kajian ekonomi dan keuangan regional ... di kabupaten morowali utara yang belum optimal, dan belum...

118
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH AGUSTUS 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Upload: hoangngoc

Post on 20-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

AGUSTUS 2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

ii

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan

nilai tukar yang stabil.

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

lokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan

tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas

yang diamanatkan UU.

Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada :

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah

Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu

Telp : 0451 - 421181

Fax : 0451 - 421180

Email : [email protected]; [email protected];

[email protected]; [email protected]

www.bi.go.id

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-Nya maka

penyusunan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tengah

Periode Agustus 2017 telah dapat kami selesaikan. Buku KEKR ini kami susun dengan tujuan

untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan

ekonomi dan keuangan di Sulawesi Tengah. Adapun ruang lingkup dari buku KEKR Provinsi

Sulawesi Tengah ini meliputi kajian mengenai pertumbuhan ekonomi; keuangan pemerintah;

inflasi; stabilitas keuangan daerah; pengembangan akses keuangan dan UMKM;

penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah; ketenagakerjaan dan

kesejahteraan; serta prospek perekonomian dan inflasi ke depan.

Kami berharap informasi yang terangkum dalam buku KEKR ini dapat dijadikan

sebagai salah satu sumber referensi bagi para pembuat kebijakan, kalangan akademisi,

investor dan pelaku dunia usaha, serta masyarakat lainnya yang memiliki kepedulian dan

perhatian terhadap perekonomian Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkenan membantu

kami terutama dalam penyediaan data dan informasi untuk penyusunan buku kajian ini.

Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian kedepan, kami

mengharapkan saran, masukan dan tentunya update data dan informasi terkini dari seluruh

stakeholder. Buku kajian ini kami cetak dalam jumlah terbatas, dan untuk mendapatkan soft

file dapat diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/.

Semoga Tuhan YME selalu meridhoi setiap upaya kita dalam berkontribusi untuk

memajukan perekonomian di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih.

Palu, Agustus 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ttd

Miyono

Deputi Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH PERIODE AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Ritme pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 mampu tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2017 pertumbuhan mencapai 6,61% (yoy),

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 3,91% (yoy). Industri pengolahan terutama yang berasal dari

peningkatan nilai tambah sektor pertambangan pada triwulan II 2017 menunjukkan kinerja yang

meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini didorong oleh perbaikan kinerja ekspor seiring

membaiknya kondisi ekonomi negara mitra dagang, terutama Tiongkok. Disisi lain, terdapat perbaikan

produksi dari sisi sektor pertanian terutama pada sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perkebunan,

seiring dengan berakhirnya kondisi anomali cuaca El Nino dan La Nina. Produksi yang tersebar

berpengaruh positif terhadap kenaikan pertumbuhan meski masih dalam skala yang terbatas. Pada

tiwulan II 2017, output sektor industri pengolahan belum dapat menghasilkan ritme pertumbuhan yang

sama dengan periode puncak sebagaimana yang terjadi pada triwulan II 2016. Kondisi produksi smelter

baru di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik

pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa faktor yang menyebabkan akselerasi

pertumbuhan tidak setinggi periode sebelumnya. Pembangunan pabrik amonia diharapkan selesai pada

November 2017 sehingga dapat memberikan tambahan peningkatan output industri pengolahan dan

meningkatkan kontribusi ekspor terhadap perekonomian Sulteng pada triwulan IV 2017.

Inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan II 2017, tercatat 5,23% (yoy), lebih tinggi jika

dibandingkan dengan inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya 4,05% (yoy). Inflasi tahunan Kota Palu

pada akhir triwulan II 2017 tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi selama 3

tahun terakhir yaitu 5,15%. Tekanan inflasi bulan Juni 2017 tersebut dapat dijelaskan dari dua sisi. Dari

sisi demand, tekanan inflasi mengalami peningkatan terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan

udara akibat meningkatnya permintaan menjelang Idul Fitri. Selain itu juga muncul dari kelompok

sandang seiring dengan meningkatnya permintaan sandang oleh masyarakat untuk merayakan lebaran.

Sementara dari sisi supply, tekanan inflasi terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik seiring dengan

adanya kebijakan penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga 900 VA yang diberlakukan

secara bertahap. Sementara itu, dari tekanan inflasi dari kelompok volatile foods cukup terkendali seiring

dengan terjaganya pasokan komoditas khususnya dari sub kelompok ikan segar yang selama ini sering

memberikan tekanan.

Tekanan harga dari sisi penawaran relatif stabil dan lebih disebabkan oleh pasokan yang

menurun. Tekanan sisi penawaran meningkat pada Mei 2017 yang diakibatkan meningkatnya permintaan

masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri dan tingginya perdagangan antar daerah yang terjadi di

Provinsi Sulawesi Tengah. Tingginya permintaan terutama terjadi pada komoditas sub kelompok ikan

Pertumbuhan ekonomi

mengalami akselerasi

pada triwulan II 2017

didorong perbaikan

kinerja dari sektor

pertanian,

pertambangan dan

industri pengolahan

Tekanan inflasi Kota Palu

mengalami peningkatan

bila dibandingkan

periode triwulan

sebelumnya.

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

2

segar dan sub kelompok bumbu-bumbuan. Tercatat komoditas ikan cakalang mengalami kenaikan indeks

harga mencapai 42,29% (mtm) dan memberikan andil inflasi 0,31% dan bawang putih mengalami

kenaikan harga 29,93% (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,08%. Adanya panen raya di triwulan II

mampu meredam tekanan inflasi dari sisi penawaran dengan tersedianya pasokan beras di Provinsi

Sulawesi Tengah. Tekanan inflasi dari sisi penawaran yang cukup terkendali tidak lepas dari tindakan

pengendalian yang telah dilakukan selama triwulan II 2017.

Stabilitas keuangan daerah secara umum tetap solid, baik di sektor Korporasi, sektor Rumah

Tangga maupun sektor Perbankan. Ketahanan Korporasi pada triwulan II 2017 masih cukup baik, meski

terdapat tekanan pada beberapa sektor utama perekonomian Sulawesi Tengah. Ketahanan korporasi

diantaranya terlihat dari perkembangan kredit sektor utama di Sulawesi Tengah khususnya sektor

Pertanian dan industri pengolahan yang tumbuh 20,96%(yoy) dan 23,74%(yoy). Walaupun demikian,

perkembangan kredit sektor lainnya seperti pertambangan dan konstruksi menunjukkan perlambatan.

Optimisme konsumen rumah tangga mengalami peningkatan pada periode laporan.

Berdasarkan survei Konsumen Bank Indonesia, indikator tingkat penghasilan saat ini meningkat dari

angka indeks 82 pada triwulan I menjadi 100 pada triwulan laporan. Ketahanan sektor rumah tangga

masih cukup baik, didukung oleh tingkat pertumbuhan yang positif walaupun tidak setinggi periode

sebelumnya tercermin dari masih terjaganya tren positif pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

selama triwulan laporan. Pada triwulan II 2017, kredit KPR mencapai Rp2,27 triliun atau tumbuh 10,20%

(yoy); lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 9,87% (yoy).

Fungsi intermediasi perbankan juga berjalan baik, dengan tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR)

mencapai 142%. Kredit yang disalurkan pada Juni 2017 tercatat tumbuh 9,15% (yoy), sedangkan

simpanan masyarakat (Dana Pihak Ketiga/ DPK) mencapai Rp17,7 triliun atau tumbuh 3,86% (yoy).

Keberpihakan perbankan terhadap UMKM juga tinggi, tercermin dari nilai kredit UMKM yang mencapai

34,20% dari total kredit perbankan.

Dari aspek keuangan daerah, peran APBD (Provinsi, Kabupaten dan Kota) dan APBN dalam

mendinamisasi perekonomian Sulteng perlu lebih dimeratakan, serta ditingkatkan penyalurannya di awal

tahun anggaran agar dapat memberi dampak multiplier effect yang besar bagi perekonomian Sulteng.

Realisasi APBD Provinsi Sulteng hingga akhir triwulan II 2017 mencapai Rp1.271,55 miliar atau 35,32%

dari total anggaran yang tersedia sebesar Rp3.599,70 miliar. Persentase realisasi belanja Pemerintah

Provinsi Sulteng mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 36,48%.

Sementara itu, realisasi belanja APBD Kabupaten dan Kota kami perkirakan mencapai 29,2% . Sedangkan

realisasi belanja APBN yang dialokasikan di Sulteng mencapai Rp2.918,36 miliar atau 28,13% dari total

pagu belanja Rp10.374,79 miliar.

Perkembangan aliran uang masuk (inflow) ke Bank Indonesia Sulawesi Tengah pada triwulan

laporan mengalami penurunan di sisi inflow tetapi mengalami peningkatan di sisi outflow jika

dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal outflow pada triwulan laporan mencapai Rp2,2 triliun, lebih

tinggi dibandingkan outflow triwulan I 2017 sebesar Rp402,785 miliar. Sedangkan inflow justru

mengalami penurunan menjadi Rp311,15 miliar dari Rp1 triliun di triwulan I 2017. Sesuai dengan tren

tahun sebelumnya, nilai outflow selalu mengalami peningkatan di triwulan II yang didorong oleh

meningkatnya pengeluaran masyarakat selama bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Stabilitas keuangan daerah

masih tumbuh positif

meskipun sektor rumah

tangga dan korporasi

mengalami tekanan dan

tumbuh tidak sekuat

periode sebelumnya

Realisasi pendapatan

APBD lebih tinggi

dibandingkan realisasi

belanja APBD

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

3

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami perkembangan positif

dibandingkan tahun sebelumnya (periode Februari 2016). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

mengalami penurunan dan mencapai 2,97% atau lebih rendah dibandingkan Februari 2016 yang

mencapai 3,46%. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah

pada Maret 2017 tercatat sebanyak 417.870 jiwa atau 14,14% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah

tersebut sedikit lebih tinggi dari posisi September 2016 yang tercatat 14,09%.

PROSPEK PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH

Memperhatikan kondisi perekonomian saat ini dan prospeknya ke depan, kami memproyeksikan

perekonomian Sulteng pada triwulan III 2017 akan tumbuh di kisaran 7,2%-7,6% (yoy); sementara

prospek perekonomian Sulteng secara keseluruhan 2017 diprediksikan masih cukup baik meski tidak

setinggi tahun-tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 7,7-8,1% (yoy). Kami

optimis perkembangan konsumsi rumah tangga dan produksi sektor pertanian kami perkirakan

meningkat. Optimisme pada sektor pertanian ini ditunjang dengan upaya positif dari pemerintah daerah

khususnya dalam melakukan pembenahan kualitas bibit, metode tanam, serta perbaikan infrastruktur

irigasi, jalan dan bandara, sehingga konektivitas antar daerah semakin baik. Di samping itu, sektor industri

pengolahan dan sektor pertambangan diperkirakan masih memberikan kontribusi yang cukup besar

melalui produksi LNG dan nikel olahan, sehingga mampu memenuhi permintaan ekspor luar negeri dan

menjadi penggerak perekonomian yang dominan dari sisi permintaan.

Pada triwulan III 2017 tekanan inflasi diperkirakan sedikit mengalami peningkatan, namun

melalui upaya penguatan koordinasi TPID dan peningkatan kerjasama antar daerah (antar Kab/Kota di

Sulteng) diharapkan dapat mengendalikan dan menjaga pasokan maupun tingkat harga komoditas

pangan strategis. Tekanan inflasi diperkirakan lebih dipengaruhi oleh harga kelompok administered prices

yang diperkirakan mengalami peningkatan tarif angkutan udara sebagai dampak dari banyaknya event

berskala Nasional dan Internasional di Sulawesi Tengah pada triwulan III 2017. Meningkatnya permintaan

diharapkan dapat diimbangi dengan tambahan jadwal penerbangan oleh maskapai sehingga dampak

peningkatan harga tarif angkutan udara bisa sedikit diredam. Potensi kenaikan harga minyak dunia

kedepan diperkirakan juga berpotensi mendorong peningkatan harga bahan bakar rumah tangga.

Dengan mempertimbangkan banyaknya tantangan yang dihadapi Sulteng, kami masih tetap

optimis inflasi pada akhir 2017 akan dapat dikendalikan di kisaran 5,90-6,30% (yoy) , meski perkiraan ini

jauh lebih tinggi dari inflasi tahun sebelumnya 1,49% (yoy). Angka proyeksi yang berada di batas angka

maksimal tersebut, kami tetapkan setelah mempertimbangkan pengaruh dari kebijakan kenaikan tarif

listrik pada Mei-Juni 2017 dan perkiraan kenaikan harga minyak dunia seiring dengan tanda-tanda

membaiknya perekonomian global yang dapat berdampak pada kenaikan harga BBM di pasar global dan

domestik. Selain itu, proyeksi juga telah mempertimbangkan potensi penurunan pasokan ikan segar pada

Desember 2017 yang disebabkan siklus iklim yang berpengaruh pada gelombang air laut yang tinggi.

Tekanan Inflasi pada triwulan

II dan III tahun 2017

diperkirakan mengalami

peningkatan

Pertumbuhan Ekonomi pada

Tw III 2017 dan triwulan IV

2017 diperkirakan lebih

tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya

Pengangguran dan

kemiskinan mengalami

penurunan

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

4

TABEL INDIKATOR EKONOMI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

A. PDRB dan Inflasi

2017

I II III IV I II III IV I II III IV I

PDRB (%, yoy) 2,32 1,76 6,60 9,51 16,49 15,09 15,63 15,10 13,21 15,52 7,92 3,80 3,91

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,93 7,17 5,89 10,02 9,99 7,08 5,00 3,52 3,50 1,20 1,45 2,70 3,85

Pertambangan dan Penggalian (25,62) (32,21) (15,69) (24,93) 7,35 15,52 31,97 50,44 50,38 67,83 29,76 9,03 6,14

Industri Pengolahan 4,06 3,16 10,23 14,66 65,15 65,21 101,36 123,97 55,95 69,55 26,16 7,92 6,13

Pengadaan Listrik dan Gas 6,54 9,28 11,91 14,10 8,69 13,45 9,72 3,68 6,04 2,48 5,18 6,03 11,71

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,92 7,18 9,66 10,52 10,51 9,41 4,33 2,72 2,41 3,39 1,80 5,73 5,37

Konstruksi 13,39 12,23 23,15 50,51 49,19 37,45 16,33 (4,54) (5,03) (5,77) (3,79) (3,20) (0,50)

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 12,90 8,12 9,30 8,49 5,77 5,89 3,89 7,65 9,10 7,99 5,14 0,50 1,62

Transportasi dan Pergudangan 7,95 7,22 11,33 10,43 9,64 9,64 7,29 4,46 8,14 6,44 3,45 3,16 3,45

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,84 8,30 10,58 10,11 5,30 8,74 14,12 11,70 13,66 9,06 0,35 1,76 5,43

Informasi dan Komunikasi 12,85 11,58 13,77 11,92 10,22 10,46 8,95 7,41 13,89 12,74 6,50 3,60 2,65

Jasa Keuangan dan Asuransi 1,88 2,05 2,16 9,87 7,81 0,79 10,47 5,50 10,84 20,42 16,26 23,04 11,49

Real Estate 11,89 9,70 8,72 10,34 9,23 9,56 6,58 3,35 4,20 2,88 1,74 5,91 5,93

Jasa Perusahaan 8,17 6,84 5,88 2,33 2,43 2,54 5,15 5,20 5,23 4,87 4,15 4,38 4,30

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,06 7,92 9,24 10,85 9,52 9,86 8,07 6,77 5,44 12,24 4,74 3,68 4,76

Jasa Pendidikan 3,34 5,65 9,48 11,19 7,86 8,07 8,31 6,48 8,05 6,00 4,07 1,29 2,11

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,90 12,74 8,96 8,67 11,37 9,47 5,99 0,75 0,97 0,30 5,26 7,25 7,63

Jasa lainnya 7,80 9,24 11,05 12,26 9,91 9,69 9,07 7,78 7,28 6,32 4,51 4,85 4,77

Konsumsi Rumah Tangga + LNPRT 7,80 7,59 6,41 5,28 4,27 4,46 3,11 4,73 6,06 6,10 6,06 6,19 6,23

Konsumsi Pemerintah 5,32 3,35 3,69 6,96 8,57 6,06 11,94 7,78 2,51 3,42 (3,31) (4,27) (0,90)

Investasi 17,18 13,68 22,25 23,42 16,84 21,84 14,68 17,66 9,83 3,12 9,01 9,48 (1,71)

Ekspor Luar Negeri (29,00) (53,30) (19,17) (13,22) 53,13 182,85 88,83 125,23 92,39 173,51 128,16 68,49 71,76

Impor Luar Negeri (18,87) 2,52 40,98 31,64 87,97 127,90 216,46 556,12 326,14 354,18 115,05 8,30 81,34

Net Ekspor Antar Daerah 39,96 23,98 24,37 15,06 (11,75) 19,75 (8,31) 4,96 (3,12) 6,70 51,37 65,95 37,16

Ekspor

Nilai Ekspor Non - Migas (USD Juta) 25 2 4 11 11 85 62 72 92 240 209 248 238

Volume Ekspor Non-Migas (ribu ton) 1.174 1 2 14 12 81 64 86 94 225 173 201 184

Impor

Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) 6 24 77 124 114 163 235 301 124 269 211 535 233

Volume Impor Non-Migas (ribu ton) 9 16 56 171 73 115 364 372 233 569 515 548 262

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu* 111,45 113,64 115,12 120,21 117,34 120,46 121,29 125,22 124,42 125,53 126,24 127,09 129,46

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 7,85 10,27 5,40 8,85 5,28 6,00 5,36 4,17 6,03 4,21 4,08 1,49 4,05

Berdasarkan Sektor

Berdasarkan Penggunaan

Indikator2014**

Ekonomi Makro Regional

2015** 2016**

*Inflasi rebase 2007 ke 2012=100

**Angka sangat sementara

5

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

5

B. PERBANKAN

2017

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

PERBANKAN

Total Aset (Rp juta) 24.646.847 27.078.675 26.714.037 24.810.161 26.543.932 27.287.094 27.253.626 27.149.075 28.438.833

DPK (Rp juta) 14.563.966 15.688.585 16.800.912 16.328.854 16.673.667 17.059.294 16.307.807 16.064.386 16.701.597

- Giro 3.614.000 4.292.445 4.561.804 2.372.232 3.931.000 4.051.677 3.650.974 2.184.628 3.822.858

- Deposito 3.774.144 3.940.301 4.269.934 4.492.611 4.538.384 3.984.980 3.878.312 4.231.226 4.341.228

- Tabungan 7.175.822 7.455.839 7.969.175 9.464.012 8.204.282 9.022.637 8.778.521 9.648.532 8.537.511

Kredit (Rp juta) 19.074.523 19.508.247 20.335.567 20.971.321 21.339.000 21.894.812 22.568.695 23.228.222 23.564.999

1 Modal Kerja 6.435.939 6.569.583 6.773.388 6.873.042 7.001.000 7.213.911 7.436.402 7.609.160 7.718.934

2 Investasi 2.182.732 2.086.656 2.150.941 2.173.648 2.166.000 2.220.493 2.277.445 2.238.310 2.195.538

3 Konsumsi 10.455.852 10.852.007 11.411.239 11.924.630 12.172.000 12.460.408 12.854.848 13.380.752 13.650.526

% NPL GROSS 2,15% 2,12% 2,10% 1,94% 2,16% 2,27% 2,46% 2,67% 3,04%

LDR 135,09% 128,16% 124,77% 133,03% 133,21% 128,35% 138,39% 144,59% 141,09%

Kredit UMKM (Rp juta) 6.814.442 7.015.825 7.005.008 7.428.232 7.346.739 7.346.739 7.581.218 7.945.458 7.980.226

1 Modal Kerja 5.447.842 5.634.606 5.652.898 5.950.276 5.861.921 5.861.921 5.967.425 6.307.013 6.340.987

2 Investasi 1.366.600 1.381.218 1.352.110 1.477.957 1.484.818 1.484.818 1.613.792 1.638.445 1.639.238

3 Konsumsi - - - - - - - - 26

Kredit Mikro 1.755.754 1.816.804 1.821.753 2.158.362 2.316.900 2.257.308 2.279.690 2.518.933 2.504.700

1 Modal Kerja 1.348.520 1.386.564 1.373.007 1.608.144 1.745.116 1.677.514 1.674.416 1.833.658 1.807.491

2 Investasi 407.234 430.241 448.747 550.218 571.784 579.794 605.274 685.275 697.209

3 Konsumsi - - - - - - - - 26

Kredit Kecil 2.363.729 2.412.633 2.457.213 2.518.560 2.552.966 2.640.214 2.736.883 2.940.362

1 Modal Kerja 1.803.100 1.862.048 1.924.853 1.971.693 1.992.657 2.068.106 2.109.564 2.361.696 2.442.282

2 Investasi 560.629 550.585 532.360 546.867 560.310 572.108 627.319 578.666 578.790

3 Konsumsi - - - - - - - -

Kredit Menengah 2.694.960 2.786.388 2.726.041 2.751.309 2.476.873 2.716.011 2.564.644 2.486.164 2.454.454

1 Modal Kerja 2.296.222 2.385.995 2.355.039 2.370.438 2.124.148 2.299.968 2.183.445 2.111.660 2.091.215

2 Investasi 398.737 400.393 371.003 380.871 352.725 416.043 381.199 374.504 363.239

3 Konsumsi - - - - - - - -

NPL UMKM gross 4,12% 4,31% 4,43% 4,51% 4,46% 4,60% 5,00% 4,52% 5,21%

Total Aset (Rp juta) 1.615.847 1.811.699 1.869.650 1.877.855 1.951.504 1.983.556 2.062.360 2.207.986 2.291.692

DPK (Rp juta) 443.966 466.831 502.335 564.876 654.667 642.743 652.416 692.237 813.485

Deposito 377.144 396.914 396.914 481.651 578.384 563.773 573.797 603.231 727.579

Tabungan 66.822 69.917 69.917 83.226 76.282 78.970 78.619 89.006 85.907

Kredit (Rp juta) 1.471.121 1.601.472 1.656.752 1.679.058 1.703.777 1.765.395 1.789.959 1.919.336 2.005.383

1 Modal Kerja 73.836 75.364 71.886 77.478 73.130 72.199 74.186 78.424 82.990

2 Investasi 2.573 2.332 2.121 10.602 11.133 9.629 11.463 10.043 10.079

3 Konsumsi 1.394.712 1.523.776 1.582.745 1.590.978 1.619.514 1.683.566 1.704.309 1.830.869 1.912.313

Rasio NPL gross (%) 1,48% 1,25% 1,27% 0,77% 0,89% 1,30% 1,20% 1,07% 1,04%

RINCIAN

BPR (Data Maret 2017)

Bank Umum:

2015 2016

6

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

6

C. Sistem Pembayaran

2017

I II III IV I II III IV I

Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 1.583,30 1.615,09 1.577,25 1.020,59 1.020,59 1.604,38 1.541,90 1.432,69 1.531,68 1.531,68 2.055,41

Inflow (Miliar Rp) 1.006,52 312,70 947,70 213,17 2.480,09 1.154,60 261,75 955,47 310,05 1.527,27 1.022,59

Outflow (Miliar Rp) 430,33 1.258,99 1.808,20 1.816,19 5.313,71 329,37 1.901,53 984,69 1.766,29 4.652,51 402,78

Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 244,34 166,30 294,22 167,63 872,49 231,43 169,51 195,12 132,82 497,45 251,96

Ingoing (Miliar Rp) 9.946,72 15.830,04 14.712,76 4.444,40 44.933,92 - - - - - -

Outgoing (Miliar Rp) 17.006,15 22.232,19 19.310,64 10.302,60 68.851,58 31.628,80 26.962,00 13.576,70 35.135,70 75.674,40 3.292,10

Nominal Kliring (Miliar Rp) 1.498,56 1.493,85 1.776,48 2.180,57 6.949,46 2.651,99 720,07 56,21 74,62 850,90 2.742,56

Volume Kliring (Lembar) 38.137 38.368 42.348 43.800 162.653 5.124 899 711 2.830 4.440 58.141

Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 95,08 133,86 287,51 1.160,16 1.676,61 1.866,18 2.337,52 1.570,84 1.680,61 5.588,97 1.379,24

Volume Kliring Kredit (Lembar) 4.689 5.695 10.185 20.669 41.238 28.617 34.066 29.974 35.075 99.115 29.085

RRH Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 4,59 6,57 4,71 18,42 34,29 30,59 37,10 24,93 26,67 88,71 22,25

RRH Volume Kliring Kredit (Lembar) 227 280 167 328 1.002 469 541 476 557 1.573 469

Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 1.403,48 1.359,99 1.488,97 1.020,41 5.272,85 1.600,90 1.576,32 1.469,99 1.605,99 4.652,30 1.363,32

Volume Kliring Debet (Lembar) 33.448 32.673 32.163 23.131 121.415 33.741 32.244 30.007 32.245 94.496 29.056

RRH Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 68,05 66,94 24,41 16,20 175,60 26,24 25,02 23,33 25,49 73,84 21,99

RRH Volume Kliring Debet (Lembar) 1.619 1.608 527 367 4.121 553 512 476 512 1.500 469

Nominal Kliring Pengembalian (Miliar

Rp) 36,07 37,88 43,53 652,78 770,26 347,49 411,17 446,39 662,50 1.520,06 27,24

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 1.024 1.320 984 12.571 15.899 903 923 678 717 2.318 678

RRH Nominal Kliring Pengembalian

(Miliar Rp) 1,76 1,87 0,71 10,36 14,70 5,70 6,53 7,09 10,51 24,12 0,44

RRH Volume Kliring Pengembalian

(Lembar) 49 65 16 200 330 15 15 11 11 37 11

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Miliar

Rp) 28,10 29,51 39,60 644,45 741,66 25,82 29,98 40,20 37,58 107,76 22,21

Volume Kliring Cek/BG Kosong

(Lembar) 886 1.061 848 12.104 14.899 751 766 578 592 1.936 560

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong

(Miliar Rp) 1,36 1,45 0,65 10,23 13,69 0,42 0,48 0,64 0,64 1,76 0,36

RRH Volume Kliring Cek/BG Kosong

(Lembar) 43 53 14 192 302 12 12 9 9 31 9

RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 1,87 0,02 2,23 29,55 33,67 0,97 4,20 72 50,36 126,56 0,81

RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 2,32 0,03 2,00 2 6,35 14,66 85,20 81,3 20,92 106,12 0,96

TOTAL

Cek/BG Kosong

TOTAL

Transaksi RTGS

Kliring Kredit

Kliring Debet

Kliring Pengembalian

20162015

Indikator

7

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

8

I DAERAH

Nilai tambah yang dihasilkan dari komoditas nikel dan gas alam berpotensi

meningkatkan output di tahun 2017 dan mendorong perekonomian Sulawesi

Tengah

Pertumbuhan ekonomi pada periode laporan mengalami kenaikan dari triwulan

sebelumnya dari 3,91% (yoy) menjadi 6,61% (yoy). Sektor pertanian, industri

pengolahan dan pertambangan masih menjadi sumber pertumbuhan dari sisi

penawaran. Sementara dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan ekspor

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Arah pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 diperkirakan positif seiring

dengan membaiknya iklim investasi dan kondisi keamanan yang semakin

kondusif untuk menopang pertumbuhan investasi. Perkiraan pulihnya harga

komoditas internasional di 2017 juga membawa optimisme lebih untuk tetap

menjaga tren positif pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah.

BAB I

Sektor Pertanian

Sektor Industri

Sektor Industri

Sektor Konstruksi

Investasi

Konsumsi Rumah Tangga

5,59%(yoy) 1,65%

7,59%(yoy) 0,91%

0,52% 4.57%(yoy)

Growth

Growth

Growth

Andil terhadap

Pertumbuhan

Andil terhadap

Pertumbuhan

Andil terhadap

Pertumbuhan

3,70%(yoy) USD709,8 juta

Growth Realisasi PMA

6,96%(yoy) 3,31%

Growth Andil terhadap

Pertumbuhan

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Jembatan Kuning, Provinsi Sulawesi Tengah

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

9

Ritme pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 mampu tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2017 pertumbuhan mencapai 6,61%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 3,91% (yoy). Industri pengolahan terutama yang berasal

dari peningkatan nilai tambah sektor pertambangan pada triwulan II 2017 menunjukkan kinerja yang

meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini didorong oleh perbaikan kinerja ekspor seiring

membaiknya kondisi ekonomi negara mitra dagang, terutama Tiongkok. Disisi lain, terdapat perbaikan

produksi dari sisi sektor pertanian terutama pada sub sektor tanaman pangan dan sub sektor

perkebunan, seiring dengan berakhirnya kondisi anomali cuaca El Nino dan La Nina. Produksi yang

tersebar berpengaruh positif terhadap kenaikan pertumbuhan meski masih dalam skala yang terbatas.

Lonjakan signifikan pada output sektor industri pengolahan akibat peningkatan nilai tambah

komoditas nikel dan gas alam yang terjadi pada 2015, mendorong terjadinya perubahan

struktural pada perekonomian Sulawesi Tengah. Pada tiwulan II 2017, output sektor industri

pengolahan belum dapat menghasilkan ritme pertumbuhan yang sama dengan periode puncak

sebagaimana yang terjadi pada triwulan II 2016. Kondisi produksi smelter baru di Kabupaten

Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia

di Kabupaten Banggai merupakan beberapa faktor yang menyebabkan akselerasi pertumbuhan tidak

setinggi periode sebelumnya. Pembangunan pabrik amonia diharapkan selesai pada November 2017

sehingga dapat memberikan tambahan peningkatan output industri pengolahan dan meningkatkan

kontribusi ekspor terhadap perekonomian Sulteng pada triwulan IV 2017.1

Sektor pertanian mulai pulih seiring dengan masa panen raya sehingga memberikan andil atau

kontribusi yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulteng. Pertumbuhan sektor

pertanian mencapai 5,59% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 3,85% (yoy). Meningkatnya

perhatian dalam pengembangan sumber daya lokal, terutama produk ataupun komoditas sub sektor

1 Hasil liaison KPwBI Sulteng terhadap pelaku usaha industri pengolahan amonia

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB

(triwulanan) Sulawesi Tengah

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

10

perkebunan berdampak terhadap meningkatnya luas lahan dan produktivitas.2 Komoditas unggulan

seperti cengkeh, kopi robusta dan kelapa sawit merupakan komoditas yang mengalami peningkatan

produktivitas seiring dengan adanya kebijakan pengembangan komoditas unggulan. Optimisme juga

didorong dari sub sektor tanaman pangan seiring dengan adanya panen raya padi di bulan April-Mei

2017. Periode puncak panen raya di Sulawesi Tengah mengalami pergeseran dari biasanya bulan

Maret-April menjadi April-Mei karena pengaruh cuaca yang lebih didominasi oleh hujan. Selain itu,

meningkatnya kontribusi sub sektor perikanan juga menjadi faktor pendorong meningkatnya

pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut ditopang dari meningkatnya output hasil-hasil ikan, udang dan

gurita, serta ekspor yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dari Hong Kong dan

Amerika Serikat.3

Peranan sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan dan ekspor pada triwulan III 2017

diperkirakan meningkat dan masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Provinsi

Sulawesi Tengah. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 diperkirakan masih berada

pada kisaran 7,2% - 7,6%. Optimisme ini ditopang oleh perkiraan tetap terjaganya aktivitas

pertambangan nikel kadar rendah meski belum berproduksi secara optimal, sehingga masih akan

menahan pertumbuhan sektor pertambangan Sulawesi Tengah. Sementara itu, optimisme industri

pengolahan ditopang oleh optimalisasi kuota ekspor LNG yang sejalan dengan perkiraan

meningkatnya harga jual LNG di 2017.4 Realisasi investasi dan penyelesaian konstruksi pabrik

pengolahan amonia di Kabupaten Banggai dan stainless steel di Kabupaten Morowali diperkirakan

juga turut menopang pertumbuhan pada triwulan mendatang.

Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan lebih rendah dari pencapaian 2016. Pertumbuhan

didorong oleh prospek sektor industri pengolahan dan pertambangan diperkirakan juga masih mampu

memberikan kontribusi maksimal di 2017 seiring dengan harga komoditas internasional yang masih

berpeluang meningkat di 2017, serta terealisasinya pengembangan Morowali Industrial Park 2017-

2018 yang menargetkan pencapaian produksi stainless steel 3 juta ton per tahun. Selain itu, sektor

pertanian termasuk diantaranya sub sektor perkebunan yang diyakini berada dalam kondisi yang lebih

baik setelah kinerja pada 2016 mengalami penurunan sebagai dampak dari anomali cuaca El Nino dan

La Nina. Di samping itu, peningkatan produktivitas pangan melalui program Upaya Khusus (UPSUS)

PAJALA diprediksi mampu memberi kontribusi dalam meningkatkan produksi komoditas padi, jagung,

dan kedelai. Faktor pendorong pertumbuhan di sektor ini juga bersumber dari adanya dukungan

program pengembangan infrastruktur pertanian dan konektivitas.

2 Hasil FGD dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan Prov. Sulteng

3 Hasil Liaison terhadap eksportir pada sub sektor perikanan

4 Japanese Crude Cocktail Prices diperkirakan tumbuh USD6,66 per juta Btu

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

11

1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 masih ditopang oleh sektor

pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan. Sektor pertambangan pada triwulan laporan

mampu tumbuh 11,35% (yoy) dengan kontribusi 1,55% terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara

itu, andil sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan juga cukup tinggi mencapai 0,91%.

Sektor pengolahan tumbuh dari 6,13% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 7,59% (yoy) di triwulan II

2017. Di sisi lain, sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor ekonomi utama Sulawesi Tengah

tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya, dari 3,85% (yoy) meningkat menjadi 5,59% (yoy),

sehingga sektor ini menjadi penyumbang andil pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di triwulan II

2017 yakni mencapai 1,65%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah ADHK 2010 (SNA 2008)

I II III IV I II III IV I II

Berdasarkan Sektor Growth PDRB (%,yoy)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23.148 24.718 24.718 26.298 26.928 9,92 7,08 5,00 3,69 3,50 1,95 1,45 2,70 3,85 5,59

Pertambangan dan Penggalian 9.773 7.333 7.333 9.223 12.459 8,65 14,49 33,50 51,37 49,76 64,45 29,76 9,03 6,14 11,35

Industri Pengolahan 3.957 4.274 4.274 8.120 10.971 65,18 65,32 101,50 123,67 55,99 66,42 26,16 7,92 6,13 7,59

Pengadaan Listrik dan Gas 31 34 34 41 43 15,98 18,36 15,27 5,78 9,40 4,07 5,18 6,03 11,71 8,40

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 101 110 110 117 121 10,51 9,41 4,33 2,72 2,41 3,39 1,80 5,73 5,37 4,64

Konstruksi 7.001 8.791 8.791 10.636 10.343 47,12 38,53 16,33 (4,40) (1,63) (2,38) (3,79) (3,20) (0,50) 4,57

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.756 7.407 7.407 7.860 8.285 5,02 5,15 2,90 6,82 8,68 7,85 5,14 0,50 1,62 4,65

Transportasi dan Pergudangan 2.818 3.079 3.079 3.317 3.485 9,91 9,64 7,29 4,46 7,55 6,44 3,45 3,16 3,45 7,41

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 363 397 397 437 463 5,30 8,74 14,12 11,70 13,66 9,06 0,35 1,76 5,43 6,88

Informasi dan Komunikasi 2.592 2.916 2.916 3.184 3.470 10,22 10,46 8,95 7,41 13,89 12,74 6,50 3,60 2,65 7,47

Jasa Keuangan dan Asuransi 1.604 1.668 1.668 1.760 2.070 7,81 0,79 10,47 5,50 10,80 20,42 16,26 23,04 11,49 8,14

Real Estate 1.398 1.540 1.540 1.649 1.716 9,23 9,56 6,58 3,35 4,95 3,62 1,74 5,91 5,93 6,22

Jasa Perusahaan 194 205 205 213 223 2,43 2,54 5,15 5,20 5,23 4,87 4,15 4,38 4,30 5,68

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4.125 4.509 4.509 4.892 5.193 9,52 9,86 8,07 6,77 5,44 10,98 4,74 3,68 4,76 4,88

Jasa Pendidikan 2.783 2.990 2.990 3.219 3.373 7,86 8,07 8,31 6,48 8,05 6,00 4,07 1,29 2,11 4,33

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 972 1.074 1.074 1.147 1.196 11,37 9,47 5,99 0,75 2,72 2,03 5,26 7,25 7,63 8,48

Jasa lainnya 575 634 634 691 731 9,91 9,69 9,07 7,78 7,28 6,32 4,51 4,85 4,77 3,70 91.071

TOTAL 68.192 71.678 71.678 82.803 91.071 16,39 15,01 15,65 15,11 13,56 15,56 7,91 3,80 3,91 6,61

201720162015**

Nominal (Rp miliar)

2016**

Ekonomi Makro Regional

Indikator 2015**2015

2013* 2014**

1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 3,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya 2,70% (yoy). Faktor utama yang mendorong akselerasi pertumbuhan sektor

pertanian adalah membaiknya produksi sub sektor tanaman pangan terutama padi dan jagung.

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Grafik 1.2. Andil Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan

Sektor ADHK 2010

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

12

Perkembangan tersebut ditandai dengan tercapainya realisasi panen yang cukup tinggi pada periode

bulan berjalan. Luas panen lahan pertanian padi mencapai 107.054 Ha dengan rata-rata produktivitas

mencapai 48,11 Ku/Ha. Sementara itu, luas panen komoditas jagung mencapai 30.133 Ha dengan

tingkat produktivitas mencapai 51,66 Ku/Ha. Hasil panen jagung pada triwulan II 2017 mengalami

peningkatan 90% menjadi 40 ton sebagai dampak dari bantuan teknis dan alat dari BPTP khusus

dalam pengembangan metode penanaman jagung.5

Upaya meningkatkan produktivitas terus dilakukan untuk mendorong peningkatan output.

Pengembangan dan penerapan beberapa metode tanam baru yaitu : pendekatan tanam Jajar Legowo

dan metode Hazton pada padi, serta pengembangan komoditas unggulan jagung dan kedelai dengan

pengawalan dan pendampingan oleh petugas pertanian dan aparat TNI melalui UPSUS PAJALA.

Program unggulan daerah tersebut dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi. Dari sisi

mikro, terdapat program pemberdayaan Poktan dan Gapoktan melalui pengembangan pertanian

Organik (Padi) serta pengembangan Desa Mandiri Benih. Program-program tersebut dilakukan dalam

rangka mendukung target peningkatan produktivitas komoditas padi yang ditargetkan di RPJMD 2016

2021 yang mengalami peningkatan dari 48,92 Ku/Ha menjadi 50,44 Ku/Ha.

5 Hasil informasi liaison kepada salah satu Gapoktan

Grafik 1.3.Laju Pertumbuhan dan Nominal Output

(triwulanan) Sektor Pertanian

Grafik 1.4. Hasil Produksi Perikanan Tangkap PPI

Donggala (Bulanan dan Triwulanan, Kg)

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

13

Tabel 1.2. Target RPJMD Sub Sektor Tanaman Pangan

2017 2018 2019 2020 2021

Meningkatnya produktivitas dan mutu tanaman pangan

(kuintal/ha)

1 PADI 48,57 48,92 49,30 49,68 50,06 50,44 0,76

2 JAGUNG 40,34 42,85 43,63 44,41 45,19 45,97 2,66

3 KEDELAI 18,71 19,81 20,72 21,63 22,54 23,46 4,63

4 KACANG TANAH 16,88 16,95 16,99 17,02 17,06 17,10 0,26

5 KACANG HIJAU 8,22 8,52 8,56 8,60 8,64 8,68 1,10

6 UBI KAYU 211,99 221,14 225,36 229,59 233,80 238,02 2,35

7 UBI JALAR 108,61 111,24 111,89 112,54 113,19 113,84 0,95

No. INDIKATOR KINERJA Kondisi Kinerja

Awal RPJMD

TARGET RPJM Pertbh

(%/thn)

Produksi perikanan tangkap sedikit mengalami peningkatan sehingga turut menopang laju

pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Hasil tangkapan nelayan pada periode laporan mencapai

287.486 Kg, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 227.453 Kg atau meningkat 9,83% (yoy).6 Faktor

cuaca yang cukup kondusif menyebabkan jumlah tangkapan ikan mengalami peningkatan. Di

samping itu, meningkatnya permintaan ekspor dari negara Hong Kong dan Amerika Serikat untuk

komoditas jenis ikan tuna, gurita, dan udang turut mendorong peningkatan hasil tangkapan7.

Permintaan ekspor tersebut selanjutnya direalisasikan dengan pengiriman langsung melalui pelabuhan

Kab. Banggai yang merupakan salah satu daerah sentra eksportir perikanan.

Mencermati perkembangan indikator yang terdapat di sektor pertanian, diperkirakan pada

triwulan III 2017 pertumbuhan di sektor pertanian Sulawesi Tengah masih cenderung stabil.

Risiko La Nina diprediksi sudah melemah dan periode panen diperkirakan masih berlangsung meski

tidak merata di setiap sentra pertanian8. Walaupun demikian, optimise lebih tinggi tertahan oleh

penurunan produksi sub sektor perkebunan yang telah mengalami panen pada triwulan sebelumnya.

Annual growth sektor pertanian diperkirakan masih positif di 2017. Meredanya anomali cuaca El

Nino dan melemahnya La Nina diperkirakan mampu mendorong peningkatan produksi dibandingkan

tahun sebelumnya. Peningkatan produksi juga ditopang oleh adanya upaya peningkatan produktivitas

melalui intensifikasi pemberian benih unggul bermutu, alsintan, dan subsidi pupuk. Beberapa program

unggulan seperti perluasan areal tanam melalui optimalisasi lahan, cetak sawah baru, bantuan

pompa/sumur/ledeng, dan konservasi diharapkan mampu mendukung sasaran produksi 2017 yang

mencapai 1.268.986 ton. Peningkatan produksi pertanian juga ditopang oleh sub sektor perikanan

melalui program Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN), yang akan mengembangkan klaster perikanan

baru di wilayah timur. Klaster industri perikanan tangkap juga dikembangkan di Kabupaten Banggai

yang didukung sub-klaster Kabupaten Bangkep dan Kabupaten Morowali. Diharapkan berbagai

bentuk intervensi kebijakan pemerintah dari sisi penawaran tersebut dapat mendorong peningkatan

sektor pertanian dan mampu mendukung target swasembada pangan nasional 2017.

6 Data Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan

7 Hasil informasi liaison kepada salah satu eksportir ikan.

8 Hasil FGD REKDA dan informasi BMKG Prov. Sulteng

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Sulteng

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

14

1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan mengalami akselerasi pertumbuhan pada triwulan II 2017. Peningkatan

produksi sektor pertambangan pada triwulan II 2017 disebabkan oleh adanya peningkatan harga

komoditas nikel di pasaran internasional di akhir triwulan II yang disertai perbaikan permintaan dari

negara mitra dagang seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi Tiongkok. Hal ini menjadi faktor

utama yang mendorong pertumbuhan sektor ini di triwulan II 2017 yang tumbuh 11,35% (yoy) lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya tumbuh 6,14% (yoy).

Percepatan yang terjadi pada sektor pertambangan juga terkonfirmasi oleh peningkatan kredit

di sektor ini. Akselerasi output sektor pertambangan terlihat dari meningkatnya perkembangan kredit

sektor pertambangan yang merupakan salah satu indikator utama sektor tersebut. Berdasarkan lokasi

proyek kredit sektor pertambangan meningkat signifikan, sebesar 110,52% (yoy), dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami penurunan -23,94% (yoy). Kondisi tersebut tidak

terlepas dari geliat kondisi usaha galian C di triwulan II 2017 yang meningkat dikarenakan mulai

meningkatnya permintaan, yang dalam hal ini juga terkait dengan pengerjaan konstruksi proyek-

proyek pemerintah.

Grafik 1.5.Laju Pertumbuhan dan Nominal Output

(triwulanan) Sektor Pertambangan

Grafik 1.6. Perkembangan Produksi Galian C

Kabupaten Donggala

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Pertambangan di

Sulawesi Tengah (Lokasi Proyek)

Grafik 1.8. Perkembangan Harga Nikel Ore

Internasional (USD/Metric Ton)

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

15

Tracking pertumbuhan sektor pertambangan pada triwulan III 2017 diperkirakan masih tumbuh

optimis dengan skala yang moderat. Optimisme tersebut diperkirakan berasal dari perkiraan

membaiknya produksi smelter baru setelah periode uji coba dan adanya dampak positif kebijakan

pemerintah yang mengizinkan ekspor nikel kadar rendah serta akselerasi pengerjaan proyek

pemerintah, baik yang bersumber dari anggaran APBD maupun APBN. Sementara itu, untuk prediksi

keseluruhan 2017, pertumbuhan sektor pertambangan diperkirakan meningkat yang disebabkan oleh

terbukanya izin ekspor nikel mentah kadar rendah, serta adanya tambahan permintaan bahan baku

dari pabrik pengolahan nikel yang baru beroperasi di 2017.

1.1.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan mengalami akselerasi pertumbuhan, dan masih tetap menjadi salah

satu mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan.

Industri pengolahan tumbuh 7,59% (yoy), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya

6,13% (yoy). Akselerasi pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya tambahan output dari sektor

industri pengolahan, diantaranya berasal dari smelter baru di Morowali Utara selain peningkatan

output dari Kawasan Industri (KI) Morowali.

Pertumbuhan terbatas sektor industri pengolahan berjalan searah dengan perlambatan indeks

pertumbuhan industri di Sulawesi Tengah yaitu indeks IBS Besar dan Sedang, serta IBS Mikro

dan Kecil dari Badan Pusat Statistik. Kinerja industri manufaktur besar dan sedang mengalami

perlambatan dari 6,42 poin menjadi 4,6 poin. Kondisi demikian juga terjadi pada manufaktur mikro

dan kecil mengalami penurunan dari 10,63 poin pada triwulan I 2017 menjadi 2,72 poin pada periode

laporan9. Beberapa kategori industri kecil yang tumbuh melambat adalah industri furnitur, industri

barang logam bukan mesin dan peralatannya, serta industri makanan. Perlambatan kinerja

pengolahan tersebut juga searah dengan penurunan kredit perbankan berdasarkan lokasi proyek yang

mengalami penurunan -54,75% (yoy).

9Hasil Survei BPS akhir Triwulan II 2017.

Grafik 1.9.Laju Pertumbuhan dan Nominal Output

(triwulanan) Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.10.Perkembangan Kredit Industri Manufaktur

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

16

Tabel 1.3 Pertumbuhan Usaha Industri Pengolahan Mikro dan Kecil Sulawesi Tengah Triwulan II 2017

No Uraian Jenis IndustriQ2 - 16

(%, y-o-y)

Q3 - 16

(%, y-o-y)

Q4 - 16

(%, y-o-y)

Q1 - 17

(%, y-o-y)

Q2 - 17

(%, y-o-y)

1 Industri Makanan 19,7 11,83 13,87 13,81 -1,01

2 Industri Minuman 1,87 -6,42 0,63 6,48 48,95

3 Industri Tekstil 37,2 27,85 2,12 4,74 -5,75

4 Industri Pakaian Jadi 15,88 17,65 7,36 10,08 25,35

5 Industri Bahan kimia dan barang dari bahan kimia 14,68 28,28 -16,03 5,81 5,32

6 Industri Barang Galian bukan Logam Dasar 41,59 29,96 -0,14 6,03 -9,62

7 Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya 8,58 16,45 17,97 5,28 12,60

8 Industri Furniture 20,88 1,95 8,77 3,13 6,41 Sumber : IBS Mikro BPS Prov. Sulawesi Tengah

Tracking pertumbuhan triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh dalam skala yang terbatas.

Pertumbuhan sektor manufaktur masih ditopang oleh produksi LNG dan produksi NPI eksisting.

Namun tambahan produksi dari output pabrik baru diperkirakan belum terealisasi, sehingga masih

menahan laju pertambahan output. Tertahannya sektor pengolahan diperkirakan berasal dari

kebijakan pemerintah yang kembali mengizinkan ekspor nikel kadar rendah. Bergesernya penyelesaian

konstruksi pabrik pengolahan tersebut menyebabkan potensi produksi dan ekspor yang mencapai

700.000 ton per tahun masih menjadi output potensial yang belum terealisasi. Progress terakhir

direncanakan akan mulai operasional produksinya pada November 2017. 10

Namun secara keseluruhan pertumbuhan sektor pengolahan di 2017 diperkirakan masih positif.

Hal ini disebabkan adanya daya dukung dari tambahan kapasitas produksi smelter baru dan pabrik

pengolahan amonia, yang diperkirakan berdampak pada peningkatan output industri pengolahan.

1.1.4. Pengadaan Listrik dan Gas.

Secara sektoral, pengadaan listrik, dan gas mengalami deselerasi pertumbuhan. Sektor

pengadaan listrik dan gas pada triwulan II 2017 mengalami perlambatan dibandingkan dengan

periode triwulan sebelumnya, atau tumbuh 8,40% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya 11,54% (yoy). Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya deselerasi pertumbuhan

10 Hasil liaison perusahaan pengolahan amonia di Sulawesi Tengah

Grafik 1.11. Perkembangan Indeks Industri Mikro

dan Kecil

Grafik 1.12. Perkembangan Indeks Industri Besar

dan Sedang

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

17

sektor ini di antaranya adalah masih tertahannya rencana pembangunan fasilitas kelistrikan untuk

menunjang kawasan industri Morowali dan juga Kawasan Ekonomi Khusus Palu yang akan

direncanakan akan dilaunching oleh Presiden RI pada triwulan III 2017.

Penyelesaian konstruksi smelter tahap II yang disertai dengan fasilitas PLTU 2x150 Mw

diharapkan mampu menjaga optimisme dari sektor listrik dan gas. PLTU tersebut melengkapi

fasilitas kelistrikan yang telah dibangun pada tahap pembangunan smelter yang pertama, yakni PLTU

dengan kapasitas 2x65 Mw. Adanya tambahan fasilitas PLTU tersebut diharapkan mampu mendorong

peningkatan output dari sektor pengadaan listrik, dan gas.

Tracking pengadaan listrik dan gas triwulan III 2017 diperkirakan mengalami perlambatan.

Kondisi tersebut diperkirakan berasal dari kondisi debit air PLTA yang memasuki periode peningkatan

seiring dengan datangnya musim hujan sesuai dengan siklus tahunannya. Penambahan kapasitas

listrik guna mendukung kebutuhan operasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu dan tambahan

PLTU di Kawasan Industri yang baru akan dimulai diperkirakan belum memberikan andil pada

peningkatan output sektor ini.

1.1.5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (PAPSLDU).

Kinerja Sektor PAPSLDU pada triwulan II 2017

mengalami perlambatan. Sektor PAPSLDU tumbuh

4,64% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh 5,37% (yoy). Perlambatan tersebut

ditopang oleh rata-rata curah hujan yang juga masih

terbatas, sehingga produksi serta volume air bersih

yang tersalurkan relatif melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Tracking pertumbuhan pada triwulan III 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pembangunan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) yang mengalami kemunduran

tahapan penyelesaian ke akibat carry over anggaran pembangunan infrastruktur multiyears pada

Grafik 1.13. Laju Pertumbuhan dan Perkembangan

Output sektor Listrik dan Gas Sulawesi Tengah

Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Listrik, Gas dan Air di

Sulawesi Tengah

Grafik 1.15.Laju Pertumbuhan dan Perkembangan

Sektor PAPSLDU Sulawesi Tengah

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

18

tahun sebelumnya. Hal demikian menyebabkan dampak peningkatan ketersediaan air baku belum

dapat dirasakan di pertengahan tahun. Meskipun demikian, apabila penyelesaian proyek telah

mencapai target pada 2017, maka permasalahan air bersih dapat dikurangi karena ketersediaan air

baku untuk Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi mengalami peningkatan dengan

debit 2x300 liter per detik. Peningkatan tersebut diperkirakan mampu mendorong akselerasi sektoral

yang lebih tinggi dari pencapaian 2016 yang tumbuh 6,08% (yoy).

1.1.6. Sektor Konstruksi

Sektor konstruksi mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Pada triwulan II 2017 sektor ini

mengalami pertumbuhan 4,57% (yoy). Peningkatan kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan

melanjutkan tren perbaikan yang juga terjadi pada triwulan sebelumnya tumbuh negatif mencapai -

0,5% (yoy) dari -3,20% (yoy). Peningkatan kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan ini

dipengaruhi oleh masih berlangsungnya proses penyelesaian pembangunan smelter amonia dan

pembangunan ferris wheel di baywalk Citraland senilai Rp 5 Milyar. Selain itu terdapat rencana

pengembangan smelter di kawasan industri melalui pendirian fasilitas kelistrikan dengan kapasitas

2×350 megawatt. Khusus untuk kota Palu sendiri juga akan dibangun taman beramain dan hiburan

dengan rencana anggaran yang cukup besar.11

Periode puncak pembangunan pabrik industri pengolahan dan infrastruktur pendukung utama

telah melewati tahap penyelesaian, sehingga pertumbuhan cenderung terbatas di sektor ini.

Tanpa adanya pembangunan proyek lanjutan dengan nilai yang lebih besar maka pertumbuhan sektor

konstruksi akan tertahan, dan jika tumbuh tidak akan setinggi pertumbuhan periode sebelumnya.

Walaupun demikian, saat ini masih berlangsung proyek pembangunan pabrik stainless steel dan juga

rencana pembangunan pabrik carbon steel di Kawasan Industri (KI) Morowali serta pembangunan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diharapkan dapat menahan tekanan lebih dalam12

.

11

Hasil FGD Dinas DPMPTSP Prov. Sulawesi Tengah.

12Hasil Liaison KPw BI Sulteng dan Anekdotal Informasi

Grafik 1.18. Laju Pertumbuhan dan

Perkembangan kredit konstruksi di Sulteng

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

19

Beberapa Perusahaan masih melakukan proses konstruksinya. Walaupun secara umum proses

pembangunan pabrik-pabrik berskala besar sudah mengalami penurunan, tetapi masih terdapat

beberapa pembangunan proyek industri pengolahan walaupun dalam skala yang relatif terbatas.

Pembangunan yang ada merupakan fase lanjutan dari pembangunan pabrik di Industri pengolahan

ataupun infrastruktur pendukung pengolahan. Pembangunan yang masih berlangsung diantaranya

adalah pabrik pupuk Amonia di Kabupaten Banggai. Pembangunan yang dimulai tahun 2015 tersebut

dijadwalkan baru akan selesai pada akhir 2017. Pabrik tersebut dibangun di lahan seluas 192 hektar

dengan investasi sebesar US$ 830 juta atau sekitar Rp 11,2 triliun. Bahan baku input diperoleh dari

hasil produksi blok gas Senoro yang memiliki kapasitas 55 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Puncak

konstruksi sendiri diperkirakan akan terjadi pada semester I 2017 dengan perkiraan total kebutuhan

tenaga kerja mencapai 2.500 orang. Total kapasitas produksi pabrik pupuk amonia tersebut sebesar

700 ribu ton amonia per tahun. Walaupun demikian, terdapat beberapa hambatan dalam proses

konstruksi diantaranya adalah hambatan sosial dari masyarakat lokal yang sering melakukan

penutupan jalan. Hambatan tersebut mengakibatkan terlambatnya pembangunan jalan lingkar

penghubung pabrik dan juga menghambat proses produksi perusahaan-perusahaan lain yang berada

pada kawasan tersebut.13

Diharapkan dengan terealisasinya proses pembangunan pabrik tersebut

mampu kembali memberikan efek positif kepada sektor konstruksi pada tahun 2017. Pembangunan

lain yang diperkirakan masih memberikan dampak positif pada sektor konstruksi adalah tambahan

turbin pada PLTA Poso yang diperkirakan baru akan selesai pada akhir 2017.

Walaupun demikian, terdapat potensi penurunan aktivitas di sektor bangunan. Hal ini

dikonfirmasi oleh salah satu indikator sektro konstruksi yaitu penjualan semen di Sulawesi Tengah.

Penjualan semen pada akhir triwulan II 2017 mengalami kontraksi -36,52% (yoy) pada Juni 2017

menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu mencapai 5,20% (yoy). Secara

sektoral, sektor konstruksi diperkirakan akan mengalami perlambatan pada triwulan III 2017.

Pengaruh efek structural break yang perlahan-lahan mulai hilang dari komposisi output sektor

konstruksi, menyebabkan outlook pertumbuhan diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Selain itu, walaupun masih terdapat tambahan konstruksi namun tidak

13Hasil liaison KPw BI Sulteng terhadap perusahaan industri manufaktur pupuk di Kabupaten Banggai

Grafik 1.19. Perkembangan Konsumsi Semen

di Sulawesi Tengah

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

20

setinggi periode sebelumnya yang didominasi pembangunan fisik pabrik. Pada periode laporan,

pembangunan lebih banyak berbentuk perluasan pabrik, pembelian mesin instalasi pabrik atau

pembangkit listrik dan bukan pembangunan pabrik secara utuh lagi.

1.1.7. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Sektor perdagangan mengalami akselerasi, dimana pertumbuhan sektoral tercatat 4,65% (yoy)

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,62% (yoy). Meningkatnya

pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh permintaan konsumen yang masih mengalami

optimisme. Hal demikian dikonfirmasi oleh rata-rata tingkat keyakinan konsumen pada periode

triwulan II 2017, yang masih optimis di level 124 poin. Perayaan HUT Sulteng dan Sulteng EXPO pada

April 2017, serta hari besar keagamaan Ramadhan dan Idul Fitri juga mendorong konsumsi.

Walaupun demikian, pertumbuhan di sektor perdagangan masih pada skala yang terbatas

karena tertahan oleh adanya penurunan penyaluran kredit perdagangan. Kredit perdagangan

yang memiliki pangsa sebesar 27%, terkontraksi -3,56% (yoy) pada periode laporan, atau lebih

rendah dari triwulan sebelumnya yang hanya terkontraksi sebesar -0,39% (yoy).

Tracking sektor perdagangan pada triwulan III 2017 diperkirakan lebih optimis dari periode

laporan. Optimisme tersebut sejalan dengan adanya Event Festival Pesona Palu Nomoni, Pesona Tojo

Una-una serta Tour de Central Celebes yang diperkirakan mendorong aktivitas di sektor perdagangan.

1.1.8. Sektor Transportasi dan Pergudangan

Pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan II 2017 mengalami akselerasi.

Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 7,41% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya 3,45% (yoy). Peningkatan pertumbuhan sektor ini dikonfirmasi oleh perbaikan Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) untuk sektor pengangkutan dari -

1,89 poin pada triwulan I 2017 menjadi -0,89 poin pada periode laporan.14

Tren peningkatan

tersebut membuat perkembangan kegiatan usaha transportasi mampu tumbuh akselerasi. Jika dilihat

14 Hasil SKDU Triwulan IV 2016 oleh KPw BI Sulawesi Tengah

Grafik 1.20. Laju Pertumbuhan dan Perkembangan

Nominal Output Sektor Perdagangan Sulawesi Tengah

Grafik 1.21.Laju Pertumbuhan Kredit

Sektor Perdagangan Sulawesi Tengah

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

21

dari dampaknya pada sektor lain, peningkatan sektor ini juga searah dengan pertumbuhan dari

sektor perdagangan yang memberikan dampak pada meningkatnya pengiriman barang dan jasa baik

dari darat, laut dan udara. Meskipun demikian dari sisi pembiayaan perbankan, outstanding kredit

sektor angkutan berdasarkan lokasi proyek masih mengalami penurunan -30,69%(yoy) dibandingkan

dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai -28,51%(yoy).

Tracking sektor angkutan pada triwulan III 2017

diperkirakan masih optimis dengan tendensi

meningkat. Faktor pendorong utama peningkatan

sektor angkutan tersebut adalah perkiraan

peningkatan frekuensi penumpang moda

transportasi seiring dengan optimisme dari

meningkatnya kegiatan ekonomi yang dipengaruhi

oleh pelaksanaan beberapa event berskala nasional

dan internasional.

1.1.9. Sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum

Sektor penyedia akomodasi dan makan minum pada triwulan II 2017 tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sektor penyedia akomodasi dan makan minum

mengalami pertumbuhan 6,88% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya

mencapai 5,43% (yoy). Meningkatnya rata-rata tingkat hunian dibandingkan triwulan sebelumnya

menjadi pendorong akselerasi kinerja pertumbuhan sektor akomodasi dan makan-minum secara

umum. Tingkat hunian yang relatif meningkat pada triwulan II 2017 disebabkan oleh dampak dari

HUT Sulteng, Peringatan Haul Pesantren Al Khairat serta adanya agenda Pilkada serentak. Di samping

itu, meningkatnya kunjungan wisata Pulau Togean seiring dengan mulai beroperasinya Bandara

Tanjung Api Ampana juga turut menopang pertumbuhan sektor ini.15

15Hasil FGD dengan Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah

Grafik 1.22. Laju Pertumbuhan dan Perkembangan

nominal Output Sektor Transportasi & Pergudangan

Grafik 1.23. Laju Perkembangan Dunia Usaha Sektor

Transportasi

Grafik 1.24.Perkembangan Kredit Sektor Angkutan di

Sulawesi Tengah

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

22

Tracking pada pertumbuhan sektor penyedia akomodasi dan makan minum diperkirakan optimis

pada triwulan III 2017. Secara keseluruhan, prospek pertumbuhan ekonomi sektor penyedia

akomodasi dan makan minum masih positif pada triwulan III 2017 yang ditopang oleh perayaan hari

besar keagamaan Idul Adha dan event lainnya diharapkan berdampak positif terhadap kunjungan

wisatawan. Sementara itu, optimisme terhadap pertumbuhan di 2017 diperkirakan terakselerasi

seiring dengan berlangsungnya perhelatan Festival Kepulauan Togean pada Juli 2017, Festival Danau

Poso pada Agustus 2017, kemudian pelaksanaan event sepeda nasional Tour De Central Celebes 2017

di September 2017. Pemda mengharapkan perhelatan Tour De Central Celebes 2017 mampu

menyerap 1.500 peserta yang terdiri dari negara-negara ASEAN, Australia, dan Amerika, serta dari

kawasan regional Sulawesi, ISSI dan peserta lokal Sulawesi Tengah. Selain itu, pada September 2017

juga diagendakan Festival Pesona Palu Nomoni dan pekan yang diperkirakan menyerap anggaran

Rp2,8 miliar dan pekan teknologi yang rencananya akan dihadiri langsung oleh Presiden RI.16

1.1.10. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Sektor jasa keuangan, dan asuransi pada triwulan II 2017 tumbuh 8,14% (yoy) atau melambat

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,54% (yoy). Walaupun tidak

setinggi pertumbuhan periode sebelumnya, kredit perbankan berdasarkan lokasi bank pada triwulan

laporan masih mampu tumbuh 8,45% (yoy)17

. Sementara itu, dari jumlah outstanding kredit bank

umum berdasarkan lokasi bank secara nominal mencapai Rp23,30 triliun. Sementara itu, berdasarkan

lokasi proyek, kredit perbankan hanya tumbuh 41.71% (yoy) sedikit menurun dari periode

sebelumnya 45,51% (yoy), dengan outstanding kredit pada periode laporan mencapai Rp 31,03

triliun. Guna mendorong perbankan menyalurkan kredit, Bank Indonesia telah menurunkan suku

bunga acuan, menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dan melonggarkan aturan LTV/FTV.

Melalui serangkaian kebijakan ini diharapkan fungsi intermediasi perbankan akan semakin meningkat.

16

Anekdotal informasi PemProv Sulteng

17Pembahasan lebih rinci pada Bab 5

Grafik 1.25. Laju Pertumbuhan dan Perkembangan Output

Sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum

Grafik 1.26. Laju Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar

Hotel di Sulawesi Tengah

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

23

Tracking pertumbuhan sektor jasa keuangan pada triwulan III 2017 diperkirakan masih akan

tertahan. Meskipun respon kebijakan moneter yang terus-menerus dilonggarkan untuk mendukung

pertumbuhan sektor riil, namun terdapat beberapa risiko yang juga perlu dicermati, yakni

kecenderungan peningkatan non performing loan (NPL) di sektor-sektor ekonomi tertentu, serta

faktor risiko eksternal yaitu potensi kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat dan Eropa, serta

dampak kebijakan Donald Trump diperkirakan dapat mempengaruhi kenaikan suku bunga acuan

domestik, untuk mengantisipasi adanya capital outflow.

1.1.11. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

Pada triwulan II 2017, kinerja sektor jasa yang terkait dengan pemerintah mengalami akselerasi

atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sektor Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib pada triwulan II 2017 tumbuh 4,88% (yoy) terakselerasi jika

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya 4,76% (yoy). Faktor yang mempengaruhi

meningkatnya pertumbuhan sektor ini adalah mulai adanya realisasi anggaran belanja pegawai dan

meningkatnya serapan untuk persiapan Pilkada serentak pada triwulan berjalan. Tracking arah

pertumbuhan sektor jasa yang terkait dengan pemerintah pada triwulan III 2017 diperkirakan

masih akan tumbuh lebih tinggi. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh realisasi proyek pemerintah

seiring dengan mulai berjalannya proses pengadaan proyek-proyek pemerintah pada triwulan laporan.

Grafik 1.27.Laju Pertumbuhan dan Nominal Output

Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Sulawesi Tengah

Grafik 1.28.Laju Pertumbuhan DPK dan Kredit

Sulawesi Tengah (Lokasi Proyek)

Grafik 1.29.Laju Pertumbuhan Kredit Sulawesi

Tengah (Lokasi Bank)

Grafik 1.30.Laju Pertumbuhan dan Nominal Output Sektor

Administrasi Pemerintahan, dan jaminan Sosial

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

24

1.1.12. Sektor Lainnya

Kondisi sektor lainnya secara umum masih positif dan mengalami pertumbuhan lebih kuat dari

triwulan sebelumnya. Beberapa sektor diantaranya sektor informasi dan komunikasi mengalami

pertumbuhan dari 2,65% (yoy) menjadi 7,47% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi pada sektor jasa

perusahaan, yang mengalami peningkatan dari 4,30% (yoy) menjadi 5,68% (yoy). Sementara sektor

real estate masih belum banyak berubah yakni hanya tumbuh 6,22% (yoy) pada triwulan II 2017 dari

sebelumnya 5,93% (yoy). Tracking arah pertumbuhan pada triwulan III 2017 diperkirakan akan

cenderung stabil mengingat pada sektor informasi dan komunikasi masih ekspansi jaringan 4G LTE

dari salah satu provider yang diperkirakan mampu menciptakan pertumbuhan akseleratif pada sektor

tersebut. Sementara itu, sektor real estate juga memiliki arah pertumbuhan yang lebih tinggi seiring

dengan rencana pembangunan proyek perumahan rakyat.

1.2. Analisis PDRB Dari Sisi Permintaan

Pada sisi permintaan, pertumbuhan tertinggi triwulan II 2017 terjadi pada komponen perdagangan

internasional yang tumbuh tinggi mencapai 21,97% (yoy). Jika dilihat dari andilnya, pertumbuhan

ekspor luar negeri menjadi penggerak utama pertumbuhan perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah

dari sisi penggunaan dengan andil mencapai 5,30%. Pengeluaran konsumsi rumah tangga menempati

urutan berikutnya dengan menyumbangkan andil pertumbuhan 3,31%, Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) 1,49% sedangkan impor luar negeri menyumbangkan andil pertumbuhan 0,40%.

Sementara itu, Net ekspor antar daerah justru mengalami kontraksi -3,18%.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2010

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Berdasarkan Sektor

Konsumsi Rumah Tangga + LNPRT 7,80 7,59 6,42 5,28 4,27 4,46 3,11 4,73 6,01 6,06 6,06 6,19 6,23 7,09

Konsumsi Pemerintah 5,32 3,35 3,68 6,96 8,57 6,06 11,94 7,78 2,51 3,42 -3,31 -4,27 -0,90 2,47

Investasi -14,96 -1,56 80,32 34,58 16,84 21,84 14,68 17,66 9,97 3,57 9,01 9,48 -1,71 3,70

Ekspor Luar Negeri -29,00 -53,30 -19,71 -13,26 53,13 182,85 88,83 125,23 92,39 173,51 128,16 68,49 71,76 21,97

Impor Luar Negeri -19,61 -0,08 41,90 31,74 87,97 127,90 216,46 556,12 326,14 354,18 115,05 8,30 81,34 9,46

Net Ekspor Antar Daerah 17,64 11,64 19,39 17,71 -11,75 19,75 -8,31 4,96 -4,80 7,48 51,37 65,95 37,16 15,21

TOTAL 2,34 1,79 6,63 9,25 16,39 15,01 15,65 15,10 13,56 15,56 7,91 3,80 3,91 6,61

2017**

Ekonomi Makro Regional

2014

PDRB (%,yoy)

Indikator2015* 2016**

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik 1.31.Andil Pertumbuhan Ekonomi menurut Komponen

Penggunaan di Sulawesi Tengah (%)

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

25

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT

Konsumsi masyarakat terutama konsumsi rumah tangga masih tumbuh positif pada triwulan

laporan. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2017 tumbuh 6,96% (yoy), sedikit lebih tinggi jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,08% (yoy). Relatif meningkatnya

pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga dipengaruhi pola konsumsi masyarakat yang

cenderung meningkat pada periode hari besar keagamaan, Ramadhan dan Idul Fitri. Akselerasi

pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen yang

mencatatkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari level 118 poin (rata-rata triwulan

I 2017) menjadi 124 poin (rata-rata triwulan II 2017).18

Konsumsi rumah tangga yang meningkat ini

diiringi dengan optimisme masyarakat yang masih berada pada level tinggi, sehingga komponen

tersebut masih tetap mampu memberi andil terhadap perekonomian Sulawesi Tengah secara umum

sebesar 3,31%.

Tracking pertumbuhan konsumsi pada triwulan III 2017 diperkirakan memiliki tendensi tumbuh

lebih tinggi. Beberapa event dengan skala Nasional yang diselenggarakan di Provinsi Sulawesi Tengah

seperti Festival Kepulauan Togean pada Juli, Festival Danau Poso pada Agustus dan juga pelaksanaan

event sepeda nasional Tour De Central Celebes 2017 di September 2017 serta hari raya Idul Adha

diperkirakan akan menjaga optimisme konsumsi. Hal ini sejalan dengan hasil Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) Sulawesi Tengah triwulan III-2017 diperkirakan sebesar 107,39, meningkat

dibandingkan ITK triwulan II-2017 yang sebesar 106,42.

Annual growth konsumsi sepanjang 2017 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari periode

sebelumnya. Peningkatan konsumsi masyarakat pada 2017 diperkirakan akan didorong efek

multiplier perkembangan positif di sektor pertanian yang dalam hal ini memiliki pangsa terbesar pada

PDRB Sulteng. Meskipun jika dilihat secara trend dari tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan sektor

18

Hasil Survei Konsumen KpwBI 2016 periode Juni 2017

Grafik 1.32.Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.33.Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Di Sulawesi Tengah

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

26

ini cenderung terus menurun dikarenakan menurunnya kinerja sub sektor perkebunan, namun geliat

sektor pertanian di triwulan I II 2017 secara perlahan mulai kembali menumbuhkan optimisme. Hal

tersebut berdampak positif terhadap peningkatan konsumsi masyarakat, mengingat sebagian besar

penduduk Sulawesi Tengah bekerja di sektor ini. Positifnya pertumbuhan sektor pertanian ini seiring

dengan tracking kondusifnya iklim 2017 pasca periode anomali El Nino dan La Nina pada tahun

sebelumnya. Selain itu semakin membaiknya harga komoditas ekspor Sulawesi Tengah juga

memberikan dampak positif pada peningkatan daya beli masyarakat secara umum. Peningkatan

aktivitas, selain terjadi di sektor pertanian, diperkirakan juga terjadi di sektor pertambangan dan

industri pengolahan seiring dengan meningkatnya kapasitas, sehingga diperkirakan berdampak positif

terhadap pendapatan masyarakat, yang dengan demikian outlook sektor konsumsi diperkirakan juga

tumbuh lebih tinggi di 2017.

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Pada triwulan II 2017, konsumsi pemerintah mencatatkan peningkatan. Peningkatan konsumsi

pemerintah mencapai 2,47% (yoy) yang didorong oleh meningkatnya capaian realisasi belanja,

terutama realisasi APBD. Walaupun demikian, tingkat realisasi APBD yang pada akhir triwulan II 2017

baru mencapai 35,32% dirasakan masih belum optimal karena masih terdapat selisih target realisasi

anggaran yang cukup tinggi. Kondisi demikian diantaranya dipengaruhi oleh adanya perubahan

numenklatur pada beberapa instansi sehingga proses pengadaan mengalami penundaan.

Pada triwulan III 2017, tracking realisasi belanja pemerintah Sulawesi Tengah diperkirakan

memiliki tendensi meningkat. Kondisi demikian sesuai dengan historis tahun-tahun sebelumnya,

dimana sebagian besar proses pengadaan telah selesai dilakukan pada triwulan III sehingga

memungkinkan terdapat realisasi anggaran belanja modal yang cukup besar.

1.2.3. Investasi

Investasi tumbuh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Secara tahunan

komponen investasi pada triwulan II 2017 mengalami peningkatan 3,70% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif -1,71% (yoy). Meningkatnya

kinerja investasi tercermin dari peningkatan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Grafik 1.34.Perkembangan Konsumsi Pemerintah

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

27

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari -3.32% (yoy) menjadi 3,99% (yoy), sementara disisi lain,

inventori mengalami perlambatan dari 19,20% (yoy) menjadi 0,57% (yoy).

Peningkatan investasi terutama dikarenakan penyelesaian smelter Amonia di Kabupaten Banggai serta

pengerjaan proyek-proyek strategis pemerintah daerah19

. Data investasi dari Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan jumlah proyek investasi pada triwulan II 2017 sebanyak 122

proyek, dengan rincian 33 proyek diantaranya merupakan realisasi PMDN dan 89 proyek merupakan

realisasi PMA. Total realisasi PMA pada triwulan II 2017 di Sulawesi Tengah tercatat sebesar USD709,8

juta; sedangkan total realisasi PMDN pada triwulan laporan mencapai Rp982,5miliar.

Komponen investasi pada triwulan III 2017 diperkirakan akan mengalami kontraksi. Telah

selesainya proyek-proyek besar industri pengolahan yang menjadi faktor pendorong utama

pertumbuhan investasi, seperti smelter nikel maupun pabrik pengolahan amonia yang sudah akan

beroperasi pada Tw IV 2017 akan berdampak pada pertumbuhan investasi. Rencana investasi

penambahan PLTU dan fasilitas pendukung KEK Palu diperkirakan tidak memberikan dampak terlalu

besar pada pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2017. Pertumbuhan investasi tahunan 2017

diperkirakan masih positif walaupun diperkirakan tidak setinggi tahun sebelumnya. Adanya

kebijakan perizinan ekspor nikel mentah kadar rendah, membuat beberapa perusahaan tambang

19Hasil liaison dan press release perusahaan smelter di Kabupaten Morowali Utara

Grafik 1.35. Perkembangan PMTB Sulawesi Tengah

Grafik 1.36. Perkembangan Perubahan Inventori

Grafik 1.37.Perkembangan PMDN Sulawesi Tengah Grafik 1.38.Perkembangan PMA Sulawesi Tengah

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

28

mengkaji ulang rencana pembangunan smelter yang direncanakan untuk dibangun di 2017 sehingga

berisiko pada penundaan investasi lanjutan20

. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa proyek

lanjutan yang diperkirakan masih akan menyumbangkan nilai investasi yang cukup tinggi, diantaranya

adalah pabrik ferronikel di Kawasan Industri Morowali yang telah mencapai tahap 80% dengan nilai

investasi mencapai USD820 juta, dan pembangunan pembangkit listrik PLTA Poso I dengan perkiraan

nilai investasi mencapai Rp2 triliun.21

1.2.4. Ekspor Luar Negeri

Ekspor masih mengalami pertumbuhan walaupun tidak setinggi periode sebelumnya.

Pertumbuhan ekspor mencapai 21,97% (yoy) meskipun lebih rendah dibandingkan periode triwulan

sebelumnya yang mencapai 71,76% (yoy). Akselerasi pertumbuhan ekspor dipengaruhi kondisi

industri nikel seiring adanya tambahan produksi pada pabrik baru di Kabupaten Morowali Utara yang

berkapasitas 100.000 ton per tahun. Jika dicermati lebih dalam, hal tersebut sejalan dengan

pertumbuhan manufaktur Tiongkok sebagai mitra dagang Sulawesi Tengah pada triwulan laporan

yang juga sedikit melambat, sebagaimana tercermin dari indeks manufaktur yang turun dari 51,3 poin

menjadi 50,1 poin.22

.

20

CEO salah satu perusahaan tambang di Sulawesi Tengah

21 Hasil Liaison KpwBI Sulteng terhadap salah satu perusahaan energi dil Sulawesi Tengah

22 Informasi data Bloomberg

Grafik 1.39. Perkembangan Ekspor Luar Negeri

Sulawesi Tengah

Grafik 1.40. Ekspor non-migas Sulewesi Tengah

(USD juta)

Grafik 1.41. Volume Muat Barang Pelabuhan

Sulawesi Tengah

Grafik 1.42. Volume Kargo Keluar

Di Bandara Mutiara Palu

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

29

Perlambatan pertumbuhan ekspor Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh pengiriman hasil non-

migas. Kondisi tersebut, searah dengan indikator pertumbuhan kargo yang melambat sebesar -0,80%

(yoy). Realisasi nilai ekspor komoditas besi dan baja Provinsi Sulawesi Tengah juga tercatat mengalami

perlambatan dari 156,2% (yoy) senilai USD224,79 juta pada triwulan I 2017 menjadi 70,88% (yoy)

dengan nominal USD395,6 juta pada triwulan II 2017.

Negara tujuan ekspor utama Sulawesi Tengah masih ke Tiongkok. Tiongkok merupakan negara

tujuan ekspor terbesar dengan pangsa mencapai 53% yang kemudian disusul oleh Jepang dan Korsel

dengan persentase masing-masing 28% dan 14%. Ekspor Sulawesi Tengah ke Tiongkok didominasi

oleh produk yang dihasilkan perusahaan smelter di Kawasan Industri Morowali, sementara ekspor ke

Jepang dan Korsel didominasi oleh ekspor LNG dari Kabupaten Banggai dan produk turunnya.

Grafik 1.43.Ekspor Bahan Bakar Mineral Sulawesi

Tengah

Grafik. 1.44. Negara Tujuan Ekspor Komoditas

Sulawesi Tengah

Grafik 1.46. Perkembangan Harga LNG

(Japan Impor Contract Based)

Grafik 1.45. Perkembangan Kredit Ekspor di

Sulawesi Tengah

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

30

Tracking pertumbuhan ekspor pada

triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh

dengan bias ke atas dari arah proyeksi.

Pertumbuhan ekspor ditopang oleh produksi

LNG yang semakin optimal seiring dengan

adanya peningkatan harga jual internasional.

Di samping itu, terdapat juga tendensi

optimisnya aktivitas industri manufaktur

Jepang yang ditandai dengan stabilnya indeks

optimisme sektor manufaktur Jepang menjadi

pada level 52,7 poin.

Annual growth ekspor di 2017 diperkirakan masih tumbuh positif walaupun dengan skala yang

terbatas. Relatif bergejolaknya harga komoditas nikel olahan dan adanya prediksi penurunan kinerja

manufaktur Tiongkok di awal 2017 dapat menyebabkan perkembangan ekspor tidak sekuat tahun

sebelumnya.

Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasarkan SITC 2 Digit Komoditas Utama

Provinsi Sulawesi Tengah (Ribu USD)

Tahun Bulan Total Ekspor

Ikan,kerang-

kerangan,m

oluska dan

Olahannya

Besi dan

Baja

Kopi, Teh,

Coklat,

rempah-

rempah

Kayu dan

Gabus

Biji Logam

dan Sisa-sisa

Logam

Bahan Nabati

dan hewani

Lainnya

Barang-

barang Kayu

dan Gabus

Lainnya

1 1.271 444 0 0 516 0 123 89 99

2 6.177 447 0 0 179 0 112 64 5.375

3 3.482 598 0 0 391 0 106 95 2.292

4 31.551 270 23.356 0 437 0 171 30 7.287

5 24.442 496 21.204 0 407 0 99 19 2.217

6 28.601 473 21.650 2.545 579 0 165 70 3.119

7 21.819 199 20.986 0 324 0 154 52 104

8 21.721 337 18.504 0 322 0 131 48 2.379

9 18.448 389 15.422 0 235 0 202 16 2.185

10 19.453 400 16.269 0 444 0 115 46 2.179

11 25.734 159 24.708 0 344 0 18 0 505

12 27.387 152 23.714 0 379 0 126 26 2.990

Total 230.087 4.363 185.813 2.545 4.557 0 1.522 555 30.731

Pangsa 100% 1,90% 80,76% 1,11% 1,98% 0,00% 0,66% 0,24% 13,36%

1 31.603 234 28.722 0 268 0 26 18 2.335

2 1.079 311 0 0 503 0 35 42 189

3 61.248 170 58.422 0 433 0 34 18 2.172

4 84.787 325 80.849 0 527 0 47 26 3.013

5 66.499 226 65.545 0 229 0 39 18 442

6 89.219 81 85.098 0 688 0 44 128 3.180

7 44.192 195 43.762 0 132 0 32 0 71

8 71.944 401 70.870 0 371 0 58 47 197

9 92.911 97 90.140 0 296 0 15 41 2.323

10 70.119 204 69.550 0 285 0 59 21 0

11 74.196 422 68.951 59 378 0 345 50 3.991

12 103.921 872 101.636 0 346 0 406 30 630

Total 791.719 3.537 763.546 59 4.455 0 1.139 439 18.542

Pangsa 100% 0,45% 96,44% 0,01% 0,56% 0,00% 0,14% 0,06% 2,34%

1 81.059 658 78.733 0 295 0 570 45 758

2 47.984 488 42.455 0 261 0 122 54 4.605

3 109.690 510 103.799 0 532 0 326 50 4.472

4 76.019 325 71.742 0 990 0 249 20 2.694

5 196.654 1.196 192.383 0 886 0 231 26 1.933

6 137.365 564 131.455 0 896 0 226 26 4.197

Total 648.771 3.741 620.567 0 3.859 0 1.723 221 18.659

Pangsa 100% 0,58% 95,65% 0,00% 0,59% 0,00% 0,27% 0,03% 2,88%

2015

2016

2017

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1.47. Indeks PMI Manufaktur Jepang dan

Tiongkok

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

31

1.2.5. Impor Luar Negeri

Permintaan impor luar negeri mengalami deselerasi. Pertumbuhan permintaan impor luar negeri

Sulawesi Tengah turun signifikan dari 81,34% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 9.46% (yoy) di

triwulan II 2017. Barang utama yang mengalami penurunan impor pada triwulan laporan utamanya

berupa barang yang termasuk golongan barang mesin (peralatan listrik), dan mesin (mesin umum dan

pengolahan logam). Besarnya kebutuhan barang-barang modal (mesin/peralatan listrik dan

mesin/pesawat mekanis) memiliki keterkaitan yang erat dengan masih berlangsungnya investasi

pembangunan fisik/konstruksi di Sulawesi Tengah khususnya infrastruktur terkait industri pengolahan

di Kabupaten Banggai, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Morowali Utara.

Total impor non migas Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Komponen impor barang berupa mesin sebagian besar didatangkan

dari kawasan Asia, terutama China. Hal tersebut merupakan salah satu dampak penanaman modal

pembangunan smelter dimana mayoritas investor merupakan perusahaan yang berasal dari Tiongkok.

Grafik 1.48. Volume Bongkar Barang Pelabuhan

Sulawesi Tengah

Grafik 1.49.Perkembangan Jumlah Kargo Masuk

di Bandara Mutiara Palu

Grafik 1.50.Negara Importir

Grafik 1.51.Perkembangan Kredit Impor

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

32

Tiongkok menjadi negara yang memiliki hubungan trade impor terbesar dengan Sulawesi

Tengah. Adanya pengiriman bahan baku (barang modal) meliputi pesawat mekanik dan mesin-mesin

listrik untuk kebutuhan pembangunan pabrik stainless steel di Kabupaten Morowali menjadi bukti

ketergantungan industri pengolahan Sulawesi Tengah dengan Tiongkok. Ke depan, perusahaan

Tiongkok juga berencana untuk mengembangkan Morowali Industrial Park meliputi pabrik industri

pengolahan produk turunan smelter serta perusahaan energi dan pembangkit listrik. Khusus untuk

pembangkit listrik akan masuk beberapa perusahaan listrik diantaranya dari PT Tsingshan group yang

akan membangun pembangkit sebagai pendukung smelter-smelter yang ada di Sulawesi Tengah.23

Kedepan direncanakan kelebihan daya dari pembangkit-pembangkit tersebut akan dijual kepada

masyarakat umum melalui PLN Sulawesi Tengah.

Tracking pertumbuhan impor pada triwulan III 2017 diperkirakan memiliki arah bias ke bawah

dari proyeksi. Deselerasi impor didorong oleh perkembangan pembangunan pabrik industri

pengolahan skala besar yang semakin mendekati target penyelesaian, terutama pabrik pengolahan

amonia yang sudah akan Hal ini terjadi karena sebagian besar impor yang masuk ke Sulawesi Tengah

sebagian besar berupa mesin dan alat-alat konstruksi. Selain itu, terdapat perusahaan smelter yang

menunda pembangunan di 2017 seiring dengan adanya kebijakan pemerintah yang memperbolehkan

ekspor nikel mentah kadar rendah.

Tabel 1.6. Perkembangan Nilai Impor Berdasarkan SITC 2 Digit

Provinsi Sulawesi Tengah (Ribu USD)

Tahun Bulan Total Impor

PLASTICS,

NON-

PRIMARY

FORM

NON

METALIC

MINERALS

MFS

IRON AND

STEEL

MANUFACT

URES OF

METAL NES

POWER

GENERATING

MACH. &

EQP

MACH.SPE

CIAL FOR

PARTIC.IND

S

METALWO

RKING

MACHINER

Y

GENERAL

INDUSTRIAL

MACH.&EQP

ELECTRICAL

MACH.,

APPARATUS

SANITARY,

PLUMBING,

FITTINGS

PROF.,SCIENTI

FIC

&CONT.INST.

1 1.863 0 1.562 0 1 300 0 0 0 0 0 0

2 17.623 0 0 2.639 254 98 2.396 17 11.841 378 0 0

3 94.235 0 900 2.513 1.740 11.759 2.003 68 46.308 27.229 1.672 22

4 9.215 0 1.516 0 0 0 0 0 0 0 0 7.500

5 16.681 0 434 0 0 7.475 0 0 573 1.215 0 0

6 23.941 0 736 44 544 0 1.228 253 14.308 498 16 0

7 86.119 18 9.908 535 114 436 3.454 1.736 50.754 12.378 241 154

8 53.058 41 1.770 643 565 251 337 122 31.662 8.450 28 165

9 95.785 4 6.781 114 852 44.728 2.583 166 14.237 17.377 2.555 191

10 71.727 2 2.028 0 93 5.936 8.240 1.684 19.870 24.983 3 67

11 85.806 0 443 468 14 5.708 635 1.655 30.156 36.020 2.957 38

12 144.443 0 845 3 103 15.690 13.987 662 34.709 25.957 3.936 48

Total 398.520 66 26.923 6.959 4.279 92.381 34.864 6.364 254.418 154.484 11.408 8.185

1 2.233 0 0 1.294 0 0 0 0 0 939 0 0

2 68.153 0 0 3.221 96 6 14.864 12.809 2.475 26.308 7.629 746

3 32.066 0 0 261 423 12 2.955 1.266 1 7.059 8.126 11.963

4 48.711 37 1.308 859 462 1.425 3.126 2 21.925 11.976 2.348 58

5 91.480 5 1.521 1.056 75 30 559 63 69.154 7.575 3.230 20

6 128.605 0 1.458 11.479 6.105 157 1.253 40.487 46.919 4.986 357 2

7 33.351 0 2.367 1.730 116 4 12.781 6 1.183 76 4.749 2

8 111.407 114 4.759 114 211 1.401 3.015 43 32.480 41.715 2.957 0

9 66.582 0 8.409 1.680 379 11.207 3.023 72 7.314 24.182 1.273 23

10 187.029 1 687 1.142 1.041 12.148 6.212 83.723 32.848 27.574 1.682 13

11 158.219 25 6.988 369 909 12.002 2.183 52.306 25.949 48.941 2.494 187

12 189.686 0 129 717 942 31.726 7.313 6.444 80.608 12.979 18.829 662

Total 1.117.521 183 27.625 23.921 10.758 70.117 57.284 197.222 320.855 214.310 53.673 13.677

1 1.909 5 165 18 536 11 293 46 297 13 521 4

2 9.689 0 374 26 70 2.436 5 0 2.098 174 4.493 12

3 200.921 0 956 174 4.197 7.477 13.113 26.938 94.920 29.052 6.716 310

4 90.432 0 956 174 4.197 7.477 13.113 26.938 94.920 29.052 6.716 310

5 95.625 5 1 149 0 344 2.493 0 49.818 8.750 2.693 404

6 60.151 38 4.476 624 209 239 1.785 14.492 52.305 3.981 625 338

Total 458.728 64 7.122 1.213 9.489 18.369 34.446 77.523 313.190 75.392 32.809 1.582

2015

2016

2017

23 Hasil FGD Dinas DPMPTSP Prov. Sulawesi Tengah.

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

35

KEUANGAN PEMERINTAH

Realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan

lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja. Pencapaian realisasi belanja

APBD pada triwulan ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Rata-rata progress pembangunan fisik di Kabupaten/Kota hingga akhir triwulan II

2017 hanya mencapai 30,39%, sehingga perlu lebih ditingkatkan kedepannya.

Peningkatan anggaran pembangunan infrastruktur yang terdapat pada pos

APBN dan pada APBD Sulawesi Tengah, diharapkan dapat menurunkan

kesenjangan ketersediaan infrastruktur dasar di Sulawesi Tengah. Sementara

itu, realisasi penyaluran Anggaran Dana Desa yang mencapai 54,39% pada

Triwulan II 2017 diharapkan dapat meningkatkan pemerataan pembangunan

yang sifatnya bottom-up.

BAB II

48,72%

35,32%

23,05%(Rp111,66 miliar)

Realisasi Belanja Modal

48,55%(Rp443,94 miliar)

Realisasi PAD

realisasi pendapatan

APBD

realisasi belanja APBD

Rp1.040,12 miliar

DPK Pemda

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulteng menyerahkan cinderamata kepada Perwakilan Pemerintah

Daerah dalam kegiatan Sosialisasi Implementasi Transaksi Penerimaan dan Pembayaran Secara Non Tunai Pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala dan Kota Palu

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

36

2.1. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017

Hingga akhir Triwulan II 2017 realisasi pendapatan daerah masih lebih tinggi dibandingkan

dengan realisasi belanja daerah. Realisasi pendapatan daerah Sulawesi Tengah mencapai Rp

1.749,74 miliar atau 48,72% dari pagu anggaran 2017 sebesar Rp3.591,486 miliar. Persentase nilai

realisasi pendapatan pada triwulan II 2017 ini sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang mencapai 47,95%. Peningkatan realisasi pendapatan dipengaruhi oleh

meningkatnya realisasi PAD menjadi 48,55% dari capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya

48,43% serta pendapatan lain-lain PAD yang sah dari 8,45% menjadi 79,1%.

Total realisasi belanja daerah mencapai Rp1.271,55 miliar atau 35,32% dari total anggaran yang

tersedia sebesar Rp3.599,70 miliar. Persentase realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah

mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 36,48%. Salah satu

faktor penyebab menurunnya realisasi belanja pemerintah adalah perubahan numenklatur dan adanya

peleburan ataupun perampingan kelembagaan dalam instasi daerah, sehingga membutuhkan lebih

banyak waktu untuk mempersiapkan administrasi dan susunan anggaran di awal tahun.

Dana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota) yang ditempatkan di

Perbankan mengalami penurunan. Pada triwulan II 2017 DPK milik Pemerintah Daerah tercatat

sebesar Rp1.040,12 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar Rp3.193,73 miliar. Penurunan DPK terjadi dikarenakan adanya penundaan transfer dana dari

pemerintah pusat karena melesetnya perkiraan penerimaan negara dari yang ditargetkan.

Grafik 2.1.Perkembangan Pendapatan dan Belanja

Daerah

Grafik 2.2.Perkembangan Dana Pihak Ketiga Pemda

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

37

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBD

Realisasi dana perimbangan menjadi komponen penopang utama penerimaan APBD di triwulan

II 2017. Realisasi dana perimbangan tertinggi secara nominal didominasi oleh komponen Dana

Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp1.282miliar dengan tingkat realisasi mencapai 48,43%. Realisasi DAU

pada triwulan laporan relatif stabil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang juga

mencapai 49,58% dengan total nominal sebesar Rp740,40 miliar. Peningkatan juga terjadi pada

realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Retribusi Daerah yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi komponen PAD mengalami

peningkatan dari 41,77% menjadi 48,55%. Sementara itu, realisasi komponen Retribusi Daerah

mengalami peningkatan dari 58,27% menjadi 70,92%.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam

membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Secara

historis, Rasio Kemandirian Fiskal Sulawesi Tengah menunjukkan tingkat kemandirian yang baik

dengan rata-rata pada 5 tahun terakhir mencapai 42,73 (mid-upper rank). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa sumber PAD Sulawesi Tengah mampu mengimbangi dana pendapatan daerah yang berasal

dari sumber ekstern, misalnya : Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana

Pusat Alokasi Umum dan Dana Pusat Alokasi Khusus. Namun berdasarkan perkembangan terkini (data

sementara), terlihat kinerja rasio kemandirian masih berada di bawah rata-rata historisnya. Pada posisi

terakhir, angka rasio kemandirian mencapai 34,00 atau masih berada di bawah angka rata-rata 5

tahun terakhir yang mencapai 42,73. Angka rasio kemandirian tersebut merupakan perbandingan

nilai PAD di triwulan II 2017 yang mencapai Rp444 miliar terhadap nominal pendapatan-pendapatan

lain yang mencapai Rp1.306 miliar.

Grafik 2.3.Perkembangan Realisasi Pendapatan

Daerah per Triwulan II

Grafik 2.4.Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos

Pendapatan Daerah

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

38

Tabel 2.1. Rasio Kemandirian dan Derajat Kemandirian Fiskal1

TahunRasio

Kemandirian

Derajat Desentralisasi

Fiskal

2012 55,25 29,81

2013 57,11 31,07

2014 51,05 28,19

2015 57,00 30,78

2016* (Q I-16) 27,91 21,82

2016* (Q II-16) 36,09 26,41

2016* (Q III-16) 40,57 28,86

2016* (Q IV-16) 41,99 29,57

2017* (Q I-17) 26,29 20,82

2017* (Q II-17) 34,00 25,37

Sumber : BPKAD Prov. Sulawesi Tengah, data diolah *data sementara

Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) menggambarkan persentase campur tangan pemerintah pusat

dalam pembangunan daerah dan menunjukkan tingkat kesiapan keuangan pemerintah daerah

dalam melaksanakan otonomi daerah. Semakin tinggi rasio Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF), maka

semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah. Berdasarkan

rata-rata data historis selama 5 tahun terakhir, DDF Sulawesi Tengah sebesar 27,27%; dengan

demikian pada triwulan laporan, Derajat Desentralisasi Fiskal Sulawesi Tengah berada pada skala

cukup (middle rank : 20,01 30,00). Sementara itu, perkembangan terkini DDF menunjukkan adanya

peningkatan dari posisi triwulan sebelumnya, yakni dari 20,82 poin pada triwulan I 2017 menjadi

25,37 poin pada triwulan II 2017. Adanya perbaikan manajemen fiskal daerah diharapkan mampu

mendorong peningkatan kemandirian Pemerintah Daerah terutama dalam menggali potensi-potensi

pendapatan asli daerahnya. Hal tersebut menjadi penting mengingat hampir semua Provinsi masih

bergantung kepada dana transfer dari pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintahan di daerah.

Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Rp juta

URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW II

2017 ( % ) REALISASI

PENDAPATAN 3.591.486,41 1.749.744,14 48,72%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 914.431,69 443.939,84 48,55%

Pendapatan Pajak Daerah 782.619,05 351.722,42 44,94%

Retribusi Daerah 5.155,51 3.656,10 70,92%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 21.657,99 18.478,97 85,32%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 104.999,14 70.082,34 66,75%

DANA PERIMBANGAN 2.646.828,12 1.281.894,83 48,43%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 183.125,66 73.458,93 40,11%

Dana Alokasi Umum 1.493.238,03 740.397,16 49,58%

Dana Alokasi Khusus 970.464,43 468.038,74 48,23%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 30.226,60 23.909,47 79,10%

Pendapatan Hibah 22.726,60 16.409,47 72,20%

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 7.500,00 7.500,00 100,00%

1Skala Rendah (0-10); Kurang (10,01-20,00); Cukup (20,01-30,00); Sedang (30,01-40,00); Baik (40,01-50,00); dan Sangat Baik

(>50,00)

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

39

2.1.2 Realisasi Belanja APBD

Realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 tercatat lebih rendah

dibandingkan dengan realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat realisasi

belanja daerah tertinggi berada pada komponen belanja tidak langsung yang mencapai 39,85%

dengan nominal belanja sebesar Rp 857,3miliar. Secara relatif, pencapaian ini mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu mencapai 40,20% atau sebesar Rp666miliar.

Walaupun demikian, tingkat realisasi belanja langsung tercatat 28,6% atau secara nominal sebesar

Rp414,3 miliar lebih rendah dari periode sebelumnya yang mencapai 32,93% atau sebesar Rp572

miliar.

Tabel 2.3. Realisasi Keuangan dan Fisik Tingkat Kabupaten/Kota

Region Jenis Progress Kategori Jun-16 Sep-16 Des-16 Mar-17 Jun-17 Region Jenis Progress Kategori Jun-16 Sep-16 Des-16 Mar-17 Jun-17

Target 50.00% 80.00% 95,00% 20,00% 55,00% Target 44.00% 74.00% 100,00% 11,00% 31,00%

Realisasi 24.16% 54.49% 75,23% 7,78% 34,58% Realisasi 43.05% 65,67% 92,00% 8,80% 29,00%

Target 40.56% 69.14% 96,17% 20,00% 50,00% Target 43.00% 73.00% 97,00% 10,00% 30,00%

Realisasi 24.16% 54.49% 75,23% 7,27% 33,42% Realisasi 43.05% 65,67% 91,33% 8,80% 29,07%

Target 47.09% 85.39% 100,00% 27,39% 54,86% Target 45.26% 85.31% 100,00% 26,17% 58,05%

Realisasi 20.62% 38.60% 81,64% 5,63% 25,43% Realisasi 37.67% 47.79% 97,14% 11,70% 20,45%

Target 52.78% 83.64% 100,00% 27,39% 54,86% Target 32,96% 69,84% 97,51% 15,07% 57,50%

Realisasi 20.62% 38.60% 81,64% 5,63% 25,43% Realisasi 27,54% 50,74% 94,16% 4,27% 19,94%

Target 40.00% 75.00% 100,00% 20,00% 42,00% Target 50.00% 80.00% 100,00% 12,00% 40,00%

Realisasi 30.48% 53,37% 83,71% 3,84% 19,09% Realisasi 38.30% 51.47% 56,97% 7,31% 28,00%

Target 38.00% 73.00% 97,00% 20,00% 42,00% Target 45.00% 75.00% 97,00% 10,00% 37,00%

Realisasi 28.96% 50,95% 82,69% 3,50% 18,72% Realisasi 36.64% 50.15% 97,22% 7,31% 27,31%

Target 62.50% 83.90% 100,00% 14,35% 55,68% Target 50.00% 80.00% 100,00% 18,00% 48,00%

Realisasi 45.72% 75.68% 91,87% 2,31% 50,28% Realisasi 32.41% 54.51% 73,54% 9,62% 23,74%

Target 58.40% 83.21% 99,74% 29,11% 58,37% Target 45.00% 75.00% 98,00% 14,79% 44,36%

Realisasi 36.91% 49.39% 67,15% 14,10% 33,33% Realisasi 29.03% 50.15% 69,62% 9,14% 23,69%

Target 50.00% 80.00% 100,00% 15,00% 40,00% Target 55.00% 83.00% 100,00% 20,81% 48,19%

Realisasi 27.41% 52,28% 92,05% 8,20% 37,41% Realisasi 32.11% 51.63% 57,51% 13,56% 30,10%

Target 45.00% 75.00% 97,00% 13,00% 37,99% Target 54.90% 82.22% 100,00% 20,81% 48,88%

Realisasi 26.92% 51,20% 92,05% 7,84% 37,41% Realisasi 25.84% 49.79% 55,83% 9,87% 28,45%

Target 33.00% 75.00% 100,00% 16,00% 33,00% Target 50.00% 80.00% 100,00% 20,00% 40,00%

Realisasi 30.28% 65.71% 97,72% 11,28% 31,78% Realisasi 35.55% 46.02% 71,95% 8,72% 34,84%

Target 50.00% 80.00% 99,00% 19,00% 50,00% Target 45.00% 75.00% 97,00% 20,00% 37,00%

Realisasi 36.86% 57.75% 92,39% 12,05% 38,81% Realisasi 35.55% 52,06% 71,95% 8,72% 34,84%

Donggala

Progress Fisik

Progress Keuangan

Palu

Progress Fisik

Progress Keuangan

Toli

Progress Fisik

Progress Keuangan

Parimou

Progress Fisik

Progress Keuangan

Sigi

Progress Fisik

Progress Keuangan

Progress Keuangan

Progress Fisik

Poso

Tojun

Progress Fisik

Progress Keuangan

Morut

Progress Fisik

Progress Keuangan

Morowali

Progress Fisik

Progress Keuangan

Bangla

Progress Fisik

Progress Keuangan

Bangkep

Progress Fisik

Progress Keuangan

Banggai

Progress Fisik

Progress Keuangan

Sumber : Monev TEPRA

Dalam lingkup spasial, rata-rata progress fisik dan keuangan baru mencapai 29,8% dengan

rincian rerata realisasi fisik sebesar 30,39% dan keuangan 29,2%. Kabupaten Tojo Una-una menjadi

daerah dengan tingkat realisasi keuangan tertinggi dengan realisasi pada akhir triwulan II 2017

mencapai 38,81%. Sedangkan Kabupaten Banggai Laut menjadi daerah dengan tingkat realisasi

Grafik 2.5.Perkembangan Realisasi Nominal Belanja

Grafik 2.6.Perkembangan Realisasi Persentase Belanja

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

40

keuangan terendah hanya mencapai 18,72%. Relatif tingginya realisasi anggaran di Kabupaten Tojo

Una-una didorong oleh adanya pembangunan infrastruktur dengan alokasi anggaran yang cukup

besar, diantaranya adalah untuk pengadaan alat kesehatan gigi & laboratorium, pengadaan alat

kesehatan kamar operasi & radiologi, pengadaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), pembangunan

lanjutan gedung rawat inap kelas 1 dan 2, belanja modal pengadaan alat peraga keterampilan

maupun lanjutan pembangunan gedung kantor camat Ratolindo.2 Dimana proses pengadaan untuk

pembangunan infrastruktur tersebut telah diselesaikan di triwulan II 2017, sehingga diperkirakan

mampu mendorong tingkat realisasi keuangan yang relatif tinggi di akhir tahun.

Dari sisi realisasi fisik per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Morowali

menjadi daerah dengan tingkat realisasi tertinggi. Tingkat realisasi fisik Kabupaten Morowali

mencapai 50,28%, tingginya tingkat realisasi fisik di Kabupaten Morowali didukung oleh adanya

perkembangan positif pembangunan Kampus Universitas Tadulako, Bandara Morowali dan

infrastruktur pendukungnya, peningkatan jalan dan drainase yang proses pelelangannya telah selesai

pada Triwulan I 2017 sehingga progress fisik dapat maksimal.3

Tabel 2.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Rp juta

URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW II

2017 ( % ) REALISASI

BELANJA 3.599.701,59 1.271.555,88 35,32%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.151.244,49 857.264,44 39,85%

Belanja Pegawai 1.277.264,51 460.707,10 36,07%

Belanja Hibah 501.067,68 302.216,71 60,31%

Belanja Bantuan Sosial 1.000,00 276,50 27,65%

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa362.718,28 93.447,64 25,76%

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota

dan Pemerintahan Desa6.694,02 616,48 9,21%

Belanja Tidak Terduga 2.500,00 0,00 0,00%

BELANJA LANGSUNG 1.448.457,10 414.291,45 28,60%

Belanja Pegawai 128.346,01 44.902,88 34,99%

Belanja Barang dan Jasa 835.621,79 257.724,91 30,84%

Belanja Modal 484.489,30 111.663,66 23,05%

SURPLUS / DEFISIT -8.215,18 478.188,26

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 55.415,18 77.436,67 139,74%

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 55.415,18 70.515,11 127,25%

Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 0,00%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 47.200,00 4.500,00 9,53%

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 47.200,00 0,00 0,00%

PEMBIAYAAN NETTO 8.215,18 70.515,11 858,35%

SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUNAN 0,00 548.703,37

PEMBIAYAAN DAERAH

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

2 LPSE Kabupaten Morowali

3LPSE Kota Palu

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

41

2.2 Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah relatif stabil dari periode yang sama tahun

sebelumnya. Pada triwulan laporan, jumlah total belanja APBN mencapai Rp2.918,36 miliar, dengan

tingkat serapan anggaran 28,13% dari total pagu belanja Rp10.374,79 miliar. Tingkat realisasi belanja

pada triwulan laporan tercatat sedikit meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya yang waktu itu tercatat 25,44%.

Dari sisi belanja, sebagian besar total belanja di triwulan II 2017 merupakan kontribusi dari

belanja pegawai dengan jumlah nominal mencapai Rp927,39 miliar. Pada sisi belanja barang,

tingkat realisasi dana APBN mencapai Rp815,28 miliar atau 34,37% dari total realisasi belanja APBN di

triwulan laporan. Sementara itu, tingkat realisasi belanja modal masih cukup rendah yang mencapai

Rp632,85miliar atau berada pada kisaran 24,91%.

Tabel 2.5. Realisasi Belanja APBN

JAN FEB MAR Nominal % APR MEI JUN Nominal % Nominal %

1 'BELANJA PEGAWAI 2.109,32 114,69 132,28 138,52 385,49 18,28% 154,49 159,14 228,28 541,90 25,69% 927,39 43,97%2 'BELANJA BARANG 2.371,83 15,13 73,02 142,43 230,58 9,72% 184,77 177,37 222,57 584,70 24,65% 815,28 34,37%3 'BELANJA MODAL 2.540,88 1,55 71,56 118,37 191,48 7,54% 105,77 134,05 201,55 441,37 17,37% 632,85 24,91%4 'BELANJA BANTUAN SOSIAL 20,99 - - - - 0,00% 0,12 1,69 0,90 2,71 12,93% 2,71 12,93%5 'DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 1.897,94 - - - - 0,00% 553,24 14,63 - 567,87 29,92% 567,87 29,92%6 'DANA DESA 1.433,83 - - - - 0,00% 272,02 313,38 194,40 779,80 54,39% 779,80 54,39%

10.374,79 131,37 276,86 399,32 807,55 7,78% 1.270,40 800,26 847,70 2.918,36 28,13% 3.725,91 35,91%

TW II REALISASI SEM.I

T O T A L

NO Jenis Belanja PAGUREALISASI TW I REALISASI

Anggaran Dana Desa (ADD) 2017 tahap pertama yang mengalami penundaan dari Maret kemudian

bergeser ke April telah terealisasi dengan serapan sebesar Rp 779,0 miliar atau 54,39% dari total

anggaran ADD 2017 Provinsi Sulawesi Tengah. Realisasi ADD 2017 diprioritaskan pada empat

program prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes

PDTT), yaitu menentukan produk unggulan desa atau kawasan pedesaan, mengembangkan Badan

Usaha Milik Desa, membangun sarana embung air desa dan membangun sarana olahraga desa.

---oOo---

Rp Miliar

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Sulteng

Grafik 2.7. Perkembangan Realisasi Serapan Belanja

APBN periode 2012-2017

Grafik 2.8. Perkembangan Nominal Realisasi

Belanja APBN di Sulawesi Tengah (triwulanan)

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

45

I DAERAH

Inflasi triwulan II 2017 Kota Palu terjaga dengan baik, dan pada akhir Juni

lalu mencatatkan angka 5,23% (yoy). Namun, angka ini masih sedikit

lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi tahunan dalam tiga

tahun terakhir yang hanya mencapai 5,15% (yoy).

Inflasi Kota Palu pada triwulan II 2017 lebih banyak didorong dari

kelompok administered prices, yang merupakan dampak dari

meningkatnya permintaan masyarakat seiring dengan tibanya Ramadhan

dan Idul Fitri.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus memperkuat koordinasi

kebijakan dan program kerjanya baik di level kabupaten/kota maupun di

level Provinsi. Perwujudan program pengendalian inflasi dapat tercermin

dari strategi 4K antara lain ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga

barang dan jasa, kelancaran distribusi, dan komunikasi ekspektasi.

BAB III

Kedepan, Bank Indonesia akan terus

mencermati berbagai faktor risiko

yang mempengaruhi inflasi baik yang

bersumber dari kelompok volatile food

maupun dari administered prices.

Dalam rangka menjaga inflasi tetap

berada pada sasaran yang

ditetapkan, Bank Indonesia akan terus

memperkuat koordinasi kebijakan

dengan Pemerintah baik di tingkat

pusat maupun daerah

BAB III. INFLASI DAERAH

Lahan Cabai Rawit di Kabupaten Tojo Una-Una

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

46

3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu

Inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan II 2017, tercatat 5,23% (yoy), lebih tinggi jika

dibandingkan dengan inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya 4,05% (yoy). Inflasi tahunan

Kota Palu pada akhir triwulan II 2017 tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi

selama 3 tahun terakhir yaitu 5,15%. Tekanan inflasi bulan Juni 2017 tersebut dapat dijelaskan dari

dua sisi. Dari sisi demand, tekanan inflasi mengalami peningkatan terutama didorong oleh kenaikan

tarif angkutan udara akibat meningkatnya permintaan menjelang Idul Fitri. Selain itu juga muncul dari

kelompok sandang seiring dengan meningkatnya permintaan sandang oleh masyarakat untuk

merayakan lebaran. Sementara dari sisi supply, tekanan inflasi terutama didorong oleh kenaikan tarif

listrik seiring dengan adanya kebijakan penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga 900

VA yang diberlakukan secara bertahap. Sementara itu, dari tekanan inflasi dari kelompok volatile

foods cukup terkendali seiring dengan terjaganya pasokan komoditas khususnya dari sub kelompok

ikan segar yang selama ini sering memberikan tekanan.

Berdasarkan kelompok disagregasinya, tekanan inflasi terutama berasal dari kelompok

administered prices, khususnya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan masing-masing mengalami

inflasi 9,29% (yoy) dan 6,46% (yoy). Kenaikan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas ini tidak

terlepas dari dampak penyesuaian tarif oleh Pemerintah yaitu tarif listrik, biaya perpanjangan STNK

dan bensin. Dari kelompok volatile foods, adanya kondisi cuaca buruk dan meningkatnya permintaan

masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan harga

terutama dari sub kelompok ikan segar dan bumbu-bumbuan. Kelompok inflasi inti juga menunjukkan

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.1. Event Analysis Inflasi Kota Palu

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

47

adanya peningkatan harga namun cukup terkendali seiring dengan tibanya Ramadhan dan Hari Raya

Idul Fitri. Sementara itu, peningkatan harga pada kelompok administered prices di bulan laporan

berasal dari kenaikan tarif angkutan udara yang didorong oleh meningkatnya permintaan khususnya

selama mudik menjelang hari raya Idul Fitri.

Secara spasial, inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan II 2017 berada di atas inflasi tahunan

Nasional yaitu 4,37%. Dari 82 Kota yang dihitung inflasinya secara Nasional, 79 kota mencatatkan

inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi secara Nasional terjadi di Kota Tual dengan

realisasi inflasi bulanan 4,48% (mtm). Sementara itu, deflasi terdalam terjadi di Kota Singaraja dengan

realisasi -1,76% (mtm). Inflasi bulanan Kota Palu sendiri menempati urutan ke-47 secara Nasional.

Selama periode April-Juni 2017 rata-rata realisasi Inflasi bulanan Kota Palu tercatat 0,68%

(mtm). Rata-rata inflasi Kota Palu tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi

Nasional pada triwulan yang sama yang mencapai 0,37% (mtm). Lebih tingginya inflasi Kota Palu

disebabkan karena tekanan inflasi dari kelompok administered prices khususnya dari sub kelompok

bahan bakar, penerangan dan air serta transpor yang diakibatkan oleh dampak kenaikan tarif listrik

dan peningkatan permintaan selama triwulan II 2017 menjelang Idul Fitri.

Tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan relatif terkendali selama triwulan laporan yang

mengalami peningkatan harga 3,09% (yoy) dan memberikan andil 0,62%. Tekanan inflasi terutama

berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya

serta sub kelompok sayur-sayuran. Terkendalinya inflasi kelompok tersebut dikarenakan tersedianya

pasokan bahan pangan dari sentra produksi di Sulawesi Tengah. Adanya panen raya beras yang

sedang mencapai periode puncak pada bulan April-Mei 2017 menyebabkan peningkatan pasokan

komoditas beras dan berdampak kepada penurunan indeks harga komoditas tersebut.

Selain dari sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok sayur-sayuran, tekanan inflasi

juga disumbangkan oleh sub kelompok ikan segar. Pergerakan harga beberapa komoditas sub-

kelompok ikan segar berfluktuasi, harga ikan segar pada April 2017 mengalami inflasi 1,30% (mtm)

yang diakibatkan oleh kurangnya pasokan ikan dampak dari Siklon Tropis Ernie yang menyebabkan

gelombang tinggi mencapai 1,25-2,25 meter. Ikan segar kembali mengalami peningkatan di Mei 2017

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan Beberapa

Region di Indonesia Timur

Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi Bulanan Kota Palu,

Nasional, Sulampua dan KTI

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

48

seiring meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ikan segar kembali mengalami deflasi

di Juni 2017 sebesar -10,74%% (mtm) dengan terkendalinya permintaan masyarakat dan tersedianya

pasokan di pasar. Hal ini terlihat dari komoditas ikan segar yang mengalami deflasi pada akhir triwulan

II 2017 yaitu ikan cakalang -0,26%, ikan ekor kuning -0,21%, ikan layang -0,13%, ikan teri -0,04%

dan ikan kembung -0,02%.

Selain dikarenakan oleh kondisi cuaca, inflasi yang terjadi di kelompok bahan makanan juga

disebabkan karena kurangnya pasokan akibat masih tingginya perdagangan antar wilayah yang terjadi

di Sulawesi Tengah dan masih bergantungnya Sulawesi Tengah dengan komoditas impor terutama

bawang putih. Perdagangan antar wilayah untuk komoditas sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub

kelompok ikan segar ke Kalimantan menjadi penyebab lain dari . Beberapa tindakan telah diambil di

antaranya langkah yang diambil oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah yaitu

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah dengan tidak memberikan lagi rekomendasi

untuk melakukan perdagangan antar pulau dan juga telah diatur mekanisme perizinan untuk

membongkar hasil tangkapan ikan di pelabuhan pangkalan yang ditetapkan1. Selain itu, Dinas

Tanaman Pangan dan Hortikultura juga mulai menambah luas tanam tanaman pangan dengan

memanfaatkan lahan tidur untuk menjamin ketersediaan pasokan di Provinsi Sulawesi Tengah.2

Tabel 3.1. Komoditas Penyumbang (Andil) Inflasi/Deflasi terbesar Bulan April-Juni 2017

April 2017 (Inflasi)

Mei 2017 (Inflasi)

Juni 2017 (Inflasi)

Tarif Listrik 0,30% Ikan Cakalang 0,31% Tarif Angkutan Udara 0,54%

Ikan Cakalang 0,11% Ikan Bakar 0,12% Tarif Listrik 0,28%

Seng 0,08% Ikan Ekor Kuning 0,1% Tomat Buah 0,11%

Tomat Buah 0,05% Ikan Selar 0,1% Cabai Rawit 0,05%

Ayam Hidup 0,03% Tarif Listrik 0,09% Telur Ayam Ras 0,04%

Besi Beton 0,03% Bawang Putih 0,08% Bayam 0,04%

Pemeliharaan/Service 0,02% Ikan Layang 0,07% Ikan Kakap Merah 0,03%

Tomat Sayur 0,02% Ayam Goreng 0,06% Kacang Panjang 0,03%

Ikan Kembung 0,02% Tarif Angkutan Udara 0,06% Kangkung 0,03%

Ikan Layang 0,02% Jeruk Nipis 0,06% Beras 0,03% pasar

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

3.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran

Tekanan harga dari sisi penawaran relatif stabil dan lebih disebabkan oleh pasokan yang

menurun. Tekanan sisi penawaran meningkat pada Mei 2017 yang diakibatkan meningkatnya

permintaan masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri dan tingginya perdagangan antar daerah

yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah. Tingginya permintaan terutama terjadi pada komoditas sub

kelompok ikan segar dan sub kelompok bumbu-bumbuan. Tercatat komoditas ikan cakalang

mengalami kenaikan indeks harga mencapai 42,29% (mtm) dan memberikan andil inflasi 0,31% dan

bawang putih mengalami kenaikan harga 29,93% (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,08%. Adanya

1 Hasil Rapat Koordinasi Terbatas TPID Provinsi Sulawesi Tengah 2 Hasil Rapat Evaluasi TPID Provinsi Sulawesi Tengah

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

49

panen raya di triwulan II mampu meredam tekanan inflasi dari sisi penawaran dengan tersedianya

pasokan beras di Provinsi Sulawesi Tengah.

Kondisi cuaca Provinsi Sulawesi Tengah selama triwulan II juga cenderung stabil. Hal ini sejalan dengan

analisis dan prakiraan hujan yang dilakukan oleh BMKG Provinsi Sulawesi Tengah. Sifat hujan di

Provinsi Sulawesi Tengah untuk bulan April 2017 secara umum adalah Atas Normal (AN) dengan

intensitas curah hujan berkisar antara 43-362 mm. Kondisi cuaca di Mei 2017 dan Juni 2017 secara

umum tercatat Normal hingga Atas Normal dengan intensitas hujan masing-masing 51-201 mm dan

101-301 mm. 3

Curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten

Parigi Moutong, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso.4

Tekanan inflasi dari sisi penawaran yang cukup terkendali tidak lepas dari tindakan pengendalian yang

telah dilakukan selama triwulan II 2017. Adanya program BULOG dalam menjaga ketersediaan

pangan di Sulawesi Tengah menjadi salah satu faktor penahan tekanan inflasi dari sisi penawaran.

Kerja Sama Operasional telah dilakukan BULOG dengan memberdayakan pengecer sebagai penjual

untuk menjual komoditas sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Khusus untuk

komoditas gula, BULOG menurunkan harga beli pengecer kepada dengan syarat pengecer dan RPK

yang telah ditunjuk oleh BULOG akan dilakukan sistem konsinyasi (titip jual). Selain itu, Gerakan

Stabilisasi Pangan yang dilakukan menjelang Ramadhan selama 2 minggu di beberapa daerah seperti

Luwuk, Poso dan Tolitoli juga menjadi faktor penahan laju inflasi di triwulan laporan.

Terkait dengan stok bahan pangan, BULOG telah menjamin ketersediaan bahan pangan seperti beras

di mana BULOG akan terus melakukan penyerapan beras dan komoditas bawang merah dengan

melakukan kerjasama dengan petani di Kota Palu dan Enrekang, Sulawesi Selatan serta menjamin

ketersediaan komoditas gula.5

Adanya program Rumah Pangan Kita menjadi faktor

lain dalam menahan tekanan inflasi dari sisi penawaran. Sebaran outlet Rumah Pangan Kita (RPK)

di seluruh Kabupaten/Kota Sulawesi Tengah telah mencapai 330 gerai unit, dimana Kota Palu memiliki

jumlah gerai terbanyak yang mencapai 72 unit; Kabupaten Poso mencapai 55 unit dan terbanyak

ketiga adalah Kabupaten Toli-toli dengan 45 unit. Gerai tersebut mampu berkontribusi dalam

menyediakan sembako murah bagi masyarakat dan menjadi salah satu program unggulan TPID

Sulteng selain intervensi melalui pasar murah dan sidak penimbunan barang. Komoditas utama yang

diperdagangkan melalui RPK adalah komoditas beras dan gula pasir.

Relatif terkendalinya inflasi pada triwulan II 2017 juga dipengaruhi kondisi surplus pada beberapa

komoditas strategis. Stok komoditas beras yang bertahan hingga Oktober 2017 dan pada Mei 2017,

stok beras di Kota Palu tercatat surplus sebesar 6.327 ton. Komoditas gula juga mengalami surplus

dan tersedia hingga September 2017.6

3 Laporan BMKG Prakiraan Hujan “Analisa Hujan & SPI Desember 2016. Prakiraan Hujan Februari, Maret, April 2017” 4 Laporan BMKG Prakiraan Hujan Mei, Juni, Juli 2017 “Kondisi Dinamika Atmosfer Analisa Hujan Maret 2017 Informasi

Kekeringan (SPI) 5 Hasil HLM TPID Provinsi Sulawesi Tengah 6 Hasil HLM TPID Provinsi Sulawesi Tengah

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

50

3.3. Tekanan Inflasi Sisi Permintaan

Dari sisi demand, terdapat indikasi peningkatan permintaan masyarakat yang tercermin dari

meningkatnya tekanan inflasi inti dan meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen di triwulan II

2017. Secara umum Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)7 masih jauh berada di level optimis (di atas

100), yakni 141 poin pada Juni 2017 meningkat dari posisi sebelumnya di level 113 poin. Hal ini

menunjukkan bahwa optimisme masyarakat masih relatif tinggi. Dari indikator lain terlihat tekanan

inflasi inti di Kota Palu relatif terkendali, dari semula 3,45% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 3,62%

(yoy) pada triwulan II 2017. Inflasi inti pada bulan laporan tercatat 3,62% (yoy) lebih tinggi dari

triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3,29% (yoy). Kondisi tersebut

menyebabkan inflasi inti hanya menyumbangkan andil inflasi tahunan relatif rendah yakni 2,87%,

lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 2,31%. Kenaikan indikator

tersebut menggambarkan meningkatnya konsumsi masyarakat terutama dalam menyambut

Ramadhan dan Idul Fitri 2017.

Tekanan dari sisi permintaan juga disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada

barang-barang tahan lama. Barang tahan lama masuk dalam kelompok tersier yang merupakan

komoditas di luar kebutuhan pokok masyarakat. Peningkatan konsumsi terhadap barang tahan lama

tersebut menjadi salah satu indikator bahwa keinginan masyarakat dalam berinvestasi sedikit

meningkat. Berdasarkan survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia pada bulan Juni 2017,

terjadi peningkatan indeks konsumsi terhadap barang tahan lama dari 101,67 poin di triwulan I 2017

menjadi 118,67 poin di triwulan II 2017. Tingkat penghasilan masyarakat pada triwulan laporan

mengalami peningkatan. Indeks tingkat penghasilan mengalami peningkatan dari 90 poin di tiwulan

I 2017 menjadi 92,67 poin pada triwulan II 2017. Mencermati kedua indikator tersebut, terlihat

bahwa tingkat konsumsi masyarakat meningkat baik untuk kebutuhan pokok maupun untuk investasi.

Walaupun demikian, masyarakat juga masih menggunakan dana yang tersedia untuk kegiatan saving.

Kondisi demikian terkonfirmasi dari meningkatnya indeks ekspektasi jumlah tabungan masyarakat

yang naik dari 83,57 poin di triwulan I 2017 menjadi 151,28 poin di triwulan II 2017. Peningkatan

saving tersebut tampaknya sejalan dengan ekspektasi masyarakat terhadap peningkatan suku bunga,

yang terlihat dari peningkatan indeks ekspektasi suku bunga tabungan dari 100 poin di triwulan I

2017 menjadi 102 poin pada triwulan II 2017.8

7Survei Konsumen KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Periode Juni 2017

8 Survei Konsumen KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Periode Juni 2017

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

51

z

3.4. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

menjadi salah satu penyumbang inflasi tertinggi pada triwulan Laporan. Sementara itu inflasi

dari kelompok bahan makanan relatif terjaga. Pada triwulan II 2017 kelompok transportasi

khususnya angkutan udara menyumbangkan andil yang cukup tinggi terhadap inflasi. Sementara

kelompok bahan makanan yang pada periode sebelumnya menjadi kelompok yang cukup signifikan

dalam mendorong inflasi, relatif terjaga harganya bahkan mampu menyumbang deflasi -0,15% secara

month to month atau sebesar 0,62% secara year on year. Walaupun terdapat tekanan inflasi dari

kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, namun secara umum tekanan inflasi tahunan

dan bulanan berdasarkan kelompok barang relatif terjaga dengan baik.

3.4. Indeks Keyakinan Konsumen, dan Indeks Ekspektasi

Konsumen

3.5. Indeks Penghasilan, Kondisi Ekonomi, dan Konsumsi

Barang Tahan Lama

Grafik 3.6. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

52

mtm ytd yoy

Umum 0,76 3,94 5,23 0,76

Bahan Makanan -0,74 1,48 3,09 -0,15

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,05 1,68 3,05 0,011

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas 1,12 8,51 9,29 0,265

Sandang 0,49 0,99 3,31 0,027

Kesehatan 0,39 1,44 3,06 0,016

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,25 0,29 4,80 0,016

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 3,10 6,52 6,46 0,570

KELOMPOK KOMODITASJun-17

Andil Inflasi

Tekanan inflasi kelompok bahan makanan relatif terkendali, sehingga menahan tekanan inflasi

Kota Palu pada akhir triwulan II 2017. Penurunan realisasi inflasi kelompok bahan makanan pada

akhir triwulan II 2017 didorong oleh turunnya tekanan pada sub-kelompok padi-padian, umbi-umbian

dan hasilnya serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang mengalami deflasi secara tahunan.

Deflasi dari sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dikarenakan tersedianya pasokan

beras seiring dengan masa puncak panen raya di triwulan II 2017 sedangkan dari sub kelompok

daging dan hasil-hasilnya dikarenakan adanya tambahan suplai terutama dari peternak yang berada di

Sulawesi Tengah. Komoditas lain yang mengalami deflasi dari sub kelompok tersebut adalah beras -

0,75% (yoy) dan daging ayam ras -17,20% (yoy).

Sub kelompok lain yang menahan tekanan inflasi di triwulan laporan adalah sub kelompok ikan segar.

Terjadinya penurunan harga tersebut ditopang oleh stabilnya suplai ikan segar seiring dengan

kondusifnya cuaca di Sulawesi Tengah di akhir triwulan II 2017. Sub kelompok ikan segar mengalami

deflasi sebesar 1,99% (mtm) dari triwulan sebelumnya yang tercatatat 10,48% (mtm). Komoditas

yang mengalami penurunan harga dari sub kelompok tersebut adalah ikan ekor kuning -10,37%

dengan andil -0,06% dan ikan kembung -6,38% dengan andil -0,03%.

Tekanan inflasi sub kelompok kacang-kacangan juga cukup terkendali. Tekanan inflasi sub kelompok

tersebut pada triwulan II mengalami penurunan menjadi 1,95% (yoy) dari 3,67% (yoy) pada triwulan

sebelumnya Beberapa komoditas yang mengalami penurunan, harga adalah kacang hijau dan kacang

tanah.

Sumber : BPS

Tabel 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas (%)

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

53

mtm ytd yoy

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,05 1,68 3,05

Makanan Jadi 0,00 1,66 1,98

Minuman yang Tidak Beralkohol -0,46 0,56 0,46

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,51 2,45 8,24

KELOMPOK/SUBKELOMPOKJun-17

Pada kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau di akhir triwulan II 2017 secara umum

mengalami peningkatan harga. Sub-kelompok tembakau dan minuman beralkohol mencatatkan

inflasi tertinggi 8,24% (yoy) dengan andil 0,39%. Sub-kelompok makanan jadi juga mencatatkan

infasi 1,98% (yoy) dengan andil 0,28%, dimana komoditas ikan bakar dan ayam goreng masing-

masing memberikan andil inflasi 0,13% dan 0,08%.

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (%)

Meningkatnya tarif listrik menjadi salah satu faktor pendorong inflasi pada kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar pada akhir triwulan II 2017 mengalami peningkatan harga cukup tinggi hingg 54,65% (yoy).

Komoditas yang menjadi penyebab utama adalah komoditas tarif listrik yang menyumbangkan inflasi

2,23%. Di sisi lain, terdapat juga peningkatan harga pada komoditas pasir dengan inflasi mencapai

mtm ytd yoy

Bahan Makanan -0,74 1,48 3,09

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0,72 -2,21 -0,06

Daging dan Hasil-hasilnya 1,60 -1,69 1,58

Ikan Segar -10,74 1,12 1,99

Ikan Diawetkan -2,91 8,19 8,95

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,02 -0,04 -3,13

Sayur-sayuran 18,06 15,50 13,75

Kacang - kacangan 0,37 2,75 1,95

Buah - buahan 7,92 14,07 1,59

Bumbu - bumbuan -0,21 2,97 13,44

Lemak dan Minyak -0,01 1,57 6,66

Bahan Makanan Lainnya 0,09 1,61 9,90

KELOMPOK/SUBKELOMPOKJun-17

Sumber: BPS

Sumber : BPS

Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Bahan Makanan (%)

Grafik 3.7 .Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Grafik 3. 8. Perkembangan Harga Ikan Segar

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

54

mtm ytd yoy

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,12 8,51 9,29

Biaya Tempat Tinggal -0,14 3,81 3,79

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 5,15 26,61 33,69

Perlengkapan Rumahtangga 0,00 0,00 0,18

Penyelenggaraan Rumahtangga 0,09 0,68 1,81

KELOMPOK/SUBKELOMPOKJun-17

mtm ytd yoy

Sandang 0,49 0,99 3,31

Sandang Laki-laki 0,04 -0,20 4,08

Sandang Wanita -0,11 1,28 2,65

Sandang Anak-anak 2,11 2,67 3,32

Barang Pribadi dan Sandang Lain 0,19 0,56 3,09

KELOMPOK/SUBKELOMPOKJun-17

9,09% (yoy) dengan andil 0,05%. Komoditas sewa rumah juga menjadi komoditas dengan inflasi

tinggi dari kelompok ini dengan peningkatan harga 7,86% (yoy) dan andil 0,23%.

Kelompok sandang mengalami peningkatan harga pada akhir triwulan II 2017

Laju inflasi kelompok sandang tercatat 3,31% (yoy) dengan andil inflasi mencapai 0,18%. Konsumsi

sandang laki-laki menjadi sub-kelompok yang mengalami inflasi tertinggi mencapai 4,08% (yoy)

dengan andil 0,06%. Komoditas komoditas kemeja panjang katun dan baju kaos tanpa kerah menjadi

komoditas penyumbang inflasi tertinggi masing-masing mencapai 0,03 dan 0,02%. Sementara dari

sisi sub-kelompok sandang wanita dan sub-kelompok sandang anak, masing-masing mengalami

peningkatan indeks 2,65% (yoy) dan 3,32% (yoy), sehingga masing-masing menyumbangkan inflasi

0,04%. Peningkatan harga dari komoditas Sandang disebabkan karena meningkatnya permintaan

khususnya pada saat perayaan hari raya besar keagamaan terutama Hari Raya Idul Fitri.

Kelompok kesehatan mengalami inflasi 3,06% (mtm) dengan andil inflasi 0,12%. Andil

kelompok kesehatan disumbangkan oleh sub-kelompok obat-obatan dan perawatan jasmani dan

kosmetika. Pada sub-kelompok perawatan jasmani dan kosmetika didorong oleh peningkatan harga

komoditas sabun mandi, parfum dan bedak yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,03%,

0,02% dan 0,01%. Sementara itu, inflasi dari sub-kelompok obat-obatan didorong oleh peningkatan

mtm ytd yoy

Kesehatan 0,39 1,44 3,06

Jasa Kesehatan 0,00 0,11 0,11

Obat-obatan 0,64 1,44 4,10

Jasa Perawatan Jasmani 0,00 0,00 0,00

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0,61 2,53 5,15

KELOMPOK/SUBKELOMPOKJun-17

Sumber: BPS

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (%)

Sumber: BPS

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Sandang (%)

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Kesehatan (%)

Sumber: BPS

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

55

harga pada komoditas obat dengan resep dan obat gosok yang masing-masing menyumbang inflasi

dengan angka 0,01% terhadap inflasi tahunan.

Jasa pendidikan terutama biaya akademi/perguruan tinggi menjadi pendorong utama inflasi dari

kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok

pendidikan, rekreasi, dan olahraga mencapai 4,80% (yoy) dan pada akhir triwulan II 2018

menyumbang inflasi 0,30%. Komoditas utama penyumbang inflasi berasal dari sub kelompok jasa

pendidikan khususnya dari komoditas biaya akademisi/perguruan tinggi, sekolah dasar dan sekolah

menengah pertama yang masing-masing memberikan andil 0,15%, 0,12% dan 0,025%. Sedangkan

dari sub kelompok olahraga, inflasi disumbangkan oleh komoditas sepatu olahraga pria dengan andil

0,001%.

Inflasi yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan didorong oleh

peningkatan tarif angkutan udara. Pada triwulan laporankelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan mengalami inflasi 6,46% (yoy) dengan inflasi dari tarif angkutan udara 8,10% (yoy) dengan

andil 0,28%. Selain angkutan udara, meningkatnya tarif pulsa ponsel 11,95% (yoy) dengan andil

0,25% juga turut menjadi pendorong tekanan terhadap inflasi tahunan dari kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan. Peningkatan tarif angkutan udara didorong oleh meningkatnya

permintaan masyarakat pada saat Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, sementara kenaikan tarif pulsa

ponsel didorong dengan semakin mudahnya masyarakat untuk memperoleh ponsel dengan harga

yang terjangkau dan stabilnya sinyal 4G di Kota Palu sehingga permintaan akan tarif pulsa ponsel ikut

meningkat. Penundaan penurunan tarif interkoneksi 2017 yang direncanakan di triwulan I 2017, turut

mempengaruhi peningkatan harga dari komoditas tarif pulsa ponsel.

Tabel 3.10.Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (%)

mtm ytd yoy

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,25 0,29 4,80

Jasa Pendidikan 0,00 0,00 7,66

Kursus-kursus/Pelatihan 0,00 2,78 2,78

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 1,98 1,54 1,87

Rekreasi 0,00 0,00 -3,58

Olahraga 0,00 0,00 0,47

KELOMPOK/SUBKELOMPOKJun-17

mtm ytd yoy

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 3,10 6,52 6,46

Transpor 4,44 6,44 4,80

Komunikasi dan Pengiriman 0,00 2,48 6,42

Sarana dan Penunjang Transpor 0,00 16,35 22,61

Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00

KELOMPOK/SUBKELOMPOKJun-17

Sumber: BPS

Tabel 3.9. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (%)

Sumber : BPS

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

56

3.5. Disagregasi Inflasi

a. Volatile food

Kelompok volatile food mencatatkan inflasi 0,02% (mtm) atau 3,02% (yoy) pada akhir triwulan

II 2017. Inflasi volatile food cukup terkendali yang tercermin dari adanya penurunan harga pada

komoditas ikan cakalang, ikan ekor kuning, ikan ekor layang, bawang putih, bawang merah dan jeruk

ikan kembung di akhir triwulan II 2017. Komoditas ikan cakalang mengalami penurunan indeks harga

mencapai 28,31% (mtm) dan memberikan andil inflasi -0,26%. Ikan ekor kuning mengalami

penurunan harga 27,96% dan memberikan andil inflasi sebesar -0,21%.

Beberapa komoditas yang menyumbangkan inflasi dari kelompok volatile food adalah tomat

buah dan cabai rawit. Berdasarkan hasil SPH, harga rata-rata tomat buah di pasar tradisional

mengalami peningkatan yakni dari Rp5.393,- per Kg pada triwulan I 2017 menjadi Rp8.615,- per Kg

pada triwulan II 2017 atau mengalami peningkatan harga sebesar 60%. Begitu juga dengan

komoditas cabai rawit yang mengalami peningkatan harga di akhir triwulan II 2017. Sementara itu,

peningkatan harga tomat buah yang terpantau di pasar modern juga mengalami peningkatan yakni

dari Rp10.229,- per Kg menjadi Rp15.100,- per Kg pada triwulan laporan. Perbedaan harga komoditas

di pasar tradisional dan modern disebabkan adanya perbedaan kemasan, dimana harga komoditas

beras di pasar modern lebih mahal karena telah dikemas dengan baik untuk memenuhi preferensi

konsumen dengan tingkat pendapatan menengah ke atas.

b. Administered Prices

Kelompok administered prices mengalami peningkatan laju inflasi 3,94% (mtm) dari bulan

sebelumnya atau secara tahunan mencatatkan inflasi 11,50% (yoy). Salah satu komoditas yang

mengalami tekanan selama triwulan II 2017 adalah tarif listrik dan tarif angkutan udara. Tarif listrik

mengalami kenaikan indeks 7,39% (mtm) atau 54,65% (yoy). Kenaikan indeks harga tidak terlepas

dari adanya dampak kebijakan penyesuaian tarif pada konsumen golongan tarif listrik dengan daya

900 VA. Adanya penyesuaian tarif tersebut menyebabkan pelanggan dengan daya 900 VA akan

dipisahkan menjadi rumah tangga mampu dan rumah tangga miskin seiring dengan kebijakan

Pemerintah Pusat untuk memberikan subsidi tepat sasaran. Implikasi kebijakan tersebut menyebabkan

18,9 juta pelanggan listrik 900 VA9 yang masuk dalam kategori Rumah Tangga Mampu (RTM) di

Sulawesi Tengah akan mengalami pencabutan subsidi secara bertahap yang dimulai sejak 1 Januari

2017. Sementara jumlah masyarakat yang berhak mendapatkan subsidi miskin dan rentan miskin

golongan 900 VA hanya sebanyak 4,1 juta. Tarif angkutan udara mengalami kenaikan indeks 18,13%

(mtm) atau 8,10% (yoy), serta menyumbangkan andil inflasi 0,28% terhadap inflasi tahunan dan

0,64% terhadap inflasi bulanan. Peningkatan tarif angkutan udara dipengaruhi oleh adanya

peningkatan arus penumpang terkait dengan acara Kongres Nasional PMII yang dibuka langsung oleh

Presiden RI dan seiring berlangsungnya perayaan terkait Ramadhan dan Idul Fitri.

9 Data TNP2K

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

57

c. Core Inflation

Inflasi kelompok inti mengalami kenaikan indeks 3,62% (yoy) dan 0,03% (mtm). Beberapa

komoditas pada kelompok inti yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah mobil 4,69% (yoy)

dengan andil 0,10% terhadap inflasi tahunan, pemeliharaan/servis 19,36% (yoy) dengan andil 0,11%

terhadap inflasi tahunan, dan sandang laki-laki yang meningkat 4,08% (yoy) dengan andil 0,06%

terhadap inflasi tahunan. Peningkatan komoditas inti, terutama mobil dan pemeliharaan/servis

berhubungan dengan aktivitas arus mudik masyarakat antar daerah melalui darat, dimana permintaan

untuk kebutuhan perbaikan dan pemeliharaan kendaraan mengalami peningkatan karena sebagian

besar masyarakat membutuhkan komoditas tersebut guna menjamin keamanan dan kenyamanan

dalam perjalanan mudik.

3.6. Prospek Inflasi (Tracking Triwulan III 2017)

Memasuki awal triwulan III 2017, Kota Palu mengalami penurunan inflasi seiring dengan

berakhirnya Ramadhan dan Idul Fitri. Inflasi yang terjadi pada Juli 2017 mencapai 0,05% (mtm),

sedangkan inflasi tahunan di Kota Palu berada pada 4,87% (yoy). Penurunan inflasi Kota Palu pada

awal triwulan III dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat terutama dari kelompok

administered prices yaitu tarif angkutan udara sebesar -10,30% (mtm) dan memberikan andil sebesar

-0,36%. Penurunan tarif angkutan udara dipengaruhi oleh turunnya permintaan pasca Hari Raya Idul

Fitri seiring dengan berakhirnya musim mudik. Hal ini sejalan dengan Survei Pemantauan Harga (SPH)

yang dilakukan Bank Indonesia terutama untuk komoditas angkutan udara low fare yang rata-rata

mengalami penurunan -24,74%. Dampak kenaikan tarif listrik yang sebelumnya menjadi komoditas

penyumbang inflasi utama dari kelompok administered prices, dampaknya sudah berkurang sehingga

tidak mengalami perubahan harga di Juli 2017.

Komoditas lainnya yang mendorong penurunan inflasi Juli 2017 adalah sepeda motor dan kendaraan

carter yang masing-masing mengalami penurunan indeks mencapai -2,53% (mtm), dan -14,53%

(mtm). Penurunan ini juga tidak lepas dari dampak berakhirnya tahun ajaran baru serta Ramadhan dan

Idul Fitri. Walaupun kelompok inti secara umum relatif stabil, namun kelompok sandang justru

3.9. Inflasi berdasarkan Kelompok-Disagregasi

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

58

mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi di Juli 2017 sebesar 0,12%. Sub kelompok utama

penyumbang inflasi adalah sandang anak-anak dan sandang wanita yang masing-masing mengalami

peningkatan harga sebesar 0,71% (mtm) dan 0,14% (mtm). Kenaikan sandang anak-anak

disebabkan karena meningkatnya permintaan terkait dengan libur sekolah dan persiapan tahun ajaran

baru bagi pelajar di Sulawesi Tengah

Tekanan inflasi kelompok volatile food cukup terkendali, walaupun secara umum masih

mengalami peningkatan indeks harga dalam skala terbatas mencapai 0,01% (mtm) atau 1,05%

(yoy). Inflasi dari kelompok volatile food disebabkan oleh peningkatan harga dari komoditas bawang

merah, ikan ekor kuning, tomat buah, ikan layang dan ikan cakalang. Komoditas bawang merah

mengalami peningkatan indeks harga mencapai 36,77% (mtm) dengan andil inflasi 0,16% dan Ikan

ekor kuning mengalami peningkatan harga 25,38% dengan memberikan andil inflasi sebesar 0,14%.

Berdasarkan perkembangan terkini tersebut, diperkirakan arah pergerakan inflasi pada akhir

triwulan III 2017 akan meningkat. Hari Raya Idul Adha diperkirakan akan memberikan tekanan

inflasi kepada kelompok administered prices seiring dengan libur panjang Idul Adha dan kelompok

volatile foods di triwulan III 2017 terutama untuk komoditas kelompok bahan makanan. Kondisi cuaca

buruk dapat menyebabkan terjadinya gagal panen yang diperkirakan terjadi di akhir triwulan III.

dMenjelang awal triwulan IV 2017, diperkirakan juga akan memberikan tekanan kepada komoditas

kelompok volatile foods. Fenomena perdagangan antar wilayah yang sering terjadi di Sulawesi Tengah

juga dapat berdampak pada turunnya persediaan pasokan di Sulawesi Tengah.

Adanya event Nasional yang akan diselenggarakan di Sulawesi Tengah selama triwulan III 2017 seperti

balap sepeda Internasional tours de celebes, HUT RI 2017, dan acara Teknologi Tepat Guna

diperkirakan akan memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan di Sulawesi Tengah

sepertiTeknologi Tepat Guna. Acara Teknologi Tepat Guna di Kabupaten Parigi Moutong tersebut

direncanakan akan dibuka langsung oleh Presiden RI, dan diperkirakan akan dihadiri sekitar 7.000

tamu undangan.

Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4±1% (yoy). Koordinasi

kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama

dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices, sehingga sejalan dengan

kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food.

3.7. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Sepanjang triwulan II 2017, telah dilaksanakan beberapa kegiatan untuk memperkuat koordinasi dan

inovasi program TPID Provinsi Sulawesi Tengah diantaranya adalah :

1. Pada tanggal 15 Mei 2017, TPID Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan High Level Meeting

(HLM) TPID sebagai persiapan TPID dalam mengantisipasi inflasi menjelang Ramadhan dan Idul

Fitri. Adapun HLM dibuka langsung oleh Ketua TPID Provinsi Sulawesi Tengah dengan hasil dari

pertemuan tersebut adalah sebagai berikut :

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

59

a. Butir-butir hasil HLM

i. Inflasi Provinsi Sulawesi Tengah pada April 2017 tercatat 0,46% (mtm) atau 5,09%

(yoy). Realisasi inflasi bulanan tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan April

2016 yang mengalami deflasi 5,08%(yoy) atau -0,53% (mtm). Realisasi inflasi

tahunan relatif sama dengan posisi yang sama tahun lalu yang mencapai 5,08%

(yoy). Sedangkan secara ytd, laju inflasi Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 2,34%

(ytd), yang berarti di atas inflasi Nasional dan Sulampua masing-masing 1,28% (ytd)

dan 1,62% (ytd).

ii. Tingginya inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administered Prices (AP). Hal ini

tidak terlepas dari dampak kebijakan kenaikan tarif listrik oleh Pemerintah secara

berkala sejak Januari 2017.

iii. Inflasi dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Survei Biaya Hidup

(SBH)yang dilakukan BPS untuk perhitungan inflasi Sulawesi Tengah hanya dilakukan

di Kota Palu. SBH dimaksudkan untuk mendapatkan komoditas yang biasa

dikonsumsi masyarakat dan bobotnya terhadap total pengeluaran rumah tangga.

Untuk Kabupaten lain yang belum di survei SBH, dalam menghitung inflasinya dapat

menggunakan pendekatan sister city dengan menggunakan SBH (Kota Palu).

Kedepan BPS diharapkan melakukan penghitungan kota inflasi lain selain kota Palu

sebagai contoh kota Banggai, Poso atau Toli-toli.

iv. Pada kelompok Volatile Food (VF) Beberapa komoditas yang sering memicu inflasi

sehingga perlu mendapat perhatian menjelang Ramadhan dan Idul Fitri adalah beras,

ikan cakalang, ikan selar, cabai rawit dan daging ayam.

v. Terkait dengan stok bahan pangan :

a) Stok beras Sulawesi Tengah akan bertahan hingga Oktober 2017.

b) Stok gula akan tersedia hingga 4 bulan ke depan.

c) Untuk bawang putih akan dilakukan impor sebesar 23 ton dan akan dijual di

bawah harga pasar.

d) Untuk bawang merah, telah dilakukan kerjasama dengan petani di Enrekang -

Sulawesi Selatan untuk menyediakan bawang selama Gerakan Stabilisasi Harga.

e) Untuk cabai, terdapat potensi siap panen sebanyak 4.500 batang cabai di Tolai

dan telah dilakukan panen perdana.

vi. Terkait dengan stok BBM dan LPG 3 kg:

a) Per tanggal 15 Mei 2017, BBM mencapai ketahanan stok 14 hari ke depan. Pola

ketahanan stok untuk setiap periode akan terus dipertahankan.

b) Per tanggal 15 Mei 2017, LPG 3 kg mencapai ketahanan stok 5 hari ke depan.

Pola ketahanan stok untuk setiap periode akan terus dipertahankan.

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

60

c) Realisasi penjualan LPG 3 kg Januari-April sebanyak 1.100.000 tabung. Pertamina

akan mempersiapkan 1.300.000 tabung (peningkatan 19%) untuk menjamin

stok Mei-Juni.

vii. Bulog akan melaksanakan Gerakan Stabilisasi Harga pada tanggal 17 Mei 2017

selama 2 minggu. Sementara itu, Polda juga telah membentuk Tim Satgas Pangan

dan telah menyusun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian harga

termasuk kegiatan sidak bersama ke pasar.

viii. Akan dicanangkan program BBM 1 harga di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Banggai

Kepulauan, Kabupaten Tojo Una-Una tepatnya di Togean dan Kabupaten Sigi.

b. Rekomendasi

i. Diharapkan BUMN terutama perbankan dapat menyalurkan CSR sebagai bentuk

subsidi harga komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi di Provinsi Sulawesi

Tengah. CSR juga dapat diberikan dalam bentuk insentif kepada pengecer yang

bersedia melakukan penjualan komoditas sesuai dengan harga Pemerintah.

ii. TPID Provinsi Sulawesi Tengah diharapkan dapat meyakinkan masyarakat akan

program pengendalian harga yang dilakukan oleh TPID untuk menjaga ekspektasi

inflasi masyarakat.

iii. Bagi Kabupaten yang ingin melakukan perhitungan inflasi di wilayahnya, sementara

belum terdapat Survei Biaya Hidup (SBH) oleh BPS, dapat dilakukan dengan

menggunakan bobot inflasi kota Palu sebagai permulaan sebelum melakukan

penghitungan SBH sendiri.

iv. Untuk perhitungan inflasi Nasional, kedepan diharapkan tidak hanya dilakukan di

Kota Palu, akan tetapi juga di Kota lain agar lebih menggambarkan inflasi Sulteng

yang lebih utuh.

v. Bila dipandang perlu, TPID Provinsi Sulawesi Tengah dapat merumuskan strategi baru

untuk mengendalikan inflasi.

vi. Dinas Perhubungan perlu melakukan penambahan penerbangan (extra flight), untuk

mengantisipasi melonjaknya penumpang pada saat Lebaran.

vii. Dinas Perhubungan diharapkan dapat melakukan pemeriksaan perpindahan barang

yang menjadi komoditas perdagangan dan Balai Karantina diharapkan dapat

mendata pengiriman barang perdagangan yang masuk maupun keluar dari dan ke

wilayah kerjanya.

viii. Melakukan edukasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan konsumsi secara

berlebihan terutama pada saat Ramadhan hingga Idul Fitri, serta menginformasikan

kepada masyarakat bahwa ketersediaan pasokan pangan mencukupi.

ix. Perlu dilakukan sidak ke beberapa lokasi pasar dan gudang, guna memastikan tidak

ada pihak-pihak yang menimbun barang. Polda dan KPPU serta instansi terkait dapat

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

61

bekerjasama untuk mengatasi distribusi barang dan permasalahan tidak bekerjanya

pasar secara sempurna.

x. Perlunya menambah luas tanam di Kabupaten penyangga untuk meningkatkan

produksi diantaranya beras dan kentang, guna menjaga ketersediaan pangan di

Sulawesi Tengah.

2. Pada Mei 2017, TPID Kota Palu melaksanakan Rapat Koordinasi TPID Kota Palu dengan KPw BI

Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 24 Mei 2017. Rapat dilaksanakan dalam rangka

mengkoordinasikan langkah-langkah dalam mengantisipasi kenaikan harga menjelang Ramadhan

di Kota Palu. Adapun hasil dari pertemuan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Butir-butir hasil Rapat

i. Rapat dilaksanakan dalam rangka mengkoordinasikan langkah mengantisipasi

kenaikan harga menjelang Ramadhan di Kota Palu.

ii. Inflasi bersumber dari 2 sisi yaitu sisi demand yang dipengaruhi oleh meningkatnya

permintaan masyarakat dan sisi supply yang dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan

dan rantai distribusi.

iii. Inflasi Kota Palu April 2017 tercatat 0,46% (mtm) dan 5,09% (yoy) dengan komoditas

penyumbang inflasi utama dari kelompok administered prices yaitu kenaikan tarif

listrik.

iv. Beberapa tindakan yang dilakukan TPID Sulawesi Tengah dalam mengendalikan inflasi

menjelang Ramadhan adalah menggelar pasar murah yang dilakukan selama 2 minggu

oleh Bulog. Selain itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah

juga menggelar pasar murah pada 23-24 Mei 2017, yang disubsidi oleh BI.

Direncanakan seminggu sebelum Lebaran, Disperindag Provinsi Sulawesi Tengah

bekerjasama dengan BI juga akan menggelar pasar murah lagi.

v. Untuk menjaga kontinuitas produksi bahan pangan, BI turut membantu pengendalian

inflasi dengan mengembangkan klaster di beberapa wilayah sentra produksi bahan

pangan Sulawesi Tengah (Kabupaten Sigi, Parigi dan Donggala).

vi. Secara umum beberapa komoditas tercatat surplus, namun dikarenakan terjadi

perdagangan antar daerah ke provinsi lain yang defisit maka pasokan bahan pangan di

Kota Palu juga menjadi berkurang.

vii. Harga komoditas penting selama 3 minggu terakhir terpantau stabil. Bawang merah

dan cabai rawit merah mengalami penurunan harga. Komoditas daging ayam ras

terpantau cukup dan akan terus mendapatkan pasokan dari peternak lokal Palu.

viii. Ketersediaan stok beras Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sebesar 2,3 ton dan

akan dilakukan penambahan 5 ton di Juni 2017. Stok yang tersedia akan digunakan

untuk intervensi pasar ketika terjadi kerawanan pangan.

ix. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palu sedang melakukan survei kekuatan

pasokan daerah penyangga dan akan dikaitkan dengan permintaan akan masing-

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

62

masing komoditas pangan strategis, sehingga Pemkot Palu dapat memperkirakan

kebutuhan dan ketersediaan pasokan yang tersedia selama Ramadhan dan Idul Fitri.

x. Bank Indonesia akan melakukan survei ke area pertanian yang terdapat di daerah

Bayoge dalam rangka mendukung pengembangan produksi hortikultura.

b. Rekomendasi

i. Perlu menjadi perhatian bersama khususnya untuk komoditas bawang putih,

mengingat pasokan untuk komoditas tersebut masih mengandalkan impor.

ii. Perlu dilakukan penambahan jadwal penerbangan untuk mengantisipasi lonjakan

penumpang angkutan udara pada Ramadhan dan Idul Fitri, agar harga tiket pesawat

tidak naik tajam.

iii. Melakukan himbauan kepada masyarakat baik melalui media cetak dan elektronik

untuk tidak berbelanja berlebihan dan meyakinkan masyarakat bahwa pasokan

kebutuhan pokok masih tercukupi.

iv. Pasar murah yang dilakukan oleh Bulog diharapkan tidak hanya dilaksanakan selama 2

minggu tetapi dapat diperpanjang waktunya.

v. Menggalakkan kegiatan gerakan menanam tanaman pangan di pekarangan rumah

atau pinggiran gang/lorong untuk mengurangi tekanan inflasi khususnya komoditas

cabai.

vi. Melakukan sidak kepada distributor untuk mencegah penimbunan stok dan menindak

secara tegas pihak-pihak yang mempermainkan harga.

vii. Menggunakan lumbung pangan yang dimiliki oleh Pemkot Palu menjadi salah satu RPK

Bulog.

viii. Perlunya perbaikan fasilitas umum khususnya pasar di Kota Palu, agar pasokan

komoditas yang masuk ke Kota Palu dapat tertampung dengan baik.

3. Pada Juni 2017 telah dilaksanakan kegiatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah yaitu Rapat

Koordinasi Terbatas TPID Provinsi Sulawesi Tengah. Rapat Koordinasi Terbatas dilaksanakan pada

tanggal 19 Juni 2017 dengan tujuan membahas tingginya inflasi Sulawesi Tengah periode Mei

2017 dan antisipasi yang diambil untuk mengendalikan inflasi ke depannya. Adapun hasil dari

pertemuan tersebut adalah sebagai berikut :

c. Butir-butir hasil Rapat

i. TPID Provinsi Sulawesi Tengah telah mengambil tindakan dalam mengantisipasi

kenaikan harga menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Rapat koordinasi

terbatas dilakukan sebagai tindak lanjut untuk mengevaluasi tindakan yang telah

diambil TPID dan juga sekaligus menentukan langkah-langkah strategis selanjutnya

dalam pengendalian inflasi Sulawesi Tengah.

ii. Pemerintah telah mengambil tindakan pengendalian inflasi sebelum Ramadhan tiba, di

antaranya yaitu penetapan HET, penetapan satgas pangan POLDA, gerakan stabilisasi

pangan dan pendirian RPK oleh Bulog. Selain itu, telah dilaksanakan pasar murah oleh

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

63

beberapa instansi, dan TPID juga melakukan pemantauan langsung ke pasar-pasar di

Kota Palu. Selain itu TPID juga menghimbau masyarakat untuk tidak berbelanja secara

berlebihan, yang dilakukan melalui beberapa media di antaranya melalui billboard,

radio dan televisi.

iii. Untuk mengatasi kenaikan harga juga dilakukan intervensi langsung ke pasar dengan

mengumpulkan pedagang-pedagang yang mau berkomitmen untuk menjual barang

sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk

memotong jalur distribusi yang cukup panjang.

iv. Inflasi pada komoditas ikan, disebabkan berkurangnya pasokan yang disebabkan

adanya perdagangan antar daerah terutama ke Kalimantan.

v. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah tidak memberikan lagi

rekomendasi untuk melakukan perdagangan antar pulau dan juga telah diatur

mekanisme perizinan untuk membongkar hasil tangkapan ikan di pelabuhan

pangkalan yang ditetapkan.

vi. Inflasi ytd Provinsi Sulawesi Tengah telah mencapai 3,16% dan merupakan inflasi

tertinggi selama 5 tahun terakhir. Sejak tahun 2014, pola inflasi Sulawesi Tengah mulai

berubah sehingga sulit memprediksi pergerakan inflasi di Sulawesi Tengah.

vii. Kebijakan pemerintah pusat (tarif listrik, STNK) merupakan salah satu faktor yang

memberikan dampak terhadap tingginya tekanan inflasi Sulawesi Tengah.

viii. Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan, BPS membentuk tim evaluasi

harga yang melakukan perbandingan harga dengan instansi lain salah satunya

Disperindag sebagai salah satu langkah kehati-hatian BPS dalam melakukan

penghitungan inflasi Sulawesi Tengah.

ix. Masing-masing komoditas yang menjadi penghitungan inflasi memiliki bobot

tersendiri, dimana bobot tersebut dievaluasi secara periodik. Inflasi bukan

perbandingan harga yang tinggi dan rendah namun memperhatikan berapa besar

perubahan harganya.

d. Rekomendasi

i. TPID Provinsi Sulawesi Tengah perlu untuk memperhatikan beberapa komoditas yang

akan mengalami kenaikan harga yaitu tarif listrik, tarif angkutan udara dan tahun

ajaran baru sekolah.

ii. BPS Provinsi Sulawesi Tengah perlu memperhatikan kembali pembobotan beberapa

komoditas penting di Sulawesi Tengah khususnya dari kelompok ikan segar.

iii. TPID perlu untuk mencari komoditas substitusi dari kelompok ikan segar laut untuk

menekan ketergantungan masyarakat akan kebutuhan ikan air laut.

iv. TPID Provinsi Sulteng perlu untuk memberikan himbauan kepada nelayan untuk lebih

mengutamakan menjual tangkapan di pasar lokal sebelum menjual ke provinsi lain.

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

64

4. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tengah juga melaksanakan Rapat Evaluasi

TPID Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 14 Juli 2017. Rapat dilaksanakan untuk mengevaluasi

kegiatan pengendalian inflasi selama semester I 2017 dan membahas kegiatan pengendalian

inflasi yang akan dilakukan selama semester II 2017. Adapun hasil dari pertemuan tersebut adalah

sebagai berikut :

a. TPID perlu memperhatikan beberapa hal yaitu upaya perbaikan tata niaga, penyimpanan dan

distribusi komoditas pangan, serta isu perdagangan antar daerah. Selain itu, perlu untuk

melakukan pemetaan daerah produksi di Sulawesi Tengah, dan menghimbau pedagang

untuk melakukan pemenuhan kebutuhan untuk Provinsi Sulteng terlebih dahulu sebelum

melakukan perdagangan antar daerah. Disamping itu perlu juga untuk membuat MoU

sebagai payung hukum dalam perdagangan antar daerah.

b. Pemprov Sulawesi Tengah akan berkoordinasi dengan perusahaan maskapai penerbangan

untuk menambah jumlah penerbangan dari/ke Palu. TPID juga perlu mengusulkan

pemberlakuan ceiling price atau batas tertinggi dari harga tiket pesawat udara pada

Rakornas yang akan diselenggarakan tanggal 27 Juli 2017.

c. TPID akan berkoordinasi dengan Hiswana Migas untuk mengusulkan agar dapat ditetapkan 1

(satu) harga untuk LPG 3 kg. Disamping itu Pemprov Sulawesi Tengah perlu

mengontrol/sidak ke pangkalan LPG 3 kg guna memberikan efek jera terkait dengan

permainan harga dan penimbunan LPG 3 kg yang sering terjadi.

d. Pada semester II, Bulog akan tetap melakukan kegiatan pasar murah dan turun langsung ke

pasar untuk mengendalikan harga komoditas.

e. Untuk menambah pasokan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura sedang

mengembangkan tanaman tomat dan bawang merah dengan memanfaatkan lahan tidur.

f. Disperindag Sulteng perlu untuk mulai mengembangkan program hilirisasi agar pada saat

produksi komoditas melimpah dapat diserap sehingga harganya tidak jatuh.

g. TPID Provinsi Sulawesi Tengah perlu menjaga stok komoditas ikan dengan membangun

infrastruktur pendukung. Selain itu juga perlu membudidayakan ikan air tawar sebagai

komoditas alternatif atau substitusi terutama di saat pasokan ikan laut berkurang.

5. Selain koordinasi yang dilakukan antar anggota TPID di Provinsi Sulawesi Tengah, TPID Provinsi

Sulawesi Tengah juga turut aktif dalam kegiatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi

dengan TPID di Kawasan Timur Indonesia melalui Rapat Koordinasi Wilayah TPID KTI pada tanggal

6-7 Juni 2017. Dari pertemuan tersebut, terdapat 3 (tiga) hal yang akan disampaikan di Rapat

Koordinasi Nasional TPID yaitu :

a. Penguatan kelembagaan TPID, baik melalui upaya pembentukan TPID di beberapa

Kabupaten/Kota yang belum ada TPID-nya, maupun melalui penerbitan Peraturan Presiden

yang mengatur struktur dan mekanisme kelembagaan TPI, Pokjanas TPID dan TPID.

b. Penguatan kerangka Kerjasama Antar Daerah (KAD) melalui:

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

65

i. Pemasukan KAD dalam perencanaan wilayah, RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD serta

dalam penyusunan RAPBD

ii. Penerbitan instruksi kementerian terkait

iii. Penyusunan roadmap KAD dalam mendukung pengendalian inflasi daerah

c. Pembahasan dan evaluasi bersama dengan BPS mengenai metode perhitungan inflasi tarif

angkutan udara antara lain; kemungkinan pengklasifikasian/pencacahan tarif angkutan udara

seperti halnya komoditas beras (kualitas rendah, medium premium) sehingga indeks tarif

angkutan udara yang muncul merupakan angka weighted indeks dari keseluruhan klasifikasi

angkutan udara. Selain itu, perlu adanya penambahan frekuensi penerbangan serta dukungan

operasional bandara 24 jam untuk merespon tingginya permintaan jelang hari besar

keagamaan/hari libur nasional/hari libur sekolah.

Hasil yang diperoleh dalam Rakorwil tersebut kemudian ditindaklanjuti lebih lanjut dalam Rapat

Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi pada 27 Juli 2017 yang dibuka oleh Presiden RI.

6. Bank Indonesia dan TPID Provinsi Sulawesi Tengah juga telah mengambil langkah-langkah

antisipasi inflasi menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri yaitu:

a. BI Sulteng telah melakukan upaya moral suasion berupa himbauan melalui radio yang

disiarkan melalui RRI Sulteng. Rekaman himbauan tersebut disiarkan secara off-air selama

Ramadhan berlangsung.

b. BI Sulteng bersama TPID melaksanakan Talkshow membahas kesiapan TPID selama

Ramadhan dan Idul Fitri yang disiarkan secara langsung oleh TVRI Sulteng pada 1 Juni 2017,

dengan menghadirkan beberapa narasumber dari anggota TPID, yakni BI, Kepala

Disperindag, Kepala Bulog, dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Sulteng.

c. BI Sulteng memasang iklan layanan masyarakat agar berbelanja bijak dengan mengusung

TPID ada, Stok

di tempat-

tempat strategis di Kota.

d. TPID melalui Bulog juga menyenggarakan Gerakan Stabilisasi Harga Pangan selama dua

minggu yang dimulai pada tanggal 17 Mei 2017.

e. TPID juga telah menyelenggarakan pasar murah yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei - 24

Mei 2017. Selanjutnya pada tanggal 16 - 17 Juni 2017 akan digelar pasar murah kedua. BI

turut berkontribusi pada kegiatan pasar murah tersebut.

f. Polda Sulteng juga telah membentuk Tim Satgas Pangan dan telah menyusun langkah-

langkah pengendalian harga.

g. Pada tanggal 30 Mei 2017, BI Sulteng bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Sulteng

melakukan sidak ke pasar tradisional Masomba. Selanjutnya pada 1 Juli 2017, BI Sulteng

bersama-sama dengan Walikota Palu dan KPPU melakukan sidak ke pasar Inpres Manonda.

h. TPID melalui Dinas Perhubungan akan segera menyurati maskapai penerbangan untuk

menambah jumlah penerbangan (extra flight) sebagai bentuk mengantisipasi potensi

meningkatnya permintaan transportasi angkutan udara menjelang hari raya lebaran.

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

66

---oOo---

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

67

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Kinerja korporasi di Sulawesi Tengah pada triwulan II

2017 secara umum masih terjaga dengan baik, namun

perlu antisipasi terkait potensi risiko melambatnya

ekonomi global dan turunnya daya beli masyarakat.

Kinerja sektor rumah tangga secara umum juga cukup

baik yang tercermin dari masih positifnya pertumbuhan

kredit konsumsi dan nilai IKK yang masih tinggi. Kondisi

kredit perumahan maupun kendaraan bermotor secara

umum masih cukup positif dengan tingkat NPL yang

masih terjaga.

Perbankan perlu mencermati penurunan kualitas kredit

motor di Banggai, dan kredit sektor perumahan di kota

Palu dan Morowali.

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan daerah secara umum tetap solid, baik di sektor

Korporasi, sektor Rumah Tangga maupun sektor Perbankan

NPL

3,13% KREDIT

9,15% DPK

5%

RASIO GROWTH

O

GROWTH

O

Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate digunakan sebagai suku bunga

kebijakan baru sebagai pengganti BI rate dan berlaku efektif

pada 20 Juli 2017.

Bank Indonesia akan terus berupaya menjaga stabilitas

makroekonomi di tengah ketidakpastian global, dan menjaga

pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan

makroprudensial yang akomodatif

Deposit

Lending

4,00%

5,50%

Facility

Facility

7-Day

Repo Rate

4,75%

Wisuda Inkubator Bisnis UMKM “Bina Tanantovea” dan

Seminar peningkatan kapasitas kepada UMKM Kota Palu

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

68

Secara keseluruhan kondisi stabilitas keuangan daerah baik di sektor korporasi, rumah tangga

maupun perbankan terjaga dengan baik. Meskipun demikian, terdapat beberapa sumber kerentanan

yang perlu menjadi perhatian bagi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Tengah. Perlambatan

perekonomian global yang telah dirasakan sejak tahun 2016 memberikan tekanan cukup besar pada

sektor korporasi di Sulawesi Tengah. Selain itu, ketahanan rumah tangga juga mengalami tekanan

walaupun secara umum masih terjaga. Menurunnya daya beli seiring dengan turunnya kemampuan

konsumsi masyarakat diperkirakan memberikan tekanan pada sektor rumah tangga. NPL motor yang

pada tahun 2016 cukup tinggi mulai menunjukkan perbaikan pada tahun 2017 dengan rasio NPL yang

turun hingga di bawah 5% membaik dari periode sebelumnya. Walaupun pada triwulan II 2017 terdapat

beberapa potensi risiko pada stabilitas keuangan khususnya dari sektor korporasi akan tetapi semakin

kondusifnya inflasi dan suku bunga domestik, diharapkan mampu menahan penurunan kualitas kredit

sehingga masih berada dalam batas aman.

4.1. Ketahanan Sektor Korporasi dan Rumah Tangga

Ketahanan korporasi dan rumah tangga merupakan salah satu komponen penting dalam menjaga

pertumbuhan ekonomi dan mencegah terjadinya risiko sistemik pada sistem keuangan. Ketahanan

korporasi merupakan indikator kemungkinan risiko terjadi kegagalan bayar dari sektor korporasi yang

dapat berdampak pada kegagalan di sektor-sektor yang lain khususnya sektor rumah tangga dan

perbankan di suatu daerah. Sementara itu ketahanan rumah tangga merupakan indikator dari

kemampuan bayar masyarakat terhadap semua kewajibannya di perbankan. Dengan demikian dalam

melakukan assesmen terhadap sektor keuangan menjadi sangat penting melihat kondisi ketahanan

rumah tangga karena akan menentukan aliran uang baik kepada perbankan maupun perekonomian

secara riil.

Jika ketahanan sektor korporasi dan ketahanan rumah tangga cukup baik maka stabilitas keuangan

daerah akan terjaga dengan baik. Peranan ketahanan korporasi sangatlah penting, karena kegagalan

dalam sektor korporasi dapat merambat kepada sektor rumah tangga melalui turunnya income

masyarakat sehingga dapat berdampak pada kegagalan sistem keuangan secara umum yang pada

akhirnya akan menurunkan kualitas pertumbuhan ekonomi secara riil pada suatu daerah. Apabila

kemampuan bayar masyarakat menurun maka akan berujung pada kegagalan bayar rumah tangga

terhadap kewajibannya yang dapat berdampak pada sektor perbankan dan sektor lainnya sehingga akan

merambat pada sistem keuangan secara umum. Kegagalan sistem keuangan di suatu daerah dapat

berdampak sistemik (menular) pada daerah lainnya karena adanya keterkaitan antara sistem keuangan

dan perbankan antar daerah. Oleh karena itu, kegagalan sistem keuangan harus dihindari, agar

pertumbuhan ekonomi tetap terjaga baik.

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Perkembangan perekonomian yang tumbuh tidak sekuat periode sebelumnya menjadi perhatian

utama dari sisi korporasi. Walaupun kondisi perekonomian pada triwulan laporan tumbuh lebih tinggi

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

69

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun secara umum pertumbuhan dari sektor utama

masih belum setinggi pertumbuhan pada tahun 2014 dan 2015. Kondisi ini disebabkan karena output

dari sektor pertambangan dan industri pengolahan yang merupakan salah satu sektor unggulan Sulawesi

Tengah tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan output yang dihasilkan

pada periode sebelumnya. Selain itu, harga komoditas internasional khususnya dari sektor pertambangan

walaupun sempat mengalami perbaikan pada awal triwulan I 2017, namun kembali turun pada triwulan

laporan (grafik 4.1). Kondisi ini menimbulkan adanya tekanan pada ketahanan sektor korporasi di

triwulan laporan.

Sumber kerentanan lainnya adalah adanya anomali cuaca yang diprediksi masih berlanjut hingga

Juni 2017. Kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi salah satu risiko bagi pelaku usaha yang bergerak

di sektor pertanian. Peralihan pola dari EL Nino yang bersifat kering ke iklim basah La Nina, menyebabkan

beberapa daerah sentra produksi pertanian mengalami gagal panen akibat banjir. Terjadinya gagal panen

menyebabkan turunnya keuntungan baik bagi perusahaan yang bergerak di bidang pertanian mengalami

penurunan keuntungan, sehingga dapat berdampak pada penurunan kualitas kredit mereka di

perbankan. Selain itu dampak banjir pada lahan pertanian yang dimiliki perorangan juga dapat

menimbulkan kerugian dan gagal bayar khususnya jika modal yang mereka pergunakan ketika

melakukan tanam padi diperoleh melalui hutang kepada perbankan atau lembaga pembiayaan. Cuaca

yang kurang mendukung selain berdampak pada tanaman pertanian juga pada tanaman perkebunan

khususnya cengkeh dan coklat yang juga banyak dimiliki masyarakat Sulawesi Tengah. Turunnya

keuntungan dari petani komoditas pangan maupun perkebunan dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi ketahanan keuangan karena 50% penduduk Sulawesi Tengah bekerja di sektor

pertanian.

Prediksi meningkatnya harga minyak dunia diperkirakan dapat mendorong struktur biaya korporasi

mengalami peningkatan. Pengaruh perkiraan kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2017 juga

dapat mendorong peningkatan biaya produksi korporasi. Meningkatnya harga minyak dunia juga

diprediksi akan disertai dengan adanya risiko pelemahan nilai rupiah, kondisi tersebut dapat mengubah

Grafik 4.1. Perkembangan Harga Komoditas 5 bln terakhir

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

70

rencana investasi dari perusahaan-perusahaan smelter yang selama ini banyak mengimpor barang-barang

modal.

4.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi

Ketahanan Korporasi pada triwulan II 2017 masih cukup baik, meski terdapat tekanan pada

beberapa sektor utama perekonomian Sulawesi Tengah. Ketahanan korporasi diantaranya terlihat dari

perkembangan kredit sektor utama di Sulawesi Tengah khususnya sektor Pertanian dan industri

pengolahan yang tumbuh 20,96%(yoy) dan 23,74%(yoy). Walaupun demikian, perkembangan kredit

sektor lainnya seperti pertambangan dan konstruksi menunjukkan perlambatan.

Tabel 4.1. Persepsi Akses Kredit dan Kondisi Keuangan Dunia Usaha

Baik Cukup Buruk Baik Cukup Buruk Baik Cukup Buruk

Akses Kredit 20.00% 40.00% 40.00% 15.38% 69.23% 15.38% 16.67% 66.67% 16.67%

Kondisi keuangan perusahaan berdasarkan likuiditas 34.43% 59.02% 6.56% 41.38% 48.28% 10.34% 36.84% 54.39% 8.77%

Kondisi keuangan perusahaan berdasarkan rentabilitas 22.95% 72.13% 4.92% 44.83% 46.55% 8.62% 42.11% 50.88% 7.02%

2016 2017

Q 2 2017Q 1 2017Persepsi Dunia Usaha Q 2 2016

Sumber : SKDU KPwBI Provinsi Sulawesi Tengah

Overview kualitas penyaluran kredit perbankan pada sektor utama perekonomian Sulawesi Tengah

masih cukup terjaga walaupun di beberapa sektor perlu mendapatkan perhatian lebih. Rasio NPL

kredit korporasi di Sulawesi Tengah secara umum mencapai 3,29% masih jauh di bawah batas aman NPL

kredit sebesar 5%. Walaupun demikian, NPL kredit korporasi pada triwulan laporan lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang tercatat 2,67%. Penurunan kualitas kredit

terjadi pada semua sektor utama pada triwulan laporan khususnya pada sektor konstruksi yang pada

triwulan laporan memiliki NPL 12,54%. Sektor lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah sektor

perdagangan yang memiliki NPL cukup tinggi tercatat 6,61%. Kondisi ini patut dicermati

perkembangannya ke depan, karena meningkatnya NPL merupakan indikasi dari turunnya ketahanan

sektor korporasi pada triwulan II 2017. Walaupun demikian secara umum, kondisi keuangan perusahaan

mulai menunjukkan perbaikan pada triwulan lapoan. Hal ini terlihat dari kondisi keuangan perusahaan

berdasarkan likuiditas pada kondisi buruk yang turun dari 10,34% pada triwulan I 2017 menjadi hanya

8,77% pada triwulan laporan. Selain itu,kondisi keuangan perusahaan berdasarakan rentabilitas pada

kondisi buruk yang juga menunjukkan penurunan dari 8,62% pada triwulan I 2017 menjadi 7,02%pada

triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba masih

cukup terjaga dan sedikit lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 4.1).1

1 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPwBI Sulteng Triwulan II 2017

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

71

Kualitas kredit korporasi di sektor industri pengolahan masih terjaga walaupun mengalami

penurunan pada triwulan II 2017. Pada triwulan II 2017 kualitas kredit pada Industri pengolahan

mengalami penurunan dari 3,99% pada triwulan I 2017 menjadi 4,86% pada triwulan laporan.

Walaupun demikian, turunnya kualitas kredit ini dikompenasasi oleh masih tumbuhnya penyaluran kredit

pada sektor tersebut. Pada triwulan laporan, kredit ke sektor pengolahan masih tumbuh tinggi 23,74%

lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 14,03%. Pada triwulan berikutnya diperkirakan

keuntungan perusahaan masih terjaga sehingga diharapkan tingkat NPL akan mengalami perbaikan. Hal

ini searah dengan indikator harga saham nikel dan amonia yang mulai menunjukkan perbaikan (Grafik

4.2 dan 4.3).

Tabel 4.2. Perkembangan Kredit Bank Umum Per Sektor

Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw II

Kredit-Sektor Ekonomi 18,018 18,545 19,048 19,075 19,931 20,336 20,971 21,338 22,411 22,569 23,228 23,565 24,305

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 844 878 940 989 1,034 1,061 1,101 1,150 1,200 1,210 1,262 1,315 1,452

Perikanan 67 68 71 84 88 93 100 106 113 111 115 119 123

Pertambangan dan Penggalian 75 102 99 96 99 105 102 100 102 103 100 96 88

Industri Pengolahan 251 221 210 210 213 214 222 230 243 243 251 262 301

Listrik, Gas dan Air 8 33 34 34 35 35 34 35 35 34 36 33 17

Konstruksi 527 545 526 495 573 616 563 503 644 646 639 587 619

Perdagangan Besar dan Eceran 5,234 5,265 5,355 5,512 5,668 5,598 5,743 5,886 6,219 6,173 6,289 6,441 6,565

Penyediaan Akomodasi dan Penyed. Makan Minum 279 280 287 282 271 269 268 271 289 284 289 300 298

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 155 154 160 154 153 151 154 151 152 147 152 138 140

Perantara Keuangan 281 268 254 248 290 299 277 255 231 215 191 123 109

Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 146 147 151 155 178 173 169 164 167 169 177 173 176

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0

Jasa Pendidikan 13 12 11 11 11 10 9 11 11 10 11 10 11

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 17 19 22 22 23 22 22 21 20 21 21 23

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan 224 253 257 259 254 243 249 249 285 323 292 275 281

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 21 23 25 26 28 27 26 22 22 21 20 20 19

Kegiatan yang belum jelas batasannya 78 35 45 23 8 8 7 9 16 4 3 2 11

Penerima Kredit bukan Lapangan Usaha 9,796 10,221 10,584 10,456 11,004 11,411 11,925 12,172 12,662 12,855 13,381 13,651 14,074

Keterangan2015 2016 20172014

Sumber : Bank Indonesia

Miliar rupiah

4.2. Indikator Harga Saham DKFT 4.3. Indikator Harga Saham ESSA

Sumber : Bloomberg

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

72

Ketahanan kredit korporasi sektor konstruksi semakin melemah yang tercermin dari rasio NPL yang

telah melampaui batas aman 5%. Melemahnya ketahanan korporasi sektor konstruksi ditandai dengan

Rasio NPL yang mencapai 12,54% jauh lebih tinggi dari tingkat NPL periode sebelumnya yang mencapai

11,12%.Kondisi ini patut menjadi perhatian utama khususnya dampaknya pada ketahanan sektor

korporasi secara umum. Selain itu pelaku usaha pembiayaan diharapkan agar tetap mengedepankan

prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit ke sektor ini untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

risiko yang lebih dalam. Walaupun demikian, diharapkan kedepan kredit sektor ini dapat tumbuh

mengingat positifnya pergerakan PDRB dari sektor konstruksi yang pada triwulan laporan tumbuh positif

sebesar 4,6%. Pertumbuhan sektor konstruksi berasal dari investasi baru di Sulwesi Tengah khususnya

dari sektor pengolahan.

Perkembangan kredit pada sektor pertanian di triwulan laporan lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif pada triwulan laporan mencapai 20,96%

yang dipengaruhi kondisi pertumbuhan output sektor pertanian yang juga mengalami peningkatan

karena kondisi panen raya. Hal ini juga mendorong rendahnya NPL pada triwulan laporan yakni sebesar

2,11% berada jauh dibawah batas aman 5%. Kredit perbankan pada sektor pertanian pada triwulan ini

juga terakselerasi mencapai 20,96% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan kredit dari petani yang

akan memulai menanam lagi khususnya memasuki musim tanam baru ataupun digunakan untuk kredit

bibit tanaman palawija sebelum sawah kembali ditanami padi kembali.

Kredit sektor perdagangan tumbuh melambat disertai dengan perubahan rasio NPL yang melewati

batas aman 5%. Pertumbuhan kredit sedikit mengalami perlambatan dari 9,42% (yoy) pada triwulan I

2017 menjadi 5,56% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara NPL pada triwulan laporan mencapai

6,61% sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 6,05%. Perlambatan penyaluran

kredit pada triwulan II 2017 lebih banyak didorong turunnya permintaan masyarakat yang pada akhirnya

berdampak pada turunnya aktivitas perdagangan secara umum. Banyaknya banjir dan buruknya cuaca

pada triwulan II 2017 membuat banyak petani yang mengalami gagal panen sehingga menurunkan

Grafik 4.4. Perkembangan Kredit Sektor Utama Grafik 4.5. NPL Sektor Utama Perbankan

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

73

pedapatan mereka. Turunnya pendapatan juga memberikan dampak pada turunnya aktivitas konsumsi

yang pada akhirnya memberikan dampak pada turunnya kinerja sektor perdagangan pada triwulan

laporan.

a. Asesmen Sektor Pertanian Kabupaten/Kota

Penyaluran Kredit Korporasi secara Kabupaten/Kota di sektor Pertanian cukup positif selama

triwulan laporan. Jika dilihat secara spasial per kabupaten/kota, pertumbuhan kredit sektor pertanian

tertinggi terjadi di Kabupaten Toli-Toli dengan pertumbuhan mencapai 76,66%(qtq) dan Kota Palu

mencapai 19,90%(qtq). Yang perlu menjadi perhatian adalah pertumbuhan kredit di Kabupaten

Morowali yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -15,59%(qtq) pada triwulan II 2017. Hal ini

cukup dipahami mengingat pesatnya pertumbuhan industri pengolahan di kawasan industri Morowali

yang menyebabkan prospek sektor pertanian menjadi semakin pesimis .

Share perkembangan kredit korporasi pertanian tertinggi masih berada di Kabupaten Banggai.

Kabupaten Banggai masih memiliki pangsa penyaluran kredit pertanian tertinggi yang mencapai 28,39%

dari seluruh kredit yang disalurkan pada sektor pertanian di Sulawesi Tengah. Penyaluran kredit terbesar

berikutnya terdapat pada kota Palu dengan share sebesar 25,60% dan kabupaten Parigi Moutong

dengan share sebesar 22,01%. Tingginya share kredit pertanian di Kabupaten Banggai disebabkan

karena penyaluran yang cukup tinggi pada tanaman sawit yang pada triwulan laporan mencapai Rp

253,01 milliar. Perkebunan sawit sendiri menjadi salah satu tanaman perkebunan yang cukup populer

karena hasilnya yang cukup banyak dengan perawatan yang relatif mudah.

Tabel 4.3. NPL Kabupaten/Kota Untuk Sektor Pertanian

Region 2015/Mar 2015/Jun 2015/Sep 2015/Dec 2016/Mar 2016/Jun 2016/Sep 2016/Des 2017/Mar 2017/Jun

Sulawesi Tengah 2.13% 2.20% 2.02% 1.77% 2.32% 2.45% 2.24% 1.72% 1.98% 2.11%

Kab. Poso 3.39% 3.06% 3.04% 2.42% 3.41% 3.30% 2.66% 2.27% 3.16% 3.69%

Kab. Banggai 0.32% 0.41% 0.34% 0.27% 0.30% 0.24% 0.23% 0.25% 0.39% 0.98%

Kab. Toli-Toli 2.88% 3.20% 3.71% 1.53% 2.39% 2.26% 1.98% 1.58% 3.21% 2.17%

Kab. Morowali 6.03% 6.64% 5.84% 5.65% 6.67% 6.84% 11.82% 10.91% 11.01% 12.71%

Kab. Parimou 0.83% 0.73% 0.80% 0.67% 0.85% 0.96% 0.79% 0.51% 0.81% 1.14%

Kota Palu 3.81% 4.26% 3.73% 3.77% 4.98% 5.79% 5.71% 4.21% 3.82% 3.02%

Sumber : Bank Indonesia

Kualitas Kredit korporasi pada sektor Pertanian secara spasial relatif terjaga. Walaupun penyaluran

kredit pertanian cukup tinggi namun tingkat NPL kredit di sektor tersebut relatif terjaga, tercermin dari

tingkat NPL dari hampir setiap daerah dari sektor ini yang berada dibawah level 5%. Namun demikian,

NPL pada Kabupaten Morowali masih cukup tinggi yang mencapai 12,71% lebih tinggi dari NPL periode

sebelumnya yang hanya mencapai 11,01%. NPL Kabupaten Morowali juga jauh di atas batas aman kredit

sebesar 5% dari total kredit yang disalurkan. Selain Kabupaten Morowali, kabupaten lainnya di Sulawesi

Tengah tercatat masih terjaga dibawah batas aman kredit 5%. Rendahnya kualitas kredit di Morowali

selain didorong oleh cuaca yang kurang mendukung yang mengakibatkan banjir juga disebabkan karena

banyaknya alih fungsi lahan khususnya dari areal pertanian subur menjadi perluasan tambang.

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

74

b. Asesmen Sektor Perdagangan Kabupaten/Kota

Perkembangan penyaluran kredit korporasi dari sektor perdagangan tumbuh cukup baik. Walaupun

demikian, meningkatnya rasio NPL korporasi pada sektor ini perlu mendapatkan perhatian. NPL korporasi

sektor perdagangan pada triwulan II 2017 berada pada 6,61% meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,05%. Tingkat NPL yang berada di atas batas aman pada sektor

perdagangan perlu mendapatkan perhatian lebih khususnya dari pelaku usaha sektor perdagangan dan

lembaga perbankan. Tingginya NPL pada triwulan laporan dibarengi dengan melambatnya pertumbuhan

kredit perdagangan yang tercatat 5,56%(yoy), atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat 9,42%(yoy). Melemahnya kredit dan NPL sektor perdagangan terkait dengan turunnya

pendapatan masyarakat karena cuaca buruk pada areal pertanian. Selain itu belum pulihnya harga

komoditas pertanian pada pasar internasional juga menjadi faktor lain yang menahan pertumbuhan

sektor perdagangan secara umum.

Secara spasial per kabupaten/kota, kredit korporasi perdagangan di Sulawesi Tengah masih

tumbuh cukup positif. Pada sektor perdagangan terjadi pertumbuhan positif di hampir semua

kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Pada triwulan II 2017 pertumbuhan kredit tertinggi terjadi di

Kabupaten Parigi Moutong yang mencapai 30,26% (yoy). Pertumbuhan di Parigi ini melebihi

pertumbuhan kredit korporasi perdagangan di Sulawesi Tengah yang hanya mencapai 14,38% (yoy).

Tingginya pertumbuhan kredit perdagangan di Parigi disebabkan karena mulai tumbuhnya wilayah Parigi

Moutong sebagai perlintasan dari Sulawesi Tengah bagian timur ke bagian barat. Mulai tumbuhnya kota

Parigi membuat transaksi perdagangan mengalami peningkatan yang terlihat dari tumbuhnya sub sektor

Perdagangan khususnya yang berhubungan dengan Makanan, Minuman, dan Tembakau Lainnya.

Kabupaten lain yang mengalami pertumbuhan kredit cukup baik pada triwulan laporan adalah

Kabupaten Toli Toli dan Kabupaten Parigi Moutong yang tumbuh masing-masing mencapai 15,36%

(yoy), dan 31,27% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit di kota Palu sendiri yang sebelumnya

mengalami perlambatan -0.06% (yoy) mulai menunjukkan perbaikan dengan mengalami pertumbuhan

positif mencapai 5,67% (yoy). Positifnya pertumbuhan kredit di Kota Palu didorong oleh pertumbuhan

pada kredit konsumsi khususnya yang terkait dengan pembelian sepeda motor.

Jika dilihat berdasarkan kontribusi kredit korporasi sektor perdagangan pada kabupaten/kota, Kota

Palu masih memiliki share yang dominan. Kota Palu pada triwulan II 2017 masih menjadi wilayah

dengan pangsa tertinggi sebesar 59,40%. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kota Palu sebagai ibukota

Provinsi masih menjadi tumpuan utama aktivitas ekonomi dan perdagangan masyarakat Sulawesi

Tengah. Penyaluran kredit perdagangan terbesar berikutnya terdapat di kabupaten Banggai dengan

share mencapai 14,85% dan disusul oleh Kabupaten Toli-toli dengan share 11,14%. Tingginya share

kedua Kabupaten/kota tersebut menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan secara umum masih

terpusat pada beberapa daerah tertentu.

Secara spasial kualitas kredit sektor perdagangan di Sulawesi Tengah masih relatif stabil dengan

kecenderungan meningkat. NPL sektor perdagangan Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 mencapai

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

75

6,61% sedikit meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,05%. Jika

dilihat secara spasial, NPL tertinggi terjadi di Kota Palu yang mencapai 8,48% yang pada periode

sebelumnya 7,88%. Kabupaten lain yang memiliki rasio kualitas kredit diatas batas aman 5% adalah

Poso, Banggai, dan Morowali dengan NPL mencapai 5,41%, 5,10% dan 5,13%. Perlambatan kegiatan

ekonomi secara umum menyebabkan kondisi usaha perusahaan perdagangan sedikit mengalami

penurunan karena masyarakat cenderung menahan pembelian sehingga berdampak pada turunnya

keuntungan perusahaan perdagangan di Sulawesi Tengah.

Tabel 4.4. NPL Kabupaten/Kota Untuk Sektor Perdagangan

Region 2015/Jun 2015/Sep 2015/Dec 2016/Mar 2016/Jun 2016/Sep 2016/Des 2017/Mar 2017/Jun

Sulawesi Tengah 4.03% 4.20% 4.12% 4.40% 4.64% 4.74% 6.04% 6.05% 6.61%

Kab. Poso 5.13% 4.69% 3.95% 3.78% 4.40% 4.01% 4.59% 5.84% 5.41%

Kab. Banggai 2.55% 2.59% 2.17% 2.36% 3.56% 4.54% 4.01% 3.75% 5.10%

Kab. Toli-Toli 1.83% 2.25% 1.40% 1.89% 2.08% 2.17% 2.51% 2.42% 2.48%

Kab. Morowali 12.70% 13.24% 11.58% 12.68% 11.87% 8.12% 5.29% 4.56% 5.13%

Kab. Parimou 3.32% 3.33% 2.41% 2.58% 2.30% 2.21% 1.09% 1.44% 1.88%

Kota Palu 4.57% 4.83% 5.14% 5.51% 5.57% 5.62% 7.85% 7.88% 8.48%

Sumber : Bank Indonesia

4.1.3. Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga

Optimisme konsumen rumah tangga mengalami peningkatan pada periode laporan. Dominasi

konsumsi rumah tangga sangat penting dalam perekonomian Sulawesi Tengah, karena pangsa konsumsi

rumah tangga mencapai 47,6% dari total kegiatan perekonomian. Berdasarkan survei Konsumen Bank

Indonesia, indikator tingkat penghasilan saat ini meningkat dari angka indeks 82 pada triwulan I menjadi

100 pada triwulan laporan. Indikator penting lainnya yang juga mengalami peningkatan adalah indeks

ketersediaan lapangan kerja yang naik dari 79 menjadi 163 pada triwulan laporan dan indeks ekspektasi

penghasilan (6 bulan akan datang) yang naik dari 124 menjadi 154 pada triwulan laporan. Naiknya

optimisme pada konsumen ini menjadi salah satu faktor pendorong bagi akselerasi konsumsi rumah

tangga pada triwulan Laporan. Berdasarkan hasil survei konsumen, tingkat penghasilan selama triwulan II

(periode April-Juni) mulai mengalami peningkatan. Indeks penghasilan tertinggi selama triwulan laporan

terjadi di bulan Juni dengan indeks 100.

Grafik 4.7. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 4.6. Pangsa dan Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

76

Dari sisi ekspektasi konsumen, komponen pembentuk ekspektasi konsumen tetap terjaga pada

level optimis. Terjaganya optimisme ekspektasi konsumen terkait dengan adanya perkiraan peningkatan

konsumsi masyarakat pada triwulan II 2017 seiring dengan datangnya Ramadan dan Lebaran. Secara

umum indeks konsumsi mengalami peningkatan dan ekspektasi penghasilan kedepan masih meningkat

dengan angka Indeks diatas 100. Adanya peningkatan UMP yang mencapai 8,25% (yoy) atau sebesar Rp

137.775,00 serta terjaganya ekspektasi penghasilan pada level optimis diharapkan mampu mendorong

ketahanan sektor rumah tangga pada level positif. Optimisme konsumsi juga didorong oleh masuknya

hari raya Lebaran pada triwulan II 2017. Konsumsi masyarakat diharapkan lebih kuat sehingga mampu

menopang ketahanan stabilitas keuangan daerah di Sulawesi Tengah hingga akhir tahun.

4.1.4. Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Ketahanan sektor rumah tangga masih cukup baik, didukung oleh tingkat pertumbuhan yang

positif walaupun tidak setinggi periode sebelumnya. Pasar properti di Sulawesi Tengah berkembang

cukup baik yang terlihat dari masih terjaganya tren positif pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

dan Kredit Pemilikan Ruko selama triwulan laporan. Pada triwulan II 2017, kredit KPR mencapai Rp2,27

triliun atau tumbuh 10,20% (yoy); lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya

tumbuh 9,87% (yoy). Sementara itu kredit pemilikan ruko tercatat hanya sebesar Rp287,04 milliar

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp302,12 milliar.

Berdasarkan tipe KPR, pada triwulan II 2017 KPR tipe 22 s.d 70 berkembang paling cepat dengan tingkat

pertumbuhan 13,57% (yoy) dengan nominal kredit Rp1,32 triliun sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan

triwulan sebelumnya 13,70% (yoy). Sementara itu, KPR tipe >70 mengalami pertumbuhan mencapai

8,82%(yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 0,93% (yoy). KPR s.d tipe 21

juga mengalami pertumbuhan 4,12% (yoy) walaupun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

mampu tumbuh 7,49% (yoy). Pesatnya pertumbuhan KPR ini terkait dengan semakin meningkatnya

kegiatan ekonomi dan meningkatnya pendapatan masyarakat di Sulawesi Tengah. Perekonomian yang

semakin maju secara perlahan mendorong daya beli masyarakat khususnya pada pasar properti.

Grafik 4.8. Perkembangan Komponen Konsumsi Konsumen Grafik 4.9. Perkembangan Komponen Ekspektasi Konsumen

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

77

Ketahanan sektor rumah tangga masih cukup bagus yang tercermin dari nilai NPL perumahan yang

cukup baik. Rasio kredit bermasalah kredit kepemilikan rumah pada triwulan II 2017 cukup terjaga

dengan total NPL masih di bawah 5%. NPL KPR tertinggi sebesar 2,29% pada KPR rumah tipe 21 s.d. 70.

Sementara itu, rasio NPL KPR tipe < 21 tercatat 2,14% dan KPR tipe >70 memiliki NPL terendah 2,28%.

Meskipun masih terjaga, namun relatif meningkatnya NPL KPR perumahan didorong oleh perlambatan

perekonomian yang berdampak pada turunnya pendapatan masyarakat secara umum.

Peningkatan NPL terjadi pada kredit kepemilikan mobil dan multiguna yang meningkat pada

triwulan II 2017. Pada triwulan laporan terjadi peningkatan NPL pada mobil roda 4 yang meningkat dari

0,49% pada triwulan I 2017 menjadi 0,94% pada triwulan laporan. Belum pulihnya perekonomian sejak

turunnya harga komoditas memberikan dampak pada turunnya kemampuan bayar pada kendaraan roda

4 di Sulawesi Tengah. Selain itu penurunan kualitas NPL juga terjadi pada kredit multiguna yang turun

dari triwulan I 2017 pada 0,52% menjadi 0,66% pada triwulan laporan. Walapun demikian turunnya

NPL pada kredit kepemilikian motor cukup mampu menahan turunnya kualitas NPL sektor rumah tangga

secara umum. NPL kredit kepemilikian motor turun dari 3,57% pada triwulan I 2017 menjadi 3,53%

pada triwulan laporan. Turunnya NPL kredit kepemilikian motor merupakan hal yang cukup

menggembirakan karena tingginya NPL pada sektor ini sempat menjadi perhatian serius dari Walikota

Grafik 4.10. Perkembangan Kredit Properti Grafik 4.11. Perkembangan Kredit KPR Berdasarkan Tipe

Grafik 4.12. Perkembangan NPL gross Sektor Rumah

Tangga

Grafik 4.13. Pertumbuhan Kredit Sektor Rumah Tangga

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

78

Palu. Pada triwulan laporan, perusahaan pembiayaan dan perbankan telah bekerja secara aktif dalam

mendorong penurunan NPL sehingga kembali menurunkan NPL dibawah batas indikatif 5%.

a. Asesmen Kredit Mobil dan Motor Kabupaten/Kota

Asesmen spasial kredit mobil dan motor mengarah pada daerah yang dominan dalam menyalurkan

kredit, yakni Kota Palu. Secara besaran pangsa kredit, Kota Palu masih mendominasi tingkat penyaluran

kredit Motor dan Mobil yakni masing-masing sebesar 77,69% dan 93,09% sedikit turun dibandingkan

triwulan I 2017 dengan share masing-masing sebesar 82,84% dan 93,54%. Turunnya share kredit Mobil

dan Motor di kota Palu dan meningkatnya share di Kabupaten kota merupakan hal yang positif karena

menunjukkan mulai meratanya perkembangan perekonomian di Kabupaten/kota di Sulawesi Tengah.

Perkembangan pemukiman dan pengembangan Kota intra Kabupaten melalui pembangunan jalan-jalan

baru menjadi faktor pendorong meningkatnya tingkat penjualan mobil dan motor untuk memenuhi

kebutuhan transportasi masyarakat. Masih terpusatnya perkembangan kredit di Kota Palu disebabkan

karena pusat perekonomian, pemukiman dan kegiatan masyarakat masih terpusat di Kota Palu dan

sekitarnya. Diharapakan kedepan akan terbentuk pusat-pusat perekonomian baru seperti kota Poso,

Luwuk dan Toli-toli sehingga aktivitas perdagangan masyarakat dapat lebih merata.

Grafik 4.14. Pangsa Kredit Motor Spasial Grafik 4.15. Pangsa Kredit Mobil Spasial

Grafik 4.17. NPL Kredit Mobil Palu, Banggai, dan Sulteng Grafik 4.16. NPL Kredit Motor Palu, Banggai, dan Sulteng

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

79

Ketahanan rumah tangga masih terjaga dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang terlihat dari turunnya NPL motor. Ditengah melambatnya tingkat penyaluran kredit

motor, namun kualitas kredit motor di kota Palu masih terjaga. NPL motor kota Palu mengalami

peningkatan dari 3,82% pada triwulan I 2017 menjadi 3,94% pada triwulan laporan. NPL motor yang

cukup tinggi pada triwulan II 2017 secara spasial terjadi di Kabupaten Banggai 10,30% dengan share

kredit motor 4,62%. Masih terbatasnya ruang ekspansi kredit motor khususnya di Kabupaten/kota di

Sulawesi Tengah dan adanya peningkatan NPL harus lebih dicermati ke depan agar ketahanan sektor

rumah tangga dapat terjaga.

Walaupun NPL motor cukup tinggi, namun Kualitas NPL kredit mobil cukup terjaga pada tingkat

yang sangat baik. Rasio NPL kredit mobil cukup terjaga, dimana rasio NPL berada jauh di bawah batas

aman yakni hanya mencapai 0,94% pada periode laporan. Jika dilihat secara spasial, rasio NPL tertinggi

terdapat di Kabupaten Morowali dengan rasio NPL mencapai 5,12% dengan share kredit mobil sebesar

1,50%. Sementara Kota Palu memiliki market share tertinggi sebesar 93,09%, dengan rasio NPL yang

relatif rendah yaitu 0,93%. Share kredit mobil dari perbankan di kabupaten/kota lainnya cukup rendah

seperti pada Kabupaten Banggai hanya sebesar 2,67% dan Kabupaten Poso sebesar 1,43%.

b. Asesmen Kredit Rumah Kabupaten/Kota

Perkembangan kredit perumahan di berbagai daerah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah

menunjukkan perkembangan yang relatif baik (positif). Jika dilihat berdasarkan tipe, NPL kredit

perumahan tipe <21 di Kota Palu dan Kabupaten Toli-Toli sudah diatas batas aman kredit dengan

masing-masing rasio NPL mencapai 6,17% dan 4,11%. NPL perumahan di Kota Palu dan Kabupaten Toli-

Toli merupakan pinjaman pihak swasta dengan jangka waktu kredit di atas 60 bulan (jangka panjang),

dimana secara nominal jumlah NPL Kota Palu mencapai Rp11,17 miliar; sedangkan jumlah kredit NPL di

Kabupaten Toli-Toli sebesar Rp338,16 juta. Share kredit rumah tipe <21 terbesar justru terjadi di

Kabupaten Banggai dengan share 55,92% yang diikuti oleh share di Kota Palu sebesar 30,28% dan

Kabupaten Poso dengan share sebesar 11,95%.

Tabel 4.5. NPL Kabupaten/Kota Untuk Kredit Rumah Tipe <21

Region 2015/Mar 2016/Mar 2016/Jun 2016/Sep 2016/Dec 2017/Mar 2017/Jun

Sulawesi Tengah 1.31% 1.44% 1.74% 2.06% 1.98% 2.44% 2.14%

Kab. Poso 1.31% 0.78% 0.92% 0.82% 0.31% 0.28% 0.01%

Kab. Banggai 0.31% 0.47% 0.44% 0.27% 0.20% 0.30% 0.38%

Kab. Toli-Toli 2.41% 4.65% 3.84% 4.12% 5.18% 5.73% 4.11%

Kota Palu 1.94% 2.50% 3.58% 4.83% 5.17% 6.69% 6.17%

Sumber : Bank Indonesia

Kabupaten Morowali memiliki NPL kredit perumahan tipe 22 s.d. 70 tertinggi pada triwulan

laporan. NPL kredit perumahan tipe 22 s.d. 70 mencapai Rp171,46 juta dengan share sebesar 0,14%.

Meskipun demikian, secara umum perkembangan NPL Kabupaten/Kota lain relatif terjaga untuk kategori

kredit perumahan tipe 22 s.d. 70. Kota Palu yang merupakan daerah dengan market share terbesar

mencapai 89,21% pada triwulan laporan mengalami penurunan rasio NPL rumah tipe 22 s.d. 71 dari

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

80

2,54% menjadi 2,43%. Namun pada kredit perumahan tipe >70, Kota Palu mengalami peningkatan

rasio NPL dari 1,61% menjadi 2,43%. Untuk rumah tipe >70 Kabupaten Parimou perlu mendapatkan

perhatian karena NPL pada perumahan tipe >70 mengalami peningkatan dari 4,36% pada triwulan

laporan menjadi 4,55% pada triwulan I 2017. Meningkatnya NPL rumah tipe >70 di Parimou disebabkan

karena turunnya aktivitas ekonomi karena panen yang kurang maksimal pada triwulan laporan.

Region 2015/Mar 2016/Mar 2016/Jun 2016/Sep 2016/Dec 2017/Mar 2017/Jun

Sulawesi Tengah 2.94% 2.16% 1.61% 2.19% 1.76% 2.37% 2.29%

Kab. Poso 3.24% 0.92% 1.94% 2.13% 1.48% 1.29% 1.85%

Kab. Banggai 1.21% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.09% 0.07%

Kab. Toli-Toli 5.20% 2.83% 2.51% 2.44% 2.33% 2.50% 2.54%

Kab. Morowali 0.00% 0.00% 7.09% 7.68% 8.73% 8.89% 8.99%

Kab. Parimou 0.18% 0.54% 0.55% 0.57% 0.32% 0.35% 0.48%

Kota Palu 3.17% 2.32% 1.65% 2.31% 1.85% 2.54% 2.43%

Region 2015/Mar 2016/Mar 2016/Jun 2016/Sep 2016/Dec 2017/Mar 2017/Jun

Sulawesi Tengah 1.84% 1.75% 1.60% 1.82% 1.47% 1.62% 2.28%

Kab. Toli-Toli 1.96% 0.52% 0.53% 1.59% 1.71% 1.76% 1.97%

Kab. Parimou 2.63% 2.68% 2.64% 2.68% 2.61% 4.36% 4.55%

Kota Palu 1.79% 1.83% 1.67% 1.94% 1.51% 1.61% 2.43%

Sumber : Bank Indonesia

4.2. Kredit UMKM

UMKM merupakan salah satu pilar pendukung pembangunan yang menyerap tenaga kerja dalam

jumlah cukup banyak. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah membuktikan diri sebagai

kelompok pelaku usaha yang tahan terhadap krisis ekonomi sehingga perlu terus ditingkatkan

perkembangannya. Untuk meningkatkan kinerja usaha, UMKM sangat membutuhkan dukungan

pembiayaan dari perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya. Pada triwulan II 2017, penyaluran

kredit untuk UMKM oleh bank umum di Sulawesi Tengah tumbuh 9,19%(yoy) atau lebih tinggi jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,62%(yoy). Share kredit UMKM di

perbankan pada triwulan II 2017 mencapai 34,20%; relatif lebih tinggi dari kondisi share triwulan

sebelumnya sebesar 33,86%. Pangsa kredit UMKM didominasi oleh kredit kecil dengan pangsa 40,45%,

yang diikuti oleh kredit mikro dengan pangsa 32,96% dan 31,22% untuk pangsa kredit usaha

menengah.

Tabel 4.6. NPL Kredit Rumah Tipe 21 s.d. 70

Tabel 4.7. NPL Kredit Rumah Tipe > 70

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

81

Dari sisi spasial, Kota Palu masih memiliki market share terbesar yang mencapai 51,81% dari total

kredit UMKM di Sulawesi Tengah. Tingkat pertumbuhan kredit UMKM tertinggi pada triwulan laporan

terjadi di Kabupaten Kepulauan Banggai yang mencapai 165,99% (yoy). Dari sisi Rasio NPL, Kabupaten

Morowali memiliki rasio NPL UMKM yang cukup tinggi mencapai 10,74%. Selain Kabupaten Morowali,

rasio NPL UMKM yang cukup tinggi juga terjadi di Kabupaten Banggai dan Kota Palu dengan rasio NPL

UMKM masing-masing sebesar 9,52% dan 6,31%.

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku usaha di Sulawesi Tengah berdasarkan lokasi

bank sampai dengan triwulan laporan masih mengalami akselerasi positif. Total outstanding KUR

pada triwulan II 2017 mencapai Rp1,36 trilliun, atau tumbuh 253,64% (yoy). Jika dilihat secara sektoral,

sektor ekonomi yang paling banyak menyerap KUR adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan

porsi mencapai 50,52%, diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan share 32,77% dan

sektor industri pengolahan dengan porsi 4,68%.

Jika dilihat secara spatial wilayah lokasi bank, penyaluran KUR masih terpusat di beberapa

Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah. Berdasarkan lokasi bank, penyaluran KUR di Sulawesi Tengah

terpusat di Kota Palu dengan share 46,5%, diikuti oleh Kabupaten Parigi Moutong dengan share sebesar

15,39%, dan Kabupaten Banggai dengan share sebesar 14,13% berada diposisi ketiga. Penyaluran KUR

masih didominasi oleh debitur dari sektor perdagangan yang secara umum berkembang lebih pesat di

daerah-daerah pusat perdagangan seperti kota Palu, Poso dan Luwuk. Total outstanding KUR di Kota

Palu sebesar Rp634,73 miliar dengan tingkat NPL mencapai 1,96%. Kabupaten/Kota yang memiliki tingat

rasio NPL tertinggi untuk KUR adalah Kabupaten Banggai yang mencapai 2,36%. Selain di Banggai, NPL

tertinggi di Sulawesi Tengah berada di Kabupaten Toli-toli yang mencapai 2,26%. Meskipun demikian,

secara umum tingkat kredit macet penyaluran KUR di Sulawesi Tengah masih cukup terjaga dengan

tingkat NPL total sebesar 1,91% sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2017 pada 1,71%

dan masih jauh di bawah batas aman NPL sebesar 5%.

Grafik 4.18. Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.19. Perkembangan NPL UMKM Spasial

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

82

Bank Indonesia dan pemerintah terus mendorong meningkatnya penyaluran kredit kepada UMKM.

Dalam rangka mendorong penyaluran kredit produktif khususnya kepada UMKM, Bank Indonesia telah

mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 yang mengharuskan perbankan untuk

menyalurkan minimal 20% dari total kreditnya ke sektor UMKM di tahun 2018. Tahapan implementasi

ketentuan tersebut telah dimulai sejak tahun 2013 dimana Bank wajib memenuhi target penyaluran

kredit kepada UMKM sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Bisnis masing-masing bank.

Tabel 4.8. NPL KUR Spasial

Region

Outstanding

KUR Mar-17

(Rp Miliar)

Pangsa KUR

Jun-17NPL Jun-16 NPL Des-16 NPL Jun-17

Pertumbuhan

Kredit Jun-17

(%, yoy)

Sulawesi Tengah 1,363.83 100.00% 4.68% 2.14% 1.91% 253.64%

Kab. Poso 167.86 12.31% 10.43% 9.59% 2.26% 826.61%

Kab. Banggai 192.70 14.13% 3.73% 1.80% 2.36% 155.05%

Kab. Toli-Toli 158.62 11.63% 1.26% 1.35% 2.08% 261.11%

Kab. Morowali 0.01 0.00% 18.32% 44.56% 51.57% -97.48%

Kab. Parimou 209.92 15.39% 2.64% 0.94% 0.96% 711.10%

Kota Palu 634.73 46.54% 5.44% 2.25% 1.96% 186.10%

4.3. Perkembangan Indikator Umum Perbankan

4.3.1. Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum dan BPR)

Kinerja perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih cukup baik walaupun tidak sekuat

pertumbuhan sebelumnya. Pada triwulan II 2017, total aset perbankan di Sulawesi Tengah tercatat

sebesar Rp31,725 triliun atau tumbuh sebesar 3,24%(qtq). Secara tahunan aset perbankan juga

mengalami peningkatan sebesar 8,38% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan aset

perbankan ini juga diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 9,15% (yoy), dan pertumbuhan DPK

sebesar 5% (yoy).

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.20. Pangsa KUR berdasarkan Sektor Grafik 4.21. Pangsa UMKM Spasial

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

83

Kredit perbankan tumbuh terakselerasi. Pertumbuhan kredit pada triwulan II 2017 mencapai 9,15%

(yoy), sedikit lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 10,97% (yoy). Perkembangan BI 7-

days Repo Rate yang berada pada angka 4,75% diharapkan tetap mampu menjaga pertumbuhan kredit

di tengah perlambatan kondisi perekonomian secara umum. Dampak penerapan kebijakan tersebut

terlihat dari pertumbuhan kredit yang masih mengalami pertumbuhan. BI menjaga 7-days Repo Rate

berdasarakan RDG Mei 2017 pada angka 4,75% dan tetap dipertahankannya suku bunga kebijakan

pada angka tersebut diharapkan mampu tetap menjaga pertumbuhan kredit untuk menopang sektor riil,

sehingga perekonomian Sulawesi Tengah kembali kepada momentum akselerasinya.

Rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (LDR) perbankan Sulawesi Tengah tercatat

cukup tinggi. Rasio LDR perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 sebesar 142% sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu mencapai 146%. LDR bank Umum dan

BPR pada triwulan laporan juga tercatat cukup tinggi pada 137% dan 239%. Walaupun penyaluran

tersebut cukup tinggi namun perlu diimbangi dengan prinsip kehati-hatian untuk mencegah risiko

meningkatnya NPL baik Bank Umum maupun BPR. Tingginya LDR ini juga merupakan salah satu indikator

bahwa wilayah Sulawesi Tengah masih dalam fase bertumbuh sehingga masih membutuhkan

penyerapan kredit yang cukup tinggi.

Rasio NPL-gross perbankan pada akhir triwulan II 2017 tercatat masih cukup positif dengan angka

dibawah 5%. NPL-gross perbankan Sulawesi Tengah tercatat sebesar 3,13% dimana rasio tersebut

sedikit meningkat dibandingkan dengan rasio triwulan I 2017 sebesar 2,89%. Walaupun terdapat

peningkatan penyaluran kredit, namun peningkatan NPL perlu diperhatikan sehingga mampu menambah

kualitas intermediasi perbankan di Sulawesi Tengah. Selain itu, rendahnya NPL diharapkan juga dapat

menunjang keamanan perbankan dalam lingkup makroprudensial.

Grafik 4.22. Perkembangan DPK menurut Jenis Simpanan Grafik 4.23. Perkembangan kredit Menurut Jenis

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

84

Tabel 4.9. Perkembangan Indikator Perbankan di Sulawesi Tengah

Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2

1 Total Aset 23,051 23,634 23,287 24,647 27,079 28,584 26,688 28,495 29,271 29,316 29,356 30,731 31,725

Total Aset - Bank Umum 21,622 22,166 21,753 23,031 25,267 26,714 24,810 26,543 27,287 27,254 27,149 28,439 29,272

Total Aset - BPR 1,429 1,468 1,535 1,616 1,812 1,870 1,878 1,952 1,984 2,062 2,207 2,292 2,453

2 Dana Pihak Ketiga 13,041 13,395 13,350 14,564 15,689 16,801 16,329 16,674 17,702 16,960 16,756 17,515 18,588

DPK - Bank Umum 12,676 13,027 12,938 14,120 15,222 16,299 15,764 16,019 17,059 16,308 16,064 16,702 17,718

DPK - BPR 365 368 412 444 467 502 565 655 643 652 692 813 870

3 Kredit yang diberikan 19,287 19,841 20,385 20,546 21,110 21,992 22,650 23,043 24,176 24,359 25,147 25,570 26,388

Kredit - Bank Umum 18,018 18,545 19,048 19,075 19,508 20,336 20,971 21,339 22,411 22,569 23,228 23,565 24,305

Kredit - BPR 1,270 1,295 1,337 1,471 1,601 1,657 1,679 1,704 1,765 1,790 1,919 2,005 2,083

4 Loan to Deposit Ratio (LDR) 148% 148% 153% 141% 135% 131% 139% 138% 137% 144% 150% 146% 142%

LDR - Bank Umum 142% 142% 147% 135% 128% 125% 133% 133% 131% 138% 145% 141% 137%

LDR - BPR 348% 352% 324% 331% 343% 330% 297% 260% 274% 274% 277% 247% 239%

5 Non Performing Loan (NPL) 2.05% 2.13% 1.81% 2.10% 2.05% 2.04% 1.86% 2.06% 2.16% 2.28% 2.55% 2.89% 3.13%

NPL - Bank Umum 2.11% 2.20% 1.85% 2.15% 2.12% 2.10% 1.94% 2.16% 2.27% 2.46% 2.67% 3.04% 3.29%

NPL - BPR 1.20% 1.25% 1.18% 1.43% 1.25% 1.27% 0.77% 0.94% 1.30% 1.20% 1.07% 1.04% 1.31%

20172015 2016No RINCIAN

2014

4.3.2. Kinerja Bank Umum

Kinerja Bank Umum di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan dengan risiko kredit yang masih

terkendali. Kondisi tersebut tercermin dari beberapa indikator kinerja perbankan seperti penyaluran

kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum yang masih tetap mengalami

pertumbuhan. Jumlah DPK yang dihimpun Bank Umum sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar

Rp17,7 triliun atau mengalami pertumbuhan 3,86% (yoy), pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah

dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,26% (yoy). Sementara itu, kredit yang disalurkan bank umum

tercatat sebesar Rp24,30 triliun atau tumbuh 8,45% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya 10,43% (yoy). Rasio Loan to Deposits (LDR) Bank Umum pada triwulan laporan masih cukup

tinggi dan mencapai 137%. Tingginya LDR ini mencerminkan bahwa kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Sulawesi Tengah tidak hanya menggunakan DPK yang dihimpun dari masyarakat Sulawesi

Tengah saja, tetapi diperkirakan juga menggunakan pinjaman antar bank, baik dari cabang lain maupun

dari luar wilayah Sulawesi Tengah.

a. Penghimpunan Dana Masyarakat pada Bank Umum

Pada triwulan laporan perkembangan simpanan masyarakat masih cukup positif. DPK Bank Umum

Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 3,86%(yoy), sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan

pertumbuhan DPK triwulan sebelumnya yang mencapai 4,26%(yoy). Pertumbuhan DPK Bank Umum

didorong oleh pertumbuhan Deposito dan Tabungan yang masing-masing tumbuh 13,47%(yoy) dan

0,16%(yoy). Pertumbuhan Deposito pada triwulan laporan melebihi pertumbuhan periode sebelumnya

yang hanya tumbuh 9,63%(yoy). Tumbuhnya deposito pada bank umum sejalan dengan kondisi

perekonomian yang mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Masyarakat cenderung beralih

kepada deposito karena peluang investasi lain dirasa kurang menguntungkan sehingga menyimpan

dananya pada simpanan jangka menengah-panjang yang memberikan keuntungan lebih besar.

Sumber : Bank Indonesia

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

85

Sementara itu pertumbuhan tabungan pada triwulan II 2017 masih lebih rendah jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mencapai 5,04%(yoy).

Tabel 4.10. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah

II III IV I II III IV I II III IV I II

Total Aset 21,622 22,166 21,753 23,031 25,267 26,714 24,810 26,543 27,287 27,254 27,149 28,439 29,272

Dana Pihak Ketiga 12,676 13,027 12,938 14,120 15,222 16,299 15,764 16,019 17,059 16,308 16,064 16,702 17,718

Giro 3,478 3,278 1,871 3,614 4,292 4,562 2,372 3,931 4,052 3,651 2,185 3,823 4,159

Deposito 2,335 2,604 3,101 3,397 3,543 3,844 4,011 3,960 3,985 3,878 4,231 4,341 4,522

Tabungan 6,863 7,146 7,965 7,109 7,386 7,893 9,381 8,128 9,023 8,779 9,649 8,538 9,037

Kredit (Jenis Penggunaan) 18,018 18,545 19,048 19,075 19,508 20,336 20,971 21,339 22,411 22,569 23,228 23,565 24,305

Modal Kerja 6,079 6,169 6,279 6,436 6,570 6,773 6,873 7,001 7,457 7,436 7,609 7,719 8,116

Investasi 2,142 2,155 2,186 2,183 2,087 2,151 2,174 2,166 2,293 2,277 2,238 2,196 2,116

Konsumsi 9,796 10,221 10,584 10,456 10,852 11,411 11,925 12,172 12,662 12,855 13,381 13,651 14,074

LDR (%) 142.14 142.36 147.23 135.09 128.16 124.77 133.03 133.21 131.37 138.39 144.59 141.09 137.18

NPL 379.38 407.12 353.31 409.44 413.56 427.78 407.79 460.03 511 555.17 620.57 717.40 799.78

NPL Gross 2.11% 2.20% 1.85% 2.15% 2.12% 2.10% 1.94% 2.16% 2.28% 2.46% 2.67% 3.04% 3.29%

2016 2017Keterangan

2014 2015

Sumber : Cognos Bank Indonesia

Berdasarkan data Juni 2017, jumlah rekening simpanan masyarakat di Bank Umum mengalami

peningkatan. Tercatat jumlah rekening pada triwulan II 2017 sebanyak 1.946.133 rekening di perbankan

Sulawesi Tengah. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi Tengah berdasarkan data BPS

yang mencapai 2,79 juta orang, maka rasio jumlah masyarakat menabung mencapai 69,87%. Dengan

perbandingan sederhana, diperkirakan bahwa lebih dari setengah jumlah penduduk Sulawesi Tengah

sudah memiliki tabungan pada Bank Umum. Berdasarkan wilayah, rasio jumlah masyarakat menabung

tertinggi berada di Poso dengan rasio 128% yang diikuti oleh Kabupaten Toli-Toli dan sekitarnya dengan

rasio 88% dan Kota Palu dengan rasio 90%. Angka rasio yang berada di atas 100% diperkirakan karena

terdapat nasabah yang memiliki 2 atau lebih rekening di perbankan. Walaupun demikian, peran

perbankan dalam meningkatkan inklusi keuangan khususnya di daerah terpencil masih perlu terus

ditingkatkan. Rasio rekening perjumlah penduduk terendah terjadi di Kabupaten Banggai Kepulaun dan

kabupaten Buol yang masing-masing sebesar 7% dan 15%. Masih rendahnya tingkat rasio per jumlah

penduduk disebabkan oleh faktor geografis dan infrastruktur jaringan kantor bank yang masih terbatas.

Terbatasnya SDM perbankan yang memiliki kapabilitas untuk melakukan analisis kredit produktif juga

menjadi faktor penghambat lainnya dalam penyaluran kredit produktif. Tingginya prosentase selisih

antara rasio kredit dan simpanan per jumlah penduduk juga perlu mendapatkan perhatian. Rendahnya

Miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain)

Grafik 4.24. Perkembangan DPK Bank Umum

Grafik 4.25. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

86

rasio tersebut merupakan indikator dari pemahaman masyarakat mengenai perbankan dan tingkat literasi

perbankan.

b. Penyaluran Kredit Bank Umum

Berdasarkan kelompoknya penyaluran kredit Bank Umum masih didominasi oleh Bank Persero

Nasional. Penyaluran kredit Bank Umum sampai akhir triwulan II 2017 mencapai Rp24,30 triliun atau

tumbuh 8,45% (yoy) atau lebih tinggi jika dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya sebesar

Rp23,56 triliun. Jika dilihat berdasarkan kelompoknya, penyaluran kredit pada triwulan laporan

didominasi oleh kelompok bank persero yang memiliki pangsa sebesar 76%. Pertumbuhan tertinggi

perbankan daerah pada triwulan II 2017 terjadi pada Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah Daerah

yang tumbuh 13,2%(yoy) diikuti oleh pertumbuhan Bank Persero sebesar 11,8%(yoy), sedangkan bank

swasta nasional hanya tumbuh sebesar 5,53%(yoy).

Pada triwulan laporan, Kredit Konsumsi masih memiliki pangsa pasar terbesar. Kredit konsumsi

tumbuh sebesar 11,15%(yoy), sedikit lebih rendah daripada pertumbuhan triwulan I 2017 yang

mencapai 12,15%(yoy). Masih tumbuhnya kredit konsumsi, juga diikuti oleh pertumbuhan kredit modal

kerja sebesar 8,84%(yoy). Sedangkan kredit Investasi telah mengalami pertumbuhan negatif yakni

mencapai -7,71%(yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, market share penyaluran kredit di Sulawesi

Tengah masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 57,9%. Share terbesar kedua

berdasarkan jenis penggunaan adalah kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 33,39%. Sementara itu,

kredit investasi memiliki pangsa terendah hanya sebesar 8,71%. Masih rendahnya pangsa kredit investasi

menjadi tantangan besar perbankan di Sulawesi Tengah untuk terus memberikan daya dorong tambahan

bagi sektor riil yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara umum. Pembiayaan

investasi diharapkan dapat ditingkatkan outstanding-nya, mengingat besarnya potensi ekonomi di

Sulawesi Tengah terutama di sektor pertanian dan perdagangan.

Grafik 4.26. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap

Jumlah Penduduk

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

87

Tabel 4.11.Jumlah Kredit Berdasarkan Jenis Bank (Rp-Miliar)

Periode Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah Daerah

Jun-13 11,185.06 3,346.21 920.78

Sep-13 11,663.63 3,404.71 1,076.66

Dec-13 12,060.41 3,462.91 1,169.71

Mar-14 12,313.03 3,482.19 1,363.55

Jun-14 12,758.96 3,600.65 1,658.06

Sep-14 13,028.76 3,575.02 1,941.53

Dec-14 13,404.14 3,605.59 2,038.57

Mar-15 13,744.42 3,598.90 1,731.19

Jun-15 14,047.49 3,508.73 1,952.03

Sep-15 14,706.60 3,533.04 2,095.92

Dec-15 15,262.69 3,450.40 2,258.23

Mar-16 15,547.26 3,414.41 2,376.52

Jun-16 15,982.21 3,414.89 2,497.71

Sep-16 16,530.23 3,459.74 2,578.73

Dec-16 17,025.56 3,564.38 2,638.28

Mar-17 17,350.93 3,535.72 2,678.35

Jun-17 17,874.29 3,603.69 2,827.32

Sumber :Bank Indonesia

Grafik 4.29. Rasio Rekening Kredit Pada Bank Umum

Terhadap Jumlah Penduduk

Grafik 4.27. Perkembangan Kredit Bank Umum

Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 4.28. Pangsa Kredit Bank Umum

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

88

Grafik 4.30. Perkembangan Aset BPR di Sulawesi Tengah

4.3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Perkembangan Indikator BPR hingga akhir triwulan laporan masih cukup baik. Jika dilihat

berdasarkan jaringan kantor, jumlah kantor BPR di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan dibandingkan

dengan periode sebelumnya tidak mengalami perubahan. Total aset BPR hingga akhir triwulan II 2017

mencapai Rp2,45 triliun atau tumbuh 23,68%(yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara

umum aset BPR memiliki pangsa 7,73% terhadap total aset perbankan Sulawesi Tengah. Pertumbuhan

aset tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan DPK BPR yang meningkat 35,39%(yoy) lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2017 yang mencapai 24,26%(yoy). Penyaluran kredit juga

mengalami pertumbuhan sebesar 17,99% (yoy) menjadi sebesar Rp2,08 trilyun pada triwulan laporan.

Pertumbuhan kredit BPR pada triwulan II 2017 juga lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya mencapai 17,70% (yoy).

Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun BPR pada triwulan laporan mengalami

peningkatan. Secara nominal DPK BPR pada triwulan II 2017 sebesar Rp870,23 miliar mengalami

peningkatan sebesar 17,52% dari triwulan sebelumnya sebesar Rp692,24 miliar. Komposisi dana pihak

ketiga BPR masih tetap didominasi deposito dengan pangsa sebesar 96,65%. Sementara itu, simpanan

dalam bentuk tabungan memiliki pangsa sebesar 9,65%. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa

sebagian besar masyarakat masih memilih BPR sebagai tempat untuk menyimpan dana jangka menengah

dan panjang dengan harapan imbal jasa yang lebih tinggi.

Pada sisi aktiva, jumlah kredit yang disalurkan BPR mengalami pertumbuhan positif dengan NPL

yang masih terjaga. Total kredit yang disalurkan oleh BPR pada triwulan II 2017 sebesar Rp2,08 triliun,

atau tumbuh 17,99%(yoy). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan lebih tinggi jika dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 17,70% (yoy). Pertumbuhan kredit pada

triwulan IiI 2017 masih didorong oleh pertumbuhan kredit konsumsi mencapai 17,86%(yoy) dengan

pangsa 98,95%. Sementara itu, jenis kredit lainnya seperti kredit investasi pada triwulan II 2017 mulai

tumbuh positif sebesar 3,59%(yoy) dengan pangsa sebesar 0,5%. Kredit modal kerja memiliki pangsa

4,52%, dari total penyaluran kredit perbankan berdasarkan jenis penggunaan, dan pada triwulan laporan

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

89

mampu tumbuh tinggi mencapai 22,83% jauh diatas triwulan sebelumnya yang hanya 13,48 (yoy).

Kualitas kredit BPR juga masih berada pada koridor yang positif dengan rasio Non Performing Loans

(NPLs) gross sebesar 1,31% sedikit mengalami penurunan kualitas dibandingkan triwulan sebelumnya

yang hanya mencapai 1,04%.

Dalam menjalankan fungsi intermediasi, BPR di Sulawesi Tengah memiliki kinerja yang cukup baik,

tercermin dari rasio Loan to Deposits (LDR) yang masih cukup tinggi. LDR BPR pada periode laporan

tercatat 239% sedikit lebih rendah dibandingkan dengan LDR triwulan I 2017 yang mencapai 247%.

Masih tingginya nilai LDR tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan kemampuan BPR dalam melakukan penghimpunan Dana Pihak Ketiga dari masyarakat. Hal ini

disebabkan keterbatasan sumber dana membuat BPR membutuhkan sumber dana dari bank umum baik

melalui skema linkage programme (channelling dan executing) maupun dana lainnya.

Berdasarkan lokasinya, terlihat bahwa keberadaan BPR di Sulawesi Tengah masih belum tersebar

merata di seluruh wilayah kabupaten. Lokasi BPR di Sulawesi Tengah hanya tersebar di 4 lokasi utama,

yaitu Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Poso. Konsentrasi lokasi

bank hanya pada beberapa wilayah tertentu menjadi salah satu indikasi masih belum optimalnya akses

masyarakat terhadap jasa perbankan.

Grafik 4.31. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan

Grafik 4.32. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

90

Tabel 4.12. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah

(belum termasuk daerah pemekaran)

Pusat Cabang

     1. Kab. Banggai Kepulauan    0 3 3

     2. Kab. Buol     0 1 1

     3. Kab. Donggala 0 1 1

     4. Kab. Morowali   0 4 4

     5. Kab. Parigi Moutong 3 2 5

     6. Kab. Parimo/Banggai 1 2 3

     7. Kab. Poso 1 2 3

     8. Kab. Tojo Una-Una 0 1 1

     9. Kab. Toli-Toli 0 1 1

     10. Kota Palu 4 0 4

     11. Kab./Kota Lainnya 0 0 0

Total 9 17 26

Provinsi Sulawesi TengahKantor

Jumlah

4.3.4. Kinerja Bank Umum Syariah

Pada triwulan II 2017 Aset dan DPK perbankan syariah masih mengalami pertumbuhan. Aset

perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,29 miliar atau mengalami peningkatan

sebesar 10,64%(qtq), dimana pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp1,17 miliar. Jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya aset perbankan syariah pada periode laporan tumbuh

7,97%(yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai

1,80%(yoy). Sementara itu, DPK perbankan syariah kembali mengalami pertumbuhan negatif yakni -

2,30%(yoy) setelah di triwulan sebelumnya positif yakni 6,17%(yoy). Penurunan jumlah DPK pada

triwulan laporan terutama didorong oleh penurunan tabungan dan giro perbankan Syariah yang

mencapai -4,38%(yoy) dan -8,45%(yoy).

Namun disisi lain pertumbuhan deposito syariah dinilai cukup positif, tercermin dari pertumbuhan

pada periode laporan yang mencapai 11,52%(yoy). Kondisi tersebut mencerminkan bahwa sebagian

besar masyarakat masih memilih bank syariah sebagai tempat untuk menyimpan dana jangka menengah

dan panjang dengan harapan imbal jasa yang lebih tinggi. Tumbuhnya deposito syariah merupakan

salah satu bukti suksesnya kampanye gencar dari perbankan syariah di Sulawesi Tengah khususnya

tentang menyadarkan masyarakat terkait dengan riba yang melekat pada bunga perbankan. Meskipun

demikian, pertumbuhan deposito syariah tidak diikuti dengan pertumbuhan tabungan dan giro yang

tumbuh negatif -4,38%(yoy) dan -8,45%(yoy) setelah di triwulan sebelumnya tercatat tumbuh positif

6,19%(yoy) dan 26,68%(yoy).

Sumber: Bank Indonesia

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

91

Pembiayaan investasi perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada

triwulan laporan, pembiayaan perbankan syariah mengalami pertumbuhan 19,19% (yoy), lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya 13,99% (yoy). Peningkatan pembiayaan pada triwulan laporan didorong oleh

pertumbuhan pembiayaan konsumsi sebesar 25,80% (yoy), dan pertumbuhan pembiayaan modal kerja

sebesar 11,65% (yoy). Meskipun demikian, kondisi pembiayaan investasi masih mengalami penurunan

sebesar -6,86% (yoy) setelah sebelumnya mampu tumbuh 10,22%(yoy).

Simpanan masyarakat diperbankan syariah pada triwulan II 2017 menunjukan perlambatan. DPK

tahunan perbankan Syariah pada periode laporan mengalami penurunan -2,30% setelah sebelumnya

tumbuh 6,17%(yoy). Hingga akhir triwulan II 2017 masih belum terdapat BPR Syariah di Sulawesi

Tengah, sehingga perlu lebih didorong pengembangan BPR syariah di Sulawesi Tengah.

--- o0o ---

Grafik 4.33. Perkembangan Aset Perbankan Syariah

Sya

Grafik 4.34. Perkembangan DPK Bank Syariah Menurut Jenis

Simpanan

Grafik 4.35. Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Menurut

Jenis Penggunaan

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

*Data yang digunakan adalah total kliring kredit dan kliring debet Provinsi Sulawesi Tengah

76

Nominal transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami penurunan di sisi

inflow tetapi mengalami peningkatan di sisi outflow jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Jumlah temuan yang diragukan keasliannya di Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 menunjukkan

adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan RTGS dan kliring cenderung mengalami penurunan pada triwulan laporan.

BAB VI PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TEMUAN UANG PALSU NET INFLOW-OUTFLOW

D36

LEMBAR 108

LEMBAR

Rp1.838,88 miliar

(net outflow)

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

*Data yang digunakan adalah total kliring kredit dan kliring debet Provinsi Sulawesi Tengah

77

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran

6.1.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

a. Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Nominal transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami penurunan di

sisi inflow tetapi mengalami peningkatan di sisi outflow jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Nominal outflow pada triwulan laporan mencapai Rp2,2 triliun, lebih tinggi dibandingkan outflow

triwulan I 2017 sebesar Rp402,785 miliar. Sedangkan inflow justru mengalami penurunan menjadi

Rp311,15 miliar dari Rp1 triliun di triwulan I 2017. Sesuai dengan tren tahun sebelumnya, nilai outflow

selalu mengalami peningkatan di triwulan II yang didorong oleh meningkatnya pengeluaran masyarakat

selama bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Pertumbuhan tahunan inflow tercatat meningkat 19% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar -11% (yoy). Inflow aliran uang di Sulawesi Tengah secara triwulanan

mengalami penurunan dari sebesar Rp 1 triliun menjadi sebesar Rp 311,15 miliar. Berbeda dengan

kondisi inflow, pertumbuhan outflow pada triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 13,07% (yoy). Apabila dibandingkan antara angka inflow dan

outflow pada triwulan II 2017 maka akan diperoleh net outflow sebesar Rp1.838,88 miliar.

Melalui kegiatan perkasan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah secara rutin

melakukan penarikan uang lusuh sebagai wujud dari kebijakan clean money policy untuk

memenuhi kebutuhan uang layak edar di masyarakat. Pada triwulan II 2017, jumlah uang kertas yang

dimusnahkan mencapai Rp138,51 miliar atau menurun sebesar 16% (yoy). Posisi ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan penarikan uang lusuh triwulan sebelumnya sebesar Rp251,96 miliar. Pada triwulan

laporan, uang pecahan Rp2.000,- merupakan pecahan yang paling banyak dimusnahkan, diikuti dengan

pecahan Rp5.000,- dan Rp50.000,-.

Grafik 6.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

*Data yang digunakan adalah total kliring kredit dan kliring debet Provinsi Sulawesi Tengah

78

No. Waktu Lokasi Peserta

1 6-9 April 2017 Instansi Pemkab, Perbankan dan Pelaku Usaha Poso

2 7-13 Mei 2017 ASN dan Perbankan dan Pelaku Usaha Banggai Laut

3 08-Mei-17 SDIT Al-Fahmi Palu

4 23-24 Mei 2017 Kepala Desa dan Masyarakat Sausu Torono Parigi

b. Perkembangan Uang Yang Diragukan Keasliannya

Jumlah temuan yang diragukan keasliannya di Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 menunjukkan

adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Melalui laporan perbankan dan masyarakat

KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017 menemukan 145 lembar uang yang diragukan

keasliannya dengan Rp50.000,00 sebagai pecahan terbanyak1. Temuan ini meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang hanya terdapat 65 lembar uang palsu senilai 4.150.000 rupiah. Agar

ciri-ciri keaslian uang Rupiah lebih diketahui oleh masyarakat luas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Tengah secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang Rupiah kepada berbagai lapisan

masyarakat termasuk sosialisasi cara memperlakukan uang Rupiah dengan baik. Selama triwulan II tahun

2017, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah telah melaksanakan sosialisasi ciri-ciri

keaslian uang Rupiah kepada stakeholders di berbagai bidang. Selama triwulan II telah dilakukan

kegiatan sosialisasi di beberapa wilayah yaitu :

Tabel 6.1. Sosialisasi CIKUR di Provinsi Sulawesi Tengah

1Temuan uang palsu yang dilaporkan tersebut tidak termasuk uang palsu yang ditemukan oleh pihak kepolisian.

Grafik 6.3. Perkembangan Persentase Pecahan Uang Yang

Dimusnahkan

Grafik 6.2. Rasio Pemusnahan UTLE Terhadap Inflow

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

*Data yang digunakan adalah total kliring kredit dan kliring debet Provinsi Sulawesi Tengah

79

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Rp100.000 43 90 18 18 25 10 9 13 91 19 89 32 17 4 9 32 115 28 18 36

Rp50.000 38 95 43 18 17 6 11 23 18 10 31 25 20 6 10 28 72 8 47 108

Rp20.000 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0

Rp10.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rp5.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Jumlah 82 186 62 38 42 16 20 36 109 29 123 58 37 10 19 60 188 36 65 145

Pecahan Mata Uang

(Nominal)

20152013 20142011 2012

20172016

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

100.000 19,63% 15,06% 23,75% 11,20% 25,94% 15,45% 14,95% 15,52% 31,25% 18,33% 30,02% 17,77% 29,28% 11,92% 27,23% 11,04% 27,13% 16,79%

50.000 31,80% 25,14% 31,65% 21,62% 33,57% 23,84% 17,34% 22,82% 28,28% 25,29% 39,23% 7,55% 40,95% 23,91% 40,68% 23,61% 34,77% 21,16%

20.000 5,44% 6,58% 3,17% 7,02% 5,13% 6,42% 8,27% 7,12% 4,91% 6,41% 4,26% 8,52% 3,91% 8,20% 4,95% 8,18% 4,98% 7,74%

10.000 7,94% 10,89% 9,78% 14,14% 8,02% 11,92% 13,50% 12,07% 8,17% 11,22% 6,81% 13,45% 6,29% 11,82% 7,40% 13,08% 7,94% 11,81%

5.000 12,63% 15,94% 14,91% 19,49% 9,81% 16,70% 19,20% 17,03% 10,96% 15,41% 8,32% 22,03% 8,24% 16,30% 9,24% 16,40% 11,08% 17,48%

2.000 15,45% 18,41% 13,09% 19,68% 13,92% 18,87% 20,99% 20,23% 13,53% 18,38% 9,45% 25,91% 9,85% 22,19% 9,45% 24,44% 12,56% 22,34%

1.000 7,11% 7,98% 3,65% 6,85% 3,61% 6,82% 5,76% 5,21% 2,90% 4,95% 1,92% 4,78% 1,48% 5,66% 1,05% 3,26% 1,55% 2,67%

Jlh. Uang Kertas 95,39% 92,96% 95,02% 95,97% 95,98% 95,83% 17,99% 95,21% 98,29% 98,13% 99,46% 99,94% 99,95% 99,77% 99,96% 99,16% 99,85% 98,04%

1.000 2,27% 6,26% 26,81% 18,52% 18,29% 19,10% 16,24% 10,79% 5,35% 0,11% 0,08% 29,93% 0,40% 9,38% 3,16% 7,52% 12,70% 11,11%

500 52,63% 46,62% 36,05% 33,65% 38,82% 44,76% 49,76% 49,12% 46,33% 69,28% 96,41% 35,98% 16,48% 18,76% 27,40% 9,86% 16,81% 33,33%

200 18,83% 17,54% 11,05% 15,34% 6,62% 12,06% 6,17% 14,14% 13,01% 10,99% 0,35% 1,54% 12,53% 23,45% 21,64% 16,51% 31,26% 25,25%

100 21,97% 21,66% 17,35% 22,73% 17,54% 16,51% 9,90% 12,15% 32,56% 19,19% 3,14% 31,64% 66,39% 46,90% 36,38% 62,00% 39,19% 30,30%

50 4,30% 7,92% 8,73% 9,66% 18,72% 7,57% 17,94% 13,60% 2,75% 0,21% 0,02% 0,90% 4,19% 1,50% 2,64% 4,11% 0,03% 0,00%

25 0,00% 0,00% 0,00% 0,10% 0,01% 0,00% 0,00% 0,20% 0,00% 0,23% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 8,77% 0,00% 0,00% 0,00%

Jlh. Uang Logam 4,61% 7,04% 4,98% 4,03% 4,02% 4,17% 82,01% 4,79% 1,71% 1,87% 0,54% 0,06% 0,05% 0,23% 0,04% 0,84% 0,15% 1,96%

Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Pecahan2013 2014 2015 20172016

Tabel 6.2. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan (dalam lembar)

c. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi

Aliran perkasan selama periode laporan dari sisi inflow didominasi oleh pecahan Rp2.000,-

sedangkan dari sisi outflow didominasi oleh pecahan Rp100.000,-. Dari sisi inflow, pada triwulan II

2017, jumlah lembar uang kertas denominasi Rp2.000,- mencapai 2,2 juta lembar atau 22,34% dari total

seluruh uang kertas yang masuk ke perbankan. Sementara itu di sisi outflow, denominasi Rp100.000,-

tercatat sebanyak 14,5 juta lembar atau 34,90% dari total seluruh uang kertas yang keluar dari

perbankan. Sementara itu, khusus untuk uang logam, pecahan Rp500,- mendominasi dari sisi inflow dan

pecahan Rp1.000,- mendominasi dari sisi outflow.

Tabel 6.3. Pangsa Denominasi Uang Inflow

Sumber : KPw BI Prov. Sulawesi Tengah

Sumber : KPw BI Prov. Sulawesi Tengah

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

*Data yang digunakan adalah total kliring kredit dan kliring debet Provinsi Sulawesi Tengah

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

100.000 15,28% 27,45% 27,50% 31,81% 24,41% 32,15% 31,84% 38,99% 23,16% 32,53% 32,08% 32,62% 21,54% 30,32% 32,45% 35,89% 27,69% 34,90%

50.000 28,42% 36,81% 33,40% 34,88% 27,99% 29,34% 29,27% 30,23% 24,98% 35,00% 41,86% 42,47% 27,52% 32,06% 42,50% 32,50% 20,86% 28,19%

20.000 7,32% 4,19% 1,08% 4,17% 6,37% 4,93% 4,84% 4,29% 6,84% 4,31% 3,18% 3,59% 6,42% 4,80% 3,34% 4,21% 7,73% 4,40%

10.000 10,25% 7,81% 9,86% 6,87% 8,52% 7,50% 6,59% 6,63% 10,33% 7,39% 5,28% 5,54% 11,18% 8,07% 4,76% 6,80% 10,62% 7,29%

5.000 15,80% 11,12% 13,99% 8,89% 11,82% 9,61% 10,54% 8,61% 13,78% 8,95% 7,46% 6,61% 15,25% 10,92% 7,63% 8,77% 14,44% 10,29%

2.000 14,55% 12,14% 13,91% 9,49% 15,49% 11,63% 13,33% 10,18% 16,85% 10,81% 9,60% 9,12% 17,86% 13,77% 9,20% 11,63% 15,71% 13,75%

1.000 8,39% 0,49% 0,26% 3,89% 5,39% 4,83% 3,58% 1,07% 4,06% 1,02% 0,53% 0,05% 0,23% 0,06% 0,12% 0,20% 2,95% 1,18%

Jlh. Uang Kertas 92,85% 93,56% 92,08% 94,45% 90,72% 92,83% 24,40% 94,95% 92,53% 96,86% 95,95% 93,45% 81,89% 93,55% 92,21% 92,05% 89,22% 95,97%

1.000 9,51% 32,56% 43,37% 35,54% 35,06% 33,89% 36,06% 35,92% 9,59% 44,71% 30,49% 36,45% 41,07% 40,41% 43,87% 44,28% 42,51% 42,14%

500 34,63% 25,31% 20,01% 22,27% 26,33% 24,55% 27,83% 19,82% 31,76% 11,66% 24,68% 24,21% 29,24% 21,46% 26,80% 27,85% 28,92% 25,97%

200 29,33% 19,56% 15,73% 19,94% 13,14% 17,92% 16,15% 19,94% 28,33% 18,70% 24,75% 18,36% 14,71% 19,81% 14,00% 16,30% 13,65% 14,24%

100 22,14% 16,68% 16,09% 18,95% 15,40% 19,13% 4,13% 19,25% 29,46% 24,93% 20,09% 20,98% 14,98% 18,32% 15,33% 11,57% 14,92% 17,65%

50 4,38% 5,88% 4,80% 3,30% 10,07% 4,52% 15,83% 5,08% 0,86% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

25 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Jlh. Uang Logam 7,15% 6,44% 7,92% 5,55% 9,28% 7,17% 75,60% 5,05% 7,47% 3,14% 4,05% 6,55% 18,11% 6,45% 7,79% 7,95% 10,78% 4,03%

Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

20172016Pecahan

2013 2014 2015

Tabel 6.4. Pangsa Denominasi Uang Outflow

6.1.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai

Transaksi keuangan secara non tunai mencakup transaksi yang menggunakan BI-Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Seperti halnya daerah lain,

transaksi RTGS (outgoing) lebih dominan digunakan di Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan

dengan sistem kliring.

Pertumbuhan RTGS dan kliring cenderung mengalami penurunan pada triwulan laporan. Nominal

kliring pada triwulan II 2017 tercatat sebesar Rp2,2 triliun dengan jumlah warkat yang dikliringkan

sebanyak 51.937 lembar. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp2,72 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 57.463 lembar. Jumlah rata-rata lembar

kliring perhari selama triwulan II 2017 sebanyak 865,62 lembar lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebanyak 957,72 lembar. Secara umum transaksi Kliring pada triwulan II 2017 lebih

rendah jika dibandingkan dengan transaksi kliring pada triwulan I 2017.*

Sumber : KPw BI Prov. Sulawesi Tengah

Sumber : KPw BI Prov. Sulteng

Grafik 6.4. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi

Tengah

Grafik 6.5. Pangsa Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring

Provinsi Sulawesi Tengah

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

*Data yang digunakan adalah total kliring kredit dan kliring debet Provinsi Sulawesi Tengah

81

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Nominal RTGS Ingoing (Miliar Rp)

13.018,66 17.227,05 17.913,98 8.741,30 9.946,72 15.830,04 14.712,8 4.444,4 - - - - - -

Nominal RTGS Outgoing (Miliar

Rp) 16.938,50 20.437,70 24.274,05 20.260,32 17.006,15 22.232,19 19.310,64 10.302,6 3.163,0 2.696,2 1.357,6 3.513,6 3.292,1 2.359,1

Net Outgoing (Miliar Rp) 3.920 3.211 6.360 11.519 7059.43 10.987 4.597,88 5.858 - - - - - -

Pert. RTGS Ingoing (yoy)67,17% 203,13% 118,45% -33,56% -23,60% -8,11% -17,87% -49,16% - - - - - -

Pert. RTGS Outgoing (yoy)59,12% 148,48% 131,60% 38,43% 0.40% 8,78% -20,45% -49,15% -81,40% -87,87% -92,97% -65,90% 4,08% -12,50%

2015 2016 2017Keterangan

2014

Pertumbuhan nominal transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time

Gross Settlement (BI-RTGS) Generasi 2 pada triwulan II 2017 mengalami penurunan dari sisi

outgoing sedangkan data dari transaksi sisi ingoing di sistem RTGS Generasi 2 belum tersedia.

Dana keluar (outgoing) melalui RTGS pada triwulan II tahun 2017 tercatat sebesar Rp2,3 triliun, menurun

sebesar 12,50% dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Sejak tanggal 16

November 2015, Bank Indonesia telah memberlakukan BI-RTGS II adapun batas minimal nominal yang

dapat ditransaksikan adalah sebesar Rp500 juta/transaksi sedangkan nilai nominal untuk transaksi melalui

Sistem Kliring Nasinal Bank Indonesia (SKNBI), tidak lagi dibatasi sehingga dapat bernilai lebih Rp500

juta/transaksi.

Tabel 6.4. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah

Pada triwulan II 2017 peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami penurunan baik dari sisi

nominal maupun dari sisi peredaran warkat. Cek dan Bilyet Giro (BG) kosong yang dikliringkan pada

triwulan laporan tercatat sebanyak 549 lembar dengan nominal sebesar Rp17,20 miliar. Persentase rata-

rata harian nominal Cek/BG yang ditolak pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 0,77% dari total Cek/BG.

Kondisi ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan I 2017 dimana cek/BG yang ditolak

sebesar 0,81% untuk rata-rata harian nominal Cek/BG. Dalam waktu mendatang, transaksi non tunai

oleh masyarakat diharapkan dapat lebih meningkat penggunaannya. Transaksi non tunai diharapkan

dapat mengurangi risiko tindakan kejahatan seperti perampokan, pencurian dan terhindar dari uang

palsu.

--- o0o ---

Sumber : KPw BI Prov. Sulawesi Tengah

Grafik 6.6. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring

Prov. Sulawesi Tengah

Grafik 6.7. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi

Sulawesi Tengah

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

90

I DAERAH

KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum tumbuh

positif. Hal ini terlihat dari jumlah angkatan kerja yang meningkat dan

diikuti oleh menurunnya tingkat pengangguran terbuka.

Tingkat kemiskinan mengalami sedikit peningkatan seiring dengan

perlambatan pertumbuhan ekonomi pada awal tahun 2017.

Gini rasio Sulteng sedikit membaik dari 0,362 di Maret 2016 menjadi

0,355 di Maret 2017. Akan tetapi masih mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan September 2016 yang sebesar 0,347

Nilai tukar petani (NTP) Sulawesi Tengah masih berada di bawah NTP

Nasional. Untuk itu perlu upaya lebih dalam meningkatkan

pemberdayaan petani, baik melalui program ekstensifikasi maupun

intensifikasi, serta meningkatkan daya tawar petani melalui perbaikan

kelembagaan.

BAB VI

1.510.782 (orang)

Jumlah yang Bekerja

46.317 (orang)

Pengangguran

413.150 (orang)

Penduduk Miskin

95,36

Nilai Tukar Petani

Kelompok Tani Suka Maju dan Kelompok Merta Sari di Desa Tolai Kabupaten Parimo

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

91

6.1. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami perkembangan positif

dibandingkan semester sebelumnya (periode Agustus 2016). Pada triwulan berjalan,

perkembangannya juga masih menunjukkan tren yang positif. Jumlah angkatan kerja pada

Februari 2017 mencapai 1,56 juta orang atau lebih tinggi dibandingkan periode Agustus 2016 yang

tercatat sebanyak 1,51 juta orang ataupun periode Februari 2016 yang hanya mencapai 1,49 juta

orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat menjadi 73,87% dari posisi sebelumnya

72,28%. Kondisi ini menyebabkan jumlah penganggur (data Februari 2017) mencapai 46.317 atau

menurun dibandingkan periode Agustus 2016 sebesar 49.702 ataupun periode Februari 2016 sebesar

51.697 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja yang disertai dengan penurunan jumlah

pengangguran menyebabkan terjadinya penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 3,29%

pada Agustus 2016 menjadi 2,97% pada periode Februari 2017.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama

2017**)

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

1. Angkatan Kerja 1.396.799 1.293.332 1.427.819 1.342.615 1.426.527 1.384.235 1.494.757 1.509.505 1.557.099

Bekerja 1.359.843 1.239.122 1.386.103 1.293.226 1.383.919 1.327.418 1.443.060 1.459.803 1.510.782

Pengangguran 36.956 54.210 41.716 49.389 42.608 56.817 51.697 49.702 46.317

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,40 65,56 71,79 66,76 70,21 67,51 72,20 72,28 73,87

3. Tingkat Pengangguran Terbuka 2,65 4,19 2,92 3,68 2,99 4,10 3,46 3,29 2,97

4. Pekerja Tidak Penuh 518.333 575.833 508.418 498.641 554.038 492.184 533.537 472 413 595.452

Setengah Penganggur 141.983 148.815 140.543 129.537 171.311 149.355 168.967 144 277 150.499

Paruh Waktu 376.350 427.018 367.875 369.104 382.727 342.829 364.570 472 413 444.953

2016**)2014**) 2015**)Jenis Kegiatan Utama

2013*)

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

Berdasarkan lapangan kerja utama, jumlah tenaga kerja sektor industri dan pertanian

mengalami peningkatan. Jumlah tenaga kerja sektor industri mengalami peningkatan dari 76.733

pekerja pada Februari 2016 menjadi 93.209 pekerja pada Februari 2017, peningkatan tingkat

penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh masih adanya perekrutan oleh perusahaan smelter di

Morowali Utara yang telah mulai beroperasi. Pada triwulan IV 2017, penyerapan tenaga kerja

diprediksi akan kembali meningkat karena masih terdapat lowongan pekerjaan yang masih akan

Grafik 6.1. Penduduk yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan Utama

Grafik 6.2. Persentase Penduduk yang Bekerja

Menurut Lapangan Kerja Utama

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

92

dibuka secara bergelombang seiring dengan adanya rencana penyelesaian pabrik pengolahan amonia

pada bulan November 2017.1

Sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.

Jumlah tenaga kerja sektor pertanian mengalami peningkatan dari 630.176 pekerja di Februari 2016

menjadi 709.540 pekerja pada Februari 2017. Kondisi tersebut didorong oleh mulai pulihnya kegiatan

usaha pertanian seiring dengan berakhirnya periode anomali cuaca El Nino dan La Nina yang sempat

menurunkan produksi pertanian beberapa periode sebelumnya. Meningkatnya penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian juga tercermin dari meningkatnya luas tanam periode masa tanam Oktober-

Maret yang mencapai 124.395 Ha. Pencapaian luas tanam tersebut meningkat 109,94% atau naik

11.246 Ha dibandingkan masa tanam Oktober Maret 2016.2

Menurut tingkat pendidikannya, penyerapan tenaga kerja Sulawesi Tengah pada Februari 2017

masih didominasi oleh pekerja berpendidikan rendah. Jumlah angkatan kerja yang bekerja

berdasarkan tingkat pendidikan SD ke bawah tercatat sebanyak 691.307 orang, sedangkan SMP

berjumlah 275.357 orang dan SMA sebanyak 271.030 orang. Jumlah pekerja yang berpendidikan

DI/II/III memiliki jumlah paling sedikit yakni sebanyak 35.089 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

struktur ketenagakerjaan Sulteng masih belum memiliki fundamental yang kuat, karena masih

didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah. Kondisi ini perlu lebih disikapi

serius oleh pemerintah daerah, sehingga ke depan dapat lebih ditingkatkan investasi pada kualitas dan

kuantitas tenaga terdidik sehingga mampu bersaing dalam lingkup Nasional maupun regional ASEAN.

Pentingnya peningkatan kualitas tenaga kerja juga disebabkan karena pasar tenaga kerja Indonesia

harus bersaing dengan tenaga kerja regional seiring dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean

(MEA).

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2017**)

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

1. SD Ke Bawah 694.683 600.885 678.621 643.854 641.225 629.499 669.469 652.876 691.307

2. SMP 223.334 212.120 237.823 219.401 264.842 231.003 263.204 270.624 275.357

3. SMA 206.295 210.384 246.422 213.722 247.275 237.707 245.050 259.311 271.030

4. SMK 84.806 77.600 82.264 73.858 93.061 83.642 112.990 98.655 112.424

5. Diploma I/II/III 44.086 37.497 39.626 35.488 29.437 29.360 37.460 45.913 35.089

6. Universitas 106.639 100.636 101.347 106.903 108.079 116.207 114.887 132.424 125.575

Jumlah 1.359.843 1.239.122 1.386.103 1.293.226 1.383.919 1.327.418 1.443.060 1.459.803 1.510.782

2016**)Jenis Kegiatan Utama

2013*) 2014**) 2015**)

Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh masyarakat yang bekerja di

sektor informal. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori

berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sedangkan sisanya termasuk

pekerja informal. Pada bulan Februari 2017 masyarakat Sulawesi Tengah yang bekerja pada kegiatan

formal sebanyak 477.124 orang (31,58%), sedangkan yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak

1 Hasil Liaison KPw BI Sulawesi Tengah terhadap perusahaan industri pengolahan di Kab. Banggai 2 Hasil FGD Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

93

1.033.658 orang (68,42%). Kemajuan perekonomian Sulawesi Tengah dan semakin terbukanya

peluang pasar kerja untuk sektor industri pengolahan diperkirakan akan semakin memperbesar

kesempatan kerja masyarakat Sulawesi Tengah di sektor formal. Pembangunan sumber daya manusia

sendiri merupakan prioritas utama dalam RPJMD 2016-2021 membuat Pemerintah Daerah dapat lebih

meningkatkan kontribusinya dalam membangun sumber daya manusia lokal yang mampu bersaing di

pasar kerja modern yang bersifat borderless. Hal ini disebabkan karena saat ini informasi lowongan

pekerjaan tanpa melalui perantara dan batas negara karena diperoleh melalui teknologi informasi

khususnya internet.

TPT tertinggi di Sulawesi Tengah terdapat pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat

pendidikan SMA yang mencapai 5,33%, diikuti SMK mencapai 5,12%, dan SMP mencapai

2,65%. Jika melihat data di atas (Grafik 7.3), tenaga kerja Sulawesi Tengah banyak terserap pada

sektor-sektor yang kurang membutuhkan keterampilan tinggi. Pemerintah daerah diharapkan

mendorong peningkatan penciptaan lapangan kerja khususnya bagi tenaga kerja terdidik, sehingga

meningkatkan motivasi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Pemerintah daerah juga

diharapkan lebih mendorong lulusan Sekolah Menengah Kejuruan untuk lebih berani dan kreatif

menjadi wirausaha sehingga dapat mendorong penciptaan lapangan kerja baru. Perbankan dan

lembaga keuangan lain juga diharapkan dapat memberikan bantuan dengan menyediakan kredit

modal kerja sebagai bantuan start up pada penciptaan wirausaha baru. Outlook dunia usaha yang

akhir-akhir ini cenderung stagnan membutuhkan dukungan wirausaha-wirausaha baru untuk

menciptakan inovasi dunia usaha dan mengembangkan industri kreatif yang kompetitif. Hal ini juga

didukung oleh masih terbukanya peluang pasar pada industri kreatif tidak hanya pada level Nasional

tetapi pada level Internasional.

Tingkat UMP tahun 2017 ditetapkan sebesar Rp1.807.775,00 meningkat 8,25% dari tahun

sebelumnya. Peningkatan UMP diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama

Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut

Tingkat Pendidikan

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

94

bagi masyarakat yang bekerja di sektor formal. Peningkatan UMP juga diharapkan mampu

meningkatkan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Meskipun

demikian, pihak pemerintah masih harus melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan

UMP tersebut, sehingga upah yang diberikan oleh perusahaan yang berada di Sulawesi Tengah

minimal sesuai dengan besaran UMP yang ditetapkan.

6.2. Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada Maret 2017 tercatat sebanyak 417.870 jiwa

atau 14,14% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dari posisi

September 2016 yang tercatat 14,09%. Dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir jumlah dan

persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah terus mengalami penurunan yang mengindikasikan

bahwa program jangka menengah pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah

sudah memberikan dampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah.

Namun demikian, pergerakan grafik penurunan angka yang cukup rigid dalam tiga tahun terakhir

mengindikasikan bahwa upaya-upaya pengentasan kemiskinan masih harus ditingkatkan. Persentase

angka kemiskinan masih berada pada kisaran 14% (Lihat Grafik 5.6).

Tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah tercatat masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

kemiskinan Nasional yang hanya tercatat 10,64%. Upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan

di Sulawesi Tengah diharapkan dapat ditingkatkan terutama pada daerah pedesaan yang memiliki

jumlah dan persentase penduduk miskin lebih tinggi (grafik 6.10). Tingkat kemiskinan diharapkan

dapat menurun seiring dengan adanya peningkatan alokasi Anggaran Dana Desa (ADD) untuk

Sulawesi Tengah pada 2017 yang meningkat Rp210 miliar, sehingga total ADD 2017 mencapai Rp

1,43 triliun. Alokasi ADD juga diharapkan mendorong proses pembangunan Indonesia dari daerah

pinggiran dengan memperkuat ekonomi di daerah pedesaan.

Grafik 6.4. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah

dan Inflasi Kota Palu

Grafik 6.5. Perkembangan UMP dan Kebutuhan Hidup

Layak (KHL)

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

95

Tabel 6.3. Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah (Rilis Maret 2017)

Tahun Penduduk Miskin Persentase

2007 557.400 22,42

2008 524.700 20,75

2009 489.840 18,98

2010 474.990 18,07

2011 433.660 16,04

2012 410.980 14,94

2013 400.410 14,32

2014 (Mar) 392.650 13,93

2014 (Sep) 387.060 13,61

2015 (Mar) 421.630 14,66

2015 (Sep) 406.340 14,07

2016 (Mar) 420.520 14,45

2016 (Sep) 413.150 14,09

2017 (Mar) 417.870 14,14

Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, jumlah penduduk miskin Sulawesi Tengah sedikit

mengalami penurunan baik di pedesaan maupun perkotaan jika dibandingkan periode

sebelumnya. Jumlah penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2017 mengalami peningkatan dari

15,48% menjadi 15,54%. Begitupula dengan penduduk miskin di kota yang juga mengalami

peningkatan dari 10,07% menjadi 10,16%. Peningkatan kemiskinan yang terjadi seiring dengan

perlambatan pertumbuhan ekonomi ini diharapkan mengalami perbaikan seiring adanya realisasi

pembangunan khususnya yang berasal dari proyek ADD. Melalui pengembangan pedesaan maka

diharapkan dapat terwujud suatu pola pembangunan inklusif yang dapat lebih mendorong

peningkatan pendapatan masyarakat secara riil dan dalam jangka panjang sehingga dapat

mengurangi tingkat kemiskinan secara umum.

Sumber : BPS Sulawesi Tengah, data Susenas diolah

Grafik 6.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin

Sulawesi Tengah Grafik 6.7. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi

Tinggal Sulawesi Tengah

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

96

Apabila ditinjau dengan tingkat Garis Kemiskinan (GKM), maka GKM menunjukkan adanya

perubahan yang berfluktuatif mengikuti tingkat inflasi. GKM pada Maret 2017 sebesar Rp391.763

per kapita/bulan. GKM tersebut mengalami peningkatan dari periode survei sebelumnya, yakni

September 2016 atau tumbuh 2,35% (ctc). Pertumbuhan GKM per semester tersebut masih lebih

tinggi jika dibandingkan semester sebelumnya yang hanya meningkat 1,89% (ctc). Percepatan growth

tersebut mengikuti peningkatan tekanan inflasi yakni dari 1,46% (ctc) menjadi 2,55% (ctc).

GKM Provinsi Sulawesi Tengah sebagian besar terdiri atas komponen makanan dengan share

mencapai 76% dan komponen non-makanan mencapai 24%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa untuk menekan angka kemiskinan, pemerintah daerah perlu lebih meningkatkan upaya-upaya

untuk menjaga stabilitas harga, terutama barang-barang kebutuhan pokok yang banyak dikonsumsi

masyarakat miskin. Dalam hal ini, peran aktif Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga

kestabilan harga menjadi penting dan perlu untuk terus ditingkatkan.

Grafik 6.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 6.9. Indeks Keparahan Kemiskinan Sulawesi

Tengah

Grafik 6.10. Garis Kemiskinan dan Inflasi Grafik 6.11. Perkembangan Garis Kemiskinan

Provinsi Sulawesi Tengah 2007-2014

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

97

6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulteng

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Juni 2017 berada pada level 93,84

poin; menurun -6,26% (yoy) dan -0,13% (mtm). Hal ini menggambarkan bahwa harga barang

yang diterima petani masih lebih rendah dibandingkan dengan harga barang yang harus mereka bayar

untuk dikonsumsi. Jika dibandingkan petani di provinsi lain yang berada di pulau Sulawesi, Maluku

dan Papua, petani di Sulawesi Tengah memiliki NTP terendah ke-dua setelah Sulawesi Utara. Nilai NTP

Sulawesi Tengah tersebut juga masih berada di bawah Nasional yang mencapai 100,53 poin.

Program-program untuk meningkatkan produksi pertanian baik melalui kegiatan intensifikasi maupun

ekstensifikasi diharapkan dapat terus ditingkatkan, sehingga dapat memberikan nilai tambah yang

lebih bagi petani baik untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Hal lain yang dapat dilakukan

adalah lebih memperkuat kelembagaan petani sehingga meningkatkan posisi tawar petani pada saat

akan menjual produk yang dihasilkan. Sosialisasi dan pemanfaatan dari PIHPS Sulawesi Tengah dapat

terus didorong sehingga dapat memberikan informasi harga dan pasokan yang akurat bagi petani

sehingga dapat meningkatkan daya tawar ketika berhadapan dengan tengkulak.

--oOo--

Grafik 6.13. Perbandingan NTP Sulteng

dan NTP Sulampua-Nasional

Grafik 6.12.Perkembangan NTP Sulteng

per Sub Sektor

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

98

I DAERAH

h

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II 2017

dan triwulan III 2017 diperkirakan masih tumbuh meningkat lebih tinggi

dari periode sebelumnya.

Tekanan inflasi tahunan Kota Palu pada triwulan III 2017 diperkirakan

akan mengalami penurunan karena turunnya permintaan setelah Hari

Ramadan dan Lebaran. Walaupun demikian perlu diwaspadai

peningkatan harga dari sisi Supply khususnya berasal dari subkelompok

ikan segar, bumbu-bumbuan dan sayuran karena cuaca.

Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah di akhir

2017 diperkirakan berada pada kisaran 5,9% - 6,3% (yoy). Sementara

pada triwulan III diperkirakan pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy).

BAB VI

Kontribusi industri

pengolahan diperkirakan

meningkat

Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Smelter LNG

Realisasi

Investasi

Masih tinggi

Sektor pertanian masih

tumbuh terbatas

Curah

hujan

tinggi

Potensi

MJO

Amonia

Tekanan Inflasi

Administered

Prices

diperkirakan

meningkat

Curah hujan

diperkirakan masih

tinggi sebagai

dampak

gelombang

madden julian

oscillation

Puasa dan Lebaran

diperkirakan

meningkatkan tekanan

harga pada kelompok

bumbu-bumbuan dan

komoditas angkutan

udara, serta tekanan

inflasi pada triwulan II

2017.

BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Konferensi Pers Peluang dan Tantangan Ekonomi Sulawesi Tengah bersama

wartawan di Kota Palu

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

99

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2017 dan triwulan IV 2017

diperkirakan masih mengalami akselerasi lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Arah pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 diperkirakan masih berada pada

level optimis. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III diperkirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6%.

Adapun faktor-faktor pendukung pertumbuhan diantaranya diperkirakan berasal dari peningkatan

konsumsi seiring dengan perayaan Idul Adha dan event-event berskala internasional di Sulawesi

Tengah. Selain itu pertumbuhan juga masih didorong oleh optimisme dari sektor pengolahan dan

ekspor. Sedangkan pada triwulan IV 2017, perekonomian Sulteng diperkirakan tumbuh pada kisaran

13,10% - 13,5% yang didukung

diantaranya dari perkiraan meningkatnya

belanja pemerintah dan hasil panen di

sektor pertanian. Dorongan stimulus

fiskal tersebut, juga didukung oleh

adanya optimisme konsumsi masyarakat

seiring dengan adanya perayaan Natal

dan Tahun baru. Masih positifnya

proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan

III dan IV diantaranya juga didukung oleh

meningkatnya output dari pertambangan dan industri pengolahan khususnya untuk komoditas LNG

dan nickel pig iron (NPI) dan pabrik pengolahan amonia. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi

Provinsi Sulawesi Tengah secara tahunan diperkirakan berada pada kisaran 7,7% - 8,1% (yoy).

Secara sektoral, terdapat beberapa sektor yang diperkirakan menjadi sumber optimisme

pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor tersebut adalah industri pengolahan yang diperkirakan

masih mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Walaupun tidak

setinggi periode sebelumnya, namun perkembangan sektor ini pada 2017 diperkirakan masih positif.

Hal tersebut diperkirakan berasal dari pabrik pengolahan nikel (Smelter) di Kabupaten Morowali yang

pada tahun 2017 ini akan beroperasi secara optimal. Selain itu, pabrik pengolahan amonia di

Kabupaten Banggai (PT Panca Amara) pada akhir tahun diperkirakan sudah melakukan ekspor

sehingga output dari sektor pengolahan masih tetap positif1. Optimisme juga berasal dari sektor listrik,

air dan gas yang pada tahun 2017 hingga awal 2018 masih terus tumbuh positif. Rencana

pembangunan pabrik listrik dilakukan oleh perusahaan yang berada di Kawasan Industri Morowali dan

Kawasan Industri Palu untuk memasok listrik pada pabrik pengolahan yang berada di wilayah

tersebut2. Optimisme dari sektor listrik juga berasal dari penambahan turbin pada PLTA Poso I di

1 Hasil FGD Dinas DPMPTSP Prov. Sulawesi Tengah.

2 Anekdotal information

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

100

Kabupaten Poso. Apabila pembangkit tersebut beroperasi penuh maka defisit listrik di Sulawesi

Tengah diperkirakan akan berakhir.

Optimisme pertumbuhan ekonomi juga berasal dari sektor pertanian khususnya sub sektor

tanaman pangan dan perkebunan yang diperkirakan masih menjadi salah satu mesin penggerak

pertumbuhan. Pada akhir triwulan III 2017 diperkirakan tanaman pangan masih tumbuh positif

seiring dengan adanya panen padi kedua untuk tanaman pangan khususnya padi. Kondisi ini

diperkirakan masih menjaga optimisme pertumbuhan ekonomi khususnya dari sektor pertanian.

Selain itu, pada bulan September diperkirakan akan ada panen kakao yang biasanya pada bulan Mei

dan September. Adanya panen kakao diperkirakan akan menjaga optimisme sektor pertanian pada

triwulan III 2017 mengingat sumbangan dari subsektor tanaman perkebunan pada PDRB Sulawesi

Tengah mencapai 12,02% dari total PDRB.

Dari sisi permintaan, diperkirakan kegiatan ekspor luar negeri masih optimis walaupun tidak

tumbuh sekuat periode sebelumnya. Mulai pulihnya harga komoditas internasional dan mulai

optimisnya perekonomian negara mitra ekspor utama seperti Jepang diperkirakan akan memberikan

dampak pada perkembangan perekonomian Sulawesi Tengah. PMI Jepang tumbuh cukup positif dan

berada pada angka positif 52,4 stabil dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu

Tiongkok masih optimis walaupun nilai indeks manufaktur mengalami penurunan menjadi 50,4%

lebih rendah daripada triwulan I 2017 yang mencapai 51,2%. Ekspor nikel dan LNG diperkirakan

menjadi penggerak utama optimisme ekspor pada triwulan depan. Diharapkan optimisme tersebut

semakin menguat sehingga mampu menjaga demand ekspor hingga akhir tahun 2017.

Tabel 7.1. Outlook Perekonomian Dunia

Mei Jun

Dunia 3.1 3.1 3.7 3.8 3.9

India 7.3 7.6 7.3 7.3 7.6

Tiongkok 6.9 6.6 6.6 6.6 6.2

Amerika 2.5 1.6 2.1 2.2 2.4

Eropa 1.5 1.7 1.7 1.6 1.6

Jepang 0.6 0.5 1.4 1.4 1.1

Negara 2015Proyeksi 2017 Proyeksi

20182016

Sumber : Bank Indonesia

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

101

Perkembangan harga komoditas diperkirakan mulai membaik pada tahun 2017. Indeks harga

nikel pada semester II 2017 diperkirakan meningkat 20,4% (yoy). Sedangkan perkiraan peningkatan di

akhir tahun 2017 akan mencapai 12,3% (yoy)3. Outlook pemulihan harga komoditas nikel tersebut

selain menjadi faktor pendorong peningkatan aktivitas sektor pertambangan juga diperkirakan dapat

memberikan dampak yang positif pada industri pengolahan. Optimisme peningkatan harga

diperkirakan juga berasal dari LNG (Henry Hub Prices Index) yang diperkirakan sedikit meningkat pada

pertengahan tahun 2017. Peningkatan harga tersebut diperkirakan menjadi faktor positif yang

mampu menahan turunnya perekonomian Sulawesi Tengah pada triwulan II dan III 2017.

Dari konteks moneter, kebijakan Bank Indonesia melalui pelonggaran GWM dan penurunan

suku bunga acuan diharapkan dapat terus mendorong optimisme sektor riil. Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 19/6/PBI/2017 tanggal 18 April 2017 tentang Giro Wajib Minimum

Bank Umum dalam rupiah dan valas yang mulai berlaku pada 1 Juli 2017 diharapkan mampu

3 Index mundi

Grafik 7.5. Perkembangan Indeks Ekspektasi

Konsumen Grafik 7.6. Perkembangan Indeks Keyakinan

Konsumen

7.4. Proyeksi Harga Jual LNG (Henry Hub Prices

Index)

Grafik 7.3. Perkembangan BI Rate dan Suku

Bunga Kredit Bank Umum di Sulawesi Tengah

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

102

memberikan fleksibilitas dalam penggunaan likuiditas pada perbankan. Berdasarakan RDG terakhir

tingkat BI 7-day Reverse Repo Rate masih ditahan pada angka 4,75%. Keputusan untuk menahan

suku bunga acuan ini, diharapkan mampu meningkatkan outstanding kredit sektoral. Stabilnya

tingkat suku bunga acuan diharapkan dapat memacu konsumsi masyarakat hingga akhir tahun 2017.

Tingkat konsumsi rumah tangga diharapkan masih menjadi penggerak perekonomian khususnya dari

sisi permintaan domestik. Hal ini searah dengan optimisme yang terlihat dari nilai IKK yang pada

triwulan III 2017 mengalami peningkatan. Posisi indeks rencana pembelian barang tahan lama (Grafik

7.7) yang berada pada angka 108,82 atau tumbuh 1,1%(qtq) diharapkan dapat menjaga tingkat

konsumsi masyarakat secara umum. Indeks rencana pembelian barang tahan lama diatas 100

menunjukkan bahwa konsumen masih memiliki kelebihan anggaran untuk melakukan pembelian

barang tersier. Selain itu, optimisme konsumsi juga terlihat dari perkiraan pendapatan rumah tangga

mendatang yang masih tumbuh 0,8%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya4.

Secara keseluruhan perekonomian Sulawesi Tengah pada 2017 diperkirakan masih bertumbuh

walaupun tidak setinggi tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih didorong

oleh sektor pertambangan pengolahan dan pertanian. Faktor lain yang mendorong perekonomian

diperkirakan berasal dari mulai bergeraknya konsumsi pemerintah terkait dengan mulai

direalisasikannya proyek-proyek pemerintah pada triwulan III 2017. Kegiatan konsumsi masyarakat

juga diperkirakan masih positif yang didorong oleh pembelian barang dan jasa khususnya terkait

dengan Hari Raya Idul Adha. Selain itu optimisme konsumsi diperkirakan berasal dari meningkatnya

pengeluaran masyarakat karena adanya beberapa event berskala Nasional dan Internasional di

Sulawesi Tengah. Sebagai contoh adalah Festival Kepulauan Togean, Festival Danau Poso, dan Festival

Pesona Palu Nomoni yang dirangkaikan dengan pekan teknologi Nasional yang rencananya akan

dihadiri oleh Presiden Jokowi. Selain itu juga terdapat event sepeda internasional Tour De Central

Celebes 2017 yang diperkirakan akan menyerap 1.500 peserta dari negara-negara ASEAN, Australia,

dan Amerika, serta peserta lokal dari seluruh Indonesia. Secara sektoral banyaknya event tersebut

juga akan memberikan dampak pada sektor perdagangan, Akomodasi dan juga transportasi di

Sulawesi Tengah.

4 Hasil Survei Konsumen Desember 2016 KPw BI Sulawesi Tengah

Grafik 7.7. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

103

Walaupun demikian, terdapat beberapa faktor yang perlu diwaspadai selama tahun 2017 diantaranya

adalah masih belum stabilnya kondisi cuaca di Sulawesi Tengah sebagai dampak lanjutan dari

ancaman La Nina yang bersifat basah. Hujan yang terus menerus ini berdampak pada areal pertanian

dan perkebunan karena berpotensi mengurangi output. Bagi tanaman pangan hujan membuat padi

terendam sehingga busuk dan gagal panen. Sementara itu bagi tanaman perkebunan, hujan yang

terus menerus juga dapat mengurangi output khususnya pada tanaman coklat karena membuat

tanaman tidak bisa dijemur dan berjamur karena kurang panas. Untuk perkebunan kelapa sawit hujan

yang terus menerus juga menurunkan kualitas dari buah sawit secara keseluruhan karena terlalu

banyak air. Curah hujan yang cukup tinggi juga membuat nelayan tidak bisa melaut yang berdampak

pada turunnya output sektor perikanan secara umum.

Selesainya proyek-proyek konstruksi berskala besar juga menjadi hal yang perlu mendapatkan

perhatian karena berkurangnya kebutuhan tenaga kerja dalam proyek tersebut. Berkurangnya tenaga

kerja diperkirakan akan berdampak pada meningkatnya pengangguran yang juga akan memberikan

dampak pada turunnya kemampuan konsumsi masyarakat di Sulawesi Tengah. Pemerintah daerah

diharapkan mampu menjaga kondisi tersebut dengan memanfaatkan tenaga kerja dari sektor

konstruksi tersebut pada bidang yang lain.

7.2. Prospek Inflasi

Pada triwulan III 2017 Inflasi Kota Palu diperkirakan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy).

Inflasi tersebut diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan inflasi triwulan II 2017 yang

berada pada kisaran 5 % - 5,4% (yoy). Tekanan inflasi diperkirakan dipengaruhi oleh harga kelompok

administered prices terkait dengan masih adanya kemungkinan peningkatan harga bahan bakar.

Kenaikan harga bahan bakar dapat memberikan efek berantai dan dapat mendorong peningkatan

yang ekstrem pada inflasi Sulawesi Tengah. Perlu ditunggu komitmen pemerintah yang tidak akan

meningkatkan harga bahan bakar hingga akhir tahun. Faktor lain yang memberikan dampak pada

kelompok administered prices adalah kemungkinan meningkatnya tarif angkutan udara sebagai

dampak dari banyaknya event berskala Nasional dan Internasional di Sulawesi Tengah pada triwulan III

2017. Meningkatnya permintaan diharapkan dapat diimbangi dengan tambahan jadwal penerbangan

oleh maskapai sehingga dampak peningkatan harga tarif angkutan udara bisa sedikit diredam.

Meningkatnya harga dari komoditas angkutan udara diperkirakan juga sebagai dampak dari Hari Raya

Idul Adha yang dapat meningkatkan permintaan akan komoditas tersebut. Dari kelompok inti

diperkirakan akan terdapat tekanan dari kelompok sandang khususnya terakit dengan meningkatnya

permintaan masyarakat. Pada triwulan III 2017 terdapat potensi peningkatan dari kelompok volatile

food, khususnya dari kelompok bahan makanan khususnya dari barang-barang kebutuhan pokok

seperti bawang merah, cabe merah, gula dan minyak goreng. Peningkatan harga dari komoditas

tersebut didorong oleh adanya Hari Raya Idul Adha yang membuat konsumsi masyarakat mengalami

peningkatan secara umum. Komoditas kelompok volatile food lain yang perlu mendapatkan perhatian

berasal dari sub kelompok ikan segar yang akan mengalami peningkatan harga karena turunnya

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

104

Grafik 7.9. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Tengah (Sumber : BMKG Sulteng)

Grafik 7.8. Proyeksi Inflasi Kota Palu (%, yoy)

frekuensi melaut terkait dengan cuaca

buruk. Cuaca buruk yang disertai dengan

hujan deras diperkirakan akan terjadi

pada bulan September hingga Desember

2017. Nelayan di Sulawesi Tengah lebih

banyak didominasi nelayan tradisional

yang hanya menggunakan perahu dan peralatan sederhana dalam melaut. Ombak tinggi dan

gelombang besar diperkirakan akan mengurangi frekuensi melaut dari nelayan tradisional sehingga

dapat berdampak pada kurangnya pasokan.

Namun upaya dan antisipasi inflasi oleh TPID diharakan dapat menjaga ekspektasi dan pasokan

komoditas kebutuhan pokok masyarakat. Upaya terus dilakukan khususnya menjelang hari raya Idul

Adha dimana TPID bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan BULOG melakukan operasi pasar

untuk menjaga pasokan dan menekan harga. Selain itu, upaya kuat dari satgas pangan yang terus

berkoordinasi dengan TPID diharapkan dapat menjaga kebutuhan pasokan pangan khusunya yang

terkait dengan penimbunan dan penipuan produk. TPID Sulawesi Tengah bersama dengan dinas

perindustrian terus menggalakkan gerakan menanam cabe di masyarakat untuk menambah pasokan

khususnya dengan memanfaatkan lahan kurang produktif dan halaman rumah. Upaya lain juga

dilakukan diantaranya bekerjasasama dengan dinas perikanan dan kelautan yaitu gerakan makan ikan

air tawar untuk mengurangi konsumsi ikan air laut khusunya ketika pasokan ikan air laut berkurang.

Tingkat curah hujan di Sulawesi Tengah pada triwulan III diperkirakan masih relatif tinggi.

Tingginya curah hujan diperkirakan sebagai dampak dari La Nina yang membawa karakter basah

sebagaimana kondisi triwulan sebelumnya. Curah hujan yang tinggi dikhawatirkan dapat

mengakibatkan banjir yang dapat mengurangi pasokan tanaman pangan khususnya dari subkelompok

sayuran dan bumbu-bumbuan. Komoditas yang dikawatirkan akan terkena dampak adalah bawang

merah, tomat dan cabai merah. Komoditas-komoditas tersebut merupakan tanaman yang tidak tahan

air dapat mengalami gagal panen apabila terkena hujan terus menerus.

April – Mei - Juni

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

105

Pada sisi penawaran, tekanan inflasi khususnya berasal dari kelompok volatile foods karena

faktor cuaca dan perdagangan antar daerah. Maraknya perdagangan antar daerah khususnya ke

pulau Kalimantan (Balikapapan), Gorontalo, Manado dan Sulawesi Selatan masih menjadi masalah

yang perlu dipecahkan karena membuat pasokan menjadi berkurang. Walaupun banyak komoditas

yang mengalami surplus, namun tingginya harga komoditas tersebut di propinsi sekitar yang jauh

lebih tinggi dari harga di Kota Palu membuat banyak komoditas dari Sulawesi Tengah mengalir keluar

daerah. Perlu adanya kerjasama antar daerah yang kuat khususnya terkait dengan jumlah pasokan

dan permintaan yang dibutuhkan masing-masing daerah sehingga daerah penghasil dapat

menentukan jumlah pasokan yang dibutuhkan. Database kebutuhan pokok yang baik juga sangat

diperlukan khususnya yang didorong oleh pasokan data dari PIHPS masing-masing provinsi.

Diharapkan kedepan penanganan akan kebutuhan komoditas ini mampu dipecahkan bersama baik

pada sisi Regional maupun Nasional.

Pada sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat seiring dengan Idul Qurban

dan curah hujan yang tinggi. Permintaan akan kebutuhan barang konsumsi diperkirakan akan

mengalami peningkatan pada triwulan III 2017 seiring dengan adanya Idul Adha. Komoditas yang

diperkirakan akan mengalami peningkatan berasal dari kelompok inti dan volatile foods. Dari

kelompok inti meningkatnya permintaan diperkirakan terjadi pada komoditas pakaian jadi seiring

dengan meningkatnya permintaan masyarakat. Komoditas lainnya yang diperkirakan meningkat

berasal dari kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Meningkatnya harga dari kelompok bahan

makanan bersumber berkurangnya pasokan khususnya pada komoditas cabai dan bawang merah

sebagai akibat dari cuaca buruk. Dari kelompok administered prices komoditas yang diperkirakan akan

meningkat adalah angkutan udara seiring dengan meningkatnya frekuensi lalu-lintas barang dan

manusia pada menjelang Idul Adha dan event-event besar berskala Nasional maupun Internasional.

Grafik 7.10. Perkembangan Indeks Perubahan Harga Umum 3

bulan yang akan datang

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

106

Apr-17 50,96 ±0.0

Mei-17 46,3 ±2.4

Jun-17 49,3 ±3.2

Jul-17 51,3 ±3.8

Ags-17 53,2 ±4.4

Sep-17 52,2 ±4.8

Oct-17 50,1 ±5.2

Date Forecast Error

Apr-17 1266 ±0

Mei-17 1235 ±20

Jun-17 1256 ±27

Jul-17 1240 ±32

Ags-17 1277 ±36

Sep-17 1305 ±40

Okt-17 1313 ±43

Forecast

ValueDate Error

-oOo-

Sumber : Forecast.org

Grafik 9.11. PerkembanganPrediksi

Crude Oil Price (USD/Barel)

Grafik 9.12. Perkembangan Prediksi

harga Emas (USD/Troy)

Sumber : Forecast.org Sumber : Forecast.org

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

BOKS #1 . PERKEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI MOROWALI

Arahan Presiden Jokowi yang berjanji akan lebih memperhatikan perkembangan Kawasan Timur

Indonesia, ditindaklanjuti Kementerian Perindustrian dengan pembangunan kawasan industri (KI)

di luar Pulau Jawa. Pembangunan kawasan-kawasan industri tersebut dilakukan dengan

pendekatan Indonesia sentris dalam rangka mengurangi kesenjangan sekaligus mewujudkan visi

Presiden membangun dari pinggiran. Pemerintah pusat juga memberikan insentif bagi industri

yang mau berinvestasi di kawasan seperti pembebasan bea masuk atas impor mesin dan atau

barang dan bahan keperluan industri, PPh penanaman modal, pengurangan PPh Badan dan

pembebasan PPN atas impor.

Ke-14 kawasan industri yang tengah dikembangkan adalah Sei Mangkei (CPO&Karet), Kuala

Tanjung (Alumina), Landak (Feronikel), Palu (Rotan), Bitung (Agro & Logistik), Buli, Haltim

(Fferonikel), Teluk Bintuni (Petrokimia), Tanggamus (Perkapalan), Ketapang (Alumina), Jorong

(Feronikel), Batulicin (Feronikel), Bantaeng (Feronikel), Koonawe (Feronikel), dan Morowali

(Feronikel). Dari 14 KI ini, yang sudah beroperasi di Sei Mangkei, Bantaeng, dan Morowali.

Gambaran Umum Kawasan Industri (KI) Morowali

KI Morowali merupakan salah satu prioritas dalam program pengembangan basis industri logam

di Indonesia. Berdiri di atas lahan seluas 2.000 hektare, kawasan industri terpadu ini mampu

menarik investasi senilai Rp 78 triliun dan menciptakan tenaga kerja langsung sekitar 26 ribu

orang, dan tidak langsung sebanyak 80 ribu orang. Keberadaan industri di kawasan ini juga

diharapkan dapat memberikan efek berganda bagi perekonomian daerah dan nasional, melalui

hilirisasi mineral.

Kawasan Industri Morowali juga telah mengekspor produk smelter sebesar US$990 juta atau

sekitar Rp 13 triliun pada 2016. Dari jumlah tersebut, kawasan industri ini berkontribusi pada

penerimaan negara sekitar Rp 1,7 triliun. Selain itu, KI Morowali juga memberikan sumbangan

pada penerimaan negara melalui setoran pajak sebesar Rp 1,7 triliun dengan nilai investasi

sebesar US$3,9 miliar. Investasi tersebut memberikan sumbangan pada Produk Domestik Bruto

(PDB) Sulawesi Tengah sebesar Rp 97,8 triliun pada 2016. Diperkirakan penerimaan negara yang

berasal dari setoran pajak tahun 2018 akan meningkat menjadi Rp 2,5 triliun.

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

Investasi di KI Morowali

Nilai investasi yang ditanamkan di KI Morowali saat ini lebih dari US$3.9 miliar atau Rp51,9 triliun,

dari total keseluruhannya sebesar US$6 miliar (Gambar 1). Realisasi investasi tersebut akan

diwujudkan dalam bentuk 10 pabrik dan berbagai fasilitas pendukung. Hingga Triwulan II 2017,

masih terdapat tambahan rencana investasi yang sekarang masih dalam proses negosiasi dengan

investor dari Eropa untuk pembangunan pabrik smelter feronikel. Perkiraan nilai investasi yang

akan ditanamkan antara US$ 630 juta hingga US$ 800 juta.

Selain dari Eropa terdapat negara Asia lain yang akan menanamkan investasinya yaitu China.

Telah dilakukan penandatangan MoU antara Tsingshan Group dan Delong Group dengan PT

Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) terkait pembangunan pabrik carbon steel di kawasan

industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas mencapai 3,5 juta ton per tahun dan total

nilai investasi sebesar US$980 juta atau sekitar Rp12,8 triliun.

Perusahaan China lain yang menanamkan investasinya adalah Tsingshan Group. Perusahaan

tersebut bersama Bintang Delapan Group dan PT Indonesia Morowali Industrial Park telah

menandatangani MoU tentang kerjasama pembangunan pembangkit tenaga listrik di KI

Morowali dengan kapasitas 2×350 megawatt dan total nilai investasi sebesar USD650 juta atau

sekitar Rp8,77 triliun. Hingga kuartal I 2017, investasi di kawasan industri ini telah mencapai

US$2,6 miliar dengan produksi ferronikel sebanyak 11 juta ton dan total pendapatan US$1,2

miliar. Kinerja ini menjadikan Kab. Morowali sebagai Kab/Kota dengan realisasi nominal investasi

tertinggi di Sulawesi Tengah pada Tw I-2017.

Ketenagakerjaan

KI Morowali diperkirakan akan menjadi salah satu kawasan industri yang menyerap banyak

tenaga kerja lokal. Hingga Desember 2016, kebutuhan tenaga kerja pelaksana di kawasan

industri tersebut sudah mencapai 11.257 orang dan tenaga kerja level supervisor sebanyak 1.577

orang. Diproyeksikan pada tahap kedua 2017-2020 penambahan kebutuhan tenaga kerja

pelaksana mencapai 10.800 orang dan tenaga kerja supervisor mencapai 1.620 orang.

Gambar 1. Rencana Investasi KI Morowali

Tabel 1. Realisasi Investasi Per Kab/Kota di Sulawesi Tengah

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sulawesi Tengah

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

Tenaga kerja asing (TKA) tetap dibutuhkan mengingat teknologi yang dipakai di industri smelter

dibawa langsung oleh investor negara asal. Diperlukan proses transfer of knowledge melalui

pelatihan dan pendampingan oleh tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia (TKI). Seperti

dalam pembuatan konstruksi, pemasangan mesin, serta proses produksi.

TKA di industri smelter ini hanya bersifat sementara dan dibutuhkan pada saat pembangunan

proyek. Pada masa konstruksi, perbandingannya untuk TKI 60 persen dan TKA 40 persen.

Sedangkan, ketika masa produksi, pada tahun pertama untuk TKI 65 persen dan TKA 35 persen.

Sedangkan, ketika masa produksi, pada tahun pertama untuk TKI 65 persen dan TKA 35 persen.

Setelah masa konstruksi selesai TKA tersebut akan kembali ke negaranya dan untuk pekerjaan

tahap berikutnya dan akan diganti dengan TKI sesuai dengan skill proses pekerjaan selanjutnya.

Bahkan pada tahun kelima perusahaan beroperasi, dipastikan proporsi TKI menjadi 85 persen dan

TKA 15 persen (sumber : Kemenperin).

Beberapa industri smelter juga bekerja sama dengan Kemenperin dan perguruan tinggi melalui

program pelatihan dan pendidikan vokasi. Dari tahun 2015-2017, Pusdiklat Industri Kemenperin

telah menyiapkan SDM sektor industri smelter sebanyak 1.200 orang diantaranya melalui

pembangunan Politeknik Industri Logam Morowali Berbasis Kompetensi yang memiliki konsep

kurikulum link and match dengan industri.

Perkembangan KI Morowali

Hingga akhir Triwulan I 2017 telah di Kawasan Industri Morowali sendiri telah beroperasi industri

smelter pengolahan ferronikel yang dilakukan oleh PT Sulawesi Mining Investment yang

berkapasitas 300.000 ton per tahun sejak Januari 2015. Pabrik ini juga didukung oleh satu unit

PLTU dengan kapasitas 2x65 mw. Pada tahun 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig

iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton / tahun.

Selanjutnya, sejak Januari 2016, juga beroperasi industri smelter feronikel PT Indonesia Guang

Ching Nickel and Stainless Steel Industry dengan kapasitas 600.000 ton per tahun yang juga

didukung oleh satu unit PLTU berkapasitas 2x150 mMW. Pada awal 2016, perusahaan

mencatatkan produksi sebanyak 193.806 ton.

Selain itu, terdapat pula industri smelter ferronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan

target kapasitas 600.000 ton / tahun dan pabrik stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton / tahun

yang tahap pembangunannya saat ini baru mencapai 60%. Smelter lain yang masih dalam tahap

pembangunan adalah PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome dan PT Broly Nickel Industry Pabrik

Hidrometalurgi. Khusus untuk Broly Nickel memiliki kapasitas 2.000 ton / tahun, dan akan

dikembangkan menjadi 8.000 ton / tahun apabila prospeknya cukup baik.

Proyek baru di kawasan industri Morowali yang dilaksanakan pada tahun 2017-2018, antara lain

pabrik stainless steel PT Sulawesi Mining Investment dengan kapasitas produksi stainless steel

sebesar satu juta ton per tahun dengan nilai investasi mencapai US$62 juta dan didukung PLTU

dengan kapasitas 2×350 MW senilai US$500 juta. Selain itu, juga dibangun bandara khusus

untuk menunjang aktivitas di Kawasan Industri Morowali yang direncanakan akan dimulai tahun

ini dan ditargetkan akan rampung pada tahun 2018.

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

Tantangan dan Kendala

Perkembangan pembangunan smelter dan proses hilirisasi industri bahan dasar mineral

merupakan konsekuensi positif dari pemberlakuan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan

Batubara. Undang-Undang No.4/2009 mewajibkan perusahaan pemegang izin pertambangan

melakukan aktivitas pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.

Pasca berakhirnya relaksasi ekspor konsentrat (mineral yang sudah diolah tetapi belum sampai

tahap pemurnian) per 11 Januari 2017, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 1

Tahun 2017 (PP 1/2017), Peraturan Menteri ESDM Nomor 5 Tahun 2017 (Permen ESDM 5/2017),

dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 6 Tahun 2017 (Permen ESDM 6/2017). Aturan-aturan baru

ini membuka kembali keran ekspor beberapa komoditas mineral mentah (ore) yang sebelumnya

ditutup pada 11 Januari 2014.

Permen ESDM 5/2017 ini membuka peluang ekspor bijih nikel dengan kadar di bawah 1,7%

(kadar rendah) yang tidak terserap oleh smelter di dalam negeri. Pembukaan kembali ekspor bijih

nikel ini membingungkan investor, dan kontadiktif dengan visi pemerintah yang sudah tertuang

dalam UU Nomor 4 Tahun 2010 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba), yaitu hilirisasi

mineral di dalam negeri. Kebijakan hilirisasi mineral yang tidak konsisten ini membuat

kepercayaan investor goyah. Tsingshan Group sebagai contoh perusahaan yang dirugikan oleh

pembukaan ekspor bijih nikel kadar rendah menunda rencana investasi smelter yang rencananya

akan dibangun di KI Morowali. Pabrik smelter nikel kadar rendah tersebut merupakan smelter

yang memproses mineral berkadar nikel 1% hingga 1,2% menjadi nickel pig iron (NPI) berkadar

nikel 2% dengan kapasitas produksi 500.000 ton / tahun.

Keputusan pemerintah memberikan peluang ekspor nikel kadar rendah tidak hanya

menyebabkan penundaan pembangunan smelter kadar rendah namun juga berdampak dalam

jangka panjang. Ekspor nikel kadar rendah dapat menghidupkan kembali pabrik pengolahan dan

pemurnian di Tiongkok yang berhenti berproduksi karena kekurangan pasokan, termasuk pabrik

milik induk usaha Tsingshan di Tiongkok. Fasilitas pengolahan di Morowali sendiri saat ini sudah

mengolah sekitar 9 juta ton nikel mentah per tahun.

Kapasitas tersebut memberikan hak bagi produsen di Morowali untuk mengekspor hingga 6,3

juta ton nikel mentah berkadar 1,7% setiap tahun. Jika nikel mentah bisa diekspor, maka

perusahaan tidak perlu lagi repot-repot bangun smelter. Bahan baku tinggal dikirim kembali ke

Tiongkok karena di sana sudah terdapat pabrik yang menganggur. Hal ini membuat investasi

pada pabrik pengolahan smelter tidak diperlukan lagi.

Jika hal tersebut berlanjut, maka dapat berpotensi mendorong perlambatan perekonomian

Sulawesi Tengah. Pada tahun 2016, industri pengolahan nikel memberikan kontribusi pada

penerimaan negara sekitar Rp 1,7 triliun. Investasi tersebut juga menyumbang Produk Domestik

Bruto (PDB) Sulawesi Tengah sebesar Rp 97,8 triliun pada 2016 dan apabila tidak jadi dilakukan

maka akan dikhawatirkan akan memberikan dampak pada turunnya pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tengah.

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

BOKS #2

Perkembangan Inflasi Provinsi Sulawesi Tengah

Perkembangan Terkini Inflasi Kota Palu

Pada triwulan II 2017 inflasi Sulawesi Tengah (Kota Palu) per Juni 2017 masing-masing

mencapai 0,76% (mtm), 3,94% (ytd) dan 5,23% (yoy). Tekanan inflasi tersebut lebih

tinggi bila dibandingkan dengan akhir triwulan I 2017 yang hanya mengalami inflasi

sebesar 0,25% (mtm) dan 4,05% (yoy). Secara tahunan, inflasi Kota Palu tersebut juga

tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata selama 3 tahun terakhir yaitu

5,15% (yoy).

Tekanan inflasi Juni 2017 terutama didorong dari peningkatan harga komoditas

kelompok administered prices khususnya tarif angkutan udara akibat meningkatnya

permintaan menjelang Idul Fitri. Selain itu, juga terdapat peningkatan harga dari

kelompok inti (core) khususnya sandang seiring dengan meningkatnya permintaan

sandang oleh masyarakat untuk merayakan Lebaran. Kelompok volatile foods pada akhir

triwulan II 2017 cukup terjaga bahkan mengalami penurunan harga seiring dengan

tercukupinya pasokan komoditas darisub kelompok ikan segar yang selama ini sering

memberikan tekanan.

Tekanan Inflasi selama semester I 2017 bersumber dari Administered Prices

Tekanan inflasi Kota Palu secara kumulatif (ytd) hingga triwulan II mencapai 3,94% (ytd).

Laju inflasi tersebut tercatat lebih tinggi bila dibandingkan pada periode yang sama di

tahun 2016 yaitu sebesar 0,25% (ytd). Komoditas yang menjadi penyumbang utama

inflasi ytd di Kota Palu hingga Juni 2017 di antaranya adalah tarif listrik dengan andil

1,93%, angkutan udara 0,69%, cabai rawit 0,48%, biaya perpanjangan STNK 0,41%

dan sewa rumah 0,20%. Sedangkan berdasarkan sub kelompoknya, yang memberikan

andil inflasi tertinggi adalah sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air 1,70%,

transpor 0,87%, biaya tempat tinggal 0,55% serta sarana dan penunjang transpor

0,29%.

Begitu juga dengan inflasi tahunan (yoy) Kota Palu yang tercatat lebih tinggi bila

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2016. Inflasi yoy Kota Palu mengalami

peningkatan dari 4,21% di Juni 2016 menjadi 5,23% di Juni 2017. Adapun komoditas

utama yang memberikan andil inflasi tahunan Kota Palu adalah tarif listrik 2,23%, cabai

Grafik 1. Andil Komoditas Penyumbang Inflasi Palu (y td) Grafik 2. Andil Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Palu (y td)

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

BOKS #2

rawit 0,56%, biaya perpanjangan STNK 0,41%, angkutan udara 0,28% dan tarif pulsa

ponsel 0,25%. Tidak jauh berbeda dengan inflasi tahun kalender, sub kelompok yang

memberikan andil inflasi tahunan adalah sub kelompok bahan bakar, penerangan dan

air 1,94%, transpor 0,64%, sarana dan penunjang transpor 0,40%, tembakau dan

minuman beralkohol 0,39% dan pendidikan 0,32%.

Komoditas penyumbang inflasi Kota Palu baik secara ytd ataupun yoy, lebih banyak

disumbangkan oleh komoditas kelompok administered prices. Berdasarkan

disagregasinya, kelompok administered prices mengalami kenaikan indeks harga sebesar

10,36% (ytd) dan 11,50 (yoy). Inflasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang

sama di tahun 2016 yaitu masing-masing sebesar 1,16% (ytd) dan 3,06% (yoy).

Tekanan inflasi dari kelompok administered prices tidak lepas dari kebijakan tarif yang

ditetapkan oleh Pemerintah di awal tahun 2017. Pemerintah menetapkan kenaikan tarif

listrik kepada konsumen golongan tarif listrik dengan daya 900 VA. Penyesuaian tarif

menyebabkan pelanggan dengan daya 900 VA akan dipisahkan menjadi rumah tangga

mampu dan rumah tangga miskin seiring dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk

memberikan subsidi tepat sasaran. Kebijakan tersebut berdampak kepada dicabutnya

subsidi 18,9 juta pelanggan listrik 900 VA secara bertahap yang masuk ke dalam

golongan Rumah Tangga Mampu sementara jumlah masyarakat yang berhak

Grafik 3. Andil Komoditas Penyumbang Inflasi Palu (yoy) Grafik 4. Andil Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Palu (yoy)

Grafik 5. Disagregasi Inflasi Kota Palu Grafik 6. Disagregasi Andil Inflasi Kota Palu

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL ... di Kabupaten Morowali Utara yang belum optimal, dan belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan amonia di Kabupaten Banggai merupakan beberapa

BOKS #2

1 2 3 4 5 6

mtm 0,91 0,53 0,06 0,36 0,39 0,03

ytd 0,91 1,45 1,51 1,87 2,26 2,30

yoy 3,06 3,46 3,45 3,88 4,12 3,62

mtm 1,53 -1,40 0,54 -0,37 0,97 0,02

ytd 1,53 0,12 0,66 0,29 1,27 1,29

yoy 4,04 3,76 2,55 3,33 2,50 3,02

mtm 0,76 0,98 0,95 1,19 1,20 3,94

ytd 2,31 3,56 3,98 5,45 6,43 10,36

yoy 2,98 5,84 6,46 9,68 9,41 11,50

mtm 1,32 0,29 0,25 0,46 0,81 0,76

ytd 1,32 1,61 1,86 2,32 3,16 3,94

yoy 3,26 4,19 4,05 5,09 5,10 5,23

Administ

ered

Prices

Inflasi

Sulawesi

Tengah

INFLASI2017

Core

Inflation

Volatile

Foods

mendapatkan subsidi miskin dan rentan miskin golongan 900 VA hanya 4,1 juta

pelanggan. Selain itu, kebijakan tarif Pemerintah juga ditetapkan untuk tarif BBM dan

tarif perpanjangan STNK. Kenaikan tarif BBM sebesar 300/liter dilakukan untuk

menyesuaikan harga kondisi minyak mentah dunia yang mengalami kenaikan harga.

Begitu juga dengan biaya perpanjangan STNK yang mengalami penyesuaian harga

setelah mempertimbangkan kenaikan harga pembuatan STNK yang meningkat.

Meningkatnya tekanan inflasi dari kelompok administered prices juga disebabkan oleh

adanya kenaikan indeks harga komoditas tarif angkutan udara terutama di bulan Mei

dan Juni 2017. Meningkatnya permintaan masyarakat akan angkutan udara terkait

dengan event nasional yaitu Kongres Nasional PMII yang dibuka langsung oleh Presiden

RI dan tibanya bulan Ramadhan (musim mudik) yang menyebabkan kenaikan harga pada

komoditas tersebut.

Pengendalian Inflasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tengah

Kebijakan pemerintah dalam menyesuaikan tarif di tahun 2017 berdampak kepada

tekanan inflasi Kota Palu triwulan II 2017. TPID Provinsi Sulawesi Tengah telah

mengantisipasi tingginya inflasi Sulawesi Tengah melalui pengendalian inflasi kelompok

volatile foods. Langkah-langkah pengendalian inflasi telah dilaksanakan oleh TPID

Provinsi Sulawesi Tengah terutama pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Pengendalian

tersebut berdampak kepada penurunan tekanan inflasi kelompok volatile foods di akhir

triwulan II 2017 menjadi 0,02% (mtm) dari 0,97% (mtm) di bulan Mei 2017. Begitu juga

dengan pengendalian inflasi kelompok administered prices, TPID juga telah mengusulkan

untuk berkoordinasi dengan perusahaan maskapai penerbangan dan untuk menambah

jumlah penerbangan dari dan ke Palu serta mengusulkan untuk memberlakukan ceiling

price atau batas tertinggi dari harga tiket pesawat. Kedua usulan tersebut diharapkan

dapat menahan laju inflasi Provinsi Sulawesi Tengah dari kelompok administered prices.

Ke depannya, TPID Provinsi Sulawesi Tengah akan terus memperkuat koordinasi dan

kerjasama antar anggota dan bersinergi dalam mengambil langkah-langkah

pengendalian inflasi sehingga inflasi akhir tahun Provinsi Sulawesi Tengah tetap berada

did alam koridor inflasi Nasional yaitu pada kisaran 4±1.

Tabel 1. Disagregasi Inflasi Sulawesi Tengah 2017