kalimat
DESCRIPTION
Tugas Bahasa IndonesiaTRANSCRIPT
-
1
I. KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang yang
naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi.
Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan
tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
A. Ciri-ciri Kalimat
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri
tesebut ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam
hubungannya dengan kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya
intonasi. Kelima ciri tersebut ialah ciri umum sebuah kalimat. kalimat yang memenuhi
kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin
bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat
diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri
kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur
mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang
berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
1. Kalimat Gramatikal
Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi
kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut
Susilo (1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase
(frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat
bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur
predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau
keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua
unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak
akan memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur
predikat takkan memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.
Contoh kalimat:
George W. Bush telah kehilangan akal untuk menemukan keberadaan Usamah.
-
2
Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek Geoarge W. Bush, unsur predikat
kehilangan akal, dan unsur keterangan untuk menemukan keberadaan Usamah.
Jika unsur keterangan dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam
tatanan kalimat bahasa Indonesia. Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur
predikatnya dihilangkan maka kalimat itu menjadi tak memiliki makna.
2. Kata-kata Mubazir Dalam Bahasa Indonesia
Dalam pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan
penggunaan fungsinya. Jika, ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah
kalimat akan menimbulkan kalimat menjadi tidak baku. Menurut Susilo (1990:10)
kata-kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan tidak berfungsi. Unsur
mubazir dalam suatu kalimat dapat disebabkan oleh faktor bahasa asing. Misalnya
kata adalah pada kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa. Kata adalah
merupakan pengaruh to be (is) dalam bahasa inggris the girl is unesa student. To
be (is) dalam bahasa Inggris merupakan sendi kalimat yang tak bisa ditinggalkan
(badudu, 1980:132). Struktur bahasa Indonesia berbeda dengan struktur bahasa
Inggris, sehingga pemakaian kata adalah dalam kalimatgadis itu adalah
mahasiswa unesa tidak diperlukan dalam struktur bahasa Indonesia. Pemakaian
dua kata yang sama dalam sebuah kalimat juga merupakan pembubaziran kata,
seperti dalam kata: demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai dari, sejak dari.
Seharusnya hanya salah satunya yang dipakai tidak perlu memakai keduanya.
Misalnya: demi atau untuk, agar atau supaya, amat atau sangat, mulai atau dari,
sejak atau dari.
3. Kontaminasi
Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia
berarti kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat.
Susilo (1990:10) menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua
unsur atau dua struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.
Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu;
a. Kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk kata merupakan kerancuan yang
diakibatkan oleh pembentukkan kata-kata baru. Kata dipelajarkan merupakan
-
3
unsur kontaminasi yang berasal dari dua bentuk dipelajari dan diajarkan. Kata
mengenyampingkan juga merupakan kerancuan bentuk kata. Kata ini berasal
dari kata dasar samping lalu diikuti kata depan ke yang menjadi ke samping.
Kata ke samping lalu mengalami penambahan imbuhan me-kan sehingga
merubahnyanya menjadi kata mengesampingkan. Kata daras samping juga ada
yang langsung diberi imbuhan me-kan sehingga menjadi menyampingkan,
antara kata mengesampingkan dengan menyampingkan kemudian mengalami
kerancuan kata menjadi mengenyampingkan.
b. Kontaminasi bentuk frasa, kalimat bahasa Indonesia terdiri dari beberapa frasa.
Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif
(kridalaksana, 1982:46). Kalimat berulang kali ia telah dinasehati terdiri dari
tiga frasa berulang kali, ia, telah dinasehati. Kata berulang kali berasal dari
kata berulang-ulang dan berkali-kali, kedua kata itu kemudian digabungkan
sehingga menjadi kata berulang kali yang sebenarnya merupakan frasa yang
rancu.
c. Kontaminas bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat
ini Mahasiswa dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika,
ada yang bertanya tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya
adalah tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda
tangan daftar hadir) makna kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud
sebenarnya. Kerancuan kalimat tersebut dapat dikembalikan pada bentuk
aslinya sebagai berikut:
1) Mahasiswa dilarang memalsu tanda tangan daftar hadir.
2) Mahasiswa tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir.
4. Interferensi
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari
bahasa daerah di Indonesia maupun bahasa asing. Kosa kata yang berasal dari
bahasa daerah misalnya mantan, nyeri, gambut dsb. Sedangkan kosa kata asing
yang masuk ke bahasa Indonesia berasal dari berbagai negara misalnya kosa kata
Belanda lapor, polisi, kantor dan bahasa Inggris misalnya ekonomi, remidi,
biografi dsb. Kosa kata yang berasal dari Arab seperti pasal, wakaf, wajib, wahyu
dsb. Kosa kata dari bahasa portugis seperti nona, permen, jendela dsb.
-
4
Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia
dapat menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia. Menurut Susilo (1990:11)
unsur yang memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan,
sedangkan unsur yang memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa Indonesia.
Interfensi tidak hanya terjadi pada bahasa Indonesia saja, tapi juga terjadi pada
bahasa daerah yang mengalami interferensi dengan bahasa Indonesia dengan
bahasa asing. Seperti yang terlihat pada kata sekolahan konteks kalimat saya akan
berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa jawa. Di dalam
bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah.
Interferensi bahasa daerah yang lain pada kata latihan dengan konteks kalimat
anak-anak sedang latihan drama. Dalam bahasa Indonesia akhiran -an berfungsi
untuk membentuk kata benda, sedangkan kata latihan berfungsi sebagai kata kerja.
5. Lafal Bahasa Indonesia Baku
Pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai
secara tidak konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut
badudu (1980:115) lafal yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah,
dialek dan "warna" lafal bahasa asing. Ketidak bakuan dalam pelafalan bahasa
Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah seperti lafal t yang dilafalkan oleh
penutur bahasa Jawa dan Bali pelafalannya menjadi th seperti pada kata kota untuk
bahasa Bali dan bathi (untung) untuk bahasa Jawa.
Ketidakbakuan akibat pengaruh asing juga terdapat pada pelafalan pasca suku
kata ca seharusnya dilafalkan sesuai bentuk fisiknya, namun pelafalan yang lebih
sering terdengar ialah suku kata ka seperti pelafalan pada kata suka. Kata pasca
berasal dari kata sanksekerta yang berarti sesudah.
B. Fungsi Sintaksis
Fungsi sintaksis adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut
pandang penyajiannya dalam ujaran atau klausa. Jenis fungsi sintaksis yang umum
diakui adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Fungsi sintaksis
memegang peran paling dominan dalam teori tata bahasa dependensi yang
menguraikan setiap unsur kalimat menjadi fungsi sintaksis spesifik.
1. Subjek:
a. Merupakan jawaban atas pertanyaan dari apa/siapa.
-
5
b. Disertai kata: itu.
c. Didahului kata: bahwa.
d. Mempunyai keterangan pewatas: yang.
e. Tidak didahului preposisi.
f. Berupa nomina atau frasa nominal
g. Subjek selalu mendahului predikat.
h. Subjek diisi oleh konstituen yang takrif (nama orang, nama negara, instansi,
atau nama diri lain dan juga pronomina).
2. Predikat:
a. Merupakan jawaban atas pertanyaan dari: bagaimana atau mengapa.
b. Disertai kata: merupakan, ialah, adalah.
c. Dapat diingkarkan.
d. Dapat disertai kata-kata aspek (telah, sudah, belum, akan, sedang) dan
modalitas (ingin, hendak, mau).
e. Predikat selalu didahului oleh subjek.
f. Secara fanologis predikat sering ditandai prefiks me-,di-dan ber-.
3. Objek :
a. Biasanya langsung dibelakang predikat.
b. Dapat menjadi subjek dalam kalmiat pasif.
c. Tidak dapat disisipi/didahului preposisi (kata depan).
d. Biasanya didahului kata :bahwa.
4. Keterangan :
a. Keterangan meliputi: tempat, alat, penyerta, waktu, tujuan, cara,
similatif/seperti, penyebaban, kesalingan.
b. Bukan merupakan unsur utama dalam kalimat.
c. Letak keterangan tidak terikat posisi dalm sebuah kalimat.
5. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.)
-
6
bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa
nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) pelengkap kehadirannya
dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefik ber- dan
predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ter-, 2) pelengkap
merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh
verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, 3) dalam kalimat, jika tidak ada
objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat
diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, 4) pelengkap tidak dapat
diganti dengan pronomina nya, 5) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat
aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan
kalimat pasif.
C. Jenis-Jenis Kalimat
1. Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat inti sering juga disebut sebagai kalimat dasar atau biasa didefinisikan
sebagai kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif,
aktif atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti juga biasa didefinisikan sebagai
kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur pusat, yaitu unsur subjek dan predikat,
tanpa mengalami perluasan pada salah satu unsurnya.
Jika kalimat inti telah mengalami perubahan berupa susunan katanya atau
intonasinya, kalimat tersebut tidak menjadi kalimat inti lagi, walaupun masih
merupakan kalimat mayor. Kalimat tersebut menjadi kalimat transformasional
(noninti). Perubahan dari kalimat inti menjadi kalimat transformasional dapat
dilakukan dengan cara mengubah tata urut unsur-unsur intinya, mengubah intonasi
netralnya, atau memperluas kalimat.
Kalimat inti dapat berubah menjadi kalimat noninti dengan melalui proses
transformasi, seperti transformasi pemasifan, pengingkaran, penanyaan,
pemerintahan, penginversian, pelesapan, dan penambahan inti tersebut.
Contoh :
Nita memukul lalat.
Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas.
Kalimat tersebut dapat menjadi noninti yaitu:
Lalat dipukul Nita. (pemasifan)
-
7
Nita tidak memukul lalat, (pengingkaran)
Pukulah lalat itu! (perintah)
Siapa yang memukul lalat? (penanyaan)
Memukul lalat Nita. (inversi) dan sebagainya.
2. Kalimat Tunggal dan Majemuk
Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang
terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling
sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-
pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak.
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
Kalimat Majemuk ialah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,
yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.
3. Kalimat Verbal dan Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja, sedangkan
kalimat non-verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata kerja, tetapi kata
benda (nomina), kata sifat (adverbia), ataupun jenis kata lainnya.
Kalimat verbal pun ada dua macam, yaitu kalimat verbal transitif dan kalimat
verbal intransitif. Kalimat verbal transitif adalah kalimat yang predikatnya
memerlukan obyek sedangkan kalimat verbal intrasitif adalah kalimat yang
predikatnya tidak memerlukan obyek.
Contoh:
a. Kalimat verbal transitif
1) Adik menyanyikan sebuah lagu.
-
8
2) Kakak sedang memasak air di dapur.
Keterangan:
Menyanyikan dan memasak merupakan predikat yang berupa verba (kata
kerja), lagu dan air merupakan obyek
b. Kalimat verbal intransitive
1) Adik sedang bernyanyi.
2) Kakak meringis kesakitan.
Keterangan:
Bernyanyi dan meringis merupakan predikat yang berupa kata kerja (verba)
intransitive.
c. Kalimat non-verbal
1) Ayahku seorang polisi.
2) Ibuku sangat cantik.
Keterangan:
Seorang polisi merupakan predikat yang berupa kata benda, sangat cantik
merupakan predikat yang berupa kata sifat.
4. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Pengklasifikasian kalimat menjadi kalimat bebas dan kalimat terikat terkait
dengan kedudukan kalimat dalam wacana. Seperti diketahui bahwa wacana
tersusun atas kalimat-kalimat yang membentuk satu kesatuan. Dalam wacana /
paragraph kalimat bukan merupakan satuan yang berdiri sendiri yang tidak
berkaitan satu dengan yang lain. Kalimat dalam paragraph merupakan kesatuan
yang berhubungan satu sama lain yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah
paragraph atau wacana yang utuh dan memiliki makna. Dalam kaitan inilah
kalimat dibedakan menjadi 2 yaitu kalimat bebas dan kalimat terikat.
Kalimat bebas merupakan kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi
ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraph/wacana tanpa bantuan
konteks atau kalimat lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat
merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau
menjadi pembuka paragraph/ wacana tanpa bantuan konteks.
Kalimat terikat biasanya menggunakan salah satu tanda ketergantungan,
seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis. Selain penanda
-
9
anaforis (-nya), konjungsi antarkalimat juga merupakan penanda sebuah kalimat
terikat (makanya, oleh karena itu, jadi).
Contoh:
a) Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk.
b) Jangankan ikannya, telurnya pun sangat sukar diperoleh.
c) Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung selangit.
d) Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang
spesifik itu akan punah.
Kalimat (a) adala kalimat bebas tanpa harus diikuti kalimat (b),(c),(d). Kalimat
tersebut sudah dapat menjadi ujaran lengkap yang dapat dipahami. Sedangkan
kalimat (b), (c), (d) disebut kalimat terikat karena kalimat-kalimat tersebut tidak
dapat berdiri sendiri.
5. Kalimat Mayor dan Minor
Pembedaan kalimat menjadi kalimat mayor dan minor didasarkan pada
kelengkapan Klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat tersebut. Jika kalimat
tersebut lengkap atau sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, kalimat
tersebut dikatakan sebagai kalimat mayor. Jika kalimat atau klausa yang menjadi
dasar kalimat tersebut tidak lengkap, misalnya hanya mengandung unsur subjek
saja, predikat saja, objek saja, ataupun keterangan saja, maka kalimat tersebut
dikatakan sebagai kalimat minor.
Kalimat minor walaupun tidak memiliki unsure yang lengkap sebagai sebuah
kalimat, tetap mudah untuk dipahami. Hal tersebut karena kalimat minor terikat
oleh konteks pembicaraan yang diketahui oleh pendengar dan pembicaraanya.
Konteks di sini menyangkut konteks kalimat, konteks situasi, dan konteks topik
pembicaraan. Termasuk dalam jenis kalimat minor misalnya: jawaban singkat,
kalimat salam, kalimat seruan, perintah, dan lain sebagainya yang memiliki
konteks dalam pembicaraan.
Contoh:
a. Kalimat Mayor:
1) Ia mengambil buku itu.
2) Dia ada di dalam.
3) Ibu pergi ke pasar.
4) Kerjakan tugas ini!
-
10
b. Kalimat Minor:
1) Diam!
2) Pergi!
3) Amat mahal!
4) Yang akan datang! Sudah siap!
6. Kalimat Aktif-Pasif
a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu
pekerjaan. Ciri penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu
berupa kata kerja yang berawalan me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak
sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut.
Contoh:
1) Bu Lurah sedang asyik makan tape.
2) Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air
putih.
3) Saya akan pergi sekarang juga.
4) Toni memukul Toni.
Dalam kalimat diatas, subjek (Toni) berperan sebagai pelaku suatu
kegiatan, yaitu memukul. oleh karenanya, kalimat di atas termasuk kalimat
aktif. Subjek (S) dalam kalimat aktif melakukan aktifitas, hal ini membawa
konsekuensi predikat (P) dalam kalimat aktif harus diisi oleh kata kerja aktif.
Berdasarkan hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat
dibagi kedalam empat kelompok.
(a) Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat aktif yang predikatnya memerlukan
objek. (1) Pemerintah tengah mengembangkan industri mobil nasional. S P
O (2) Narapidana itu sudah mencuri ayam milik Pak Lurah dua kali. S P O
K
(b) Kalimat aktif semitransitif, yakni kalimat yang predikatnya memerlukan
pelengkap. Contoh: (1) Pengembangan industri nasional bergantung pada
ntutu SDM-nya. S P Pel. (1) Usahanya hanva bermodalkan kejujuran dan
keberanian. S P Pel.
-
11
(c) Kalimat aktif dwitransitif, yakni kalimat yang memerlukan objek dan
pelengkap secara sekalius. Contoh: (1) Kakak meminjami kawannya
sebuah novel. S P O Pel. (2) Ayah membelanjai ibu pakaian. S P O Pel.
(d) Kalimat aktif intransitif, yakni kalimat yang predikatnya tidak memerlukan
objek ataupun pelengkap. Contoh: (l) Ibu memasak di dapur. S P Ket. (2)
Ani bernyanyi.
b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu hal atau
tindakan, baik itu disengaja ataupun tidak. Kalima aktif, antara lain, ditandai
oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-.
Contoh:
1) Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
2) Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
3) Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
II. STRUKTUR GRAMATIKAL KALIMAT
A. Kalimat Tunggal
Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang
terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling
sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola
pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak.
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
-
12
B. Kalimat Majemuk
Kalimat Majemuk ialah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,
yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat
tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk
setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
a. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat
diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata dan
atau serta. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke
kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di
pameran."
b. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata tetapi, sedangkan, melainkan, namun.
Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "Ibu
memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang membuat
prakarya itu bukan adiknya melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.",
"Dia tidak membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para
tamu."
c. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam
kalimatnya dihubungkan dengan kata atau. Contoh" "Dia bingung memilih
antara buah apel atau buah anggur."
d. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami
penguatan dengan menambahkan kata bahkan. Contoh: "Dia tidak hanya
pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih
kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul
akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata
penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 11 macam,
yakni:
a. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini.
-
13
Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri sejak orang tuaku menetap di kota
ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."
b. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.
Contoh: "Dia pergi dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."
c. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka.
Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di Ibukota hingga mampu menggenangi
beberapa ruas jalan."
d. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila.
Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin nilainya sempurna.", "Tanaman itu
bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."
e. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun.
Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai
kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia selalu pergi kesekolah dengan
berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya
sangat jauh."
f. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya.
Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih keras
lagi."
g. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.
Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu
membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
h. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti.
Contoh: "Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka
membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman modern."
i. Pembatasan, misal: kecuali, selain.
Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain musik."
j. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll.
Contoh: "Orang itu pergi ke kantor dengan mobil."
k. Kesertaan, misal: dengan + orang.
Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi berdarmawisata dengan para
guru.
-
14
3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan
penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.
Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
a. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
b. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
c. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang
kerumahnya.
III. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat
komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah
dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis
serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis
/pembicara. Sedangkan rasional kalimat efektif adalah kalimat yang harus mencakup
syarat kelengkapan unsur sebuah kalimat karena sangat menentukan kejelasan sebuah
kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat harus memiliki paling tidak subjek dan predikat.
Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD).
Dalam membentuk sebuah kalimat yang efektif harus menggunakan kata-kata yang dipilih
dengan tepat agar kalimat menjadi jelas maknanya.
Ciri-ciri Kalimat Efektif:
A. KESEPADANAN
1. Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang
digunakan.
2. Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.
3. Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide
pokok.
-
15
4. Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat
dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.
Beberapa Ciri Kesepadanan:
1. Mempunyai struktur jelas.
2. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata
depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.
3. Tidak terdapat subjek ganda.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh Kesepadanan:
a. Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi
= subyeknya tidak jelas.
b. Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. unsur S-P-O tidak
berkaitan erat
Seharusnya:
a. Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.
b. Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
B. KESEJAJARAN/KEPARALELAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata
kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Kalimat tersebut tidak
memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif,
yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan
imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
3. Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
4. Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
-
16
C. KETEGASAN
Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga
berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2. Melakukan pengulangan (repetisi)
3. Melakukan pengontrasan kata kunci
4. Menggunakan partikel penegas
Penekanan Kata :
a. Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.
b. Repetisi
1) Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak
suka dibodohi.
2) Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak
dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi
sosial, dan dimensi budaya.
c. Pengontrasan kata kunci
1) Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
2) Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
d. Partikel Penegas
1) Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
2) Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah.
D. KEHEMATAN
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu
jadi kata menjadi padat berisi.
Dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghilangkan pengulangan subyek
2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
3. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
4. Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
-
17
Contoh:
a. Menghilangkan pengulangan subyek
Karena ia tak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Mestinya menghilangkan kata ia.
b. Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata
Mira adalah gadis yang memakai baju warna merah.
Seharusnya menghilangkan kata warna.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Jangan naik ke atas karena licin.
Seharusnya menghilangkan kata ke atas.
d. Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
Seharusnya kata jeruk ditulis satu kali.
E. KELOGISAN
Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan
penulisannya sesuai EYD.
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati
yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya; Bapak
penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh:
Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.
Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.
F. KECERMATAN
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Perhatikan kalimat berikut:
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
-
18
2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran
tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau
dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut:
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan
dan menceritakan. Kalimat tersebut seharusnya Yang diceritakan ialah putra-putri
raja, para hulubalang, dan para menteri.
G. KEVARIASIAN (VARIETY)
Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dngan
kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
1. Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan
variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah
kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :
a. Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
b. Frase Benda
c. Frase Kerja
d. Partikel Penghubung
Contoh:
1) Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana
untuk bertransmigrasi (Frase benda)
2) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja)
3) Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung)
2. Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat
menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek Predikat Objek dapat diubah
menjadi predikat objek Subjek atau yang lainnya.
-
19
Contoh :
a. Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S P O)
b. Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doketr muda itu. (P O S)
c. Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S O P)
3. Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat
dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.
..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati
memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap
peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk
Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk
mencapai efektifitas, ia memakai kalimat Tanya.
4. Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut!
a. Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan
memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali
lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
b. Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam
dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang,
menanam dan tinggal menunggu buahnya.
Kalimat-kalimat pada paragaf (a) semuanya berupa kalimat aktif, sedangkan
pada paragraph (b) berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa
kalimat-kalimat pada paragraf (a) tidak bervariasi sedangkan paragraf (b)
bervariasi, namun hanya variasi aktif pasif.