kajian ekonomi regional provinsi sulawesi … fileprovinsi (sulawesi selatan dan sulawesi barat)...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN
TRIWULAN-I
2010
iiiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Mei 2010 BANK INDONESIA MAKASSAR
ttd.
Lambok A. Siahaan
Pemimpin
vKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. III-2009 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Permintaan Daerah ~ 7
1.1.1. Konsumsi ~ 8
1.1.2. Investasi ~ 10
1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 11
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 12
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 13
1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian ~ 14
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 15
1.2.4. Sektor Listrik-Gas_Air ~ 15
1.2.5. Sektor Bangunan~ 16
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 17
1.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 18
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 19
1.2.9. Sektor Jasa-jasa~ 19
BOKS I MAPPING PRODUK UNGGULAN SAAT INI DAN PROSPEKNYA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA ZONA SULAMPUA ~ 21
BOKS II PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ACFTA TERHADAP POTENSI PEMBIAYAAN DAERAH DI ZONA SULAMPUA~ 24
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 25
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 26
vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 35
3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 35
3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 35
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 36
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 40
3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 41
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 43
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 43
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 44
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 45
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 45
4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 45
4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 46
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 49
5.1. Ketenagakerjaan ~ 49
5.2. Kesejahteraan ~ 50
5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 50
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 51
5.3. Survei ~ 53
BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 55
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 57
7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 57
7.2. Outlook Inflasi ~ 59
7.3. Prospek Perbankan ~ 60
viiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 13 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian~ 14 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 15 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 16 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Bangunan ~ 16 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 17 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan ~ 18 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 19 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 25 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 26 Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 27 Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar ~
28 Grafik 2.5. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Perumahan ~ 29 Grafik 2.6. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar
~ 30 Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar
~ 31 Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan~ 32 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang~ 32 Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas~ 33 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 33 Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38 Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 39 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 39 Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S ~ 41 Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 41 Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 43 Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 43 Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 44 Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.IV-2009 ~ 45 Grafik 4.5. Transaksi RTGS – Incoming ~ 46 Grafik 4.6. Transaksi RTGS – Outgoing ~ 46 Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 50 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 51 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 51
viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 51 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 52 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 52 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 53 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 53 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 58 Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 60 Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 60
ixKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 13
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 26 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 26 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok Tembakau ~ 27 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar ~ 28 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 30 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 31 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 32 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 33 Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 35 Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 36 Tabel 3.3. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank~ 36 Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum~ 37 Tabel 3.5. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 37 Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 38 Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum~ 39 Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank
Umum (m.t.m)~ 40 Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 40
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. IV-2009 ~ 45 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 46 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 49 Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan
IV-2009 ~ 55
1Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Ringkasan Eksekutif
Asesmen Ekonomi Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami
pertumbuhan yang relatif stabil dibandingkan dengan triwulan IV-2009, namun lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010
diperkirakan sebesar 6,68% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 6,69%, dan
pada triwulan triwulan I-2009 sebesar 4,06%.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung
oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor. Pertumbuhan konsumsi
sedikit mengalami perlambatan pada triwulan I-2010 jika dibandingkan triwulan sebelumnya,
namun pertumbuhan ekspor sudah mengalami perbaikan yang cukup signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya atau sejak akhir 2008 yang cenderung mengalami
pertumbuhan negatif. Dimana pertumbuhan impor cenderung stabil jika dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan IV-2009.
Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal
dari sektor angkutan-komunikasi, sektor bangunan, sektor pertambangan-
penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara di sektor industri
pengolahan diperkirakan sedikit mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi terjadi di
sektor angkutan-komunikasi terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang
membuka rute baru di daerah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk
ke Sulawesi Barat.
Asesmen Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya, namun cenderung sama dengan laju inflasi
nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 3,46% (yoy), sementara
pada triwulan IV-2009 sebesar 3,39% (yoy) dan laju inflasi nasional sebesar 3,43%.
Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan
ini adalah pendidikan (7,09%; yoy) makanan jadi (6,22%; yoy) dan perumahan (3,48%;
yoy). Kemudian kelompok yang mengalami laju inflasi cukup rendah adalah sandang (2,17%;
yoy) dan transpor (1,18%; yoy). Secara sektoral, peningkatan laju inflasi yang cukup besar
2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
terjadi pada kelompok transpor, dimana pada triwulan IV-2009 mengalami deflasi -2,32%
(yoy) menjadi inflasi sebesar 1,18% (yoy) pada triwulan I-2010. Selain itu kelompok
pendidikan yang mengalami peningkatan inflasi dari 6,91% (yoy) menjadi 7,09% (yoy).
Namun di sisi lain, terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan pada kelompok sandang,
yaitu dari 7,31% (yoy) pada triwulan I-2009 menjadi 2,17% (yoy) pada triwulan I-2010.
Asesmen Perbankan
Secara month to month, kinerja perbankan Sulawesi Selatan per Februari
2010 relatif menurun jika dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari
aset, dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh negatif. Namun di sisi lain, fungsi intermediasi
bank dalam menyalurkan kredit masih berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari
pertumbuhan kredit yang positif. Begitu juga untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan
Sulawesi Selatan masih relatif baik dan tercatat di atas 100%. Sementara dari sisi kualitas
kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga
menunjukkan kondisi yang relatif baik jika dilihat dari nilainya yang relatif kecil.
Asesmen Sistem Pembayaran
Transaksi pembayaran tunai dan non tunai menunjukkan perkembangan
positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009. Perlambatan transaksi
tersebut antara lain diperkirakan karena masih rendahnya realisasi proyek-proyek swasta dan
pemerintah. Salah satu pendorong peningkatan aktivitas sistem pembayaran pada triwulan
laporan adalah adanya persiapan Pilkada di beberapa daerah.
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari
dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat net inflow sebesar Rp1,56 triliun, meningkat
dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp0,95
triliun.
Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan I-2010 tercatat
mengalami penurunan. Selain itu, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi, jumlah
temuan uang rupiah palsu juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-
2009. Kemudian perkembangan RTGS, transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada
triwulan laporan menurun dibandingkan triwulan IV-2009. Incoming pada triwulan I-2010
lebih rendah apabila dibandingkan incoming pada triwulan IV-2009. Selain itu, Nominal
transaksi via kliring lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
3Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2009
terhadap angkatan kerja relatif minim, mengingat terdapat tekanan dari krisis global,
terutama pada semester I-2009. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel sedikit
mengalami penurunan. Di sisi lain perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) masih
menunjukkan perkembangan positif yang didorong oleh peningkatan Indeks yang Diterima
Petani. Hal yang sama juga terjadi peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan
lapangan kerja dan penghasilan dibanding 6 bulan yang lalu.
Asesmen Keuangan Daerah
Pada triwulan I-2010, Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut
tercermin dari realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah. Pada triwulan laporan,
realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 11,9%. Realisasi
anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan I-2010 tercatat hampir mencapai
target 25% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 24,5% atau mencapai Rp584,5
milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari 100% mengingat
target pendapatannya tumbuh sebesar 7,9% dari target pendapatan 2009. Dari komponen
pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 27,3%, terutama pada sub
komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 33,3%. Dari sisi anggaran
belanja daerah, sampai dengan triwulan I-2010, realisasinya baru mencapai 11,9%. Realisasi
terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 13,2%,
Prospek Ekonomi Triwulan II-2010
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan II-2010 diperkirakan akan
relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Hal tersebut diperkirakan
terjadi karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia yang kemudian
mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional. Dorongan pertumbuhan
dari sisi permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi
penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan, listrik-gas-
air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Kemudian, laju
inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran
yang masih relatif stabil.
Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan II-2010 diperkirakan
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya.
Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan,
4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran.
Sektor bangunan mash tetap tumbuh meningkat meski tidak signifikan.
Laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan,
namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Perkiraan kenaikan laju inflasi tahunan pada
triwulan II-2010 akan cenderung sekidit meningkat meski masih pada kisaran yang
terkendali.
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2010 diduga masih tumbuh lebih
baik jika dibandingkan triwulan I-2010 atau satu tahun sebelumnya. Selain kondisi
perekonomian dunia yang relatif membaik awal tahun 2010, kondisi dalam negeri kita juga
cukup kondusif. Hal ini trlihat dari bergerakan laju tingkat suku bunga yang cenderung
menurun sejalan dengan pregerakan BI rate sehingga sektor riil diharapkan mendapatkan
ruang gerak yang lebih besar pada triwulan II-2010.
5Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
20103 4 1 2 3 4 1
MAKRO
- Sulawesi Selatan 114,78 115,05 116,09 115,04 117,88 118,94 120,11 - Sulawesi Utara 115,01 115,21 116,57 114,15 115,00 117,87 118,72 - Gorontalo 113,21 113,39 116,03 116,71 117,70 118,32 120,20 - Papua 114,96 115,32 115,25 114,84 116,62 117,53 119,07 - Irian Jaya Barat 130,62 128,83 130,53 131,16 132,25 133,45 134,75 - Maluku 116,28 110,70 113,20 110,45 112,46 117,87 121,22 - Sulawesi Tengah 115,13 114,41 116,45 116,03 119,92 120,96 120,19 - Sulawesi Tenggara 116,59 117,45 120,96 120,55 123,20 122,85 122,60 - Sulawesi Barat 119,60 119,25 118,83 118,90 120,62 121,37 122,39 - Maluku Utara 116,96 115,88 117,33 117,01 118,55 120,38 122,53
- Sulawesi Selatan 12,29 12,40 9,01 3,80 2,70 3,39 3,46 - Sulawesi Utara 13,15 9,71 8,85 2,25 (0,01) 2,31 1,84 - Gorontalo 12,26 9,20 10,54 7,22 3,97 4,35 3,59 - Papua 14,76 12,55 8,26 2,77 1,44 1,92 3,31 - Irian Jaya Barat 31,48 19,75 21,25 7,93 1,24 3,59 3,23 - Maluku 14,87 9,34 8,84 (0,21) (3,29) 6,48 7,08 - Sulawesi Tengah 14,33 10,40 11,07 5,83 4,16 5,73 3,21 - Sulawesi Tenggara 16,22 15,28 15,81 6,81 5,67 3,59 3,23 - Sulawesi Barat 17,69 11,66 9,64 5,24 0,85 1,78 3,00 - Maluku Utara 16,63 11,25 7,64 4,34 1,36 3,88 4,43
*1. Pertanian 3.337,44 3.156,79 3.369,85 3.304,76 3.542,10 3.201,60 3.428,62 2. Pertambangan dan Penggalian 1.010,37 972,53 923,44 935,74 966,80 1.028,20 1.029,56 3. Industri Pengolahan 1.557,92 1.566,83 1.560,65 1.675,46 1.741,40 1.593,80 1.585,52 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 115,31 117,61 119,83 123,40 131,00 120,51 124,22 5. Konstruksi/Bangunan 596,29 614,18 620,84 650,18 683,60 702,24 703,83 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.821,53 1.788,51 1.825,74 1.899,85 2.008,80 1.991,20 2.012,55 7. Angkutan dan Komunikasi 940,79 952,73 903,23 966,51 1.042,00 1.105,10 1.028,74 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 724,98 719,39 736,04 784,47 807,70 850,64 855,09 10. Jasa-jasa 1.250,61 1.299,81 1.305,65 1.324,66 1.334,50 1.343,90 1.355,85
8,13 3,92 4,06 5,24 7,95 6,69 6,68
722,90 424,61 238,40 143,59 643,66 311,77 109,77
239,00 245,47 149,43 155,33 266,36 220,16 104,03
162,78 229,91 185,08 84,60 130,88 139,65 62,60
233,37 198,53 195,25 217,65 257,87 294,70 181,09
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
2009
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
2008
*) Perkiraan KBI Mks
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)
PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp)
Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)
INDIKATOR
Indeks Haga Konsumen
6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN
20103 4 1 2 3 4 1 ****
Total Aset (Rp. Miliar) 35.555,84 36.361,21 37.587,50 38.881,67 40.388,42 43.746,72 37.053,67
26.435,33 28.743,25 28.625,67 29.520,99 29.450,83 33.601,07 29.894,34 Giro 4.866,81 5.007,32 5.108,73 5.062,09 4.939,34 4.994,19 4.860,04 Tabungan 13.457,12 14.920,47 14.135,56 15.169,42 14.965,87 18.460,23 14.808,85 Deposito 8.111,40 8.815,47 9.381,39 9.289,49 9.545,62 10.146,65 10.225,45
31.281,15 31.543,97 31.563,21 32.919,44 33.872,77 36.430,30 35.935,52 - Modal Kerja 12.307,66 12.368,15 12.195,55 13.239,15 13.582,62 14.671,89 12.292,21 - Investasi 6.443,33 6.440,57 6.398,84 6.230,54 6.299,91 6.769,70 7.634,85 - Konsumsi 12.530,16 12.735,26 12.968,81 13.449,75 13.990,23 14.988,71 16.008,47
118,33% 109,74% 110,26% 111,51% 115,01% 108,42% 120,21%
31.281,15 31.543,97 31.563,21 32.919,44 33.872,77 36.430,30 35.935,52 - Pertanian 1.048,89 1.086,10 988,37 918,73 986,73 989,64 466,47 - Pertambangan 114,72 58,48 170,56 169,82 218,30 201,51 235,89 - Industri pengolahan 3.491,11 3.476,27 3.376,72 3.395,70 3.160,59 3.148,85 3.065,38 - Listrik,Gas dan Air 77,11 70,33 56,56 74,50 169,35 253,63 313,98 - Konstruksi 2.009,88 2.005,23 1.932,56 2.170,31 2.248,17 2.224,73 1.901,22 - Perdagangan 8.379,32 8.524,02 8.578,93 9.509,54 9.805,49 11.105,77 8.176,55 - Pengangkutan 1.664,25 1.521,37 1.444,98 1.079,02 1.060,54 1.178,16 1.209,06 - Jasa Dunia Usaha 1.698,89 1.760,30 1.730,04 1.794,99 1.843,65 1.964,50 1.602,32 - Jasa Sosial Masyarakat 266,83 306,62 315,69 357,08 389,72 374,81 1.355,32 - Lain-lain 12.530,16 12.735,26 12.968,81 13.449,75 13.990,23 14.988,71 17.609,34
21.638,27 22.215,45 22.626,12 24.012,99 24.785,66 26.872 24.315
6.474,04 6.282,14 6.440,47 6.714,52 7.010,43 7.152,79 3.587,21 - Modal Kerja 1.048,58 1.109,70 1.154,74 1.263,32 1.343,63 1.299,20 322,75 - Investasi 168,59 173,62 143,15 161,72 167,39 144,31 150,10 - Konsumsi 5.256,87 4.998,82 5.142,58 5.289,48 5.499,41 5.709,28 3.114,37
9.201,58 9.892,90 10.109,69 10.693,36 11.054,72 11.934,71 13.199,64 - Modal Kerja 2.430,52 2.571,68 2.624,75 2.832,74 2.910,72 3.083,08 2.843,05 - Investasi 622,04 687,77 754,18 849,18 925,01 1.024,82 1.444,03 - Konsumsi 6.149,02 6.633,45 6.730,76 7.011,44 7.218,99 7.826,81 8.912,56
5.962,66 6.040,41 6.075,96 6.605,11 6.720,52 7.784,53 7.528,55 - Modal Kerja 3.878,32 3.980,80 4.042,81 4.468,59 4.445,99 5.212,03 4.655,88 - Investasi 1.015,21 1.003,44 973,98 1.015,74 1.032,26 1.154,59 1.582,13 - Konsumsi 1.069,13 1.056,17 1.059,18 1.120,79 1.242,27 1.417,91 1.290,54
-8,29% 2,32% 3,82% 3,05% 4,08% 3,08% 3,43%
2,67% 2,31% 2,96% 3,37% 3,45% 2,93% 3,44%
BANK UMUM SYARIAH1.179,94 1.176,31 1.395,53 1.288,73 1.308,37 1.361,65 1.457,10
701,34 673,39 714,07 833,87 861,66 898,68 939,77 Giro 112,65 76,28 76,92 149,44 133,05 142,56 126,05 Tabungan 287,22 297,78 311,38 351,00 344,76 360,76 386,93 Deposito 301,47 299,33 325,77 333,43 383,85 395,36 426,79
1.304,38 1.272,80 1.443,14 1.405,82 1.422,01 1.431,97 1.428,53 - Modal Kerja 468,52 426,818 528,45 474,63 492,53 520,20 549,10 - Investasi 132,25 126,394 121,53 171,97 165,07 159,53 332,55 - Konsumsi 703,61 719,587 793,16 759,23 764,41 752,24 546,88
185,98% 189,01% 202,10% 168,59% 165,03% 159,34% 152,01%
Catt.* (<Rp. 50 Juta)** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta)*** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M)**** Data Sementara
FDR
Total Aset (Rp. Miliar)
D P K (Rp. Miliar)
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Milia
D P K (Rp. Miliar)
L D R
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
NPL UMKM gross (%)
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)
NPL Total gross (%)
2008
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
INDIKATOR 2009
BANK UMUM :
7Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami
pertumbuhan yang relatif stabil dengan triwulan IV-2009, namun lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 6,68%
(yoy), sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 6,69%, dan pada triwulan triwulan I-2009
sebesar 4,06%. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung
oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor
angkutan-komunikasi, sektor bangunan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor
perdagangan-hotel-restoran. Sementara di sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit
mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor angkutan-komunikasi
terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang membuka rute baru di daerah
Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk ke Sulawesi Barat.
1.1 Permintaan Daerah
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010, dari sisi permintaan
ditopang oleh konsumsi dan perdagangan luar negeri (ekspor). Pertumbuhan konsumsi
sedikit mengalami perlambatan pada triwulan I-2010 jika dibandingkan triwulan sebelumnya,
namun pertumbuhan ekspor sudah mengalami perbaikan yang cukup signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya atau sejak akhir 2008 yang cenderung mengalami
‐
2
4
6
8
10
12
14
‐3
‐2
‐1
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2005 2006 2007 2008 2009 2010
%
%
qtq ‐ axis kiri
yoy ‐ axis kanan
Sumber : BPS, diolah* : Proyeksi BI
8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
pertumbuhan negatif. Dimana pertumbuhan impor cenderung stabil jika dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan IV-2009.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
1.1.1. Konsumsi
Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan sedikit mengalami perlambatan
pertumbuhan, yaitu dari sebesar 7,23% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 6,97% pada
triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut didorong oleh pertumbuhan
kinerja konsumsi rumah tangga. Di konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar
6,97% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang
tercatat sebesar 7,23% (yoy). Faktor penyebab perlambatan pertumbuhan tersebut terutama
disebabkan adanya pola seasonal di awal tahun dimana konsumsi masyarakat biasanya
cenderung menurun jika dibandingkan dengan periode akhir tahun yang bersamaan dengan
Hari Raya Natal, Tahun Baru dan liburan sekolah.
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Pemakaian Air (M³)
di Makassar Perkembangan Konsumsi Listrik
Sektor Rumah Tangga
II‐08 III‐08 IV‐08 I‐09 II‐09 III‐09 IV‐09 I‐10*
Konsumsi 6.11% 6.59% 5.03% 4.75% 6.16% 6.30% 7.23% 6.97%Investasi 31.40% 28.46% 12.25% 30.16% 11.93% 0.63% 23.65% ‐1.77%Ekspor ‐11.16% 7.26% ‐9.08% ‐21.53% ‐21.99% ‐29.27% 26.29% 43.14%
(Impor) ‐10.19% 14.63% ‐6.76% ‐13.34% ‐25.21% ‐46.39% 43.77% 42.54%
TOTAL 8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%
Konsumsi 4.35% 4.68% 3.56% 3.34% 4.30% 4.41% 5.17% 4.94%Investasi 5.46% 5.08% 2.20% 5.92% 2.52% 0.13% 4.59% ‐0.44%Ekspor ‐6.16% 3.22% ‐4.20% ‐10.16% ‐9.97% ‐12.87% 10.65% 15.36%(Impor) ‐4.46% 4.84% ‐2.36% ‐4.96% ‐9.16% ‐16.28% 13.71% 13.18%
TOTAL 8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%Sumber : BPS diolah* Proyeksi Bank Indonesia Makassar
Sumbangan (y.o.y)
KOMPONENPertumbuhan (y.o.y)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Juta M
3
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
200 220 240 260 280 300 320 340 360
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Juta GWH
Rumah Tangga y.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
9Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapannya
Indeks Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Makanan dan Tembakau Perkembangan Konsumsi Listrik
Sektor Sosial
Perkembangan
Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Konsumsi Listrik
Penerangan Jalan Umum
Selain itu kegiatan konsumsi sektor pemerintah diperkirakan masih relatif kecil,
karena pelaksanaan program-program pemerintah masih relatif rendah diawal tahun. Di sisi
lain, dorongan pertumbuhan konsumsi dipengaruhi oleh masuknya musim panen pada akhir
triwulan I-2010. Selain itu, mengacu pada beberapa pergerakan indikator konsumsi seperti
meningkatnya UMP (Upah Minimum Provinsi), NTP (Nilai Tukar Petani) dan jumlah kendaraan
bermotor. Pertumbuhan kinerja konsumsi pada triwulan I-2010 ini relatif sejalan dengan hasil
Survei Konsumen (SK) yang menunjukan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan
I-2010 mengalami pertumbuhan. Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran terhadap penjualan
‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%
0
50
100
150
200
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Pakn & Perlgk yoy
Smb : SPE
‐30%
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
7880828486889092949698100
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Ketepatan wkt pembelian durable goods
y.o.y
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
0
100
200
300
400
500
600
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010Juta GWH
Sosialy.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
95
100
105
110
115
120
125
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
IKK
yoy
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
10 15 20 25 30 35 40 45 50
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010Juta GWH
Gd Kantor Pemerintahany.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
11Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan diperkirakan masih mengalami surplus
dan mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup besar. Pertumbuhan net ekspor-
impor pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 50,70% (yoy), cukup tinggi jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 31,78%. Pertumbuhan ini masih
didorong oleh peningkatan ekspor komoditas hasil tambang dan perikanan serta
perdagangan antar pulau yang diperkirakan masih tumbuh positif.
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Volume Produksi Nikel
Volume Ekspor Luar Negeri
Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain Volume Ekspor Luar Negeri
Kayu Olahan
Volume Muat Dalam Negeri
Melalui Pelabuhan Volume Muat Luar Negeri
Melalui Pelabuhan
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%
‐
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010
Ribu Ton
EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
14.500
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
17.500
18.000
18.500
19.000
19.500
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Produksi nikel dlm matte
y.o.y
Sbr.: Press Release PT. Inco
* Sementara
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
‐
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010
Ribu Ton
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐BI* Sementara
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%
‐
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010
Ribu Ton
BARANG2 KAYU & GABUSTOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐BI* Sementara
‐70%
‐60%
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
Ribu Ton
MUAT AP
Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
‐80%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
0,0
0,0
0,0
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,2
0,2
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
Ribu Ton
MUAT LN
Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Sementara kinerja impor, seiring dengan menurunnya kegiatan perdagangan di
internal Sulsel, diperkirakan mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, diperkirakan
tumbuh 42,54% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar
43,77%. Melambatnya pertumbuhan kinerja impor tersebut ditandai dengan mulai adanya
perlambatan volume impor, khususnya dari luar negeri. Perlambatan kinerja impor ini
didorong oleh melambatnya konsumsi masyarakat.
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor
Volume Impor Luar Negeri
Non Migas Total Volume Impor Luar Negeri
Consumer Goods
Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan
Volume Bongkar Luar Negeri Melalui Pelabuhan
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran, secara tahunan (yoy), sektor angkutan-komunikasi,
sektor bangunan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran
diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
Sementara di sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit mengalami perlambatan.
Dari sisi pertumbuhan, pencapaian tertinggi terjadi pada sektor angkutan-
komunikasi terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang membuka rute baru di
daerah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk ke Sulawesi Barat.
Sementara pertumbuhan terendah diperkirakan terdapat pada sektor industri pengolahan
dan pertanian.
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010
Juta Kg
SULSELS I T C y.o.y
* Sementara
Smb : Cognos ‐ BI
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010Juta Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BONGKAR AP
Y.O.YSumber : Pelindo IV* : Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0,0
0,1
0,1
0,2
0,2
0,3
0,3
0,4
0,4
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BONGKAR LN
y.o.y
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
13Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
1.2.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2010, diperkirakan mengalami peningkatan
sehubungan dengan membaiknya kondisi cuaca dan juga datangnya masa panen pada akhir
triwulan I-2010. Pertumbuhan sektor ini, pada triwulan laporan, diperkirakan sebesar 1,74%
(yoy), relatif lebih besar dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar 1,42%. Peningkatan
pertumbuhan sektor pertanian ini tampak pada peningkatan volume ekspor komoditi pada
komoditas hasil pertanian, sementara terjadi perlambatan penambahan luas panen, luas
produksi dan produktifitas padi (ARAM III).
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
II‐08 III‐08 IV‐08 I‐09 II‐09 III‐09 IV‐09 I‐10*
8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%
1. Pertanian 4.87% 6.06% 1.59% 5.16% 3.51% 6.13% 1.42% 1.74%
2. Pertambangan & Penggalian ‐7.23% ‐2.98% ‐9.45% ‐13.93% ‐4.51% ‐4.31% 5.72% 11.49%
3. Industri Pengolahan 12.01% 6.79% 3.94% 1.75% 6.68% 11.78% 1.72% 1.59%
4. Listrik,Gas & Air Bersih 12.94% 13.85% 9.66% 11.22% 9.85% 13.61% 2.47% 3.66%5. Bangunan 25.15% 23.20% 15.03% 15.79% 11.74% 14.64% 14.34% 13.37%6. Perdagangan, Hotel & Restoran 12.24% 13.75% 7.77% 8.00% 10.55% 10.28% 11.33% 10.23%7. Angkutan & Komunikasi 14.40% 13.21% 9.13% 4.77% 8.68% 10.76% 15.99% 13.90%8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 14.48% 11.22% 3.71% 5.00% 9.17% 11.41% 18.24% 16.17%9. Jasa ‐ jasa 5.34% 5.52% 7.38% 7.65% 6.80% 6.71% 3.39% 3.84%
8.10% 8.13% 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 6.69% 6.68%1. Pertanian 1.46% 1.82% 0.46% 1.51% 1.02% 1.80% 0.40% 0.52%
2. Pertambangan & Penggalian ‐0.74% ‐0.30% ‐0.94% ‐1.37% ‐0.40% ‐0.38% 0.50% 0.93%
3. Industri Pengolahan 1.66% 0.94% 0.55% 0.25% 0.95% 1.62% 0.24% 0.22%
4. Listrik,Gas & Air Bersih 0.12% 0.13% 0.10% 0.11% 0.10% 0.14% 0.03% 0.04%
5. Bangunan 1.14% 1.07% 0.75% 0.77% 0.62% 0.77% 0.79% 0.73%
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.84% 2.10% 1.20% 1.24% 1.65% 1.65% 1.81% 1.64%
7. Angkutan & Komunikasi 1.10% 1.05% 0.74% 0.38% 0.70% 0.89% 1.36% 1.10%
8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0.91% 0.70% 0.24% 0.32% 0.61% 0.73% 1.17% 1.05%
9. Jasa ‐ jasa 0.61% 0.62% 0.83% 0.85% 0.76% 0.74% 0.39% 0.44%
Sumber : BPS SulselKet. : Angka Sementara*) Perkiraan Bank Indonesia
SEKTOR EKONOMI Sumbangan (%, y.o.y)
SEKTOR EKONOMI Pertumbuhan (%, y.o.y)
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
‐
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010
Ribu Ton
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTALy.o.y
Smb : Cognos ‐BI* Sementara
14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll
Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi (ARAM III)
1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian
Diperkirakan mulai menunjukkan pertumbuhan positif sehubungan dengan
tingkat harga nikel di pasar internasional yang mulai menunjukkan perbaikan.
Pertumbuhan sektor ini diperkirakan sebesar 11,49% (yoy), sementara pada triwulan
IV-2009 kontraksi sebesar 5,72%. Di sisi lain, terdapat dorongan produktivitas pada
hasil tambang barang mineral non logam yang mengalami peningkatan ekspor.
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Volume Produksi Nikel Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia
Volume Ekspor Luar Negeri Barang Mineral Non Logam
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
‐
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 *
2007 2008 2009 2010
Ribu Ton
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
TOTAL y.o.ySmb : Cognos ‐BI* Sementara
44
45
46
47
48
49
50
51
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009juta
Luas Panen (Ha) ‐ kiriProduksi (Ton) ‐ kiriProduktifitas (Kuintal/Ha) ‐ kanan
Smb : BPS (ARAM III)
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
14.500
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
17.500
18.000
18.500
19.000
19.500
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Produksi nikel dlm matte
y.o.y
Sbr.: Press Release PT. Inco
* Sementara
‐5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009 2010
US$/Metric Ton
Sumber : Bloomberg
‐150%
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
‐
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 *
2007 2008 2009 2010
Ribu Ton
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM
TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara
15Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan
Diperkirakan terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan pada sektor ini, yaitu sebesar
1,59% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 1,72% maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang
sebesar 1,75%. Perlambatan pertumbuhan sektor ini ditandai dengan melambatnya
pertumbuhan realisasi pengadaaan semen. Hal tersebut diperkirakan karena realisasi proyek-
proyek infrastruktur pada awal tahun, masih cenderung kecil, dan konsumsi masyarakat pada
awal tahun cenderung melambat sehubungan dengan berakhirnya perayaan Hari Raya dan
liburan sekolah. Sementara subsektor industri pengolahan bahan makanan diperkirakan
mengalami peningkatan pertumbuhan, yang salah satu indikatornya adalah realisasi produksi
tepung terigu yang diperkirakan mengalami peningkatan.
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Realisasi Pengadaan Semen Realisasi Produksi Tepung Terigu
Volume Impor Gandum
1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air
Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami
peningkatan, terutama pada subsektor listrik. Kondisi tersebut disebabkan karena
kinerja PLTA Bakaru yang meningkat pesat sehubungan dengan adanya supply air
yang memadai akibat dari musim penghujan yang masih berlangsung pada triwulan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
100
200
300
400
500
600
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Ribuan Ton
Sulsel
y.o.y
Sumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
‐35%
‐30%
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
Ribuan Ton
Produksi‐axis kiriyoy‐axis kanan
Sumber : EFM Mks* : Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010
Juta Kg
GandumVol impor
yoy
Smb : Cognos ‐BI
16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
I-2010. Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,66% (yoy),
sementara pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 2,47%. Selain itu, di subsektor air
bersih diperkirakan mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Kondisi tersebut
salah satunya ditandai dengan peningkatan pemakaian air bersih di Makassar, namun
pemasangan saluran air di Makassar mengalami perlambatan pertumbuhan.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Penjualan Listrik (Juta Kwh) Pemakaian Air (M³) di Makassar
Pemasangan Saluran Air
di Makassar
1.2.5. Sektor Bangunan
Sehubungan dengan berakhirnya sebagian besar proyek-proyek sarana dan
prasarana, baik swasta maupun pemerintah, maka pertumbuhan sektor ini
diperkirakan relatif melambat. Sektor bangunan pada triwulan laporan diperkirakan
tumbuh sebesar 13,37% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,34%.
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
540 560 580 600 620 640 660 680 700 720
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Juta KWH
Total Pemakaian Listrik
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Juta M
3
Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
0,0%0,5%1,0%1,5%2,0%2,5%3,0%3,5%4,0%4,5%5,0%
395 400 405 410 415 420 425 430 435 440 445
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010Ribuan
Sambungan Langganan (SL)Y.O.Y (SL)
Sumber : PDAM Mks* Sementara
17Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Realisasi Pengadaan Semen
Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel. Bahan Konstruksi
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)
Sektor ini diperkirakan sedikit lebih rendah pertumbuhannya dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yaitu dari 11,33% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi sebesar 10,23%
pada triwulan laporan.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Arus Bongkar Muat Melalui
Angkutan Laut Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar
Hotel Berbintang
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Pakaian dan Perlengkapannya Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Rumah Tangga
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0
100
200
300
400
500
600
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Ribuan Ton
Sulsel
y.o.y
Sumber : ASI* : SementaraSumber : ASI* : Sementara
‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%
0
100
200
300
400
500
600
700
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Bhn Kons
yoy
Smb : SPE
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
Ribu Ton
BONGKAR
MUAT
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
‐
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Rata‐rata TPK
y.o.y
Smb : BPS diolah* sementara
‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%40%50%
0
50
100
150
200
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Pakn & Perlgk yoy
Smb : SPE
‐50%0%50%100%150%200%250%300%350%
0
50
100
150
200
250
300
350
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Perlt RT
yoy
18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Perlambatan pada sektor PHR disebabkan karena pola siklikal yaitu periode low
season pada awal tahun, terutama pada subsektor hotel dan restoran. Hal tersebut salah
satunya ditandai dengan melambatnya rata-rata TPK (Tingkat Penghunian Kamar) hotel
berbintang di Sulsel. Sementara pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan dipicu oleh
subsektor perdagangan, yang salah satunya ditandai dengan peningkatan indikator arus
bongkar muat melalui angkutan laut.
1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi
Berakhirnya masa liburan dan perayaan Hari Besar keagamaan cenderung
mempengaruhi tingkat mobilitas penduduk maupun wisatawan pada triwulan I-
2010. Kondisi ini yang relatif menyebabkan pertumbuhan sektor ini melambat, pada
triwulan laporan, yaitu sebesar 13,90% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang sebesar 15,99%.
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara Lalu Lintas Pesawat
Angkutan Udara
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut
‐10%0%
10%20%
30%
40%50%
60%
70%
‐
200
400
600
800
1.000
1.200
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
Ribu Org
DEP ARR y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
‐2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010
DEP
ARR
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
0
20
40
60
80
100
120
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Bhn Bkr yoy
Smb : Survei Pedagang Eceran
Smb : SPE
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
‐
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Embarkasi (keluar)Debarkasi (masuk)Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
19Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Hal ini terutama ditandai dengan menurunnya arus penumpang angkutan
udara, sementara arus penumpang angkutan laut terjadi peningkatan. Sehingga
sektor ini masih mengalami pertumbuhan positif.
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi
Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan juga diperkirakan melambat
menjadi sebesar 16,10% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan IV-2009 yang sebesar 18,24%. Beberapa indikator perlambatan
pertumbuhan sektor ini ditandai relatif stagnannya pertumbuhan Nilai Tambah Bruto
(NTB) Bank Umum serta melambatnya pembiayaan lembaga keuangan non bank.
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Nilai Tambah Bruto
Bank Umum Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
(PT. Pegadaian)
1.2.9. Sektor Jasa-jasa
Pertumbuhan sektor ini, diperkirakan didorong oleh belanja operasional pemerintah
daerah, sementara subsektor hiburan/rekreasi diperkirakan mengalami penurunan yang
disebabkan karena berkurangnya frekuensi hari libur selama triwulan I-2010.
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa
Konsumsi Listrik Sektor Sosial Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Trilyun Rp
NTB SULSEL y.o.y
Sbr : LBU ‐ BI* Sementara
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
‐
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Millions
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks* Sementara
‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%30%
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010Juta GWH
Sosialy.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
10 15 20 25 30 35 40 45 50
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010Juta GWH
Gd Kantor Pemerintahany.o.y
Sbr : PLN Divre VII* Sementara
20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)
Dengan kondisi tersebut maka pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan sedikit
mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 3,39% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi
sebesar 3,84%.
‐70%‐60%‐50%‐40%‐30%‐20%‐10%0%10%20%
‐
5
10
15
20
25
30
2 3 4 1 2 3 4 1*
2009 2010
Juta GWH
Penerangan Jln Umum y.o.y
21Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
BOKS I
MAPPING PRODUK UNGGULAN SAAT INI DAN PROSPEKNYA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN - CHINA
ZONA SULAMPUA
Untuk memetakan dampak perdagangan bebas ASEAN-China terhadap produk unggulan daerah, seluruh KBI di zona Sulampua telah melakukan survei terhadap perusahaan-perusahaan eksportir di daerah masing-masing. Terdapat 2 jenis komoditas yang menjadi sasaran analisis, yaitu biji kakao/coklat, dan hasil perikanan.
No. Komoditas Jumlah
Responden Lokasi
1. Biji Kakao 12 Sulsel, Sulteng, Sulbar, Sultra, dan Gorontalo 4. Hasil Perikanan 8 Maluku, Malut, Irian Jaya
Komoditas Biji Kakao
Biji Kakao di Indonesia banyak dihasilkan di daerah timur, terutama di Provinsi Sulteng, Sultra, Sulsel, dan Sulbar. Sebanyak +80% hasil produksi biji kakao Indonesia dijual ke luar negeri karena industri pengolahan kakao di dalam negeri masih kurang berkembang. Negara utama tujuan ekspor biji kakao responden adalah Malaysia (44,7%) dan Amerika Serikat (42,0%), diikuti oleh Brazil (11,3%). Dalam hubungannya dengan ACFTA, biji kakao masuk ke dalam komoditas yang dikelompokkan dalam Normal Track 1 (NT1). Pemberlakuan tarif bea masuk yang semula 5% sudah diturunkan hingga 0% sejak Januari 2009. Berlakunya ACFTA bagi sebagian besar responden (66,7%) dianggap dapat meningkatkan peluang pasar karena akan ada peningkatan permintaan dari Cina, Malaysia, atau Thailand. Peningkatan permintaan tersebut selain karena tarif masuk nol persen sesuai kesepakatan ACFTA, juga dapat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor. Peluang untuk menjual komoditas ke negara-negara tersebut didukung pula oleh fakta bahwa 91,7% responden tidak merasakan adanya non-tariff barrier dari negara tujuan ekspor. Namun perkiraan peningkatan peluang pasar belum tentu dapat diikuti dengan peningkatan penjualan dalam level yang sama. Terbatasnya volume produksi kakao menjadi penghambat utama (dialami oleh 75% responden) dalam peningkatan penjualan. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh umur tanaman kakao di Indonesia yang sudah terlalu tua dan masalah serangan hama. Untuk mengatasi masalah ini, eksportir kakao menaruh harapan besar pada Gerakan Nasional (Gernas) Kakao yang dilakukan pemerintah. Dalam menghadapi ACFTA, strategi utama eksportir kakao adalah meningkatkan kualitas kakao yang di-ekspor untuk meningkatkan harga jualnya. Bila ditarik lebih jauh, strategi peningkatan kualitas tersebut perlu dijawab oleh para petani kakao. Tanaman kakao yang tua seperti di Indonesia semakin lama akan semakin turun kualitas bijinya. Peremajaan tanaman kakao yang sekarang dijalankan lewat Gernas Kakao diharapkan dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas biji kakao di Indonesia. Cara lain untuk meningkatkan kualitas kakao adalah dengan memberi perlakuan yang benar pada kakao setelah selesai dipanen, sehingga mampu memenuhi standar kualitas internasional. Dalam hal ini, peran asosiasi sangat besar untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada para petani kakao.
22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Strategi yang diambil oleh para eksportir dalam menghadapi ACFTA adalah peningkatan kualitas biji kakao yang diharapkan dapat memberi manfaat yang semakin besar terhadap peluang pasar yang terbuka dengan berlakunya ACFTA.
Permasalahan yang dialami oleh eksportir biji kakao di Sulampua
Hasil Perikanan
Responden perusahaan hasil perikanan di Sulampua, yang tersebar di Propinsi Maluku, Maluku Utara, dan Jayapura, menyatakan bahwa pasar untuk jual-beli ikan di pasar global memiliki permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah ikan yang dihasilkan. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat persaingan antar negara penghasil ikan relatif kecil, karena pasar yang tersedia masih cukup luas.
Berdasarkan hasil survei, perusahaan di Sulampua menjual sebagian besar hasil tangkapannya ke Jepang (81,4%). Negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah Amerika Serikat dengan pangsa 11,3% dari total ekspor responden. Sedangkan ekspor ke negara ASEAN dan Cina hanya mencapai 7,1%, dan hanya dilakukan oleh satu responden. Terbaginya komposisi pangsa negara tujuan ekspor tersebut banyak dibentuk oleh permintaan pasar, dimana jenis ikan hasil tangkapan Indonesia banyak diminati oleh konsumen di Jepang dan Amerika Serikat.
Berlakunya ACFTA bagi sebagian responden diperkirakan akan meningkatkan peluang pasar, namun tidak banyak berpengaruh pada peningkatan penjualan. Walaupun peluang pasar cukup terbuka, eksportir memiliki minat yang kecil untuk memanfaatkannya karena ketersediaan ikan yang terbatas. Terbatasnya ketersediaan bahan baku menjadi penghambat dalam peningkatan penjualan, terutama dari sisi kuantitasnya. Adanya pembatasan wilayah penangkapan karena otonomi daerah dan pengaruh cuaca yg ekstrem telah menekan produksi ikan Sulampua. Selain itu biaya energi berupa BBM solar untuk kapal penangkap ikan ikut mendorong keterbatasan perusahaan perikanan melakukan ekspansi pasar.
Permasalahan yang Dialami Perusahaan Perikanan di Sulampua
Catatan : Kesulitan Lainnya antara lain cuaca buruk dan mengecilnya fishing ground sebagai dampak otonomi daerah
50,0%
33,3%
0,0%
16,7% 16,7%
75,0%
33,3%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Persen
tase Respo
nden
50.0%
37.5%
12.5%
25.0%
12.5%
25.0%
50.0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Persen
tase Respo
nden
23Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Dalam menghadapi ACFTA, strategi utama perusahaan perikanan adalah melakukan efisiensi biaya. Ini berkaitan dengan permasalahan mahalnya harga BBM yang menjadi pembatas bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil penangkapannya. Untuk mengatasi permasalahan ini perusahaan mengharapkan bahwa subsidi BBM pemerintah untuk penangkap ikan kecil dan menengah direalisasikan dengan tepat sasaran.
24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
BOKS II
PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ACFTA TERHADAP POTENSI PEMBIAYAAN DAERAH
DI ZONA SULAMPUA
ACFTA membawa kekhawatiran bagi sebagian sektor usaha, tetapi juga menjadi peluang bagi sebagian sektor usaha lain. Bagi sektor usaha yang tidak mampu bersaing dengan produk Cina, ACFTA dikhawatirkan memperburuk kinerja usaha. Sedangkan, bagi sektor usaha yang menggunakan barang negara ASEAN/Cina sebagai bahan baku atau barang dagangan, perdagangan bebas dapat menurunkan beban biaya yang pada akhirnya dapat meningkatkan margin usaha atau keuntungan. Untuk menangkap dampak dan peluang ACFTA terhadap pembiayaan, dilakukan survei terhadap beberapa BPR dan bank yang berkantor pusat di Sulawesi, Maluku, dan Papua serta kepada debitur bank-bank tersebut.
Berdasarkan hasil survei dan interview kepada perbankan, debitur terbesar di bank-bank tersebut berasal dari sektor konstruksi, properti dan pengangkutan. Dengan demikian berlakunya ACFTA diperkirakan tidak berpengaruh negatif pada kinerja debitur besar perbankan daerah. Dampak ACFTA terhadap debitur UMKM diperkirakan sangat kecil karena kredit UMKM mayoritas disalurkan untuk sektor lain-lain (konsumtif) dan sektor perdagangan. Untuk sektor perdagangan, ACFTA justru diperkirakan akan membawa dampak positif karena pedagang bisa mendapatkan margin yang lebih besar dengan menjual barang-barang buatan Cina. Survei juga dilakukan kepada 105 debitur bank yang berkantor pusat di Sulawesi, Maluku, dan Papua (BPD dan BPR). Responden secara umum didominasi oleh debitur UMKM dari sektor usaha perdagangan-hotel-restoran. Sementara jumlah responden besar cukup terbatas dan 66,7% berasal dari sektor konstruksi. Sebanyak 81% responden menjawab bahwa pemberlakuan ACFTA tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha. Sebanyak 12% responden mengatakan bahwa ACFTA berpotensi meningkatkan keuntungan, terutama untuk sektor usaha yang menggunakan bahan baku impor serta sektor yang memperjualbelikan produk impor. Hanya 6,7% responden yang memperkirakan akan ada dampak negatif, namun tidak sampai mengganggu kelancaran pembayaran kredit.
Pengaruh ACFTA Terhadap Usaha Responden Debitur Bank Berkantor Pusat di Daerah
100,00%
87,50%
82,26%
66,67%
71,43%
57,14%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Pertanian
Ind. Pengolahan
PHR
Transport/Komun…
Konstruksi
Jasa‐Jasa
Menguntungkan Merugikan Tdk Berpengaruh
7
14
3
62
8
11
Jml Resp.
25Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya, namun cenderung sama dengan laju inflasi nasional. Laju
inflasi Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 3,46% (yoy), sementara pada triwulan IV-
2009 sebesar 3,39% (yoy) dan laju inflasi nasional sebesar 3,43%. Peningkatan laju inflasi
tersebut, diperkirakan karena pada awal triwulan I-2010 terdapat kecenderungan naiknya
harga pada beberapa komoditas seperti beras, gula dan juga pada kelompok sayur-sayuran.
Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan ini adalah
pendidikan (7,09%; yoy) makanan jadi (6,22%; yoy) dan perumahan (3,48%; yoy).
Kemudian kelompok yang mengalami laju inflasi cukup rendah adalah sandang (2,17%; yoy)
dan transpor (1,18%; yoy).
Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju
inflasi Sulsel sampai dengan Maret 2010 yang sebesar 0,98% (ytd) menunjukan bahwa inflasi
di Sulsel masih berada pada tingkat yang terkendali. Mengacu pada arah pergerakan inflasi
yang relatif semakin berhimpit dengan inflasi nasional sejak triwulan II-2009, maka acuan
target inflasi nasional cukup relevan untuk digunakan sebagai acuan pengendalian tingkat
inflasi di Sulsel.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan periode sebelumnya,
maka laju inflasi pada kelompok makanan jadi, perumahan dan kesehatan relatif stabil.
Peningkatan laju inflasi yang cukup besar terjadi pada kelompok transpor, dimana pada
triwulan IV-2009 mengalami deflasi -2,32% (yoy) menjadi inflasi sebesar 1,18% (yoy) pada
triwulan I-2010. Selain itu kelompok pendidikan yang mengalami peningkatan inflasi dari
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
y.o.y ‐Nas
y.o.y ‐Ss
Sumber : BPS diolah%
26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
6,91% (yoy) menjadi 7,09% (yoy). Namun di sisi lain, terjadi perlambatan inflasi yang cukup
signifikan pada kelompok sandang, yaitu dari 7,31% (yoy) pada triwulan I-2009 menjadi
2,17% (yoy) pada triwulan I-2010.
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan
I-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai
berikut :
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya tercatat sebesar
7,09%, sementara pada triwulan IV-2009 yang
sebesar 6,91%. Peningkatan laju inflasi ini
didorong oleh peningkatan laju inflasi yang cukup
siginifikan pada subkelompok jasa pendidikan,
yang diperkirakan karena kenaikan biaya
pendidikan yang mencapai 13,24% (yoy). Kondisi
ini berbeda dengan triwulan yang sama pada
tahun sebelumnya sebesar 5,08% (yoy).
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan
20101 2 3 4 1 2 3 4 1
Bahan Makanan 17.27 21.16 18.30 21.45 13.17 4.14 3.38 3.60 2.69 Makanan Jadi 8.67 10.37 14.10 14.46 11.97 10.63 6.74 6.23 6.22 Perumahan 5.04 9.30 11.91 11.13 9.34 4.66 3.26 3.55 3.48 Sandang 13.87 13.53 11.89 11.32 11.12 7.65 6.92 7.31 2.17 Kesehatan 4.34 7.65 8.96 11.11 10.21 6.51 3.89 2.86 2.98 Pendidikan 6.19 6.07 3.16 3.72 3.55 3.46 4.66 6.91 7.09 Transpor 0.31 7.82 7.84 5.29 1.77 (5.01) (4.72) (2.32) 1.18 UMUM / TOTAL 8.13 11.92 12.29 12.40 9.01 3.80 2.70 3.39 3.46
Sumber : BPS, diolah
Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
20092008KETERANGAN
‐
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Apabila meninjau pergerakan inflasi yoy secara bulanan untuk periode triwulan I-
2010, sebenarnya relatif stabil, namun terjadi kenaikan inflasi pada sub kelompok
pelengkapan-peralatan pendidikan dan olahraga. Sedangkan untuk sub kelompok rekreasi
cenderung menurun sejak bulan Februari seiring dengan berakhirnya masa liburan sekolah.
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-
Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya
tercatat sebesar 6,22% (yoy) pada triwulan
laporan, relatif stabil jika dibandingkan dengan
triwulan IV-2009 yang sebesar 6,23%. Cukup
stabilnya laju inflasi pada kelompok ini
disebabkan oleh adanya peningkatan laju
inflasi pada sub kelompok makanan jadi yaitu dari 5,27% (yoy) pada triwulan IV-2009
menjadi 5,69% (yoy). Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini dipicu oleh naiknya harga
komoditas beras karena adanya kenaikan HPP beras. Namun diimbangi dengan melemahnya
inflasi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, dimana pada periode sebelumnya
sebesar 11,89% (yoy) yang menurun menjadi 10,95% (yoy).
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
Jika menganalisa pergerakan inflasi yoy perbulannya, maka didapati bahwa laju inflasi
subkelompok minuman tidak beralkohol cenderung menurun sejak bulan Februari, yang
diperkirakan karena pengaruh penurunan harga pada komoditas gula meskipun masih pada
level yang cukup tinggi. Kemudian untuk inflasi subkelompok makanan jadi, pergerakannya
relatif stabil meski sempat menurun pada bulan Februari yang diperkirakan karena pengaruh
penurunan harga pada beberapa komoditas bahan baku makanan jadi tersebut, seperti
daging, namun pada bulan berikutnya kembali mengalami peningkatan laju inflasi. Kedua hal
tersebut, kemudian saling menyeimbangkan sehingga pada akhir periode triwulan I-2010
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
inflasi untuk kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau menjadi relatif stabil. Akan
tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama satu tahun lalu, maka secara umum
telihat bahwa telah terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan dimana secara yoy, laju
inflasi triwulan I-2009 pada kelompok ini mencapai 11,97% (yoy)
Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng Mie
Gula Pasir Nasi
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-
Bahan Bakar, relatif mengalami perlambatan
laju inflasi yaitu dari 3,55% pada triwulan IV-
2010 menjadi sebesar 3,48% (yoy). Perlambatan
laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh
perlambatan inflasi yang terjadi pada
subkelompok perlengkapan rumah tangga yang
mengalami inflasi sebesar 2,27% (yoy) pada triwulan laporan dimana pada triwulan IV-2009
laju inflasinya sebesar 3,11% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan karena menurunnya harga
terutama pada komoditas barang elektronik rumah tangga, seperti lemari es, air conditioner
dan rice cooker. Selain itu, subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga mengalami
‐4%‐3%‐3%‐2%‐2%‐1%‐1%0%1%1%2%
6.800
6.900
7.000
7.100
7.200
7.300
7.400
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Ayam Goreng
yoy ‐ a.kanan
‐40%
‐35%
‐30%
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
‐
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Mie
yoy ‐ a.kanan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Gula Pasir
yoy ‐ a.kanan
‐4%
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
6.400
6.600
6.800
7.000
7.200
7.400
7.600
7.800
8.000
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Nasi
yoy ‐ a.kanan
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
perlambatan laju inflasi, dari 4,39% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 3,19% (yoy) pada
triwulan I-2010. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok ini diperkirakan karena terjadi
penurunan harga pada beberapa komoditas seperti sabun cuci dan pembersih lantai.
Di sisi lain, terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar,
penerangan dan air dimana pada triwulan I-2010 mencapai 7,32% (yoy) sedangkan pada
periode sebelumnya masih sebesar 6,68% (yoy). Kenaikan inflasi pada diperkirakan masih
dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak tanah karena adanya program konversi ke gas elpiji.
Dimana dengan adanya program konversi tersebut mendorong kenaikan harga pada minyak
tanah sejalan dengan dicabutnya subsidi minyak tanah. Subkelompok biaya tempat tinggal
juga menunjukkan peningkatan laju inflasi, yaitu dari 2,01% (yoy) menjadi 2,30%, yang
diperkirakan dipicu oleh kenaikan harga pada beberapa bahan bangunan, seperti semen dan
besi beton.
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan
Apabila inflasi year on year ditinjau pergerakannya secara bulanan, secara umum
hampir semua subkelompok mengalami kenaikan inflasi pada bulan Januari dan kemudian
melambat dibulan berikutnya sampai dengan Maret. Sub kelompok bahan bakar-penerangan
dan air mengalami inflasi sebesar 7,32% (yoy) pada Maret dimana telah melambat jika
dibandingkan dengan inflasi pada bulan Februari yaitu sebesar 7,64% (yoy). Kemudian sub
kelompok penyelenggaraan rumah tangga relatif mengalami perlambatan sejak Februari
2010. Selain itu, sub kelompok biaya tempat tinggal juga memiliki pola yang hampir serupa
dimana pada bulan Januari mengalami inflasi sebesar 3,05% (yoy) yang kemudian melambat
pada bulan berikutnya hingga pada bulan Maret tercatat 2,30% (yoy). Kenaikan inflasi
diawal tahun diduga karena adanya penyesuaian harga-harga kebutuhan rumah tangga di
awal tahun. Misalnya biaya sewa rumah dan bahan bangunan.
‐
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Kelompok Kesehatan pada triwulan
laporan tercatat relatif mengalami kenaikan laju
inflasi tahunan. Pada triwulan IV-2009, laju inflasi
kelompok ini sebesar 2,86% (yoy), yang
kemudian naik menjadi sebesar 2,98% pada
triwulan laporan. Kenaikan inflasi pada triwulan
laporan ini didorong oleh sebagian besar
subkelompoknya kecuali subkelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani. Namun
untuk subkelompok obat-obatan dan perawatan jasmani dan kosmetika mengalami
perlambatan inflasi pada triwulan I-2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Ketika melihat pergerakan inflasi yoy secara bulanan, maka subkelompok yang terus
mengalami peningkatan inflasi sejak bulan Januari hingga bulan Maret 2010 adalah
subkelompok jasa kesehatan, dimana pada Januari 2009 tercatat inflasinya sebesar 4,91%
(yoy) dan pada Maret menjadi 6,49% (yoy). Kondisi ini diduga karena pengaruh kondisi
cuaca yang relatif kurang kondusif bagi kesehatan sehingga mendorong terjadinya
peningkatan permintaan jasa kesehatan. Selain itu, pada subkelompok jasa perawatan
jasmani yang inflasinya sempat melambat pada Januari 2010 (5,79%; yoy) pada bulan Maret
2010 naik menjadi sebesar 6,81% (yoy). Sedangkan untuk subkelompok obat-obatan yang
cenderung mengalami peningkatan laju inflasi sejak awal triwulan I-2010 (1,81% pada
Januari 2010 dan 1,93% pada Februari 2010), kemudian melambat hingga menjadi 1,02%
(yoy). Peningkatan laju inflasi yang sesaat pada subkelompok ini diperkirakan karena adanya
penetapan HET (Harga Eceran Tertinggi) untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
‐2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi
tahunannya pada triwulan laporan tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
IV-2009. Perlambatan tersebut diduga terjadi
karena terdapat deflasi pada subkelompok
bumbu-bumbuan, lemak-minyak, ikan segar, ikan
diawetkan dan daging-hasilnya. Sedangkan di sisi
lain, peningkatan laju inflasi tersebut didorong
oleh inflasi pada subkelompok buah-buahan,
padi-padian, umbi-umbian-hasilnya dan sayur-
sayuran, yang secara umum diperkirakan karena
faktor kekurangan pasokan akibat belum
datangnya masa panen dan adanya kenaikan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) beras per 1
Januari 2010.
Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan
Hasil SPH di Makassar
Cabe Rawit Daging Ayam Ras
Beras Bandeng
Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, laju inflasi
bumbu-bumbuan pada awal triwulan I-2010 masih mengalami inflasi hingga 17,67% (yoy)
yang kemudian mulai melambat pada bulan berikutnya hingga akhirnya deflasi pada bulan
‐
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
1 2 3 4 1
2009 2010
Cabe Rawit
‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%25%30%
‐
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Daging Ayam Ras
yoy ‐ a.kanan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
‐
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Beras
yoy ‐ a.kanan
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
‐
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Ikan Bandeng
yoy ‐ a.kanan
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Maret 2010 menjadi sebesar -9,22% (yoy). Selain itu subkomoditas ikan segar juga
mengalami pola yang sama, dimana pada Januari 2010 masih inflasi sebesar 2,3% (yoy),
namun kemudian pada bulan berikutnya terjadi deflasi yang cukup signifikan pada
subkelompok ini yaitu menjadi -6,65% (yoy) dan akhirnya pada akhir triwulan I-2010 masih
mengalami deflasi meski tidak sebesar bulan sebelumnya yaitu -4,02% (yoy). Hal tersebut
diperkirakan karena faktor cuaca yang sudah mulai membaik pada awal tahun 2010 untuk
perikanan tangkap sehingga hasil tangkapan nelayan menjadi relatif berlimpah.
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
Kelompok Sandang, mengalami
perlambatan inflasi dimana pada triwulan I-2010
tercatat sebesar 2,17% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan IV-2009 yaitu sebesar
7,31%. Perlambatan laju inflasi pada triwulan ini
disebabkan oleh perlambatan inflasi yang terjadi
pada subkelompok barang pribadi dan sandang
lainnya.
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
‐5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang
33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas
Makassar Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, mengalami inflasi yang
cukup besar yaitu 1,18% (yoy) pada triwulan laporan, jika dibandingkan dengan triwulan IV-
2009 yang mengalami deflasi sebesar 2,32%
(yoy). Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini
diperkirakan dipicu oleh sub kelompok transpor
dimana pada triwulan sebelumnya mengalami
deflasi sebesar 3,20% (yoy) yang kemudian
naik menjadi 1,51% pada triwulan I-2010. Hal
ini diprediksi karena terjadi kenaikan harga
minyak yang kemudian memicu terjadinya kenaikan biaya tiket pesawat udara, terutama fuel
surcharge.
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
Jika menganalisa inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan,
peningkatan laju inflasi pada subkelompok transport mulai mengalami peningkatan inflasi
cukup signifikan pada bulan Februari 2010, yaitu mencapai 2,42% (yoy) jika dibandingkan
dengan Desember 2009 (-0,42%; yoy) dan kemudian mulai melambat pada akhir triwulan I-
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
‐
50
100
150
200
250
300
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010Rp Ribuan
Emas Perhiasan
yoy ‐ a.kanan
500
600
700
800
900
1.000
1.100
1.200
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
$/Troy oz
Harga Emas
(10)
‐
10
20
30
40
50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
2010 yang tercatat sebesar 1,51% (yoy). Namun di sisi lain cenderung terjadi perlambatan
sejak Februari 2010 (5,59%; yoy) untuk subkelompok sarana dan penunjang transpor,
dimana pada Januari mencapai 7,30% dan akhirnya melambat hingga sebesar 4,93% pada
akhir triwulan I-2010.
35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Sejak Januari 2010 diberlakukan pelaporan data bank dengan menggunakan sistem
Basel II yang mekanisme pelaporannya tersentralisasi dan online kepada Bank Indonesia
secara terpusat. Oleh karena itu pada analisa kajian perbankan untuk periode triwulan I-
2010, data-data yang disajikan masih bersifat sementara dan juga metode analisa time series
yang biasa digunakan akan relatif lebih terbatas sehubungan dengan masa transisi
perubahan sistem pelaporan dari LBU 2000 menjadi Basel II.
Secara month to month, kinerja perbankan Sulawesi Selatan per Februari 2010 relatif
menurun jika dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari aset, dana pihak
ketiga (DPK) yang tumbuh negatif. Namun di sisi lain, fungsi intermediasi bank dalam
menyalurkan kredit masih berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari pertumbuhan
kredit yang positif. Begitu juga untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Sulawesi
Selatan masih relatif baik dan tercatat di atas 100%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang
disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga
menunjukkan kondisi yang relatif baik.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan
Catatan: Sejak Januari 2010 pencatatan data perbankan menggunakan Basel II
3.1 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.1.1. Kelembagaan dan Aset
Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 (per
Februari 2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang
mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan IV-2009, meskipun jumlah bank tidak
mengalami perubahan. Per Februari 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank
nominal (dlm Rp juta) pertumbuhan (m.t.m)1. Total Aset 37,053,666 ‐9.64%2. DPK 29,894,336 ‐1.90% a. Giro 4,860,040 ‐4.96% b. Tabungan 14,808,850 ‐2.56% c. Deposito 10,225,446 0.63%3. Kredit 35,935,523 2.21%4. LDR (%) 120.21%5. NPLs Gross (%) 3.43%
per Februari 2010KOMPONEN
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
sebanyak 2 buah menjadi 692 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank
tersebut terdiri dari 2 kantor bank konvensional.
Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
Pada Februari 2010, total aset
bank umum Sulsel tercatat sebesar
Rp37,1 triliun meski tumbuh negatif jika
dibandingkan bulan Januari 2010 yaitu
sebesar -9,64%. Dimana untuk
kelompok bank pemerintah, asetnya
mengalami pertumbuhan negatif
sebesar 10,18% (mtm) atau menjadi
sebesar Rp23,8 triliun. Kemudian diikuti
oleh kelompok bank swasta nasional dan kelompok bank asing/campuran, dimana masing-
masing tumbuh sebesar -8,67% (mtm) menjadi Rp12,5 triliun dan -8,45% (mtm) menjadi
Rp772,5 juta. Terlepas dari besaran penurunannya, berdasarkan analisa runtut waktu,
pertumbuhan aset perbankan pada awal periode triuwlan I cenderung tumbuh negatif yang
biasanya akan membaik pada akhir periode triwulan pertama. Hal tersebut disebabkan
karena pada awal tahun ekspansi kredit cenderung melambat. Aktivitas pelunasan pinjaman
biasa yang terjadi selama periode itu dibandingkan dengan pengucuran kredit baru.
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan
Pada Februari 2010, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum
tercatat tumbuh negatif 1,90% (mtm) atau menjadi sebesar Rp29,9 triliun. Pertumbuhan
DPK bank umum ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan pertumbuhan yang utama terjadi pada giro dan tabungan, dimana masing-masng
tumbuh negatif sebesar 4,96% dan 2,56% (mtm). Meski pertumbuhan deposito month to
month per Februari 2010 relatif kecil, namun masih tumbuh positif, yaitu sebesar 0,63%.
20101 2 3 4 1 2 3 4 1*
Jumlah Bank 64 65 68 69 68 68 69 69 69
Bank Umum 36 37 40 41 41 41 42 42 42Konvensional 27 28 30 30 30 30 30 30 30Syariah 3 3 3 3 3 4 4 4 4UUS 6 6 7 8 8 7 8 8 8
BPR 28 28 28 28 27 27 27 27 27Jumlah Kantor Bank 625 630 638 664 669 679 680 690 692
Kelembagaan2008 2009
Tabel 3.3.
Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Namun share DPK jenis giro, tabungan dan deposito dengan membandingkan posisi Januari
dan Februari masih relatif tetap, yaitu masing-masing sebesar 0,16%, 0,50% dan 0,34%.
Kondisi tersebut diperkirakan karena terjadinya penurunan bunga deposito yang
lebih cepat dari bunga pinjaman pada akhir tahun lalu, sejalan dengan stabilnya BI rate pada
tingkat 6,50% setelah cenderung menurun sejak pertengahan tahun 2009. Oleh sebab itu,
maka diduga masyarakat cenderung menarik uangnya dan menempatkannya ke tempat lain
karena bunga yang mereka dapatkan dari penempatan pada giro maupun tabungan, relatif
kurang menguntungkan lagi.
Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum Sulsel juga tercatat masih mengalami
pertumbuhan yang positif, yaitu 2,21% (mtm) pada Februari 2010. Pertumbuhan kredit yang
masih relatif kecil ini bersifat periodik, dimana biasanya pada awal tahun ekspansi kredit
cenderung melambat. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas pelunasan
pinjaman yang terjadi selama periode tersebut lebih besar dibandingkan dengan pengucuran
kredit baru. Meski demikian, LDR bank umum tercatat masih berada diatas 100%, yaitu
sebesar 120,2% per Februari 2010.
Tabel 3.4.
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Tabel 3.5. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Jenis Penggunaan
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit produktif (modal kerja dan investasi)
mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan bulan Januari 2010. Per Februari
2010, kredit produktif tercatat tumbuh sebesar 3,34% (mtm). Pertumbuhan pada kredit
produktif didorong oleh pertumbuhan pada investasi yang tumbuh sebesar 4,71% (mtm),
kemudian kredit modal modal kerja yaitu sebesar 2,51% (mtm). Kondisi ini jauh lebih baik
jika dibandingkan dengan periode yang sama satu tahun yang lalu. Meski jika dibandingkan
dengan pertumbuhan Desember 2009, maka masih relatif melambat akibat pola/siklus usaha
tahunan.
Pertumbuhan kredit konsumsi juga masih positif meski dalam tingkat yang cukup
kecil, yaitu dari 0,83%(mtm) pada Februari 2010. Meski demikian, namun dilihat dari share
2 12 2 DPK ‐0.69% 8.49% ‐1.90% a. Giro ‐1.36% 4.19% ‐4.96% b. Tabungan ‐2.73% 13.06% ‐2.56% c. Deposito 2.89% 3.01% 0.63%Kredit ‐0.02% 5.21% 2.21% LDR (%) 111.0% 108.4% 120.2% NPLs Gross (%) 3.8% 3.1% 3.4%
KOMPONEN2009 2010
2 12 2Kredit ‐0.02% 5.21% 2.21%‐ Investasi ‐0.17% 2.75% 4.71%‐ Konsumsi 0.21% 3.09% 0.83%‐ Modal Kerja ‐0.19% 8.70% 2.51%
KOMPONEN2009 2010
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
masih dominan dengan tingkat yang relatif tidak berubah jika dibandingkan bulan Januari
2010, yaitu 45%. Sedangkan untuk kredit investasi dan modal kerja share masing-masing
adalah sebesar 21% dan 34%.
Secara sektoral, terdapat 3 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit
relatif menonjol dibandingkan sektor-sektor yang lain yaitu sektor listrik-gas-air, sektor
perdagangan dan sektor industri, dimana masing-masing tumbuh 13,09% (mtm), 4,14%
dan 4,00%. Peningkatan pertumbuhan pemberian kredit yang cukup signifikan terjadi pada
sektor industri, dimana pada periode yang sama setahun yang lalu pertumbuhan kreditnya
negatif. Hal ini diduga karena persepsi positif akan proses recovery perekonomian dunia,
sehingga kredit pada bidang industri kembali mengalami peningkatan.
Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi
Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
Sedangkan penyaluran kredit pada sektor pertambangan dan pengangkutan
mengalami pertumbuhan yang negatif pada bulan Februari 2010 jika dibandingkan dengan
bulan sebelumnya. Meski pertumbuhanya negatif, namun sudah relatif membaik jika
dibandingkan pertumbuhan mtm pada bulan Desember 2009 yang mencapai -5,31%. Selain
Industri9%
Js Dunia Ush4%
Js Sos Masy.4%
Konstruksi5%
Lain‐lain49%
LGA1%
Pengangkutan3%
Perdagangan23% Pertambangan
1%Pertanian
1%
2 12 2Kredit ‐0.02% 5.21% 2.21%* Pertanian ‐4.55% 16.02% 2.30%* Pertambangan ‐0.33% ‐5.31% ‐0.79%* Industri pengolahan ‐2.71% 1.26% 4.00%* Listrik,Gas dan Air ‐3.33% 16.64% 13.09%* Konstruksi 1.62% ‐1.64% 2.62%* Perdagangan 1.47% 10.64% 4.14%
* Pengangkutan ‐2.65% ‐0.27% ‐1.82%* Jasa Dunia Usaha ‐0.29% 5.30% 4.41%
* Jasa Sosial Masyarakat 1.91% 8.09% 4.97%* Lain‐lain 0.21% 3.09% 0.75%
KOMPONEN2009 2010
39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
itu, pertumbuhan kredit pada sektor angkutan juga memiliki kecenderungan pertumbuhan
yang negatif pada periode yang sama tahun lalu dan juga pada bulan Desember 2009.
Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross
Bank Umum
Grafik 3.2. Pangsa NPLs
Per Sektor Ekonomi
Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum di Sulsel pada Februari 2010
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan bulan Januari 2010, meski masih pada
tingkat yang relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari NPLs-Gross bank umum per Februari
2010 yang tercatat menjadi 3,44%. Secara sektoral, per Februari 2010 NPL tertinggi terjadi
terdapat pada sektor industri yang mencapai 7,74%. Kemudian diikuti oleh sektor jasa sosial
masyarakat, sektor jasa dunia usaha dan konstruksi, yang masing-masing NPL-nya adalah
sebesar 5,70%, 5,66% dan 5,47%.
Grafik 3.3. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi
2 12 2NPL Gross 2.87% 2.93% 3.44%NPL Net 1.70% 0.79% 1.01%
2010KOMPONEN
2009
7.74%
5.66%
5.70%
5.47%
2.21%
0.00%
0.89%
3.68%
0.07%
4.52%
0% 2% 4% 6% 8% 10%
Industri
Js Dunia Ush
Js Sos Masy.
Konstruksi
Lain‐lain
LGA
Pengangkutan
Perdagangan
Pertambangan
Pertanian
Industri2%
Js Dunia Ush4%
Js Sos. Masy.5%
Konstruksi3%
Lain‐lain61%
Listrik,Gas dan Air0%
Pengangkutan1%
Perdagangan23%
Pertambangan0%
Pertanian1%
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (m.t.m)
Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan bank
umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM).
Pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi untuk Februari 2010, sebagian besar
masih didominasi oleh sektor perdagangan 23%, kemudian diikuti oleh sektor jasa sosial
kemasyarakatan sebesar 5%. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM secara month to month
mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama untuk tahun sebelumnya,
namun relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan mtm pada Desember 2009.
Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan setahun
yang lalu adalah sektor pertanian, perdagangan dan sektor industri. Hal ini menunjukan
bahwa perbankan sudah lebih optimis dalam menyalurkan kredit untuk sektor MKM
daripada setahun yang lalu ketika masih dibayang-bayangi oleh dampak krisis global.
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah
Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan IV-2009, yakni sebanyak 12 Bank Syariah dengan rincian 4 Bank
Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah.
Secara month to month, kinerja
perbankan Syariah Sulawesi Selatan per
Februari 2010 cukup baik jika
dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini
tercermin dari aset, dana pihak ketiga
(DPK) yang tumbuh positif. Namun di sisi
lain, fungsi intermediasi bank dalam
pembiayaan tumbuh negatif per Februari
2010 yaitu sebesar 4,49% (mtm). Ditinjau
2 12 2Kredit 0.41% 3.70% 2.72%* Pertanian ‐8.57% 17.38% 6.48%* Pertambangan ‐2.74% ‐36.11% ‐3.36%* Industri pengolahan ‐1.20% ‐0.86% 1.20%* Listrik,Gas dan Air 18.56% ‐14.64% ‐23.45%* Konstruksi 2.35% ‐4.40% 2.50%* Perdagangan 1.47% 7.26% 7.09%* Pengangkutan 5.28% ‐27.79% ‐0.26%* Jasa Dunia Usaha ‐0.36% 3.97% 3.30%* Jasa Sosial Masyarakat 2.09% 2.30% 6.40%* Lain‐lain 0.24% 3.06% 0.99%
KOMPONEN2009 2010
Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah
41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan Sulawesi Selatan relatif baik dan tercatat di
atas 100% atau lebih tepatnya 152,0%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan,
yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga menunjukkan kondisi
yang cukup baik.
3.2. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan I-
2010 (per Februari 2010), tidak mengalami
perubahan jumlah jaringan kantor sehingga
jumlahnya tetap 52 kantor.
Pada triwulan I-2010 per Februari
2010, total aset perbankan kelompok BPR/S
tercatat tumbuh sebesar 32,9% (y.o.y)
sehingga menjadi Rp409,1 miliar.
Pertumbuhan aset ini tercatat lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 23,6%.
Dari sisi penghimpunan dana, DPK
BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan
sebesar 75,68% (y.o.y) menjadi Rp217,7
miliar pada triwulan I-2010 jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang hanya tumbuh sebesar 74,49% (y.o.y).
Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan
yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat
tumbuh sebesar 14,95% (yoy), sementara
pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar
56,51%. Dari rasio perbandingan
kredit/pembiayaan dengan dana pihak
ketiga BPR/S pada triwulan laporan tercatat sebesar 121,7%, lebih rendah dibanding LDR
pada triwulan IV-2009 yang sebesar 159,4%. Penurunan LDR ini lebih disebabkan oleh
penurunan yang kredit yang cukup signifikan.
Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR
BPR/S
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
200%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2007 2008 2009 2010Milyar Rp
DPK
Kredit
LDR
Smb : LB‐BPR/S* Sementara
Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S
224.77273.40
312.94
317.45
307.78337.08
360.28392.51 409.10
59.8%80.4%
75.3%
96.7%
36.9%
23.3% 15.1%23.6%
32.9%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
‐
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1*
2008 2009 2010Rp M
ilyar
Asety.o.y
Smb : LB‐BPR/S* Sementara
43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Perkembangan sistem pembayaran selama triwulan laporan relatif searah dengan
pergerakan aktivitas perekonomian Sulsel. Transaksi pembayaran tunai dan non tunai
menunjukkan perkembangan positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009.
Perlambatan transaksi tersebut antara lain diperkirakan karena masih rendahnya realisasi
proyek-proyek swasta dan pemerintah. Salah satu pendorong peningkatan aktivitas sistem
pembayaran pada triwulan laporan adalah adanya persiapan Pilkada di beberapa daerah.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari
dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat net inflow sebesar Rp1,56 triliun, meningkat
dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp0,95
triliun.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)
Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)
Dari sisi aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, relatif melambatnya
pertumbuhan ekonomi di Sulsel pada triwulan laporan (lihat Bab 1) salah satunya tercermin
dari nominal inflow perbankan ke KBI Makassar yang menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflow pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,86
triliun atau tumbuh sebesar -16,9% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar
Rp1,65 triliun atau tumbuh sebesar -24,8% (yoy). Peningkatan arus uang kartal masuk
tersebut diperkirakan karena relatif berkurangnya aktivitas pembangunan di Sulsel pada awal
tahun dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan IV-2009). Sedangkan apabila
dibandingkan dengan inflow pada triwulan I-2009 yang sebesar Rp2,23 triliun dengan
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
‐
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Inflow
Y.O.Y
Triliun Rp
‐200%
‐100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
‐
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Outflow
Y.O.Y
Triliun Rp
44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
pertumbuhan sebesar -4,3% (yoy), maka nominal inflow pada triwulan I-2010 tercatat
mengalami penurunan. Kondisi ini juga relatif sejalan dengan perkembangan pertumbuhan
ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 yang relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009.
Sementara aliran uang kartal keluar (outflow) yang merupakan permintaan
perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat, pada triwulan
laporan juga menunjukkan perbaikan pertumbuhan yaitu dari -53,8% (yoy) pada triwulan
lalu menjadi 22,9%. Secara nominal, outflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp0,29
triliun, lebih rendah dibandingkan outflow pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp0,70
triliun, namun lebih tinggi dibandingkan outflow pada triwulan I/2009 yang sebesar Rp0,24
triliun. Lebih rendahnya nominal outflow pada triwulan laporan dibandingkan triwulan IV-
2009 ini relatif sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan
laporan dibandingkan triwulan IV-2009. Begitu juga sebaliknya, nominal outflow pada
triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 relatif menunjukkan
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 lebih tinggi dibandingkan triwulan I-
2009, yang salah satunya karena adanya persiapan Pilkada pada beberapa daerah di Sulsel.
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan I-2010 tercatat
mengalami penurunan. PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun, lebih
rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar Rp1,19 triliun. Namun lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan PTTB pada triwulan I-2009 yang sebesar Rp0,25 triliun. Kondisi
nominal PTTB ini relatif sejalan dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi Sulsel, mengingat
PTTB ini relatif mencerminkan tingkat penggunaan uang untuk aktivitas ekonomi. Apabila
nominal PTTB meningkat, maka pertumbuhan ekonomi relatif akan mengalami peningkatan,
begitu juga sebaliknya.
Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
PTTB
/ Inflo
w
Inflo
w & PTTB (Triliun Rp
)
Inflow PTTB PTTB/Inflow
45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Hal yang sama juga apabila ditinjau dari rasio PTTB-inflow, rasio PTTB-inflow pada
triwulan laporan tercatat sebesar 55,9%, lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yang
sebesar 72,5%, namun lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009.
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi, jumlah temuan
uang rupiah palsu juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2009. Pada
triwulan I-2010, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp19,05 juta, dari Rp26,92 juta
pada triwulan IV-2009. Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- masih merupakan
jenis uang yang paling banyak dipalsukan yakni 181 lembar atau 61,1% dari total lembar
temuan uang palsu.
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker
KBI Makassar Triwulan I-2010
Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu
Berdasarkan Pecahan Triwulan I-2010
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS
4.4.1. Perkembangan RTGS
Pergerakan aktivitas perekonomian Sulsel selama triwulan laporan juga relatif
tercermin dari pergerakan transaksi via BI-RTGS. Perkembangan transaksi transfer keluar via
RTGS (outgoing) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp11,9 triliun atau meningkat
sebesar 43,9% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp15,1 triliun dan
pada triwulan I-2009 sebesar Rp8,3 triliun. Menurunnya outgoing pada triwulan laporan
dibandingkan triwulan IV-2009 relatif menunjukkan aktivitas perekonomian Sulsel pada
triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009. Begitu juga sebaliknya apabila
dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar Rp8,3 triliun.
Kondisi yang sama juga apabila ditinjau dari transaksi transfer masuk via RTGS
(incoming). Incoming pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp18,0 triliun, lebih rendah
apabila dibandingkan incoming pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp21,9 triliun, namun
Pecahan
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000
Trw IV‐2008 62 123 11 5 2 203
Trw I‐2009 44 116 9 4 2 175
Trw II‐2009 58 87 11 4 1 161
Trw III‐2009 103 277 8 8 19 415
Trw IV‐2009 139 251 16 3 24 433
Trw I‐2010 97 181 13 3 2 296Sumber : Bank Indonesia
Periode Total
100,000 24.21%
50.000 61,1%
20.000 4,4%
10.000 1,0%
5.000 0,7%
46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan incoming pada triwulan I-2009 yang sebesar
Rp11,7 triliun.
Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming
Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulsel tercatat masih mengalami net
inflow yaitu sebesar Rp5,6 triliun, yang tumbuh sebesar 66,4% (yoy). Apabila dibandingkan
dengan net inflow triwulan IV-2009, net inflow pada triwulan I-2010 tercatat lebih rendah
dibandingkan net inflow pada triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar Rp6,8 triliun, namun
lebih tinggi apabila dibandingkan net inflow triwulan I-20009 yang sebesar Rp3,4 triliun.
4.4.2. Perkembangan Kliring
Perkembangan penyelesaian non tunai via kliring pada triwulan I-2010 juga
menunjukkan perkembangan yang searah dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi Sulsel.
Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 10,6% (yoy),
sehingga menjadi Rp7,2 triliun. Nominal transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp7,4 triliun, namun lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar Rp6,5 triliun.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
‐
5
10
15
20
25
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Incoming
Y.O.Y
Triliun Rp
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
2
4
6
8
10
12
14
16
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Outgoing
Y.O.Y
Triliun Rp
2010
3 4 1 2 3 4 1
Total Perputaran Kliring‐ Nominal (miliar rupiah) 7,875.5 7,304.5 6,543.4 6,894.5 7,362.1 7,460.4 7,239.1 ‐ Lembar (ribuan) 270.9 251.7 242.2 258.4 262.3 263.6 253.5 Rata‐rata Harian Perputaran Kliring‐ Nominal (miliar rupiah) 125.0 121.7 110.9 111.2 120.7 118.4 118.7 ‐ Lembar (ribuan) 4.3 4.2 4.1 4.2 4.3 4.2 4.2 Nisbah Rata‐rata Penolakan Cek/ BG Kosong‐ Nominal (%) 1.1 1.3 1.7 2.0 2.7 2.9 2.3 ‐ Lembar (%) 1.0 1.2 1.7 1.6 2.3 2.2 2.3 Sumber : BI‐RTGS
2008 URAIAN
2009
47Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Dari sisi rata-rata harian, nilai nominal perputaran kliring tercatat mengalami
peningkatan. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan I-2010 tercatat
sebesar Rp118,7 miliar, sedikit lebih baik dibanding triwulan IV-2009 dan triwulan I-2009
yang masing-masing sebesar Rp118,4 miliar dan Rp110,9 miliar. Perbaikan pertumbuhan
nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan aktivitas ekonomi yang nominal
transaksinya dibawah Rp25 juta mengalami peningkatan.
Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara
nominal tercatat mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 2,9% pada triwulan IV-2009
menjadi sebesar 2,3% pada triwulan laporan. Namun dari jumlah lembar, rasio rata-rata
warkat yang ditolak sedikit meningkat menjadi sebesar 2,3%, sementara pada triwulan IV-
2009 sebesar 2,2%.
49Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan UtamaAgustus Agustus
2008 2009Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,559,748 5,660,624 Angkatan Kerja 3,447,879 3,536,920
a. Bekerja 3,136,111 3,222,256 b. Pengangguran 311,768 314,664
Bukan Angkatan Kerja 2,111,869 2,123,704 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.0% 62.5%Tingkat Pengangguran Terbuka 9.0% 8.9%Sumber : BPS
KEGIATAN UTAMA
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2009
terhadap angkatan kerja relatif minim, mengingat terdapat tekanan dari krisis global,
terutama pada semester I-2009. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel sedikit
mengalami penurunan. Di sisi lain perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) masih
menunjukkan perkembangan positif yang didorong oleh peningkatan Indeks yang Diterima
Petani. Hal yang sama juga terjadi peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan
lapangan kerja dan penghasilan dibanding 6 bulan yang lalu.
5.1. Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2009 mengalami
peningkatan. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 2,6%
dari 3,4 juta orang pada Agutsus 2008 menjadi 3,5 juta orang (62,5% dari total penduduk
usia kerja). Dengan
pertumbuhan tersebut, TPAK
sedikit mengalami peningkatan,
yaitu dari 6,0% pada Agustus
2008 menjadi 6,5% pada
Agustus 2009. Kondisi tersebut
menggambarkan daya serap
pembangunan ekonomi Sulsel
terhadap angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 tersebut, hanya
mampu menyerap penambahan jumlah angkatan kerja sebesar 86 ribu orang saja, atau
hanya menyerap 27,6% pengangguran pada Agustus 2008. Kondisi tersebut mengakibatkan
tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sulsel sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 0,1%
yaitu dari 9,0% pada Agustus 2008 menjadi 8,9% pada Agustus 2009. Di sisi lain, relatif
minimnya penambahan daya serap tenaga kerja di Sulsel tersebut diperkirakan karena
kondisi dunia usaha yang sedang menghadapi dampak krisis, terutama pada semester I-
2009. Sehingga cenderung tidak terdapat penambahan ekspansi usaha.
Dari sisi lapangan pekerjaan utama, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di
sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama sektor industri, sektor konstruksi dan
sektor perdagangan. Pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian tercatat
50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
sebesar 49,3%, sementara pada Agustus 2008 tercatat sebesar 51,5%. Sedangkan pangsa
jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri, sektor konstruksi dan sektor
perdagangan mengalami peningkatan. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena
pengaruh musim kemarau yang mengurangi tingkat produktifitas di sektor pertanian
sehingga relatif mendorong perpindahan tenaga kerja ke sektor lain untuk mempertahankan
tingkat pendapatan.
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Agustus 2008 Agustus 2009
Pergeseran angkatan kerja ke non-pertanian tersebut, salah satunya ditandai dengan
meningkatnya pangsa jumlah buruh/karyawan terhadap total tenaga kerja yang bekerja,
yaitu dari 23,2% pada Agustus 2008 menjadi 24,1% pada Agustus 2009. Sedangkan di
pekerja bebas pertanian relatif sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 4,1% menjadi
4,4%.
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Nilai Tukar Petani
Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan kembali menunjukan
perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat
tumbuh sebesar 2,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan IV-
2009 yang sebesar 3,3% (yoy). Kondisi ini diperkirakan karena pengaruh ekpekstasi tingkat
harga produk pertanian yang terbentuk pada akhir tahun 2009 sehubungan dengan rencana
penetapan HPP beras.
Pertanian
51.5%
Industri5.8%
Konstruksi
4.7%
Perdagangan
18.5%
Angkutan/Komuni
kasi6.2% Jasa
11.2%
Lainnya *)
2.0%
Pertanian
49.3%
Industri6.7%
Konstruksi
5.2%
Perdagangan
19.8%
Angkutan/Komuni
kasi5.8% Jasa
11.2%
Lainnya *)
2.0%
51Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Hal tersebut tampak dari peningkatan ‘Indeks yang Diterima Petani’ pada triwulan
laporan tercatat sebesar 12,8% (yoy) sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 7,9%.
Peningkatan indeks ini tercatat lebih besar dibandingkan peningkatan ‘Indeks yang Dibayar
Petani’. Peningkatan indeks ini diduga karena faktor penetapan HPP beras per 1 Januari 2010
dan peningkatan produktifitas sektor pertanian.
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata
Nilai Tukar Petani
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 5.4
Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani
Untuk ‘Indeks yang Dibayar Petani’ menunjukkan peningkatan pertumbuhan, yaitu
dari 4,48% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 4,84% pada triwulan laporan. Peningkatan
indeks tersebut relatif tertahan sehubungan dengan adanya program subsidi pupuk dari
pemerintah. Sehingga tekanan harga pupuk relatif berkurang. Selain itu tekanan konsumsi
rumah tangga petani diperkirakan relatif stabil mengingat laju inflasi Sulsel sampai dengan
maret 2010 yang relatif stabil.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2009 tercatat sebesar 12,31% dari
jumlah penduduknya atau sebesar 963 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 12,92% berada di
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
97
98
99
100
101
102
103
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
NTP ‐ axis kiriy.o.y ‐ axis kanan
0%2%4%6%8%10%12%14%16%
100
105
110
115
120
125
130
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Indeks Yang Diterima Petani ‐ axis kiriy.o.y It
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
100
105
110
115
120
125
130
2 3 4 1 2 3 4 1
2009 2010
Indeks Yang Dibayar Petani ‐ axis kiriy.o.y Ib
52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Grafik 5.5.Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
152.8 150.8
930.3
880.9
13.33%
12.31%
11.8%
12.0%
12.2%
12.4%
12.6%
12.8%
13.0%
13.2%
13.4%
13.6%
0
200
400
600
800
1000
1200
2008 2009
Desa Kota Total
Sumber : BPS
daerah perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah
penduduk miskin di perkotaan tersebut mengalami penurunan dibanding Maret 2008 yang
tercatat sebesar 14,62% dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut.
Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari
1.031,7 ribu per Maret 2008 menjadi 963,6 ribu pada Maret 2009, atau menurun 6,6%.
Penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi di perkotaan, yang tercatat -17,45%,
yaitu dari 150,8 ribu orang menjadi
124,5 ribu orang. Jumlah tersebut
merupakan 1,59% dari total
penduduk Sulsel. Penurunan tersebut
juga terjadi di pedesaan yang
tercatat sebesar -4,75% yaitu dari
880,9 ribu orang menjadi 839,1 ribu
orang. Jumlah tersebut merupakan
10,72% dari total penduduk Sulsel.
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskinse-Sulampua per Maret 2009
Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk
miskin di Sulsel tercatat urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulawesi Utara (9,79%) dan
Maluku Utara (10,35%). Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di
Sulampua tercatat sebesar 37,53% yaitu di provinsi Papua. Sementara jumlah penduduk
miskin se-Sulampua tercatat sebesar 1,73% dari total penduduk Indonesia.
36.09
11.16
12.92
6.03 9.88
27.50
10.20
8.90
3.33
3.71
63.91
88.84
87.08
93.97
90.12
72.50
89.80
91.10
96.67
96.29
9.79
18.99
12.31
18.93
25.01
15.29
28.22
10.35
35.72 37.53
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua
Desa Kota % Total Penddk Miskin
Sumb
er : B
PS, d
iolah
%
53Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
5.3. Survei
Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, pada
triwulan laporan rata-rata ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) menunjukkan
peningkatan. Rata-rata IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 18,9% (yoy),
sementara pada triwulan IV-2009 kontraksi sebesar 0,2%. Perbaikan indeks ini diperkirakan
karena kondisi perekonomian Sulsel yang mulai menunjukkan perkembangan positif,
meskipun pada triwulan laporan ini, kinerja investasi yang terjadi diperkirakan mengalami
perlambatan.
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu
Sejalan dengan perkembangan ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’, rata-
rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami peningkatan
pertumbuhan, yaitu dari kontraksi 3,4% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi tumbuh 2,1%.
Terdapat beberapa hal yang dapat mendorong terjadinya peningkatan keyakinan responden
atas penghasilan saat ini antara lain kenaikan UMP (Upah Minimum Regional), NTP (Nilai
Tukar Petani) sehubungan dengan peningkatan HPP beras per 1 Januari 2010 dan relatif
terkendalinya laju inflasi sampai dengan Maret 2010.
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20
40
60
80
100
120
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Ketersediaan lap kerja saat ini y.o.y
‐10%
‐8%
‐6%
‐4%
‐2%
0%
2%
4%
6%
8%
120
122
124
126
128
130
132
134
136
138
140
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Penghasilan saat ini dibanding 6 bln yl
y.o.y
55Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Bab 6
Keuangan Daerah
Pada triwulan I-2010, sebagaimana diuraikan dalam perkembangan kondisi ekonomi
(Bab I), bahwa kinerja konsumsi mempunyai sumbangan tertinggi dalam pertumbuhan
ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari pertumbuhan konsumsi sebesar 6,97% (yoy), sumbangan
konsumsi pemerintah mencapai 21,7% sementara konsumsi rumah tangga mencapai
78,3%. Sumbangan konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut
tercatat relatif sama dengan konsumsi pada triwulan IV-2009 yang tercatat memberikan
sumbangan sebesar 22,8%. Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut tercermin dari
realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel. Pada triwulan laporan, realisasi
belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 11,9%. Selanjutnya
performance Keuangan Pemerintah Daerah pada Triwulan I-2010 tercermin dalam tabel
dibawah :
Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV-2009
(Milyar Rupiah)
ANGGARAN REALISASI % REALISASI
1. PENDAPATAN1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,430.08 323.71 22.64%
‐ Pendapatan Pajak Daerah 1,222.80 296.13 24.22%‐ Pendapatan Retribusi Daerah 113.55 18.03 15.88%‐ Bagian Laba Hasil Daerah 59.61 ‐ 0.00%‐ Lain‐lain PAD yang Sah 34.12 9.55 27.99%
1.2. PENDAPATAN TRANSFER 953.58 260.75 27.34%Dana Perimbangan 952.35 260.75 27.38%‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 216.84 25.29 11.66%‐ DAU 706.28 235.43 33.33%‐ DAK 29.24 0.04 0.13%Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya 1.23 ‐ 0.00%
1.3. Lain‐lain Pendapatan yang Sah ‐ ‐ 0.00%JUMLAH PENDAPATAN 2,383.66 584.47 24.52%
‐ ‐ 2. BELANJA ‐ ‐ 2.1. BELANJA OPERASI 2,199.15 290.70 13.22%2.2. BELANJA MODAL 230.12 0.73 0.32%2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15.00 0.30 1.97%
JUMLAH BELANJA 2,444.27 291.72 11.93%‐ ‐
2.4. TRANSFER ‐ ‐ 0.00%‐ ‐
SURPLUS / (DEFISIT) (60.60) 292.75 ‐483.05%Sumber : Pemprov Sulsel
NO. U R A I A Ns/d TRIWULAN I‐2010
56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan I-2010 tercatat
hampir mencapai target 25% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 24,5% atau
mencapai Rp584,5 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari
100% mengingat target pendapatannya tumbuh sebesar 7,9% dari target pendapatan
2009.
Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 27,3%,
terutama pada sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 33,3%.
Sementara realisasi komponen “Pendapatan Asli Daerah” baru mencapai 22,6%, terutama
pada sub komponen “Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah” dan “Pendapatan Pajak
Daerah” yang masing-masing telah mencapai 27,9% dan 24,2%. Realisasi pada sub
komponen “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut relatif menggambarkan kinerja konsumsi
rumah tangga (PDRB), mengingat objek penerimaan dari “Pendapatan Pajak Daerah”
tersebut antara lain adalah pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor.
Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan I-2010, realisasinya baru
mencapai 11,9%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 13,2%,
diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (0,32%). Masih rendahnya realisasi pos “Belanja Operasi”
tersebut relatif sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah
(PDRB) pada triwulan laporan. Sementara masih rendahnya realisasi pos “Belanja Modal”
juga relatif sejalan dengan melambatnya kinerja investasi (PDRB) pada triwulan laporan, yang
diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 1,77%.
Realisasi ‘Belanja Operasi’ tersebut sendiri lebih banyak dipergunakan untuk Belanja
Bunga yang telah terealisasi sebesar 21,0% dan untuk Belanja Bagi Hasil yang telah
terealisasi sebesar 18,1%. Belanja Bagi Hasil tersebut merupakan bagi hasil pajak daerah
kepada Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, realisasi
masih terdapat pada pos ’Belanja Peralatan dan Mesin’ yang tercatat sebesar 1,43% dan pos
’Belanja Aset Lainnya’ yang terealisasi sebesar 0,9%.
57Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Bab7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan II-2010 diperkirakan akan relatif
meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal tersebut diperkirakan terjadi
karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia yang kemudian mempengaruhi
peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional. Dorongan pertumbuhan dari sisi
permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran,
peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan, listrik-gas-air,
pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Kemudian, laju
inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran
yang masih relatif stabil.
7.1 Outlook Kondisi Makroregional
Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan II-2010 diperkirakan
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya.
Hal tersebut diperkirakan terjadi karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia
yang kemudian mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional.
Pada triwulan mendatang, diperkirakan konsumsi masyarakat akan cenderung
meningkat pertumbuhannya mengingat di akhir triwulan II-2010 memasuki masa liburan
anak sekolah dan juga persiapan untuk tahun ajaran baru sehingga konsumsi rumah tangga
otomatis akan naik. Selain itu konsumsi pemerintah juga diduga akan meningkat,
mengingat program-program pembangunan daerah untuk tahun 2010 diperkirakan sudah
mulai berjalan meski belum optimal. Selain itu, adanya pelaksanaan Pilkada di beberapa
daerah pada triwulan II-2010 akan lebih mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi.
Kemudian untuk investasi, pada triwulan II-2010 diprediksi akan relatif meningkat
karena terdapat 10 proyek pembangunan di Sulsel di tahun 2010, yaitu pengembangan
pelabuhan Makassar, proyek Central Point of Indonesia (CPI), pelabuhan ikan Nusantara
Unita, pengembangan Kawasan Industri Makassar (KIMA 2), jaringan kereta api yang
menghubungan Makassar dengan Pare-pare, pembangkit listrik tenaga sampah,
pembangunan industri pengolahan kakao, industria pengolahan rumput laut, pembibitan-
penggemukan sapi terpadu dan proyek pembangunan resort pulau-pulau kecil di Makassar.
58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Pada sisi ekspor-impor juga diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan net
ekspor. Kenaikan ekspor yang didorong oleh membaiknya penjualan nikel di dunia sejalan
dengan membaiknya perekonomian dunia yang kemudian mendorong pulihnya permintaan
baja anti karat dan akhirnya memicu permintaan nikel. Hal tersebut terrefleksi dari tingkat
harga yang cenderung naik sejak awal 2010 pada hingga pada bulan April 2010.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri,
bangunan, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-
restauran. Sektor bangunan masih tetap tumbuh meningkat meski tidak signifikan. Hal
tersebut masih searah dengan masih berlangsungnya proyek-proyek pembangunan di Sulsel.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara otomatis, akan berpengaruh pada sektor
industri pengolahan, khususnya industri semen di Sulawesi Selatan.
Kemudian pada sektor listrik-gas-air, diduga akan terjadi kenaikan kinerja khususnya
pada subsektor listrik jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Penyebabnya peningkatan
pertumbuhan sub sektor tersebut diduga karena PT.PLN telah berhasil melakukan perbaikan
mesin pada PLTG Sengkang. Di sisi lain, masih terdapat supply air yang cukup untuk
menjalankan PLTA Bakaru. Selain itu, sektor pertambangan diduga relatif akan tumbuh lebih
tinggi sejalan dengan meningkatnya produksi nikel PT.Inco seiring dengan membaiknya
permintaan nikel internasional yang ditandai dengan meningkatnya harga nikel.
Terakhir adalah proyeksi peningkatan pertumbuhan pada sektor angkutan-
komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran yang biasanya berjalan seiringan. Hal itu
disebabkan karena di penghujung triwulan tersebut, sudah memasuki periode liburan anak
sekolah sehingga biasanya momen tersebut digunakan untuk berlibur. Terlepas dari hal
tersebut, diproyeksikan pada triwulan mendatang akan lebih banyak acara yang bersifat
MICE (Meeting Incentive Conference Event) diselenggarakan di Sulawesi Selatan, jika
dibandingkan dengan triwulan I-2010.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2007 2008 2009 2010
Indeks Ekspektasi Konsumen
59Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2010
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel
pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-
2010 (6,68%; y.o.y). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 pada
kisaran 7,61% + 0,5% (y.o.y).
7.2 Outlook Inflasi (3,77 +0,5%)
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung
mengalami kenaikan, namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Perkiraan kenaikan laju
inflasi tahunan pada triwulan II-2010 akan cenderung sekidit meningkat meski masih pada
kisaran yang terkendali. Diduga pergerakan harga yang berasal dari kelompok bahan
makanan akan cenderung deflasi, mengingat periode masa panen yang jatuh pada bulan
April sampai dengan Juni akan cenderung membuat kesediaan pasokan seperti sayuran,
bumbu-bumbuan dan buah-buahan relatif lebih berlimpah. Selain itu, komoditas ikan juga
cenderung stabil karena faktor cuaca masih relatif kondusif bagi para nelayan untuk melaut.
Namun di sisi lain, tekanan inflasi berasal dari komoditas sandang, terutama dari
komoditas emas. Permintaan emas untuk investasi diyakini terus meningkat dalam beberapa
waktu ke depan. Investor lebih memilih emas sebagai instrumen investasi karena dianggap
lebih aman. Mereka yakin emas instrumen yang lebih aman dibandingkan instrumen investasi
lain, seperti valuta asing (valas) dan saham. Harga emas yang cenderung naik sejak akhir
triwulan I-2010 diduga akan mendorong terjadinya inflasi pada triwulan II-2010.
Kemudian kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada tahun 2010 diproyeksikan
akan memberikan dampak ekspektasi sendiri terutama bagi kalangan industri maupun
pengusaha. Meskipun belum ada keputusan yang pasti akan waktu pemberlakukan
kenaikannya, namun tindakan para pelaku usaha khususnya subsektor hotel, telah
menaikkan tarif hunian kamarnya terutama nanti memasuki masa peak season.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan II-
2010 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan sedikit lebih besar daripada triwulan
sebelumnya, yaitu pada kisaran 3,77% ± 0.5% (y.o.y). Kecenderungan tersebut searah
dengan Survei Konsumen (SK) bulan Maret yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana
Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, yaitu sebesar 144
yang mengindikasikan bahwa persepsi responden SK akan harga akan cenderung meningkat
pada triwulan mendatang.
60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan I - 2010
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya
7.3. Prospek Perbankan
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2010 diduga masih tumbuh lebih baik
jika dibandingkan triwulan I-2010 atau satu tahun sebelumnya. Selain kondisi perekonomian
dunia yang relatif membaik awal tahun 2010, kondisi dalam negeri kita juga cukup kondusif.
Hal ini trlihat dari bergerakan laju tingkat suku bunga yang cenderung menurun sejalan
dengan pregerakan BI rate sehingga sektor riil diharapkan mendapatkan ruang gerak yang
lebih besar pada triwulan II-2010.
Terkait dengan hal tersebut, diduga pada triwulan mendatang kredit yang disalurkan
perbankan akan meningkat. Kemudian pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga
diharapkan akan mengalami kenaikan, hal tersebut dimungkinkan karena masyarkat diduga
sudah akan merasa lebih yakin dengan kondisi perekonomian pada periode dimaksud
sehingga mereka sudah tidak ragu lagi untuk menempatkan dananya di bank. Sejalan
dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional dan regional maka diharapkan Non
Performing Loan (NPL) juga dapat turun.
‐20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 180.0 200.0
2 3 4 1 2 3 4 1
2008 2009 2010
Indeks Ekspekstasi Perubahan Harga Umum 3 bulan yad
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1* 2**
2007 2008 2009 2010
%y.o.y ‐ Sulsel
y.o.y ‐ Nas
Sumber : BPS, diolah