kajian yuridis perlindungan pekerja pada perusahaan … · 2013. 9. 23. · peristiwa konkrit atau...

92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN PEKERJA PADA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA di PT. SANDHY PUTRA MAKMUR Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : LADY DIANA Y. D. P. P. NIM: E1104162 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN PEKERJA PADA

    PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA di

    PT. SANDHY PUTRA MAKMUR

    Penulisan Hukum

    (Skripsi)

    Disusun dan diajukan untuk

    Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

    Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Oleh :

    LADY DIANA Y. D. P. P.

    NIM: E1104162

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Penulisan Hukum ( Skripsi )

    KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN PEKERJA PADA PERUSAHAAN

    PENYEDIA JASA PEKERJA di PT. SANDHY PUTRA MAKMUR

    Disusun oleh :

    LADY DIANA Y. D. P. P

    NIM: E1104162

    Disetujui untuk Dipertahankan

    Dosen Pembimbing

    Purwono Sungkowo R, S.H

    NIP.196106131986011001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    PENGESAHAN PENGUJI

    Penulisan Hukum ( Skripsi )

    KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN PEKERJA PADA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA di PT. SANDHY PUTRA MAKMUR

    Disusun oleh :

    LADY DIANA Y. D. P. P

    NIM: E1104162

    Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )

    Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

    pada :

    Hari : Kamis

    Tanggal : 21 April 2011

    TIM PENGUJI

    1. Pius Triwahyudi, S.H.,M.Si : ……………………………...

    Ketua

    2. Lego Karjoko, S.H., M.H : ……………………………... Sekretaris

    3. Purwono Sungkowo R, S.H : ……………………………... Anggota

    MENGETAHUI

    Dekan,

    Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP : 196109301986011001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    MOTTO

    “Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-cita dan berusaha

    mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian luar biasa”

    (Hamka)

    “Kamu maju bukan dengan memperbaiki apa yang sudah terjadi melainkan menggapai ke arah

    apa yang belum terjadi”

    (Kahlil Gibran)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini Penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta, dan terima kasih

    kepada :

    1. Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta atas segala karunia, rahmat, dan nikmat yang

    telah diberikan-Nya

    2. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Darmadi dan Ibu Maryani atas segala doa, bimbingan,

    nasehat, kehangatan cinta dan kasih sayang yang senantiasa tercurahkan untukku.

    3. Suamiku Nugroho atas segala cinta, kasih sayang, doa, semangat, dan pengorbanan yang

    senantiasa diberikan untukku.

    4. Anak-anakku tercinta Vicko Giffana Dianata Nugraha dan Vincent Elysia Nugraha atas

    semangat dan keceriaannya.

    5. Seluruh keluarga besarku atas dukungan dan semangatnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    PERNYATAAN

    Nama: Lady Diana Y. D. P. P.

    NIM: E1104162

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul

    KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN PEKERJA PADA PERUSAHAAN

    PENYEDIA JASA PEKERJA di PT. SANDHY PUTRA MAKMUR adalah

    betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

    (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila

    kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

    meneriama sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan

    gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

    Surakarta, April 2011

    Yang membuat pernyataan

    Lady Diana Y. D. P. P.

    NIM: E1104162

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    ABSTRAK

    Lady Diana Y. D. P. P, NIM: E1104162, 2011. KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN PEKERJA PADA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA di PT. SANDHY PUTRA MAKMUR. Fakultas Hukum UNS.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pekerja memperoleh perlindungan pada perusahaan penyedia jasa pekerja di PT. Sandhy Putra Makmur. Penelitian ini mendeskripsikan dan mengkaji mengenai 2 (dua) peristiwa konkrit atau fakta hukum yaitu mengenai jenis pekerjaan yang menjadi obyek perjanjian dan apakah hak-hak pekerja sudah mendapat perlindungan hukum diperusahaan penyedia jasa PT. Sandhy Putra Makmur.

    Penelitian yang dilakukan di PT. Sandhy Putra Makmur ini termasuk penelitian normatif yang bersifat perspektif: jenis data yang digunakan yaitu data sekunder, sumber data sekunder yang mencakup: bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier dimana Penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh secara langsung dari manajer dan pekerja PT. Sandhy Putra Makmur melalui studi dokumen dan kepustakaan. Kemudian dari semua data yang terkumpul dilakukan analisis data dengan teknik silogisme deduktif dengan metode Interpetasi Menurut Bahasa dan Interpretasi Sistematis.

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa kesatu: jenis pekerjaan yang menjadi obyek perjanjian sudah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan KUH Perdata, karena jenis pekerjaan tersebut bukan merupakan jenis pekerjaan yang menunjang, jenis pekerjaan yang menjadi obyek perjanjian adalah costemer servis, scurity, cleaning service. Kedua hak-hak pekerja sudah mendapatkan perlindungan hukum di perusahaan penyedia jasa PT. Sandhy Putra Makmur dalam hal: a). Pemberian upah sudah sesuai dengan Keputusan Gubernur no 150 tahun 2009 tentang pemberian upah minimum regional di kota solo yaitu Rp. 785,000.00, b). Penerapan jam kerja bagi para pekerja sudah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 yaitu jam kerja tidak melebihi 8 jam perhari atau 40 jam seminggu, c) Pemberian cuti atau waktu istirahat sebagian besar telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 antara lain: istirahat mingguan, cuti hamil dan bersalin, cuti haid, istirahat alasan penting, akan tetapi masih perlu adanya peningkatan yaitu memberikan cuti tahunan dan istirahat panjang bagi para pekerja kontrak yang senantiasa memperpanjang kontrak kerja mereka belum diberlakukan bagi pekerja kontrak PT. Sandhy Putra Makmur, d) Penerapan Jamsostek bagi para pekerja sudah sesuai dengan Permenaker No. 150 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga kerja harian Lepas, Borongan dan Perjanjian kerja Waktu Tertentu, e) Pemberian THR bagi para pekerja juga sudah sesuai dengan Permenaker No 4 Tahun 1994 yang mengatur tentang THR,

    Kata kunci: Jenis Pekerjaan Yang Merupakan Obyek Perjanjian Kerja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

    berkah, serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis

    mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul “ KAJIAN YURIDIS

    PERLINDUNGAN PEKERJA PADA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA

    PEKERJA di PT. SANDHY PUTRA MAKMUR”

    Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-

    syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Atas berbagai bantuan yang telah banyak membantu Penulis selama

    melaksanakan studi sampai terselesaikannya penyusunan penulisan hukum ini,

    maka pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Prof. DR. Dr. Syamsulhadi, SpKj selaku Rektor Universitas

    Sebelas Maret.

    2. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

    Universitas Sebelas Maret.

    3. Bapak Purwono Sungkowo R, S.H. selaku Dosen Pembimbing yang telah

    membimbing Penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

    4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

    atas segala dedikasinya terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis

    selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

    5. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

    banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis menempuh

    studi di Fakultas Hukum UNS Surakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    6. Ibu wahyu selaku manajer PT. Sandhy Putra Makmur Surakarta yang telah

    mengijinkan Penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan

    informasi kepada penulis.

    7. lilik maya selaku pekerja PT. Sandhy Putra Makmur Surakarta yang telah

    memberikan informasi kepada penulis

    8. Teman-teman Angkatan 2004 Non Reguler, dan semua pihak yang

    membantu dalam penulisan hukum ini.

    Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna,

    mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu,

    segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima dengan

    senang hati

    Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi sumbangan Pengetahuan dan

    Pengembangan Ilmu Hukum pada khususnya dan Ilmu Pengetahuan pada

    umumnya.

    Surakarta, Maret 2011

    Penulis

    Lady Diana Y. D. P. P.

    NIM: E1104162

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO...................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

    PERNYATAAN............................................................................................... vi

    ABSTRAK....................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    DAFTAR ISI.................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiI

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

    E. Metode Penelitian ....................................................................... 6

    F. Sistematika Penulisan Hukum .................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kerangka Teori ........................................................................... 10

    1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kerja ........................... 10

    a. Pengertian Perjanjian Kerja ............................................ 10

    b. Syarat sahnya perjanjian kerja ........................................ 11

    c. Bentuk dan jangka waktu perjanjian kerja ..................... 13

    d. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja .. 16

    e. Berakhirnya Perjanjian Kerja ......................................... 18

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    2. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Kerja .......................... 20

    a. Pengertian Hubungan Kerja ........................................... 20

    b. Unsur-unsur Hubungan Kerja ........................................ 21

    3. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum

    terhadap Pekerja.................................................................... 24

    4. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Penyedia Jasa.............. 39

    B. Kerangka Pemikiran.................................................................... 49

    BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Uraian Singkat tentang Perusahaan Penyedia Jasa

    Pekerja PT. Sandhy Putra Makmur............................................. 51

    B. Jenis Pekerjaan yang Menjadi Obyek Perjanjian Kerja

    di Perusahaan penyedia Jasa Pekerja PT. Sandhy Putra Makmur 57

    C. Perlindungan terhadap Hak-Hak Pekerja di Perusahaan

    Penyedia jasa Pekerja PT. Sandhy Putra Makmur ..................... 70

    BAB IV PENUTUP

    A. Simpulan ..................................................................................... 80

    B. Saran............................................................................................ 81

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang begitu cepat

    telah membawa banyak perubahan di berbagai sektor, sehingga menimbulkan

    persaingan usaha yang begitu ketat disemua sektor usaha. Perubahan di berbagai

    sektor tersebut juga menjadi sebagai salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial,

    termasuk di bidang hukum ketenagakerjaan. Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar

    RI 1945 yang menyatakan setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

    penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pada zaman sekarang sulit terialisasikan.

    Mengacu pada pasal tersebut amanat dari para pendiri Republik Indonesia dapat kita

    pahami bahwa tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan lapangan

    pekerjaan bagi warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak.

    Liberalisasi ekonomi yang dibarengi laju perkembangan teknologi yang pesat

    telah memunculkan persaingan bisnis yang ketat dikalangan dunia usaha. Berbagai

    pemikiran kearah efisiensi terus bergulir didorong oleh tuntutan pasar yang hanya

    memihak kepada perusahaan yang mampu menghasilkan kualitas barang yang baik,

    dengan harga yang lebih murah dan layanan yang cepat. Hanya perusahaan yang

    mampu memberikan kulitaas layanan terbaik yang akan memenangkan atau bertahan

    di pasar.

    Dengan didasarkan pada operasional perusahaan yang saat ini hampir

    seluruhnya berkait dengan biaya produksi seperti harga bahan baku, bunga Bank,

    pajak, listrik, telepon dan lain-lain, hampir seluruhnya berada di luar kekuasaan

    perusahaan, saat ini tarif tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar atau ditentukan

    oleh pemerintah, kecuali komponen tenaga kerja. Efisiensi dalam proses produksi,

    pengusaha tidak dapat mempengaruhi apalagi ikut mengendalikan harga maupun

    tarif yang termasuk dalam biaya produksi, kecuali komponen tenaga kerja, oleh

    sebab tersebut satu-satunya komponen yang dapat diintervensi atau dimainkan oleh

    pengusaha hanyalah komponen tenaga kerja. Kondisi demikian mendorong

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    pengusaha untuk lebih jauh dalam meminimalkan komponen pekerja agar biaya

    produksi dapat lebih rendah.

    Dalam dunia usaha perkembangan tersebut telah mempengaruhi proses

    produksi maupun jasa khususnya dalam pelaksanaan pekerjaan yang selama ini

    dikerjakan oleh manusia telah berubah menjadi oleh mesin-mesin produksi yang

    berakibat berkurangnya peranan manusia. Demikian juga dalam meningkatkan

    pelayanan kepada perusahaan lain (konsumen) dibutuhkan waktu yang cepat dan

    efisien, sehingga dilakukanlah suatu business process reengineering (BPR). BPR

    adalah suatu pendekatan baru dalam manajemen yang bertujuan meningkatkan

    kinerja, untuk memberikan respons atas perkembangan ekonomi secara global dan

    perkembangan teknologi yang begitu cepat, sehingga berkembang persaingan yang

    bersifat global dan berlangsung sangat ketat.

    Lingkungan yang sangat kompetitif menuntut perusahaan untuk

    mengutamakan tuntutan pasar yang menghendaki kecepatan dalam merespons

    tuntutan pelanggan, karena seringkali faktor kecepatan dalam merespons tuntutan

    pasar dan pelanggan lebih dapat menentukan kemenangan dalam persaingan dan

    bukan faktor harga. Oleh karena itu, belakangan ini perusahaan sering mementingkan

    hal-hal yang mempercepat suatu proses. Tuntutan akan hal-hal tersebut sering kali di

    luar kemampuan perusahaan baik kemampuan staf maupun kemampuan sumber

    daya. Sebagai hasilnya timbullah outsourcing, yaitu usaha untuk mengontrakkan

    suatu kegiatan pada pihak luar untuk memperoleh layanan pekerjaan yang

    dibutuhkan. Mengingat tujuan utama outsourcing adalah efisiensi maka perusahaan –

    perusahaan outsourcing juga dituntut melakukan spesialisasi untuk memperoleh

    keunggulan komperatif. Outsourcing merupakan suatu bisnis kemitraan dengan

    tujuan untuk mencapai keuntungan bersama dalam prosesenya mempunyai hubungan

    yang tidak terpisahkan (Sehat Damanik, 2006:3).

    Istilah outsourcing dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan kita tidak dapat kita temukan. Akan tetapi praktek outsourcing

    sudah berlangsung bahkan sebelum lahirnya UU Ketenagakerjaan itu sendiri, yaitu

    dalam pasal 1601 b KUH Perdata yang mengatur perjanjian pemborongan pekerjaan.

    Dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, praktek

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    outsourcing dikenal dalam dua bentuk, yaitu pemborongan pekerjaan dan penyediaan

    jasa pekerja. Pada perkembangannya dalam draf revisi Undang-Undang No. 13

    Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, mengenai pemborongan pekerjaan

    dihapuskan karena lebih condong ke arah sub contracting pekerjaan dibandingkan

    dengan pekerja. Sedangkan penyediaan jasa pekerja diatur dalam Pasal 64, 65 dan 66

    Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, sedangkan

    pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Republik Indonesia No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara

    Perijinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja, dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

    dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.220/Men/X/2004 Tentang Syarat-

    syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain

    (www.depnaker.go.id).

    Pekerja dalam pelaksanaan oursourcing dimaksudkan dalam rangka efisiensi

    biaya produksi dimana dengan sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran

    dalam membiayai pekerja di perusahaan yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan

    perjanjian penyedia jasa pekerja antara pihak pekerja dan penyedia jasa kerja, masa

    kerja seorang pekerja akan berakhir sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara

    pengusaha dengan perusahaan penyedia jasa pekerja (www.depnaker.go.id).

    Istilah pekerja kontrak atau kontrak kerja tidak kita temukan dalam undang-

    undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun demikian istilah

    tersebut sudah terlanjur populer di kalangan masyarakat untuk menyebut Perjanjian

    Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang diatur dalam Pasal 56 sampai dengan Pasal 59

    Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Modus hubungan

    kerja melalui pola kontrak ini dilakukan oleh perusahaan dengan maksud untuk

    menghindari kewajiban pemberian pesangon, penghargaan masa kerja dan lain-lain.

    Hal ini karena dalam perjanjian kerja kontrak/PKWT, apabila perjanjian kerja yang

    diperjanjikan telah selesai atau jangka waktu yang diperjanjikan telah berakhir maka

    hubungan kerja putus demi hukum tanpa adanya kewajiban pihak satu kepada pihak

    yang lain, kecuali diperjanjikan lain (www.depnaker.go.id).

    Konsekuensi menjadi pekerja di perusahaan penyedia jasa pekerja

    menimbulkan beberapa permasalahan yaitu perusahaan penyedia jasa pekerja

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    seringkali mengurangi hak-hak pekerja yang seharusnya dia dapatkan bila menjadi

    pekerja permanen misalnya: kesehatan, benefit, dkk. Posisi perusahaan penyedia jasa

    pekerja selain rawan secara sosial seperti antara kecemburuan antar rekan juga rawan

    secara pragmatis seperti halnya kepastian kerja, kelanjutan kontrak, jaminan pensiun

    (http://papabonbon.wordpress.com). Akan tetapi para pekerja menutup mata dengan

    hal tersebut, karena yang mereka fikirkan hanya bagaimana mendapatkan pekerjaan

    untuk mendapatkan upah demi memenuhi kebutuhan hidupnya, meski upah yang

    diberikan tidak sesuai dengan upah standart kerja pegawai tetap perusahaan pemakai

    jasa pekerja.

    Melihat adanya permasalahan diatas maka perjanjian kerja pada perusahaan

    penyedia jasa pekerja perlu adanya ketegasan hubungan kerja yang jelas sehingga

    pemenuhan hak-hak pekerja berdasarkan peraturan perundang-undangan

    ketenagakerjaan jelas penanggungjawabnya. Oleh karena itu pekerja harus diikat

    dengan perjanjian kerja sesuai dengan kesepakatan antara pihak penyedia jasa

    pekerja dengan pengguna jasa pekerja/perusahaan. Berdasarkan atas uraian diatas,

    maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai

    perlindungan hukum terhadap pekerja. Oleh sebab itu penulis memilih judul pada

    penulisan hukum ini adalah “KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN PEKERJA

    PADA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA di PT. SANDHY PUTRA

    MAKMUR”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah yang

    akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

    1. Apakah jenis pekerjaan yang menjadi obyek perjanjian Penyedia Jasa Pekerja

    antara PT. Sandhy Putra Makmur dengan PT. TELKOM Surakarta sudah sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan?

    2. Apakah hak-hak pekerja sudah mendapatkan perlindungan hukum di perusahaan

    penyedia jasa PT. Sandhy Putra Makmur?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dibagi 2 macam, yaitu

    sebagai berikut:

    1. Tujuan Objektif

    a. Untuk mengetahui sudah sesuaikah jenis pekerjaan yang menjadi obyek

    perjanjian dengan peraturan perundang-undangan.

    b. Untuk mengetahui sudah ada atau belum perlindungan hukum bagi hak-hak

    pekerja dalam perjanjian penyedia jasa pekerja di PT. Sandhy Putra Makmur.

    2. Tujuan Subjektif

    a. Untuk memperluas wawasan penulis dalam bidang hukum administrasi negara

    terutama perlindungan hukum bagi pekerja dalam perjanjian penyedia jasa

    pekerja.

    b. Mengembangkan daya berfikir dan daya penalaran penulis agar dapat

    berkembang sesuai dengan bidang penulis.

    c. Untuk memperoleh data-data yang akan penulis pergunakan dalam penyusunan

    skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam

    bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    D. Manfaat Penelitian

    Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan

    yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari

    penelitian ini adalah :

    1. Manfaat Teoritis

    a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai

    bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar

    kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

    b. Untuk sedikit memberi pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan pada

    umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    c. Untuk mendalami teori–teori yang telah penulis peroleh selama menjalani

    kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta serta

    memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.

    2. Manfaat Praktis

    a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan

    mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai bekal

    untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak – pihak yang terkait

    dengan masalah yang diteliti.

    E. Metode Penelitian

    Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan Ilmiah berdasarkan pada

    metode, sistemetika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari suatu atau

    beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya (Soerjono Soekanto,

    1986:43). Metode penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah yang

    diamggap efektif dan efisien, dan pada umumnya sudah mempola untuk

    mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data dalam rangka menjawab masalah

    yang diteliti secara benar.

    Metode penelitian yang penulis digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian normatif.

    Penelitian normatif merupakan suatu penelitian yang mempelajari norma-norma

    hukum yang merupakan bagian yang esensial dalam ilmu hukum (Peter

    Mahmud,2005:36).

    Dalam penelitian ini merupakan praktek hukum yang berkonotasi atas

    telaah suatu pekerja, pembuatan perjanjian kerja, dan penyampaian peraturan

    perundang-undangan. Dari hasil telaah tersebut dapat dibuat opini atau pendapat

    hukum.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    2. Sifat Penelitian

    Sifat penelitian dalam penelitian hukum normatif ini adalah preskriptif.

    Yaitu penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori/konsep

    baru sebagai preskriptif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Petter

    Mahmud, 2005:35).

    3. Pendekatan Penelitian

    Jenis pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini

    adalah pendekatan perundang-undangan yaitu pendekatan dengan menafsirkan

    ketentuan undang-undang untuk merealisasikan fungsi agar hukum positif itu

    berlaku.

    4. Sumber Data

    Sumber data adalah tempat ditemukan data. Adapun jenis data dari

    penelitian ini yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah:

    a. Bahan Hukum Primer

    Yaitu merupakan bahan hukum mengacu pada peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    b. Bahan Hukum Sekunder

    Yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer merupakan hasil

    karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian, artikel koran dan internet

    serta bahan lain yang berkaitan dengan pokok bahasan.

    c. Bahan Hukum Tersier

    Yaitu bahan yang memberi petunjuk/penjelasan terhadap bahan hukum primer

    dan sekunder, yakni kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia. Untuk

    melengkapi data, dilakukan konfirmasi pada pimpinan PT. Sandhy Putra

    Makmur dan pekerja.

    5. Teknik pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penulisan hukum

    ini menggunakan:

    a. Studi Dokumen

    Merupakan teknik dokumentasi pada penyedia jasa pekerja dan pekerja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    b. Studi Kepustakaan

    Merupakan teknik yang mengkaji substansi peraturan perundang-undangan

    maupun peraturan pemerintah lainnya. Kemudian data tersebut dimintakan

    penjelasan dan konfirmasi dari staf personalia dan pegawai PT. Sandhy Putra

    Makmur.

    6. Teknik analisis data

    Pada penulisan hukum normatif ini, teknik analisis data yang digunakan

    adalah silogisme deduktif dengan menggunakan metode:

    a. Interpetasi Menurut Bahasa

    Merupakan penafsiran undang-undang pada dasarnya selalu akan merupakan

    penjelasan dari segi bahasa, metode interpretasi ini yang disebut dengan

    interpretasi gramatikal. Merupakan cara penafsiran/penjelasan yang paling

    sederhana untuk mengetahui makna ketentuan undang-undang dengan

    menguraikannya menurut bahasa, susunana kata/bunyi. Disini artinya makna

    ketentuan undang-undang dijelaskan menurut bahasa sehari-hari (Sudikno

    Mertokusumo, 2003: 170).

    b. Interpretasi Sistematis

    Menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem

    perundang-undangan dengan jalan menghubungkannya dengan undang-undang

    lain (Sudikno Mertokusumo, 2003: 172).

    F. Sistematika Penulisan Hukum

    Agar skripsi ini dapat tersusun secara teratur dan berurutan sesuai apa yang

    hendak dituju dan dimaksud dengan judul skripsi, maka dalam sub bab ini penulius

    akan membuat sistematika sebagai berikut :

    BAB I : Pendahuluan

    Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang pendahuluan dari

    penyusunan skripsi ini yang terdiri dari beberapa sub–sub bab, yaitu: Latar

    Belakang Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan

    Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Skripsi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    BAB II : Tinjauan Pustaka

    Dalam Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang dibagi menjadi dua,

    yang pertama yaitu kerangka teori yang berisi tinjauan umum tentang

    perjanjian kerja, tinjauan umum tentang hubungan kerja, tinjauan umum

    tentang perlindungan hukum terhadap pekerja dan tinjauan umum tentang

    penyedia jasa pekerja. Yang kedua yaitu kerangka pemikiran.

    BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Dalam bab ini akan menguraikan penjelasan dari hasil konfirmasi yang

    telah diperoleh di lapangan dan membahasnya sesuai dengan perumusan

    masalah yang telah ditentukan penulis yaitu mengenai jenis pekerjaan

    yang menjadi obyek perjanjian sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan dan sudah ada atau belum perlindungan hukum bagi hak-hak

    pekerja dalam perjanjian penyedia jasa pekerja di PT. Sandhy Putra

    Makmur.

    BAB IV : Penutup

    Dalam bab ini berisi tentang simpulan dirumuskan secara singkat dan jelas

    menjawab rumusan masalah yang sinkron dengan pembahasan serta

    rumusan masalah dan saran sebagai solusi atas masalah.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kerangka Toeri

    1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kerja

    a. Pengertian Perjanjian Kerja

    Perjanjian pekerja/kesepakatan kerja bersama atau istilah yang

    dipergunakan dalam Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang

    ketenagakerjaan adalah perjanjian kerja bersama. Perjanjian ini dikenal dalam

    khasanah hukum Indonesia berdasarkan ketentuan dalam KUHPerdata Pasal

    1601, disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah peraturan yang dibuat oleh

    seorang atau beberapa orang perkumpulan pengusaha yang berbadan hukum

    dan atau beberapa serikat pekerja yang berbadan hukum mengenai syarat-

    syarat kerja yang harus diindahkan pada waktu membuat perjanjian kerja

    (Lalu Husni, 2003:66).

    Menurut Pasal 1601a KUHPerdata memberikan pengertian

    perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (pekerja)

    mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak lain (pengusaha) untuk

    suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah. Dari

    pengertian pasal diatas Sendjun H. Manulang (1990:64) menguraikan

    perjanjian kerja sebagai berikut:

    1) Perjanjian antar seorang pekerja dengan pengusaha/pemberi kerja untuk

    melakukan pekerjaan.

    2) Dalam mekakukan pekerjaan itu pekerja harus tunduk dan berada

    dibawah perintah pengusaha/pemberi kerja.

    3) Sebagai imbalan dari pekerjaan yang dilakukan, pekerja berhak atas upah

    yang wajib dibayar oleh pengusaha/pemberi kerja.

    Pendapat lain dikemukakan oleh Iman Soepomo yang mengatakan

    perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (pekerja),

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    mengikatkan diri untuk bekerja dengan meneriama upah dari pihak kedua

    yakni pengusaha, dan pengusaha mengikatkan diri untuk mempekerjakan

    pekerja dengan bayaran upah (Lalu Husni, 2003:54). Dalam bukunya Abdul

    Khakim (2003:27) perjanjian kerja ialah perjanjian antara seorang pekerja

    dan seorang majikan, perjanjian mana ditandai dengan ciri adanya suatu upah

    atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan diperatas

    (dienstverhoending), dimana pihak majikan berhak memberikan perintah

    yang harus ditaati oleh pihak lain.

    Menurut Pasal 1 angka 14 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

    Tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian perjanjian kerja adalah

    suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau pemberi kerja yang

    memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Dari

    pengertian diatas dapat diketahui bahwa ciri khusus dari perjanjian kerja

    adalah dibawah perintah pihak lain (majikan), ini menunjukkan bahwa

    hubungan antara pengusaha dan pekerja adalah hubungan atasan dan

    bawahan.

    Perjanjian kerja mempunyai manfaat yang besar bagi para pihak

    yang mengadakan perjanjian tersebut. Pasal 124 ayat 1 Undang-undang

    No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian

    kerja paling sedikit memuat:

    1) Hak dan kewajiban pengusaha

    2) Hak dan kewajiaban pekerja

    3) Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya peranjian kerja

    4) Tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja

    b. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Kerja

    Pembuatan perjanjian kerja menurut Darwan Prinst (2000:64) dalam

    ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata haruslah diperhatikan. Sahnya suatu

    perjanjian sesuai pasal tersebut haruslah memenuhi 4 syarat sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri;

    Artinya bahwa perjanjian itu haruslah merupakan kesepakatan dari para

    pihak yang membuatnya. Perjanjian yang tidak memenuhi ketentuan

    tersebut adalah batal.

    2) Kecakapan membuat perjanjian;

    Kecakapan dalam membuat perjanjian menurut Pasal 330 KUHPerdata

    ditentukan bahwa seseorang cakap hukum (dewasa) apabila telah berusia

    21 tahun. Sedangkan dalam undang undang ketenagkerjaan seseorang

    dianggap cakap dalam bekerja apabila sudah berumur 18 tahun.

    3) Suatu hal tertentu;

    Objek dari suatu perjanjian haruslah ada, dalam perjanjian kerja, maka

    objeknya adalah perjanjian tentang melakukan pekerjaan. Dalam

    perjanjian tersebut akan dirinci mengenai pekerjaan yang akan dilakukan,

    waktu kerja, waktu istirahat, besarnya upah dan lain-lain.

    4) Suatu sebab yang halal;

    Artinya bahwa isi perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan undang-

    undang, moral, adat istiadat, kesusilaan dan lain-lain.

    Seperti halnya syarat pembuatan suatu perjanjian yang terdapat

    dalam Pasal 1320 KUHPerdata diatas, suatu perjanjian kerja harus memenuhi

    syarat sahnya perjanjian sebagai mana yang diatur dalam Pasal 52 ayat 1

    undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang

    menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar:

    1) Kesepakatan kedua belah pihak.

    2) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum.

    3) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan. dan

    4) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban

    umum, kesusilaan, dan peraturan-perundang undangan yang berlaku.

    Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus dipenuhi

    semuanya baru dapat dikatakan bahwa perjanjian tersebut sah. Syarat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    kemauan bebas kedua belah pihak dan kemampuan atau kecakapan kedua

    belah pihak dalam hukum perdata disebut sebagai syarat subjektif karena

    menyangkut mengenai orang yang membuat perjanjian, sedangkan syarat

    adanya pekerjaan yang diperjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan harus

    halal disebut sebagai syarat objektif karena mnyangkut objek perjanjian. Jika

    syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum artinya

    dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada (Lalu Husni,

    2003:39).

    Jika yang tidak dipenuhi syarat subjektif, maka akibat hukum dari

    perjanjian tersebut dapat dibatalkan, pihak-pihak yang tidak memberikan

    persetujuan secara tidak bebes, demikian juga oleh orang tua/wali atau

    pengampu bagi orang yang tidak cakap membuat perjanjian dapat meminta

    pembatalan perjanjian itu kepada hakim. Dengan perjanjian tersebut

    mempunyai kekuatan hukum selama belum dibatalkan oleh hakim (Lalu

    Husni, 2003:39).

    Syarat esensial dari perjanjian kerja adalah adanya:

    1) Pekerjaan

    2) Upah

    3) Kewenangan dari pihak pengusaha memberi instruksi, pimpinan,

    bimbingan kepada pekerja yang dipekerjakan (sub ordinasi) (Darwan

    Prinst, 2000:63).

    c. Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja

    Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/atau tertulis,

    namun demikian secara normatif, bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan

    kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat

    membantu proses pembuktian. Pengecualian untuk beberapa perjanjian kerja

    tertentu seperti perjanjian kerja laut, perjanjian kerja AKAD (antar kerja antar

    daerah), dan perjanjian kerja AKAN (antar kerja antar negara) harus dibuat

    secara tertulis (Sendjun H. Manulang, 1990:69).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    Bagi perjanjian kerja waktu tertentu yang dibuat secara tertulis,

    ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin, serta harus

    memuat:

    1) Nama dan alamat pengusaha/perusahaan 2) Nama, alamat, umur dan jenis kelamin pekerja 3) Jabatan atau jenis/macam pekerjaan 4) Besarnya upah serta cara pembayarannya 5) Hak dan kewajiban pekerja 6) Hak dan kewajiban pengusaha 7) Syarat-syarat kerjanya 8) Jangka waktu berlakunya perjanjian kerja 9) Tempat atau lokasi kerja 10) Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat dan tanggal mulai berlaku

    (Djumialdji:2001,35).

    Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat rangkap 3 dan masing masing

    diberikan kepada pekerja, pengusaha dan kantor departemen tenaga kerja

    setempat. Perjanjian kerja waktu tertentu harus didaftarkan pada Kandep

    setempat dalam waktu selambat-lambatnya 14 hari sejak ditandatangani.

    Biaya dalam rangka pembuatan perjanjian kerja menjadi tanggungan

    pengusaha (Djumialdji:2001,35).

    Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi

    hubungan kerja yang dibatasi jangka waktu berlakunya, dan waktu tidak

    tertentu bagi hubungan kerja yang tidak dibarasi jangka waktu berlakunya

    atau selesainya pekerjaan tertentu. Macam-macam perjanjian kerja menurut

    bab 7A buku III KUHPerdata tidak secara tegas ditentukan. Namun

    demikian, dari beberapa pasal dalam KUHPerdata dapat diketahui ada 2

    macam perjanjian kerja, yaitu:

    1) Perjanjian kerja waktu tertentu

    Perjanjian kerja waktu tertentu adalah perjanjian kerja yang

    jangka waktu belakunya ditentukan dalam perjanjian kerja tersebut. Pada

    umumnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu diadakan untuk suatu

    pekerjaan yang tidak bersifar kontinyu atau dengan lain perkataan suatu

    pekerjaan yang sudah dapat diperkirakan pada suatu saat akan selesai dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    tidak akan dilanjutkan walaupun ada kemungkinan perpanjangan, karena

    mungkin waktu yang diperkirakan ternyata tidak cukup (Sendjun H.

    Manulang, 1990:69).

    Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diambil dari kesimpulan

    Pasal 1603 e ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi: hubungan kerja berakhir

    demi hukum jika habis waktunya yang ditetapkan dalam perjanjian atau

    peraturan-peraturan atau dalam peraturan perundang-undangan atau jika

    semuanya itu tidak ada menurut kebiasaan. Dengan demikian perjanjian

    waktu tertentu ada 3 macam, yaitu:

    a) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya

    ditentukan menurut perjanjian

    b) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya

    ditentukan menurut Undang-undang

    c) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dimana waktu berlakunya

    ditentukan menurut kebiasaan (Djumialdji, 2001:24).

    Pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu terdapat syarat

    pembuatannya yang terbagi menjadi dua macam (Abdul Khakim,

    2003:34), yaitu:

    a) Syarat materiil

    Syarat materiil seperti yang diatur pada Pasal 52 Ayat 1 Undang-

    Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dan juatur pula

    bahwa perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan

    adanya masa percobaan kerja (pasal 58 ayat 1 Undang-Undang No 13

    Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan). Jika ada perjanjian kerja watu

    tertentu yang mensyaratkan masa percobaan, maka perjanjian kerja

    waktu tertentu tersebut batal demi hukum.

    b) Syarat formil

    Sesuai ketentuan Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003

    Tentang Ketenagakerjaan, syarat formil harus memuat:

    i) Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    ii) Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja

    iii) Jabatan atau jenis pekerjaan

    iv) Tempat pekerjaan

    v) Besarnya upah dan cara pembayarannya

    vi) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha

    dan pekerja

    vii) Jangka wartu mulai berlakunya perjanjian kerja

    viii) Tempat dan lokasi perjanjian kerja dibuat

    ix) Tandatangan para pihak dalam penjanjian kerja

    Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat

    secara tertulis, hal ini sesuai dengan Pasal 57 Undang-undang no.13

    tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Ketentuan tersebut dimaksud untuk

    lebih menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan sebunungan

    dengan berkhirnya perjanjian kerja tersebut. Perjanjian kerja untuk waktu

    tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan (Lalu Husni,

    2003:60).

    2) Perjanjian kerja waktu tidak tertentu

    Mengenai hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 1603g ayat 1

    KUHPerdata yang berbunyi: jika waktu lamanya hubungan kerja tidak

    ditentukan baik dalam perjanjian atau peraturan perusahaan, maupun

    dalam peraturan perundang-undangan atau pun menurut kebiasaan, maka

    hubungan kerja itu dipandang diadakan untuk waktu tidak tertentu.

    Dengan demikian perjanjian kerja utnuk waktu tidak tertentu adalah

    perjanjian kerja di mana waktu berlakunya tidak ditentukan baik dalam

    perjanjian, undang-undang ataupun dalam kebiasaan (Djumialdji,

    2001:26).

    Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya

    disebut dengan perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja tidak

    tetap. Status pekerjanya adalah pekerja tidak tetap. Sedangkan pada

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut

    dengan perjanjian kerja tetap dan status pekerjanya adalah pekerja tetap.

    d. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja

    Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pekerja

    dengan pengusaha dengan objeknya adalah pekerjaan. Dalam perjanjan itu

    akan dimuat mengenai hak dan kewajiban dari para pihak yang timbul karena

    terjadinya suatu hubungan kerja yang didasarkan pada perjanjian kerja antara

    pengusaha dan pekerja. Hak dan kewajiban harus dipenuhi agar tercipta

    hubungan kerja yang serasi. Hak dari pihak yang satu rupakan kewajiban bagi

    pihak yang lainnya, demikian juga sebaliknya kewajiban pihak yang satu

    merupakan hak bagi pihak yang lainnya.

    Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pekerja

    menurut Lalu Husni (2003:62) antara lain:

    1) Kewajiban melakukan pekerjaan

    2) Kewajiban mentaati tata tertib

    3) Kewajiban membayar ganti rugi dan denda

    KUHPerdata Pasal 1603d mengatakan bahwa pekerja yang baik

    adalah pekerja yang menjalankan kewajiban-kewajiban dengan baik, yang

    dalam hal ini kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan segala

    sesuatu dalam keadaan yang sama, sebarusnya dikalukan atau tidak

    dilakukan. Selanjutnya dalam KUHPerdata dirinci tentang berbagai

    kewajiban dari Pekerja, yaitu:

    1) Pekerja berkewajiban melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut

    kemampuannya dengan sebaik-baiknya;

    2) Pekerja berkewajiban melakukan sendiri pekerjaannya, hanya dengan

    seizin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga untuk menggantikannya;

    3) Pekerja wajib taat terhadap peraturan mengenai hal melakukan

    pekerjaannya;

    4) Pekerja yang tinggal pada pengusaha, wajib berkelakuan baik menurut

    tata tertib rumah tanga pengusaha.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Pendapat tambahan lain dikemukakan oleh Abdul Khakim (2003:26)

    yang diatur dalam KUHPerdata, kewajiban pekerja ialah:

    1) Melaksanakan tugas/pekerjaan sesuai dipejanjikan dengan sebaik-

    baiknya (Pasal 1603 KHUPerdata)

    2) Melakukan pekerjaannya sendiri, tidak dapat digantikan oleh orang lain

    tanpa izin pengusaha (Pasal 1603a KUHPerdata)

    3) Menaati peraturan dalam melasanakan pekerjaan (Pasal 1603b

    KUHPerdata)

    4) Menaati peraturan tata tertib dan tata cara yang berlaku di perusahaan

    tersebut (Pasal 1603c KUHPerdata)

    5) Melaksanakan tugas dan segala kewajibannya secara layak (Pasal 1603d

    KUHPerdata)

    6) Membayar ganti rugi atau denda (Pasal 1601w KUHPerdata)

    Kewajiban umum dari pengusaha sebagai akibat timbulnya hubungan

    kerja adalah membayar upah. Sedangkan kewajiban tambahan adalah

    memberikan surat keterangan kepada pekerja yang dengan karena

    kemauannya sendiri hendak berhanti bekerja diperusahaan tersebut.

    Demikian pula kewajiban-kewajiban lain yang harus dipenuhi oleh

    pengusaha menurut Abdul Khakim (2003:26) adalah:

    1) Mengatur pekerjaan dan tempat kerja (Pasal 1602 u,v,w dan y

    KUHPerdata);

    2) Membayar upah kepada pekerja (Pasal 1602 KUHPerdata);

    3) Kewajiban memberikan istirahat/cuti (Pasal 1602v KUHPerdata);

    4) Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan (Pasal 1602x

    KUHPerdata);

    5) Kewajiban memberikan surat keterangan (Pasal 1602z KUHPerdata);

    e. Berakhirnya Perjanjian Kerja

    Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja

    karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban

    antara pekerja/buruh dan pengusaha (Pasal 1 ayat 25 Undang-undang Nomor

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan). Menurut Halim dalam Abdul

    Khakim (2003:108) pemutusan hubungan kerja adalah suatu langkah

    pengakhiran hubungan kerja antara buruh dan pengusaha karena suatu hal

    tertentu. Pasal 1 angka 25 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja adalah

    pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan

    berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha.

    Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam Pasal 150

    Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan meliputi

    pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum

    atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan

    hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial

    dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang

    lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Ada beberapa

    cara yang dapat mengakibatkan berakhirnya/putusnya hubungan kerja

    menurut (Sendjun H. Manulang, 1990:70), yaitu:

    1) Putus demi hukum

    Berdasarkan ketentuan ini pemutusan hubungan kerja demi hukum dalam

    praktek dan secara yuridis disebabkan oleh:

    a) Berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu

    b) Pekerja telah mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam perjanjian

    kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama

    c) Pekerja meninggal dunia (Abdul Khakim, 2003:109)

    2) Diputuskan oleh pengusaha

    Pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha ialah pemutusan hubungan

    kerja dimana kehendak atau prakarsanya berasal dari pengusaha, karena

    adanya pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh pekerja atau

    mungkin karena faktor-faktor lain, seperti pengurangan tenaga kerja,

    perusahaan tutup karena merugi, perubahan status dan sebagainya (Abdul

    Khakim, 2003:112).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    3) Diputuskan oleh pihak pekerja

    Pemutusan hubungan kerja oleh pekerja ialah pemutusan hubungan kerja

    yang timbul karena kehendak pekerja secara murni tanpa adanya

    rekayasa pihak lailn (Abdul Khakim, 2003:110).

    4) Karena putusan pengadilan.

    Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan ialah tindakan pemutusan

    hubungan kerja karena adanya putusan hakim pengadilan. Dalam hal ini

    salah satu pihak mengajukan pembatalan perjanjian kepada pengadilan

    (Abdul Khakim, 2003:110)

    2. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Kerja

    a. Pengertian Hubungan Kerja

    Hubungan kerja di Indonesia diawali dengan suatu masa yang sangat

    suram yakni zaman perbudakan, rodi dan poenale sanksi. Terjadinya

    perbudakan pada masa dahulu disebabkan karena raja, pengusaha yang

    mempunyai ekonomi kuat membutuhkan orang yang dapat mengabdi

    kepadanya, sementara penduduk miskin yang tidak berkemampuan secara

    ekonomi saat itu cukup banyak yang disebabkan karena rendahnya kualitas

    sumber daya manusia sehingga tidak mengherankan perbudakan hidup

    tumbuh berkembang dengan subur (Lalu Husni, 2000:2)

    Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha

    yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja (lalu husni, 2005:53). Hubungan

    kerja meurut pasal 1 angka 15 undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

    Tentang Ketenagakerjaan, adalah hubungan antara pengusaha dan pekerja

    berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan

    perintah. Hubungan kerja menurut Sendjun H. Manulang (1990:63) adalah

    suatu hubungan antara pengusaha dengan pekerja yang timbul dari perjanjian

    kerja yang diadakan untuk waktu tertentu maupun waktu yang tidak tertentu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    Hubungan kerja hanya lahir karena adanya perjanjian kerja.

    Perjanjian kerja melahirkan perikatan, perikatan yang lahir karena perjanjian

    kerja inilah yang merupakan hubungan kerja. Hubungan kerja hanya ada

    apabila salah satu pihak dalam perjanjian dinamakan pengusaha dan pihak

    lainnya dinamakan pekerja atau pekerja. Digunakannya perkaataan hubungan

    kerja, untuk menunjukkan bahwa hubungan kerja antara majikan dengan

    pekerja mengenai kerja (Abdul Rahcmad Budiono, 1995:25). Dari pengertian

    diatas jelaslah bahwa hubungan kerja sebagai bentuk hubungan hukum lahir

    atau percipta setelah adanya perjanjian kerja antara pekerja dengan

    pengusaha.

    b. Unsur-Unsur Hubungan Kerja

    Dengan adanya perjanjian kerja akan timbul hubungan kerja, dan

    hubungan kerja harus memenuhi unsur-unsur, tiga unsur yang menentukan

    adanya hubungan kerja menurut (Sendjun H. Manulang, 1990:64), adalah

    1) Adanya pekerjaan yang dilakukan

    Suatu hubungan kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan, pekerjaan

    tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja. Hal ini seperti yang

    terdapat dalam KUHPerdata Pasal 1603a, yang berbunyi: pekerja wajib

    melakukan sendiri pekerjaanya, hanya dengan seizin majikan ia dapat

    menyuruh orang ketiga menggantikannya.

    2) Adanya perintah (bekerja sesuai perintah atasan/pengusaha)

    Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh

    pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah

    pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan diperjanjikan.

    3) Adanya upah

    Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat

    dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha

    adalah untuk memeperoleh upah.

    Hampir sama dengan pendapat seorang pakar Hukum

    Ketenagakerjaan dari negeri Belanda, yaitu Prof, Mr. M.G. Rood dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    makalah Retno Kusumayanti (2010:4), dan diperkuat dengan pendapat Abdul

    Khakim (2003:25) menyebutkan bahwa hubungan kerja harus memenuhi 4

    (empat) unsur, yaitu berupa unsur-unsur yang terdiri dari:

    1) Ada unsur work atau pekerjaan (terdapat dalam Pasal 1601a KUHPerdata

    dan Pasal 341 KUHDagang);

    2) Adanya unsur service atau pelayanan (terdapat dalam Pasal 1603b

    KUHPerdata);

    3) Adanya unsur time atau waktu tertentu (karena tidak ada hubungan kerja

    berlangsung terus-menerus);

    4) Adanya unsur pay atau upah (terdapat dalam Pasal 1603p KUHPerdata).

    Hubungan kerja ini menunjukkan kedudukan kedua pihak tersebut,

    yang pada dasarnya menggambarkan hak-hak dan kewajibab-kewajiban

    kedua belah pihak yaitu hak-hak dan kewajiban-kewajiban pekerja terhadap

    pengusaha, serta hak-hak dan kewajiban-kewajiban pengusaha terhadap

    pekerja (Sendjun H. Manulang, 1990:64).

    Hubungan kerja setelah adanya contract of employment, isinya

    tentang peraturan perusahaan dan peraturan kerja. Pihak–pihak yang terkait

    dalam hubungan kerja adalah:

    1) Pekerja

    Istilah pekerja sangat populer dalam dunia ketenagakerjaan, pada

    zaman belanda yang dimaksud buruh adalah pekerja kasar seperti kuli,

    tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar. Sedangkan yang

    melakukan pekerjaan dikantor pemerintah maupun swasta disebut

    sebagai pekerja atau white collar (Lalu Husni, 2003:33). Akan tetapi

    setelah Indonesia merdeka tidak ada perbedaan antara buruh halus

    maupun buruh kasar. Semua orang yang bekerja di perusahaan swasta

    perorangan maupun berbadan hukum disebut pekerja dan mempunyai

    hak dan kewajiban yang sama.

    Pengertian pekerja yang beredar dalam masyarakat berbeda-beda,

    dalam masyarakat berkembang istilah pekerja dibedakan karena adanya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    beberapa faktor yang berkembang dalam masyarakat itu sendiri, misalnya

    buruh, karyawan dan pekerja tetapi pada dasarnya semua istilah itu adalah

    sama pegertiannya, yaitu orang yang bekerja pada orang lain dengan

    menerima upah (Darwan Prinst, 2000:20). Istilah pekerja dalam Pasal 1

    angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakarjaan memberikan pengertian pekerja adalah setiap orang

    yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun.

    Staatsblad 1931 nomor 366 mendifinisikan pekerja adalah pegurus

    perusahaan dan mereka yang dibawah pimpinan atau pengawasan atas

    pekerjaan di lapangan, pabrik, tempat kerja atau kantor. Selanjutnya

    peraturan pemerintah nomor 8 tahun 1981 tentang pengusaha, pekerja

    adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha dengan menerima

    upah. Oleh karena itu ruang lingkup pekerja sangat luas, yakni dapat

    meliputi pembantu rumah tangga, tukang becak sampai pimpinan

    perusahaan yang menerima upah sebagai imbalan prestasinya dari

    majikan (Darwan Prinst, 2000:22).

    2) Pengusaha

    Pengusaha adalah orang atau badan hukum yang menjalankan

    perusahaan milik sendiri atau milik orang lain atau mewakili orang atau

    badan hukum yang berkedudukan diluar negeri, yang mempekerjakan

    seorang pekerja atau lebih dengan membayar upah. Oleh karena itu dapat

    dipahami pengertian pengusaha itu sangat luas, karena dapat berupa

    perorangan, pemikik dari suatu usaha, pengurus dari suatu badan hukun

    baik Yayasan, Perseorangan Terbatas, Koperasi, IMA dan badan usaha

    lainnya seperti Firma, CV dan lainnya asal mempekerjakan minimal

    seorang pekerja dengan memberikan upah (Darwan Prinst, 2000:36).

    Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa pengertian pengusaha adalah:

    a) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

    menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    b) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara

    berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.

    c) Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di

    Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud pada point i

    dan ii yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

    Sedangkan pengertian perusahaan merurut Pasal 1 angka 6

    Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    menjelaskan bahwa pengertian perusahaan adalah:

    a) Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

    perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

    swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja dengan

    membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

    b) Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus

    dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan

    dalam bentuk lain.

    Dari uraian diatas jelas bahwa pengertian pengusaha merujuk pada orangnya,

    sedangkan pengertian perusahaan merujuk pada bentuk usahanya.

    3. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum terhadap Pekerja

    Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan

    masyarakat, maka perlu dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga

    keselamatannya dalam menjakankan pekerjaan. Demikian pula perlu diusahakan

    ketenangan dan kesehatan pekerja, sehingga kewaspadaan dalam menjalankan

    pekerjaan itu tetap terjamin. Ulasan merupakan program perlindungan pekerja,

    yang dalam praktik sehari-hari berguna untuk dapat mempertahankan

    produktifitas dan kestabilan pengusaha.

    Perlindungan hukum bagi pekerja pada dasarnya mengandung dua unsur

    yaitu perlindungan hukum preventif dan represif. Pada perlindungan hukum

    prefentif, tujuannya adalah menghindari sengketa. Perlindungan hukum bagi

    para pekerja ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian atas hak dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    kewajiban para pekerja yang berkaitan dengan norma kerja yang meliputi waktu

    kerja, waktu istirahat, istirahat cuti, waktu lembur bagi pekerja perempuan.

    Perlindugnan ini sebagai wujud pengakuan terhadap hak-hak pekerja sebagai

    manusia yang harus diperlakukan secara manusiawi dengan mempertimbangkan

    keterbatasan kemampuan fisiknya, sehingga harus diberikan waktu yang cukup

    untuk beristirahat (Lalu Husni, 2003:83).

    Jenis perlindugnan pekerja dikemukankan oleh Zainal Asikin (1993:76)

    pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu:

    a. Perlindungan ekonomis

    Yaitu perlindungan pekerja dalam bentuk penghasilan yang cukup,

    termasuk bila pekerja tidak mampu bekerja diluar kehendaknya. Perlindungan

    ekonomis ini meliputi:

    1) Perlindungan pemberian upah terhadap pekerja

    Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan untuk memenuhi

    penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan

    penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

    pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja

    seperti yang terdapat dalam Pasal 88 Undang-undang Nomor 13 Tahun

    2003 tentang Ketenagakerjaan. Kebijakan pengupahan yang melindungi

    pekerja meliputi :

    a) Upah minimum.

    b) Upah kerja lembur.

    c) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan.

    d) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

    pekerjaannya.

    e) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.

    f) Bentuk dan cara pembayaran upah.

    g) Denda dan potongan upah.

    h) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah.

    i) Struktur dan skala pengupahan yang proporsional.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    j) Upah untuk pembayaran pesangon.

    k) Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

    Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan wilayah

    propinsi atau kabupaten/kota dan berdasarkan sektor ada wolayah

    wilayah provinsi atau kabupaten/kota yang ditentukan dalam pasal 89

    Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan karena

    kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan

    pertumbuhan ekonomi.

    Pemberian perlindungan hukum kepada para pekerja mengenai

    pemberian upah kerja diatur dalam Pasal 95 Undang-undang Nomor 13

    Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa:

    a) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda.

    b) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja.

    c) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja, dalam pembayaran upah.

    2) Jamsostek

    Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja, dalam

    bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari

    penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat

    peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa

    kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

    Tujuannya untuk memberikan ketenangan kerja, meningkatkan disiplin

    dan produktivitas tenaga kerja (Darwan Prinst:2000,149).

    Program jamsostek mempunyai beberapa aspek, antara lain:

    a) Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

    minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

    b) Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbang

    tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja

    (Darwan Prinst:2000,150).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    Menurut Darwan Prinst (2000,164) peserta jamsostek adalah

    pengusaha dan tenaga kerja. Pasal 17 Undang-undang Nomor 3 Tahun

    1992 mewajibkan pengusaha dan tenaga kerja dalam jamsostek.

    Pengusaha dimaksud dalam pasal tersebut adalah:

    a) Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu

    perusahaan mikik sendiri.

    b) Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri

    menjalankan perusahaan bukan miliknya.

    c) Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia,

    mewakili perusahaan sebagaimana dalam huruf a dan b yang

    berkedudukan di luar wilayah Indonesia (Pasal 1 butir 3 Undang-

    undang Nomor 3 Tahun 1992).

    Sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

    melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja, guna

    menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

    (Pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992).

    Setiap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh

    jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat

    dalam Pasal 100 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan, yang menyatakan:

    a) Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan.

    b) Penyediaan fasilitas kesejahteraan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja dan ukuran kemampuan perusahaan.

    c) Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan pekerja dan ukuran kemampuan perusahaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    3) Perlindungan terhadap pemberian tunjangan hari raya (THR)

    Permenaker No. 4 Tahun 1994 tanggal 16 September 1994

    mengatur tentang Tunjangan Hari Raya (THR) yang harus diterima

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    pekerja setiap tahun sekali, yakni pada saat melaksanakan hari raya

    keagamaan masing-masing. Perusahaan wajib membayar THR kepada

    para pekerja minimal 1 bulan gaji dan harus dibayar paling lambat 7 hari

    sebelum hari raya keagamaan (Darwan Prinst:2000,61). Menurut Pasal

    1d Permenaker No. 4 Tahun 1994 Tentang Tunjangan Hari Raya

    Keagamaan Bagi Pekerja diperusahaan, Tunjangan Hari Raya

    Keagamaan yang selanjutnya disebut THR, adalah pendapatan pekerja

    yang wajib dibayarkan oleh Pengusaha kepada pekerja atau keluarganya

    menjelang Hari Raya Keagamaan yang berupauang atau bentuk lain.

    Menurut Pasal 2 Permenaker No. 4 Tahun 1994 Tentang

    Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja diperusahaan, Pengusaha

    wajib memberikan T H R kepada pekerja yang telah mempunyai masa

    kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih. Perhitungan THR yang

    diterima pekerja menurut Khoirulkhuluq’s Weblog :

    a) Pekerja dengan masa kerja kurang dari 3 bulan, tidak mendapat THR

    b) Pekerja dengan masa kerja 3 bulan atau lebih tetapi masih kurang dari

    4 bulan mendapat THR sebesar 25% dari Gaji Pokok

    c) Pekerja dengan masa kerja 4 bulan atau lebih tetapi masih kurang dari

    5 bulan mendapat THR sebesar 33% dari Gaji Pokok

    d) Pekerja dengan masa kerja 5 bulan atau lebih tetapi masih kurang dari

    6 bulan mendapat THR sebesar 42% dari Gaji Pokok

    e) Pekerja dengan masa kerja 6 bulan atau lebih tetapi masih kurang dari

    7 bulan mendapat THR sebesar 50% dari Gaji Pokok

    f) Pekerja dengan masa kerja 7 bulan atau lebih tetapi masih kurang

    dari 8 bulan mendapat THR sebesar 58% dari Gaji Pokok

    g) Pekerja dengan masa kerja 8 bulan atau lebih tetapi masih kurang dari

    9 bulan mendapat THR sebesar 67% dari Gaji Pokok

    h) Pekerja dengan masa kerja 9 bulan atau lebih tetapi masih kurang dari

    10 bulan mendapat THR sebesar 75% dari Gaji Pokok

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    i) Pekerja dengan masa kerja 10 bulan atau lebih tetapi masih kurang

    dari 11 bulan mendapat THR sebesar 83% dari Gaji Pokok

    j) Pekerja dengan masa kerja 11 bulan atau lebih tetapi masih kurang

    dari 12 bulan mendapat THR sebesar 92% dari Gaji Pokok

    k) Pekerja dengan masa kerja 12 bulan atau lebih mendapat THR sebesar

    100% dari Gaji Pokok (www. Khoirulkhuluq.com)

    Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak

    lainnya dari pekerja merupakan utang yang didahulukan pembayarannya.

    b. Perlindungan sosial

    Yaitu perlindungan pekerja dalam bentuk jaminan kesehatan pekerja,

    kebebasan berserikat dan perlindungan hak dalam berorganisasi.

    Perlindungan sosial diberikan oleh perusahaan kepada:

    1) Pengusaha yang mempekerjakan penyandang cacat

    Perlindungan terhadap pekerja penyandang cacat terdapat dalam

    Pasal 67 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

    yang menyatakan bahwa Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja

    penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis

    dan derajat kecacatannya. Pemberian perlindungan tersebut dilaksanakan

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2) Pengusaha yang mempekerjakan Anak-anak

    Pengusaha dilarang mempekerjakan anak-anak, kecuali bagi anak

    yang berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas)

    tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu

    perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial. Pengusaha yang

    mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi

    persyaratan:

    a) Izin tertulis dari orang tua atau wali.

    b) Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali.

    c) Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    d) Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah.

    e) Keselamatan dan kesehatan kerja.

    f) Adanya hubungan kerja yang jelas.

    g) menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    h) Ketentuan sebagaimana dimaksud huruf a, b, f, dan g dikecualikan

    bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya ( Pasal 68 Undang-

    undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan)

    Persyaratan mempekerjakan anak-anak terdapat juga dalam Pasal

    70 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

    menyatakan bahwa:

    a) Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian darikurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.

    b) Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit berumur 14 (empat belas)tahun.

    c) Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan syarat : i) Diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta

    bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan; dan ii) Diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

    Dalam mempekerjakan anak dapat memberikan arahan yang

    positif terhadap anak sesuai dengan Pasal 71 Ayat 1 Undang-undang

    Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa

    Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan

    minatnya. Dalam hal Pengusaha yang mempekerjakan anak sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi syarat :

    a) Di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; b) Waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; dan c) Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik,

    mental, d) Sosial, dan waktu sekolah (Pasal 71 Ayat 2 Undang-undang Nomor 13

    tahun 2003 tentang ketenagakerjaan)

    Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan pekerja

    dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    pekerja dewasa, seperti yang terdapat dalam Pasal 73 Undang-undang

    Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Larangan-larangan

    mempekerjakan anak terdapat dalam Pasal 74 Undang-undang Nomor 13

    tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa:

    a) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk.

    b) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi : i) Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya; ii) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau

    menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian;

    iii) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; dan/atau

    iv) Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

    v) Jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

    Perlindungan terhadap anak harus sangat diperhatikan oleh

    pemerintah, agar tidak ada penyalahgunaan dalam mempekerjakan anak.

    Pemerintah dalam hal melindungi pekerja anak sesuai dengan Pasal 75

    Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang

    menyatakan bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan upaya

    penanggulangan anak yang bekerja di luar hubungan kerja. Upaya

    penanggulangan anak yang bekerja di luar hubungan kerja ini

    selengkapnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    3) Pekerja perempuan

    Perlindungan hukum terhadap para pekerja perempuan terdapat

    dalam Pasal 76 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa:

    a) Pekerja perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    b) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

    c) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib : i) memberikan makanan dan minuman bergizi; dan ii) menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

    d) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

    e) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri.

    4) Waktu kerja

    Undang-undang No. 2 Tahun 1949 mengatur waktu kerja bagi

    para pekerja selama 7 jam sehari atau selama 40 jam dalam satu minggu.

    Dalam hal pekerjaan itu berbahaya bagi kesehatan atau keselamatan

    pekerja, maka waktu kerja itu tidak boleh melebihi dari 6 jam sehari atau

    selama 35 jam dalam satu minggu. Akan tetapi dalam prakteknya

    ketentuan ini belum berjalan sebagaimana mestinya, karena masih ada

    perusahaan yang mempekerjakan pekerjanya lebih dari 7 jam sehari.

    Didalam Undang-undang No. 2 Tahun 1949 juga mengatur bahwa

    setelah menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus-menerus, kepada

    pekerja harus diadakan waktu istirahat sedikitnya setengah jam. Waktu

    istirahat ini tidak termasuk jam bekerja. Dan dalam waktu satu minggu

    diadakan sedikitnya satu hari istirahat. Jadi pekerja maksimal hanya

    bekerja selama 6 hari kerja. Dalam prakteknya adakalanya pengaturan

    waktu istirahat ini diatur secara bergilir, sehingga jalannya perusahaan

    dapat berlangsung terus (Darwan Prinst:2000,125).

    Menurut Pasal 77 ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

    tentang Ketenagakerjaan mengatur tentang ketentuan waktu kerja, yaitu:

    a) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

    b) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Pasal 78 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan menerangkan bahwa Pengusaha yang mempekerjakan

    pekerja melebihi waktu kerja harus mendapatkan persetujuan pekerja

    yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling

    banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1

    (satu) minggu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu

    kerja wajib membayar upah kerja lembur. Ketentuan upah lembur kerja

    dapat ditentukan menggunakan kesepakatan antara pengusaha dan

    pekerja.

    5) Cuti

    Cuti adalah istirahat (perlop). Menurut Darwan Prinst, (2000,128)

    menyebutkan adanya beebrapa cuti, antara lain:

    a) Cuti haid

    Pasal 13 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948 menentukan, bahwa

    pekerja perempuan tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama

    dan kedua waktu haid. Tidak boleh diwajibkan disini berarti dia boleh

    bekerja, tetapi juga boleh tidak, terserah kepada pekerja wanita itu

    sendiri, dan pekerja tersebut harus memberitahukan keadaannya

    kepada pengusahanya untuk alas an izin tidak masuk bekerja.

    b) Cuti hamil/melahirkan/keguguran

    Pasal 13 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948 menentukan, bahwa

    pekerja wanita harus diberi istirahat satu setengah bulan sebelum

    saatnya ia menurut perhitungan akan melahirkan dan satu setengah

    bulan sesudah melahirkan atau keguguran kandungan.

    c) Cuti tahunan

    Dalam satu tahun sekali, pekerja mendapat hak untuk cuti selama 12

    hari kerja, sesuai dengan isi Pasal 14 Undang-undang Nomor 12

    Tahun 1948. Cuti tahunan baru dapat diambil oleh pekerja setiap

    tahun sekali setelah ia mempunyai masa kerja 12 bulan berturut-turut

    pada satu pengusaha atau beberapa pengusaha dalam satu perusahaan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    Hak mengambil cuti tahunan menjadi gugur, apabila dalam waktu 6

    bulan setelah lahirnya hak itu pekerja tidak menggunakannya. Ada

    kalanya dalam beberapa perusahaan cuti ini dapat diganti dengan

    uang, artinya bila pekerja tidak mengambil cuti maka diberikan

    sejumlah uang.

    d) Cuti besar

    Bagi pekerja yang telah bekerja selama 6 tahun terus-menerus pada

    seorang atau beberapa orang pengusaha dalam satu perusahaan,

    berhak atas istirahat selama 3 bulan 90 hari lamanya (Pasal 14 ayat 2

    Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948)

    e) Cuti karena menunaikan ibadah agama

    Bagi pekerja yang menunaikan ibadah agama juga diberikan waktu

    istirahat sepatutnya untuk menjalankan kewajibannya menuut

    agamanya (Pasal 15 ayat 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948

    dengan tidak mengurangi yang telah ditetapkan pada Pasal 10 ayat 1

    dan 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948)

    f) Cuti karena alasan penting

    Adanya suatu alasan penting juga menjadi alasan untuk memberikan

    cuti bagi seorang pekerja. Adapun yang dimaksud dengan alasan

    penting ini adsalah sebagai berikut:

    i) Pekerja menikah lama cuti 2 hari

    ii) Orangtua meninggal lama cuti 1 hari

    iii) Menyunatkan anak lama cuti 1 hari

    iv) Mertua meninggal lama cuti 1 hari

    v) Istri/suami meninggal lama cuti 2 hari

    vi) Sakit lama cuti 1 hari

    c. Perlindungan teknis

    Perlindungan teknis Yaitu perlindungan terhadap pekerja dalam

    bentuk kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. Pasal 9 Undang-undang

    No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Mengenai Tenaga Kerja

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas

    keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai

    dengan harkat dan martabat manusia dan moral agama (Sendjun H.

    Manulang, 1990:82).

    1) Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

    Pengartian keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau dari segi

    keilmuan, keselamatan dan sesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu

    pengetahuan dan penerapatnnya dalam usaha mencegah kemungkinan

    terjadinya kecelakaan dan penyakit akitab kerja di tempat kerja (Sendjun

    H. Manulang, 1990:83). Kesehatan kerja adalah bagian dari imlu

    kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan

    kesehatan yang sempurna baik phisik, mental maupun social sehingga

    memungkinkan dapat bekerja secara optimal (Sendjun H. Manulang,

    1990:89).

    Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang

    Keselamatan Kerja Pasal 1 yang dimaksud dengan tempat kerja ialah tiap

    ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana

    tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan

    suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

    Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Pasal

    2 mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di

    dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang

    berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

    Berbicara mengenai keselamatan kerja, maka yang dimaksudkan

    disini adalah yang bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan

    yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan

    insustri (Sendjun H. Manulang, 1990:87).

    2) Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja

    Tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    a) Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat

    kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

    b) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara

    efisien

    c) Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan

    apapun (Sendjun H. Manulang, 1990:83)

    Tujuan kesehatan kerja adalah:

    a) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang

    setinggi-tingginya baik phisik, mental maupun social

    b) Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

    disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja

    c) Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan

    pekerja

    d) Meningkatkan produktivitas kerja (Sendjun H. Manulang, 1990:89).

    Syarat-syarat keselamatan kerja menurut Undang-undang Nomor

    1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Pasal 3, ditetapkan syarat-

    syarat keselamatan kerja untuk :

    a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan; b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

    kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; e) Memberi pertolongan pada kecelakaan; f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

    kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;

    h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

    i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban; m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,

    cara dan proses kerjanya; n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

    tanaman atau barang;

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan; p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan

    dan penyimpanan barang; q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

    yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

    3) Kewajiban pengusaha berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

    Yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di

    tempat kerja adalah pimpinan atau pengurus tempat kerja/perusahaan

    atau pengusaha. Kewajiban pengusaha atau pimpinan perusahaan dalam

    melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

    a) Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, ia berkawajiban:

    i) Menunjukkan dan menjelaskan tentang:

    (a) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja

    (b) Semua alat pengamanan dari pelindung yang diharuskan

    (c) Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya

    ii) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja

    yang bersangkutan

    b) Terhadap pekerja yang telah/sedang dipekerjakan, ia berkewajiban:

    i) Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan,

    penanggulangan kebakaran, pemberian pertolongan pertama pada

    kecelakaan (P3K) da peningkatan usaha keselamatan dan kesehatan

    kerja pada umumnya.

    ii) Memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental secara berkala

    (Sendjun H. Manulang, 1990:84).

    4) Hak dan kewajiban pekerja berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan

    kerja

    Dari sudut pekerja, juga mempunyai hak dan kewajibab dalam

    pelaksanaan peselamatan dan kesehatan kerja.

    Kewajiban-kewajiban pekerja adalah:

    a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai

    pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    b) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan

    c) Memenuhi dan mentaati persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja

    yang berlaku ditempat kerja/perusahaan yang bersangkutan (Sendjun

    H. Manulang, 1990:86).

    Hak-hak pekerja adalah:

    a) Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan tersebut agar

    dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

    diwajibkan ditempat kerja/perusahaan yang bersangkutan.

    b) Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan bila syarat keselamatan

    dan kesehatan kerja serta alat perlindungan diri yang diwajibkan tidak

    memenuhi persyaratan, kecuali dalam hal khusus ditetapkan lain oleh

    pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat

    dipertangggungjawabkan (Sendjun H. Manulang, 1990:86).

    Beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun

    2003 tentang Ketenagakerjaan mengatut tentang kesehatan dan

    keselamatan kerja diantaranya adalah:

    a) Pasal 86 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai

    hak untuk memperoleh perlindunga