kajian fiskal regional · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal pemerintah pusat dan...
TRANSCRIPT
KAJIANFISKAL
REGIONAL
KEMENTERIAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Provinsi Sumatera Barat
Penyusun :Penanggung Jawab : Ade Rohman | Ketua Tim : Abdul Lu�i | Editor : Dody Prihardi | Suryadi|
Desain Grafis : Alfian| Anggota : Cholid | Eka | Lisna Wahida |Yulianis | Elva
Anita | Gusniwa�
Triwulan I
2020
i
KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yangMaha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapatmenyelesaikan flash report Kajian Fiskal Regional (KFR)Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2020 dengan baik,dengan harapan KFR ini dapat menjadi sarana untukmembangun komunikasi dua arah dalam bentuk pertukarandata dan informasi antara Kementerian Keuangan dengan parapemangku kepentingan (stakeholders). Kajian ini jugadiharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi PemerintahDaerah di Sumatera Barat dalam merumuskan kebijakanpengembangan ekonomi bagi pembangunan daerah serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat.Flash report KFR Triwulan I tahun 2020 merupakan output Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan Provinsi Sumatera Barat dalam rangka pelaksanaan tugas BidangPembinaan Pelaksanaan Anggaran II yang merupakan representasi Kementerian Keuangan didaerah sebagai pengelola fiskal.Selain itu, flash report KFR Triwulan I Tahun 2020 disusun untuk mengetahui sekilasimplementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinyaterhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan demikian, para pemangkukepentingan seperti penyusun kebijakan, pelaksana kebijakan, masyarakat, dan investor dapatmemperoleh informasi yang strategis untuk merumuskan dan merencanakan kegiatan di masayang akan datang dengan lebih baik. Hal ini diharapkan memberikan manfaat demipembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Perlu disampaikan bahwa beberapa aspek kajian yang menjadi titik bahasan utama dalam flashreport KFR Triwulan I Tahun 2020 meliputi perkembangan indikator ekonomi regional,perkembangan dan analisis pendapatan Pemda se-Sumatera Barat, perkembangan dananalisis belanja Pemda se-Sumatera Barat, dan perkembangan Badan Layanan Umum, sertakondisi fiskal regional terkini. Selain itu, secara tematik, membahas tentang berita fiskal regionalyang terpilih.Kami sungguh menyadari bahwa kajian yang kami sampaikan masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dalam meningkatkan kualitaspenyusunan laporan kajian fiskal regional ini.
Kepala Kanwil DJPbProvinsi Sumatera Barat
Ade RohmanNIP 19620711198201001
ii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR IDAFTAR ISI IiDAFTAR TABEL iiiDAFTAR GRAFIK ivI. PERKEMBANGAN DAN
ANALISIS EKONOMI REGIONALA. Produk Domestik Regional
Bruto1
B. Inflasi 2C. Indikator Kesejahteraan 3
II PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAAN APBN
A. Pendapatan Negara 5B. Belanja Negara 8
III PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAAN APBN
A. Pendapatan Daerah 14B. Belanja Daerah 15C. Prognosis Realisasi APBD
Triwulan III dan AkhirTahun 2018
16
IV PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAANANGGARAN KONSOLIDASIAN
A. Laporan KeuanganPemerintah Konsolidasian
18
B. Pendapatan Konsolidasian 18C. Belanja Konsolidasian 19D. Analisis Kontribusi
Pemerintah dalam PDRB20
V BERITA / ISU REGIONALTERPILIH
A. Anggaran PenanggulanganCovid-19 Sumbar MestiDitambah
21
B. Penanggulangan corona,Padang siapkan anggaranRp82 miliar
22
iii
DAFTAR TABELI.1 PDRB Sumatera Barat Triwulan
I Berdasarkan Lapangan Usaha(triliun rupiah)
1
I.2 PDRB Sumatera Barat TriwulanI Berdasarkan Lapangan Usaha(triliun rupiah)
2
I.3 10 Komoditas yang DominanMendorong dan MenghambatInflasi Maret 2020
3
I.4 Perubahan Nilai Tukar PetaniPer Sektor Feb-Maret 2020
4
II.1 Target dan RealisasiPendapatan Negara Triwulan I2020 (dalam jutaan rupiah)
5
II.2 Target dan RealisasiPendapatan Pajak DalamNegeri Triwulan I 2020
6
II.3 Target dan RealisasiPendapatan Negara BukanPajak Triwulan I 2020(dalam jutaan rupiah)
7
II.4 Alokasi dan Realisasi TKDDTriwulan I 2020 (dalam jutaanrupiah)
10
II.5 Pagu dan Realisasi AnggaranBLU Triwulan I Tahun 2020
11
II.6 Realisasi Penyaluran KreditProgram Per Sektor padaTriwulan I 2020
12
III.1 Realisasi Pendapatan Daerahse- Sumatera Barat Triwulan I2020
14
III.2 Realisasi Belanja DaerahProvinsi Sumatera BaratTriwulan I 2020
16
III.3 Proyeksi Pendapatan DaerahPada Akhir Tahun 2018
18
III.4 Proyeksi Belanja Daerah PadaAkhir Tahun 2018
17
IV.1 Laporan Keuangan PemerintahKonsolidasian (LKPK) Triwulan ITahun 2020 (miliaran rupiah)
18
IV.2 Laporan Operasional Triwulan Itahun 2019, diolah (miliaranrupiah)Sumatera BaratTriwulan II-2018 dan Triwulan II2019 (miliaran rupiah)
20
iv
DAFTAR GRAFIKI.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar
2018-20201
I.2 Jumlah dan PersentasePenduduk Miskin
4
II.1 Komposisi RealisasiPenerimaan PerpajakanTriwulan I 2020 (persentase)
6
II.2 Realisasi PBNP Triwulan I 2017– 2020 (dalam miliaran rupiah)
7
II.3 Penyerapan Anggaran TriwulanI Tahun 2018 - 2020 diSumatera Barat (dalampersentase)
8
II.4 Alokasi Anggaran PerjenisBelanja Tahun 2018 - 2020 diSumatera Barat (dalam miliaranrupiah)
9
III.1 Komposisi PAD Sumatera Barat 14IV.1 Komposisi Realisasi Belanja
Pemerintah Konsolidasian19
A. Produk Domestik Regional BrutoEkonomi Sumatera Barat tumbuh 3,92 persen (y-on-y) pada triwulan I 2020. Lebih tinggi
dibandingkan dengan ekonomi nasional yang tumbuh hanya 2,97 persen (y-on-y).
Dampak pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) yang melanda perekonomian
global sejak akhir tahun 2019 lalu, mulai terasa terhadap perekonomian nasional dan
regional tergambar dari laju pertumbuhan yang terkontraksi bila dibandingkan periode
tahun sebelumnya.Grafik I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar 2018-2020
Sumber: BPSPDRB Sumbar triwulan I 2020 ADHB mencapai Rp61,91 triliun atau Rp43,08 triliun
ADHK. Struktur PDRB Sumbar tidak mengalami perubahan dari tahun-tahun
sebelumnya masih didominasi oleh sektor pertanian (21,96 persen).Tabel I.1 PDRB Sumatera Barat Triwulan I Berdasarkan Lapangan Usaha (triliun rupiah)
Lapangan UsahaADHB TW I Konstan TW I persen
SumberStruktur
2019 2020 2019 2020 Pertumbuhan PDRBpersen
PKP 13,36 13,59 9,20 9,43 0.56 21.96Pertambangan &Penggalian 2,49 2,61 1,68 1,78 0.23 4.21Industri Pegolahan 4,96 5,02 3,90 3,87 -0.08 8.12Konstruksi 5,89 6,31 3,89 4,07 0.42 10.20Perdagangan Besar & eceran 8,98 9,79 6,54 6,97 1.03 15.81Transportasi &Pergudangan 7,40 7,35 5,04 4,98 -0,14 11.87Informasi dan Komunikasi 3,44 3,88 3,09 3,22 0.81 6.27Administrasi Permerintahan,pertahanan, & jamsos 3,56 3,87 2,36 2,50 0.33 6,33
Lapangan Usaha lainnya 7.64 8.36 5.29 5.59 0.76 15,23TOTAL 58,82 61,91 41,45 43,08 3.92 100.00Sumber: BPS
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor informasi dan
komunikasi, jasa Kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa Pendidikan baik secara
y-on-y maupun q-to-q. Hal ini didorong oleh kebijakan Work From Home (WFH) dan
School From Home (SFH) yang diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah
penyebaran COVID-19. Sedangkan dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi sektor informasi dan komunikasi masih menjadi salah satu yang tertinggi
dengan kontribusi sebesar 0,81 persen tepat berada dibawah sektor perdagangan besar
5.06 5.07
2.97
4.73 4.85
3.92
0
2
4
6
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2018 2019 2020
Nasional Sumatera Barat
2 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
dan eceran dengan kontribusi sebesar 1,03 persen. Tingginya kontribusi sektor
perdagangan dipicu oleh beberapa faktor diantaranya kenaikan pejualan mobil dan
sepeda motor, serta meningkatnya nilai ekspor Sumbar pada triwulan I 2020. Sedangkan
sektor yang paling merasakan dampak dari pandemi COVID-19 adalah sektor
transportasi yang tumbuh negatif 1,14 persen akibat kebijakan pembatasan penumpang
angkutan udara di Bandara Internasional Minangkabau.Tabel I.2 PDRB Sumatera Barat Triwulan I berdasarkan Pengeluaran (triliun rupiah)
Komponen PengeluaranADHB TW I Konstan TW I
persenSumber
Struktur
2019 2020 2019 2020 Pertumbuhan PDRB persenPengeluaran Konsumsi RT 31,62 34,18 21,37 22,28 2,21 55,22Pengeluaran KonsumsiLNPRT
0.68 0.68 0.49 0.49 -0,01 1,10
Konsumsi Pemerintah 5,19 5,69 3,30 3,47 0,40 9,20PMTDB 17,58 18,26 11,99 12,35 0,87 29,49Perubahan Inventori 0,05 0,01 0,03 0,01 - 0,02Ekspor Luar Negeri 5,87 5,22 4,41 4,62 0,51 8,43Dikurangi Impor LuarNegeri
1,84 1,20 1,54 1,01 -1,27 1,94
Net Ekspor Antar Daerah -0,33 -0,94 1,40 0,87 - -1,51TOTAL 58,82 61,91 41,45 44,24 3,92 100.00Sumber: BPS
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi tumpuan sebear 55,22
persen dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 2,21 persen. Konsumsi rumah
tangga pada triwulan I 2020 didorong oleh bantuan sosial pemerintah yang tumbuh tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan peningkatan penyaluran kredit konsumsi.
PMTB mengalami pertumbuhan sebesar 3 persen didorong oleh realisasi pengadaan
semen yang meningkat 15,81 persen dan peningkatan Penanaman Modal Asing
sebesar 30,02 persen dibandingkan triwulan I 2019. Konsumsi pemerintah tumbuh 5
persen karena peningkatan belanja pegawai, belanja barang dan belanja bantuan sosial.
Sedangkan ekspor tumbuh 4,84 persen karena peningkatan volume ekspor beberapa
komoditi seperti kopi, the, sari bahan sama, dan karet dan barang dari karet. Impor
terkontraksi -34,40 persen karena menurunnya volume impor BBM sebesar 51,43
persen dibandingkna periode yang sama tahun sebelumnya.
B. InflasiPerkembangan harga pada triwulan I 2020 di Sumbar secara umum berfluktuasi. Di Kota
Padang pada Bulan Maret 2020 mengalami deflasi 0,02 persen. Laju inflasi Kota Padang
sepanjang tahun 2020 adalah sebesar 0,34 persen, sedangkan laju inflasi y-on-y
sebesar 2,01 persen. Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebear 0,07 persen pada Maret
2020, dengan laju inflasi tahun kalender hingga bulan Maret 2020 sebesar 0,77 persen.
Sedangkan laju inflasi tahunan adalah sebesar 2,76 persen.
3 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Deflasi di Kota Padang pada Maret 2020 terjadi karena adanya penurunan harga pada
3 (tiga) kelompok pengeluaran yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau
sebesar 0,55 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar serta kelompok
informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sedangkan di Bukittinggi terjadi pada 6 kelompok pengeluaran. Deflasi yang terjadi
didorong oleh kebijakan subsidi pemerintah terhadap pengguna layanan listrik dan air.
Adapun komoditi yang menjadi pendorong inflasi terbesar adalah emas perhiasan
dengan andil 0,08 persen, gula pasir 0,03 persen, dan ikan cakalang/ikan sisik 0,02
persen. Sedangkan komoditi penghambat inflasi adalah cabai merah -0,19 persen,
bawang putting -0,03 persen, dan ayam hidup -0,02 persen.Tabel I.3 10 Komoditas yang Dominan Mendorong dan Menghambat Inflasi Maret 2020
Pendorong Inflasi Penghambat InflasiKomoditas Kontribusi Komoditas Kontribusi
Emas Perhiasan 0,08 Cabai Merah -0,19Gula Pasir 0,03 Bawang Putih -0,03Ikan Cakalang 0,02 Ayam Hidup -0,02Angkutan Udara 0,02 Ikan Tuna -0,01Cabai Hijau 0,02 Bayam -0,01Air Kemasan 0,01 Minyak Goreng -0,01Jeruk 0,01 Tomat -0,01Kelapa 0,01 Ikan Nila -0,01Nangka Muda 0,01 Buncis -0,01Rokok Kretek Filter 0,01 Kentang -0,01
Sumber: BPS
Komoditas cabai merah yang selalu menjadi pendorong inflasi di Sumbar, selama
triwulan I 2020 justru menjadi komoditas yang menjadi penghambat inflasi. Hal ini
disebabkan karena aktivitas jual beli di pasar tradisional yang berkurang karena pandemi
COVID-19 yang membuat masyarakat enggan untuk keluar rumah.
C. Indikator Kesejahteraan
Perkembangan ketimpangan pengeluaran Sumbar per September 2019 adalah
sebesar 0,307, naik sebesar 0,001 poin jika dibandingkan dengan posisi Maret 2019.
Gini Ratio di daerah perkotaan mengalami peningkatan sebesar 0,011 poin bila
dibandingkan dengan posisi September 2018 atau tercatat sebesar 0,319. Sedangkan
di daerah perdesaan gini ratio tercatat mengalami penurunan sebesar 0,003 poin.
Kabupaten Kepulauan Mentawai masih menjadi daerah dengan gini ratio tertinggi
sebesar 0,34 meningkat 0,03 poin dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 0,31.
4 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Pada September 2019, jumlah
penduduk miskin di Sumbar
mencapai 343,09 ribu orang (6,29
persen), berkurang sebesar 5,13 ribu
orang dibandingkan dengan kondisi
Maret 2019 sebesar 348,22 ribu
orang (6,42 persen). Persentase
penduduk miskin di daerah
perkotaan pada Maret 2019 sebesar
4,76 persen turun menjadi 4,71
persen pada September 2019.
Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2019 sebesar
7,88 persen turun menjadi 7,69 persen pada September 2019.
Selain faktor jumlah pengeluaran perkapita dan faktor ketimpangan kemiskinan, faktor
lain dalam melihat kesejahteraan juga mengacu pada Nilai Tukar Petani Sumbar,
mengacu pada struktur ekonomi Sumbar yang distribusi PDRB nya lebih besar dari
sektor pertanian.
Tabel I.4 Perubahan Nilai Tukar Petani Per Sektor Feb-Maret 2020
Sub Sektor Feb Mar Perubahan (%)Tanaman Pangan 102,28 102,50 0,22Holtikultura 101,05 98,34 -2,68Tanaman Perkebunan Rakyat 104,59 102.64 -1,87Peternakan 100,03 100,32 0,29Perikanan 95,16 95,37 0,23Nilai Tukar Petani (NTP) 102,63 101,74 -0,87Sumber: BPS, diolah
NTP Maret 2020 mengalami penurunan 0,87 persen bila dibandingkan dengan NTP
Februari 2020. Subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor hortikultura
turun sebesar -2,68 persen dan tanaman perkebunan rakyat yang turun sebesar -1,87
persen. Turunnya harga komoditi cabai merah sepanjang triwulan I 2020 mendorong
turunnya NTP pada subsektor holtikultura.
Grafik I.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Sumber : BPS, diolah
A. Pendapatan Negara
Pendapatan Negara di Sumatera Barat sampai dengan triwulan I 2020 mencapai
Rp1.178,53 miliar atau 15,27 persen dari target Rp7.716 miliar. Realisasi triwulan I
2020 ini meningkat sekitar Rp82,54 miliar dibanding realisasi triwulan I 2019 yang
mencapai Rp1.095,99. Komposisi pendapatan tersebut meliputi Penerimaan
Perpajakan yang mencapai Rp801,16 miliar (67,98 persen) dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp377,37 miliar (32,02 persen). Realisasi Penerimaan
Perpajakan tersebut mencapai 13,65 persen dari target Rp5.869,34 miliar dan realisasi
PNBP mencapai 20,44 persen dari target Rp1.846,66 miliar.
Tabel II.1 Target dan Realisasi Pendapatan Negara Triwulan I 2020 (dalam jutaan rupiah)
Jenis Pendapatan Negara Target Realisasi % Realisasi TWI 2019
Penerimaan Dalam Negeri 7.716.000 1.178.533 15,27 1,095,9911. Penerimaan Perpajakan 5.869.340 801.158 13,65 710,803
a. Pajak Dalam Negeri 5.791.426 764.488 13,20 694,632i. Pajak Penghasilan 3.642.388 521.849 14,33 515,866
ii. Pajak Pertambahan Nilai 2.005.453 224.741 11,21 157,810iii. Pajak Bumi dan Bangunan 46.870 823 1,76 2,146vi. Pajak Lainnya 96.715 17.074 17,65 18,810
b. Pajak Perdagangan Internasional 77.914 36.670 47,07 16,171i. Bea Masuk 25.899 3.688 14,24 5,037
ii. Bea Keluar/Pungutan Ekspor 52.015 32.982 63,41 11,1342. Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.846.660 377.374 20,44 385,188
c. PNBP Lainnya 223.063 122.040 54,71 113,773d. Pendapatan Badan Layanan Umum 1.623.597 255.334 15,73 271,415
Sumber : OMSPAN, Kanwil Pajak Sumbar Jambi & KPBC, data diolah
Secara umum, target Pendapatan Negara di Sumatera Barat tahun 2020 meningkat
5,87 persen dibanding tahun 2019. Peningkatan tersebut terjadi pada PNBP sebesar
42,92 persen, sedangkan target Penerimaan Perpajakan malah turun sekitar 3,38
persen. Adanya peningkatan Pendapatan Negara pada triwulan I 2020 ini
menunjukkan bahwa efek dari covid-19 belum berpengaruh terhadap perekonomian di
Sumatera Barat. Ini karena kasus positif covid-19 di Sumatera Barat baru terjadi di
pertengahan bulan Maret 2020.
1. Pendapatan Pajak Dalam NegeriSampai dengan triwulan I 2020 Pendapatan Pajak Dalam Negeri telah mencapai
Rp764,49 miliar 13,20 persen. Walaupun realisasi ini lebih tinggi dibanding triwulan I
6 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Sumber : Kanwil Pajak, KPBC, OMSPAN, data diolah
Grafik II.1 Komposisi Realisasi PenerimaanPerpajakan Triwulan I 2020 (persentase)
68.26
29.40
0.11
2.23
PPh PPN PBB Pajak lainnya
2019, namun target sampai akhir tahun 2020 disinyalir tidak akan tercapai. Pelemahan
ekonomi Sumatera Barat akibat covid-19 baru akan terasa mulai triwulan II 2020.
Menteri Keuangan menyatakan pertumbuhan ekonomi domestik berpotensi melambat
jadi 4,7 persen pada tahun ini, sedangkan target dalam APBN 2020 sebesar 5,3
persen. Melihat kondisi ini tidak mustahil target Penerimaan Pajak Dalam Negeri akan
dilakukan penyesuaian.
Tabel II.2 Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Triwulan I 2020
No. Pendapatan Pajak Dalam Negeri Target Realisasi Triwulan III %1 Pajak Penghasilan 3.642.388 521.849 14,332 Pajak Pertambahan Nilai 2.005.453 224.741 11,213 Pajak Bumi dan Bangunan 46.870 823 1,764 Pajak Lainnya 96.715 17.074 17,65
Total 5.791.426 764.488 13,20Sumber : Kanwil Pajak, GFS Sumbar, data diolah
Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri pada triwulan I ini mirip dengan periode
sebelumnya, dimana komposisi terbesar merupakan Pajak Penghasilan (PPh) yaitu
68,26 persen dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 29,40 persen. Selebihnya
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hanya 0,11 persen dan Pajak lainnya sebesar 2,23
persen.
Ini memperlihatkan bahwa sumber utama Penerimaan Dalam Negeri di Sumatera
Barat berasal dari PPh. Penyumbang PPh
tersebut di Sumatera Barat adalah PPh
Perorangan Pasal 21. Ini karena di
Sumatera Barat tidak banyak memiliki
perusahan-perusahaan besar. Hanya PT.
Semen Padang yang menjadi andalan
sedangkan PT.Bukit Asam yang dahulu
beroperasi di Sawahlunto, saat ini sejak
tahun 1992 sudah menghentikan
operasionalnya. Sehingga sumber PPh
utama berasal dari pegawai negeri,
perbankan, serta perusahan kecil menengah lainnya.
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 7
Grafik II.2 Realisasi PBNP Triwulan I 2017 – 2020(dalam miliaran rupiah)
Sumber : OMSPAN, data diolah
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
PNBP Lainnya Pendapatan BLU
97,972
134,3
283,9
113,8
271,4
122
255,3
2017 2018 2019 2020
2. Pajak Perdagangan InternasionalPendapatan dari sektor Bea Masuk dan Bea Keluar pada triwulan I 2020 telah
mencapai Rp36,67 miliar atau 47,07 persen dari target Rp77,91 miliar. Angka ini
meningkat 226 persen dibanding realisasi triwulan I 2019. Peningkatan ini dipicu
dengan mulai membaiknya harga komoditas ekspor Sumatera Barat yaitu Minyak
Sawit (CPO), walaupun dalam diakhir triwulan I kembali mengalami penurunan.
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)Pendapatan negara yang bersumber dari PNBP di Sumatera Barat pada tahun 2020
ditargetkan sebesar Rp1.623,60 miliar atau meningkat 42,92 persen dibanding tahun
2019 yang hanya sebesar 1.292,06 miliar. Sampai dengan triwulan I 2020 realisasi
PNBP telah mencapai Rp377,37 miliar atau sebesar 20,44 persen. Angka ini lebih
rendah dibanding triwulan I 2019 yang mencapai Rp385,19 miliar atau sebesar 29,81
persen.Tabel II.3 Target dan Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak Triwulan I 2020
(dalam jutaan rupiah)
Penerimaan Negara Bukan Pajak Target Realisasi % Realisasi TWI 2019
PNBP Lainnya 223.063 122.040 54,71 113,773Pendapatan Badan Layanan Umum 1.623.597 255.334 15,73 271,415TOTAL 1.846.660 377.374 20,44 385.188
Sumber : OMSPAN, data diolah
Realisasi Pendapatan BLU mencapai 15,73 persen dan PNBP lainnya mencapai 54,71
persen. Dalam 3 tahun terakhir, ada kecendrungan penurunan realisasi PNBP di
triwulan I walaupun pada akhir target PNBP selalu tercapai. Hal ini tentu perlu
dilakukan penyesuaian terhadap target PNBP.
Dibanding realisasi PNBP triwulan I
2019, triwulan I 2020 PNBP Lainnya
mengalami peningkatan dari
Rp113,77 miliar menjadi Rp122,04
miliar. Sedangkan Pendapatan BLU
menurun dari Rp271,41 miliar menjadi
Rp255,33 miliar.
untuk pengelolaan aset pada BLU
masih mempedomani PMK Nomor
136/PMK.05/2016 tentang
8 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Pengelolaan Aset Pada BLU.
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah PusatAlokasi belanja APBN tahun 2020 untuk wilayah Sumatera Barat sebesar Rp10,99
triliun Rp12,37 triliun atau turun sekitar Rp1,38 triliun dibanding tahun 2019. Tingginya
alokasi di tahun 2019 tersebut salah satu sebabnya adalah adanya kenaikan alokasi
anggaran untuk Komisi Pemilihan Umum terkait kegiatan Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden yang dilaksanakan pada 17 April 2019.
Namun demikian, dilihat dari realisasi belanja terjadi peningkatan terutama pada
belanja modal yang mencapai 10 persen. Pada triwulan I 2019 realisasi belanja modal
hanya sebesar 4,63 persen. Hal ini menunjukkan mulai efektifnya penyerapan
anggaran pada satuan kerja kementerian/lembaga terutama dalam percepatan
penyerapan belanja modal.Grafik II.3 Penyerapan Anggaran Triwulan I Tahun 2018 - 2020 di Sumatera Barat
(dalam persentase)
Sumber : OMSPAN, diolah
Setelah beberapa tahun realisasi anggaran tidak pernah mencapai target nasional
sebesar 15 persen, baru tahun 2020 realisasi anggaran menyentuh 15,05 persen. Hal
ini terutama didorong dengan membaiknya realisasi belanja barang dan belanja modal
yang berada di atas 10 persen. Rendahnya penyerapan belanja barang dan modal
selama ini menjadi penyebab rendahnya penyerapan belanja APBN di Sumatera Barat.
Kecenderungan keterlambatan pelaksanaan kegiatan selalu terjadi dari tahun ke tahun
menjadi penyebab utamanya. Padahal belanja modal merupakan salah satu elemen
penting belanja pemerintah yang mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di
daerah.
19.07%
13.4%10% 10.33%
15.05%
B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos Total
Tw I 2018 Tw I 2019 Tw I 2020
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 9
Sumber: OMSPAN, diolah
Sumber : OMSPAN, data diolah4,051
5,141
3,150
26
4,5024,311
2,145
26 -
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos
2017
2018
2019'
2020
Memang sudah seharusnya pada triwulan I, semua kontrak pengadaan barang dan
jasa sudah ditandatangani dan kegiatan dapat dimulai atau dilaksanakan. Sehingga
uang muka yang nilainya 20 sampai 30 persen sudah dapat dicairkan. Tentunya ini
secara langsung akan mendorong penyerapan anggaran pemerintah. Terutama ini
telah didukung dengan peraturan yang membolehkan kontrak dapat ditandatangani
sebelum tanggal 1 Januari walaupun pelaksanaan kegiatan tetap dimulai 1 Januari.
Dilihat dari jenis belanja, terdapat peningkatan pada alokasi belanja barang yang
cukup signifikan dari tahun 2017 sampai 2019. Hal ini terjadi karena peningkatan
alokasi belanja barang pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu). Pada tahun 2018 dilaksanakan kegiatan Pilkada serentak di 4
(empat) kabupaten/kota, dan pada tahun 2019 dilaksanakan Pemilu Legistatif dan
Pemilu Presiden/Wakil Presiden. Sehingga pada tahun 2020 terjadi penurunan alokasi
belnaja barang di Sumatera Barat.
Grafik II.4 Alokasi Anggaran Perjenis Belanja Tahun 2018 - 2020 di Sumatera Barat(dalam miliaran rupiah)
Sementara itu, terkait menurunnya alokasi belanja modal di tahun 2020, ini terjadi
karena di akhir tahun anggaran Kementerian PUPR melakukan revisi anggaran
terhadap sisa-sisa tender yang berakibat terjadinya peningkatan yang cukup signifikan
terhadap alokasi belanja modal di Sumatera Barat. Jadi ada kemungkinan nanti di
pertengahan tahun terdapat penambahan alokasi belanja modal, namun untuk tahun
2020 kemungkinan tidak terjadi. Hal ini terkait adanya pemotongan anggaran dan
refocusing anggaran sebagai dampak covid-19.
Sumber : OMSPAN, data diolah
10 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
2. Transfer ke Daerah dan Dana DesaAlokasi anggaran dana Transfer Ke daerah dan Dana Desa (TKDD) pada tahun 2020
di Sumatera Barat sebesar Rp21,78 triliun atau turun sekitar Rp300 miliar dibanding
tahun 2019 yang mencapai Rp22,08 triliun. Tren alokasi TKDD yang selalu naik dari
tahun 2016 sampai 2019 tidak terlepas dari peningkatan APBN dari tahun ke tahun,
dimana TKDD dialokasikan dengan formula tertentu dari APBN.Tabel II.4 Alokasi dan Realisasi TKDD Triwulan I 2020 (dalam jutaan rupiah)
No. TKDD Alokasi Realisasi % Alokasi 20191 Dana Bagi Hasil 444,944,615 36,714,777 8.25 516,563,2402 Dana Alokasi Khusus 12,588,963,802 4,442,564,597 35.29 13,953,759,1703 DAK Fisik 2,334,832,215 802,043 0.03 2,333,463,9004 DID 393,617,987 - - 615,637,5505 DAK Non Fisik 2,071,336,083 534,846,980 25.82 3,736,844,4806 Dana Desa 951,106,506 242,470,175 25.49 932,325,520
TOTAL 18,784,801,208 5,257,398,572 27.99 22,088,593,860
Namun di tahun 2020 mengalami penurunan yang mencapai 3,2 triliun. Ada
beberapa faktor penyebab turunya alokasi TKDD tersebut yaitu:
a) Penurunan DBHPenurunan pada pos DBH merupakan hasil penyesuaian dengan realisasi DBH
Sumatera Barat dari tahun-tahun sbelumnya yang selalu di bawah 100 persen
(tidak tercapai). Terjadi penurunan target penerimaan dari bagi hasil pajak
penghasilan dan cukai hasil tembakau (CHT). Namun demikian, alokasi DBH ini
merupakan target saja, sedangkan untuk penyaluran DBH sesuai dengan
realisasi penerimaan dari bagi hasil tersebut sampai dengan akhir tahun
anggaran.
b) Penurunan DAK Non FisikPenurunan pada pos Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-Fisik salah satunya
disebabkan oleh penurunan alokasi untuk dana tambahan penghasilan guru
PNS daerah. Penurunan alokasi tersebut bisa disebabkan berkurangnya jumlah
guru PNS Daerah (jumlah yang pensiun lebih besar dari penerimaan guru baru).
c) Penurunan DIDDID diberikan bertujuan untuk memberi penghargaan (reward) kepada Pemda
yang mempunyai kinerja baik dalam tata kelola keuangan daerah; pelayanan
dasar publik; pelayanan umum pemerintahan; serta dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dialokasikan berdasarkan kriteria utama dan
Sumber : Simtrada, OMSPAN, data diolah
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 11
kategori kinerja. Penurunan alokasi DID di Sumatera Barat, salah satu
penyebab adalah adanya 2 Pemda yang tidak menerima DID, sedangkan tahun
2019 seluruh Pemda (20 Pemda menerima DID). Selain itu sebagian besar DID
yang diterima Pemda lebih kecil dibanding tahun 2019. Hanya 6 Pemda yang
mengalami peningkatan DID.
Sampai dengan triwulan I 2020 DAK Fisik hanya mencapai 0,03 persen. Hal ini
terjadi karena ketidaksiapan daerah terutama dengan adanya kebijakan baru berupa
reviu inspektorat daerah terhadap capaian output DAK Fisik tahun sebelumnya.
Sampai akhir triwulan I pengelola DAK Fisik masih menyelesaikan administrasi
penyaluran DAK Fisik Tahap I.
Untuk penyaluran Dana Desa, sampai dengan triwulan I terealisasi sebesar 25,49
persen. Artinya Dana Desa Tahap I belum seluruhnya tersalurkan sebab penyaluran
tahap I sebesar 40 persen. Permasalahan utamanya adalah belum ditetapkannya
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Belum
adanya kesepakatan antara Badan Musyawarah Desa dengan Kepala Desa menjadi
penyebabkan. Mudah-mudahan hal ini tidak terus terjadi karena pada akhirnya hanya
akan menghambat proses pembangunan di desa.
3. Badan Layanan Umum (BLU)Alokasi anggaran untuk satker BLU se-Sumatera Barat pada triwulan I 2020 sebesar
Rp2,09 triliun dengan rata-rata realisasi anggaran sebesar 15,15 persen. Realisasi
jauh lebih baik dari triwulan I 2019 yang hanya 11,37 persen. Realisasi tertinggi adalah
BLU RSUP M. Jamil Padang yang mencapai 22,66 persen meningkat dari triwulan I
2019 yang mencapai 15,20 persen, sedangkan yang terendah adalah BLU Rumah
Sakit Bhayangkara yang masih 7,49 persen lebih baik dari triwulan I 2019 sebesar
6,35 persen. Rendahnya penyerapan di BLU Rumah Sakit Bhayangkara bisa jadi
disebabkan karena baru dibentuknya BLU ini di akhir tahun 2018 sehingga masih
memerlukan beberapa penyesuaian baik dalam administasi maupun dalam pola
pengelolaan anggaran.Tabel II.5 Pagu dan Realisasi Anggaran BLU Triwulan I Tahun 2020
No. Badang Layanan Umum Pagu Realisasi % % TW I2019
1 RSUP M. Jamil Padang 646.731.133.000 146.551.335.091 22,66 15.202 IAIN Imam Bonjol 351.376.950.000 64.103.178.841 18,24 6.81
3 RS Stroke NasionalBukittinggi 125.610.680.000 13.833.675.382 11,01 12.79
4 Universitas Andalas Padang 543.798.153.000 53.526.545.107 9,84 9.65
12 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
5 Universitas Negeri Padang 392.626.009.000 36.127.669.917 9,20 10.44
6 Rumkit BhayangkaraPadang 27.336.524.000 2.047.671.127 7,49 6.35
Total 2.087.479.449.000 316.190.075.465 15,15 11.37Sumber : OMSPAN, data diolah
Salah satu indikator yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian BLU
adalah tingkat ketergantungan terhadap alokasi Rupiah Murni (RM) dan seberapa
besar kontribusi pendapatan BLU terhadap belanja BLU.
4. Investasi Pusat/Kredit ProgramBentuk kredit program yang ada di Sumatera Barat adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR)
dan Ultra Mikro (UMi). Sejak diluncurkan di akhir tahun 2017, UMi mendapat respon
positif dari masyarat. Saat ini penyaluran UMi oleh PT. Pergadaian (Persero) dan PT.
PNM, namun penyaluran yang dilakukan PT. Pergadaian kurang optimal karena
adanya persyaratan tambahan berupa agunan tambahan.
Sampai dengan triwulan I 2020, penyaluran KUR di Sumatera Barat mencapai Rp1,47
triliun dengan 35.036 debitur.Tabel II.6 Realisasi Penyaluran Kredit Program Per Sektor pada Triwulan I 2020
No. Sektor Penyaluran KUR Jumlah Debitur
1 Perdagangan Besar dan Eceran 726,498,476,173 16,0402 Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 442,771,719,053 11,9073 Industri Pengolahan 125,198,240,000 3,2724 Jasa Kemasyarakatan, Hiburan dan lain 65,718,300,000 1,6885 Penyediaan Akomodasi, Makan Minum 49,555,000,000 1,1506 Perikanan 24,103,490,000 6127 Transportasi, Pergudangan, Komunikasi 12,326,000,000 1108 Real Estate, Usaha Persewaan 11,384,530,000 1809 Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,759,000,000 43
10 Jasa Pendidikan 620,000,000 2111 Konstruksi 500,000,000 13
TOTAL 1,463,434,755,226 35,036Sumber : SIKP, data diolah
Penyaluran KUR pada triwulan I tahun 2020 masih didominasi oleh sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan, dan
sektor Industri Pengolahan yang meliputi 88,45 persen dari total penyaluran KUR. Hal
ini tidak terlepas dari struktur ekonomi di Sumatera Barat yang ditopang oleh
perdangan dan pertanian. Sektor Perdagangan dan Pertanian merupakan sektor
utama pembentuk PDRB Sumatera Barat.
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 13
Dari hasil monitoring dan evaluasi penyaluran kredit program, permasalahan
penyaluran dari triwulan-triwulan sebelumnya relatif sama yaitu:
a. Peran Pemerintah Daerah dalam menjaring dan memfasilitasi debitur potiensial
dinilai masih kurang. Kendala pendanaan di Pemda menjadi alasan klasiknya.
Padahal dengan adanya kredit program, memacu perkembangan UMKM yang
pada gilirannya akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan memperkecil gini
ratio.
b. Perlunya sektor-sektor ekonomi baru mendapatkan fasilitas kredit program lebih
diutamakan dibanding sektor-sektor jenuh seperti sektor perdagangan besar dan
kecil dengan realisasi terbesar padahal sektor ini sudah sangat sulit untuk
dikembangkan. Sektor pariwisata yang saat ini cukup berkembangan, merupakan
salah satu sektor potensial untuk dikembangkan.
14 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Halaman ini sengaja dibiarkan kosong
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | 14
A. Pendapatan DaerahRealisasi pendapatan daerah Sumbar pada triwulan I 2020 sebesar Rp5,55 triliun yang
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp912,76 miliar, Pendapatan
Transfer sebesar Rp4,63 triliun, dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp3,24
miliar. Komposisi pendapatan transfer masih sangat tinggi yaitu 83,49 persen dari total
pendapatan daerah, yang menggambarkan ketergantungan pemda di Sumbar terhadap
dana transfer pemerintah pusat.Tabel III.1 Realisasi Pendapatan Daerah se- Sumatera Barat Triwulan I 2020
Uraian RealisasiPENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH 5,547,639,557,932I. PENDAPATAN ASLI DAERAH 912,760,757,179
Pajak Daerah 533,177,163,645Retribusi Daerah 35,235,073,314Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 2,122,316,329Lain-lain Pendapatan yang sah 342,226,203,891
II. PENDAPATAN TRANSFER 4,631,633,815,725Dana Bagi Hasil Pajak 24,113,892,888Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA 12,032,505,200Dana Alokasi Umum 4,404,752,730,054Dana Alokasi Khusus 120,499,771,583Dana Insentif Daerah -Dana Desa 70,234,916,000
III. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 3,244,985,028Hibah 3,223,595,028Pendapatan Lain-lain 21,390,000
Sumber : GFS Sumbar, data diolah
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)Realisasi PAD Sumbar pada triwulan I 2020
mencapai Rp912,76 miliar, meningkat
sebesar Rp176,16 miliar atau 23,91 persen
jika dibandingkan dengan realisasi PAD
triwulan I tahun sebelumnya.
Realisasi pajak daerah mencapai Rp533,18
miliar atau sebesar 58,41 persen dari total
PAD, sedangkan realisasi retribusi daerah
sebesar Rp35,23 miliar (3,86 persen). Hal ini
menunjukkan bahwa sumber utama PAD Sumbar adalah dari Pajak Daerah.
Sumber: BKAD/BKD, GFS Sumbar, data diolah
Grafik III.1 Komposisi PAD Sumatera Barat
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Pengelolaan Kekayaan yangDipisahkan
Lain-lain Pendapatan yangsah
15 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Komposisi realisasi lain-lain pendapatan yang sah di Sumbar cukup tinggi mencapai
Rp342,23 miliar (37,49 persen dari total PAD). Sebagian besar dari pendapatan lain
yang sah bersumber dari pendapatan BLUD yang mencapai Rp250,21 miliar.
2. Pendapatan TransferSampai dengan triwulan I 2020, Pendapatan Transfer pemerintah daerah se-Sumatera
Barat telah mencapai Rp4,63 triliun. Tidak terlalu jauh berbeda jika dibandingkan dengan
realisasi Pendapatan transfer triwulan I tahun 2019 yang mencapai Rp4,62 triliun.
Hingga akhir triwulan I 2020 hanya Dana Insentif Daerah (DID) yang belum tersalurkan.
Dalam penyaluran dana transfer daerah pada tahun 2020 terjadi beberapa kendala
terutama akibat pandemi COVID-19. Untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
penyaluran difokuskan pada bidang-bidang tertentu. Sedangkan untuk dana desa,
penyaluran dana desa terkendala penyaluran langsung ke rekening desa dan perubahan
APBDes untuk penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT).
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang SahPendapatan Daerah Yang Sah terdiri dari:
a. Pendapatan Hibah, berupa hibah dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya,
badan/lembaga swasta, atau dari kelompok masyarakat;
b. Pendapatan dari Dana Darurat; dan
c. Pendapatan Lainnya.
Realisasi lain-lain pendapatan yang sah triwulan I 2020 mencapai Rp3,24 miliar,
meningkat bila dibandingkan dengan realisasi triwulan I 2019 yang hanya Rp1,1 miliar.
Realisasi tersebut terdiri dari realisasi hibah sebesar Rp3,22 miliar dan pendapatan lain-
lain sebesar Rp21,39 juta. Realisasi pendapatan hibah terdiri dari hibah pemerintah
daerah lainnya sebesar Rp2,23 miliar dan hibah dari badan/lembaga/organisasi swasta
dalam negeri sebesar Rp994,63 juta.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2020 ini tidak ada realisasi hibah dari
pemerintah pusat. Padahal, pada tahun 2017 dan 2018 hibah dari pemerintah pusat
merupakan sumber utama pendapatan lain-lain yang sah.
B. Belanja DaerahRealisasi belanja pemerintah daerah hingga triwulan I 2020 mencapai Rp2,98 triliun,yang terdiri dari realisasi belanja operasi sebesar Rp2,82 triliun, belanja modal sebesarRp139,60 miliar, dan belanja tak terduga sebesar Rp15,23 miliar. Realisasi belanja padatriwulan I 2020 masih didominasi oleh belanja pegawai sebesar Rp1,74 triliun atau lebihdari 50 persen realisasi belanja daerah di triwulan I 2020. Pada triwulan I 2020 ini
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | 16
memang masih belum banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintahdaerah terutama karena refocusing anggaran untuk penanggulangan COVID-19 diSumbar. Pengalokasian kembali anggaran untuk penanggulangan COVID-19diperkirakan akan terealisasi pada triwulan II 2020.
Tabel III.2 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat Triwulan I 2020
Uraian RealisasiBELANJA PEMERINTAH DAERAH 2,978,349,161,700BELANJA OPERASI 2,823,519,138,150Belanja Pegawai 1,745,172,847,816Belanja Barang dan Jasa 744,238,732,695Belanja Bunga 765,676,975Belanja Subsidi -Belanja Hibah 332,986,980,664Belanja Bansos 354,900,000BELANJA MODAL 139,597,470,061BELANJA TAK TERDUGA 15,232,553,489
Sumber : GFS Sumbar, data diolah
Realisasi belanja pada triwulan I 2020 meningkat dibandingkan triwulan I 2019 yangmencapai Rp2,63 triliun. Komponen belanja lainnya juga mengalami peningkatan biladibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, harus dianalisislebih mendalam apakah belanja yang dilakukan pada triwulan I 2020 lebih efektifdibandingkan dengan periode sebelumnyaC. Prognosis APBD Sampai dengan Akhir Tahun 2018
1. Proyeksi Pendapatan DaerahUntuk memproyeksikan
Pendapatan Daerah
pada akhir tahun
digunakan rumusan
sederhana melalui
perhitungan kenaikan
rata-rata realisasi dari
triwulan I sampai
dengan akhir tahun dalam periode 2 (dua) tahun terakhir.
Setelah dilakukan perhitungan sebagaimana tabel di atas, maka diprediksi sampai
dengan akhir tahun 2020 realisasi Pendapatan Daerah di Sumatera Barat mencapai ±
Rp29,63 triliun dengan rincian PAD sebesar Rp5,88 triliun, pendapatan transfer sebesar
Rp22,60 triliun dan pendapatan lain-lain diperkirakan terealisasi sebesar Rp1,15 triliun
pada akhir tahun 2020.
Tabel III.3 Proyeksi Pendapatan Daerah Pada Akhir Tahun 2018
PendapatanDaerah
Kenaikan dari TW Isampai akhir Tahun (%)
Rata-rataKenaikan
sampai akhirtahun (%)
Realisasi TWI 2020(dalam
miliaranrupiah
ProyeksiAkhir Tahun
20182018 2019
PAD 619.46 669.52 644.49 912,76 5,882.66Pendapatantransfer
478.18 497.66 487.92 4.631,63 22,598.77
Lain-lain PDyang Sah
70696.19 209.15 35452.67 3,24 1,148.67
Total Realisasi 5.547,64 29.630,09Sumber: BKAD/BKD, GFS Sumbar, data diolah
17 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
2. Proyeksi Belanja DaerahUntuk memproyeksikan
Belanja Daerah pada akhir
tahun digunakan rumusan
yang sama dengan
proyeksi Pendapatan
Daerah melalui
perhitungan kenaikan rata-
rata realisasi dari triwulan I sampai dengan akhir tahun dalam periode 2 (dua) tahun
terakhir.
Setelah dilakukan perhitungan sebagaimana tabel di atas, maka diprediksi sampai
dengan akhir tahun 2020 realisasi Belanja Daerah di Sumatera Barat mencapai ±
Rp21,77 triliun.
Tabel III.5 Proyeksi Belanja Daerah Pada Akhir Tahun 2018
Jenis Belanja
Kenaikan dari TW Isampai akhir Tahun
(%)
Rata-rataKenaikan
sampai akhirtahun (%)
RealisasiTW I 2020
(miliarRupiah)
ProyeksiAkhir
Tahun 20202018 2019
Belanja Operasi 142,07 178,78 160,42 2.823,52 20.161,14
Belanja Modal 6,63 71,06 38,85 139,60 1.163,92
Belanja Takterduga
487,75 1.986,64 1237,20 15,23 24,77
Total Realisasi 8.581,77 21.349,83Sumber: BKAD/BKD, GFS Sumbar, data diolah
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | 18
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Realisasi Pendapatan Pemerintah Konsolidasian pada triwulan I 2020 mencapai Rp2,09
triliun, meningkat 12,20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja pemerintah konsolidasian mencapai Rp5,43
triliun atau meningkat 23,75 persen. Kenaikan realisasi belanja konsolidasian tersebut
didorong oleh realisasi belanja bantuan sosial oleh pemerintah yang meningkat cukup
signifikan dalam rangka penanggulangan COVID-19.
Defisit anggaran konsolidasian triwulan I 2020 adalah sebesar Rp3,33 triliun atau
meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan I 2019. Hal ini menunjukkan
bahwa belanja pemerintah yang meningkat tidak dibarengi dengan peningkatan
kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan. Sedangkan realisasi
pembiayaan pada triwulan I 2020 mencapai Rp501,77 miliar sehingga Sisa kurang
pembiayaan anggaran konsolidasian pada triwulan I 2020 mencapai Rp2,02 triliun.
Tabel IV.1 Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) Triwulan ITahun 2020 (miliaran rupiah)
Uraian s.d Triwulan I 2020 Kenaikan (%) Triwulan I 2019
Pusat (2) Daerah (6) Konsolidasi Konsolidasi
Pendapatan 1.178,53 5.547,66 2.094.55 12,20 1.866,67
1 Pendapatan Perpajakan 801,16 533,18 1.334,33 2,22 1.305,33
2 Pendapatan Bukan Pajak 377,37 5.014,48 760,22 -7.67 823,40
3 Hibah - 3.42 3.42 - 1.05
4 Transfer - - - - -
Belanja Negara 6.895,50 3.165,94 5.429,8 23,75 4.387,38
5 Belanja Pemerintah 1.653,63 2.978,35 4.631,98 16,43 3.978
6 Transfer 5.241,87 187,59 797,82 - -
Surplus (Defisit) (5.716,97) 2.381,72 (3.335,25) 32,31 (2.520,71)
Pembiayaan - 501,77 501,77 - 501,77
7 Penerimaan Pembiayaan Daerah 733,51 733,51 40,79 520,98
8 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 36,11 36,11 87,97 19,21
Sisa Lebih (Kurang) PembiayaanAnggaran
(5.716,97) 3.079,13 (2.637,84) -30,65 (2.018,94)
Sumber: LKPK Sumbar
B. Pendapatan Konsolidasian
Dari total realisasi pendapatan pemerintah konsolidasian pada triwulan I 2020,
pendapatan perpajakan terealisasi sebesar Rp1,33 triliun atau meningkat 2,2 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi pendapatan bukan pajak
konsolidasian turun 7,67 persen atau sebesar Rp760,22 miliar bila dibandingkan dengan
realisasi pendapatan bukan pajak triwulan I tahun 2020 sebesar Rp823,40 miliar.
19 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Pemerintah diperkirakan akan kesulitan dalam mencapai target penerimaan pada tahun
2020. Hal ini dikarenakan banyaknya sektor-sektor usaha yang mengurangi aktivitasnya
sebagai dampak diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
untuk mencegah penyebaran COVID-19. Disamping itu pemerintah pusat juga
memberikan stimulus kebijakan, terutama terkait pajak, untuk menyelamatkan
perekonomian masyarakat.
C. Belanja Konsolidasian
Realisasi belanja pegawai masih mendominasi belanja pemerintah konsolidasian pada
triwulan I 2020. Belanja Pegawai terealisasi sebesar Rp2,60 triliun atau 56,21 persen
dari total realisasi belanja pemerintah konsolidasian. Sedangkan realisasi belanja
barang sebesar Rp1,32 triliun (28,54 persen dari total belanja) dan realisasi belanja
modal tercatat sebesar Rp354,08 miliar atau hanya sebesar 7,64 persen dari total
realisasi belanja konsolidasian.
Grafik IV.1 Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Konsolidasian
Sumber: LKPK Sumbar
Pada triwulan II tahun 2020 diperkiraan terjadi peningkatan realisasi belanja pegawai
seiring dengan kebijakan pemerintah untuk tetap mencairkan THR bagi Aparat Sipil
Negara (ASN) meskipun tidak sebesar tahun sebelumnya dan tidak semua ASN
menerima. Demikian pula dengan realisasi belanja bantuan sosial, kebijakan pemerintah
untuk memberikan BLT bagi masyarakat miskin pada Bulan Mei hingga Juli 2020
diperkirakan akan meningkatkan realisasi belanja pemerintah. Sedangkan untuk
56%29%
8%
0% 0%
7%
0% 0% 0%
1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal
4. Belanja Pembayaran Bunga Utang 5. Belanja Subsidi 6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial 8. Belanja Tak Derduga 9. Belanja Lain-lain
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | 20
realisasi belanja barang dan modal tidak akan meningkat terlalu signifikan jika kebijakan
PSBB berlangsung cukup lama.
D. Analisis Kontribusi Pemerintah dalam PDRB
Tabel IV.2 Laporan Operasional Triwulan I tahun 2019, diolah (miliaran rupiah)
Uraian Jumlah Uraian (Lanjutan…..) Jumlah
PENDAPATAN 1.564,80 TRANSAKSI ASET NON
KEUANGAN
-
Pajak 801,16 Akuisisi Aset Non Keuangan
Neto
143.76
Kontribusi Sosial - Aset Tetap 137.05
Hibah 3,42 Perubahan Persediaan -
Pendapatan Lainnya 760,22 Barang Berharga -
BEBAN 1.827,42 Aset Non Produksi 6.71
Kompensasi Pegawai 908,23 Saldo Peminjaman/Pinjaman
Netto
(2,028.22)
Penggunaan Barang dan Jasa 910.50 TRANSAKSI ASET KEUANGAN
DAN KEWAJIBAN
(PEMBIAYAAN):
-
Konsumsi Aset Tetap - Akuisisi Netto Aset Keuangan (2,488.98)
Bunga - Dalam Negeri (2,488.98)
Subsidi - Luar Negeri -
Hibah -
Manfaat Sosial 3,05 Keterjadiaan Kewajiban Netto 15.53
Beban Lainnya 5,64 Dalam Negeri 15.53
Saldo Operasi Bruto 262,62 Luar Negeri -
Saldo Operasi Netto 1-2+NOBz) 262,62 SILPA Konsolidasian 1.921,87
Sumber: Laporan Stastik Keuangan Pemerintah Sumbar triwulan I 2020, diolah
Besaran belanja pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat, baik
yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang. Dari total belanja
konsolidasi pemerintah s.d triwulan I 2020 yang mencapai Rp5,43 triliun tersebut,
distribusi belanja pemerintah terhadap PDRB Sumbar mencapai 7,16 % terhadap PDRB
Sumbar. Namun demikian, multiplier effect dari belanja pemerintah sangat tergantung
pada jenis belanja dan respon pasar terhadap belanja yang disalurkan.
21 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Halaman ini sengaja dibiarkan kosong
A. Anggaran Penanggulangan Covid-19 Sumbar Mesti Ditambah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar),
memberikan sejumlah rekomendasi untuk pemerintah provinsi (Pemprov). Rekomendasi
tersebut, diharapkan efektif dalam upaya menanggulangi wabah virus korona (Covid-
19). Pada rapat koordinasi yang digelar Selasa (25/3) Anggota DPRD Sumbar Fraksi
Gerindra Hidayat mengatakan, Pemprov hendaknya menambah relokasi anggaran
untuk penanggulangan Covid-19. Saat ini, Pemprov alokasikan Rp 25 miliar Alokasi
tersebut, katanya, didapatkan dari peralihan anggaran pada komposisi APBD, angka Rp
25 miliar masih belum cukup mestinya langkah efisiensi terus dilakukan.
Menurutnya, dari pemotongan perjalanan dinas maupun kegiatan yang tidak bersifat
prioritas, bisa mendapatkan anggaran lebih, yaitu 100 miliar. Alokasi tersebut diharapkan
efektif untuk penaggulangan Covid-19. “Selain memprioritaskan peralatan dan
kebutuhan medis, ekonomi masyarakat juga harus diperhatikan. Terutama mereka yang
berpenghasilan bulanan,” katanya.
Dia mengatakan semenjak pemerintah mengajurkan untuk melakukan aktivitas di
rumah. Banyak pangaduan masuk, karena dampak yang ditimbulkan. Tidak semua
masyarkat yang memiliki penghasilan tetap per bulan. “Pemerintah Provinsi mesti
mencarikan solusi, cotohnya mereka yang berpropesi sebagai pengendara ojek online,
atau mereka yang bergerak pada UMKM,” katanya.
Dikatakannya, DPRD mengaapresiasi langkah tanggap Pemprov dalam mencegah
penyebaran Covid-19. Namun pemerintah juga melakukan langkah strategi untuk
menyelamatkan ekonomi masyrakat.
Anggaran Rp 100 miliar bisa alokasikan dalam bentuk bantuan tunai langsung. Sehingga
butuh langkah pemetaan terlebih dahulu, jika bantuan bisa dirasakan kerisauan terhadap
dampak ekonomi bisa diminimalisir.
Sementara itu, Anggota DPRD Sumbar Fraksi Demoktrat Arkadiu Datuak Intan Bano
mengatakan, Pemprov mesti memikirkan produksi pertanian Sumbar di tengah ancaman
Covid-19. Seperti diketahui, Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri akan masuk.
Jangan sampai masyarakat kesulitan untuk memenuhi kosumsi bahan pokok. “Kita mesti
memikirkan produksi pertanian, agar ketersediaan sembilan bahan pokok terpenuhi,”
katanya. Sementara itu, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, untuk ekonomi
masyrakat Pemprov besasama tim Gugus Penanggulanagn Korona telah melakukan
pendataan UMKM. Dan nantinya akan dibantu.
Tidak hanya itu, Pemprov telah memiliki langkah strategis untuk penguatan ekonomi
masyarakat. Pemprov mengalokasikan Rp 25 miliar untuk penanggulangan korona.
24 | Berita / Isu Fiskal Terpilih
Sebanyak Rp 400 juta telah digelontorkan untuk pengutan fasilitas penanggulangan
virus korona. “Optimalisi penganggaran butuh sinergi dengan DPRD Sumbar,” katanya.
Dalam upaya penanganan Pemprov telah melakukan koordinasi dengan Universitas
Andalas untuk melengkapi laboratorium. Penguatan labor yang dimaksud menambahan
alat untuk pendeteksi virus korona dalam pasien yang masuk PDP.
*Humas.(dprd.sumbarprov.go.id)
B. Penanggulangan corona, Padang siapkan anggaran Rp82 miliar
Pemerintah Kota Padang, SumateraBarat menyiapkan anggaran sebesar Rp82 miliar
untuk penanganan wabah Corona Virus Disease (COVID-19). "Anggaran tersebut
diambil setelah dilakukan pergeseran sejumlah mata anggaran sebesar Rp78 miliar dan
Rp4 miliar dari dana cadangan kebencanaan," kata Wali Kota Padang Mahyeldi di
Padang, Jumat usai video konferensi bersama kepala daerah di Sumbar bersama
gubernur.
Ia menyebutkan dengan jumlah penduduk satu juta orang Padang membutuhkan
anggaran yang cukup besar apalagi saat ini sudah ditemukan dua kasus
positif."Alhamdulillah untuk pengalokasian anggaran yang akan digunakan kami sudah
mulai membahas dengan DPRD setempat," ujarnya.
Ia menyebutkan akan ada sekitar 300 ribu warga yang terdampak secara ekonomi dan
mengalami kerentanan yang perlu dibantu. Untuk Jaring Pengaman Sosial (JPS)
pihaknya sudah mempersiapkan kelembagaan sosial yang ada seperti Baznas dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk menghimpun dana dari donatur yang akan diberikan
kepada penerima dampak secara tepat sasaran.
Terkait dengan keamanan pangan saat ini Pemkot Padang juga sudah menyiapkan stok
beras sebanyak 400 ton. Kemudian untuk penanganan pihaknya juga menyiapkan
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Rasidin sebagai salah satu tempat isolasi.
Lebih lanjut ia juga fokus melakukan pengendalian terhadap warga yang masuk ke Kota
Padang dengan melakukan pemeriksaan di pintu masuk kota Padang. Ia meminta
kepada siapa pun yang berstatus orang dalam pengawasan atau berasal dari daerah
terjangkit untuk tidak bepergian sementara waktu.
Terkait dengan upaya meminimalkan keramaian Pemkot Padang telah mengeluarkan
instruksi penutupan sementara tempat wisata, hiburan dan rekreasi. Selain itu juga telah
dikeluarkan imbauan peniadaan shalat jumat dan shalat berjamaah hingga dua pekan
ke depan.
KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANPROVINSI SUMATERA BARAT
Jl. Kha�b Sulaiman No.3, Padang 25138Telp. (0751) 7054731, 7051253; Fax. (0751) 7051020 Website : www.djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/sumbar