penerjemahan scmantik ialah metode peneljemnhan yang mempcrtimbangkan
unsur estetika teks Bsu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam
batas kewajaran. Bila dibandingkan dcngan l11etode penerjemahan setia,
pcncrjel11ahan scrnantik lebih 'Iuwes' dan FleksibcL karena tidak terikat oleh Bsu
seperti peneIjemahan setia. Kala-kata yang bersifat bndaya boleh diteljel11ahkan
dengan kata yang netral alan istilah yang fungsional.
21
Penerjemahan yang memberikan penekanan Bsa
Pada terjemahan ini, pel1erjemah berupaya untuk menghasilkan dampak
relatife sama dengan apa yang diharapkan oleh penulis terhadap pembaea versi Bsu.
Model terjemahan ini berbentuk peneljemahan bebas dan komunikatif.
a. Penerjemahan Bebas
Metode ini !cbih m<:ngutamakan isi dan mengorbankan struktur gramatikal Bsu.
Terkadang metode ini berbentuk para!1'asa yang lebih panjang atau lebih pendek
dari naskah aslinya.
b. Pcncrjcl11ahan KOl11unikatif
1'v1etodc pcnerjcl11ahan Il1I l11cngupayakan reproduksi makna kontckstual
sedemikian rupa, schingga baik aspek kcbahasaan l11al'pun lsi langsung dapat
dipahami oleh pCl11baca. "Metode 1111 mengupayakan reproduksi makna
konseptual yang demikian rupa. sehingga aspek kcbahasaan maupun aspek isi
langsung dapat dimengcni",.12
Ada pula jenis "pcncrjcmahan yang l11enggunakan mctodc penerjemahan
langsung dan pcnerjemahan tak langsung:'1.J
Penerjcl11ahan langsung yaitu penerjemahan yang diungkapkan seellfa lisan
maupun tertulis yang diterjel1l!!hkan seeara langsung begitu leks sumber selesai
diueapkan atau dituliskan.
" Rochayah Machali. op. cit. , h. 67n Ibnu Bllrdah, Menjodi Penerjemah, Metode dan Wawasan Mener;emahkan reks Arab,
(Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2004), Cet. Ke-l, h. 17-18
22
Pcnericl11ahan tidak langsung yaitu l11etode yang sering dilakukan dcngan persiapan
terJebih dahulu. Bcgitu teks sumber dihadirkan, maka tidak "eeara spontan teks
teljemahan dapat diartikan.
B. Teod Diksi
.Iika [;,:rbicara ataLJ l11enulis, l11aka pene~iemah akan mengumpulkan sejumlah
kata-kala ;.ang l11t'wakili pesan yang akan dismnpaikan. Pengertian yang tersirat
dalam sehuah kata. mengandung 111akna bah\\-a liap kala rnengungkapkan sebuah
gagasan dUll! sebuah ide. dengan kata lain. kata-kma adalah alat penyalur gagasan
yang akan disampaikaJ1 kepada orang lain.
Bila liap manusia menyadari bahwa kala mcrupakan alai pcnyalur ga).!asan.
r-vJaka hal inj h:~rai1; sel~lakin bany'ak kata )'ang dikuHsai oleh sescorang~ selnakin
banyak ii]C atal! gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkanya. Ka1a-kata
ibarat 'pabi"n' yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata merniliki 'jiwa'. Setiap
anggota ma)Y~lrakat hanl5 mcngetahui '.1i\v£1- setiap kala, agar ia dapat menggerakan
I · 1 ", 1 . I I d' k 1-1orang am (ellg~ll1 'Jl\va (an (at3- (ala yang 19una,ul)ra.
Mcrcka yang luns kosakatanya akan mcmiliki pula kemampuan yang tinggi
untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling hamlonis untuk mewakili
maksud atau gagasanya, Seorang yang luas kosakatanya dan mengetahui secara tcpat
batasan-batasan pcngertianya, maka ia akan dapat mengungkapkan pula sccara tepat
apa yang dimaksudnya.
" Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Ulama, 2000), Cel. Ke-Il,h.21
T_.,
1. Pengel'tian Diksi dan KOl'elasinya dengan Makna
a. Pengel'tian Diksi
Menurul Poerdawarminla, fa vakin balm a pada lInmmnya pilihan selalu
diarahkan kepada kala-kala yang 'tepa!', 'seksama', dan 'Lazim', IS Ketiga lInSllr
ladi menjadi pedoman untuk memilih kata. 'TepaI' mengenai ani dan lempatnya,
'Seksama' mengenm kesepadaIl,m kata yang hendak diluturkan. 'Lazim'
mcngcnm kata yang sudah mcnjadi llmllm, clikenal dan dipakai dalam bahasa
Indonesia,
Aclapun menUI'llt Gorys Kemf. pilihan kata atau clib'i adalah "kemumpuan
111enlbedakan secara tepat nuanSa-l1L..d1SLi makna. sesuai dellg£'.rl gagasan )"3ng
ingin clisampaikan dan kenmmnuan unluk menemllkan benluk yang sesuai dengan
situasi daE nilai rasa y[lqg din1iliki kelom;10h masyarakat pendengar,,1 6.
Piiihan kam yang tepat dan sesuai "hanya dimungkink?ll penguasaan olch
scjun1lah ()~'sarkosakata mall perl"'lclH.1ahara:w Lata bahasa itu~·.; Dalam bUKli
Cern1((/ Bcrbanasu Indonesia, diksi be-rani memilih kala y~~n!! tepm untuk
Inenyatakar~ sesuatu sesuai dengan situasi dan tempat penggunf~ankata-kata itu.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontcmporer, diksi bewl'ti "pilihan kata
penggunaan ;';ata yang sesuai dalam penyampaian suatu gagasan dengan tema
pembicaraan, peristiwa. atau pcmirsa".18
15 A. Wiryadatarna, Seni AIenggayakan KaJima/' tYogyakarta: Kanisius, 1995), Cet Ke-5, h. 4316 Gorys Keraf, Diksi dan GOJ'o Bahasa,(Jakarta: Gramedia Pustaka lftama, 2000), Cet. Ke-Il,h,2117 Ibid, , h. 24[8 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa indonesia Kontempurer , (Jakmta: Modern
English Press, 2002) Cel. Ke-2, h. 354
24
Diksi menurut Kridalaksana (1993) adalah "pilihan kata dan kejelasan lafal
untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau karang-
,- 19111cngarang '.
Sinoni11l diksi adalah pilihan leksikal. "Pilihan kata sebagai SlllOJll11l diksi
dapat menyesatkan, karena pilihan kata itu tidal. boleh selalu berupa kma (d"sar
) . d b I. . k I' .. '0atau turunan ,tetapl apat erupa 'ata maJel11u . atau rase.-
Dari pendapat di atas. Penulis berpendapat bahwa diksi merupal.an pilihan
kala yang sesuai dengan makna dan gagagsan yang ingin disan1paikan. Tcpal
dalam penggunaanya, serasi untuk ll1engungkapkan gagasan dengan pokok
pe11lbicaraan, lazim dikenal dan dipakai dalam bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Pilihan leksikal sangat c('cok aalam sinonim chksi seaangkan pilihan kata
tidak cocok untuk sinonil11 diksi, karena pilihan kata tidal. selalu bcrupa kata
(clasar awu turunan) akan tetapi dapat herupa kma l11ajenmk atau li·ase.
b. l<ore!asi diksi. dengan Makna
Ketcpatan pilihan kata 11lencer11linkan kemampuan sebuah Kata untuk
l11el11berikan makna. Makna yang tepat ;::ada imajinasi pembaca atau pcndengar.
Seperti yang clipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Demikian.
pemilihan kata sangat berkaitan dengan makna kosakata seseorang.
19 Harimllrti Kridalaksana. Kalllll.> Lil1gllislik. (Jakalta: Gramedia Plistaka Ulama, 1993), Cet.Ke-3. h. 44
20 Akrom Malibari, "Pokok-pokok Perkuliahan Slilislika", Makalall, (Jakarta: U!N, September2003)h.9
25
Kesalahan seorang penulis atau pembicara dalam pemilihan kata akan
berakibat berubah Hlakna yang diterima oleh pembaca atau pendengar. Sehingga
pesan yang ingin disal11paikan tidak dapat tersalurkan, bahkan memungkinkan
adanya kesalahpahal11an.
Makna kata dapat I11cnimbulkan reaksi pada orang yang mendengar atau
membaca. Reaksi yang timbul itll clapat berwuiud 'Pene,ertian' atau ·Tinclakan'.
Dalal11 berkomunikasi seseorang ticlak hanya berhadapan dengan 'Kata', tetapi
ckngan sualu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat. Pcmbaca atau
pendengar ) ang berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara
penyan1paian amanat tersebut.
2. Syarat Ketcpatun dan Keserasian Diksi
Pcnggunaan kala pada dasarn:'(l berkisar pacta dua persoaJan pokok. Pertama.
ketepatan memilih kala 1I111uk mengungkapkan sebuah gagasan. hal atau barang yang
akan dial11analkan. Kcdua, kesesuaian atau kecoeokan dalam l11empergunakan kala
lersebllt.
Kesesuaian dalam pendayagunaan kata-kata dalam suatu situasi. akan
memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Karena tidak
semua kata-kata yang sama dapat diungkapkan dalam kesempatan dan situasi yang
sama. Ada yang [onnal dan ada pula yang tidak [onnal. Dengan demikian, tingkah
laku manusia yang berwujud bahasa juga akan disesuaikan clengan suasana yang
26
formal dan suasana yang non formal tersebut. Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang
mempcngaruhi bahasa. Yaitu:
a. Pokok persoalan yang dibawakan
b. Para hadirin yang terlihat dalam komunikasi
c. Diri kita sendiri
Pcrbedaan antara ketepatan dan kesesuaian diks; adalah dalam ketepatan kita
bertanya apakah pilihan katH yang dipakai sudah sctqxlt-tepatn:"a, sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang beriainan diantwa pembieara dan pcndcngar. awu
antara penulis dan pembaca. Sedangkan dalwn kesesuaian kaii mcmpersoalkan
apakah pilihan kata dan gaya bahasa tidak merusak "uasana i1tllU menymggung
perasaan orang lain.
Ketepatan dapal diartikan kemampuan sebuah kma untuk menimbulkan
gagasan y'ung sama pada imajinasi pembaca atau pendengar. Peml:licara atau penu.iis
berusaha secermat mungkin rnelnilih kala 'fltuk mencapal I'naksud yang
dikehendakinya. Ketepatan kala yang dipilih abn mewakili pcsan penulis atau
pembicara kata yang dipakai sudah tepat akan lampak dari reaksi selanjutnya. baik
berupa aksi verbal maupun aksi non verbal dari pembaea atau pendengar dan tidak
menimbulkan salah paham.
Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk mencapai ketepatan pilihan
kata, di antaranya:
27
a. Mcmbedakan SCCal'a cermal denolasi dan konolasi dari dua kala yal]g mempunyai
makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan
dipergunakan untuk mencapai maksudnya.
b. Mel11bedakan dengan cerl11at kala-kata yang hal11pir bers:inonil11. Pcnulis atau
pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk
l11enyampaikan apa yang ingin diinginkanya. Sehingga tidak I11cnimbulkan
inlerprelasi yang berlainan.
c. MCl11bedakan kala-kala yang mirip dcngan ejaannya. Bila pcnulis sendiri tidak
mampu membedakan kata-kala yang mirip ejaa,] itl!. maka akan membawa akibat
yang tidak diinginkan, yailu salah pallam.
d. UntuK nwnjamin ketepatan uiKsi, penuJis mau pel11baca harus l11el11bedakan kala
umum clan kata khusus. Kata khusus Jebih tcplll mcnggal11barkan sesuatu daripada
kala UmUI11.
c. Kutd kelja yang 111enggunakan kata depan harus digunakan secara idiorllatik.
[ \Vaspada tcrhadap penggunaan akhirall asm£,. Terutal113 kata-kata aSlng yang
mengandung akhiran asing tersebut.
g. Memperhatikan perubahan makna yang terjacli pacla kata-kala yang suclah
clikenal.
h. Menghindari kata-kata alau ciptaan sendiri. Walaupun bahasa selalu tumbuh dan
berkembang sesuai clengan perkembatlgan dalam masyarakat. Tidak berarti
bahwa setiap oratlg boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata bam biasanya
28
muncul untuk pcrtama kali karcna dipakai oleh orang --orang terkenal atau
pengarang terkenal.
L Mempergunakan kata-kata ini dari yang menunjukan persepsi khusus .
.I. Mempcrhatikan kclangsungan pilihan kata.
3. Diksi dalar:l Kalimat
Penggunaan diksi atau pilihan kata untuk menil11bulkan gagasan yang tepat
pacia imajinasi pcmbaca atau pendengar. tidak hanya dilakuhn pada antar tataran
kata. Namun Jilakukan pula pada tatm'an kalimat, sehingga menjadi kalil11at yang
jelas dan efektif. Seorang pencrjcmah hams malllpu menyusun kalilllat-kalimat
~fektif dalam menyampaikan bahasa sasaran yang dipakai. Sehll1gga scorang
peneriemah dapat menyal11paikan pesan-pcsan yang tcrdapat pada sumbcr bahasa
secarc, efektif. Dengan kalimat efektif seorang peneljemah clapat menyampaikan
pc:san-pc:san dari bahasa stunber ke bahasa sasaran secan1 jelas sehingga ll1udah
dipahami dan diterima oleh para pembaca.
Menurnt Zaenal Arifin. kalimat efektif ialah "kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pcndengar atau
pembaca seperti apa yang ada di dalam pikiran pelllbaca atau penulis. Kalilllat efektif
lebih mengutamankan keefektifan kalimat itu. sehingga kejelasan kalimat dapat
. ." ') IteIJam111.-
21 Z:1.enal Aritin S. Ammo Tasai, Cerma! Berhahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta: Akadel11ika Pressindo, 1995), Cet. Ke-I, h. 109
29
Sebagaimana yang di ungkapkan J. S. Baduclu "sebuah kalimat dapat
clikatakan sebagai kalimat efektif apabila meneapai sasaran uengan baik sebagai alat
kOl11unikasi. Kalil11at eJektif clapat menyampaikan pesan. gagasan, ide alau
pemberitahuan kepada penerima pesan. sesuaJ dengan ;;de yang ada pacla
penyampaian,,21 Kalimat ctektifharus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Struktur kalil11al teratur
b. Kata yang digunakan Il1cndl::(Ung makna secara tepat dan hubungan antar bagian
)'ang logis.
c. Penggunaan kata tIdal\. berlebihan
d. Penggunaan kaw yang tepat makna
e. Penggunaan kata rugas yang tepat dalanl KJlin1tH
Ada pula ciri kalim:Jt efektif yang lain yaitl! menuru! YVidyal11artaya. sebagai
berikut:
a. Kesepadanan
Yang dimaksud dcngan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
clan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan olch kesatuan gaga:mn yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.
22 J. S. Badudu. inilah Bahasa Indonesia Yang Benar Iff, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1994),h.163
30
Kesepadanan kalimat mempllnyai beberapa eiri, seperti tercantllm dibawah ini:
1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas
Kalimat efektif mernpunyai struktur yang baik, artinya kalimat itu harus
mempunyai unsur-unsur subjek dan predikat atau ditambahkan dengan objek
atan keterangan lain yang melahirkan keterpaduan arti dan merupakan ciri
keutuhan kalimat.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatn kalimat, tentn saja membuat
kalimat itu mcnjadi tidak efektif . Kejclasan snbjck dan prcdikat snatn kaiimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kma depan di. dahlin.
bagi, unluk, pada. kepada. dan sebagainya contoh:
(a) Kaiimat tida,- efektif: Bagi semua .,Iswa harus membayar uang Imlanan.
(b) Kalimat efektif: Semua siswa hams memhayar uang hulamm.
.2) Tidak adanya snbjek yang ganda
(a) Kontaminasi (Pemakaian l3entuk Rancll)
Contoh: Afanusia )'(lJlg linggal dahlin kesendirian lidak banyak. KalilJlat
di atas terasa rancu, sebaliknya: Afanusia yang mampu linggal dahun
kesendirian tidak banyak.
(b) Pleonasme(Penambahan yang tidak perlu)
Contoh: Kedua saudara ilu saling bantu..membantu dahlin mengarasi
kesulilan hidup. Kalimat di atas terdapat kata ulang yang tidak tepat.
Kalimat tersebut dapat menjadi kalimat efektif apabila sudah menjadi;
Kedua saudara ilu saling memhanlu da/am mengalasi kesulilan hidup.
31
3) Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
(a) Para SLm'a dalang lerlambal. Sehingga mereka lidak dapal mengikuli
upacara sekolah. Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut: Para
siswa dawng agak ler!ambal sehingga mereka !idak dapal mengikuli
upacara seko!ah.
(b) Pak Ahmad mencuci sepeda molor Yamaha. Sedangkan iSlrinya mencuci
sepeda molOr Suzuki. Kalimat tersebut dapat diperbaiki seba~ai berikut:
Pak Ahmad mencuci sepeda mOlor Yamaha. Akanlewpi, islrinya mencuci
sepada molor Suzuki,
4) Predikat kaJimat tIdai, didahului oleh kata 'yang'.
Contoh:
(a) Bahasa indonesia yang berasal dari bahasa melayu.
tb) Sekolah kami yang fer!elak di depan bioskop Me!ali
b, Mewujudkan Koherensi yang baik dan kompak
Koherensi adalah peraturan antara unsnr-unsur yang dapat membangun
kalimat dan alenia, Tiap kata atau frase dalam kalimat hams serasi. Untuk
menjaga koherensi itu maIm hendaknya pene~jemah memperhatikan hal-haldi
bawah ini:
32
1) Kritis Terhadap Pemakaian Kata Ganti dalam Kalil11at
Dalam kalimat ada kemungkinan pemakaian kata ganti menycbabkan
kalil11at tidak cfektiC karena pemakaian kata ganti tidakjelas
Contoh: Keblll7I1ya sangal luas. rumah bibi saya di cibubur.
Pada kalimat di atas penggunaan kata ganti 'nya' pada kata kebunnya
tidak jelas. l'ntuk menjadi kalimat efektif sebaiknya kalimat tersebut diubah
mcnjadi: .. Keblln rllmah bibi saya di cibubur sangat luas".
2) Kritis Terbadap Pemakaian Kata Depan
Dalam sebuah kalimat ada kalanya menggunakan kata depan yang
sebcnurnya salah. l(arena beberapa kata depan memerlukan pasangar. yang
harus sclalLI bersama-sama dan pasangan kata ini sudab terpadu dan senyawa.
.\nl~aikata salah satu unsurnya ditinggalkan, maka ungkapan idiomatik itll
pincang Jan dikalegorikan pen1akaian yang salah.
Contoh: Sesua; an/umn Pak Lurah. kita harus selalu men/aga kebersihan
lingkungan.
Dari contoh di arns kata depan 'sesuai' tidak menggunakan irase
idiomatik. Frase idiol11atik yang cocok untuk kata sesuai adalall 'dengan '. Jadi
sebaiknya kata depan tersebut 'sesuai dengan '. Kata depan sesuai dengan
harns selalu bersama-sama karena unsur itu mernpakan bagian yang baku dari
trase tersebut. Kalil11at di atas sebaiknya: Sesuai dengan a1?/uran Pak Lurah.
kita harus selahl men/aga kebersihan lingkungan.
"-' -'
Frase idiol11atik selain sesuai clengan yaitu, lerdiri dah, daripada, lerdiri
alas, hergon/lIl1g dari/daripada, berhubungan karena. bertanggung jall'ah
pado/dengul1.
c. Memperhatikan Paralelisme
Yang dimaksucl clengap kepararelan aclalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalin,at itll. Artinya. kalau bentuk pertama mcnggunakan
nomina. hcntUh kedua dan seterusl1}'a 1l1cnggunakal1 nomma. Kalau bentuk
penama menggunakan \:erba. bcnruk kedua juga menggunakan verba. ParaielisH1c
Ikcsejajaran I adalah penggl~naan bentuk gramatikal yang sal11a untuk unsur-llnsur
kalimat yang sama fungsinya.
Contoh' /uhap lerakilj,· pellyelesaia!? gedung ilu adalah keghtfw] pengecelun
temhule lliL'I1lUSfU7g pencrungol1, penglu'ian .\'i.vlem pemhagian air, dan pengalurun
tOIU rlwng.
Kalimat eli atas lidak ,rcl11iliki kepararelan. Karena kala yang mcndllduki
predikat tidak sama bcntl1knya. yaitll kata pengecatan. mCl11asang. pengujian clan
pengaturan. Kalimat tcrscbu t akan baik jika diubah rnenjacli prcdikat yang
nominal. sebagai berikut. Tahap Icrakhir penyelesaian gedung ilu adalah
kegialan pengecalan lembok, pemesangan penerangan, pengujian sislem
pembangian air, dan penga/uranlala ruang
34
d. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mel11pergunakan kata, fhtsa. atau bentuk lain yang elianggap tielak perlll.
Kehel11atan tidak berarti hams menghilangkan kala-kata yang elapat l11enal11bah
kejelasan kalil11at. Penghel11atan disini mel11punyai arti penghel11atan terhaclap
kata yang mel11ang tidak diperlukan, sejauh lidak l11enyalahi kaidah tala bahasa.
Dalam rangka pnghematan. :lela beberapa kreteria yang perIl! diperhatikan.
antara lain:
1) Menghilangkan pengulangan subjek
Contoh:
(a) Kmena ia mencuri. dm l11asuK penJara.
(b) Para undangan serenlak berdiri serclah merek't l11engetahlli bahwa
pengantin datang.
Perbaikan dalam kalimat itl! aclalah sebagai berikm:
(a) Karena ridak diundang elia nwsuk peniam.
(b) Pam undangan serenlak herdiri selelah mengerahui bahwa penga!1lin
dalang.
2) Menghinclarkan pemakaiafl superordinat pacla hiponim kata
Kata hitam sudah mencakup kala warna.
Kata bangal! suclah mencakup kata burung.
35
Contoh:
la membeli topi wama merah.
Di mana kamu melihat burLIng bangau itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi :
la membeli topi merah.
Di mana kaJ'lU melihat bangall itu?
3) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
(a) Dia hanya melihat l11otornya saja.
(b) Sejak dari siang nuri eembcrut.
KaJimat ini dapat dipcrbaiki menjadi
(a) [)ia hanya melihal mOlornya.
(b) Seiak siang Nllri cemberul.
c. Keccrmatan
Yang dimaksud dengan cenllat adalah pt~nggunaan kalimat yang tidak
menimbulkaJl tafsiraJl ganda, dan tepat dalam pilihan kata, Perhatikan kalimat
berikut.
(1) Siswa madrasah aliyah yang lerkenal ilu mendapal penghargaan,
(2) Pejabal Negara yang kaya raya ilu lelah dipenjara.
36
Kalimat a) memiliki kata gancla, yaitu swpa yang tcrkcnal, Slswa atau
l11adrasah aliyah.
Kalil11at b) memiliki makna ganda. yaitll siapa yang Kaya raya. pejabat atall
Negara.
BABIII
ANALlSIS DATA
A. Gambaran Vmum Kitab Fathlll al-Qal'ib dan Biografi pcncrjcmahnya.
Banyak daerah di Indonesia yang menerbitkan kitab-kitab seperti 1111.
Surabaya, Kudus. Semarang, Bandung dan Jakarta. Kitab-kitab itu ditulis dalam
bahasa Arae, Melayu. Jawa, Madura. Sunda clan Aceh. Banyak kolab yang dimlis
dalam bahasa lokal mcrupakan terjemahan atau syarh kitab )' an" berbahasa aslinya
bahasa Ara~), Dari seluruh kitab yang ada. beberapa di antaranV8 mengcllai Ilqh, Di
antara karya-karya fiqh, sumbangan ulama lokal masih lebih besar clar; pada lliama
luar. Mercka mencrjemairkall clan menulis sebagian besar teb liqh, Namllll. banyak
cli antara karya-karya itu hanya bempa teks-teks pcngantar png sederhana, "Ada
yang memi~erikan clasar-dasar tlqih ubucliyah dan ruklln islam. vallg dikenal dcngan
nama perukunan atall persholatan".:
Untuk penggunaan kitab sehari-hari, terdapar karya-k:-l,'ya yang mudah
cligunakan seperti, fath a!-Wahhab (yang isinya dianggap kbih slstematik clalam
pendekatan ilmu fiqih). Sedangkan untuk tujuan pendiclikan clan pengajaran kilab
pengant8x semacam Sultan at-Taujiq, Fath al-Qal'ib clan Fa!h a!-Mu'in yang Icbih
banyak ditcmukan di Icmbaga-Iembaga sckoIah, keagamaan. Kitab Fat/m! Qarib
tennasuk kitab yang populer. Banyak pesantren yang menggunakan kitab ini, karcna
I Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Tradisi-tradisi Is/am Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke-11, h, 117
38
isinya yang l11udah dil11engetii. Kitab Fa/hul Qarib yang ditulis oleh Ibn Qasil11 al
Ghazzi adalah syarh dari dua macam kitab yang bernama Fa/hul Qaribil iYlujib dan
Al-Qaulul Mukh/ar sebagai syarh kitab Ghaya/ul Ikh/isar. DaIam hal kapan penulisan
kitab ini penulis tidak l11enemukan data, karena pada kitab ini tidak tetiulis tanggal
ataupun tahun penulisan.
Drs. B. Imran Abu Amar adalah peneljel11ah kitab Fa/hul Qarib. Lahir di kola
Kudus, pada tanggal 12 .luni 1949. Setelah l11enyelesaikan pendidikar. di Madrasah
Aliyah Kudus, kel11udi'ln l11e1anjutkan studinya di lAIN "Wali Songo" Sel11arang dan
lulus pada tahun 1977. Sekarang beliau menjadi sebagai staf pengdjar letap pada
sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus. Tidak kurang dari 15 judul
karya tulisnya telah beredar di 'nasyurakat sebagiun Desar ciiterbitkan oreh Menala
Kudus. "Di anlaranya terjemahan kitab Fa/hul Qarib yang dikel11as menjadi dua
jilid,·2
Beliau pernah l11enil11ba ill11u agal11a di pondok pesanlren 'Tahzibul Akhlak"
yang diasuh olek K.B. Abu Amur yaitu ayah beliau sendiri, sekaligus .juga bersekolah
di Madrasah Qudsiyyah yang kel11udian diteruskan di Madrasah AEyah Kudus.
Dalal11 kurun waktu tersebut, beliau sel11pat l11el11pelajari berbagai kitab-kitab salaf
termasuk di antaranya Fathul Qarib. Bahkan beliau tidak dapat menghitung berapa
kali kha/am mel11pelajari kitab Fa/hul Qarib.
Menurutnya, kitab ini merupakan kitab fiqh yang ringkas dan padat isinya.
Bukul11-hukul11 Islam lengkap diterapkan di dalamnya yang cukup untuk bekal hidup
2lmran Abu Amar, Fa/II al-Qarib (Buku Terjemallan), (Kudus: Menara Kudus, (982), h.
39
bagi seorang muslim, baik mengenai ibadah, muamalat dan lain-lain. Kitab ini pun
sangat cocok lIntllk diajarkan kcpada santri-santri pemula. Hal ilu discbabkan bahasa
yang mudah digllnakan, mudah lIntuk dipahami baik dari scgi pCl1lufi'adan atallplln
tarkib-tarkibnya. Hingga banyak pesantren yang menggunakan kilab ini sebagai ajang
mudzakarah atau l1lusyawarah yang dilakukan olch para santri.
Dibandingkan dengan kilab fiqh lain seperti Fath al-Mu'in, Tuhfhh ath
Thullab, Sullam at-Tal!fiq atauplln Iqna·. Kitab ini lebih ringkas dalam pe1llbahasan
serta tidak bertele-tele dalal1l l1lengelompokan suatu kasus. Memang suatu karangan
tidak bisa lepas dari sebuah kekurangan ataupun kelebihan. Kekurangan dalal1l Fathul
Qarib 1llenllrlll beliau adalah "pcnjclasan yang kurang kongkrit tenlang suatu kasus,
beda dengan lqna' dan lain-lain sebagainya". Sedangkan kelebihahya adalah "isinya
yang 1lludah dimengerti". Namun bagi santri pe1llula atau santri yang belajar
pemufradan kilab, kilab ini sangal cocok sekali unlukdigunakan.
Peneljemahan sualu kilab dalam bahasa tertentu memang jarangdilakukan di
pesantren. Gaya klasik model sorongan, bandongan dan lainya dinilui lebihbagus
dan mudah ditetima oleh para sanlri. Karena di samping kelerangan yang luasdari
Kyai santri juga turut belajar memaknai. Upaya menujupeneljemahansebenarnya
sudah sering dilakukan pesantren dengan sistem mUdzakarah ataull1usyawatahdi
mana para santri ketika slldah selesai memaknai suatu kitab dengan penjelasan tarkib
tarkibnya yang telah diajarkan oleh Kyainya. Setelah mereka 1llel11aknai babdari
suatn kitab, kel1ludian mereka mempresentasikan apa yang ada di dalamkitab
tersebnt dengan bahasa daerah mereka masing-masing. Untuk ilu penerjemahan
40
mungkin jarang ditemukan atau dilakukan di pondok-pondok pesantren, tctapi
pembclajaran untuk mcncrjcmahkan kata satu persatu telah banyak dilakukan di tiap-
tiap pondok pesantren.
Drs. lmran Abu Amar melakukan pcncljcmahan ini terdorong olch bebempa
:ml di antaranya: bcliau mclihat bahwa kitab ini terkandung di dalamnya matcn-
materi yang sangat lengkap dan kompleks mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah muamalah antar scsama manusia maup~lI1 tcntang hal ikhwal bcrhubungan
dengan Allah. Semua hal terse but dijelask31, dengan menggunakan berbagai aspek
hukum-hukurn Islam yang dijelaskan seeara detail, JYicndalal1l, dan lengkap. Beliau
melakukan pencljel1lahan ini mendapat banyak dukungaj] dari teman-teman.
khusltsnya dari para ulama-ulal1la di antaranya: K. H. Musthoia Bisri Lc sebagai
pcngasuh Pondok Pesantrcn Roudhotut Th(llobin. Rembang. K. I-l. Sahal Mahfudz
--------sebagai pengasuh Pondok Pesantren i\~aslahul )cluda. Kajen. Patio K. 1-1. Said Agii
Siroj pengasuh Pondok Pesamrcn NgcfllJ)iak ,_'irebon. Beliau juga sangat terdorong
oleh upaya pcnerjemahan \ ang disajikan ol~b K. I-I. Sahal Mahfudz Le Tentang
"Fiqh-fiqh masyamkat". Kegiatan pene~jemahan yang dilakukan Drs. lmmn Abu
Amar terhadap kitab Fath al-Qarib sekitar tahwy 1980 an.
Ada beberapa buku yang merupakan basil penerjemahan terhadap kitab-kitab
kuning. Sampai saat ini ada sekitar 15 buku yang tdah beredar eli masyarakat yang
merupakan buku teIjemahan dan kitab-kitab kuning dan beberapa buku lagi yang
bukan berupa buku te~jemahan dari suatu kitab. Beberapa buku tersebut eli antaranya:
lOath AI-Qarib 1
lOath AI-Qarib II
Sejarah Ringkas Kerajaan Demak
Kiyafatul Akhyar
Sunan Gunung Jati Cirebon
: Penerbit Menara Kudus
: Penerbit Menara Kudus
: Penerbit Menara Kudus
: Penerbit Toha Putra
: Pen"rbit Menara Kudus
41
B. Allalisis Diksi Dalam Hubullgall dClIgall Makna
Masalah diksi "berkaitan dengan keserasian kata dengan kontcks kalimat.
ketidaklaziman kata yang dipilih (Arkais) atau kata itu menimbulkan keambiguan
makna'·3
Pendis menganalisis hastl tel:jemahan pada bab Pnasa tetjemahan Fur/wi
Qurih mengenai diksi dalam hubungan dengan '11akna yang meliputi : makna khusus
dan makna umum. makna konotatif dan makl13 denotatiC dan makna relerensial
implisit.
1. Maklla khusus dan umum
Salah satu persyaratan untuk menjalin k':cermatan dan ketetapan diksi.
menurut Gorys Keraf adalah "penulis atau pembicara harus membedakan kata
umum dan kata khusus, Kata umum adalah bila sebuah kata mengacu kepada hal
atau kelomook yang luas bidang lingkupnya, Sedangkan kata khusus bila
Sahabuddin, Teori dan Praklek Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: FakultasPendididikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 200 I), h.IS3
42
mcngacu kepada pengarahan-pengarahan khusus dan konkret. Kata khusus lebih
tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum".4
Penulis mengambil beberapa data yang berkaitan dengan pel1lbahasan 1m
sebagai berikut:
.,.J.\~
"kCfigu: f}]enguhafi salah salll dar! kedua jalan yakni mengohali orang )'ang sakif
puda ba.~ian qubul Oalan l1luka alau kelal1lin) alau dubul' (ialan belakang) di
de/am kilab malan kala "qubul dal1 d1lb1ll'" dipel'gul1akan iSIi/ah kala "dua
Kala yang bergaris bawah diartikan dua .ialan kurang lepal. Kata .ialal1
l1lemiliki makna scsualu yang bisa dilalui oleh manusia alau l1lahluk apapun yang
besar. Sedang l1lakna yang diinginkan di alas ialah dub1ll' dan qubul alau alai
kelal1lin dan anus. Maka alangkah baiknya jika bla yang bergaris bawah
dimaknai "Dua lubang pembuangan".
2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Makna denotatif adalah "makna dalam alam wajar seeara ekspresif. Artinya
makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna denotatif adalah suatu pengertian
4 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: Gramedia, 2002), cl~l. Ke-13, h. 895 Ihid , h. 184
43
/
/yang terkandung' sebuah kata seem'a objektif Makna konotatif adalah makna
asosiatif makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dm]
kreteria tambahan yang dikenakan padanya"6 Sedangkan makna konotatif
"menjadikan antara stimulus dan respon yang mengandung nilai-nilai
emosional"-'
Membedakan secara eermat antma makna denotasi dan konotasi merupakan
hal yang penting dalam n:eneapai kelepatan diksi, Dari dua kala yang mempunyai
111akna yang 111irip Said Saln(l lain~ pencI:jemah harus rnenetapkan kata 111ana yang
akan dipergunakan un1uk mencapai maksud dari clua makna lersebu1, Jika hanya
pengerlian dasar yang diinginkan, maka kala c1enotat,[ yang c1ipilih, Jika
menghendaki reaksi emosional tertentu maka kala konOlatif sesuai dengan sasaran
yang akan dicapai. Penulis menemukan data yang berkaitan dengan pembahasan
ini sebagai berikut:
orang) ang sakil Jan orang yang bepergian jOllh yang diijinkan oleh syara'
(bllkan karena 11Ijllan 11/Llksial) jika merasa beral be/puasa, maka keduanya boleh
berbllka dan hendak'lya mengqadha puasanya",
Kata yang bergaris bawah c1imaknai berm lidak tepaL Kata beral ialalJ
berkaitan dengan beban, sedaTJ.gkan yang dimaksud di atas ialah kemampuan
6 Zaenal Arifin S Ammn Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Un/uk Perguruan Tinggi,(Jakarta: Akademikn Pressindo, 1995), Cet. Ke-l, h. 26
7 Ibid., h. 29'Ibid, h. 191
WI
44
seseorang untuk menunaikan ibadah puasa atau ticlak. Maka sebaiknya
menggunakan kata yang Iebih dapat dimengerti oIeh khalayak ttt,um.
penulis kata ini sebaiknya dimaknai "merasa tidak mampu:'. /,
3. Makna Refercnsial Implisit
Menurut
Makna referensial menurut Kridalaksana dalam kamus linguistik adalah
"makna unsur bahasa ya'lg sangat dekat hubunganya dengan clunia luar bahasa :
b· k .. "() ~e' atau gagasan)'.<
Menurut Chaer sebLiah "kata atau leksem disebut bennakna relcrensial kalau
ada referens, atau acuannya". Kata-kata seperti singa, kuning, clan gambar aclalab
termasuK kata-ieata yang berl11akna leferensial karena ada acuanya (talam dunia
nyata. Sebaliknya, kata-kata seperti dan. a/au. dan karena aclalab kata-kata yang
tidak l11emiliki acuan atGa referensi.
Makna referensial l11erupakan "isi informasi alau sesualu ) an;! cli
inforl11asikan atau se'iaatu yang dikomunikasikan dan disususn dalam ,trukldr
semantik".10 Makna ruiahn atau makna acuan terbentuk karena kala itu langsung
merujuk ke benda, kejadian, atribut atau relasi tetenlu yang clapat dilihat.
clibayangkan sedang tejadi makna refcrensial merupakan isi informasi sesuatu
yang diinforl11asikan atau dikomunikasikan.
9 Harimurti Kridalaksana, Kallllls Linguislik, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993), Cet. Ke-3, h.120
10 Mildred L. Larson. Peneljemahan Bera.'asar Makna, Pedoman Un/uk Pemadanan An/arBahasa, (Jakata: Arcan, 1998), h. 41
45
Infarmasi implisit atau makna tertentu dibiarkan implisit karena stmktur
bahasa sUl1lbernya. Hal demikian disebabkan aleh infonnasi itu sudah tercakup di
bagian lain teks itu atau karena infarl1lasi sudah dikenal oleh situasi kOl1lunikasi
itu, akan tetapi, infonnasi itu hams tetap disampaikan oleh peneljcmah. Karena
infarn1asi itu bagian makna yang ingin disampaikan aleh penulis asli. Dari
pembahasan ini, penulis menemukan data sebagai berikut:
o",...;) • j "
(i...-~ .:-~ J-~ JI)
'Alall karena adanya IIdzllr, seperli Imidl alau ni/(/s. maka holeh hagi
perempuanllnluk keluar dari Mas;id sehah kedua perkara lIu."
Pada tetjemahan di atas mengandung mai<na implisit. Dalam Esu kata yang,"-
bergaris bawah ;tidak disebutkan. Akan tetapi penetjemah menyebutkan informasi~ ·_......_M._'
implisit tersebut, walaupun diksi yang dipilih kurang tepat. Penulis
menerjemahkan kalimat tersebut sebagai berikuf'Alaka boleh hagi perempllan
Ul1Iuk keluar dari lvfasjid karena h(lidl alau ni/as ".
Terdapat juga dalam kalimat:
"hagi orang yang sakit tel'US menerus, maka boleh meninggalkan niat puasa
sejak malam hari. .,
" Ibid. , h. 194"Ibid.• h. 191
7
46
Pada makna di atas kata maka baleh tidak terdapat pada konteks aslinya
(konteks sumber) tetapi pada pemaknaannya, kata tersebut muncul untuk
mempermudah pembaca dalam mengartikan maksud dari konteks tersebut.
Inilah yang disebut dengan makna implisit yang terdapat dalam sistem
penerjemahan. Kata yang sebenarnya tidak ada bisa dimunculkan dalam bahasa
sasaran untuk lebih tampil komunikatif dengan p(:mbaca.
C. Analisis Kcscrasian Makna dalam Pcncrjcmahan Bah Pnasa Buku
TCI'jcnu,han Fatltlll Qllrib
Kc<erasian makna dalam penerjemahan melibatkan proses pemadanan dalam
suatu !conteks kalimal. Kcserasian ini dipengaruhi olch ketepatan pilihan kata.
Kptepatan makna kata menurut seorang penulis atau pembicara bahkan peneljemah
adalah bagaimana mengetahui hubungan anlara bentuk bahasa (kala) dengan
reF:. ensinya. Apakah benluk yang dipilih sudah cukup lengkap unluk mendukung
maksud penulis') Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminla pula
perhatian penulis atau pembaca untuk mengikuti perkembangan makna tiap kata dari
waktu ke waktu.
Dalum proses penel:iemahan ada kata-kata yang perlu diterjemahkan dan ada
]Jula yang tidak perlu diterjemahkan. Hal ini menuntut seorang peneIjemah
menguasai dengan baik bahasa sumber dan bahasa sasaran. Kadang suatu kalimat
pendek dalam Bsu setelah diterjemahkan m~njaJi kalimat panjang dalam Bsa. ltu
disebabkan oleh struk'1nr babasa dan budaya yang digunakan. Penulis memilih dua
47
kreteria pokok sebagai tema anal isis yaitu (a) tidak diteljemahkan, dan (b) kerancllan
menerjemahkan.
1. Tidak Diterjemahkan
PenuE, menemukan data, ada kata yang seharusnya diteljemahkan tctapi
penerjemah tidak melakllkan hal tersebut. Seperti dalam kalimat:
"kelima: sengaja walhi (berseillblih dalamfarji) I'laka lidak membalalkan fJllasa
bila berselubllh dahlin keadaan 111pa. sebagaimana kerercmgan di mllka ladi. ..
Kata farji ditcljemahkan apa adanya terasa kuraI~g tepat. karena tidak Sell111a
orang mengel1i istilah ini. ada baiknya bila tericmahanf;,ril diteriemahkan dcngan
"kemaluan". Atall mllngkin llntllk mcmberikan kesan paaa pell1baca. istilah jill:fi
alau "kemaluan" tidak mcsti diterjell1ahkan. karena istil2h kata bersetubuh-pun
sell1ua orang sudah paham dengan maksud yang diinginkan oleh penulis.
Keh.yakan baca sepel1i ini yang harus dipahami betul oleh peneljell1ah.
2. K;:rancuan Menerjemahkan
Terjadinya kerancuan menerjel11ahkan salah satunya disebabkan oleh
kesalahan pemilihan kata. Seperti sebuah kata yang l11el11illki makna leksikal atau
13 Ibid, h. 184
48
makna kamus, tidak seIalu tepat jika digabungkan dengan konteks kalimat
tertentu. Walaupun kamus merupakan sebuah buku referensi yang memuat daftar
kosakata yang terdapat dalall1 sebuah bahasa, yang disusun seem'a aIfabetis
disertai keterangan menggunakan kata itu. Tetapi beIu111 tentn kamus itu
mell1uaskan pe111akaianya. Selalu ada kata yang tidak terdapat daldl11 sebuah
kall1us, bahkan ll1akna yang diberikan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Seperti dalam kali111at:
.-" :: ...-
~\:(;.1,.-/ f·-
"per/ama dan kedua: masuknya sesua/u benda dengan sengajo sampai ke lubang
yang 0';lbuk~)lIau yang /idak (,wmbuk{I;Seper/i benda-benda yang sampai--'-, ....~~-,~-~ '. --,...--~" '
keluka·llIka yang ada pm/a kepala sampai ke bagian dalanll1yo.
Perhalikan le[jemahan di alas. Kata yang dalall1 SaIl! kalimat diulang hingga
empat kali. Hal ini jelas bertentangan dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Kemudian kalimat "maslIknya sesua/u benda dengan sengaja sampai
ke lubang yang membuka a/au yang lidak membuka" ma,;ih raneu dalam
pel11aknaannya. Sangat sukar untuk dipahanli dengan kata iubang yang membuka
a/au yang lidak membuka.
14 Ibid, h. 184
49
Basil tCljcmahan yang baik ialah tCljcmahan yang mampu mcngadopsi
maksud dari tcks asl i hingga dapat dimcngcrti olch pCl11baca tanpa l11cngurangi
atau melebihi sllmbcr yang ada apalagi mcmbuatnya scmakin rancu dan sukar
dipahami.
Menurut penlllis alangkah baiknya bila terjcmahan di atas diubah menjadi
·?vlasuknya sesua/u henda "papun ke da/am /uh'1I7g atau /uka yang /erbuka a/au
lidak dari luar hil1gga ke dalam /uka /ersehw. .,
D. Allalisis Kalimat
1. Kcscpadanall dan kcsatuall
"Wajib hukulI,nya menjelaskan nia/ dahllll pUOSO jil."d/1U seper/i puosa
ramadhun. '<
Kalimat di alas tidak sesllai dengan ciri kesepadanan kalimat. Kalimat tcrsebllt
tidak mempunyai sllbjek dan predikat d"ngan. subjck. dalam bahasa Indonesia----_.-.--,~.~-
bcrada di muka kalil11at. Menllrut pcnlllis sllbjek kalimat di atas adalah
lIIel1je/askan l1iat da/olll puasa fardhu dan predikatnya wajib. Kalil11at di atas
dapat diperbaiki I11cnjadi: "menje/askan niat da/am puasa fardhu hul,:umnya
wajib seper/i puasa ramadhan ".
15 Ibid. , h. 183
50
"Perlama dan kedua: masuknya sesualu henda dengan sengaja sampai ke luhang
yang membuka alau yang lidak membuka seperli benda-benda yang sampai
keluka-Iuka yang ada pada kepala sampai ke bagian dalami1ya.
Terjemahan di alas lcrasa r'meu dan sulit dipahal11i. Penulis l11clihal adanya
pemuncllian kala-kala yang sukar dil11cgerti dan slliit dipahami. Kctidak
sepadanan ini sangal lidak diingiili,(lc para pCl11baca untuk mcmahami konlcks
yang diinginkan penulis.sebi.iknya kalimat di alas dilulis: "Perlama dan .~edua:
masuknya sesualu benda dengo}1 sei1gq/a sampai ke luban,'?; yang membuka arent
yang lidak membuka seperli h~nda-benda yang sampai keluka-Iuka yang ada
pada kepala sampai ke bagian dalumnya ".
2, Kohet'cnsi yang baik dan kompak
"Adapun yang dikehcndaki de'1gan hal flU ialah usaha orang yang herpuasa
menahan dari adanya sesual/i yang sampai kepada suatu lempal yang disebut
lubang'·.
•6 Ibid. ,h. 18417 Ibid., 184
51
I' Pcnulis mclihat, kalimat di atas tidak mcmiliki k,esesuaian dan SllSllnan
/{kalimat yang rancu. Kata hal pada kalimat di atas tidak jclas apa maksudnya,
begitlljuga kata Illhang pada kalimat di atas masih terlalu umum untuk dijelaskan
maknanya. Kalimat-kalimat scperti ini sukar dipahami. Kejclian seorang
pcncrjcmah dituntut untuk bisa memberi makna yang lebih jclas dari terjcmahan
di atas. Maka sebaiknya tcrjemahan di atas ditulis: ..Yang dikehendaki dari
menahan ialah menahan dari segala hal yang menlljll pada masuknva hemla ke------~ ...".
dahlin luhang yang dilarang ".
3. Paralelisme atau Kese.illjaran
,JJ " ,," J.,.
=...--~ a). --./.
.-' Q '" Q );i
I'~\ l5\ C~\ ~:r;) ~U\ (J) (~~I:;.,.:.t:)
"disllnnahkan dahlin pllasa liga pcrkara. yailll:
I. Ccpal-cepal herhllka fJlIasa
2. Mcngakhirkan sahliI'
3. Meninggalkan pemhicaraan yangjeleJ,."
Pemyataan di atas tidak paralel antara satu kalirnat dcngan kalimat lainnya.
Kalimat rncngakhirkan sahnr dan mcninggalkan pcrnbicaraan yang jelek memang
pm'alel tapi pada kalirnat ccpat-ccpat berbuka puasa tidak paralel dan tidak s"jajar
18 Ibid. , h. 185, 186
52
dengan kalimat sesudahnya. Alangkah baiknya bila ka.limat di atas diubah
menjadi menvegerakan berbuka puasa agar terlihat lebih luwes dan sejajar antara
hllbllngan satu kaElllat dengan kalimat yang lainnya
Dari eontoh-contoh di atas bahwa banyak terdapat kerancllan tetjelllahan yang
dilakukan oleh penerjemahan bllkll Falhul Qarib inL disebabkan oleh:
1. lI:arena gaya bahasa yang digunakan oleh pene~jemah bllkll ini masih
terpengaruh oleh gaya bahasa sUlllber dan gaya bahasa daerah setempat.
2. Karena l11ungkin Drs. llllron Abu Al11ar dalam lllf'net:iernahkan bllku ini bukan
3eorang ahE dalal11 biclang penerjemahan.
EAEIV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis dari beberapa aspek diksi yang dilakllkan oleh penlliis pada bab
pllasa bllkll teriemahan l',uhlll Qar!h. Memberikan beberapa kesimpllian. sebagai
berikllt:
I. Dalam buku lericmahan Flllh1l1 Qur!h yang dileriemahkan oleh Drs. Im1'an Abu
Ami1r masih dipenga,uhi oleh slruklur bahasa sUlllber. Kala-kala yang dipilih
lebih banyak dipepgaruhi olch bahasa pesantren dan Iingkunganya. sehingga
penggunaan kala ini mempengaruhi pada kele[Jalan diksi dalam ka1'ya le~jelllahan
Falhlll QUi'll, ini. Dalalll skripsi ini. Kelidaklepatan diksi dalam karya Drs. Imran
i"lou Amar lcrangkum dalam beberapa poin berikul i'li.
d. l'vlal.. ;Hl khdSllS dan UI1lUI1l
b. Makna dClulali I' dan makna konotati r
c. Makna rcre1'ensial implisit
2. Diksi yang digunakan dalalll peneljelllahan ini lllasih ku1'ang seslIai dengan
syarat-:;yarat ketepalan dan kesesuaian diksi. Ada beberapa kata yang dipilih oleh
peneljemah tidak mewakili maksud penulis. Ada tiga ga1'is besa1' mengenai diksi.
Pcrtama, pilihan kata alau diksi meneakup pengerlian kata-kata mana yang
dipakai untuk menyampaikan snatu gagasan, bagaimana membentuk
54
pcngclol11pokan kata-kata yang tcpat dan gaya mana yang paling baik dalal11 suatll
sitllasi. Kcdua. pilihan kata atau diksi adalah kCl11al11puan l11cmbcdakan sccara
tepat nuansa-nllansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kel11ampllan
untllk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pcndengar. Kctiga, pilihan kata yang tepat sesual hanya
mllngkin oleh pengllasaan sejumlah besar kosakata bahasa itu.
Beberapa syarat btepalan diksi yang tidak diperhatikan oleh pcnerjel11ah. :ailu:
a. Mcmbcdakan sccara ccrmat dctonasi dan konotasi
Dalam hal ird, penulis l11enilai dari kecerl11alan pencljcmahn ada beberajxl
kalimal yang l11engandllng kata denotatif dan konotall1' yang tidak sesuai
dalaJn peneljemahanya. Sehingga ada kala yang dilulis oieh penulis ash
dengan menggunakan kata konotatiL diterjemahkan dengan menggunakan
kata-kata den()tatif.
b. Mampu membcdakan kata umulI1 dan kata khusus
Begilu PUli1 pada bagian ini. terdapal diksi yang menggunakHn kata khuslls
tetapi ditericm2hkan dengan kata Ul11lllll. Padahal pilihan kata penlilis asli
merupakan cennin dari pikiran dall gagasan yang harus dihmlllati oleh
penerjel112h keaslianya
55
B. Saran
Bcrdasarkan kcsil11pulal11 di atas, saran dari penulis sebagai berikut:
1. Sebaiknya penerjel11ab selalu mengikuti perkembangan babasa. baik babasa
sumber maupun penerima. yang salah satu manfaatnya memeprl11udah pemilihan
diksi.
2. Seorang pcncrjcl11ab baruslab memperbatikan struktur babasa sumber dan babasa
sasaran. untuk l11emudabkan dalam pcngaliban pcsan.
3. Scorang pcncrjel11ab sebaiknya l11el11perkaya diri dengan kosakata baik bahasa
sumber maupun bahasa sasaran.
4. Sebaiknya para pelaiar di pesantren diperhatikan kemampuanya dalam
l11enggunakan babasa Indonesia yang IYlIk Jan benar.
5. Bukan hanya sal11pai di sini saja, tetapi skripsi yang telah disempurnakan ini akan
bisa ditindaklanjuti dengan mengajukannya kepacla Tim Penerjemah dan Pen~rbit
yang bersangklllan. Tujllannya. agar kckclirllan yang tidak jarang kita tel1111kan
dalal11 Terjel11ahan-paling lidak--dapat dil11inil11alisir. sehingga dapat
mcmudahkan para pel11baeanya dalal11 memahami dan mencerna segala ya'lg
terkandung dalam kitab ini. Hal ini pula yang melatarbelakangi penulisan skripsi
yang masih sederhana ini
Penulis sadar bahwa penelitian ini jauh dari kesempumaan. Oleh karena itu,
kiranya penelitian ini hams ditemskan serta dijabarkan kembali khususnya pada tahap
diksi dan gaya bahasa yang terdapat dalam buku terjemahan Fathul Qarib.
DAFTAR PUSTAKA
A Nida. Eugene. and Charles R. Taber. The 71leor,. and Practice of Transla/ion.Leiden: The United Bible Sicieties. 1974
Abu Amar. lmron.fci/hul Qarih (huku terjemahan), Kudus: ivlenara Kudus, 1982
Ahmad Satmi, "Dik/a/ Pcnerjemahan Tahririyah: Prinsip-prinsip Peneljemahan'·.(Jakarta: tp 2004). h. 3
Ali, Attabik. Ahmad Juhdi \luhdlor, Al-Ashri. Kamus Kon/emporer Arab-Indonesia.Yogvakarta: Yayasan Ali Maksu111 Pondok Pesantern Krapyak. 1996
Ardin. E. Zaenal. S. Amran Tasai. Cerma/ Berbahasa Indonesia un/uk PerguruanTinggi. Jakat1a: Pressindo. 1995. Cet ke-l
Azzra. Azyu111ardi, Pedolllan Pcnulisiln Skripsi. T'esis diln Diserlasi, UIN SyarifHidayatullah/Ti111 Penyusun. Cel. ke-2. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2002
liadt'du, .I.S. Infiah Bahasa indonesia yang Benar. Jakm1a: Gramedia. 1983
Burdah. lbnu. Jfcnjwli l'cllerjemah. .\fe/ode dan iVawasall Mellerjemah T'eks Aruh,Yogykarta: P. T. Tiara Wacana. 2004. Cel. ke-I
Calford. .I.e. A Lillguis/i, Tlieorr 0/ hilllsia/ioll. London: Oxford Univrsity Press.1974. Fourth Impression
Chaer. Abdul. Linguistile (ilium. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. Cel. ke-2
Guntur, Tarigan. Hendri. l'ellgajaran Seman/ik. Bandung: Angkasa Bandung. 1990
HanaH, Nurachman. Teori dan Seni Meneljemahkan, Flores, Nusa Indah, 1986
Keraf, Gorsy, Diksi dan Gavil Bahasa. Jakm1a: Gramedia Pustaka Utama, 2002, eel.ke-13
Kridalaksana, HarimUl1i. Kamus Linguislik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993,Cel. ke-3
L, Larson, Mildred, Penerjemahan Berdasarkan Makna, Pedoman Unluk PemadananAn/ar Bahasa, Jakat1a: Arean, 1989
57
Lubis. Ismail. Fa/sifikasi Terjemahan A/'luran Depag Edisi i99IJ. Yogyakarta: P.T.Tiara Wacana, 2001, Cel, ke- I
Machali. Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasinclo, 2000
Malibari. Akram. Pokok-]Jokok Perkliliahan S/ilis/ika, Maka}ah. Jakarta: UIN.September 2003
Mansyu,. Muhammacl. clan Kustiawan, Pedoman Bagi Penerjel11ahan Arah-indonesiadan indonesia-Arah, Jakarta: P.T. Moyo Segor<> Agung, 2();)2
Rasyid, Sulaiman. Fiqh is/am, Bandung: P.'f. Sinar Barll Algesindo. 1994. Cel. ke-27
;:)ulinl. Peler. dan Yenny Salim. }(Uf111f.\ Bahasa /(outemporcr. Jakan;:i i\lodcmLnglish Press. 2002. Cel. kc-2
Suryawinara, Zuchridin. dan Sugeng Hariyanlo, hans/a//(),; Bahasa TeoJ'f danPenun/w) Prak/is '\1eneJ'jemahkan. Yogyakarla: Kanisius, 2002
VerhaaL J.W.M. Pngal1/ar Linguis/ik Ul11l1m, Yogyakarta: Gajah "fada UniversItyPress. 1995. Cet. ke-20
Widyamanaya. A. Seni ,\iengg<I)'{lkan Kalimal. Yogvakana: Kanisius. 1995. Cel. kc
"\{usuL Suhendra. Teorf rel.iemah. Pen~(lI1Lar ke ":roh Pendekuht!1 Lillisrik jell!
S()~iOlii1gllisfik.Bandung: rV1andar IvlajLL ~ 99--+