kala ii lama, disproporsi kepala panggul
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
1/36
PRESENTASI KASUS
KALA II LAMA, DISPROPORSI KEPALA PANGGUL
MALPRESENTASI PUNCAK KEPALA, PREEKLAMSIA RINGAN PADA
SEKUNDIGRAVIDA HAMIL POSTDATE DENGAN RIWAYAT
INFERTILITAS SEKUNDER 5 TAHUN
Oleh :
Asian Edward Sagala
Garinda Alma Duta
Fery K
G0099052
G0099084
G0000080
Pembimbing :
dr. Wuryatno, SpOG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
2/36
2006
2
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
3/36
KALA II LAMA, DKP MALPRESENTASI PUNCAK KEPALA, PER
PADA SEKUNDIGRAVIDA HAMIL POSTDATE DENGAN RIWAYAT
INFERTILITAS SEKUNDER 5 TAHUN
ABSTRAK
Kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai dengan bayi lahir
seluruhnya. Pada primigravida, kala II berlangsung rata-rata 1 jam sedangkan
pada multipara rata-rata jam. Kala II lama terjadi apabila waktumya
berlangsung melebihi waktu yang seharusnya. Penyebab kala II lama adalah salah
satu atau kombinasi dari ketiga faktor yaitu his (power), panggul (passage), dan
janin (passsenger).
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam persalinan, tetapi yang
tidak kalah penting adalah hubungan antara kepala janin dengan luassnya panggul
ibu. Bila hubungan ini tidak imbang, maka terjadilah disproporsi kepala panggul,
yang bila berat, persalinan tidak mungkin dilanjutkan per vaginam. Persalinan
dengan DKP dapat mengakibatkan bahaya bagi ibu maupun janinnya, sehingga
dewasa ini penatalaksanaan dengan seksio cesaria merupakan pilihan yang tepat
dan aman.
Sebuah kasus Kala II lama et causa DKP malpresentasi puncak kepala,
preeklamsia ringan pada G2P1A0, 31 tahun, hamil 41 minggu dengan riwayat
infertilitas sekunder 5 tahun. Riwayat obstetrik baik, janin tunggal, intra uterine
presentasi puncak kepala, DKP malpresentasi puncak kepala dan Pre Eklampsi
Ringan (PER). Sectio caesaria dilakukan atas indikasi janin yaitu kala II lama.
____________________________________________________________________
Kata kunci : kala II lama, DKP, malpresentasi puncak kepala
3
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
4/36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kala II Lama
Kala II dimulai ketika cervix telah membuka lengkap dan diakhiri
dengan lahirnya bayi. Kala II lama adalah lamanya penderita dipimpin
setelah pembukaan lengkap, biasanya menurut kesepakatan untuk nullipara
2 jam dan multipara 1 jam. Pada primigravida, disebut kala II lama apabila
telah dipimpin persalinan selama 1 1 jam tidak terjadi kemajuan
persalinan. Sedangkan pada sekundigravida atau multigravida, bila lebihdari - 1 jam.(Repke et all, 2005)
Persalinan abnormal pada kala II seringkali adalah akibat salah
satu dari tiga hal dibawah ini :
1. Passanger / janin
Janin dapat menyebabkan persalinan macet karena ukuran kepala
janin yang besar atau presentasi kepala janin yang tidak normal misalnya
pada cephalic occiput anterior atau occiput posterior. Beberapa hal tersebut
dapat menyebabkan persalinan abnormal, meskipun ukuran panggul
normal.
2. Passage / ukuran panggul
Bentuk panggul terlalu kesil atau terlalu sempit untuk dilalui janin.
Kedua faktor di atas dapat menyebabkan persalinan abnormal melalui
obstruksi mekanik yang akan mengarah pada distosia.
3. Power / his atau kontraksi uterus
Frekuensi dari kontraksi uterus mungkin menjadi adekuat namun
intensitasnya bisa menjadi inadekuat. Apapun penyebabnya, pola kontraksi
gagal untuk menghasilkan pendataran dan pembukaan cervik. (Joy S and
Lyon D, 2005 )
B. Disproposi Kepala Panggul
1. Definisi
4
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
5/36
DKP adalah adanya ketidakseimbanngan antara luasnya
panggul ibu dengan besarnya kepala janin (S. Martohoesodo dan R.
Hariadi. 1999)
2. Etiologi
Kemungkinan penyebab dari DKP meliputi:
a. Bayi besar (disproposi absolut)
o Faktor hereditas
o postmaturitas
o diabetes
o multiparitas
b. Presentasi abnormal (disproposi relatif)
Janin normal lahir dalam posisi occipito anterior Jika kepala
fleksi dengan baik kemudian kepala dalam posisi diameter
suboccipito bregmatika (9,5 cm ) dan akan mudah melewati
panggul. Pada presentsi diameter tang lain akan menghasilkan
presentasi dengan diameter ang lebih besar (11.5 cm - 13.5 cm).
c. Panggul kecil
d. Kelainan bentuk panggul abnormal
e. Kelainan traktus genital
o cervix : kekakuan kongenital, parut pasca operasi
o vagina : septum kongenital
o Fibroid dapat menyebabkan obstruksi
(Merck, 2005)
3. Diagnosa
a. Anamnesis
o Riwayat bedah cesar atas indikasi DK
o Riwayat trauma atau penyakit panggul
o Persalinan yang tidak maju.
b. Pemeriksaan Fisik
o Hamil aterm, kepala belum masuk panggul.
5
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
6/36
o Pemeriksaan panggul dalam panggul sempit.
o
Sudut Muller Kerr Monroe tumpul.(SMF Obsgin RSDM, 2004)
Diagnosa dari DKP seringkali ketika perjalanan dari persalinan tidak
adekuat dan terapi medis seperti oksitosin tidak berhasil dicoba. DKP
sulit didiagnosa sebelum persalinan dimulai jika bayi diperkirakan
besar dan pangul ibu diketahui sempit. USG digunakan untuk
memperkirakan ukuran janin, meskipun tidak 100 % akurat dalam
menentukan bera badan janin. Pemeriksaan fisik khususnya
pengukuran pelvis seringkali lebih akurat dalam menentukan diagnosa
DKP. (Merck, 2005)
Untuk mengantisipasi adanya kecurigaan DKP bila terdapat :
a. Tinggi badan kurang dari 145 cm
b. Malnutrisi yang kronis
c. Trauma yang menyebabkanfraktur pada panggul
d. Gangguan neuromuskular
e. Kyphoscoliosis
f. Riwayat obsterik jelek
4. Penatalaksanaan
a. DKP berat yang mengakibatkan persalinan macet sectio
cesaria
b. DKP ringan dapat dicoba partus percobaan
(SMF Obsgin RSDM, 2004)
C. Malpresentasi Puncak Kepala
1. Definisi
Sikap defleksi janin adalah keadaan dari kepala janin yang
mengadakan extensi terhadap columnavertrebalis. Hal ini terjadi
apabila kepala janin dalam keadaan defleksi ringan sehingga ubun-
ubun besar merupakan bagian terendah. (S. Martohoesodo dan R.
Hariadi. 1999)
2. Klasifikasi
6
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
7/36
Sikap defleksi mempunyai 3 derajat :
a. Defleksi ringan
Menyebabkan presentasi puncak kepala
b. Defleksi sedang
Menyebabkan presentasi dahi
c. Defleksi maksimal (berat)
Menyebabkan presentasi muka
3. Sebab-sebab sikap defleksi
a. Primer
Higroma colli
Lilitan tali pusat
Tonus otot leher/badan yang banyak
b. Sekunder
Panggul sempit (adanya DKP)
Kelainan kongenital (anenchephalus)
Perut pendulans pada multiparitas
Hydramnion
Ketuban pecah dini
His lemah
(Rustam Mochtar, 1998)
4. Pengaruhnya pada proses persalinanan
Sikap defleksi ringan menyebabkan presentasi puncak kepala.
Sikap defleksi ini adalah sebab sekunder yaitu panggul sempit atau
adanya DKP.
Sikap defleksi ringan menyebabkan kepala dalam kedaan sedikit
tengadah sehingga pada waktu kepala masuk pangul (engagement)
dalam diameter occipito-frontalis. Dengan demikian bagian terendah
janin adalah vertex. Oleh karena itu disebut pula vertex presentasi
atau sincipital presetation. Diameter occipito-frontalis lebih panjang
7
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
8/36
dari suboccipito bregmatika, ini menyebabkan penurunan kepala pada
presentasi puncak kepala lebih lama dari normal.
Pada presentasi punak kepala, persalinan masih dapat spontan.
Akan tetapi kala II lebih lama daripada normal. Dapat terjadi defleksi
maksimal pada dasar panggul pada saat keluar pintu jalan lahir
(Rustam Mochtar, 1998)
5. Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam dijumpai UUB yang paling rendah.
Setelah anak lahir, ditemukan adanya caput suksedaneum di
daerah ubun-ubun besar. (Rustam Mochtar, 1998)
A. Pre Eklampsi Ringan.
1.Definisi
Pre eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
terjadi pada triwulan ke 3 kehamilan tetapi dapat juga terjadi
sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.(Wibowo dan
Rachimhadhi, 1999)
Definisi lain menyebutkan bahwa pre eklamsia adalah suatu
sindroma klinik pada kehamilan viable ( usia kehamilan > 20 minggu
atau berat janin > 500 gram ) yang ditandai dengan hipertensi,
proteinuria, dan oedema. (Chrisdiono, 2004)
Pre eklamsia dikatakan ringan apabila tekanan darah kurang
lebih 140/90 mmHg dan proteiuria +1.(Chrisdiono, 2004)
2.Etiologi
Penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui pasti.
Teori yang dewasa ini dapat dikemukakan sebagai penyebab pre
eklampsia ialah iskemia plasenta. (Hudono, 1999)
Vasospasme merupakan dasar patofisiologi pre eklampsia dan
eklampsia. Konsep ini yang pertama kali diajukan oleh Volhard
8
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
9/36
(1918). (Price dan Wilson, 1995) Namun tetap banyak teori yang
mencoba menerangkan sebab penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang
dapat memberi jawaban yang memuaskan.(Hudono, 1999)
Sekarang ini tiga hipotesis menempati penyelidikan utama,
hipotesis pertama menghubungkan pre eklampsia dengan faktor
imunologi (ketidakcocokan berlebihan antara ibu dengan anak),
hipotesis kedua menghubungkan sindrom prostalglandin yang
menimbulkan ketidakseimbangan diantara vasodilator PG2 dan
prostasiklin serta rangkaian vasokonstriktor PGF dan tromboksan,
hipotesis ketiga menghubungkan pre eklampsia dengan iskhemi
uteroplasenta.(Wibowo dan Rachimhadhi, 1999)
Rupanya tidak hanya satu faktor melainkan banyak faktor yang
menyebabkan pre eklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor
yang ditemukan seringkali sukar ditentukan mana yang sebab dan
mana yang akibat.(Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)
3.Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriolae pada tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha
untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
tetap tercukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan oedem yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruang
interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi garam
dan air. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriolae sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus. (Cunningham dkk, 1997)
4.Frekuensi
Untuk tiap negara berbeda karena banyak faktor yang
mempengaruhinya; jumlah primigravida, kedaan sosial ekonomi,
perbedaan dalam penentuan diagnosa. Dalam kepustakaan frekuensi di
lapangan berkisar antara 3-10%.(Abdul Bari, 2003)
9
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
10/36
Pada primigravida frekuensi pre eklampsia lebih tinggi bila
dibandingkan dengan multigravida terutama primigravida muda, DM,
Mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35
tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre
eklampsia.(Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)
5.Klasifikasi
Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi
terlentang; atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau
kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6
jam.
Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan
berat badan 1 kg per minggu.
Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau
2+ pada urin kateter atau mid stream.
b. Pre eklampsia berat
Tekanan darah 160/110 mmHg.
Proteinuria 5 gram/liter.
Oligouria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan nyeri
epigastrium.
Terdapat oedem paru dan sianosis. (Cunningham dkk,
1997)
Klasifikasi pre-eklampsia lain , yaitu :
a. Genuine pre-eklampsia
10
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
11/36
Gejala pre-eklampsia yang timbul setelah kehamilan 20
minggu disertai dengan oedem (pitting) dan kenaikan
tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/90. Juga terdapat
proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach)
b. Super imposed pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang terjadi kurang dari 20 minggu
disertai proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach), dan bisa
disertai oedem. Biasanya disertai hipertensi kronis
sebelumnya.
6.Diagnosis
Diagnosis pre eklampsia didasarkan atas adanya dua tanda
utama, yaitu hipertensi, oedem dan proteinuria.
Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah
gejala-gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif
dan obyektif. Gejala subyektif antara lain : nyeri kepala, gangguan
visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain :
hiperreflexia, eksitasi motorik dan sianosis. (Neville dkk, 2001)
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran.
Dengan adanya tanda dan gejala pre eklampsia yang disusul oleh
serangan kejang, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.
(Hudono dan Samil, 1999)
7.Pencegahan
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak,
karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklamsi dan
segera merawat penderita tanpa memberikan diuretik dan obat
11
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
12/36
antihipertensi. Memang merupakan kemajuan dari pemeriksaan
antenatal yang baik. (Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)
8.Differential Diagnosis
- Hipertensi menahun
- Penyakit ginjal.
- Epilepsi
B. Hamil post date
1. Definisi
Kehamilan post date adalah kehamilan yang telah melewati hari
perkiraan kelahiran, yaitu 280 hari, dihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir.
2. Kriteria Diagnosis
Usia kehamilan telah melewati 280 hari.
Palpasi bagian-bagian janin lebih jelas karena
berkurangnya air ketuban.
Kemungkinan dijumpai abnormalitas denyut
jantung janin.
Pengapuran atau kalsifikasi placenta pada
pemeriksaan USG.
(Chrisdiono, 2004)
C. Infertilitas Sekunder
1. Definisi
Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan dari pasangan usia
reproduktive untuk mendapatkan keturunan setelah setidaknya 1 tahun
melakukan coitus teratur tanpa kontrasepsi. Infertilitas primer terjadi
ketika wanita tidak pernah hamil. Infertilitas sekunder didapatkan
ketika wanita telah mempunyai satu anak atau lebih. Fekundabilitas
adalah kemampuan untuk mendapatkan suatu kehamilan ddalam satu
12
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
13/36
siklus menstruasi. Untuk suatu pasangan normal, kira-kira 25 %.
Fekunditas adalah kemampuan untuk mendapatkan suatu kelahiran
hidup dari satu siklus menstruasi (James dkk, 2002)
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil
dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya.
Infertilitas adalah keadaan dimana tidak terjadi keamilan setelah 12
bulan senggama tanpa kontrasepsi. Infertilitas sekunder adalah
infertilitas jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi
walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2. Etiologi
Infertilitas disebabkan oleh :
a. Gangguan hubungan seksual yaitu :
Teknik senggama
Gangguan psikososial
Ejakulasi abnormal
Kelainan antomi
b. Gangguan produksi dan transportasi sperma
Kelainan congenital
Kelainan akuisital
c. Gangguan ovulasi
Primer
Sekunder
d. kelainan tempat implantasi dan jalur transportasi.
e. gangguan pada peritoneum
(Goldman. K.E, 2003)
Etiologi yang lain antara lain :
a. Masalah Air Mani
13
http://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://infertility.about.com/mbiopage.htm -
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
14/36
Masalah air mani ini dapat diuji dengan test penampungan
air mani, pemeriksaan karakteristik air mani, pemeriksaan
mikroskopik, uji ketidakcocokan imunologik.
b. Masalah Vagina
Masalah vagina yang dapat menghambat fertilitas adalah
adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen
disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan
anatomic dapat karena bawaan atau perolehan.
c. Masalah Serviks
Hal ini dapat disebabkan adanya sumbatan kanalis
servikalis, lender serviks yang abnormal, malposisi dari
serviks atau kombinasinyaBisa juga karena adanya cacat
bawaan (atresia), polip serviks, stenosis, peradangan,
sinekia dan inseminasi yang tidak adekuat.
d. Masalah Uterus
Masalah yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa
melalui uterus adalah distorsi kavum uteri karena sinekia,
mioma, polip, peradangan endometrium dan gangguan
kontraksi uterus
e. Masalah Tuba
Frekuensi factor tuba dalam infertilitas sangat bergantung
pada populasi yang diselidiki. Peranan faktor tuba yang
masuk akal ialah 25-50%. Dengan demikian, dapat
dikatakan faktor tuba paling sering ditemukan dalam
masalah infertilitas. Oleh karena itulah, penilaian patensi
tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting
dalam pengelolaan infertilitas.
f. Masalah Ovarium
Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan
infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa
14
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
15/36
ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat menyebabkan
infertilitas.
g. Masalah Peritoneum
(Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)
3. Prognosis Infertilitas
Menurut Behrman dan Kistner prognosis terjadinya kehamilan
tergantung pada umur istri, umur suami dan lamanya dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi sanggama dan lamanya
perkawinan). (Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)
Menurut penyelidikan Dor et al, menunjukkan apabila umur istri
akan dibandingkan dengan angka kehamilannya, maka pada
infertilitas primer terdapat penurunan yang tetap setelah umur 30
tahun. Pada infertilitas sekunder terdapat juga penurunan, akan tetapi
tidak securam seperti pada infertilitas primer. (Sumapraja dan
Rachimhadhi, 1999)
Menurut Jones dan Pourmand, pasangan yang telah dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, dapat
mengharapkan angka kehamilan sebesar 50% yang lebih dari 5 tahun,
menurun menjadi 30%. (Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)
15
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
16/36
BAB III
STATUS PENDERITA
A. ANAMNESIS
Tanggal 8 Agustus 2006 jam 22.00 WIB
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. Sri Wahyuni
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tanggaAgama : Islam
Alamat : Bendon, Banyudono, Boyolali
Status Perkawinan : Kawin
HPMT : 24 Oktober 2005
HPL : 31 Juli 2006
UK : 41+1 minggu
Tanggal Masuk : 8 Agustus 2006
No.CM : 768836
Berat badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 145 Cm
2. Keluhan Utama
Ingin melahirkan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Datang seorang G2P1A0, 31 tahun, merasa hamil 9 bulan, kiriman
dari bidan dengan keterangan inpartu, letak puncak. Kenceng-kenceng
teratur dirasakan 7 jam yang lalu. Air kawah sudah dirasakan keluar sejak
5 jam yang lalu. Lendir darah sudah dirasakan keluar sejak 7 jam yang
lalu. Gerakan janin masih dirasakan. Penderita telah dipimpin mengejan
oleh bidan selama 2 jam. Saat ini penderita masih ingin mengejan.
16
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
17/36
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak nafas : Disangkal Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal
Riwayat Operasi : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Mondok : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Penderita telah mempunyai seorang anak, saat ini berusia 11 tahun.
Penderita menggunakan pil KB selama 5 tahun, kemudian baru
menstruasi beberapa bulan setelah tidak minum pil. Penderita baru hamil
lagi 5 tahun kemudian meskipun teratur berhubungan dengan suaminya.
7. Riwayat Obstetri
Baik
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.
17
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
18/36
9. Riwayat Haid
- Menarche : 14 tahun
- Lama menstruasi : 6 hari
- Siklus menstruasi : 30 hari
10. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama 12 tahun.
11. Riwayat Keluarga Berencana
Menggunakan KB suntik selama 5 tahun.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Keadaan Umum : Tampak kelelahan, CM, Gizi kesan lebih
Tanda Vital :
Tensi : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Respiratory Rate : 24 x/menit
Suhu : 37 0C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae
hiperpigmentasi (+)
Cor :
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
18
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
19/36
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada ka = ki
Palpasi : Fremitus raba dada ka = ki
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)
Abdomen:
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
Stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,redup pada
daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genital : Lendir darah (-) ,air ketuban (+)
Ekstremitas : Oedema
- -
+ +
Akral dingin
- -
- -
2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)Wajah : Kloasma gravidarum (+)
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae
hiperpigmentasi (+)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), terapa janin tunggal, intra
uterin, memanjang, puki, preskep, kepala masuk
19
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
20/36
panggul < 1/3 bagian, TFU 37 cm ~ TBJ 3900
gram, HIS (+) 4x/10/40-50/kuat.
Pemeriksaan Leopold
I : Teraba bagian lunak kesan bokong
II : Di sebelah kiri teraba bagian keras, rata,
memanjang
III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala
IV : kepala masuk panggul < 1/3 bagian
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,redup
pada daerah uterus
Auskultasi : DJJ (+) 12-11-12/12-11-12/11-12-12/reguler
Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-),
peradangan (-), tumor (-)
Ekstremitas : Oedema
- -
+ +
akral dingin
- -
- -
Pemeriksaan Dalam :
VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,portio tidak teraba, lengkap, preskep, kepala sudah
masuk panggul di H I-II, kaput di H II, KK (-), AK (+),
jernih, tidak berbau, STLD (-)
UPD : promontorium tidak teraba
linea terminalis teraba < 1/3 bagian
spina ischiadica tidak menonjol
arcus pubis > 90%
20
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
21/36
Kesan : panggul normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah tanggal 8 Agustus 2006
Hemoglobin : 12,8 gr/dl
Hematokrit : 38,9 %
Antal Leukosit : 12,9 x 103/uL
Antal Trombosit : 278 x 103/uL
Golongan Darah : A
Bleeding Time : 2 menit 10 detik
Clotting Time : 4 menit 30 detik
GDS : 152 mg/dL
Ureum : 20 mg/dL
Creatinin : 1,0 mg/dL
Na : 146
K : 4,3
Ion Ca : 1,36
HbS Ag : negatif
Ewitz : + 2
2. Ultrasonografi (USG) :
Tampak janin tunggal, hidup, intra uterin, memanjang, preskep,
DJJ (+), dengan fetal biometri :
BPD = 96 mm AC = 345 mm
FL = 73 mm EFBW = 3852 gram
Placenta berinsersi di fundus, grade 3,
Air ketuban kesan cukup,
Tidak tampak kelainan kongenital mayor.
Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik.
D. KESIMPULAN
21
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
22/36
Seorang G2P1A0, 31 tahun, UK 41+1 minggu, riwayat fertilitas jelek, riwayat
obstetri baik. Janin tunggal, intra uterin, puki, preskep, TBJ 3900 gram, HIS
(+) kuat, DJJ (+) regular, pembukaan lengkap, kepala turun di H I-II, kaput
suksedaneum di H II.
E. DIAGNOSA
Kala II lama, DKP malpresentasi puncak kepala, PER pada secundigravida
hamil post date, dengan riwayat infertilitas sekunder 5 tahun.
F. PROGNOSAJelek
G. TERAPI
SCTP-emergency
Konsul bagian anestesi.
H. LAPORAN OPERASI Out come :
Neonatus, jenis kelamin laki-laki, berat badan 4000 gram, paanjang
badan 50 cm, lingkar kepala/ lingkar dada : 34/35 cm APGAR SCORE
8-9-10, Anus (+).
Laporan Operasi :
Terdapat lilitan tali pusat pada leher sebanyak 3 buah.
Diagnosa post operasi :Post SCTP emergensi atas indikasi kala II lama, DKP malpresentasi
puncak kepala, PER pada sekundigravida hamil postdate dengan
riwayat infertilitas sekunder 5 tahun.
I. FOLLOW UP
22
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
23/36
Tanggal 9 Agustus 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 140/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit
N = 80x/menit Suhu = 36,9 0C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,
luka operasi terutup verband.
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5
Tahun DPH I
Terapi :
1. Balance cairan
2. Puasa sampai dengan peristaltik (+)
3. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)
4. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam
5. Infus drip Metronidazole 500 mg/8 jam
6. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam
7. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam
8. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam
9. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam
10. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam
11. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24jam
Tanggal 10 Agustus 2006
23
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
24/36
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 140/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit
N = 82x/menit Suhu = 36,8 0C
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,
luka operasi terutup verband, peristaltik (+)
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5
Tahun DPH II
Terapi :
1. Balance cairan
2. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)
3. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam
4. Infus drip Metronidazole 500 mcg/8 jam
5. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam
6. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam
7. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam
8. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam
9. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam
10. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24 jam
Tanggal 11 Agustus 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 130/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit
N = 82x/menit Suhu = 36,7 0C
Thorax : Cor : dalam batas normal
24
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
25/36
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,
luka operasi terutup verband, peristaltik (+)
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5
Tahun DPH III
Terapi :
1. Pindah bangssal
2. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)
3. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam
4. Inf drip Metronidazole 500 mcg/8 jam
5. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam
6. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam
7. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam
8. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam
9. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam
10. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24 jam
11. Usul ganti oral
Tanggal 12 Agustus 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 130/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit
N = 84x/menit Suhu = 36,8 0C
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (+)
25
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
26/36
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-
SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5
Tahun DPH IV
Terapi :
1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
2. Metronidazol 3 x 500 mg
3. Prednison 3 x 1 tablet
4. Sakaneuron 2 x 1 tablet
5. Vitamin C 3 x 2 tablet
Tanggal 13 Agustus 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 130/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit
N = 80x/menit Suhu = 36,8 0C
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-
SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5
Tahun DPH V
Terapi :
26
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
27/36
1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
2. Metronidazol 3 x 500 mg
3. Prednison 3 x 1 tablet
4. Sakaneuron 2 x 1 tablet
5. Vitamin C 3 x 2 tablet
6. Aff hecting setengah
Tanggal 14 Agustus 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit
N = 78x/menit Suhu = 36,7 0C
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-
SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5
Tahun DPH VI
Terapi :
1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
2. Metronidazol 3 x 500 mg
3. Prednison 3 x 1 tablet
4. Sakaneuron 2 x 1 tablet
5. Vitamin C 3 x 2 tablet
27
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
28/36
Tanggal 15 Agustus 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 16x/menit
N = 68x/menit Suhu = 36,4 0C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorax : Cor : dalam batas normal
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-
SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5
Tahun DPH VII
Terapi :
1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
2. Metronidazol 3 x 500 mg
3. Prednison 3 x 1 tablet
4. Sakaneuron 2 x 1 tablet
5. Vitamin C 3 x 2 tablet
6. Aff hecting
7. Usul BLPL
Tanggal 16 Agustus 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 17x/menit
N = 78x/menit Suhu = 36,6 0C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thorax : Cor : dalam batas normal
28
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
29/36
Pulmo : dalam batas normal
Laktasi (+)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,
luka operasi baik, peristaltik (+)
Genital : Perdarahan (-)
Lochia (+)
Diagnosa : Post SCTPem atas indikasi Kala II Lama, Dkp
Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida
Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5Tahun DPH VIII
Terapi :
1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
2. Metronidazol 3 x 500 mg
3. Prednison 3 x 1 tablet
4. Sakaneuron 2 x 1 tablet
5. Vitamin C 3 x 2 tablet
29
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
30/36
BAB IV
ANALISA KASUS
A. Analisa Status
Pada pembuatan status ini dijumpai beberapa kekurangan diantaranya
perlunya anamnesis yang lebih lanjut mengenai keteraturan ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC), sehingga kelainan pada kehamilan dapat
diatasi sejak awal.
B. Analisa Kasus Diagnosa1. KALA II LAMA
Kala II lama di diagnosa ketika kepala janin turun kurang dari 1
cm per jam. Kala II yang menetap lebih dari 2 jam umumnya dianggap
abnormal dan merupakan indikasi bedah persalinan pervaginal atau
bedah caesarian. Pada pasien ini, sekundigravida, pasien telah dipimpin
mengejan lebih dari 2 jam setelah pembukaan lengkap.
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :
a. Anamnesa :
Didapatkan anamnesa kiriman dari bidan dengan keterangan
kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 7 jam yang lalu dan telah
dipimpin mengejan selama 2 jam.
b. Keadaan umum ibu : tampak kelelahan
c. Pemeriksaan Obstetri :
Didapatkan. His (+) 4x/10 40-50 kuat, lengkap, kepala masih
di Hodge I/II, teraba caput suksedaneum di Hodge II.
2. DISPROPOSI KEPALA PANGGUL
DKP adalah tidak adanya keseimbangan antara kapasitas jalan
lahir dan besarnya kepala janin. Penyebab pada kasus ini adalah faktor
janin yaitu presentasi kepala janin yang tidak normal.
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :
30
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
31/36
a. Anamnesis :
Telah dipimpin megejan 2 jam tapi bayi belum lahir
b. Pemeriksaan Obstetri :
Ukuran panggul dalam normal dengan taksiran berat janin yang
besar.
c. Setelah bayi lahir :
Tampak caput suksedaneum di daerah ubun-ubun besar, yang
menunjukkan kelainan presentasi janin, sehingga mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan cephalopelvic.
3. MALPRESENTASI PUNCAK KEPALA
Sikap defleksi janin adalah keadaan dari kepala janin yang
mengadakan extensi terhadap columnavertrebalis.
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :
a. Pemeriksaan Obstetri :
VT : kepala masih di Hodge I-II, teraba caput suksedaneum di
Hodge II.
b. Setelah bayi lahir :
Didapatkan adanya caput suksedaneum yang terdapat di daerah
ubun-ubun besar.
Sikap defleksi ringan menyebabkan kepala dalam kedaan
sedikit tengadah sehingga pada waktu kepala masuk pangul
(engagement) dalam diameter occipito-frontalis. Dengan demikian
bagian terendah janin adalah vertex. Oleh karena itu disebut pula vertex
presentasi atau sincipital presetation. Diameter occipito-frontalis lebih
panjang dari suboccipito bregmatika, ini menyebabkan penurunan kepala
pada presentasi puncak kepala lebih lama dari normal. Pada presentasi
punak kepala, persalinan masih dapat spontan. Akan tetapi kala II lebih
lama daripada normal.
31
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
32/36
4. Pre eklamsia Ringan
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :
a. Pemeriksaan Fisik :
Didapatkan : Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Pemeriksaan Laboratorium :
Proteinuria ( Ewitz) : (+) 2
Pada kasus ini penanganan dipilih penaganan aktif karena umur
kehamilan sudah 41 minggu, janin matur dan ibu sudah dalam
persalinan.
5. Hamilpost date
Suatu kehamilan disebut hamil post date apabila setelah
melewati waktu hari perkiraan kelahiran, yaitu 280 hari, namun belum
terjadi persalinan.
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :
a. Anamnesa
Didapatkan keterangan HPMT : 24 Oktober 2005
HPL : 31 Juli 2006
UK : 41+1 minggu
b. USG
Didapatkan placenta berinsersi grade III, artinya mulai ada tanda-
tanda pengapuran atau kalsifikasi.
6. Infertilitas Sekunder
Pada kasus ini diagnosa infertilitas sekunder ditegakkan dari :
a. Anamnesa
Penderita telah mempunyai seorang anak, saat ini berusia
11 tahun. Penderita menggunakan pil KB selama 5 tahun,
kemudian baru menstruasi beberapa bulan setelah tidak minum pil.
Penderita baru hamil lagi 5 tahun kemudian meskipun teratur
berhubungan dengan suaminya.
32
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
33/36
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
34/36
-
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
35/36
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB
POGI, FKUI, Jakarta. Pp : 35-45
Allan, H., et all. 1994. Current Obstetric & Ginecologic Diagnosis and
Treatment. 8th edition. Appleton, Norwak, Connecticut.
Brandon dkk , 2002. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics
2nd edition The Johns Hopkins University Department By Lippincott
Williams & Wilkins Publishers
Chrisdiono M. A. 2004. Kehamilan Postterm. Dalam : Prosedur Tetap Obstetridan Ginekologi. EGC. Jakarta. Pp: 32-33.
Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 1997.
Williams Obstretics 20th edition. Prentice-Hall International Inc. Pp :
773-818
Goldman. K. E. 2003. Secondary Infertility.
http://infertility.about.com/cs/secondaryif/a/2ndryIF_2.htm
Hudono, S.T; Samil, R.S. 1999. Penyakit kardiovaskuler. Dalam Wiknjosastro H,
Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 429-431
James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.
Haney, David N Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed:.
Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition.
Joy, Satu and Lyon, Deborah. 2005. Diagnosis of Abnormal Labor.
http://www.emedicine.com/med/topic3488.htm
M. Dikman Angsar. 1995. Kuliah Dasar Hipertensi dalam Kehamilan (EPHGestosis). Lab UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR/ RSUD Dr.
Soetomo, Surrabaya. Pp : 19-41
Merck. 2005.Problem in the First and Second Stage of Labor. The Merck Manual
of Diagnosis and Therapy.
http://www.merck.com/mrkshared/mmanual/section18/chapter253/25
3g.jsp
Neville, dkk. 2001. Esential Obstetri dan Gynecologi. Hipokrates, Jakarta. Pp :
20-30
35
http://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic3488.htmhttp://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic3488.htm -
7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul
36/36
Price dan Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. EGC. Pp : 722-23
R. Hariadi. 2004. Hipertensi Dalam Kehamilan Dalam : Ilmu Kedokteran
Fetomaternal. Edisi Perdana. Himpunan Kedokteran Feto Maternal
POGI. Surabaya. Pp : 494-499.
Repke JT, Johnson TR, Ludmir J. 2005. Diagnosis of Abnormal Labor.
http://www.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/OBGYN/f/web/Abnormal
%20Labor/
Rustam Mochtar. 1998. Kelainan Pada Letak Kepala. Dalam : Sinopsis Obstetri
Jilid 1. Editor: Delfi Lutan, EGC, Jakarta. Pp: 339-340.
S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Letak dan
Bentuk Janin. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga
Cetakan Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta. Pp : 597-598.
S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Panggul.
Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan
Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp :
641-645.
SMF Obsgin RSDM. 2004. Disproporsi Kepala Panggul. Dalam : Prosedur
Tetap Pelayanan Profesi Kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri &
Ginekologi. RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Pp : 36-37.
Sumapraja, S; Rachimhadhi, T. 1999. Infertilitas. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu
Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 365-76
Wibowo, B; Rachimhadhi, T. 1999. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Dalam
Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 281-300
Wibowo, B; Rachimhadhi, T. 1999. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Dalam
Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 281-300