kak-g4-kppip-02.pdf

Upload: mmw

Post on 22-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    1/10

    KERANGKA ACUAN KERJA

    (KAK)

    PENGADAAN TENAGA PENDUKUNG ADMINISTRASI

    RESEPSIONIS

    KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN

    INFRASTRUKTUR PRIORITAS

    (KPPIP)

    Februari 2016

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    2/10

    1

    KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

    PENGADAAN TENAGA PENDUKUNG ADMINISTRASI RESEPSIONIS

    KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS

    (KPPIP)

    1. PENDAHULUAN

    Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) bermaksud merekrut 1 (satu)orang tenaga pendukung Resepsionis untuk pelaksanaan menerima, berkomunikasi dan

    berinteraksi dengan tamu yang berkaitan dengan kegiatan KPPIP.

    Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini untuk tenaga pendukung Resepsionis ini menguraikantentang pendahuluan, latar belakang KPPIP, tujuan dan sasaran kegiatan, lingkup pekerjaan,kualifikasi yang dibutuhkan, jangka waktu pelaksanaan, managemen pelaksanaan kegiatan,dan pembiayaan untuk kegiatan ini. Tenaga pendukung Resepsionis perlu bekerja secara

    penuh waktu (full time) untuk menunjang kegiatan pengadaan KPPIP secara berkelanjutan.

    2. LATAR BELAKANG

    2.1 Perkembangan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia

    2.1.1 Kondisi yang ada

    Indonesia merupakan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dengan total produk domestik bruto(PDB) hampir mencapai USD 1 trilyun. Pendapatan per kapita Indonesia diprediksi akanmeningkat menjadi sebesar US$ 14,900 pada tahun 2025 (peringkat 12 dunia) serta US$46,900 pada tahun 2045 (peringkat 7 atau 8 dunia). Jika sesuai dengan rencana Pemerintah,maka Indonesia akan masuk ke dalam negara kategori high income countrypada tahun 2025,namun hal ini akan sangat tergantung kepada perkembangan penyediaan infrastruktur diIndonesia.

    Indonesia memiliki semua hal-hal fundamental yang diperlukan untuk mencapai targettersebut berupa sumber daya alam yang berlimpah, lokasi yang strategis, jumlah pendudukyang besar (tenaga kerja dan pasar yang besar), dan lain lain. Namun perlu disadari bahwa

    potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia tidak serta

    merta bisa terwujud. Terdapat tantangan-tantangan yang perlu dihadapi, yaitu sebagaiberikut:

    1) Saat ini Indonesia sedang dilanda fase krisis infrastruktur yang terindikasidari beberapa indikator competitiveness index serta biaya logistik sebagai

    berikut:a.

    Biaya logistik di Indonesia mencapai 17% dari total biaya yangdikeluarkan oleh pengusaha. Angka itu tergolong paling boros dibanding

    biaya logistik di Malaysia yang hanya 8%, Filipina 7% dan Singapura 6%;b. Biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari total Produk Domestik

    Bruto (PDB) dan merupakan biaya logistik paling tinggi di dunia.2)

    Keterbatasan infrastruktur: Berdasarkan Global Competitiveness Report 2010,

    infrastruktur Indonesia berada pada rangking 82 dari 139 negara dan

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    3/10

    2

    membaiknya pada tahun 2012 menjadi rangking 76 dari 142 negara, namunpada tahun 2012 memburuk menjadi rangking 78 dari 144 negara.

    3) Keterbatasan ketersediaan anggaran pembiayaan infrastruktur: Anggaraninfrastruktur di Indonesia hanya 3% dari PDB Indonesia, sementara misalnyaPemerintah China menganggarkan setidaknya 8-10% dari PDB.

    Peringkat daya saing infrastruktur di Indonesia meningkat lebih tajam dari posisi 78 di tahun2012 menjadi posisi ke-61 ditahun 2013. Namun nilai investasi di Indonesia pada laporanBank Dunia untuk kuartal kedua tahun 2013 mengalami penurunan yang disebabkan oleh

    pelemahan investasi dalam sektor transportasi serta mesin-mesin dan peralatan asing.Peningkatan daya saing suatu negara berbanding sejajar dengan prospek pertumbuhannya,sedangkan infrastruktur sebagai konektivitas antar pusat pertumbuhan merupakan pendorongadanya pertumbuhan ekonomi. Kondisi pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini tidaksejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia. Indeks GCI tersebut diatas menunjukkan

    bahwa peningkatan daya saing infrastruktur Indonesia masih tidak dapat mengimbangipotensi daya saing Indonesia secara keseluruhan

    Selain itu, defisit enerji dan ketenagalistrikan, khususnya di daerah luar pulau Jawa,menyebabkan Indonesia menjadi kurang menarik bagi para investor untuk mengembangkan

    bisnis di Indonesia1. Permasalahan ini tentu akan mengganggu kemajuan perusahaan yangakan berinvestasi di Indonesia. Kondisi penyediaan infrastruktur yang kurang memadai saatini merupakan salah satu penyebab utama mengapa ekonomi di Indonesia saat ini kurangkompetitif2.

    Dengan angka-angka tersebut, masih banyak kebutuhan infrastruktur yang belumteranggarkan. Pada skema pembiayaan infrastruktur konvensional, Pemerintah Indonesia

    biasa memenuhi kekurangan anggaran ini dari pinjaman luar negeri. Melihat kondisiperekonomian dunia dan potensi Indonesia, skema pinjaman luar negeri untuk infrastrukturtidak lagi selalu diterapkan oleh Pemerintah dan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta(KPS) diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan pembiayaan infrastruktur.

    Secara umum, penyediaan infrastruktur di Indonesia terhambat oleh 3 pokok permasalahan,yaitu: (1) Peraturan dan perundangan di bidang infrastruktur yang tidak sinkron dan salingtumpang tindih menghalangi investasi swasta di bidang infrastruktur; (2) Perencanaan

    persiapan proyek infrastruktur tidak melibatkan semua stake holder terkait; (3) Pelaksanaanproyek yang buruk karena kurangnya pengawasan terhadap proyek-proyek infrastruktur yangsedang dilaksanakan dan pengambilan keputusan yang tidak efektif terhadap proyek-proyek

    yang sedang terhambat (bottleneck).

    2.1.2 Usaha-usaha Yang Telah Dilakukan oleh Pemerintah

    Pemerintah Indonesia telah merancang paket-paket peraturan perundang-undangan untukmempercepat penyediaan infrastruktur di Indonesia, diantaranya: (1) Peraturan terkait skema

    pembiayaan infrastruktur melalui KPS pada Peraturan Presiden No 67 Tahun 2005 yangdirevisi terakhir menjadi Peraturan Presiden No 38 Tahun 2015; (2) Peraturan untuk

    percepatan penyediaan lahan untuk kebutuhan publik yang dipayungi oleh Undang-Undang

    1Berdasarkan survey yang dikerjakan oleh The Asian Foundation, hampir 50% dari 13.000 perusahaan mengalami

    pemadaman listrik 3 kali dalam seminggu selama tahun 2010-2012.2Global Competitiveness Report

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    4/10

    3

    No 2 Tahun 2012 yang memastikan terselesaikannya pembebasan lahan dalam jangka waktumaksimum 583 hari; (3) Revisi dan perbaikan peraturan infrastruktur secara sektoral untukmendukung Peraturan Presiden terkait KPS; (4) Pembentukan institusi baru untukmendukung penyediaan infrastruktur, seperti: PT. PII sebagai BUMN penjamin risiko KPSdan PT. SMI dan PT. IIF sebagai BUMN pendukung pembiayaan KPS; (5) Beragam

    dukungan pembiayaan bagi aplikasi skema KPS, seperti: land capping, land revolving fund,Viability Gap Funding, Government Guarantee, (6) Beragam paket ekonomi yang mempercepatpertumbuhan infrastuktur, dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam praktiknya usahapenyediaan infrastruktur masih menemui hambatan/bottlenecks dari tumpang tindihnyakebijakan dan kewenangan yang ada di Indonesia.

    Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,8% dan juga bersaing dengan negara lain,pembangunan infrastruktur di Indonesia memerlukan percepatan baik dalam tahap persiapanmaupun konstruksi. Namun yang dibutuhkan bukan hanya percepatan, namun juga

    pembangunan infrastruktur yang memiliki kualitas baik dan memenuhi standar internasional.Untuk meningkatkan penyediaan infrastruktur di Indonesia tersebut diatas, Pemerintah telah

    memutuskan untuk menyusun proyek-proyek infrastruktur prioritas yang mempunyai dampaksecara nasional maupun lokal. Proyek-proyek infrastruktur prioritas yang dipilih akandiberikan perlakuan khusus, misalnya prioritas mendapatkan ijin, alokasi anggaran dan

    bantuan teknis lainnya. Dalam hal ini, diperlukan sebuah kebijakan percepatan penyediaaninfrastruktur yang tepat sasaran dengan menggunakan standar prioritasi dan perencanaanyang matang sehingga Indonesia dapat memanfaatkan momentum untuk bergabung ke dalamnegara-negara emerging market.

    2.1.3 Awal Pembentukan KPPIP

    Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia telah membentuk Komite Kebijakan PercepatanPenyediaan Infrastruktur (KKPPI) yang memiliki tugas untuk merumuskan strategi dankoordinasi pelaksanaan percepatan penyediaan infrastruktur. Dalam perjalanannya, KKPPImemerlukan revitalisasi guna menciptakan momentum dalam rangka usaha menyelesaikanisu-isu strategis infrastruktur melalui pengambilan keputusan yang cepat dan memberikansolusi atas akar permasalahan yang ada. Dalam revitalisasi ini, diperlukan fungsi koordinasidalam penyusunan rencana percepatan dan standar kriteria untuk prioritasi dan penyiapan

    proyek infrastruktur serta pengembangan skema pendanaan KPS. Sebagai revitalisasi dariKKPPI, maka Pemerintah berencana membentuk Komite Percepatan PenyediaanInfrastruktur Prioritas (KPPIP) yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2015 ini. KPPIPakan memiliki fungsi-fungsi koordinasi, prioritasi, pengkajian Pra Studi Kelayakan dan

    debottlenecking, monitoring dan evaluasi, peningkatan kemampuan staf dan sosialisasiprogram bagi penyediaan infrastruktur prioritas di Indonesia, dimana pengambilan keputusanakan dilaksanakan secara kolektif oleh anggota KPPIP. Sedangkan fungsi-fungsi penyiapan

    proyek, implementasi proyek, dukungan fiskal dan lainnya akan tetap dijalankan olehKementerian dan Lembaga (K//L) atau instansi terkait.

    Pengambilan keputusan yang cepat dapat dimungkinkan dengan melakukan perampinganstruktur organisasi. Belajar dari pengalaman KPPIP sebelumnya, terdapat 3 komponen kunci

    pendukung suksesnya implementasi program KPPIP:

    1) Mandat dan fungsi yang spesifik dan jelas:

    KPPIP hanya akan melaksanakan fungsi prioritasi, Pra Studi Kelayakan(identifikasi awal skema pembiayaan), koordinasi, monitoring,

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    5/10

    4

    debottlenecking, serta pengambilan keputusan kolektif. Fungsi-fungsipenyiapan proyek, implementasi, dukungan fiskal dan lainnya akan tetapdijalankan oleh K/L atau institusi terkait;

    2) Dukungan regulasi, kewenangan, administratif, dan finansial:

    KPPIP memiliki mandat yang besar sehingga diperlukan penguatankelembagaan yang mutlak;

    3) Dukungan SDM yang mumpuni:

    Pelaksana Harian yang diisi oleh PNS maupun non-PNS dengan pengalamanyang relevan di bidangnya merupakan faktor penting terutama dalam upayamempercepat pengambilan keputusan. Pool of experts juga dibutuhkan untukkeahlian spesifik di sektor-sektor infrastruktur (jalan, pelabuhan, bandara,energi, air dan kereta) dan penyusunan standar kriteria prioritasi sertamelaksanakanPra Studi Kelayakan.

    Dengan terbentuknya KPPIP diharapkan penyediaan infrastruktur strategis dapat dipercepatdengan keterlibatan Pemerintah dari tahap perencanaan, tahap Pra Studi Kelayakan, hinggatahap pembangunan infrastruktur. Dengan demikian diharapkan seluruh proses penyediaan

    proyek infrastruktur strategis tidak terkendala oleh persoalan-persoalan yang kini ditemuiseperti pengadaan tanah, tata ruang, dan sebagainya. Percepatan penyediaan infrastrukturmelalui KPPIP diharapkan dapat memanfaatkan dengan baik potensi peningkatan

    perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Revitalisasi KKPPIdiperlukan untuk menjadi signal positif kepada pasar dan KPPIP perlu melakukan fungsi-fungsi yang belum menjadi fungsi kelembagaan/komite yang sudah ada dan sedapat mungkinmenghindari tumpang-tindih peran dan wewenang dengan kelembagaan/komite yang telahada.

    Saat ini Pemerintah telah memilih proyek infrastruktur strategis dan 28 (duapuluh delapan)proyek infrastruktur prioritas yang ditargetkan untuk direalisasikan hingga tahun 2017 danakan menjadi fokus pertama dari KPPIP. Pemilihan proyek strategis dan prioritas inimelibatkan instansi-instansi terkait pembangunan infrastruktur, mulai tingkat kementerian

    pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, hingga masyarakat. Selain itu, pemilihan jugadilakukan secara terintegrasi dengan mempertimbangkan berbagai data atau dokumeninfrastruktur yang ada di Indonesia, seperti Sislognas, Blue Book, PPP Book, serta list-listrencana pembangunan infrastruktur strategis lainnya dari berbagai instansi terkait. Dari 28

    proyek infrastruktur prioritas tersebut, terdapat 7 (tujuh) proyek diantaranya merupakanproyek yang akan dilaksanakan dengan skema KPS dan proyek lainnya yang ditetapkan

    Pemerintah melalui Komite PPIP, sehingga dibutuhkan perencanaan debottlenecking yangmatang. Identifikasi detail tentang kebutuhan bantuan dalam rangka penyiapan proyek-

    proyek infrastruktur prioritas ini juga menjadi tugas dan fungsi utama dari KPPIP.Kedepannya KPPIP juga memiliki tugas untuk memastikan skema-skema pembiayaaninfrastruktur non-konvesional seperti KPS menjadi skema pembiayaan infrastruktur regulerdan menjadi opsi-opsi utama pembiayaan penyediaan infrastruktur.

    2.2 Maksud dan Tujuan KPPIP

    2.2.1 Maksud:

    Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan KPPIP dimaksudkan untuk memastikan berjalannyakebijakan percepatan penyediaan infrastruktur melalui koordinasi, prioritasi, evaluasi dan

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    6/10

    5

    debottlenecking serta knowledge management terhadap setiap kegiatan yang dicanangkandalam proses revitalisasi KPPIP, yaitu meliputi:

    1) Mengkoordinasikan perencanaan dan penyiapan proyek infrastruktur prioritasdengan melibatkan semua stake holder terkait, serta menfasilitasi danmengawasi pelaksanaannya;

    2)

    Memilih proyek infrastruktur prioritas, mengkaji Pra Studi Kelayakan yangada dan menentukan apakah akan dilakukan revisi (review)atau pengulangan(re-do) Pra Studi Kelayakan, serta menentukan skema pendanaan yangterbaik;

    3) Menyediakan bantuan teknis untuk proyek infrastruktur prioritas yang sedangterhambat (bottleneck) dan bantuan teknis lainnya;

    4) Menyusun formulasi pengembangan strategi, kebijakan, regulasi dan peraturanperundangan di bidang infrastruktur untuk mempercepat penyediaaninfrastruktur prioritas; dan

    5) Menfasilitasi peningkatan kemampuan aparatur negara dan penguatan institusipemerintah yang berhubungan dengan penyediaan infrastruktur prioritas.

    2.2.2 Tujuan Pokok KPPIP Tahun 2016

    Adapun tujuan kegiatan KPPIP pada TA 2016 lebih difokuskan pada:1) Menyusun rekomendasi penyempurnaan regulasi dan peraturan perundang-undangan

    untuk mendukung kegiatan percepatan penyediaan infrastruktur (restrukturisasi danpenguatan kewenangan KPPIP) yang tidak dapat diselesaikan pada TA 2015;

    2)

    Menyusun daftar proyek prioritas 2016;3) Menyusun Rencana Aksi percepatan infrastruktur prioritas dan memastikan

    terlaksananya Rencana Aksi oleh pemangku kepentingan;4)

    Tersusunnya tim PMO secara lengkap dan panel konsultan yang akan membantuKPPIP dalam menjalankan kewenangannya;

    5)

    Melaksanakan revisi/pengulangan kajian Pre-FS nya berdasarkan standar kualitaskajianPre-FSbersama dengan K/L;

    6)

    Melaksanakan pengendalian masalah dari proyek infrastruktur prioritas;7) Menyusun dan melaksanakan rekomendasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

    kebijakan penyediaan infrastruktur prioritas;8) Menyusun rekomendasi kebijakan pembiayaan infrastruktur yang tepat dengan

    mempertimbangkan skema pendanaan alternatif di luar APBN;9) Melaksanakan kegiatan sosialisasi tentang standar prosedur dan kualitas kajian

    persiapan proyek untuk semua proyek infrastruktur;

    10)

    Melaksanakan kegiatan pengembangan kapasitas pegawai dari berbagaikementerian/lembaga terkait infrastruktur.11) Terimplementasinya sistem pelaporan yang menggunakan sistem TI yang terintegrasi;12) Memberikan dukungan administrasi, fasilitasi rapat dan konsinyering, perjalanan

    dinas serta sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan Tim Pelaksana, TimKerja dan Sekretariat KPPIP;

    13) Melaksanakan penyusunan laporan yang disertai dengan Buku laporan tahunanKPPIP termasuk didalamnya adalah List Proyek Prioritas; dan

    14) Melaksanakan 5 (lima) kajian rekomendasi kebijakan percepatan pembangunaninfrastruktur.

    Sebagai pusat koordinasi dalam penyelenggaraan infrastruktur, KPPIP diharapkan dapatmeningkatkan koordinasi dan kinerja dari K/L atau instansi terkait serta memberikan arahan

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    7/10

    6

    demi menyelesaikan konflik antar instansi. Kurangnya kapasitas dan pemahaman padakebijakan pemerintah pusat mengenai KPS, mengakibatkan sebagian besar proyek yangditawarkan ke pihak swasta tidak layak finansial dan/atau tidak layak ditawarkan ke pihakswasta. KPPIP dapat menjadi solusi untuk memastikan kelayakan proyek secara finansialdengan melaksanakan Pra Studi Kelayakan yang berkualitas. KPPIP juga diharapkan dapat

    memastikan bahwa persiapan proyek oleh K/L atau instansi terkait setelah Pra-StudiKelayakan memenuhi standar kualitas dan membantu K/L atau instansi terkait dalammencapai standar kualitas tersebut dengan mengalokasikan/mendanai konsultan dalam danluar negeri untuk membantu usaha K/L atau instansi terkait jika diperlukan.

    2.2.3 Susunan dan Struktur Organisasi KPPIP

    KPPIP merupakan komite lintas kementerian/lembaga/departemen pemerintah dengansusunan organisasi sebagai berikut:

    1)

    Komite (Tingkat Menteri): diketuai oleh Menteri Koordinator BidangPerekonomian dengan anggota Menteri PPN/Bappenas, Menteri Keuangan

    dan Menteri Agraria dan Tata Ruang (BPN);

    a. Tim Pelaksana Harian(Eselon 1): adalah tim pembuat keputusan yang

    dilakukan secara kolektif dr tingkat Eselon I sampai dengan Eselon

    II,diketuai oleh Deputi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah -

    Kemenko Perekonomian dengan sekretaris Staf Ahli Bidang Pembangunan

    Daerah-Kemenko Perekonomian, dan anggota Deputi Sarana dan

    Prasarana Bappenas, Deputi Pendanaan Pembangunan Bappenas, Kepala

    Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dan Direktur Jenderal Anggaran -

    Kemenkeu, Deputi Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum - BPN,

    dan Deputi Perencanaan Investasi - BKPM;

    b. Tim Teknis Pelaksana (Eselon 2): dengan anggota Asisten Deputi

    Bidang Perumahan, Pertanahan, dan KPS - Kemenko Perekonomian

    dengan anggotaDirektur KPS - Bappenas, Direktur Alokasi Dana

    Pembangunan - Bappenas, Kepala Pusat Pengelolaan Resiko (PPRF),

    Direktur Anggaran I, II, dan III- Kemenkeu, Kepala Biro Hukum -

    Kemenko Perekonomian, Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah

    Pemerintah BPN dan Direktur Perencanaan Infrastruktur- BKPM. Tim

    Teknis dalam pelaksanaan tugasnya akan dibantu oleh para tenaga ahli

    senior dibidangnya.

    2) Sekretariat: diketuai oleh Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan DaerahKemenko Perekonomian dan wakil sekretaris Asisten Deputi Perumahan,Pertanahan dan KPS Kemenko Perekonomian dan didukung dengan PejabatPembuat Komitmen (P2K), Pemegang Uang Muka (PUM) dan PetugasAdministrasi (PA) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dana APBNdan penandatangan kontrak serta Pejabat/Unit Layanan Pengadaan (ULP) danPejabat/Unit Penerima Hasil Pekerjaan (UPH) yang bertanggung jawab dalam

    pelaksanaan proses pengadaan KPPIP; ULP dan UPH masing-masing terdiridari 3 sampai dengan 5 orang staf (termasuk 1 orang Ketua);

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    8/10

    7

    3) Tim Konsultan, terdiri dari:

    a. Direktur Program (Team Leader): sebagai pimpinan Tim Konsultan

    akan melapor kepada Tim Teknis untuk hal-hal yang berhubungan dengan

    teknis pelaksanaan pekerjaan dan kepada P2K untuk hal-hal yang

    berhubungan dengan administrasi dan keuangan;

    b. Tim Tenaga Ahli Senior: terdiri dari 1 orang Tenaga Ahli Senior Sektor

    Jalan dan Jembatan, 1 orang Tenaga Ahli Senior Sektor Transport, 1 orang

    Tenaga Ahli Sektor Energi dan Ketenagalistrikan, 1 orang Tenaga Ahli

    Senior Sektor Sumber Daya Air dan Lingkungan, 1 orang Tenaga Ahli

    Senior Pengembangan Kapasitas, 1 orang Tenaga Ahli Senior Human

    Resources, dan1 orang Tenaga Ahli Senior Finansial,;

    c. Tim Tenaga Ahli Lainnya: terdiri dari 1 orang Tenaga Ahli Komunikasi,

    1 orang Tenaga Ahli Informasi dan Teknologi,

    d. Tim Pengadaan: terdiri dari 1 orang Tenaga Ahli Procurement

    (Pengadaan Barang dan Jasa) Senior dan 2 orang Tenaga Ahli

    Procurement (Pengadaan Barang dan Jasa);

    e. Staf Penunjang: terdiri dari 1 orang Manajer Kantor, 1 orang Eksekutif

    Sekretaris, 6 orang Tenaga Pendukung Teknis, 2 orang Tenaga PendukungAdministrasi dan 6 orang Tenaga Pendukung Lainnya.

    Struktur organisasi KPPIP adalah sebagai berikut:

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    9/10

    8

    3. TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN

    a. Tujuan:Sehubungan dengan tujuan KPPIP tersebut diatas, pengadaan tenaga pendukung

    Resepsionis ini bertujuan dalam posisi menjadi pintu interaksi (langsung maupuntidak langsung) antara tamu/pelanggan dengan kegiatan-kegiatan KPPIP.

    b. Sasaran:Pengadaan tenaga pendukung Resepsionis ini memiliki sasaran yaituterlaksananya fungsi interaksi dan komunikasi KPPIP dengan stakeholdernyadengan baik, dan dapat menjadi pintu interaksi kegiatan KPPIP denganstakeholdernya.

    4. LINGKUP PEKERJAAN

    Lingkup pekerjaan dari tenaga pendukung Resepsionis (namun tidak terbatas) pada:1)

    Menerima dan menjawab telepon serta mencatat pesan-pesan lewat teleponterkait kegiatan KPPIP;

    2) Menerima tamu yang akan bertemu dengan tenaga ahli, tenaga pendukungmaupun pimpinan;

    3) Mencatat janji-janji dan semua informasi untuk dikomunikasikan kepada pihakyang dituju, baik tenaga ahli maupun pimpinan;

    4) Mengetahui info-info umum agenda kegiatan KPPIP dan mengupdate agendakerja sehari-hari (termasuk agenda rapat di kantor KPPIP);

    5) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur yang berlaku sebagaibahan evaluasi dan pertanggungiawaban;

    6) Membuat laporan berdasarkan hasil kerja untuk disampaikan kepada Pimpinan.

    5. KUALIFIKASI YANG DIBUTUHKAN

    Untuk memenuhi tujuan, sasaran dan ruang lingkup di atas dibutuhkan tenaga pendukungResepsionis dengan kualifikasi:

    1. Perempuan/Wanita dengan usia maksimum 32 tahun;2.

    Pendidikan minimal D3 ilmu komunikasi/Sekretaris/Sastra Inggris;

    3.

    Menguasai percakapan dalam bahasa Indonesia dan inggris secara lancar dan baik;4.

    Memiliki motivasi kerja yang baik, disiplin yang tinggi serta bertanggung jawabpenuh pada setiap tugas yang diberikan;

    5. Memiliki pengalaman sebagai resepsionis/sekretaris minimal 2 (dua) tahun;6.

    Bersikap dan berperilaku sopan dan ramah;7. Berpenampilan menarik (melampirkan foto seluruh badan);8.

    Komunikatif;9. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang

    sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidanakejahatan (melampirkan surat pernyataan bermaterai).

    10.Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

  • 7/24/2019 KAK-G4-KPPIP-02.pdf

    10/10

    9

    6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

    Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan ini adalah 10 (sepuluh) bulan kalendar.Diharapkan pekerjaan sudah dapat dimulai pada tanggal 1 Maret 2016 dan berakhir pada

    tanggal 31 Desember 2016. Tenaga pendukung Resepsionis perlu bekerja secara penuhdengan perkiraan input sebesar 10 (sepuluh) Orang Bulan (OB)/Person Month

    .Month2016

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

    7. MANAJEMEN PELAKSANAAN KEGIATAN

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko) akan bertindak sebagai PemberiTugas dan mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang akan menandatanganikontrak dengan tenaga pendukung Resepsionis dan mengelola hal-hal yang berhubungandengan kontrak dan pembiayaan, termasuk memproses tagihan dari tenaga pendukungResepsionis. PPK akan dibantu oleh tenaga pendukung ahli administrasi yang akan direkrutsecara terpisah dalam semua hal yang berhubungan dengan manajemen dan keuangan

    penugasan ini.

    8. PEMBIAYAAN

    Pembiayaan kebutuhan tenaga pendukung Resepsionis ini akan dibebankan pada APBNKPPIP Tahun Anggaran 2016. Proses menggunakan APBN KPPIP Tahun Anggaran 2016.

    Jakarta, Februari 2016

    STAFF AHLI BIDANG PEMBANGUNAN

    DAERAH SELAKU SEKRETARIS TIM

    PELAKSANA KPPIP

    WAHYU UTOMO