kalimat

19
1 I. KALIMAT Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru. A. Ciri-ciri Kalimat Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Kelima ciri tersebut ialah ciri umum sebuah kalimat. kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku. Contoh kalimat: di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso. Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia. 1. Kalimat Gramatikal Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut Susilo (1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak akan memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur predikat takkan memiliki makna tanpa adanya unsur subjek. Contoh kalimat: George W. Bush telah kehilangan akal untuk menemukan keberadaan Usamah.

Upload: budi-pramono

Post on 09-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tugas Bahasa Indonesia

TRANSCRIPT

  • 1

    I. KALIMAT

    Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang yang

    naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi.

    Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan

    tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.

    A. Ciri-ciri Kalimat

    Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri

    tesebut ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam

    hubungannya dengan kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya

    intonasi. Kelima ciri tersebut ialah ciri umum sebuah kalimat. kalimat yang memenuhi

    kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin

    bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.

    Contoh kalimat:

    di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.

    Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat

    diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri

    kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur

    mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang

    berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.

    1. Kalimat Gramatikal

    Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi

    kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut

    Susilo (1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase

    (frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat

    bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur

    predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau

    keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua

    unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak

    akan memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur

    predikat takkan memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.

    Contoh kalimat:

    George W. Bush telah kehilangan akal untuk menemukan keberadaan Usamah.

  • 2

    Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek Geoarge W. Bush, unsur predikat

    kehilangan akal, dan unsur keterangan untuk menemukan keberadaan Usamah.

    Jika unsur keterangan dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam

    tatanan kalimat bahasa Indonesia. Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur

    predikatnya dihilangkan maka kalimat itu menjadi tak memiliki makna.

    2. Kata-kata Mubazir Dalam Bahasa Indonesia

    Dalam pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan

    penggunaan fungsinya. Jika, ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah

    kalimat akan menimbulkan kalimat menjadi tidak baku. Menurut Susilo (1990:10)

    kata-kata mubazir ialah kata-kata yang tidak berarti dan tidak berfungsi. Unsur

    mubazir dalam suatu kalimat dapat disebabkan oleh faktor bahasa asing. Misalnya

    kata adalah pada kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa. Kata adalah

    merupakan pengaruh to be (is) dalam bahasa inggris the girl is unesa student. To

    be (is) dalam bahasa Inggris merupakan sendi kalimat yang tak bisa ditinggalkan

    (badudu, 1980:132). Struktur bahasa Indonesia berbeda dengan struktur bahasa

    Inggris, sehingga pemakaian kata adalah dalam kalimatgadis itu adalah

    mahasiswa unesa tidak diperlukan dalam struktur bahasa Indonesia. Pemakaian

    dua kata yang sama dalam sebuah kalimat juga merupakan pembubaziran kata,

    seperti dalam kata: demi untuk, agar supaya, amat sangat, mulai dari, sejak dari.

    Seharusnya hanya salah satunya yang dipakai tidak perlu memakai keduanya.

    Misalnya: demi atau untuk, agar atau supaya, amat atau sangat, mulai atau dari,

    sejak atau dari.

    3. Kontaminasi

    Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia

    berarti kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat.

    Susilo (1990:10) menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua

    unsur atau dua struktur, biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.

    Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga

    macam, yaitu;

    a. Kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk kata merupakan kerancuan yang

    diakibatkan oleh pembentukkan kata-kata baru. Kata dipelajarkan merupakan

  • 3

    unsur kontaminasi yang berasal dari dua bentuk dipelajari dan diajarkan. Kata

    mengenyampingkan juga merupakan kerancuan bentuk kata. Kata ini berasal

    dari kata dasar samping lalu diikuti kata depan ke yang menjadi ke samping.

    Kata ke samping lalu mengalami penambahan imbuhan me-kan sehingga

    merubahnyanya menjadi kata mengesampingkan. Kata daras samping juga ada

    yang langsung diberi imbuhan me-kan sehingga menjadi menyampingkan,

    antara kata mengesampingkan dengan menyampingkan kemudian mengalami

    kerancuan kata menjadi mengenyampingkan.

    b. Kontaminasi bentuk frasa, kalimat bahasa Indonesia terdiri dari beberapa frasa.

    Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif

    (kridalaksana, 1982:46). Kalimat berulang kali ia telah dinasehati terdiri dari

    tiga frasa berulang kali, ia, telah dinasehati. Kata berulang kali berasal dari

    kata berulang-ulang dan berkali-kali, kedua kata itu kemudian digabungkan

    sehingga menjadi kata berulang kali yang sebenarnya merupakan frasa yang

    rancu.

    c. Kontaminas bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat

    ini Mahasiswa dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika,

    ada yang bertanya tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya

    adalah tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda

    tangan daftar hadir) makna kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud

    sebenarnya. Kerancuan kalimat tersebut dapat dikembalikan pada bentuk

    aslinya sebagai berikut:

    1) Mahasiswa dilarang memalsu tanda tangan daftar hadir.

    2) Mahasiswa tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir.

    4. Interferensi

    Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari

    bahasa daerah di Indonesia maupun bahasa asing. Kosa kata yang berasal dari

    bahasa daerah misalnya mantan, nyeri, gambut dsb. Sedangkan kosa kata asing

    yang masuk ke bahasa Indonesia berasal dari berbagai negara misalnya kosa kata

    Belanda lapor, polisi, kantor dan bahasa Inggris misalnya ekonomi, remidi,

    biografi dsb. Kosa kata yang berasal dari Arab seperti pasal, wakaf, wajib, wahyu

    dsb. Kosa kata dari bahasa portugis seperti nona, permen, jendela dsb.

  • 4

    Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia

    dapat menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia. Menurut Susilo (1990:11)

    unsur yang memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan,

    sedangkan unsur yang memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa Indonesia.

    Interfensi tidak hanya terjadi pada bahasa Indonesia saja, tapi juga terjadi pada

    bahasa daerah yang mengalami interferensi dengan bahasa Indonesia dengan

    bahasa asing. Seperti yang terlihat pada kata sekolahan konteks kalimat saya akan

    berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa jawa. Di dalam

    bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah.

    Interferensi bahasa daerah yang lain pada kata latihan dengan konteks kalimat

    anak-anak sedang latihan drama. Dalam bahasa Indonesia akhiran -an berfungsi

    untuk membentuk kata benda, sedangkan kata latihan berfungsi sebagai kata kerja.

    5. Lafal Bahasa Indonesia Baku

    Pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai

    secara tidak konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut

    badudu (1980:115) lafal yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah,

    dialek dan "warna" lafal bahasa asing. Ketidak bakuan dalam pelafalan bahasa

    Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah seperti lafal t yang dilafalkan oleh

    penutur bahasa Jawa dan Bali pelafalannya menjadi th seperti pada kata kota untuk

    bahasa Bali dan bathi (untung) untuk bahasa Jawa.

    Ketidakbakuan akibat pengaruh asing juga terdapat pada pelafalan pasca suku

    kata ca seharusnya dilafalkan sesuai bentuk fisiknya, namun pelafalan yang lebih

    sering terdengar ialah suku kata ka seperti pelafalan pada kata suka. Kata pasca

    berasal dari kata sanksekerta yang berarti sesudah.

    B. Fungsi Sintaksis

    Fungsi sintaksis adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut

    pandang penyajiannya dalam ujaran atau klausa. Jenis fungsi sintaksis yang umum

    diakui adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Fungsi sintaksis

    memegang peran paling dominan dalam teori tata bahasa dependensi yang

    menguraikan setiap unsur kalimat menjadi fungsi sintaksis spesifik.

    1. Subjek:

    a. Merupakan jawaban atas pertanyaan dari apa/siapa.

  • 5

    b. Disertai kata: itu.

    c. Didahului kata: bahwa.

    d. Mempunyai keterangan pewatas: yang.

    e. Tidak didahului preposisi.

    f. Berupa nomina atau frasa nominal

    g. Subjek selalu mendahului predikat.

    h. Subjek diisi oleh konstituen yang takrif (nama orang, nama negara, instansi,

    atau nama diri lain dan juga pronomina).

    2. Predikat:

    a. Merupakan jawaban atas pertanyaan dari: bagaimana atau mengapa.

    b. Disertai kata: merupakan, ialah, adalah.

    c. Dapat diingkarkan.

    d. Dapat disertai kata-kata aspek (telah, sudah, belum, akan, sedang) dan

    modalitas (ingin, hendak, mau).

    e. Predikat selalu didahului oleh subjek.

    f. Secara fanologis predikat sering ditandai prefiks me-,di-dan ber-.

    3. Objek :

    a. Biasanya langsung dibelakang predikat.

    b. Dapat menjadi subjek dalam kalmiat pasif.

    c. Tidak dapat disisipi/didahului preposisi (kata depan).

    d. Biasanya didahului kata :bahwa.

    4. Keterangan :

    a. Keterangan meliputi: tempat, alat, penyerta, waktu, tujuan, cara,

    similatif/seperti, penyebaban, kesalingan.

    b. Bukan merupakan unsur utama dalam kalimat.

    c. Letak keterangan tidak terikat posisi dalm sebuah kalimat.

    5. Pelengkap

    Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,

    mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.)

  • 6

    bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa

    nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat.

    Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) pelengkap kehadirannya

    dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefik ber- dan

    predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ter-, 2) pelengkap

    merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh

    verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, 3) dalam kalimat, jika tidak ada

    objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat

    diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, 4) pelengkap tidak dapat

    diganti dengan pronomina nya, 5) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat

    aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan

    kalimat pasif.

    C. Jenis-Jenis Kalimat

    1. Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti

    Kalimat inti sering juga disebut sebagai kalimat dasar atau biasa didefinisikan

    sebagai kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif,

    aktif atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti juga biasa didefinisikan sebagai

    kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur pusat, yaitu unsur subjek dan predikat,

    tanpa mengalami perluasan pada salah satu unsurnya.

    Jika kalimat inti telah mengalami perubahan berupa susunan katanya atau

    intonasinya, kalimat tersebut tidak menjadi kalimat inti lagi, walaupun masih

    merupakan kalimat mayor. Kalimat tersebut menjadi kalimat transformasional

    (noninti). Perubahan dari kalimat inti menjadi kalimat transformasional dapat

    dilakukan dengan cara mengubah tata urut unsur-unsur intinya, mengubah intonasi

    netralnya, atau memperluas kalimat.

    Kalimat inti dapat berubah menjadi kalimat noninti dengan melalui proses

    transformasi, seperti transformasi pemasifan, pengingkaran, penanyaan,

    pemerintahan, penginversian, pelesapan, dan penambahan inti tersebut.

    Contoh :

    Nita memukul lalat.

    Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas.

    Kalimat tersebut dapat menjadi noninti yaitu:

    Lalat dipukul Nita. (pemasifan)

  • 7

    Nita tidak memukul lalat, (pengingkaran)

    Pukulah lalat itu! (perintah)

    Siapa yang memukul lalat? (penanyaan)

    Memukul lalat Nita. (inversi) dan sebagainya.

    2. Kalimat Tunggal dan Majemuk

    Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang

    terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling

    sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-

    pola pembentukannya.

    Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

    KB + KK (kata benda + kata kerja)

    Contoh:

    Ibu memasak.

    KB + KS (kata benda + kata sifat)

    Contoh:

    Anak itu sangat rajin.

    KB + KBil (kata benda + kata bilangan)

    Contoh:

    Apel itu ada dua buah.

    Kalimat Majemuk ialah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,

    yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.

    3. Kalimat Verbal dan Non-Verbal

    Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja, sedangkan

    kalimat non-verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata kerja, tetapi kata

    benda (nomina), kata sifat (adverbia), ataupun jenis kata lainnya.

    Kalimat verbal pun ada dua macam, yaitu kalimat verbal transitif dan kalimat

    verbal intransitif. Kalimat verbal transitif adalah kalimat yang predikatnya

    memerlukan obyek sedangkan kalimat verbal intrasitif adalah kalimat yang

    predikatnya tidak memerlukan obyek.

    Contoh:

    a. Kalimat verbal transitif

    1) Adik menyanyikan sebuah lagu.

  • 8

    2) Kakak sedang memasak air di dapur.

    Keterangan:

    Menyanyikan dan memasak merupakan predikat yang berupa verba (kata

    kerja), lagu dan air merupakan obyek

    b. Kalimat verbal intransitive

    1) Adik sedang bernyanyi.

    2) Kakak meringis kesakitan.

    Keterangan:

    Bernyanyi dan meringis merupakan predikat yang berupa kata kerja (verba)

    intransitive.

    c. Kalimat non-verbal

    1) Ayahku seorang polisi.

    2) Ibuku sangat cantik.

    Keterangan:

    Seorang polisi merupakan predikat yang berupa kata benda, sangat cantik

    merupakan predikat yang berupa kata sifat.

    4. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat

    Pengklasifikasian kalimat menjadi kalimat bebas dan kalimat terikat terkait

    dengan kedudukan kalimat dalam wacana. Seperti diketahui bahwa wacana

    tersusun atas kalimat-kalimat yang membentuk satu kesatuan. Dalam wacana /

    paragraph kalimat bukan merupakan satuan yang berdiri sendiri yang tidak

    berkaitan satu dengan yang lain. Kalimat dalam paragraph merupakan kesatuan

    yang berhubungan satu sama lain yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah

    paragraph atau wacana yang utuh dan memiliki makna. Dalam kaitan inilah

    kalimat dibedakan menjadi 2 yaitu kalimat bebas dan kalimat terikat.

    Kalimat bebas merupakan kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi

    ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraph/wacana tanpa bantuan

    konteks atau kalimat lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat

    merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau

    menjadi pembuka paragraph/ wacana tanpa bantuan konteks.

    Kalimat terikat biasanya menggunakan salah satu tanda ketergantungan,

    seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis. Selain penanda

  • 9

    anaforis (-nya), konjungsi antarkalimat juga merupakan penanda sebuah kalimat

    terikat (makanya, oleh karena itu, jadi).

    Contoh:

    a) Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk.

    b) Jangankan ikannya, telurnya pun sangat sukar diperoleh.

    c) Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung selangit.

    d) Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang

    spesifik itu akan punah.

    Kalimat (a) adala kalimat bebas tanpa harus diikuti kalimat (b),(c),(d). Kalimat

    tersebut sudah dapat menjadi ujaran lengkap yang dapat dipahami. Sedangkan

    kalimat (b), (c), (d) disebut kalimat terikat karena kalimat-kalimat tersebut tidak

    dapat berdiri sendiri.

    5. Kalimat Mayor dan Minor

    Pembedaan kalimat menjadi kalimat mayor dan minor didasarkan pada

    kelengkapan Klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat tersebut. Jika kalimat

    tersebut lengkap atau sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, kalimat

    tersebut dikatakan sebagai kalimat mayor. Jika kalimat atau klausa yang menjadi

    dasar kalimat tersebut tidak lengkap, misalnya hanya mengandung unsur subjek

    saja, predikat saja, objek saja, ataupun keterangan saja, maka kalimat tersebut

    dikatakan sebagai kalimat minor.

    Kalimat minor walaupun tidak memiliki unsure yang lengkap sebagai sebuah

    kalimat, tetap mudah untuk dipahami. Hal tersebut karena kalimat minor terikat

    oleh konteks pembicaraan yang diketahui oleh pendengar dan pembicaraanya.

    Konteks di sini menyangkut konteks kalimat, konteks situasi, dan konteks topik

    pembicaraan. Termasuk dalam jenis kalimat minor misalnya: jawaban singkat,

    kalimat salam, kalimat seruan, perintah, dan lain sebagainya yang memiliki

    konteks dalam pembicaraan.

    Contoh:

    a. Kalimat Mayor:

    1) Ia mengambil buku itu.

    2) Dia ada di dalam.

    3) Ibu pergi ke pasar.

    4) Kerjakan tugas ini!

  • 10

    b. Kalimat Minor:

    1) Diam!

    2) Pergi!

    3) Amat mahal!

    4) Yang akan datang! Sudah siap!

    6. Kalimat Aktif-Pasif

    a. Kalimat Aktif

    Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu

    pekerjaan. Ciri penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu

    berupa kata kerja yang berawalan me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak

    sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut.

    Contoh:

    1) Bu Lurah sedang asyik makan tape.

    2) Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air

    putih.

    3) Saya akan pergi sekarang juga.

    4) Toni memukul Toni.

    Dalam kalimat diatas, subjek (Toni) berperan sebagai pelaku suatu

    kegiatan, yaitu memukul. oleh karenanya, kalimat di atas termasuk kalimat

    aktif. Subjek (S) dalam kalimat aktif melakukan aktifitas, hal ini membawa

    konsekuensi predikat (P) dalam kalimat aktif harus diisi oleh kata kerja aktif.

    Berdasarkan hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat

    dibagi kedalam empat kelompok.

    (a) Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat aktif yang predikatnya memerlukan

    objek. (1) Pemerintah tengah mengembangkan industri mobil nasional. S P

    O (2) Narapidana itu sudah mencuri ayam milik Pak Lurah dua kali. S P O

    K

    (b) Kalimat aktif semitransitif, yakni kalimat yang predikatnya memerlukan

    pelengkap. Contoh: (1) Pengembangan industri nasional bergantung pada

    ntutu SDM-nya. S P Pel. (1) Usahanya hanva bermodalkan kejujuran dan

    keberanian. S P Pel.

  • 11

    (c) Kalimat aktif dwitransitif, yakni kalimat yang memerlukan objek dan

    pelengkap secara sekalius. Contoh: (1) Kakak meminjami kawannya

    sebuah novel. S P O Pel. (2) Ayah membelanjai ibu pakaian. S P O Pel.

    (d) Kalimat aktif intransitif, yakni kalimat yang predikatnya tidak memerlukan

    objek ataupun pelengkap. Contoh: (l) Ibu memasak di dapur. S P Ket. (2)

    Ani bernyanyi.

    b. Kalimat Pasif

    Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu hal atau

    tindakan, baik itu disengaja ataupun tidak. Kalima aktif, antara lain, ditandai

    oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-.

    Contoh:

    1) Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.

    2) Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.

    3) Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.

    II. STRUKTUR GRAMATIKAL KALIMAT

    A. Kalimat Tunggal

    Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang

    terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling

    sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola

    pembentukannya.

    Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

    KB + KK (kata benda + kata kerja)

    Contoh:

    Ibu memasak.

    KB + KS (kata benda + kata sifat)

    Contoh:

    Anak itu sangat rajin.

    KB + KBil (kata benda + kata bilangan)

    Contoh:

    Apel itu ada dua buah.

  • 12

    B. Kalimat Majemuk

    Kalimat Majemuk ialah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal,

    yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.

    1. Kalimat Majemuk Setara

    Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat

    tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk

    setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:

    a. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat

    diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata dan

    atau serta. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke

    kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di

    pameran."

    b. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang

    dihubungkan dengan kata tetapi, sedangkan, melainkan, namun.

    Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "Ibu

    memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang membuat

    prakarya itu bukan adiknya melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.",

    "Dia tidak membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para

    tamu."

    c. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam

    kalimatnya dihubungkan dengan kata atau. Contoh" "Dia bingung memilih

    antara buah apel atau buah anggur."

    d. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami

    penguatan dengan menambahkan kata bahkan. Contoh: "Dia tidak hanya

    pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."

    2. Kalimat Majemuk Bertingkat

    Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih

    kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk

    bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul

    akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata

    penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 11 macam,

    yakni:

    a. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini.

  • 13

    Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri sejak orang tuaku menetap di kota

    ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."

    b. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.

    Contoh: "Dia pergi dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."

    c. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka.

    Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di Ibukota hingga mampu menggenangi

    beberapa ruas jalan."

    d. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila.

    Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin nilainya sempurna.", "Tanaman itu

    bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."

    e. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun.

    Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai

    kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia selalu pergi kesekolah dengan

    berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya

    sangat jauh."

    f. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya.

    Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih keras

    lagi."

    g. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.

    Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu

    membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua orangtuanya."

    h. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti.

    Contoh: "Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka

    membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman modern."

    i. Pembatasan, misal: kecuali, selain.

    Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain musik."

    j. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll.

    Contoh: "Orang itu pergi ke kantor dengan mobil."

    k. Kesertaan, misal: dengan + orang.

    Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi berdarmawisata dengan para

    guru.

  • 14

    3. Kalimat Majemuk Campuran

    Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan

    penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.

    Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.

    Contoh:

    a. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)

    b. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)

    c. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan

    waktu)

    Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.

    Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang

    kerumahnya.

    III. KALIMAT EFEKTIF

    Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat

    komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah

    dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)

    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis

    serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis

    /pembicara. Sedangkan rasional kalimat efektif adalah kalimat yang harus mencakup

    syarat kelengkapan unsur sebuah kalimat karena sangat menentukan kejelasan sebuah

    kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat harus memiliki paling tidak subjek dan predikat.

    Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD).

    Dalam membentuk sebuah kalimat yang efektif harus menggunakan kata-kata yang dipilih

    dengan tepat agar kalimat menjadi jelas maknanya.

    Ciri-ciri Kalimat Efektif:

    A. KESEPADANAN

    1. Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang

    digunakan.

    2. Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan

    kepaduan pikiran yang baik.

    3. Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide

    pokok.

  • 15

    4. Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat

    dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.

    Beberapa Ciri Kesepadanan:

    1. Mempunyai struktur jelas.

    2. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata

    depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan

    sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.

    3. Tidak terdapat subjek ganda.

    4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

    Contoh-contoh Kesepadanan:

    a. Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi

    = subyeknya tidak jelas.

    b. Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. unsur S-P-O tidak

    berkaitan erat

    Seharusnya:

    a. Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.

    b. Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

    B. KESEJAJARAN/KEPARALELAN

    Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata

    kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

    Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Kalimat tersebut tidak

    memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif,

    yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan

    imbuhan di-.

    Kalimat itu harus diubah :

    1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)

    2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

    3. Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

    4. Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

  • 16

    C. KETEGASAN

    Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga

    berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.

    Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:

    1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat

    2. Melakukan pengulangan (repetisi)

    3. Melakukan pengontrasan kata kunci

    4. Menggunakan partikel penegas

    Penekanan Kata :

    a. Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.

    Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.

    Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.

    b. Repetisi

    1) Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak

    suka dibodohi.

    2) Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak

    dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga dimensi politik, dimensi

    sosial, dan dimensi budaya.

    c. Pengontrasan kata kunci

    1) Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.

    2) Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.

    d. Partikel Penegas

    1) Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.

    2) Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah.

    D. KEHEMATAN

    Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu

    jadi kata menjadi padat berisi.

    Dapat dilakukan dengan cara:

    1. Menghilangkan pengulangan subyek

    2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata

    3. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat

    4. Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak

  • 17

    Contoh:

    a. Menghilangkan pengulangan subyek

    Karena ia tak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

    Mestinya menghilangkan kata ia.

    b. Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata

    Mira adalah gadis yang memakai baju warna merah.

    Seharusnya menghilangkan kata warna.

    c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat

    Jangan naik ke atas karena licin.

    Seharusnya menghilangkan kata ke atas.

    d. Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak

    Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.

    Seharusnya kata jeruk ditulis satu kali.

    E. KELOGISAN

    Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan

    penulisannya sesuai EYD.

    Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam

    kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

    Contoh :

    Waktu dan tempat saya persilakan.

    Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati

    yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya; Bapak

    penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

    Contoh:

    Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki

    Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.

    Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.

    F. KECERMATAN

    Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan

    tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.

    Perhatikan kalimat berikut:

    1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

  • 18

    2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

    Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran

    tinggi.

    Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau

    dua puluh lima ribu rupiah.

    Perhatikan kalimat berikut:

    Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para

    menteri.

    Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan

    dan menceritakan. Kalimat tersebut seharusnya Yang diceritakan ialah putra-putri

    raja, para hulubalang, dan para menteri.

    G. KEVARIASIAN (VARIETY)

    Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dngan

    kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.

    1. Variasi dalam pembukaan kalimat

    Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan

    variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah

    kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan :

    a. Frase keterangan (waktu, tempat, cara)

    b. Frase Benda

    c. Frase Kerja

    d. Partikel Penghubung

    Contoh:

    1) Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana

    untuk bertransmigrasi (Frase benda)

    2) Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja)

    3) Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung)

    2. Variasi dalam pola kalimat

    Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat

    menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek Predikat Objek dapat diubah

    menjadi predikat objek Subjek atau yang lainnya.

  • 19

    Contoh :

    a. Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S P O)

    b. Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doketr muda itu. (P O S)

    c. Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S O P)

    3. Variasi dalam jenis kalimat

    Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat

    dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.

    ..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati

    memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap

    peringatan tersebut?

    Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk

    Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk

    mencapai efektifitas, ia memakai kalimat Tanya.

    4. Variasi bentuk aktif-pasif

    Perhatikan contoh berikut!

    a. Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan

    memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali

    lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.

    Bandingkan dengan kalimat berikut!

    b. Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam

    dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang,

    menanam dan tinggal menunggu buahnya.

    Kalimat-kalimat pada paragaf (a) semuanya berupa kalimat aktif, sedangkan

    pada paragraph (b) berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa

    kalimat-kalimat pada paragraf (a) tidak bervariasi sedangkan paragraf (b)

    bervariasi, namun hanya variasi aktif pasif.