kalibrasi synchro sources dengan api

85
L A P O R A N KERJA PRAKTEK ANALISA KALIBRASI SYNCHRO SOURCES DENGAN ANGLE POSITION INDICATOR di PT. Garuda Maintenance Facility AeroAsia Soekarno Hatta International Airport Cengkareng Disusun Oleh: Dianmas Eka Cahya Putri M0212029

Upload: dianmas-ecp

Post on 15-Sep-2015

271 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Makalah ini berisi tentang bagaimana cara mengkalibrasi synchro sources dengan menggunakan kalibrator Angle Position Indicator (API)

TRANSCRIPT

L A P O R A N

KERJA PRAKTEKANALISA KALIBRASI SYNCHRO SOURCESDENGAN ANGLE POSITION INDICATOR

diPT. Garuda Maintenance Facility AeroAsiaSoekarno Hatta International Airport Cengkareng

Disusun Oleh:

Dianmas Eka Cahya PutriM0212029JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2015HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

1. Judul KP

: Kalibrasi Synchro Sources dengan Angle Indicator Position2. Peserta KP

:

a. Nama Lengkap

: Dianmas Eka Cahya Putri

b. NIM

: M0212029

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Semester

: 6

e. Fakultas/Jurusan/Program: FMIPA/Fisika

f. Universitas

: Universitas Sebelas Maret

3. Tempat KP

:

a. Nama Instansi

: PT GMF AeroAsia

b. Alamat Instansi

: Soekarno Hatta International Airport,

Cengkareng Indonesia

4. Waktu KP

: 12 Januari 2015 12 Pebruari 2015Tangerang, Pebruari 2015Peserta Kerja Praktek

Dianmas Eka Cahya P.

NIM. M0212029

Disetujui Dosen Pembimbing Kerja Praktek Pembimbing LapanganKhairuddin, S.Si,M.Phil.,Ph.D SupriyadiNIP. 19701018 199702 1 001

NIK.Mengetahui,

Ketua Jurusan Fisika

Manager Calibration Shop

FMIPA UNS

PT GMF AeroAsiaAhmad Marzuki, S.Si.,Ph.D.

Tahan Olsen NababanNIP. 19680508 199702 1 001

NIK. 528114KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan kerja praktek dan laporan kerja praktek di PT. GMF AeroAsia ini. Suatu pengalaman yang sangat berharga bagi penulis pernah menjadi bagian dari PT. GMF AeroAsia dalam melaksanakan kerja praktek selama satu bulan ini. Kegiatan kerja praktek ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa kepada dunia kerja, dengan pengalaman yang didapat selama kerja praktek ini diharapkan mahasiswa siap dalam menghadapi lingkungan kerja pada nantinya.Terima kasih penulis ucapkan kepada orang-orang terbaik yang selalu mendukung penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek ini. Beberapa diantaranya adalah:

1. Keluarga (Bapak, Ibu, Adik), yang selalu memberikan bimbingan, dukungan dan semangat kepada penulis serta yang selalu mengkhawatirkan penulis.2. PT. GMF AeroAsia, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktek disini.

3. Bapak Amay Sahmay, selaku koordinator pembimbing lapangan di lokasi tempat kerja praktek, yang telah banyak membantu dalam proses pendaftaran Kerja Praktek, memberikan banyak ilmu, pengalaman, dan bimbingan dalam menyelesaikan kerja praktek ini.

4. Bapak Yudi Erwanta, selaku Manager PPC yang telah menjelaskan dan mengenalkan tentang bagian-bagian dari Calibration Shop.5. Bapak Tahan Olsen Nababan, selaku Manager Calibration Shop yang telah dengan senang hati berbagi pengalaman dan ilmunya kepada penulis.6. Bapak Firdaus, selaku koordinator Kerja Praktek di Calibration Shop, yang telah dengan sangat sabar membimbing Penulis dan teman-teman dalam menyelesaikan Kerja Praktek dan yang telah mengikutsertakan penulis dan teman-teman dalam melakukan kalibrasi di luar laboratorium Kalibrasi. Terimakasih Bapak Kepala Sekolah.7. Bapak Supriyadi, selaku pembimbing materi kerja praktek, yang telah memberikan banyak ilmu, pengalaman hidup dan selalu sabar dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang penulis berikan.8. Bapak Dedy Sugandi, Bapak Ramdhan, yang telah banyak membantu penulis, banyak memberikan ilmu, semangat serta pengalaman hidup kepada penulis, terimakasih film nya Pak.9. Mas Risky, Mas Rahmat, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Kerja Praktek ini, yang telah banyak memberikan transfer canda tawa.10. Seluruh staff dan karyawan PT. GMF AeroAsia khususnya unit Calibration Shop, yang telah menerima penulis dengan baik dan memberikan banyak sekali bantuan, dukungan, semangat, sharing ilmu dan pengalaman.

11. Bapak Khairuddin selaku dosen pembimbing mata kuliah magang mahasiswa.

12. Teman-teman kerja praktek di PT. GMF AeroAsia atas kerjasama dan kerjakerasnya.13. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tidak ada manusia tanpa kelemahan yang selalu menyertainya. Untuk itu penulis menyadari banyak kekurangan yang ada pada diri penulis selama kerja praktek ini berlangsung. Kritik dan saran sangat diharapkan dalam kedepan yang lebih baik. Akhir kata, semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Tangerang, Pebruari 2015 Penulis

DAFTAR ISIiHALAMAN JUDUL

iiHALAMAN PENGESAHAN

iiiKATA PENGANTAR

vDAFTAR ISI

viiDAFTAR TABEL

viiiDAFTAR GAMBAR

BAB I 1PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

31.2 Batasan Masalah

31.3 Tujuan Kerja Praktek

41.4 Manfaat Kerja Praktek

41.5 Pelaksanaan Kerja Praktek

41.6 Sistematika Penulisan

BAB II 6TINJAUAN PUSTAKA

62.1 Tinjauan Umum Perusahaan

62.1.1 Sejarah PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia

62.1.2 Visi dan Misi PT GMF AeroAsia

72.1.3 Fasilitas PT GMF AeroAsia

82.2 Tinjauan Pustaka

82.2.1 Pengukuran

92.2.2 Kalibrasi

142.2.5 Sistem Navigasi Pesawat Terbang

142.2.6 Histeristis

152.2.6 Synchro

162.2.7 Angle Position Indicator

BAB III 17METODE PELAKSANAAN

173.1 Metodologi

183.2 Peralatan yang digunakan

193.4 Prosedur Kerja

203.5 Perhitungan Ketidakpastian

BAB IV 22HASIL DAN PEMBAHASAN

224.1 SISTEM NAVIGASI

224.2 PRINSIP KERJA SYNCHRO

244.3 KALIBRASI

264.4 KETERTELUSURAN KALIBRASI

284.5 KALIBRASI SYNCHRO

324.6 HASIL KALIBRASI

DAFTAR TABEL10Tabel 1. Perbedaan Pengukuran dan Kalibrasi

29Tabel 2. UUT Test Point

33Tabel 3. Data Kalibrasi Synchro

35Tabel 4. Nilai Ketidakpastian Kalibrasi

40Tabel 5. Status Kalibrasi

DAFTAR GAMBAR

10Gambar 1. Presisi dan Akurasi

15Gambar 2. Histerisis

15Gambar 3. Konfigurasi rotor dan stator

16Gambar 4. Potensiometer Induksi

16Gambar 5. Synchro Transmitter

16Gambar 6. Resolver

18Gambar 7. Synchro Simulator

18Gambar 8. Angle Posisition Indicator Model 8810

18Gambar 9. Step Down Trafo

19Gambar 10. Banana to pin cable

19Gambar 11. Banana to crocodile clip cable

22Gambar 12. Synchro Transmitter pada keadaan standar

23Gambar 13. Rotor Transmitter pada posisi awal

23Gambar 14. Rotor Transmitter setelah diberi respon

23Gambar 15. Synchro Transmitter akibat adanya respon

24Gambar 16. Proses Ketertelusuran

31Gambar 17. Calibration Report

35Gambar 18. Synchro Simulator menunjukkan nilai diatas 185.

36Gambar 19. Formula Menghitung Ua

38Gambar 20. Skala Ukur pada Synchro

40Gambar 21. Formula Status Akhir Kalibrasi

41Gambar 22. Ketepatan Posisi Skala pada synchro

41Gambar 23. Grafik Hubungan Pengukuran Data 1 dengan Error

42Gambar 24. Grafik Hubungan Pengukuran Data 2 dengan Error

42Gambar 25. Grafik Hubungan Pengukuran Data 3 dengan Error

43Gambar 26. Grafik Hubungan Rerata Pengukuran dengan Error

44Gambar 27. Grafik Histerisis

45Gambar 28. Skema Rangkaian Alat

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar luas di beberapa bagian sehingga sering kita sebut bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan, selain itu Indonesia juga merupakan negara padat penduduk. Di era globalisasi saat ini, permintaan akan penggunaan transportasi penghubung antar pulau pun juga semakin tinggi. Tidak efisien rasanya jika harus menghabiskan waktu berhari-hari di perjalanan hanya untuk melewati lautan demi sampai ke pulau ataupun tempat yang menjadi tujuan. Oleh sebab itu , seiring perkembangan teknologi dan ekonomi, permintaan akan penggunaan layanan transportasi udara yaitu pesawat terbang yang semakin tinggi sehingga mengakibatkan perusahaan-perusahaan penyedia jasa transportasi udara juga semakin berkembang pesat.Dipilihnya tranportasi udara ini karena selain lebih efisien waktu, sebenarnya transportasi udara inilah yang merupakan transportasi paling aman apabila dibandingkan dengan transportasi lainnya yakni transportasi darat maupun laut. Hal ini disebabkan karena pada transportasi udara yakni pesawat terbang , orang yang berperan dan terlibat dalam keberjalanan pesawat terbang ini tidak hanya satu atau dua orang saja, melainkan lebih. Dimana di setiap bagian sudah terdapat orang-orang yang sudah diberikan tanggung jawab dalam pengoperasian pesawat tersebut.

Seperti halnya alat transportasi lain, pesawat terbang juga membutuhkan perawatan yang baik dan teratur. Setiap pesawat terbang yang beroperasi pasti mempunyai jadwal untuk perawatan. Perawatan ini sendiri mempunyai tujuan untuk mengontrol komponen-komponen yang ada di pesawat tersebut. Setiap komponen tersebut mempunyai batas usia tertentu sehingga mengakibatkan komponen harus di ganti dan harus melalui proses perbaikan bila ditemukan komponen tersebut mengalami kerusakaan. Salah satu fasilitas perawatan pesawat terbang di Indonesia yaitu PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (PT GMF Aero Asia). Beberapa sertifikat yang telah di dapat baik sertifikasi domestik maupun internasional inilah menjadikan PT GMF AeroAsia sebagai perusahaan perawatan pesawat terbang yang di percayai oleh banyak maskapai penerbangan baik domestik maupun internasional. Salah satu dari beberapa jasa yang diberikan yaitu jasa kalibrasi. Perusahaan ini memiliki laboratorium kalibrasi dimana dalam penggunaannya , laboratorium ini digunakan untuk pengujian alat ukur. Peranan laboratorium kalibrasi tersebut yakni memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau perusahaan berupa informasi pengkalibrasian alat yang dilakukan oleh laboratorium tersebut. Sistem komunikasi dan navigasi pada pesawat terbang merupakan salah satu dari beberapa hal yang sangat penting baik dalam perawatannya maupun kelengkapannya. Pengecekan instrumen sistem navigasi ini harus dilakukan secara teliti dan akurat. Salah satu sistem navigasi pesawat yang menurut penulis menarik untuk di pelajari yaitu synchro sources. Syncrho sources merupakan alat pengukuran sudut dalam posisi poros sistem. Syncrho sources ini digunakan untuk menentukan sudut pada saat pesawat terbang tersebut selama beroperasi.

Peran serta pengkalibrasian alat navigasi ini sangat penting karena apabila tidak standarnya alat navigasi tersebut, pesawat terbang yang tujuan awalnya misal di kota A bisa saja tidak sampai di kota A tetapi malah berpindah di kota B akibat adanya perbedaan bias derajat yang sangat kecil. Bias derajat yang sangat kecil ini pun bisa membuat arah penerbangan menyimpang jauh. Maka dari itu perlu adanya perawatan dan pengkalibrasian alat secara rutin dan teliti.Kurangnya pengetahuan yang penulis dapat tentang pentingnya komponen-komponen yang ada di dalam pesawat terbang inilah yang mendorong penulis untuk melaksanakan kerja praktek di PT GMF AeroAsia. Dalam hal ini penulis memilih untuk melakukan kalibrasi alat yakni synchro sources dimana kalibrasi dilakukan dengan membandingkan alat yang akan dikalibrasi dengan alat ukur standar. Alat ukur standar yang penulis gunakan disini yaitu angle indikator position dimana indikator tersebut memiliki ketelitian/akurasi yang lebih tinggi dibandingkan alat yang akan di kalibrasi.

Tulisan ini merupakan Laporan Kerja Praktek di PT GMF AeroAsia yang diselenggarakan oleh jurusan Fisika FMIPA UNS dengan tujuan untuk mengenalkan dunia kerja kepada mahasiswa agar siap terjun ke dunia kerja nantinya, selain itu juga untuk membuat mahasiswa agar terampil dalam menerapkan ilmu dan teori yang telah didapat pada aplikasi nyatanya.1.2 Perumusan MasalahRuang lingkup laporan Kerja Praktek ini dititik beratkan pada cara mengkalibrasi syncrho, metode perhitungan kalibrasi dan analisa hasil dari kalibrasi syncrho dengan menggunakan Angle Position Indikator di test point yang sudah ditentukan yaitu sebanyak 11 titik pada kisaran 175 hingga 185 dengan skala 5.1.3 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan Kerja Praktek yang penulis laksanakan di PT GMF AeroAsia ini antara lain :1.3.1 Tujuan Umum

a. Mengaplikasikan ilmu dan konsep yang didapat di Perguruan Tinggi ke dalam aplikatif di dunia nyata khususnya di dunia kerja dalam hal ini yaitu di dunia penerbangan.

b. Memperoleh gambaran nyata kondisi dunia kerja sebagai salah satu bekal nanti setelah lulus dan sebagai sarana untuk bersosialisasi di dunia kerja.c. Memperoleh wawasan dan informasi tentang perkembangan teknologi pada era sekarang ini khususnya pada dunia penerbangan.d. Melatih kerjasama dan kedisiplinan dalam dunia kerja.e. Menjalin hubungan yang baik antara pihak perguruan tinggi dengan PT GMF AeroAsia.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.b. Mempelajari secara langsung ilmu yang berhubungan dengan sistem navigasi pesawat terbang.1.4 Manfaat Kerja Praktek

Adapun manfaat yang didapat antara lain :a. Mendapatkan informasi dan gambaran tentang bagaimana dunia kerja.b. Melatih cara bersosialisasi dan berinteraksi yang baik di dunia kerja.

c. Memperoleh wawasan tambahan dalam dunia penerbangan.d. Mengetahui sejauh mana ilmu yang diperoleh dan dipahami selama studi.

e. Menjalin kerjasama dan hubungan yang baik antara perguruan tinggi dan PT GMF AeroAsia dapat terjalin dengan baik.

1.5 Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilaksanakan pada :

Waktu: 12 Januari 2015 12 Pebruari 2015

Tempat: Calibration Shop (TCY), Component Maintenance Gedung Workshop II

PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab satu berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan , manfaat, pelaksanaan kerja praktek yang penulis lakukan serta sistematika penulisan.BAB II LANDASAN TEORIBab dua berisi tentang gambaran umum PT GMF AeroAsia dan tinjauan pustaka tentang sistem navigasi, pengukuran, kalibrasi, akurasi dan presisi, ketidakpastian, error, standar deviasi.BAB III METODE PELAKSANAANBab tiga berisi tentang metode-metode yang digunakan dalam pelaksanaan kalibrasi.BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab empat hasil dan pembahasan berisi tentang cara pengkalibrasian synchro sources dengan menggunakan Angle Position Indikator serta menentukan tingkat keakurasian dari data yang diambil.BAB V PENUTUPANBab lima penutupan berisi tentang kesimpulan dari apa yang penulis tulis dan saran. BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan2.1.1 Sejarah PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsiaGMF AeroAsia adalah suatu anak perusahaan PT Garuda Indonesia. GMF AeroAsia berasal dari GMF (Garuda Maintenance Facility) yang merupakan sebuah Strategy Business Unit dari PT Garuda Indonesia. GMF AeroAsia resmi didirikan pada bulan Agustus 2003. GMF AeroAsia ditempatkan di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, 5 km dari sebelah barat gerbang utama.

Tujuan utama dari keberadaan GMF Aeroasia adalah untuk menjamin kehandalan penerbangan pesawat komersil. GMF AeroAsia dilengkapi dengan fasilitas serba modern dalam menunjang perawatan pesawat yang modern. GMF AeroAsia telah mengingkatkan reputasinya dengan memperoleh pengakuan Internasional dalam bidang perawatan pesawat dari Badan Sertifikat Kelayakan Udara Amerika yang dikenal dengan nama FAA (Federal Aviation Administration) dengan dikeluarkannya Air Agency Certificate pada tanggal 30 September 1992.

PT GMF AeroAsia telah memiliki Certificate Authorities dari General Airworthiness Certificated (DGCA) yang merupakan bentuk persetujuan dari DGCA atas PT GMF Instrument Landing System (ILS)

AeroAsia sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pemeliharaan dan perbaikan (Maintenance and Repair) pesawat udara. Selain itu PT GMF AeroAsia telah mendapatkan Certificate Authorities dari Amerika, Eropa, Singapura, Thailand, Pakistan, Nigeria, Filipina, Bangladesh, dan beberapa negara lainnya.2.1.2 Visi dan Misi PT GMF AeroAsia

Visi PT GMF AeroAsia

MRO world class pilihan customer di tahun 2015.Misi PT GMF AeroAsia

Menyediakan solusi perawatan pesawat terbang yang terpadu dan handal sebagai kontribusi dalam mewujudkan lalu lintas udara yang aman dan menjamin kualitas kehidupan umat manusia.2.1.3 Fasilitas PT GMF AeroAsia

GMF memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai yang terdiri atas:

a. HangarGMF AeroAsia memiliki tiga buah hangar yang masing-masing memiliki fungsi dan memiliki spesifikasi masing-masing. Dan sekarang proses pembangunan hangar 4 sudah selesai tetapi belum dioperasikan seperti hangar-hangar yang lainnya. Semua hanggar dilengkapi dengan : Sistem alarm dan pemadaman kebakaran Supply listrik 115 V/400 Hz (3 phase). Operational maintenance pesawat, dan 220 V50 Hz untuk fasilitas perkantoran. Penerangan Hanggar Overhead Crane (hanya dihangagar 3) Aircraft Docking Regulated Air Pressure Aircraft tool and Equipment Stock Room Air Conditioned Office Areasb. Workshop BuildingWorkshop Building terdiri dari Workshop 1, Workshop 2. Workshop 1 digunakan untuk mereparasi dan overhoul dari berbagai komponen besar, terdapat juga sheet metal work shop yang memiliki memampuan untuk melakukan perbaikan dan overhoul.Workshop 2 terdiri bengkel Avionic, hydraulic, electric, pneumatic, dan emergency equipment. Selain itu ada gedung untuk menguji mesin (test cell) yang memiliki kemampuan 100.000 pound yang biasa digunakan untuk semua jenis mesin. Fasilitas lainnya adalah gudang untuk material, mesin-mesin dan gedung utility sebagai penyedia listrik dan AC untuk seluruh unit bangunan, gudang khusus dan tangki bahan bakar untuk bensin dan solar. Avionic (IERA) Shop digunakan untuk melayani peralatan komunikasi, navigasi dan elektronik. Instrument elektronik Radio dan mencakup pengetesan instrument penerbangan, peralatan navigasi dan komunikasi, gyro, radar cuaca, reparasi dan overhaul autopilot untuk bermacam-macam tipe pesawat termasuk yang dipasang dengan modern digital avionic.c. Engine Test Cell and Utility Bangunan ini dipergunakan untuk pengetesan seluruh engine pesawat termasuk APU sampai mencapai 450 KN (100.000 lb) thrust. Peralatannya meliputi sistem control untuk semua type engine dan APU (Auxiliary Power Unit). d. Central Store and Engine Shop Engine Shop beroperasi pertama kali pada tahun 1994, diperuntukan untuk Overhoul engine SPEY, JT8D, JT9D-7Q, APU dan CFm 56-3B1.e. Appron, Taxy Way, Run Up Bay f. Perkantorang. Pertamananh. Gedung Management dan Pusat Olahraga2.2 Tinjauan Pustaka2.2.1 PengukuranPengukuran merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendasar. Mengukur merupakan syarat atau hal yang sangat penting dilakukan dalam mempelajari fenomena-fenomena alam yang terjadi [2]. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan standar ukurnya dengan satuan sebagai patokan. Satuan merupakan ukuran perbandingan yang telah disepakati (SI). Pengukuran dilakukan dengan alat ukur dan setiap alat ukur mempunyai nilai skala terkecil. Alat ukur sendiri terbagi menjadi dua yaitu analog dan digital. Skala terkecil pada alat ukur analog ditunjukkan dengan goresan-goresan garis yang kemudian disertai dengan angka digital. Sedangkan skala terkecil pada alat ukur digital ditunjukkan oleh digit angka yang berada dibelakang koma.

Tujuan dilakukannya pengukuran adalah untuk memperoleh hasil berupa nilai ukur yang tepat. Tapi sayangnya tujuan tersebut tidak pernah tercapai karena alat ukur yang digunakan pun mempunyai ketelitian yang terbatas. Hal yang dapat dicapai bukanlah hasil ukur yang tepat melainkan hasil ukur yang boleh jadi benar atau mendekati benar.2.2.2 Kalibrasi

Kalibrasi adalah pengambilan data secara berkala untuk menentukan kebenaran dari nilai yang ditunjuk oleh alat ukur dan bahan ukur tersebut dengan cara membandingkan terhadap standard ukur yang tertelusur ke standard laboratorium dan kemudian tertelusur ke standard nasional [3]. Kemudian standard nasional akan melakukan inter comparasi dengan standard nasional lainnya.Tujuan dilakukannya kalibrasi yaitu untuk menjamin dan memastikan bahwa hasil pengukuran yang diambil sesuai dengan standar nasional yang telah disetarakan (inter comparasi) dengan standard nasional lainnya. Kalibrasi ini juga digunakan untuk menjaga kondisi alat ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya.Perbedaan antara pengukuran dengan kalibrasi yaitu :

NoPengukuranKalibrasi

1

2

345

Pengambilan data tidak dilakukan secara berkala

Pengukuran dilakukan sekali

Error lebih besar

Hanya terjadi 1 kesalahanHanya mendapatkan error sajaPengambilan data dilakukan secara berkala

Kalibrasi dilakukan minimal tiga kali

Error lebih kecil

Kesalahan bisa muncul dari kesalahan alat , metode , masing-masing nilai ukur dan total jumlah pengukuran

Mendapatkan error , akurasi , ketidakpastian data , dsb

Tabel 1. Perbedaan Pengukuran dan Kalibrasi

Syarat-syarat akan dilakukannya kalibrasi antara lain :

a. Terdapat alat ukur yang akan di kalibrasi

b. Terdapat calibrator (standard alat untuk mengkalibrasi)

c. Terdapat orang yang akan melakukan kalibrasi

d. Ada prosedur pelaksanaan kalibrasie. Lingkungan sekitar yang mempengaruhi juga harus disesuaikan

Istilah-istilah penting pada kalibrasi antara lain yaitu :

1. Presisi dan AkurasiData dapat dikatakan presisi apabila data yang didapat tersebut mengumpul atau berdekatan di suatu titik tertentu. Sedangkan data dapat dikatakan akurasi apabila nilai yang terbaca dari alat ukur mendekati nilai yang sebenarnya [5].Gambar 1. Presisi dan AkurasiDari gambar diatas mungkin dapat membantu dalam membedakan arti kata presisi dan akurasi. Dapat dibayangkan jika ada suatu sasaran tembak dan dilakukan tembakan terhadap sasaran tembak sebanyak 10 kali. Hasil yang didapat dari pengulangan tembakan tersebut menunjukkan bahwa tembakan yang dilakukan sebanyak 10 kali jauh dari sasaran yang berada ditengah , tetapi 10 tembakan tersebut jaraknya saling berdekatan , maka dikatakan bahwa tembakan tersebut mempunyai presisi yang baik tetapi tidak akurat (gambar paling kiri).

Untuk gambar nomor dua dari kiri , dapat dilihat bahwa 10 tembakan yang ditembakan pada sasaran tembak tersebut mendekati sasaran yang berada di tengah tetapi 10 tembakan tersebut tidak berkumpul atau tidak berdekatan , melainkan menyebar antara tembakan yang satu dengan yang lainnya , maka dapat dikatakan bahwa tembakan tersebut akurasinya baik tetapi tidak presisi.Pada gambar nomor dua dari kanan , dapat dilihat bahwa sebanyak 10 tembakan yang ditembakan pada sasaran tembak dapat dikatakan jauh dari sasaran tembak yang berada ditengah dan 10 tembakan tersebut juga berjauhan antara satu dengan yang lain , maka dapat dikatakan bahwa tembakan tersebut tidak presisi dan tidak akurasi.Untuk gambar yang terakhir yaitu gambar yang paling kanan, 10 tembakan yang ditembakan pada sasaran tembak ternyata hasil dari pengulangan tembakan tersebut mendekati sasaran dan saling berdekatan satu sama lain , maka dapat dikatakan bahwa tembakan tersebut akurat dan presisi.2. Ketidakpastian

Tidak selamanya pengukuran selalu menghasilkan data yang baik , adanya gangguan baik pada objek ukur maupun alat ukur tersebut mungkin terjadi. Maka dapat dipastikan bahwa hampir tidak ada hasil ukur yang nilainya tepat sama dengan nilai yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Dapat dikatakan bahwa dengan kata lain sebuah hasil ukur selalu mengandung ketidakpastian. Oleh karena itu nilai hasil ukur tidak berupa sebuah nilai tunggal melainkan berupa sebuah rentang nilai. Dalam hal ini hasil pengukuran dilaporkan sebagai :

y = ( x x) [6]dengan x menyatakan hasil pengukuran tunggal dan x merupakan setengah dari nilai skala terkecil alat ukurnya. Misalnya saja x=(0,40,005) cm dengan x merupakan besaran fisis yang diukur , (0,40,005) merupakan hasil ukur dan ketidakpastian dan cm merupakan satuan yang sesuai.Ketidakpastian atau kesalahan dikelompokkan menjadi ketidakpastian umum (gross errors), ketidakpastian sistematik (systematic errors), ketidakpastian acak (Random errors) dan ketidakpastian akibat keterbatasan kemampuan dan ketrampilan pengamat. Berikut definisinya :

a. Ketidakpastian umum (gross error) ini biasanya disebabkan karena kesalahan manusia. Misalnya :

Kesalahan membaca alat ukur

Penyetelan alat yang tidak tepat

Pemakaian alat ukur yang tidak sesuai

Ketidakpastian seperti ini tidak dapat dihindari selama manusia terlibat, tetapi dapat ditekan seminimal mungkin.

b. Ketidakpastian sistematik (systematic error) disebabkan karena kekurangan dari alat itu sendiri. Misalnya saja adanya kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus atau biasa disebut kesalahan-kesalahan instrumental, selain itu keadaan lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap pengukuran, alat ukur ataupun pemakainya. Kesalahan ini antara lain :

Kesalahan pada saat kalibrasi

Kesalahan titik nol

Waktu dan umur pakai alat ukur itu sendiri

Paralaks (ketepatan pengamat)c. Ketidakpastian acak (random errors) merupakan kesalahan yang tidak disengaja karena terjadinya perubahan sistem pengukuran yang terjadi secara acak. Misalnya yaitu :

Fluktuasi beda potensial listrik atau kuat arus listrik

Bising elektronik

Radiasi latar belakang

Getaran-getaran disekitar atau ditempat pengukuran

Gerak brown

d. Ketidakpastian akibat keterbatasan kemampuan dan keterampilan pengamat dapat disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan ketrampilan pengamat dalam mengamati atau dalam menguasai teknologi alat ukur.3. Koreksi (Corection)

Suatu harga yang ditambahkan secara aljabar pada hasil dari alat ukur untuk mengkompensasi/mengimbangi penambahan kesalahan sistematik4. Kepekaan (Sensitivity)Perubahan pada reaksi alat ukur yang dibagi oleh hubungan perubahan aksinya.5. Daya baca (Resolution)Resolusi adalah kemampuan suatu alat ukur dalam membaca output yang dihasilkan dari suatu input. Resolusi alat ukur dapat didefinisikan juga sebagai pengukuran terkecil atau pengukuran minimum yang dapat diukur oleh suatu alat ukur. Misalnya saja, output yang kita kehendaki bernilai 0,0912 (4 digit dibelakang koma) tetapi alat ukur yang digunakan hanya memiliki kemampuan membaca 3 digit dibelakang koma , sehingga output yang akan terbaca pada alat ukur tersebut sebesar 0,091. 6. Rentang Ukur (Range)

Besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan batas ukur atas.2.2.5 Sistem Navigasi Pesawat Terbang

Navigasi berasal dari bahasa Yunani yaitu navis dan agake. Navis yang artinya perahu atau kapal dan agake yang artinya mengarahkan, secara harafiah navigasi artinya mengarahkan sebuah kapal dalam pelayaran. Navigasi dapat juga diartikan sebagai cara untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya maupun di peta [1].

Dalam dunia penerbangan, sistem navigasi berguna untuk memudahkan para crew penerbangan dalam menentukan lokasi pesawat tersebut berada , arah terbang , posisi , ketinggian pesawat serta menuntun pesawar pada jalur yang benar dan tepat.

Sistem navigasi pada umumnya berupa indikator yang dipasang pada panel-panel instrumen yang bertugas untuk memberikan segala informasi yang diperlukan ketika pesawat terbang atau beroperasi dengan tujuan untuk mengarahkan pesawat agar dapat mencapai tempat tujuan yang ditentukan. Sistem navigasi ini memberikan perkiraan dari posisi , kecepatan dan orientasi/attitude pesawat secara teratur. Sistem navigasi akan sangat berguna dalam keadaan buruk maupun pada saat pesawat berada dalam keadaan darurat. Dengan berbagai peralatan navigasi tersebut memungkinkan pesawat akan terhindar dari kecelakaan. Beberapa instrumen navigasi pada umumnya antara lain GPS , Radio Stack , Airspeed control , Altitude control , Heading control , dan masih banyak lagi [7].

2.2.6 Histeristis

Perbedaan maksimum pada output dalam pembacaan selama kalibrasi disebut histerisis dari alat tersebut. Apabila suatu alat ukur digunakan untuk mengukur dengan arah naik dan kemudian dengan arah turun , maka data atau output yang dihasilkan dari kedua arah pengukuran tersebut pada umumnya akan menghasilkan hasil yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor , misalnya saja yaitu gesekan di dalam ataupun di luar pada saat melakukan pengukuran.

Gambar dibawah ini merupakan lengkung histerisis.Gambar 2. Histerisis2.2.6 Synchro

Pada dasarnya synchro adalah sebagai pengubah atau transform. Yang mana mengubah putaran menjadi tegangan. Sama hal nya dengan transform pada umumnya, synchro ini juga memiliki gulungan primer (rotor) dan beberapa gulungan sekunder (stator) [6]. Rotor digulung dengan

lilitan satu fasa yang padat sedangan stator dililit dengan tiga fasa yang dihubungkan seperti bentuk Y seperti pada Gambar 1. Apabila rotor dan stator dikonfigurasi dan kemudian diberi masukan sinyal AC , maka akan terjadi efek transformator yang menyebabkan stator terinduksi tegangan. Besarnya tegangan tergantung pada posisi sudut poros rotor terhadap stator. Output tegangan tersebut bervariasi secara sinus.Gambar 3. Konfigurasi rotor dan stator

Gambar 4. Potensiometer Induksi

Gambar 5. Synchro Transmitter

Gambar 6. Resolver

2.2.7 Angle Position IndicatorIntrumen ini berfungsi sebagai sudut penunjuk serang besar / kecil pada keadaan terbang normal dan besar sudut serang yang sebenarnya. Dengan demikian , pilot dapat dengan tepat menerbangkan pesawatnya dengan sudut yang paling baik serta kecepatan yang paling baik pula.BAB IIIMETODE PELAKSANAAN

3.1 Metodologi

Metode yang penulis gunakan dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Diskusi

Diskusi dilaksanakan secara langsung dengan para teknisi yang bersangkutan dan pembimbing Kerja Praktek untuk memperoleh informasi mengenai penyusunan Laporan Kerja Praktek serta teknis yang bersangkutan.2. Observasi

Observasi atau pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan di Calibration Shop guna memperoleh pengetahuan serta pengalaman secara langsung dalam pengambilan data nantinya. Selain itu pada tahap ini bertujuan supaya dapat menentukan topik apa yang akan diambil nantinya dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek.3. Pengambilan dan Olah Data

Pengambilan data dilakukan setelah topik sudah ditentukan. Pada tahap ini pengambilan data dibimbing oleh pembimbing yang bersangkutan yang kemudian dilakukan secara mandiri oleh penulis dan selanjutnya data diolah untuk penunjang dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek. 4. AnalisaAnalisa dilaksanakan setelah data didapat dan diolah dan kemudian data tersebut dianalisa dan dibandingkan sesuai teori yang sudah ada.5. Studi KepustakaanPada tahap ini yaitu mempelajari dan memahami literatur yang ada baik dari buku , ebook maupun internet yang berhubungan dengan topik yang dibahas selanjutnya dapat digunakan sebagai landasan teori. 3.2 Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam topik pengkalibrasian Synchro dengan Angle Position Indicator antara lain :

1. Synchro

Gambar 7. Synchro Simulator2. Angle Position Indicator Model 8810

Gambar 8. Angle Posisition Indicator Model 8810

3. Step Down Trafo

Gambar 9. Step Down Trafo4. Banana to pin cable

Gambar 10. Banana to pin cable

5. Banana to crocodile clip cable

Gambar 11. Banana to crocodile clip cable

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Kondisikan ruangan dengan suhu 23 1,5C. Nyalakan calibrator selama 30 menit untuk mencapai kestabilan alat. Catat identitas alat yang dikalibrasi (UUT) dan Calibrator yang digunakan serta suhu dan kelembaban ruangan pada lembar calibration data.3.4.2 Sambungkan pin 1 dan pin 2 pada konektor J5 dibelakang Angle Position Indikator model 8810 dengan tegangan jala-jala 220V/110V tergantung tegangan yang akan dipakai (switch pilihan tegangan ada di dalam case) menggunakan lead cable yang berujung pin.3.4.3 Sambungkan Synchro ke Angle Position Indicator model 9910 sebagai berikut:Synchro

Angle Position Indicator model 8810

X

Input S1

Y

Input S3

Z

Input S2

(-) C (Common Ref.)

Input Lo 26/400 Hz source panel

(+) H (High Ref.)

Input Hi 26/400 Hz source panel

3.4.4 Hidupkan Angle Position Indocator model 8810 dan Synchro selama 15 menit.3.4.5 Set Synchro pada posisi Synchro.3.4.6 Set Angle Position Indicator pada posisi Synchro3.4.7 Set Synchro pada test point sepertu yang tertera dalam calibration data.3.4.8 Angle Position Indicator akan menunjukkan sudut dari Synchro, catat pada lembar calibration data.3.4.9 Lakukan proses kalibrasi dengan melakukan pengukuran sebanyak tiga kali pada masing-masing test point seperti yang tertera pada lembar calibration data.3.4.10 Matikan Angle Position Indicator dan Synchro serta lepaskan semua kabel yang terhubung.3.4.11 Buat laporan jika proses kalibrasi sudah selesai dilaksanakan.3.4.12 Nyatakan pada Calibration report kondisi akhir dari hasil kalibrasi/calibration result yaitu pass atau fail berdasarkan error yang diijinkan serta perhitungan uncertainty-nya.3.4.13 Lakukan sertifikasi terhadap Calibration Report dengan stamp dan tanda tangan oleh personal yang berwenang.3.4.14 Buat analisa dari data yang didapat tersebut [4].

3.5 Perhitungan Ketidakpastian

Sumber :

3.5.1 Standard Calibrator : Didapatkan dari setiap Sertificate Calibration yang masih berlaku untuk setiap parameter.3.5.2 Hasil pengukuran berulang akan didapatkan standard deviasi. Ketidakpastian adalah standard deviasi / akar jumlah data (n).3.5.3 Daya baca alat ukur.Merupakan hasil dari resolusi / akar 3 (distribusi kotak).Uc2 = Ustd 2 + Ua2 + Urd2Dimana,

Uc = Ketidakpastian Kombinasi.

Ustd = Ketidakpastian Kalibrator.

Ua= Ketidakpastian pengukuran berulang.

Urd= Ketidakpastian Daya baca alat ukur.

Ketidakpastian total (K=2, dengan tingkat kepercayaan 95%)

Ut = 2 Uc

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 SISTEM NAVIGASI

Pada pengkalibrasian kali ini , alat ukur yang akan dikalibrasi yaitu synchro dengan alat pengkalibrasi atau kalibratornya yaitu Angle Position Indicator. Synchro pada sistem navigasi berupa sensor yang diletakkan pada beberapa titik di pesawat terbang. Fungsi synchro pada sistem navigasi untuk mendeteksi adanya respon dari luar pada saat pesawat beroperasi. Respon ini dapat berupa angin , badai , dan sebagainya. Dalam penggunaaan di sistem navigasi , synchro yang diletakkan pada beberapa tempat di beberapa bagian pesawat dihubungkan dengan indikator yang berada di dalam pesawat.

4.2 PRINSIP KERJA SYNCHRO

Prinsip kerja dari synchro transmitter yaitu rotor transmitter menerima respon dari luar yang kemudian akan di teruskan ke rotor receiver. Perubahan pada rotor transmitter akan diterima oleh rotor receiver yang mengakibatkan rotor receiver akan mengalami hal yang sama seperti yang rotor transmitter alami. Sedangkan stator berfungsi sebagai stasioner dari sistem rotor. Jadi penempatan stator biasanya mengelilingi rotor, stator bisa berupa gulungan kawat tembaga yang berinteraksi membentuk medan magnet untuk mengatur perputaran rotor.Gambar 12. Synchro Transmitter pada keadaan standarRotor receiver kemudian menerjemahkan sinyal dari sensor tersebut ke dalam bentuk angka-angka digital. Dalam hal ini synchro sebagai transmitter atau penerima sinyal atau respon dari luar dan Angle Position Indicator sebagai receiver yang merupakan penerjemah sinyal atau respon yang diterima oleh synchro menjadi angka-angka digital yang ditunjukkan pada Angle Position Indicator (API). Berikut merupakan simulasi dari rotor synchro transmitter.

1314Gambar 13. Rotor Transmitter pada posisi awalGambar 14. Rotor Transmitter setelah diberi respon

Gambar 1 menunjukkan rotor transmitter pada posisi awal sebelum diberi respon. Setelah diberikan respon yang mengakibatkan rotor berputar sehingga rotor transmitter akan mengalami perubahan posisi seperti pada gambar 2. Sama halnya rotor receiver juga akan mengalami respon yang sama seperti pada rotor transmitter. Berikut merupakan perubahan yang terjadi pada rotor transmitter dan rotor receiver :Gambar 15. Synchro Transmitter akibat adanya respon

Stator digulung dengan lilitan satu fasa yang padat sedangkan rotor berupa lilitan dengan tiga fasa yang dihubungkan seperti bentuk Y. Apabila rotor dan stator dikonfigurasi dan kemudian diberi masukan sinyal AC , maka akan terjadi efek transformator yang menyebabkan stator terinduksi tegangan, tegangan yang terinduksi inilah yang kemudian diterjemahkan API ke dalam bentuk angka-angka agar pembaca dapat memahami respon yang ditunjukkan.4.3 KALIBRASI

Kalibrasi memegang peranan penting dalam pengukuran alat ukur. Keakuratan pengukuran tidak akan terjadi apabila tidak adanya kalibrasi. Kalibrasi sendiri merupakan proses membandingkan objek ukur dengan standar ukur yang sesuai dan hasil dari kalibrasi tersebut tertelusur tidak terputus. Tertelusur tidak terputus merupakan sifat dari hasil suatu pengukuran yang dikaitkan dengan standar tertentu yang tepat melalui rantai pembanding yang tidak terputus. Berikut merupakan bagan tingkat ketertelusuran kalibrasi :Gambar 16. Proses Ketertelusuran

Keterangan :

: inter comparasi

: tertelusurDari bagan diatas menunjukkan bahwa alat ukur dapat dilakukan pengkalibrasian dengan kalibrator yang sudah tertelusur dengan standar kalibrator yang lain atau dengan standar laboratorium. Standar laboratorium dapat dikatakan keakuratannya bagus atau sesuai standar apabila sudah tertelusur dengan standar nasional atau standar laboratorium yang lainnya. Kemudian standar nasional akan melakukan inter comparasi dengan standar nasional yang lainnya. Inter comparasi merupakan proses membandingan atau mencocokan antara standar nasional di negara yang satu dengan negara yang lainnya.

Hal ini bertujuan supaya indikator yang digunakan dalam proses pengkalibrasian dapat terjamin keakuratannya. Sehingga misalkan pengukuran yang dilakukan di kota A hasilnya tidak akan berbeda jauh dengan pengkuran yang dilakukan di kota B. Walaupun ada perbedaan itu pun mungkin bisa disebabkan karena lingkungan yang mempengaruhi pada saat melakukan pengukuran tersebut.Konsep ketertelusuran pengukuran (traceability of measurement) dapat diartikan secara sederhana bahwa alat ukur yang digunakan untuk melakukan suatu pengukuran harus terkalibrasi terhadap alat ukur lain yang sejenis dan dapat berfungsi sebagai acuan. Alat acuan tersebut harus terkalibrasi terhadap acuan yang lebih akurat, demikian seterusnya sehingga sampai pada acuan yang paling akurat yang biasanya adalah Standar Nasional.Kalibrasi akan dikatakan tertelusur bila setiap mata rantai pengukuran yang menuju ke standar nasional terdokumentasi serta terdapat bukti mengenai siapa yang melakukan kalibrasi, alat ukur apa yang digunakan dan bagaimana hasil kalibrasi (koreksi dan ketidakpastian). Setiap pekerjaan kalibrasi dalam rantai pengukuran tersebut harus dilakukan oleh organisasi yang terbukti memiliki kompetensi teknis sebagaimana yang dipersyaratkan serta mempunyai perlengkapan yang memadai dan menjalankan sistem mutu yang efektif.4.4 SYARAT-SYARAT KALIBRASI

Dalam melakukan proses pengkalibrasian, pengkalibrasian juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :1. Terdapat alat ukur yang akan dikalibrasi

Dalam hal ini alat ukur yang dimaksud yaitu synchro , synchro sebagai objek ukur yang akan dikalibrasi. Sebelum dilakukan kalibrasi harus dipastikan dahulu synchro masih dalam keadaan baik atau rusak.2. Terdapat calibrator (standar alat untuk melakukan kalibrasi)

Kalibrator yang digunakan untuk mengkalibrasi synchro yaitu Angle Position Indicator (API). Kalibrator disini merupakan indikator pembanding dari alat ukur yang akan di kalibrasi. Hasil yang ditunjukkan synchro dan angle position indicator dicatat dan kemudian dibandingkan untuk dianalisa. 3. Ada orang yang akan melakukan kalibrasi (operator/teknisi)Adanya operator/teknisi disini diharapkan yang mampu dan sudah mempunyai ilmu yang cukup dalam melakukan kalibrasi alat ukur (telah bersertifikat). Bukan orang awam yang belum mempunyai ilmu kalibrasi bahkan belum mengenal apa itu kalibrasi.

4. Terdapat prosedur pelaksanaan kalibrasi

Prosedur pelaksaan kalibrasi merupakan buku petunjuk/lembar pentunjuk tahap-tahap apa sajakah yang harus dilakukan dalam proses pengkalibrasian suatu alat ukur. Setiap akan melakukan pengkalibrasian alat ukur pasti terdapat prosedur pelaksaan kalibrasi. Hal ini dimaksudkan supaya operator yang akan melakukan kalibrasi mempunyai pegangan petunjuk prosedurnya sehingga faham dan dapat melakukan kalibrasi dengan baik dan benar.

5. Lingkungan sekitar yang mempengaruhi juga harus di sesuaikan

Dalam pelaksanaan kalibrasi, lingkungan sekitar juga harus diperhatikan. Berapa suhu pada saat itu dan kelembaban pada ruangan yang akan dilaksanakan kalibrasi tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga keakuratan data yang dihasilkan. Misalnya saja dalam hal ini alat ukur yang akan dikalibrasi yakni synchro, yang mana synchro menggunakan komponen resistor, apabila pengkalibrasian dilakukan pada suhu yang sangat panas asumsikan diatas 100 maka resistor pada synchro dapat merenggang atau sebaliknya apabila dilakukan pada suhu yang sangat dingin dibawah 0 maka resistor dapat menyusut yang mengakibatkan resistansi dari resistor tersebut jauh dari hasil yang diharapkan. Sehingga hasil kalibrasi jauh dari hasil yang seharusnya.Pada umumnya selang waktu atau rentang waktu dalam melakukan kalibrasi ditetapkan pada instrumen ukur. Selang waktu atau rentang waktu tersebut dapat ditentukan dari faktor-faktor sebagai berikut :

1. Jenis alat ukur2. Frekuensi pemakaian alat ukur

3. Stabilitas

4. Kondisi pemakaian

5. Batas pemakaian yang ada hubungannya dengan akurasi alat ukurWaktu selang kalibrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara yaitu :

1. Dalam waktu kalender, misalnya saja enam bulan sekali atau satu tahun sekali, dst.

2. Dalam intensitas waktu pemakaian, misalnya saja 1000 jam pakai atau 5000 jam pakai, dst.

3. Dinyatakan dalam kombinasi cara pertama dan kedua, misalnya selama enam bulan atau 1000 jam pakai, tergantung mana yang lebih dulu tercapai.Alat ukur yang di kalibrasi pada semula misalnya saja di kalibrasi selama satu tahun sekali, apabila setelah satu tahun alat tersebut di kalibrasi menunjukkan penyimpangan hasil atau perbedaan hasil yang jauh dari toleransi yang ada, maka dalam pengkalibrasian selanjutnya dapat di rekomendasikan untuk dipersingkat rentang waktu untuk kalibrasi yang selanjutnya tidak lagi dalam rentang waktu satu tahun melainkan enam bulan. Setelah enam bulan apabila masih terjadi penyimpangan hasil yang jauh dari toleransi yang ada, maka dapat di rekomendasikan dalam kalibrasi yang selanjutnya rentang waktu pengkalibrasian dapat lebih di perpendek , misalnya saja tiga bulan.Begitu pula sebaliknya, apabila dalam rentang satu tahun alat yang akan dikalibrasi masih di dalam toleransi alat tersebut dan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu signifikan selama tiga periode pelaksanaan kalibrasi maka dapat di rekomendasikan rentang waktu kalibrasi selanjutnya dapat diperpanjang misalnya saja satu tahun enam bulan. Toleransi merupakan batasan dari hasil yang diperbolehkan. Batasan ada dua macam yakni batasan atas dan batasan bawah. Misalkan saja hasil yang seharusnya yaitu sebesar 10 sedangkan toleransi alat ukur sebesar 1% maka batasan atas yang diperbolehkan yaitu sebesar 10,01 dan batasan bawahnya sebesar 9,99 tetapi pada saat pengkalibrasian hasil yang didapat yaitu 9,90 ; 9,99 ; 10,01 , maka 9,90 sudah tidak lagi masuk dalam rentang toleransi. 4.5 KALIBRASI SYNCHRO

Pada kalibrasi synchro dengan menggunakan angle position indicator ini penulis melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :1. Pengecekan alat ukur

Dalam hal ini alat ukur yang akan dikalibrasi yakni synchro dicek terlebih dahulu apakah masih baik atau sudah rusak. Jika masih baik maka proses kalibrasi dilanjutkan ke tahap kedua dan apabila alat tersebut rusak maka teknisi menyatakan bahwa alat tersebut telah out of tolerance sehingga kalibrasi tidak dapat dilakukan.2. Menyiapkan kalibrator, prosedur pelaksanaan kalibrasi dan lembar hasil

Prosedur pelaksanaan digunakan sebagai pegangan atau penunjuk dalam melaksanakan kalibrasi dan lembar hasil digunakan untuk mencatat hasil kalibrasi dari alat ukur tersebut. Pada lembar ukur ini sudah terdapat test point di sudut mana sajakan kalibrasi dilakukan. Lembar hasil ukur yang dimaksud adalah sebagai berikut :

UUT Test Point ()STD 1 ()STD 2 ()STD 3 ()

185184

183

182

181

180

179

178

177

176

175

Tabel 2. UUT Test PointSTD 1 atau standar pertama merupakan pengambilan data pertama. STD 2 merupakan pengulangan pengambilan data ke dua. STD 3 merupakan pengulangan pengambilan data ke tiga. Minimal pengambilan data dalam kalibrasi sebanyak tiga kali pengulangan. Semakin banyak dilakukan pengambilan data kalibrasi maka keakuratan data juga semakin baik pula. 3. Alat ukur dan kalibrator dihubungkanAlat ukur yang akan dikalibrasi dihubungkan dengan kalibrator sesuai prosedur yang terdapat pada lembar prosedur pelaksanaan kalibrasi.4. Pengambilan data kalibrasi

Pengambilan data kalibrasi dilakukan sesuai dengan test point yang sesuai pada UUT Test Point. Kalibrasi dilakukan pada titik-titik tertentu sesuai dengan penggunaannya. Test point dilakukan tidak di semua titik karena di beberapa titik tersebut sudah cukup mewakili dalam melakukan kalibrasi dan supaya lebih efisien waktu. Test point juga dapat dilakukan di sudut-sudut atau titik-titik tertentu yang sering digunakan oleh pengguna/customer.5. Pembuatan calibration report dan calibration certificateCalibration report berupa laporan dari hasil kalibrasi suatu alat ukur yang telah dilakukan. Calibration report pada kalibrasi kali ini berisi UUT (Unit Under Test) yaitu di sudut berapa sajakah dilakukan test pengkalibrasian, STD (standar) merupakan hasil rata-rata dari pengambilan data kalibrasi yang pada umumnya dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan data dan kemudian di rata-rata, error merupakan perbedaan atau selisih hasil kalibrasi antara alat ukur yang dikalibrasi (synchro) dengan kalibrator (Angle Position Indicator) atau dapat juga disebut bahwa error merupakan penyimpangan hasil kalibrasi dari UUT yang telah ditetapkan dimana erorr dapat diperoleh dari selisih hasil ukur dengan UUT , allowable error merupakan kesalahan yang diperbolehkan, U atau ketidakpastian, Pass/Fail adalah keterangan dari hasil kalibrasi yang menunjukkan apakah alat ukur tersebut masih layak digunakan (pass) ataukah tidak (fail). Pada calibration report terdapat certificate number yang merupakan penomoran pada certificate calibration. Setelah pembuatan calibration report selesai kemudian calibration report akan sah apabila telah di acc oleh pelaksana kalibrasi yang juga pembuat calibration report serta di acc oleh manager laboratorium dimana kalibrasi tersebut dilakukan.Gambar 17. Calibration ReportSetelah pembuatan calibration report kemudian hasil dari kalibrasi dianalisa dengan kesimpulan apakah alat tersebut masih layak dipakai atau tidak. Kemudian barulah sertifikat kalibrasi dibuat. Sertifikat kalibrasi merupakan bukti bahwa alat ukur tersebut masih layak dipakai atau tidak dengan penyertaan toleransi dari alat ukur tersebut setelah dilakukan kalibrasi. Sehingga pengguna/customer dapat mengetahui kalau alat ukur tersebut masih dapat dipakai dengan toleransi sekian.6. Penyesuain alat ukur kedalam keadaan awal (Adjustment)

Adjusment dilakukan apabila didapatkan alat ukur dengan hasil kalibrasi yang dilakukan menyimpang jauh dari standar yang ada. Atau dapat juga diketahui dalam Calibration Report apabila hasil yang didapat lebih banyak data yang fail daripada data yang pass, maka alat ukur tersebut harus melalui tahap adjustment ini. Pada tahap ini, alat ukur yang semula menyimpang jauh dari standar yang ada kemudian dilakukan penyetelan ulang atau setting ulang supaya sesuai dengan keadaan semula. Tiap alat ukur memiliki tahap adjustment yang berbeda-beda pula. Untuk proses adjustment juga terdapat prosedur adjustment sebagai petunjuk dalam melakukan proses tersebut.Setelah adjusment selesai maka alat tersebut dilakukan pengkalibrasian ulang untuk mengecek apakah alat tersebut masih menyimpang ataukan tidak. Jika masih terus menyimpang setelah dilakukan adjustment maka alat tersebut harus di repair atau harus mengalami perbaikan. Tetapi sebaliknya, apabila alat tersebut sudah kembali ke keadaan semula sesuai standar maka dapat dilanjutkan ke tahap pembuatan calibration report dan sertifikat kalibrasi seperti yang sebelumnya. Tetapi pada kalibrasi kali penulis tidak sampai dalam pembuatan sertifikat dan adjusment. Tidak dilakukan nya adjustment karena alat ukur synchro yang dikalibrasi masih dapat digunakan dengan baik dan masih dalam batasan toleransi. Sehingga tidak perlu dilakukan adjustment.

4.6 HASIL KALIBRASI

Hasil dari kalibrasi synchro dengan menggunakan angle position indicator adalah sebagai berikut :CALIBRATION DATASYNCHRO/RESOLVER SOURCE

Procedure No CE-E024

Unit Under Test

Calibrator InformationManufacture

:

1. Cal. Reg No : 1XBXX0474Cal. Reg. No

: 1XBXX0148

Cal. Due Date : 24 Mar 2015No. Cal. Report:

Model/Part No

: 11,35/ITE

Serial No

: 1184/84

Parameter Ranger:

Cal. Date

: 20 Januari 2015

Accessories

:

Temperature

: 22,4 C

Humidity

: 80%

Data kalibrasi SynchroUUT Test Point ()STD 1 ()STD 2 ()STD 3 ()

185

184

183

182

181

180

179

178

177

176

175184,992

184,001

183,001

182,001

181,001

180,006

179,010

178,020

177,029

176,043

175,066184,990

183,992

183,000

182,000

181,000

180,000

179,011

178,020

177,038

176,044

175,052184,987

183,990

182,996

181,997

181,000

180,007

179,012

178,024

177,031

176,043

175,048

Tabel 3. Data Kalibrasi Synchro

Kalibrasi synchro dengan menggunakan Angle Position Indicator (API), penulis mengambil di UUT Test Point dari rentang 175 sampai 185 dengan range 5 dengan 3 (tiga) kali pengulangan (STD 1, STD 2 dan STD 3). UUT Test Point merupakan titik atau dalam hal ini sudut-sudut berapa sajakah yang akan dikalibrasi pada alat ukur tersebut. Interval yang diambil dari 175 sampai 185 dengan range 5 karena apabila UUT (Under Test Unit) pada sudut-sudut istimewa yaitu 0, 30, 60, dan seterusnya, maka kita tidak akan bisa mengkalibrasi pada sudut-sudut dengan range yang lebih kecil.Pengulangan dilakukan 3 (tiga) kali karena pengulangan pengambilan data kalibrasi sebanyak tiga kali sudah cukup mewakili dalam sebaran datanya. Semakin banyak pengulangan yang dilakukan maka sebaran datanya akan lebih bagus dan lebih akurat.Setelah hasil data didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excell seperti berikut : UUT TolData1Data2Data3RerataUa

1850,05184,992184,990184,987184,9900,0025

1840,05184,001183,992183,990183,9940,0059

1830,05183,001183,000183,000183,0000,0006

1820,05182,001182,000181,997181,9990,0021

1810,05181,001181,000181,000181,0000,0006

1800,05180,006180,000180,004180,0040,0038

1790,05179,011179,011179,011179,0110,0010

1780,05178,020178,020178,021178,0210,0023

1770,05177,038177,038177,033177,0330,0047

1760,05176,044176,044176,043176,0430,0006

1750,05175,052175,052175,055175,0550,0095

Ub calUb driftUb resUbUcUtot

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0289830,057966

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0294620,058924

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0288790,057758

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0289480,057897

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0288790,057758

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0291200,058241

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0288910,057781

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0289660,057931

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0292580,058515

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0288790,057758

0,0005770,0000580,0288680,0288730,0303810,060762

Tabel 4. Nilai Ketidakpastian KalibrasiData 1, data 2 dan data 3 merupakan hasil pengulangan sebanyak tiga kali dalam kalibrasi synchro. Pengulangan ini dilakukan secara berurutan. Dari sudut 185 sampai 175 kemudian kembali dari 175 sampai 185 begitu seterusnya sampai tiga kali pengulangan. Pengkalibrasian ini tidak harus dimulai pada sudut 185 ke 175 , dapat juga dimulai dari 180, 175 , 178 dan seterusnya. Pada kalibrasi kali ini penulis melakukan pengkalibrasian dari sudut 185 sampai 175 , sehingga didapatkan STD 1 atau data 1 , kemudian synchro diputar 175 lebih sedikit untuk mendapatkan sudut 175 untuk pengulangan yang kedua.Kemudian dilakukan pengulangan kalibrasi dari sudut 175 menuju 185 dengan rentang 5 , untuk pengulangan yang ketiga dari sudut 185 menuju sudut 175. Sama halnya pada sudut 175 , untuk mendapatkan hasil di sudut 185 untuk pengulangan yang ketiga , maka synchro diputar sebesar 185 lebih sedikit kemudian dikembalikan pada sudut 185 dan dicatat hasil yang ditunjukkan pada Angle Position Indicator (API). Hal ini bertujuan supaya alat ukur synchro tersebut dibuat seolah kembali pada keadaan awal sebelum dilakukannya pengukuran pengambilan data pada sudut tertentu.

Gambar 18. Synchro Simulator menunjukkan nilai diatas 185.Untuk pengolahan data kalibrasi , setelah data 1, data 2 dan data 3 di peroleh, kemudian di cari nilai mean (rerata) dan dicari nilai ketidakpastian dari alat ukur dan kalibratornya tersebut. Dalam pengkalibrasian pasti tidak lepas dengan adanya kesalahan dan ketidakpastian dalam pengukuran. Ketidakpastian yang dimaksud antara lain :

1. Ketidakpastian alat ukur (Ua)Yaitu kesalahan yang disebabkan oleh kemampuan dari alat ukur itu sendiri. Ua merupakan standar deviasi dari data hasil kalibrasi alat ukur tersebut. Ketidakpastian alat ukur dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :a. Secara manual = dengan :

= standar deviasi

STD= data

n= banyaknya datab. Dengan menggunakan excell

Gambar 19. Formula Menghitung Ua2. Ketidakpastian kalibrator (Ub cal)

Ketidakpastian kalibrator didapat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Ub cal = resolusi kalibrator3

Resolusi kalibrator dalam kalibrasi kali yakni resolusi pada Angle Position Indicator. Resolusi kalibrator yang digunakan yakni sebesar 0,001 sedangkan 3 diperoleh dari nilai distribusi yang digunakan. Nilai tersebut didapat dari distribusi kotak atau distribusi uniform. Nilai distribusi ini yang dipilih karena pada saat pembacaan nilai sudut yang ditunjukkan oleh Angle Position Indicator akan selalu menunjukkan data yang tersebar merata dari jangkauan (range) baca dari nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah. Biasanya pada proses kalibrasi selalu menggunakan distribusi uniform atau distribusi kotak ini. Hanya pada kasus tertentu saja digunakan tipe distribusi lain. Contohnya ketika pada spesifikasi alat ukur atau kalibrator itu sendiri tertulis bahwa proses kalibrasi harus menggunakan distribusi normal atau segitiga.3. Ketidakpastian resolusi (Ub res)

Resolusi merupakan kemampuan terkecil dalam pembacaan skala pada alat ukur. Resolusi yang dimaksud disini merupakan resolusi dari alat ukur synchro tersebut. Ub res dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :Ub res = resolusi alat ukur3

Sama halnya dengan ketidakpastian kalibrator , 3 pada ketidakpastian resolusi disini didapat dari distribusi kotak atau distribusi uniform. Resolusi akat ukur synchro yang terukur sebesar 0,1. Angka ini didapat sebagai berikut skala yang ditunjukkan pada synchro memiliki toleransi sebesar 0,1. Sehingga resolusinya didapat sebesar 0,05.

Gambar 20. Skala Ukur pada Synchro

4. Ketidakpastian penyimpangan (Ub drift)Ketidakpastian penyimpangan atau Ub drift merupakan ketidakpastian dari alat ukur tersebut ditinjau dari usia alat ukur dan intensitas pemakaian alat ukur tersebut. Semakin lama usia alat ukur dan semakin sering pemakaian alat ukur tersebut maka kemampuan alat ukur dalam melakukan pengukuran akan semakin berkurang. Ub drift didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :Ub drift = 10% * Ub calibrator

Prosentase tersebut merupakan kepercayaan operator terhadap kemampuan alat ukur tersebut. Semakin kecil prosentase yang digunakan maka harus dapat dipastikan bahwa usia alat ukur dan pemakaian alat ukur tersebut memang masih dalam keadaan baik.

Misalkan saja data sasarannya yaitu sebesar 10, apabila prosentase yang digunakan sebesar 10% maka data hasil pengulangan pengukuran dapat diperkirakan bahwa sebagian besar data berada pada interval 9,99 dan 10,01. Apabila prosentase yang digunakan sebesar 5% maka data hasil pengulangan pengukuran dapat diperkirakan berada pada kisaran 9,995 sampai dengan 10,0055. Ketidakpastian total alat ukur (Ub)

Ketidakpastian ini merupakan ketidakpastian total dari Ub calibrator, Ub drift dan Ub resolusi. Ub didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :Ub = 6. Ketidakpastian kombinasi (Uc)

Ketidakpastian kombinasi merupakan ketidakpastian total baik dari hasil data maupun dari alat ukurnya itu sendiri.

Uc =Selain persamaan diatas , Uc juga dapat diketahui hasilnya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

Uc =7. Ketidakpastian Total (U tot)

Ketidakpastian total dapat di ketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

U tot = 2 * UcPada persamaan diatas, k faktor atau ketidakpastian bentangan pada perhitungan menggunakan angka 2 yang mana angka tersebut mewakili kepercayaan kita terhadap kebenaran data sebesar 95%. Atau dengan kata lain bahwa terdapat 95% data dari data keseluruhan yang dapat diasumsikan benar. Semakin kecil nilai k faktor maka rentang kepercayaan terhadap alat juga semakin sempit sehingga alat tersebut juga semakin bagus. Apabila k faktor yang digunakan sebesar 1 maka kepercayaan terhadap data sebesar 60% dan apabila k faktor sebesar 3 maka kepercayaan terhadap data sebesar 99%.Dari perhitungan diatas, sehingga didapatkan hasil akhir sebagai berikut :

UUTSTDErrorAllowable Error UPass/Fail

185184,9900,0100,0500,058Pass

184183,9940,0060,0500,059Pass

183183,0000,0000,0500,058Pass

182181,9990,0010,0500,058Pass

181181,0000,0000,0500,058Pass

180180,004-0,0040,0500,058Pass

179179,011-0,0110,0500,058Pass

178178,021-0,0210,0500,058Pass

177177,033-0,0330,0500,059Pass

176176,043-0,0430,0500,058Pass

175175,055-0,0550,0500,061Fail

Tabel 5. Status KalibrasiDari data diatas diperoleh 1 data yang fail, tetapi tidak berarti bahwa alat ukur synchro tersebut tidak layak dipakai. Dengan hasil diatas, alat ukur tersebut masih dapat dikatakan layak dipakai karena dari 11 data diatas hanya 1 data saja yang menunjukkan bahwa fail. Pass/Fail ini didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Gambar 21. Formula Status Akhir Kalibrasi

Setelah mendapat nilai ketidakpastian kemudain ditentukan status akhir dari kalibrasi apakah data tersebut pass atau fail. Status Pass diperoleh dengan menggunakan formula apabila Error < Allowable Error maka data tersebut memiliki status Pass dan sebaliknya apabila Error > Allowable Error maka data tersebut memiliki status FailAdanya data yang fail mungkin disebabkan karena kesalahan penulis dalam membaca dan memposisikan jarum penunjuk pada skala yang ditunjuk seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 22. Ketepatan Posisi Skala pada synchroFaktor lain yang menyebabkan hasil data terdapat yang fail juga bisa disebabkan kesalahan dari alat ukur itu sendiri, faktor lingkungan dan sebagainya.Dari hasil kalibrasi yang diperoleh, kemudian dibuatlah grafik untuk mengetahui nilai error dari tiap-tiap data pengulangan sebagai berikut :Gambar 23. Grafik Hubungan Pengukuran Data 1 dengan Error

Gambar 24. Grafik Hubungan Pengukuran Data 2 dengan Error

Gambar 25. Grafik Hubungan Pengukuran Data 3 dengan Error

Gambar 26. Grafik Hubungan Rerata Pengukuran dengan Error

Dari keempat grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai repeatibility atau perulangan pengukuran yang didapat sudah cukup baik. Nilai repeatibility merupakan kemampuan alat ukur dalam menghasilkan hasil atau nilai yang sama dari hasil pengukuran yang dilakukan pada pengukuran berulang yang identik pada titik ukur dan waktu yang relatif sama. Semakin kecil perbedaan dari hasil perulangan pengukuran yang dilakukan maka hasil alat ukur yang didapatkan juga akan semakin baik untuk dilakukannya kinerja dari alat ukur tersebut.Adapun dalam melakukan pengukuran berulang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :1. Menggunakan metode atau prosedur yang sama2. Instrumen ukur yang digunakan sama3. Ruang dan lokasi pengukuran sama4. Dilakukan oleh observer atau personel yang sama5. Pengulangan dilakukan dengan periode waktu yang pendek dan konsisten.Dari grafik diatas juga dapat diketahui titik-titik yang menunjukkan nilai dengan batas error yang melebihi batas error yang diperbolehkan yaitu sebesar 0,05. Line yang berwarna merah menunjukkan batas maksimal error yang diperbolehkan. Baik grafik hubungan Data 1 dengan Error , Data 2 dengan Error dan Rerata dengan Error terdapat hasil pengukuran yang menunjukkan nilai yang melebihi batas error. Hal ini ditunjukkan dengan grafik yang melampaui garis merah yang sudah ditetapkan batasnya.Dari keempat data pengulangan pengukuran diatas , dapat dibuat grafik histerisisnya seperti pada gambar 27. Dari grafik histerisis tersebut dapat diketahui bahwa pengulangan data yang dilakukan sebanyak tiga kali dapat dikatakan baik. Dimana hasil pengulangan data yang didapat saling berdekatan dan masih berada pada toleransi maksimal walaupun terdapat tiga data yang menyimpang dari toleransi.

Gambar 27. Grafik Histerisis

Gambar 28. Skema Rangkaian AlatBAB V

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.1.1 Dengan melakukan kerja praktek (KP) ini penulis dapat mengetahui secara langsung kehidupan dunia kerja secara nyata bahwa dalam menghadapi dunia kerja tidak bisa hanya mengandalkan ilmu yang penulis peroleh selama di perkuliahan melainkan komunikasi juga sangan berperan penting dalam lingkungan kerja.4.1.2 Penulis dapat mengetahui tentang sistem navigasi pada pesawat terbang, cara kalibrasi synchro dengan menggunakan kalibrator Angle Position Indicator (API), cara kalibrasi berbagai komponen lainnya yakni multimeter, decade resistor, dll dan dapat melakukan pengolahan data serta pembuatan calibration report.4.1.3 Kalibrasi merupakan proses membandingkan obyek ukur dengan standar ukur dimana hasil dari kalibrasi tersebut tertelusur tidak terputus.4.1.4 Synchro merupakan salah satu dari sistem navigasi pesawat terbang yang berupa sensor sudut dan dihubungkan ke Angle Position Indicator (API) yang kemudian Angle Position Indicator tersebut menerjemahkan sinyal dari sensor ke dalam bentuk angka digital.4.1.5 Berdasarkan hasil kalibrasi yang didapat, alat ukur synchro dinyatakan masih layak pakai karena dari dari hasil yang didapat di 11 test point hanya terdapat 1 data yang menyatakan fail dan 10 data yang lain menunjukkan pass.

4.1.6 Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ketidakpastian kombinasi (Utot) menunjukkan angka yang besar. Hal ini dapat disebabkan karena alat ukur yang digunakan tidak terlalu baik sehingga menimbulkan ketidakpastian yang besar.4.1.7 Pada hasil yang didapat terdapat 1 data yang menunjukkan bahwa data tersebut Fail tetapi apabila dikaji ulang, dalam 3 kali pengulangan semakin didapat data dengan hasil yang mendekati nilai sasaran. Sehingga kemungkinan yang terjadi bahwa kesalah terjadi pada pengamat/operator karena keterbatasan mata pengamat dalam melihat skala pada synchro.

4.2 SARANa. Dalam melakukan pengukuran synchro, dalam memposisikan jarum synchro tersebut. DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonym.51RV-4( )/5( ) VOR/ILS Navigation Receiver. Air Transport System Rockwell Collins, Inc., Volume 1. 1995.

[2] Beran, J.A, 1996, Chemistry in The Laboratory, John Willey & Sons.

[3] Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, I 985[4] Laboraturium Kalibrasi PT. GMF AeroAsia, Prosedur Lab Kalibrasi (PLK) No: CE-E024, PT GMF AeroAsia, Cengkareng, 2009.

[5] Miller, J.N and Miller, J.C., 2000, Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed, Prentice Hall, Harlow.

[6] Rangan, C.S., "Instrumentation, Device and Systems", Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi, 1987.[7] Vuono, Carl E..Operators Manual For Army RC-12H Aircraft. Headquarters, Department of Army. Washington D.C. 1988.

viii