kajian pustaka a. hakekat empati 1. pengertian empatirepository.ump.ac.id/7587/3/dwi mai sarah_bab...

19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empati Empati perlu ditanamkan dan diterapkan terhadap siswa. Berempati dapat menjadikan siswa memiliki keinginan untuk menolong sesama, memahami perasaan orang lain serta menghargai serta menghormati orang lain. Pernyataan tersebut diperkuat Carkhuff (dalam Budiningsih, 2004: 47) mengartikan empati ialah“kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan merasakan perasaan orang lain dengan ungkapan verbal dan perilaku, dan mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain. Berbeda dengan pernyataan tersebut di atas, Baron (dalam Howe 2015: 16) menyatakan jika empati dapat didefinisikan sebagai “kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan oleh orang lain dalam rangka untuk merespon pikiran dan perasaan mereka dengan sikap yang tepat . Konsep empati di atas, dapat dimaknai bahwa dengan menerapkan empati, siswa memiliki keinginan untuk memahami perasaan orang lain serta menghormati dan menghargai orang lain. siswa tidak hanya menerapkan empati ketika di sekolah saja namun juga dalam lingkungan sosialnya. Empati tidak hanya sebatas mengerti perasaan orang lain saja, namun juga memahami keadaan orang lain dan mampu 7 Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Upload: haphuc

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Empati

1. Pengertian Empati

Empati perlu ditanamkan dan diterapkan terhadap siswa.

Berempati dapat menjadikan siswa memiliki keinginan untuk menolong

sesama, memahami perasaan orang lain serta menghargai serta

menghormati orang lain. Pernyataan tersebut diperkuat Carkhuff (dalam

Budiningsih, 2004: 47) mengartikan empati ialah“kemampuan untuk

mengenal, mengerti, dan merasakan perasaan orang lain dengan

ungkapan verbal dan perilaku, dan mengkomunikasikan pemahaman

tersebut kepada orang lain”. Berbeda dengan pernyataan tersebut di atas,

Baron (dalam Howe 2015: 16) menyatakan jika empati dapat

didefinisikan sebagai “kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang

sedang dipikirkan atau dirasakan oleh orang lain dalam rangka untuk

merespon pikiran dan perasaan mereka dengan sikap yang tepat”.

Konsep empati di atas, dapat dimaknai bahwa dengan

menerapkan empati, siswa memiliki keinginan untuk memahami

perasaan orang lain serta menghormati dan menghargai orang lain. siswa

tidak hanya menerapkan empati ketika di sekolah saja namun juga dalam

lingkungan sosialnya. Empati tidak hanya sebatas mengerti perasaan

orang lain saja, namun juga memahami keadaan orang lain dan mampu

7

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 2: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

8

mengkomunikasikan pemahaman tersebut dengan baik sehingga

seseorang merasa diperhatikan dan mengerti keadaannya.

Empati dalam diri siswa akan semakin meningkat bila selalu

diasah dan ditanamkan sedari dini sehingga dapat membentuk

kepribadian siswa menjadi lebih baik sejalan dengan hal ini, Sholehhudin

(dalam Danim, 2010: 219) berpendapat bahwa:

Rasa empati dapat kita lakukan asalkan kita memiliki kemauan

untuk itu, kapan saja dan dimana saja kita berada. Rasa empati

pada seseorang harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut

sedikit demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang,

tergantung dari lingkungan yang membentuknya. Empati

berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tidak heran

kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang,

memberikan sesuatu pada orang yang kurang mampu, dan

memahami perasaan orang lain, manusia akan menjadi egois,

hidup soliter, tidak toleran, bahkan mungkin kejam.

Pengertian empati diatas, dapat artikan bahwa empati adalah suatu

kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, memahami, serta

merasakan perasaan orang lain yang disertai dengan ungkapan dan

tindakan. Berempati dapat membuat seseorang menjadi lebih peduli dan

memahami keadaan di sekitarnya, mampu menghargai dan menghormati

perasaan orang lain serta adanya keinginan untuk menolong sesama.

Orang yang memiliki empati yang baik dapat dilihat berdasarkan

perilaku atau tindakannya, hal ini sejalan dengan pernyataan Borba

(2008: 21) bahwa “anak yang memiliki empati akan menunjukkan sikap

toleransi, kasih sayang, memahami kebutuhan orang lain, mau membantu

orang yang sedang kesulitan, lebih pengertian, penuh kepedulian, dan

lebih mampu mengendalikan kemarahannya”.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 3: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

9

Pernyataan empati di atas, dapat dimaknai bahwa seseorang yang

memiliki empati yang baik dapat dilihat dari sikapnya terhadap orang

lain. Orang yang memiliki empati, mampu memahami perasaan orang

lain dengan baik, lebih peka terhadap keadaan orang disekitarnya serta

memiliki keinginan untuk menolong dan membantu orang yang sedang

membutuhkan.

Empati dapat dijadikan sebagai sarana untuk membuat hubungan

sosial dengan orang lain menjadi baik. Berempati dapat membuat

seseorang lebih memahami perasaan orang lain sehingga konflik dalam

lingkungan sosial dapat terhindarkan. Pedersen (dalam Ioannidou 2008:

119) menyatakan bahwa:

Empathy and confidence are the basis on which any effective

relationship, understanding and communication can be built. They

are crucial in developing ideas and solutions, in problem solving,

effective communication and avoiding or preventing conflicts.

Empathy is an important capability, which all people must

develop in order to progress and continue with their life

Pengertian empati di atas, dapat di maknai bahwa berempati dapat

dijadikan sebagai dasar untuk membuat hubungan sosial dengan orang

lain menjadi baik. Berempati dapat membuat seseorang menjadi lebih

peka dan peduli teradap orang lain, memahami permasalahan orang lain

sehingga dapat mencegah dan mengihindari konflik dalam hubungan

sosial di lingkungannya.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 4: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

10

2. Indikator Empati

Berempati tidak hanya dilakukan dalam bentuk memahami

perasaan orang lain semata, tetapi harus dinyatakan secara verbal dan

dalam bentuk tingkah laku. Tiga tahap dalam berempati menurut Gazda

(dalam Budiningsih, 2004: 48) adalah:

a. Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang

diceritakan orang lain, bagaimana perasaannya, apa yang

terjadi pada dirinya.

b. Tahap kedua, menyusun kata-kata yang sesuai untuk

menggambarkan perasaan dan situasi orang tersebut.

c. Tahap ketiga, menggunakan susunan kata-kata tersebut untuk

mengenali orang lain dan berusaha memahami perasaan serta

situasinya.

Indikator empati tersebut di atas, dapat di maknai bahwa

berempati terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan yaitu

memahami perasaan orang lain dan menjadi pendengar yang baik ketika

orang lain sedang berbagi cerita tentang permasalahannya. Memberikan

respon berupa kata-kata atau ungkapan yang dapat menggambarkan

situasi orang tersebut dan memahaminya sehingga orang lain akan

merasa didengarkan serta di mengerti perasaannya.

3. Faktor Penunjang dan Penghambat Empati

Empati sangat diperlukan oleh manusia agar dapat bersosialisasi

secara baik dengan orang lain. Dalam berempati terdapat faktor

penunjang dan penghambat untuk melakukannya. Sejalan dengan ini,

Borba (2008: 17) menjelaskan secara khusus faktor penunjang dan

penghambat dalam berempati seperti:

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 5: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

11

a. Faktor Penghambat Empati

1) Ketidakhadiran orang tua secara formal, banyaknya orang

tua yang bekerja membuat mereka tidak memiliki waktu

untuk bermain bersama dengan anaknya.

2) Ketiadaan keterlibatan ayah.

3) Kekerasan di media, adanya acara televisi, video,

permainan dan internet yang menunjukkan kekerasan,

kejahatan dan kekejaman dapat memengaruhi perilaku

anak.

4) Ketabuan mengungkapkan perasaan pada anak laki-laki,

orang tua lebih sering mendiskusikan perasaan dan

mengungkapkan emosinya kepada anak perempuan

mereka..

5) Kekerasan diusia balita.

b. Faktor Penunjang Empati

Untuk meningkatkan empati dalam diri seseorang perlu

adanya faktor – faktor penunjang yang dapat menyebabkan

empati menjadi meningkat. Berikut ini terdapat faktor-faktor

penunjang empati yaitu:

1) Usia, sejalan dengan meningkatnya usia anak maka

kemampuan memahami perspektif orang lain juga

meningkat sehingga semakin bertambahnya usia anak

cenderung lebih berempati.

2) Gender, anak lebih berempati pada teman yang memiliki

persamaan gender karena dianggap memiliki banyak

persamaan.

3) Intelegensia, anak yang cerdas biasanya lebih mampu

menempatkan diri untuk bersosialisasi dengan orang lain.

4) Pemahaman emosional, anak yang pintar mengekspresikan

diri akan lebih mampu untuk memahami orang lain.

5) Orang tua yang berempati, anak selalu mencontoh

perilaku dari orang tua sehingga orang tua harus menjadi

tauladan yang baik sehingga empati dalam diri anak juga

dapat meningkat.

6) Rasa aman secara emosional, anak yang mudah

menyesuaikan diri akan lebih mudah juga untuk berempati

7) Temperamen, anak yang mudah bergaul akan lebih mudah

untuk berempati

8) Persamaan kondisi, anak akan lebih mudah berempati

terhadap orang yang memiliki kondisi yang sama

dengannya.

9) Ikatan, anak lebih mudah berempati kepada orang tua atau

temannya yang sudah memiliki hubungan yang dekat.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 6: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

12

Faktor penghambat dan penunjang empati di atas, dapat diketahui

bahwa dalam meningkatkan empati dalam diri seseorang tidak semuanya

berjalan dengan lancar, ada kendala dan ada penunjangnya. Faktor-faktor

tersebut berkaitan satu sama lain sehingga dalam penerapan empati,

penting untuk diperhatikan mengenai hal apa saja yang dapat

menghambat empati seseorang dan yang dapat meningkatkannya.

4. Manfaat Empati dalam Kehidupan

Ada beberapa manfaat yang dapat ditemukan dalam kehidupan

pribadi dan sosial manakala mempunyai kemampuan berempati. Safaria

(2005 : 78) menyebutkan empati memiliki beberapa manfaat diantaranya

yaitu:

a. Menghilangkan sikap egois, orang yang telah mampu

mengembangkan kemampuan empati dapat menghilangkan

sikap egois (mementingkan diri sendiri).

b. Menghilangkan kesombongan, salah satu cara mengembangkan

empati adalah membayangkan apa yang terjadi pada diri orang

lain akan terjadi pula pada diri kita.

c. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri,pada

dasarnya empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan

evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang

positif.

Manfaat empati di atas, dapat dimaknai bahwa empati memiliki

manfaat-manfaat positif yang membuat kehidupan seseorang lebih

terkontrol dan menjadi lebih baik. Dengan berempati seseorang dapat

menghilangkan sikap-sikap buruknya seperti egois dan sombong.

Berempati membuat seseorang menjadi lebih peka dan peduli terhadap

lingkungan sosialnya sehingga sikap-sikap yang buruk tersebut dapat

hilang dengan sendirinya.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 7: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

13

Berbeda dengan pendapat Davis dalam Howe (2015 : 324) yang

mengemukakan manfaat empati terdiri dari:

a. Individu – individu yang baik dalam pengambilan perspektif,

melihat dan mengakui perasaan dari sudut pandang orang lain

akan membantu menjauhkan konflik sosial.

b. Empati cenderung menghasilkan komunikasi yang lebih baik,

lebih akurat dan lebih konstruktif.

c. Empati membuat orang menjadi lebih baik budi, perhatian, dan

cenderung bijaksana.

d. Para empatisan yang baik cenderung mengevaluasi hubungan-

hubungan mereka secara positif.

Manfaat empati yang diungkapkan di atas, dapat diartikan bahwa

dengan berempati seseorang akan cenderung berpikiran positif dalam

menyelesaikan suatu permasalahan baik dalam keluarga maupun

ingkungan sosialnya. Berempati membuat seseorang menjadi lebih

memahami keadaan orang lain dan mampu mengkomunikasannya dengan

lebih baik.

B. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial menjadi tempat dimana seseorang melakukan

interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Lingkungan sosial berpengaruh

terhadap sikap dan tingkah laku seseorang. Sejalan dengan pernyataan

tersebut, Dalyono (2010: 133) menyatakan lingkungan sosial adalah “semua

orang yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial ada yang

diterima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh langsung

seperti dalam pergaulan sehari-hari, seperti keluarga, teman-teman, kawan

sekolah dan sepekerjaan dan sebagainya”.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 8: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

14

Pengertian lingkungan sosial seperti yang tercantum di atas, dapat

diartikan bahwa lingkungan sosial menjadi tempat dimana seseorang

melakukan interaksi dengan orang lain dalam masyarakat. Lingkungan sosial

memiliki pengaruh dalam kehidupan seseorang dalam bersikap dan

bertingkah laku, baik itu pengaruh dari keluarga, teman-teman di sekolah,

pergaulan dalam masyarakat dan lain sebagainya.

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat

membentuk sikap dan perilaku seseorang maupun kelompok dalam

melakukan suatu tindakan. Pengaruh lingkungan sosial tidak hanya hal-hal

yang positif saja, melainkan juga meliputi hal-hal negatif. Lingkungan sosial

meliputi tiga aspek penting dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

1. Lingkungan Sosial Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama kali dikenal

oleh individu sejak lahir yang memiliki pengaruh besar terhadap

kehidupan seseorang. Sejalan dengan hal ini Dalyono (2010 : 130)

berpendapat bahwa”Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga

berada umumnya akan menghasilkan anak yang sehat dan cepat

pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga

berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula”.

Pendapat mengenai lingkungan sosial keluarga seperti tercantum

di atas, dapat dimaknai bahwa keluarga memiliki pengaruh yang cukup

besar dalam membentuk tingkah laku serta kepribadian seseorang. Pada

umunya keluarga dengan latar belakang yang baik akan menghasilkan

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 9: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

15

anak yang memiliki kepribadian yang baik begitu pula sebaliknya,

keluarga dengan latar belakang buruk dapat berdampak pada perilaku

anak dan menghasilkan anak yang memiliki tingkah laku dan kepribadian

yang kurang baik.

Orang tua merupakan pendidik yang paling berperan dalam

pertumbuhan serta perkembangan jiwa anak untuk membentuk akhlak

dan perilakunya menjadi manusia yang saleh dan taat kepada kedua

orang tua. Dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanah Allah yang

wajib untuk dipertanggung jawabkan sehingga keluarga merupakan inti

dari tanggung jawab itu. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Al –

Ghazali (dalam Iqbal, 2013: 76) menyatakan bahwa sesungguhnya tujuan

terpenting dalam pembentukan keluarga sebagai berikut:

1) Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah

tangga.

2) Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis.

3) Mewujudkan sunnah Rasulullah SAW, dengan melahirkan

anak-anak yang saleh sehingga umat manusia merasa bangga

dengan kehadirannya.

4) Memenuhi cinta – kasih saying anak – anak, naluri

menyayangi anak merupakan potensi yang diciptakan

bersama dengan penciptaan manusia dan binatang.

Penjelasan mengenai pembentukan keluarga di atas, dapat

diartikan bahwa orang tua merupakan faktor terpenting dalam

pembentukan akhlak dan kepribadian seseorang didalam keluarga. Orang

tua mendidik dan membesarkan anaknya dengan berpedoman pada

syariat Allah sehingga dengan sangat mudah anak akan mengikuti dan

mencontoh kebiasaan orang tua untuk hidup islami. Dalam keluarga,

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 10: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

16

orang tua harus mewujudkan kehidupan yang harmonis dan bahagia pada

anaknya, sehingga anak akan tumbuh dalam psikologis yang baik.

Membimbing dan mendidik anak untuk berakhlak dan berperilaku baik

akan mewujudkan salah satu sunnah Rasulullah SAW yaitu memiliki

anak yang saleh. Selain itu, cinta-kasih saying dalam keluarga juga

merupakan landasan penting untuk terciptanya akhlak dan perilaku anak

yang saleh.

2. Lingkungan Sosial Sekolah

Sekolah memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan siswa terutama dari segi kecerdasannya. Pernyataan

tersebut diperkuat dengan pendapat Syah (2010: 135) yang menyatakan

bahwa:

Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan

(kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas

dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru

yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan

memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam

hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat

menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Pengertian lingkungan sosial sekolah di atas, dapat dimaknai

bahwa lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam pertumbuhan

dan perkembangan siswa khususnya pada tingkat kecerdasannya. Kepala

sekolah, guru serta siswa yang lain dapat mempengaruhi semangat

belajar siswa. Ketika guru terbiasa mencontohkan hal-hal yang baik

kepada siswanya, maka dengan sendirinya siswa akan mengikuti perilaku

gurunya. Hal ini diharapkan mampu menjadi nilai positif yang dapat di

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 11: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

17

tanamkan dalam diri siswa sehingga juga dapat berdampak pada prestasi

siswa di sekolah.

Proses belajar mengajar di sekolah juga harus mengutamakan

etika serta akhlak dalam berperilaku baik dari guru maupun murid. Al –

Ghazali (dalam Iqbal, 2013: 90) menyatakan bahwa dalam kitab Ihya’

Ulumuddin terdapat beberapa etika murid yang dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1) Seorang murid harus membersihkan jiwanya terlebih dahulu

dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat tercela.

2) Seorang murid hendaknya tidak banyak melibatkan diri

dalam urusan duniawi.

3) Seorang murid jangan menyombongkan diri dengan ilmu

yang dimilikinya dan jangan pula menentang guru, tetapi

menyerahkan sepenuhnya kepada guru dengan menaruh

keyakinan penuh terhadap segala hal yang dinasehatkannya,

sebagaimana orang sakit yang bodoh yakin kepada dokter

yang ahli dan berpengalaman.

4) Bagi murid permulaan, janganlah melibatkan dan mendalami

perbedaan pendapat para ulama.

5) Seorang murid janganlah berpindah dari suatu ilmu yang

terpuji kepada cabang – cabangnya kecuali ia sudah

mendalami dan memahami ilmu – ilmu sebelumnya.

Penjelasan etika siswa di atas, dapat dimaknai bahwa sorang

siswa harus memiliki akhlak yang baik dan perilaku terpuji, hal karena

ilmu merupakan ibadah hati sehingga dalam penerapannya haruslah

menggunakan jiwa yang bersih. Seorang siswa tidak boleh terlalu larut

dalam urusan duniawi karena dalam menuntut ilmu haruslah dengan

usaha serta keyakinan yang sungguh-sungguh sehingga pikiran serta hati

tidak terbagi-bagi. Siswa tidak boleh sombong hati dan berani melawan

gurunya sebab guru merupakan sumber utama dimana ilmu akan

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 12: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

18

diperoleh oleh siswa, sehingga siswa harus bersikap baik dan hormat

kepada gurunya. Bagi siswa pemula, tidak dianjurkan untuk

mencampurkan perbedaan-perbedaan pendapat guru/ulama lainnya

karena dapat mengakibatkan pikiran menjadi kacau dan susah untuk

menerapkan ilmu yang sudah didapat, sehingga alangkah lebih baiknya

siswa belajar sesuai dengan petunjuk guru terlebih dahulu. Setelah itu,

barulah siswa dapat mendengar pendapat-pendapat serupa lainnya. Lebih

labjur, siswa tidak di anjurkan untuk berpindah-pindah cabang ilmu

kecuali dia sudah memahami ilmu tersebut, karena dikhawatirkan

pemahaman siswa tentang ilmu yang sudah dipelajari menjadi kurang

maksimal.

3. Lingkungan Sosial Masyarakat

Lingkungan sosial masyarakat meliputi tetangga dan teman-teman

sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa. Kondisi masyarakat dimana

siswa tinggal dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku siswa.

Dalyono (2010 : 131) menyatakan bahwa “masyarakat adalah lingkungan

tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak tapi di luar

sekolah. Di samping itu, kondisi orang-orang di desa atau kota tempat ia

tinggal juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya”.

Pengertian lingkungan sosial masyarakat seperti tercantum di

atas, dapat dimaknai bahwa kondisi masyarakat dapat mempengaruhi

perilaku siswa. Siswa yang tinggal di lingkungan yang baik akan

menjadikan siswa tumbuh dengan perilaku yang baik juga. Misalnya

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 13: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

19

siswa yang tumbuh dalam lingkungan yang baik, akan selalu

menghormati dan menghargai orang yang lebih tua di lingkungannya.

Hal ini karena dalam lingkungan masyarakat yang baik, anak dituntut

untuk dapat saling menghormati antara teman sebaya dan juga orang

yang lebih tua. Kebiasaan ini akan selalu terbawa ketika mereka berada

di lingkungan lainnya. Berbeda dengan siswa yang tumbuh di lingkungan

yang negatif, sifat dan perilaku siswa juga akan negatif karena terbawa

oleh lingkungannya yang kurang baik.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Karakteristik siswa perlu dipahami karena dapat berpengaruh pada

proses pembelajaran di sekolah. Sejalan dengan pernyataan tersebut,

Budinigsih (2004: 16) menyatakan bahwa “Pemahaman tentang karakteristik

siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa

yang perlu diperhatikan untuk kepentingan rancangan pembelajaran”.

Pernyataan karakteristik siswa di atas, dapat dimaknai bahwa dengan

memahami secara mendalam mengenai karakteristik siswa maka dapat

memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. Ilmu yang

diberikan akan lebih mudah diterima siswa karena guru sudah memahami

bagaimana karakteristik masing-masin siswanya.

Masa siswa sekolah dasar disebut juga masa anak. Pada masa ini anak

sudah merasa besar dan tidak mau lagi dianggap sebagai anak-anak kecil.

Anak tersebut sudah lepas dari lembaga pendidikan dasar (TK). Anak ini

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 14: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

20

sudah ingin memperoleh kecakapan-kecakapan baru yang diperoleh dalam

sekolah maupun saat bermain. Anak pada masa kanak-kanak akhir sudah

memiliki lingkungan pergaulan yang semakin luas sehingga sudah banyak

bergaul dengan orang-orang diluar rumah, yaitu teman bermain disekitar

rumah dan teman di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (dalam

Djamarah, 2002: 89) bahwa:

Usia 6 tahun adalah usia yang sudah dianggap matang untuk siswa

pertama kalinya masuk dalam dunia pendidikan formal yaitu di

sekolah dasar. Saat memasuki masa usia sekolah dasar, siswa akan

mulai mengubah pola pikirnya, sikapnya serta perilakunya sebab pada

fase ini siswa akan menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan

sekitarnya.

Karakteristik siswa sekolah dasar di atas, dapat diartikan bahwa pada

masa usia 6 tahun seseorang pertama kalinya menerima pendidikan formal di

sekolah yaitu sekolah dasar. Ketika sudah masuk pada pendidikan di sekolah

dasar, siswa sudah di anggap sudah siap untuk menerima dan memperoleh

ilmu pengetahuan secara formal. Pada masa sekolah ini, siswa melakukan

adaptasi lagi dengan lingkungan sosialnya sehingga akan mengubah sikap dan

perilakunya.

Masa usia sekolah dasar memiliki fase-fase yang dapat dibedakan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suryobroto (dalam Djamarah, 2002: 90)

bahwa masa-masa sekolah dasar dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu:

1. Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas siswa pada masa ini antara lain adalah seperti

yang disebutkan dibawah ini:

a. Memilikiketerkaitan hubungan antara pertumbuhan jasmani

dengan prestasi siswa di sekolah.

b. Lebih menyukai peraturan-peraturan permainan tradisional.

c. Kecenderungan untuk memuji diri sendiri.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 15: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

21

d. Senang memnbanding-bandingkan dirinya dengan siswa lain.

e. Jika kesulitan menyelesaikan soal, maka soal tersebut akan di

remehkan dan dianggap tidak penting.

f. Pada masa ini, siswa selalu ingin terlihat unggul dengan nilai-

nilai rapor yang tinggi tanpa melihat kemampuan dari dirinya

sendiri.

Pernyataan masa kelas rendah di atas, dapat dimaknai bahwa pada

fase kelas rendah, siswa memiliki sikap dan perilaku tertentu yang

mencerminkan pertumbuhannya sesuai dengan usia mereka. Fase kelas

rendah adalah fase saat siswa memiliki korelasi positif antara pertumbuhan

jasmani dengan prestasinya disekolah dimana semakin bertumbuhnya siswa

akan semakin mempengaruhi prestasi belajarnya. Kecenderungan ingin

memiliki nilai-nilai dan prestasi belajar yang baik supaya siswa terlihat

unggul dan layak untuk menerima pujian dari orang lain tanpa melihat apakah

prestasinya memang pantas diberi nilai yang baik atau tidak. Selain itu, siswa

pada fase kelas rendah gemar membandingkan dirinya dengan siswa lain baik

dari segi fisik maupun prestasi akademik sehingga siswa tersebut merasa

lebih hebat dari siswa lain. Sikap dan perilaku siswa pada fase kelas rendah

lebih terfokus pada keinginan untuk mementingkan dirinya sendiri dan

kurang peduli terhadap lingkungan sosialnya misalnya saat siswa tidak bisa

mengerjakan soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

2. Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai

berikut.

a. Adanya kecenderungan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

lebih praktis dan mudah.

b. Rasa ingin tahu yang tinggi dengan selalu ingin belajar dan

berpikir realistis.

c. Mulai bisa memilih pelajaran-pelajaran khusus yang digemari.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 16: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

22

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan bimbingan

dari orang dewasa.

e. Pada masa ini siswa mulai senang membuat kelompok bermain

dengan membuat peraturan sendiri dalam permainan tersebut.

Masa kelas tinggi seperti diungkapkan di atas, dapat diartikan bahwa

pada fase kelas tinggi siswa memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan

pertumbuhannya pada usia tersebut. Rasa ingin tahu lebih besar, siswa

memiliki kecenderungan untuk selalu ingin tahu, ingin belajar dan penasaran

tentang hal-hal yang terdapat pada lingkungan sekitarnya. Selain itu mulai

muncul minat untuk menyukai hal-hal khusus contohnya seperti memilih

mata pelajaran yang disenangi di sekolah hingga kira-kira umur 11 tahun

siswa mulai membutuhkan peran orang yang lebih tua untuk membimbingnya

dalam kehidupan sehari-hari baik itu guru, orang tua, maupun orang yang

lebih dewasa darinya.

D. Penelitian Relevan

Penelitian dilaksanakan oleh Muhammad Iqbal Ansari pada tahun

2015 yang berjudul “Strategi Sistem Full Day School dalam Membentuk

Empati Siswa”. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

perilaku empati bisa dibentuk dengan menggunakan strategi sistem full day

school. Beberapa kegiatan dalam pelaksanaan full day school seperti

memakan jatah makan masing-masing, berbagi makanan antar siswa, selalu

mengantri ketika berwudhu, infaq hari jumat, kunjungan ke panti asuhan dll,

merupakan tujuan dari pihak sekolah untuk membentuk empati siswa.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 17: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

23

Beberapa kegiatan tersebut telah berhasil membentuk empati siswa. Jenis

penelitian ini adalah kualitatif.

Penelitian dilaksanakan oleh Ela Destiyana pada tahun 2016 dengan

judul “Upaya Meningkatkan Sikap Empati Melalui Metode Storytelling Pada

Siswa SD Negeri Caturtunggal 3 Depok”. Penelitian dilakukan dalam dua

siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku empati dapat

ditingkatkan melalui metode storytelling. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

hasil presentase rata-rata skor pre test, post test 1dan post test II yang

mengalami peningkatan dari 58,89% menjadi 74,76% dan meningkat lagi

menjadi 72,29%. Interpretasi hasil observasi dan wawancara menunjukkan

siswa telah mampu memunculkan sikap empati. Analisis data menggunakan

data menggunakan data kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian dilaksanakan oleh Leyla Ulus pada tahun 2015 dengan

judul “Empathy and Forgiveness Relationship” yang menjelaskan bahwa

dalam beberapa tahun ini terdapat perbedaan yang signifikan antara toleransi

dalam hubungan sehingga menyebabkan empati berkurang. Penelitian ini

dilakukan untuk mengungkapkan bahwa terdapat keterkaitan antara empati

dan pemberian maaf pada individu dalam suatu hubungan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan pada tahun 2001, 2002 dan 2009 terdapat

pertimbangan penelitian yang menunjukkan bahwa hal itu mempengaruhi

tingkat empati seseorang terhadap orang lain dan pemberian maaf antara

individu dalam hubungan.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 18: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

24

Penelitian dilaksanakan oleh Rosmawati dengan judul “Analysis of

the Empathy Attitude of Guidance and Counseling Students (FKIP) in the

Riau University”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keseluruhan

gambaran tentang empati siswa terhadap bimbingan dan konseling,

mengetahui tentang empati melalui jenis kelamin siswa, mengetahui empati

melalui tempat tinggal siswa dan mengetahui tentang empati dari demokrasi

yang orang tua siswa lakukan. Penelitian menggunakan skala empati seperti

sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Hasil penelitian membuktikan

bahwa empati baik tentang gender, dimana siswa tinggal, atau otokrasi atau

demokrasi orang tua berada pada kategori yang lebih tinggi. Penelitian ini

adalah deskriptif.

Adanya fakta - fakta diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku empati

merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran maupun sosialisasi

dengan sesama. Upaya mengembangkan perilaku empati telah dilakukan

dengan menggunakan berbagai metode. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah penelitian ini lebih mengkaji dan mencari tahu

lebih dalam mengenai seberapa besar empati siswa di sekolah, faktor-faktor

yang mempengaruhi empati siswa dan peran guru dalam menanamkan empati

siswa di sekolah.

E. Kerangka Berpikir

Peneliti melakukan penelitian tentang analisis perilaku empati siswa

terhadap lingkungan sosial di MI Muhammadiyah Sidamulya Kemranjen.

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018

Page 19: KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Empati 1. Pengertian Empatirepository.ump.ac.id/7587/3/DWI MAI SARAH_BAB II.pdf · Tahap pertama, mendengarkan dengan seksama apa yang diceritakan orang

25

Pada pendidikan, proses belajar mengajar tidak hanya sebatas tentang ilmu

dan pengetahuan saja namun juga sebagai sarana dalam menanamkan nilai dan

tata krama ke dalam diri siswa sehingga dapat membentuk watak serta

perilaku yang lebih baik. Empati merupakan suatu bentuk perilaku yang dapat

terinternalisasi dalam diri siswa. Keberhasilan suatu pendidikan tidak hanya

terfokus pada nilai kognitif dan psikomotorik saja namun juga harus

diimbangi dengan nilai aektif. Berempati dapat meningkatkan nilai afektif

karena dengan berempati seseorang menjadi lebih peka, peduli, menghormati

dan menghargai satu sama lain sehingga nilai dan tata karma dapat terjaga

dengan baik.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Lingkungan

Sosial Sekolah Empati

Perilaku yang

baik

Keluarga

Studi Deskriptif Perilaku... Dwi Mai Sarah, FKIP UMP, 2018