kaitan aktivitas vulkanik dengan distribusi sedimen
TRANSCRIPT
KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN DISTRIBUSI
SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI
DI PERAIRAN SELAT SUNDA Oleh :
Eko Minarto* 1) Heron Surbakti2) Elizabeth Vorandra3)
Tjiong Giok Pin 4) Muzilman Musli5) Eka Saputra6) 1)Institut Teknologi Sepuluh November 2) Universitas Sriwijaya 3)Institut Teknologi Bandung
4)Universitas Indonesia 5)Universitas Nasional 6)Universitas Syah Kuala
Abstrak Penelitian tentang kaitan antara aktivitas vulkanik dengan distribusi sedimen dan
kandungan suspensi di lakukan di sekitar Perairan Selat Sunda pada bulan November
2008 dengan menggunakan kapal Baruna Jaya VIII - LIPI. Hasil analisa menunjukkan
bahwa sedimentasi di perairan Selat Sunda sangat dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik
Krakatau dan pengaruh daratan akibat masukkan dari sungai Ciliman dan Cibungur. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil yang didapatkan pada pengukuran di stasiun titik
pengamatan 6 yang ditunjukkan dengan adanya sedimen lempung yang disisipi oleh
lapisan pasir. Analisa tersebut didukung dengan data kandungan suspensi yang terlihat
pada titik pengamatan 6 mempunyai nilai suspensi yang cukup besar yaitu sekitar 25 gr/l
dan stasiun pengamatan 7 sekitar 19 gr/l.
Kata kunci : Suspensi, Salinitas, Vulkanik.
Abstract SEDIMENT DISTRIBUTION AND TOTAL SUSPENDED SOLID IN THE SUNDA
STRAIT. Observation on sediment distribution and total suspended solid in the Sunda
Strait was carried out on Nopember 2008, by using the Research Vessel Baruna Jaya VIII
at 10 station. The result from analysis suspended solid showed that sediment distribution
in Sunda Strait in relation with vulcanic activity of Krakatau, except from river in the
land. Ciliman and Cibungur river have a significant correlation with salinity horizontal
profiling. It was found 25 gr/l for suspended solid and 32,5 for salinity value.
Pendahuluan
Penelitian ini dilakukan di Perairan Selat Sunda yang terletak di antara Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera. Perairan Selat Sunda mempunyai karakteristik yang agak unik, yaitu
berhubungan dengan Laut Jawa dan Samudera Hindia, serta terletak di daerah pertemuan
antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo Australia (lempeng Samudera Hindia). Secara
geografis daerah penelitian terletak antara 5 o 50,59 l – 6 o 39,92 l LS dan 104 o 40,09 l –
105 o 59,28 l BT (Gambar 1 : posisi stasiun daerah pengamatan).
Studi batuan sedimen bertujuan untuk mengetahui proses deposit sedimen yang meliputi
transport sedimen dan proses deposisi sedimen baik secara horisontal maupun vertikal.
Untuk melakukan diskripsi sedimen ada empat hal yang perlu di amati yaitu warna,
struktur, tekstur dan komposisi dari sedimen tersebut.
Menurut definisi Raymond (1995), Batuan Sedimen didefinisikan sebagai batuan yang
merupakan hasil dari akumulasi dan solidifikasi sedimen, yakni material yang terangkut
baik oleh media air maupun oleh angin. Sedangkan menurut BENT et al (2001), Sedimen
adalah partikel hasil dari pelapukan batuan, material biologi, endapan kimia, debu,
material sisa tumbuhan dan daun.
Selain faktor diatas hal yang sangat berperan dalam pengendapan sedimen adalah arus
dan bentuk dasar dari perairan tersebut. Arus yang deras akan mengendapkan butiran
sedimen yang kasar dan arus yang lemah akan mengendapakan sedimen berbutir halus.
Sedangkan bentuk dasar perairan akan berpengaruh terhadap letak sedimen. Pada dasar
perairan yang berbentuk lereng umumnya bagian atas akan terisi oleh sedimen berbutir
halus dan bagian bawah akan terisi oleh sedimen berbutir kasar karena pengaruh gaya
gravitasi.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi sedimen di perairan
Selat Sunda dan menentukan kandungan suspensinya. Selanjutnya dari kedua besaran
tersebut ditinjau keterkaitannya dengan aktivitas vulkanik di perairan Selat Sunda.
Bahan dan Metode Penelitian
Pengambilan sampel sedimen dalam penelitian ini dilakukan di Perairan Selat Sunda
yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, yang berhubungan dengan Laut
Jawa dan Samudera Hindia. Pengambilan sampel meliputi 10 titik pengamatan (stasiun).
Posisi (koordinat) masing-masing stasiun pengamatan ditentukan dengan menggunakan
serial di GPS secara real time dan data kedalaman didapat dengan menggunakan alat
Multibeam echosounder tipe EM 10021. Pengambilan data sampel dilakukan dengan
menggunakan alat Gravity Core (gambar 2) dengan menggunakan oleh kapal Baruna
Jaya VIII .
Gambar 1 : Posisi Stasiun Daerah Pengamatan
Selanjutnya dari sampel yang di peroleh dari Gravity Core dilakukan diskripsi visual
yang meliputi : warna, bau, kandungan sedimen (cangkang karbonat dan material
organik) dan jenis sedimennya (Gambar 3 : sampel sedimen).
Gambar 2 : Gravity Core Gambar 3 : Sampel sedimen
Uji kuantitatif dilakukan di laboratorium, sedimen dikeringkan, ditimbang, diayak dengan
ayakan bertingkat ukuran 16, 8, 4, 2, 1, 0.5, 0.25, 0.063 mm dan di tadah di ember untuk
ukuran butir yang lolos dari ayakan ukuran 0.063 mm. Sedimen yang melayang di buang
airnya (lempung) dan yang tertinggal di ember adalah lanau.
Tabel : WENTWORTH 1922
Gambar 5 : Analisa Sampel
Selanjutnya masing-masing ukuran butir disimpan pada trei almunium dan dikeringkan
(WENTWORTH 1922) untuk ditimbang dan dihitung prosentase masing-masing
penyusun sedimen yang meliputi kerikil, pasir, lanau dan lempung. Beri nama jenis
sediment berdasarkan segi tiga Shepard (1954).
Tabel : Segi tiga Shepard (1954)
Hitung prosentase dari kerikil > 2mm, pasir (0.125 mm – 2 mm), lanau 0.063 mm – 0.0043 mm dan lempung < 0.0043 mm, beri nama jenis sedimen berdasarkan segitiga Shepard (1954).
Kerikil Pasir Sta sangat kasar halus Sangat Kasar Sedang Halus Sangat Lanau Deskripsi
kasar kasar halus Lempung 8 - 16 4. - 8 2. - 4 1 -
2 0.5 – 1 0.25-0.5 0.125-0.25 0.063-0.125 < 0.063
1 6.2884 6.1198 10.2234 9.3012556 7.2085548 60.8586244 lumpur pasiran 2 21.5138 7.2213 4.9218 2.6521 5.0216 7.00359 5.3024339 0.4106567 10.2748473 lumpur kerikilan 3 7.05889 1.6207 3.244 6.9783 29.681 29.6734 0.8445991 0.0935078 20.8053030 pasir lumpuran 4 4.4101 4.4402 4.47254 5.3507693 5.7282795 75.5980730 lumpur 5 6.1656 6.3256 9.21698 16.506595 23.652141 30.2839299 pasir lumpuran 6 6.8042 6.84092 7.624532 6.9098087 71.8205704 lumpur pasiran 7 0.2287 0.08828 6.4000738 6.9137754 86.3692018 lumpur 8 10.725 10.595 13.201 14.896 14.3354 15.420281 9.445709 11.3827981 pasir lumpuran 9 0.2999 1.8156 5.0974 18.095 50.9551 16.660002 0.0545654 7.02230088 pasir
10 1.3771 6.7013 16.169 33.396 34.7903 4.797307 0.0445256 2.72403845 pasir
Tabel : Prosentase kandungan sedimen
Dari hasil tabel prosentase penyusun sedimen selanjutnya di buat peta tematik dengan
menggunakan program Surfer, sehingga dari peta tematik tersebut dapat dilakukan
analisa dari sebaran jenis sedimen tersebut. Hasil analisa selanjutnya bisa dihubungkan
dengan faktor lain yang mempengaruhi sebaran sedimen, diantaranya : kecepatan arus,
pengaruh sungai yang dekat dengan lokasi penelitian serta faktor-faktor lain.
Selain sebaran sedimen, penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari struktur dasar
permukaan. Dengan menggunakan GPS secara real time posisi (koordinat) dapat
ditentukan dan dengan menggunakan alat Multibeam echosounder tipe EM 1002 kita
dapatkan data kedalaman. Selanjutnya dari data kedalaman dan posisi kita dapat
membuat peta batimetri dasar perairan Selat Sunda dengan menggunakan software
Cfloor/Surfer. (Gambar 6 : Peta batimetri)
Gambar 6 : Peta Batimetri 3D (atas) dan 2D (bawah).
Diskusi dan Analisa Dari hasil analisa TSS (Total Suspended Solid) yang digambarkan dalam bentuk peta
tematik, terlihat bahwa Perairan Selat Sunda mempunyai pola sebaran suspensi yang
cukup seragam di permukaan. Suspensi sebesar 25 gr/l merupakan nilai terbesar yang
ditemui disekitar titik pengamatan (stasiun) 6. Hal ini mengindikasikan pengaruh
vulkanik yang cukup besar dari Gunung Krakatau, karena posisi stasiun 6 cukup dekat
dengan Gunung Krakatau. Sedangkan suspensi di dasar perairan mengindikasikan adanya
pengaruh daratan yang cukup besar. Suspensi sebesar 19 gr/l merupakan nilai terbesar
yang dapat ditemui di stasiun 7.
104 104.5 105 105.5 106 106.5-7
-6.5
-6
-5.5
-5
-4.5
-4
1
2
34
5 6
7
8
9
10
0.0115
0.0125
0.0135
0.0145
0.0155
0.0165
0.0175
0.0185
0.0195
0.0205
0.0215
0.0225
0.0235
0.0245
0.0255
Gambar 7 : Hasil Analisa Suspensi di permukaan.
104 104.5 105 105.5 106 106.5-7
-6.5
-6
-5.5
-5
-4.5
-4
1
2
34
5 6
7
8
9
10
0.01380.0140.01420.01440.01460.01480.0150.01520.01540.01560.01580.0160.01620.01640.01660.01680.0170.01720.01740.01760.01780.0180.01820.01840.0186
Gambar 7 : Hasil Analisa Suspensi di Dasar Perairan
Harga suspensi stasiun 2 juga memperlihatkan harga yang cukup tinggi yaitu sekitar 14
gr/l , yang mengindikasikan pengaruh daratan yang cukup besar. Hal ini didukung dengan
data distribusi salinitas yang memperlihatkan nilai yang cukup kecil.
Gambar 8 : Distribusi Salinitas
Pada stasiun 7 (Teluk Miskam) pergerakan arus tidak terlalu kuat dengan kondisi arus
yang melemah sehingga terjadi proses pengendapan sedimen lempung dengan sedikit
lanau. Secara umum terlihat bahwa TSS pada stasiun ini menunjukkan nilai yang tinggi
dibandingkan dengan stasiun lain, kecuali pada stasiun no 6 yang TSS juga tinggi. Ada
pola yang menunjukkan bahwa pada wilayah ini lebih banyak dipengaruhi oleh daratan
dan adanya aliran Ciliman dan Cibungur yang cukup besar yang mengalir ke arah utara.
Pengamatan tak langsung selama kapal berlayar menunjukkan arus yang agak tenang. Hal
ini juga mengakibatkan material sedimen terakumulasi pada wilayah ini. Asumsinya bila
dipengaruhi oleh daratan, maka sedimen yang ada dan diendapkan jauh ke utara, maka
makin utara dari teluk ini, butiran endapan akan semakin halus. Pada teluk Miskam yang
terlindung dan kecepatan arus yang lemah akan mengakibatkan muatan sedimen yang
melayang ini akan mengumpul dan mengendap di dasar perairan.
Dari tabel prosentase kandungan sedimen diperoleh bahwa Perairan Selat Sunda terdiri
dari : lanau lumpuran, pasir, kerikil pasiran, lumpur lanauan, lanau pasiran, lumpur,
lumpur pasiran dan pasir lumpuran. Sebaran lumpur dapat terlihat jelas pada stasiun 6
yang mengindikasikan pengaruh aktivitas vulkanik Krakatau.
Kesimpulan
Karakteristik Perairan Selat Sunda memperlihatkan bahwa adanya pengaruh yang
kuat dari aktivitas vulkanik Krakatau. Hal ini diperlihatkan dari data kandungan
suspensi yang mempunyai nilai yang cukup besar disekitar stasiun 6 dibandingkan
dengan stasiun pengamatan yang lain, yaitu sebesar 25 gr/l.
Pada stasiun 7 (Teluk Miskam) pengaruh kuat dari daratan terlihat dengan nilai
kandungan suspensi yang cukup besar dibanding stasiun lain. Analisa kandungan
suspensi memperlihatkan kandungan suspensi sebesar 19 gr/l. Hal ini dipengaruhi
oleh masukkan dari sungai Ciliman dan Cibungur serta pola arus yang mengalir
sepanjang Teluk.
Data distribusi salinitas mengindikasikan Perairan Selat Sunda mendapat pengaruh
kuat dari daratan, yang ditunjukkan dengan harga salinitas yang rendah di stasiun 2.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(DIKTI), Depdiknas yang memberikan bantuan berupa dana sehingga kegiatan penelitian
ini dapat dilakukan. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Pusat
Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) yang telah
mengkoordinasikan, mengarahkan, dan mendampingi para peserta pelatihan dalam
kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan baik. Tidak lupa juga kami ucapkan terima
kasih kepada ABK Baruna Jaya VIII yang memberikan bantuan pengoperasian peralatan
oseanografi sehingga pengukuran parameter oseanografi selama di lapangan dapat
dilakukan dengan baik.
Daftar Pustaka
Helfinalis, 2003, Sedimen dan Penyusupan Massa Air Laut Samudera Hindia ke
Perairan Selat Sunda Berdasarkan Kandungan Suspensi di Perairan
Selat Sunda, Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI. p 23-30.
Postma, H., 1961, Transport and Accumulation of Suspended Matter in the Dutch
Wadden Sea, Netherland, J. Sea Res. 1, 3-6
Shhepard, E.P., 1954. Nomenclature based on sand silt clay ratios. Jour. Sed.Petrology
24 : 151 - 158.
Wenworth, C.K., 1922. A scale of grade and class term for clastic sediment. Jour. Geol.
30 : 337 – 392
Wyrtki, K., 1961, Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters, Naga report,
Vol. 2., The University of California Scripps Institution of
Oceanography La Jolla, California, 195 pp.