kala ii lama, disproporsi kepala panggul

Upload: calista-giovani

Post on 03-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    1/36

    PRESENTASI KASUS

    KALA II LAMA, DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

    MALPRESENTASI PUNCAK KEPALA, PREEKLAMSIA RINGAN PADA

    SEKUNDIGRAVIDA HAMIL POSTDATE DENGAN RIWAYAT

    INFERTILITAS SEKUNDER 5 TAHUN

    Oleh :

    Asian Edward Sagala

    Garinda Alma Duta

    Fery K

    G0099052

    G0099084

    G0000080

    Pembimbing :

    dr. Wuryatno, SpOG

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

    SURAKARTA

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    2/36

    2006

    2

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    3/36

    KALA II LAMA, DKP MALPRESENTASI PUNCAK KEPALA, PER

    PADA SEKUNDIGRAVIDA HAMIL POSTDATE DENGAN RIWAYAT

    INFERTILITAS SEKUNDER 5 TAHUN

    ABSTRAK

    Kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai dengan bayi lahir

    seluruhnya. Pada primigravida, kala II berlangsung rata-rata 1 jam sedangkan

    pada multipara rata-rata jam. Kala II lama terjadi apabila waktumya

    berlangsung melebihi waktu yang seharusnya. Penyebab kala II lama adalah salah

    satu atau kombinasi dari ketiga faktor yaitu his (power), panggul (passage), dan

    janin (passsenger).

    Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam persalinan, tetapi yang

    tidak kalah penting adalah hubungan antara kepala janin dengan luassnya panggul

    ibu. Bila hubungan ini tidak imbang, maka terjadilah disproporsi kepala panggul,

    yang bila berat, persalinan tidak mungkin dilanjutkan per vaginam. Persalinan

    dengan DKP dapat mengakibatkan bahaya bagi ibu maupun janinnya, sehingga

    dewasa ini penatalaksanaan dengan seksio cesaria merupakan pilihan yang tepat

    dan aman.

    Sebuah kasus Kala II lama et causa DKP malpresentasi puncak kepala,

    preeklamsia ringan pada G2P1A0, 31 tahun, hamil 41 minggu dengan riwayat

    infertilitas sekunder 5 tahun. Riwayat obstetrik baik, janin tunggal, intra uterine

    presentasi puncak kepala, DKP malpresentasi puncak kepala dan Pre Eklampsi

    Ringan (PER). Sectio caesaria dilakukan atas indikasi janin yaitu kala II lama.

    ____________________________________________________________________

    Kata kunci : kala II lama, DKP, malpresentasi puncak kepala

    3

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    4/36

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Kala II Lama

    Kala II dimulai ketika cervix telah membuka lengkap dan diakhiri

    dengan lahirnya bayi. Kala II lama adalah lamanya penderita dipimpin

    setelah pembukaan lengkap, biasanya menurut kesepakatan untuk nullipara

    2 jam dan multipara 1 jam. Pada primigravida, disebut kala II lama apabila

    telah dipimpin persalinan selama 1 1 jam tidak terjadi kemajuan

    persalinan. Sedangkan pada sekundigravida atau multigravida, bila lebihdari - 1 jam.(Repke et all, 2005)

    Persalinan abnormal pada kala II seringkali adalah akibat salah

    satu dari tiga hal dibawah ini :

    1. Passanger / janin

    Janin dapat menyebabkan persalinan macet karena ukuran kepala

    janin yang besar atau presentasi kepala janin yang tidak normal misalnya

    pada cephalic occiput anterior atau occiput posterior. Beberapa hal tersebut

    dapat menyebabkan persalinan abnormal, meskipun ukuran panggul

    normal.

    2. Passage / ukuran panggul

    Bentuk panggul terlalu kesil atau terlalu sempit untuk dilalui janin.

    Kedua faktor di atas dapat menyebabkan persalinan abnormal melalui

    obstruksi mekanik yang akan mengarah pada distosia.

    3. Power / his atau kontraksi uterus

    Frekuensi dari kontraksi uterus mungkin menjadi adekuat namun

    intensitasnya bisa menjadi inadekuat. Apapun penyebabnya, pola kontraksi

    gagal untuk menghasilkan pendataran dan pembukaan cervik. (Joy S and

    Lyon D, 2005 )

    B. Disproposi Kepala Panggul

    1. Definisi

    4

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    5/36

    DKP adalah adanya ketidakseimbanngan antara luasnya

    panggul ibu dengan besarnya kepala janin (S. Martohoesodo dan R.

    Hariadi. 1999)

    2. Etiologi

    Kemungkinan penyebab dari DKP meliputi:

    a. Bayi besar (disproposi absolut)

    o Faktor hereditas

    o postmaturitas

    o diabetes

    o multiparitas

    b. Presentasi abnormal (disproposi relatif)

    Janin normal lahir dalam posisi occipito anterior Jika kepala

    fleksi dengan baik kemudian kepala dalam posisi diameter

    suboccipito bregmatika (9,5 cm ) dan akan mudah melewati

    panggul. Pada presentsi diameter tang lain akan menghasilkan

    presentasi dengan diameter ang lebih besar (11.5 cm - 13.5 cm).

    c. Panggul kecil

    d. Kelainan bentuk panggul abnormal

    e. Kelainan traktus genital

    o cervix : kekakuan kongenital, parut pasca operasi

    o vagina : septum kongenital

    o Fibroid dapat menyebabkan obstruksi

    (Merck, 2005)

    3. Diagnosa

    a. Anamnesis

    o Riwayat bedah cesar atas indikasi DK

    o Riwayat trauma atau penyakit panggul

    o Persalinan yang tidak maju.

    b. Pemeriksaan Fisik

    o Hamil aterm, kepala belum masuk panggul.

    5

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    6/36

    o Pemeriksaan panggul dalam panggul sempit.

    o

    Sudut Muller Kerr Monroe tumpul.(SMF Obsgin RSDM, 2004)

    Diagnosa dari DKP seringkali ketika perjalanan dari persalinan tidak

    adekuat dan terapi medis seperti oksitosin tidak berhasil dicoba. DKP

    sulit didiagnosa sebelum persalinan dimulai jika bayi diperkirakan

    besar dan pangul ibu diketahui sempit. USG digunakan untuk

    memperkirakan ukuran janin, meskipun tidak 100 % akurat dalam

    menentukan bera badan janin. Pemeriksaan fisik khususnya

    pengukuran pelvis seringkali lebih akurat dalam menentukan diagnosa

    DKP. (Merck, 2005)

    Untuk mengantisipasi adanya kecurigaan DKP bila terdapat :

    a. Tinggi badan kurang dari 145 cm

    b. Malnutrisi yang kronis

    c. Trauma yang menyebabkanfraktur pada panggul

    d. Gangguan neuromuskular

    e. Kyphoscoliosis

    f. Riwayat obsterik jelek

    4. Penatalaksanaan

    a. DKP berat yang mengakibatkan persalinan macet sectio

    cesaria

    b. DKP ringan dapat dicoba partus percobaan

    (SMF Obsgin RSDM, 2004)

    C. Malpresentasi Puncak Kepala

    1. Definisi

    Sikap defleksi janin adalah keadaan dari kepala janin yang

    mengadakan extensi terhadap columnavertrebalis. Hal ini terjadi

    apabila kepala janin dalam keadaan defleksi ringan sehingga ubun-

    ubun besar merupakan bagian terendah. (S. Martohoesodo dan R.

    Hariadi. 1999)

    2. Klasifikasi

    6

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    7/36

    Sikap defleksi mempunyai 3 derajat :

    a. Defleksi ringan

    Menyebabkan presentasi puncak kepala

    b. Defleksi sedang

    Menyebabkan presentasi dahi

    c. Defleksi maksimal (berat)

    Menyebabkan presentasi muka

    3. Sebab-sebab sikap defleksi

    a. Primer

    Higroma colli

    Lilitan tali pusat

    Tonus otot leher/badan yang banyak

    b. Sekunder

    Panggul sempit (adanya DKP)

    Kelainan kongenital (anenchephalus)

    Perut pendulans pada multiparitas

    Hydramnion

    Ketuban pecah dini

    His lemah

    (Rustam Mochtar, 1998)

    4. Pengaruhnya pada proses persalinanan

    Sikap defleksi ringan menyebabkan presentasi puncak kepala.

    Sikap defleksi ini adalah sebab sekunder yaitu panggul sempit atau

    adanya DKP.

    Sikap defleksi ringan menyebabkan kepala dalam kedaan sedikit

    tengadah sehingga pada waktu kepala masuk pangul (engagement)

    dalam diameter occipito-frontalis. Dengan demikian bagian terendah

    janin adalah vertex. Oleh karena itu disebut pula vertex presentasi

    atau sincipital presetation. Diameter occipito-frontalis lebih panjang

    7

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    8/36

    dari suboccipito bregmatika, ini menyebabkan penurunan kepala pada

    presentasi puncak kepala lebih lama dari normal.

    Pada presentasi punak kepala, persalinan masih dapat spontan.

    Akan tetapi kala II lebih lama daripada normal. Dapat terjadi defleksi

    maksimal pada dasar panggul pada saat keluar pintu jalan lahir

    (Rustam Mochtar, 1998)

    5. Diagnosis

    Pada pemeriksaan dalam dijumpai UUB yang paling rendah.

    Setelah anak lahir, ditemukan adanya caput suksedaneum di

    daerah ubun-ubun besar. (Rustam Mochtar, 1998)

    A. Pre Eklampsi Ringan.

    1.Definisi

    Pre eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

    edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini

    terjadi pada triwulan ke 3 kehamilan tetapi dapat juga terjadi

    sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.(Wibowo dan

    Rachimhadhi, 1999)

    Definisi lain menyebutkan bahwa pre eklamsia adalah suatu

    sindroma klinik pada kehamilan viable ( usia kehamilan > 20 minggu

    atau berat janin > 500 gram ) yang ditandai dengan hipertensi,

    proteinuria, dan oedema. (Chrisdiono, 2004)

    Pre eklamsia dikatakan ringan apabila tekanan darah kurang

    lebih 140/90 mmHg dan proteiuria +1.(Chrisdiono, 2004)

    2.Etiologi

    Penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui pasti.

    Teori yang dewasa ini dapat dikemukakan sebagai penyebab pre

    eklampsia ialah iskemia plasenta. (Hudono, 1999)

    Vasospasme merupakan dasar patofisiologi pre eklampsia dan

    eklampsia. Konsep ini yang pertama kali diajukan oleh Volhard

    8

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    9/36

    (1918). (Price dan Wilson, 1995) Namun tetap banyak teori yang

    mencoba menerangkan sebab penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang

    dapat memberi jawaban yang memuaskan.(Hudono, 1999)

    Sekarang ini tiga hipotesis menempati penyelidikan utama,

    hipotesis pertama menghubungkan pre eklampsia dengan faktor

    imunologi (ketidakcocokan berlebihan antara ibu dengan anak),

    hipotesis kedua menghubungkan sindrom prostalglandin yang

    menimbulkan ketidakseimbangan diantara vasodilator PG2 dan

    prostasiklin serta rangkaian vasokonstriktor PGF dan tromboksan,

    hipotesis ketiga menghubungkan pre eklampsia dengan iskhemi

    uteroplasenta.(Wibowo dan Rachimhadhi, 1999)

    Rupanya tidak hanya satu faktor melainkan banyak faktor yang

    menyebabkan pre eklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor

    yang ditemukan seringkali sukar ditentukan mana yang sebab dan

    mana yang akibat.(Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)

    3.Patofisiologi

    Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai

    dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriolae pada tubuh

    mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha

    untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan

    tetap tercukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan oedem yang

    disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruang

    interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi garam

    dan air. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriolae sehingga

    terjadi perubahan pada glomerulus. (Cunningham dkk, 1997)

    4.Frekuensi

    Untuk tiap negara berbeda karena banyak faktor yang

    mempengaruhinya; jumlah primigravida, kedaan sosial ekonomi,

    perbedaan dalam penentuan diagnosa. Dalam kepustakaan frekuensi di

    lapangan berkisar antara 3-10%.(Abdul Bari, 2003)

    9

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    10/36

    Pada primigravida frekuensi pre eklampsia lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan multigravida terutama primigravida muda, DM,

    Mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35

    tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre

    eklampsia.(Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)

    5.Klasifikasi

    Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

    a. Pre eklampsia ringan

    Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi

    terlentang; atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau

    kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg.

    Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali

    pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6

    jam.

    Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan

    berat badan 1 kg per minggu.

    Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau

    2+ pada urin kateter atau mid stream.

    b. Pre eklampsia berat

    Tekanan darah 160/110 mmHg.

    Proteinuria 5 gram/liter.

    Oligouria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc/24 jam.

    Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan nyeri

    epigastrium.

    Terdapat oedem paru dan sianosis. (Cunningham dkk,

    1997)

    Klasifikasi pre-eklampsia lain , yaitu :

    a. Genuine pre-eklampsia

    10

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    11/36

    Gejala pre-eklampsia yang timbul setelah kehamilan 20

    minggu disertai dengan oedem (pitting) dan kenaikan

    tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/90. Juga terdapat

    proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach)

    b. Super imposed pre-eklampsia

    Gejala pre-eklampsia yang terjadi kurang dari 20 minggu

    disertai proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach), dan bisa

    disertai oedem. Biasanya disertai hipertensi kronis

    sebelumnya.

    6.Diagnosis

    Diagnosis pre eklampsia didasarkan atas adanya dua tanda

    utama, yaitu hipertensi, oedem dan proteinuria.

    Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah

    gejala-gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif

    dan obyektif. Gejala subyektif antara lain : nyeri kepala, gangguan

    visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain :

    hiperreflexia, eksitasi motorik dan sianosis. (Neville dkk, 2001)

    Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran.

    Dengan adanya tanda dan gejala pre eklampsia yang disusul oleh

    serangan kejang, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.

    (Hudono dan Samil, 1999)

    7.Pencegahan

    Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam

    pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,

    namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih

    banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak,

    karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak

    berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklamsi dan

    segera merawat penderita tanpa memberikan diuretik dan obat

    11

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    12/36

    antihipertensi. Memang merupakan kemajuan dari pemeriksaan

    antenatal yang baik. (Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)

    8.Differential Diagnosis

    - Hipertensi menahun

    - Penyakit ginjal.

    - Epilepsi

    B. Hamil post date

    1. Definisi

    Kehamilan post date adalah kehamilan yang telah melewati hari

    perkiraan kelahiran, yaitu 280 hari, dihitung dari hari pertama

    menstruasi terakhir.

    2. Kriteria Diagnosis

    Usia kehamilan telah melewati 280 hari.

    Palpasi bagian-bagian janin lebih jelas karena

    berkurangnya air ketuban.

    Kemungkinan dijumpai abnormalitas denyut

    jantung janin.

    Pengapuran atau kalsifikasi placenta pada

    pemeriksaan USG.

    (Chrisdiono, 2004)

    C. Infertilitas Sekunder

    1. Definisi

    Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan dari pasangan usia

    reproduktive untuk mendapatkan keturunan setelah setidaknya 1 tahun

    melakukan coitus teratur tanpa kontrasepsi. Infertilitas primer terjadi

    ketika wanita tidak pernah hamil. Infertilitas sekunder didapatkan

    ketika wanita telah mempunyai satu anak atau lebih. Fekundabilitas

    adalah kemampuan untuk mendapatkan suatu kehamilan ddalam satu

    12

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    13/36

    siklus menstruasi. Untuk suatu pasangan normal, kira-kira 25 %.

    Fekunditas adalah kemampuan untuk mendapatkan suatu kelahiran

    hidup dari satu siklus menstruasi (James dkk, 2002)

    Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil

    dan melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya.

    Infertilitas adalah keadaan dimana tidak terjadi keamilan setelah 12

    bulan senggama tanpa kontrasepsi. Infertilitas sekunder adalah

    infertilitas jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi

    walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan

    kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

    2. Etiologi

    Infertilitas disebabkan oleh :

    a. Gangguan hubungan seksual yaitu :

    Teknik senggama

    Gangguan psikososial

    Ejakulasi abnormal

    Kelainan antomi

    b. Gangguan produksi dan transportasi sperma

    Kelainan congenital

    Kelainan akuisital

    c. Gangguan ovulasi

    Primer

    Sekunder

    d. kelainan tempat implantasi dan jalur transportasi.

    e. gangguan pada peritoneum

    (Goldman. K.E, 2003)

    Etiologi yang lain antara lain :

    a. Masalah Air Mani

    13

    http://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://infertility.about.com/mbiopage.htm
  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    14/36

    Masalah air mani ini dapat diuji dengan test penampungan

    air mani, pemeriksaan karakteristik air mani, pemeriksaan

    mikroskopik, uji ketidakcocokan imunologik.

    b. Masalah Vagina

    Masalah vagina yang dapat menghambat fertilitas adalah

    adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen

    disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan

    anatomic dapat karena bawaan atau perolehan.

    c. Masalah Serviks

    Hal ini dapat disebabkan adanya sumbatan kanalis

    servikalis, lender serviks yang abnormal, malposisi dari

    serviks atau kombinasinyaBisa juga karena adanya cacat

    bawaan (atresia), polip serviks, stenosis, peradangan,

    sinekia dan inseminasi yang tidak adekuat.

    d. Masalah Uterus

    Masalah yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa

    melalui uterus adalah distorsi kavum uteri karena sinekia,

    mioma, polip, peradangan endometrium dan gangguan

    kontraksi uterus

    e. Masalah Tuba

    Frekuensi factor tuba dalam infertilitas sangat bergantung

    pada populasi yang diselidiki. Peranan faktor tuba yang

    masuk akal ialah 25-50%. Dengan demikian, dapat

    dikatakan faktor tuba paling sering ditemukan dalam

    masalah infertilitas. Oleh karena itulah, penilaian patensi

    tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting

    dalam pengelolaan infertilitas.

    f. Masalah Ovarium

    Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan

    infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa

    14

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    15/36

    ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat menyebabkan

    infertilitas.

    g. Masalah Peritoneum

    (Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)

    3. Prognosis Infertilitas

    Menurut Behrman dan Kistner prognosis terjadinya kehamilan

    tergantung pada umur istri, umur suami dan lamanya dihadapkan

    kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi sanggama dan lamanya

    perkawinan). (Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)

    Menurut penyelidikan Dor et al, menunjukkan apabila umur istri

    akan dibandingkan dengan angka kehamilannya, maka pada

    infertilitas primer terdapat penurunan yang tetap setelah umur 30

    tahun. Pada infertilitas sekunder terdapat juga penurunan, akan tetapi

    tidak securam seperti pada infertilitas primer. (Sumapraja dan

    Rachimhadhi, 1999)

    Menurut Jones dan Pourmand, pasangan yang telah dihadapkan

    kepada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, dapat

    mengharapkan angka kehamilan sebesar 50% yang lebih dari 5 tahun,

    menurun menjadi 30%. (Sumapraja dan Rachimhadhi, 1999)

    15

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    16/36

    BAB III

    STATUS PENDERITA

    A. ANAMNESIS

    Tanggal 8 Agustus 2006 jam 22.00 WIB

    1. Identitas Penderita

    Nama : Ny. Sri Wahyuni

    Umur : 31 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Pekerjaan : Ibu rumah tanggaAgama : Islam

    Alamat : Bendon, Banyudono, Boyolali

    Status Perkawinan : Kawin

    HPMT : 24 Oktober 2005

    HPL : 31 Juli 2006

    UK : 41+1 minggu

    Tanggal Masuk : 8 Agustus 2006

    No.CM : 768836

    Berat badan : 45 Kg

    Tinggi Badan : 145 Cm

    2. Keluhan Utama

    Ingin melahirkan

    3. Riwayat Penyakit Sekarang

    Datang seorang G2P1A0, 31 tahun, merasa hamil 9 bulan, kiriman

    dari bidan dengan keterangan inpartu, letak puncak. Kenceng-kenceng

    teratur dirasakan 7 jam yang lalu. Air kawah sudah dirasakan keluar sejak

    5 jam yang lalu. Lendir darah sudah dirasakan keluar sejak 7 jam yang

    lalu. Gerakan janin masih dirasakan. Penderita telah dipimpin mengejan

    oleh bidan selama 2 jam. Saat ini penderita masih ingin mengejan.

    16

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    17/36

    4. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat sesak nafas : Disangkal Riwayat Hipertensi : Disangkal

    Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

    Riwayat DM : Disangkal

    Riwayat Asma : Disangkal

    Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

    Riwayat Minum Obat Selama Hamil : Disangkal

    Riwayat Operasi : Disangkal

    5. Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat Mondok : Disangkal

    Riwayat Hipertensi : Disangkal

    Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

    Riwayat DM : Disangkal

    Riwayat Asma : Disangkal

    Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

    6. Riwayat Fertilitas

    Penderita telah mempunyai seorang anak, saat ini berusia 11 tahun.

    Penderita menggunakan pil KB selama 5 tahun, kemudian baru

    menstruasi beberapa bulan setelah tidak minum pil. Penderita baru hamil

    lagi 5 tahun kemudian meskipun teratur berhubungan dengan suaminya.

    7. Riwayat Obstetri

    Baik

    8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)

    Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

    17

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    18/36

    9. Riwayat Haid

    - Menarche : 14 tahun

    - Lama menstruasi : 6 hari

    - Siklus menstruasi : 30 hari

    10. Riwayat Perkawinan

    Menikah 1 kali, dengan suami sekarang selama 12 tahun.

    11. Riwayat Keluarga Berencana

    Menggunakan KB suntik selama 5 tahun.

    B. PEMERIKSAAN FISIK

    1. Status Interna

    Keadaan Umum : Tampak kelelahan, CM, Gizi kesan lebih

    Tanda Vital :

    Tensi : 140/90 mmHg

    Nadi : 84 x / menit

    Respiratory Rate : 24 x/menit

    Suhu : 37 0C

    Kepala : Mesocephal

    Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

    THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)

    Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)

    Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae

    hiperpigmentasi (+)

    Cor :

    Inspeksi : IC tidak tampak

    Palpasi : IC tidak kuat angkat

    Perkusi : Batas jantung kesan normal

    Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

    18

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    19/36

    Pulmo :

    Inspeksi : Pengembangan dada ka = ki

    Palpasi : Fremitus raba dada ka = ki

    Perkusi : Sonor/Sonor

    Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)

    Abdomen:

    Inspeksi : Dinding perut > dinding dada

    Stria gravidarum (+)

    Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar

    Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,redup pada

    daerah uterus

    Auskultasi : Peristaltik (+) normal

    Genital : Lendir darah (-) ,air ketuban (+)

    Ekstremitas : Oedema

    - -

    + +

    Akral dingin

    - -

    - -

    2. Status Obstetri

    Inspeksi

    Kepala : Mesocephal

    Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)Wajah : Kloasma gravidarum (+)

    Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae

    hiperpigmentasi (+)

    Abdomen :

    Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)

    Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), terapa janin tunggal, intra

    uterin, memanjang, puki, preskep, kepala masuk

    19

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    20/36

    panggul < 1/3 bagian, TFU 37 cm ~ TBJ 3900

    gram, HIS (+) 4x/10/40-50/kuat.

    Pemeriksaan Leopold

    I : Teraba bagian lunak kesan bokong

    II : Di sebelah kiri teraba bagian keras, rata,

    memanjang

    III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala

    IV : kepala masuk panggul < 1/3 bagian

    Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,redup

    pada daerah uterus

    Auskultasi : DJJ (+) 12-11-12/12-11-12/11-12-12/reguler

    Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-),

    peradangan (-), tumor (-)

    Ekstremitas : Oedema

    - -

    + +

    akral dingin

    - -

    - -

    Pemeriksaan Dalam :

    VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,portio tidak teraba, lengkap, preskep, kepala sudah

    masuk panggul di H I-II, kaput di H II, KK (-), AK (+),

    jernih, tidak berbau, STLD (-)

    UPD : promontorium tidak teraba

    linea terminalis teraba < 1/3 bagian

    spina ischiadica tidak menonjol

    arcus pubis > 90%

    20

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    21/36

    Kesan : panggul normal

    C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Laboratorium Darah tanggal 8 Agustus 2006

    Hemoglobin : 12,8 gr/dl

    Hematokrit : 38,9 %

    Antal Leukosit : 12,9 x 103/uL

    Antal Trombosit : 278 x 103/uL

    Golongan Darah : A

    Bleeding Time : 2 menit 10 detik

    Clotting Time : 4 menit 30 detik

    GDS : 152 mg/dL

    Ureum : 20 mg/dL

    Creatinin : 1,0 mg/dL

    Na : 146

    K : 4,3

    Ion Ca : 1,36

    HbS Ag : negatif

    Ewitz : + 2

    2. Ultrasonografi (USG) :

    Tampak janin tunggal, hidup, intra uterin, memanjang, preskep,

    DJJ (+), dengan fetal biometri :

    BPD = 96 mm AC = 345 mm

    FL = 73 mm EFBW = 3852 gram

    Placenta berinsersi di fundus, grade 3,

    Air ketuban kesan cukup,

    Tidak tampak kelainan kongenital mayor.

    Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik.

    D. KESIMPULAN

    21

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    22/36

    Seorang G2P1A0, 31 tahun, UK 41+1 minggu, riwayat fertilitas jelek, riwayat

    obstetri baik. Janin tunggal, intra uterin, puki, preskep, TBJ 3900 gram, HIS

    (+) kuat, DJJ (+) regular, pembukaan lengkap, kepala turun di H I-II, kaput

    suksedaneum di H II.

    E. DIAGNOSA

    Kala II lama, DKP malpresentasi puncak kepala, PER pada secundigravida

    hamil post date, dengan riwayat infertilitas sekunder 5 tahun.

    F. PROGNOSAJelek

    G. TERAPI

    SCTP-emergency

    Konsul bagian anestesi.

    H. LAPORAN OPERASI Out come :

    Neonatus, jenis kelamin laki-laki, berat badan 4000 gram, paanjang

    badan 50 cm, lingkar kepala/ lingkar dada : 34/35 cm APGAR SCORE

    8-9-10, Anus (+).

    Laporan Operasi :

    Terdapat lilitan tali pusat pada leher sebanyak 3 buah.

    Diagnosa post operasi :Post SCTP emergensi atas indikasi kala II lama, DKP malpresentasi

    puncak kepala, PER pada sekundigravida hamil postdate dengan

    riwayat infertilitas sekunder 5 tahun.

    I. FOLLOW UP

    22

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    23/36

    Tanggal 9 Agustus 2006

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 140/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit

    N = 80x/menit Suhu = 36,9 0C

    Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (-)

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,

    luka operasi terutup verband.

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5

    Tahun DPH I

    Terapi :

    1. Balance cairan

    2. Puasa sampai dengan peristaltik (+)

    3. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)

    4. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam

    5. Infus drip Metronidazole 500 mg/8 jam

    6. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam

    7. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam

    8. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam

    9. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam

    10. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam

    11. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24jam

    Tanggal 10 Agustus 2006

    23

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    24/36

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 140/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit

    N = 82x/menit Suhu = 36,8 0C

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (+)

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,

    luka operasi terutup verband, peristaltik (+)

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5

    Tahun DPH II

    Terapi :

    1. Balance cairan

    2. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)

    3. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam

    4. Infus drip Metronidazole 500 mcg/8 jam

    5. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam

    6. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam

    7. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam

    8. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam

    9. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam

    10. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24 jam

    Tanggal 11 Agustus 2006

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 130/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit

    N = 82x/menit Suhu = 36,7 0C

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    24

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    25/36

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (+)

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,

    luka operasi terutup verband, peristaltik (+)

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5

    Tahun DPH III

    Terapi :

    1. Pindah bangssal

    2. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)

    3. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam

    4. Inf drip Metronidazole 500 mcg/8 jam

    5. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam

    6. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam

    7. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam

    8. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam

    9. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam

    10. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24 jam

    11. Usul ganti oral

    Tanggal 12 Agustus 2006

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 130/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit

    N = 84x/menit Suhu = 36,8 0C

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (+)

    25

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    26/36

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-

    SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5

    Tahun DPH IV

    Terapi :

    1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg

    2. Metronidazol 3 x 500 mg

    3. Prednison 3 x 1 tablet

    4. Sakaneuron 2 x 1 tablet

    5. Vitamin C 3 x 2 tablet

    Tanggal 13 Agustus 2006

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 130/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit

    N = 80x/menit Suhu = 36,8 0C

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (+)

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-

    SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5

    Tahun DPH V

    Terapi :

    26

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    27/36

    1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg

    2. Metronidazol 3 x 500 mg

    3. Prednison 3 x 1 tablet

    4. Sakaneuron 2 x 1 tablet

    5. Vitamin C 3 x 2 tablet

    6. Aff hecting setengah

    Tanggal 14 Agustus 2006

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 18x/menit

    N = 78x/menit Suhu = 36,7 0C

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (+)

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-

    SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5

    Tahun DPH VI

    Terapi :

    1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg

    2. Metronidazol 3 x 500 mg

    3. Prednison 3 x 1 tablet

    4. Sakaneuron 2 x 1 tablet

    5. Vitamin C 3 x 2 tablet

    27

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    28/36

    Tanggal 15 Agustus 2006

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 16x/menit

    N = 68x/menit Suhu = 36,4 0C

    Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (+)

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusat-

    SOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTP emergensi atas indikasi kala II Lama, DKP

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5

    Tahun DPH VII

    Terapi :

    1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg

    2. Metronidazol 3 x 500 mg

    3. Prednison 3 x 1 tablet

    4. Sakaneuron 2 x 1 tablet

    5. Vitamin C 3 x 2 tablet

    6. Aff hecting

    7. Usul BLPL

    Tanggal 16 Agustus 2006

    Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup

    Tanda vital : T = 120/80 mmHg Respiratory Rate = 17x/menit

    N = 78x/menit Suhu = 36,6 0C

    Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

    Thorax : Cor : dalam batas normal

    28

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    29/36

    Pulmo : dalam batas normal

    Laktasi (+)

    Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,

    luka operasi baik, peristaltik (+)

    Genital : Perdarahan (-)

    Lochia (+)

    Diagnosa : Post SCTPem atas indikasi Kala II Lama, Dkp

    Malpresentasi Puncak Kepala, PER pada Sekundigravida

    Hamil Postdate dengan Riwayat Infertilitas Sekunder 5Tahun DPH VIII

    Terapi :

    1. Ciprofloxacin 2 x 500 mg

    2. Metronidazol 3 x 500 mg

    3. Prednison 3 x 1 tablet

    4. Sakaneuron 2 x 1 tablet

    5. Vitamin C 3 x 2 tablet

    29

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    30/36

    BAB IV

    ANALISA KASUS

    A. Analisa Status

    Pada pembuatan status ini dijumpai beberapa kekurangan diantaranya

    perlunya anamnesis yang lebih lanjut mengenai keteraturan ibu melakukan

    pemeriksaan kehamilan (ANC), sehingga kelainan pada kehamilan dapat

    diatasi sejak awal.

    B. Analisa Kasus Diagnosa1. KALA II LAMA

    Kala II lama di diagnosa ketika kepala janin turun kurang dari 1

    cm per jam. Kala II yang menetap lebih dari 2 jam umumnya dianggap

    abnormal dan merupakan indikasi bedah persalinan pervaginal atau

    bedah caesarian. Pada pasien ini, sekundigravida, pasien telah dipimpin

    mengejan lebih dari 2 jam setelah pembukaan lengkap.

    Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :

    a. Anamnesa :

    Didapatkan anamnesa kiriman dari bidan dengan keterangan

    kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 7 jam yang lalu dan telah

    dipimpin mengejan selama 2 jam.

    b. Keadaan umum ibu : tampak kelelahan

    c. Pemeriksaan Obstetri :

    Didapatkan. His (+) 4x/10 40-50 kuat, lengkap, kepala masih

    di Hodge I/II, teraba caput suksedaneum di Hodge II.

    2. DISPROPOSI KEPALA PANGGUL

    DKP adalah tidak adanya keseimbangan antara kapasitas jalan

    lahir dan besarnya kepala janin. Penyebab pada kasus ini adalah faktor

    janin yaitu presentasi kepala janin yang tidak normal.

    Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :

    30

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    31/36

    a. Anamnesis :

    Telah dipimpin megejan 2 jam tapi bayi belum lahir

    b. Pemeriksaan Obstetri :

    Ukuran panggul dalam normal dengan taksiran berat janin yang

    besar.

    c. Setelah bayi lahir :

    Tampak caput suksedaneum di daerah ubun-ubun besar, yang

    menunjukkan kelainan presentasi janin, sehingga mengakibatkan

    terjadinya ketidakseimbangan cephalopelvic.

    3. MALPRESENTASI PUNCAK KEPALA

    Sikap defleksi janin adalah keadaan dari kepala janin yang

    mengadakan extensi terhadap columnavertrebalis.

    Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :

    a. Pemeriksaan Obstetri :

    VT : kepala masih di Hodge I-II, teraba caput suksedaneum di

    Hodge II.

    b. Setelah bayi lahir :

    Didapatkan adanya caput suksedaneum yang terdapat di daerah

    ubun-ubun besar.

    Sikap defleksi ringan menyebabkan kepala dalam kedaan

    sedikit tengadah sehingga pada waktu kepala masuk pangul

    (engagement) dalam diameter occipito-frontalis. Dengan demikian

    bagian terendah janin adalah vertex. Oleh karena itu disebut pula vertex

    presentasi atau sincipital presetation. Diameter occipito-frontalis lebih

    panjang dari suboccipito bregmatika, ini menyebabkan penurunan kepala

    pada presentasi puncak kepala lebih lama dari normal. Pada presentasi

    punak kepala, persalinan masih dapat spontan. Akan tetapi kala II lebih

    lama daripada normal.

    31

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    32/36

    4. Pre eklamsia Ringan

    Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :

    a. Pemeriksaan Fisik :

    Didapatkan : Tekanan darah : 140/90 mmHg

    b. Pemeriksaan Laboratorium :

    Proteinuria ( Ewitz) : (+) 2

    Pada kasus ini penanganan dipilih penaganan aktif karena umur

    kehamilan sudah 41 minggu, janin matur dan ibu sudah dalam

    persalinan.

    5. Hamilpost date

    Suatu kehamilan disebut hamil post date apabila setelah

    melewati waktu hari perkiraan kelahiran, yaitu 280 hari, namun belum

    terjadi persalinan.

    Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :

    a. Anamnesa

    Didapatkan keterangan HPMT : 24 Oktober 2005

    HPL : 31 Juli 2006

    UK : 41+1 minggu

    b. USG

    Didapatkan placenta berinsersi grade III, artinya mulai ada tanda-

    tanda pengapuran atau kalsifikasi.

    6. Infertilitas Sekunder

    Pada kasus ini diagnosa infertilitas sekunder ditegakkan dari :

    a. Anamnesa

    Penderita telah mempunyai seorang anak, saat ini berusia

    11 tahun. Penderita menggunakan pil KB selama 5 tahun,

    kemudian baru menstruasi beberapa bulan setelah tidak minum pil.

    Penderita baru hamil lagi 5 tahun kemudian meskipun teratur

    berhubungan dengan suaminya.

    32

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    33/36

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    34/36

  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    35/36

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Bari, S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB

    POGI, FKUI, Jakarta. Pp : 35-45

    Allan, H., et all. 1994. Current Obstetric & Ginecologic Diagnosis and

    Treatment. 8th edition. Appleton, Norwak, Connecticut.

    Brandon dkk , 2002. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics

    2nd edition The Johns Hopkins University Department By Lippincott

    Williams & Wilkins Publishers

    Chrisdiono M. A. 2004. Kehamilan Postterm. Dalam : Prosedur Tetap Obstetridan Ginekologi. EGC. Jakarta. Pp: 32-33.

    Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 1997.

    Williams Obstretics 20th edition. Prentice-Hall International Inc. Pp :

    773-818

    Goldman. K. E. 2003. Secondary Infertility.

    http://infertility.about.com/cs/secondaryif/a/2ndryIF_2.htm

    Hudono, S.T; Samil, R.S. 1999. Penyakit kardiovaskuler. Dalam Wiknjosastro H,

    Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 429-431

    James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.

    Haney, David N Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed:.

    Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition.

    Joy, Satu and Lyon, Deborah. 2005. Diagnosis of Abnormal Labor.

    http://www.emedicine.com/med/topic3488.htm

    M. Dikman Angsar. 1995. Kuliah Dasar Hipertensi dalam Kehamilan (EPHGestosis). Lab UPF Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR/ RSUD Dr.

    Soetomo, Surrabaya. Pp : 19-41

    Merck. 2005.Problem in the First and Second Stage of Labor. The Merck Manual

    of Diagnosis and Therapy.

    http://www.merck.com/mrkshared/mmanual/section18/chapter253/25

    3g.jsp

    Neville, dkk. 2001. Esential Obstetri dan Gynecologi. Hipokrates, Jakarta. Pp :

    20-30

    35

    http://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic3488.htmhttp://infertility.about.com/mbiopage.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic3488.htm
  • 7/27/2019 Kala II Lama, Disproporsi Kepala Panggul

    36/36

    Price dan Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

    Edisi 4. EGC. Pp : 722-23

    R. Hariadi. 2004. Hipertensi Dalam Kehamilan Dalam : Ilmu Kedokteran

    Fetomaternal. Edisi Perdana. Himpunan Kedokteran Feto Maternal

    POGI. Surabaya. Pp : 494-499.

    Repke JT, Johnson TR, Ludmir J. 2005. Diagnosis of Abnormal Labor.

    http://www.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/OBGYN/f/web/Abnormal

    %20Labor/

    Rustam Mochtar. 1998. Kelainan Pada Letak Kepala. Dalam : Sinopsis Obstetri

    Jilid 1. Editor: Delfi Lutan, EGC, Jakarta. Pp: 339-340.

    S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Letak dan

    Bentuk Janin. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga

    Cetakan Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

    Jakarta. Pp : 597-598.

    S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Panggul.

    Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan

    Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp :

    641-645.

    SMF Obsgin RSDM. 2004. Disproporsi Kepala Panggul. Dalam : Prosedur

    Tetap Pelayanan Profesi Kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri &

    Ginekologi. RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Pp : 36-37.

    Sumapraja, S; Rachimhadhi, T. 1999. Infertilitas. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu

    Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 365-76

    Wibowo, B; Rachimhadhi, T. 1999. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Dalam

    Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam.

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 281-300

    Wibowo, B; Rachimhadhi, T. 1999. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Dalam

    Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam.

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 281-300