kapita selekta materi mata kuliah manajemen · pdf file12 kapita selekta dan kasus-kasus ......

43
STIA BANTEN PANDEGLANG - BANTEN - - 1/1/2011 Zainal Muttaqin, S.IP KOMPILASI MATERI SEBAGAI BAHAN BELAJAR MAHASISWA MATA KULIAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH DAN KOTA JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA (SEMESTER V) STIA BANTEN KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN PEMERINTAH DAERAH DAN KOTA

Upload: phungnguyet

Post on 05-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

S T I A B A N T E N

P A N D E G L A N G - B A N T E N

-

-

1 / 1 / 2 0 1 1

Zainal Muttaqin, S.IP

KOMPILASI MATERI SEBAGAI BAHAN BELAJAR MAHASISWA

MATA KULIAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH DAN

KOTA JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA (SEMESTER V) STIA

BANTEN

KAPITA SELEKTA

MATERI MATA KULIAH

MANAJEMEN

PEMERINTAH DAERAH

DAN KOTA

Page 2: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

DAFTAR MENU …… PROLOGUE

1 PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA

a. Areal and Capital Division of Power

b. Negara Federal dan Negara Kesatuan

2 TIPOLOGI DAN AMALGAMASI PEMERINTAHAN DAERAH

c. Fused, Dual, and Split Model Hierarchy

d. Perfectoral and Fungsional

e. Aneksasi, Merger, dan Redivisi

3 PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

f. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom

g. Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas

Pembantuan (Madebewind)

4 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN BIROKRASI DAERAH

5 KEBIJAKAN PUBLIK DI DAERAH

a. Proses Penyusunan Perda

b. Teknis Materi Perda

c. Stakeholder

6 KEUANGAN DAERAH

d. Sumber Keuangan Daerah

e. Instrumen Keuangan Daerah

f. Transparansi dan Akuntabilitas

7 KEPEGAWAIAN DAERAH

8 PARTISIPASI PUBLIK

a. Bentuk-Bentuk Partisipasi Publik

b. Pengaruh Partisipasi Publik dalam Penyelenggaraan

Pemda

9 MANAJEMEN STRATEJIK DAERAH

10 PEMERINTAHAN KOTA

11 PERBANDINGAN PEMERINTAHAN DAERAH BERBAGAI NEGARA

a. Variabel Perbandingan

b. Perbandingan Pemda Berbagai Negara

12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS PEMERINTAHAN DAERAH

13 BIBLIOGRAFI (DAFTAR PUSTAKA)

Page 3: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

PROLOGUE

Judulnya memang Kapita Selekta. Kurang lebih berarti pilihan-pilihan pokok dari mata kuliah yang

diajarkan. Kompilasi ini—barangkali istilah yang lebih tepat—memuat berbagai cuplikan dari sekian

banyak beban Mata Kuliah Manajemen Pemerintahan Daerah (dan Kota), kemudian disingkat MPDK.

MPDK menjadi satu subjek yang memiliki begitu banyak sub-bahasan yang luas yang masing-masing

dapat menjadi mata kuliah tersendiri. Sehingga terkadang, sulit untuk dapat menghindari adanya

kesilapan dalam menyampaikan materi-materi yang berkaitan. Baik itu di kelas maupun dalam kompilasi

ini.

Teristimewa untuk kesilapan tersebut, penyusun berharap agar tidak saja maklum, namun masukan

hingga kritik agar proses ke depan dapat menjadi lebih baik dan bermakna. Sebagai kompilasi, tentu saja

‘kitab’ ini mesti didampingi dengan berbagai sumber utama dari setiap topic untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih lengkap. Di bagian akhir (bibliografi), daftar referensi dan bacaaan dapat dirujuk

sebagai permulaan melengkapi bacaan.

Seperti judulnya, ‘kitab’ mungil ini memuat materi-materi tentang manajemen pemerintahan daerah

(dan kota). Diantaranya dimulai dengan konsep pembagian kekuasaan dan tipologi pemerintahan

daerah sebagai pondasi memahami pemerintahan daerah di Indonesia yang menjadi pokok bahasan

utama. Diantara aspek-aspek yang didiskusikan dalam kelas dan ‘kitab’ ini yang berkaitan dengan

manajemen pemda adalah kebijakan daerah (yang langsung menyorot ke peraturan daerah), keuangan,

kepegawaian, serta, (mekanisme) partisipasi public di daerah.

Menjelang akhir, mata kuliah ini berupaya untuk memperdalam secara khusus mengenai pemerintahan

kota. Hingga ujungnya, diperkenalkan secara sangat ringkas (sebagai perkenalan) beberapa konsep dan

praktek pemerintahan daerah di beberapa negara lainnya untuk bahan perbandingan.

Penyusun berharap dapat menyajikan lebih banyak pilihan topic yang relevan dan kasus-kasus pada

‘kitab’ sederhana ini. Agar warna tulisan yang mendorong adanya etika dan kualitas dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih menggigit.

Semoga niat dan harapan tersebut dapat terrealisasi seiring dengan adanya masukan dan saran dari

siapapun yang Allah takdirkan memegang dan membaca ‘kitab’ yang jauh dari tersusun dengan baik ini.

Hanya atas campur tangan Allah Yang Maha Agung (Alhamdulillah) melalui kebaikan dan tangan-tangan

pimpinan, rekan dosen, staf akademik dan jurusan di STIA Banten Pandeglang, entitas (yang sungguh

penyusun malu menyebutnya sebagai karya) ini bisa hadir di hadapan sidang pembaca. Yang lebih

istimewa lagi, terima kasih dihaturkan atas dorongan dari mahasiswa-mahasiswi ANe yang cerdas dan

tangkas dalam proses belajar, debat, diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas di kelas

MPDK 2010/2011.

Akhirul kalimah, semoga menjadi amal yang ilmiah dan ilmu yang amaliah. Ammiin.

Saran dan kritik dapat disampaikan dengan santun via zainalmuttaqin.blog.com

Nov 2010 – Jan 2011

Zain

Page 4: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA

a. Areal and Capital Division of Power

b. Negara Federal dan Negara Kesatuan

Pembagian kekuasaan/kewenangan pemerintahan, secara teoritis dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu: a) capital division of power; dan b) areal division of power. Capital Division of Power,

menggunakan cara trias politika (Montesqueu), yaitu:

a. Kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang).

b. Kekuasaan legislative (pembuat undang-undang).

c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan kehakiman).

Areal Division of Power, yaitu pembagian kekuasaan berdasarkan:

a. Desentralisasi, yaitu penyerahan kekuasaan secara legal untuk melaksanakan fungsi tertentu

kepada otorita lokal.

b. Dekonsentrasi, yaitu pendelegasian kekuasaan kepada staf pemerintah pusat yang berada di

luar kantor pusat, untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.

Konstitusi pada umumnya juga merupakan pencatatan (registrasi) pembagian kekuasaan di dalam suatu

Negara. Secara visual, kekuasaan dapat dibagi dengan dua cara:

d. Secara vertical, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya dan dalam hal ini yang

dimaksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintah. Carl J. Friedariich

memakai istilah pembagian kekuasaan secara territorial (territorial division of power), misalnya

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam suatu negara kesatuan, atau antara

pemerintah federal dan pemerintah negara bagian suatu negara federal. Pembagian kekuasaan

ini semakin jelas dapat kita saksikan kalau kita bandingkan antara Negara kesatuan, Negara

federal, serta konfederasi.

e. Secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara horizontal. Pembagian

ini menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislative,

eksekutif, dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias Politica atau pembagian kekuasaan

(division of powers). (Budiardjo, 2008: 267)

Pada kesempatan kali ini, kita hanya akan membahas mengenai pembagian kekuasaan yang pertama

(vertical atau menurut tingkat) serta memperbandingkan antara konfederasi, negara kesatuan, dan

Negara federal.

Konfederasi.

Menurut L. Oppenheim, suatu”Konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh, yang

untuk mempertahankan kemerdekaan ekstern dan intern, bersatu atas perjanjian internasional yang

diakui dengan menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan

tertentu terhadap anggota konfederasi, tetapi tidak terhadap warga negara-negara anggota.

Kekuasaanalat bersama ini sangat terbatas dan hanya menyangkut persoalan- persoalan yang

ditentukan. Negara-negara yang tergabung dalam konfederasi tetap merdeka dan berdaulat.

Keanggotaan suatu negara dalam suatu konfederasi tidaklah menghilangkan ataupun mengurangi

kedaulatan sebagai negara. Konfederasi dibentuk karena keinginan bersama dan sukarela negara-negara

peserta dengan maksud dan tujuan kepentingan politik luar negeri dan pertahanan bersama.

Negara kesatuan.

Page 5: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Menurut C.F. Strong, Negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenanglegislatif tertinggi

dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat. Kekuasaan terletak pada pemerintahan pusat.

Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasannya kepada daerah

berdasarkan hak Otonomi.

Dengan demikian hakekat negara kesatuan adalah kedaulatan yang tidak terbagi. Ada 2 ciri mutlak dari

negara kesatuan, yaitu adanya supremasi dari DPR pusat dan tidak adanya badan-badan lain yang

berdaulat. dibanding dengan Konfederasi, maka negara kesatuan merupakan bentuk negara yang

integritasnya paling kokoh.

Negara federal

Negara federal merupakan bentuk perumusan dari Konfederasi dan Negara kesatuan, merupakan

penyesuaian konsep negara yang bertentangan, yaitu kedaulatan negara federal dalam keseluruhannya

dan kedaulatan negara-negara bagian. Penyelenggarankedaulatan keluar dari negara-negara bagian

diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahan Federal, sedangkan kedaulatan negara bagian dibatasi.

Untuk membentuk negara federal dibutuhkan 2 syarat, yaitu:

1. Adanya perasaan sebangsa diantara kesatuan-kesatuan politik yang hendak membentuk federasi.

2. Adanya keinginan untuk mengadakan ikatan terbatas dari kesatuan-kesatuan politik

Ciri negara federasi:

1. Setiap negara bagian mempunyai wewenang membentuk undang-undang dasar sendiri, namun

terbatas pada konstitusi federal.

2. Dalam negara federal, wewenang membentuk undang-undang,pemerintah pusat mengatur hal-

hal tertentu dan terperinci, satu persatu dalam konstitusi federal.

Page 6: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

TIPOLOGI DAN AMALGAMASI PEMERINTAHAN DAERAH

• Fused, Dual, and Split Model Hierarchy

• Perfectoral and Fungsional

• Aneksasi, Merger, dan Redivisi

Menurut Leemans (1970), Various basic patterns of relationship exist between central government field

administration and representative local government institutions. Bentuk-bentuknya adalah:

1. Fused model: “The central government field organization is fused with local representative

institutions. This pattern may be called fused or single hierarchy model. In such a case, only one

integrated organization for government and administration exist at each level, composed of

central government officials and local representatives.” Perancis dan beberapa negara di Asia

dan Afrika menggunakannya. Jerman juga mengacu sistem ini pada level ‘Kreis’, sehingga

banyak pakar menyamakannya dengan sistem Perancis.

2. Dual model: “There are two hierarchies of decentralization: the central government field

administration (…) and the representative local government institutions. Each hierarchy is

composed of several levels of local government or administration, each responsible for areas of

decreasing size. This pattern may be called the dual hierarchy model.”

Sistem ini diwujudkan dengan menempatkan aparatus Pemerintah yang ada di Daerah

mengawasi unit pemerintah daerah. Belanda dulu menerapkannya untuk Hindia Belanda

dengan mengembagkan controlleur dan Assistant controleur yang bertugas mengawasi pejabat

Pribumi.

Saat ini sangat sulit ditemui sistem pemerintahan daerah yang murni mengembangkan ‘dual

hierarchy’, kecuali instansi vertikal dari departemen sektoral yang masih dikembangkan di

berbagai negara seprti di Inggris dan Perancis. Dan apabila terjadi pada wakil pemerintah,

umumnya dikembangkan pada level yang berbeda sehingga dikenal sebagai ‘split model’.

3. Split model: “In what might be termed the split-hierarchy model, only central government field

organizations are found on some levels of the local government and administration hierarchy,

and only local representative institutions on others.”

Sebenarnya hampir semua negara di dunia ini mengacu sistem ‘split’ ini dimana level teratas

pemerintahan dijadikan tempat munculnya aparatus pemerintah, yang bisa dimungkinkan tidak

adanya mekenisme desentralisasi. Intinya adalah: “The absence of a local representative

element at the higher level”.

Tipologi Pemerintahan Daerah Menurut Kewenangan

1. Sistem fungsional (functional system)--dalam rangka dekonsentrasi setiap departemen

menempatkan kepala2 instansi vertikal di wil. Adm. Untuk memberikan pelayanan umum di

bidangnya (sektoral) secara fungsional. Contoh: negara Anglo-saxon (Inggris, Amerika, dll.)

2. Sistem prefektur (prefectorat system)--jika wilayah nasional dibagi ke dalam fungsi2 pelayanan

departmen secara terfragmentasi=sistem fungsional, sistem prefektur membagi teritori nasional

dibagi ke dalam wilayah administrasi dan/atau daerah otonom dengan batas yurisdiksi yang

sama dan dengan sebutan sama pula. contoh: pembagian wilayah daerah tk. I, II, dan III

• Integrated prefectoral system, contoh: Gubernur kepala wilayah dan kepala daerah,

UNDANG-UNDANG 5/1974 Orba=sistem prefektoral>prefektoral terintegrasi-

Page 7: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

>sentralistis, UNDANG-UNDANG 22/1999 dan UNDANG-UNDANG 32/2004 Orde

Reformasi=sistem prefektoral->prefektoral tidak terintegrasi

• Unitegrated prefectoral system, contoh: bupati, perwakilan instansi vertikal

Pembagian kewenangan antara Pem. Pusat – Subnasional (Daerah) Tergantung pada karakteristik

masing2 negara. Menurut Smith (Dlm Hague, Harrop & Breslin, 1993 :277), membagi kewenangan

menurut 2 sistem :

1. Sistem Ganda (dual System) Pemda dijalankan secara terpisah dari Pem. Pusat/dari eksekutifnya

di daerah

2. Sistem Gabungan (Fused System) Pem. Pusat dan Pemda dilaksankaan bersama-sama dalam 1

unit, dengan seorg pejabat Pemerintah yang ditunjuk utk mengawasi jalannya pemerintahan

setempat

AMALGAMASI

Amalagamasi secara umum itu berarti penggabungan. Dalam bidang ilmu pengambilan keputusan:

Amalgamasi ialah merangkum semua nilai yang didapat menjadi satu atau sejumlah kecil indeks dampak

komposit. Amalgamasi disebut juga agregasi; Tujuan amalgamasi ialah untuk mempermudah pemilihan

alternatif oleh pengambil keputusan. Berbagai Bentuk Amalgamasi (AF. Leemans: 1970):

1. Merger: meleburnya dua daerah otonom yang menimbulkan daerah otonom baru yang

merupakan (1) percampuran dua daerah otonom yang bersangkutan; atau, (2) terdapat salah

satu daerah yang bergabung keseluruhan wilayahnya dengan daerah otonom lainnya, nama

daerah otonom masih ada pada salah satu, baik dahulu maupun sekarang dengan undang-

undang. Alasannya: the lack of economic growth can increase or even decline of the population

as a result of migration to urban centres, made physical extension of the territory of such rural

communes unnecessary. the tasks of rural governments did not undergo the spectacular increase

of their major counterparts”.

2. Aneksasi: peleburan dua daerah otonom tanpa menimbulkan daerah otonom baru, atau adanya

sebagian wilayah dari salah satu daerah otonom yang dileburkan ke dalam daerah otonom

lainnya. Dasarnya cukup dengan peraturan pemerintah.

3. Redivisi Wilayah (pembagian ulang). Pemecahan atau penggabungan sub-sub wilayah dalam

daerah otonom tanpa menimbulkan mengembang atau menciutnya wilayah daerah otonom

yang dimaksud secara keseluruhan. Dalam provinsi di indonesia, redivisi berarti: (1) mengubah

jumlah kabupaten/ kota yang ada, sehingga dengan undang-undang; atau (2) memperluas

wilayah kabupaten/ kota tertentu tanpa membentuk daerah otonom baru berupa aneksasi atau

merger, dimana kalau aneksasi bisa dengan undang-undang jika mengubah nama, dan atau

cukup dengan pp jika tidak mengubah nama. Tetapi jika merger antar kabupaten/ kota yang

ada, harus dengan undang-undang. dalam kabupaten/ kota, mengubah jumlah kecamatan atau

kelurahan sehingga didasari dengan peraturan daerah.

Page 8: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

a. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom

b. Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan (Madebewind)

Dasar-dasar Pembentukan Pemerintahan Daerah di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menurut pasal 18 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 pemerintah daerah harus berdasar pada asas

permusyawaratan atau demokrasi. Di samping itu, pemerintah daerah harus memperhatikan

hak asal-usul daerah yang bersifat istimewa termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

adat.

2. Pasal 18 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 lebih menunjuk pada daerah otonom untuk satuan

pemerintahan di daerah, bukan daerah administrasi.

3. Dalam pembahasan BPUPKI yang dimaksud dengan daerah besar dan daerah kecil adalah

daerah propinsi untuk daerah besar dan kabuten dan kota untuk daerah kecil.

4. Menurut pasal 18 dan Penjelasannya UNDANG-UNDANG DASAR 1945 diakui adanya daerah

otonom, daerah administrasi, dan daerah istimewa.

5. Daerah istimewa merujuk pada daerah-daerah bekas daerah swapraja dan kesatuan masyarakat

hukum pribumi yang ada pada zaman Hindia Belanda.

6. Pasal 18 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 yang telah diamandemen mengakui adanya daerah

yang bersifat khusus atau istimewa dan kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat dengan hak-

hak tradisionalnya.

Sejarah hubungan Pusat – Daerah, karena pengaruh Belanda diwarnai dengan 3 (tiga) ajaran rumah

tangga formil, materiil dan riil.

1. Ajaran rumah tangga formil : Bahwa suatu daerah secara formil telah diberikan kekuasaan untuk

berotonomi (namun batas2nya tidak jelas)

2. Ajaran rumah tangga materiil : Kekuasaan yang ditransfer diatur scr rinci dalam undang-undang

(terkesan seragam dan kaku)

3. Ajaran rumah tangga riil : Kewenangan pangkal yang diberikan sesuai kemampuan daerah

(dapat ditambah atau berkurang)

Dengan demikian, prinsip-prinsip yang mengatur mengenai hubungan pusat dan daerah adalah:

1. Menurut UNDANG-UNDANG DASAR 1945, hubungan Pusat-Daerah adalah hubungan

desentralistik yang berpegang pada permusyawaratan, pemeliharaan, dan pengembangan

prinsip-prinisp pemerintahan asli, kebhinekaan, dan berdasarkan hukum.

2. Sistem rumah tangga daerah menurut UNDANG-UNDANG DASAR 1945 adalah 1) harus

menjamin keikutsertaan rakyat, 2) bersifat asli, bukan sesuatu yang diserahkan oleh satuan

pemerintahan tingkat lebih atas, 3) memberi tempat bagi prakarsa dan inisiatif Daerah untuk

mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri, 4) berbeda-beda antara satu daerah dengan

daerah lain, 5) mencerminkan hubungan desentralistik antara Pusat dan Daerah, 6) ditujukan

untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial, dan 7) ada tempat bagi pemerintah Pusat

untuk mempengaruhi rumah tangga daerah demi menjamin pemerataan keadilan dan

kesejahteraan sosial.

Page 9: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

3. Hubungan Pusat dan Daerah diatur dalam mekanisme hubungan di bidang otonomi,

dekonsentrasi, tugas pembantuan, susunan organisasi, keuangan, dan pengawasan. Di bidang

otonomi Pusat menciptakan hubungan desentralistik sehingga memberi keleluasaan dan

kebebasan Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingannya berdasarkan kehendaknya.

Di bidang dekonsentrasi Pusat menciptakan hubungan pengendalian pada Daerah agar tetap

berada dalam koridor negara kesatuan. Di bidang tugas pembantuan Pusat memberi tugas

kepada daerah sesuai dengan peraturan-peraturan perundangan dengan tanggung jawab pada

Pemerintah Daerah. Di bidang susunan organisasi, pemeritahan daerah terdiri atas daerah besar

(provinsi) dan daerah kecil (kabupaten/kota dan desa) yang harus bersendikan

permusyawaratan/ demokrasi. Di bidang keuangan Pusat memberi keleluasaan pada Daerah

untuk mencari dana sendiri lewat pajak dan retribusi dengan memberi campur tangan keuangan

untuk mengatur pemerataan dan keadilan sosial. Bi bidang pengawasan Pusat melakukan

pengawasan represif dan preventif kepada Daerah agar tetap berada pada koridor peraturan

perundang-undangan.

Pemahaman penting yang harus dimiliki seputar Pemerintahan Daerah adalah hal tersebut bermakna

bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI

sebagaimana dimaksud dalam UNDANG-UNDANG DASAR 1945.

• Pemerintahan Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD

Provinsi. Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD,

dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.

• Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kotaterdiri atas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

dan DPRD Kabupaten/Kota. Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat

daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan

kelurahan.

Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam Perda dengan memperhatikan faktor-faktor

tertentu dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah

dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani. Namun tidak

berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.

Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan

keuangan; kebutuhan daerah; cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis

dan banyaknya tugas; luas wilayah kerja dan kondisi geografis; jumlah dan kepadatan penduduk; potensi

daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani; sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh

karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa

sama atau seragam.

OTONOMI DAERAH DAN DAERAH OTONOM

Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah sebagai kesatuan masyarakat

hukum untuk mengatur, mengurus, mengendalikan, dan mengembangkan urusannya sendiri sesuai

dengan aspirasi masyarakat setempat dengan tetap menghormati peratuan perundangan yang berlaku.

Isi dan luas otonomi daerah menganut ajaran rumah tangga materiil, formal, dan riil. Ajaran rumah

tangga materiil menjelaskan bahwa sejak pembetukannya isi rumah tangga telah ditentukan antara yang

menjadi kewenangan pusat dan daerah. Ajaran rumah tangga formal menegaskan bahwa isi rumah

tangga daerah ditentukan atas alasan rasional, efektifitas, dan efesiensi. Di sini pemerintah daerah

diberi keleluasaan untuk mengambil inisiatif dan prakarsa sendiri untuk menentukan isi rumah

Page 10: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

tangganya. Sedangkan ajaran rumah tangga riil menjelaskan bahwa isi rumah tangga didasarkan faktor-

faktor riil yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

Daerah otonom adalah daerah yang jelas batas-batasnya dan memiliki kewenangan untuk

menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Wilayah adminstrasi adalah wilayah atau daerah kerja administrasi pejabat pusat yang ditempatkan di

daerah. Instansi vertikal adalah lembaga milik kementerian pusat yang merupakan cabang dari

kementerian pusat pada wilayah kerja administrasi pejabatnya di daerah.

Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang berisikan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber

daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan

dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan,

serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

dengan selalu memerhatikan kepentingan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Untuk itu, otonomi daerah diharapkan dapat:

(1) menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah,

(2) meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat,

(3) membudayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisifasi dalam

proses pembangunan (Mardiasmo, 2002).

Menurut UNDANG-UNDANG Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah provinsi,

daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsanya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dibentuk dan disusun dalam

rangka pelaksanaan asas desentralisasi. Daerah-daerah tersebut berdiri sendiri dan tidak mempunyai

hubungan hierarki satu sama lain. Daerah provinsi sebagai daerah otonom dan wilayah administrasi

melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang didelegasikan kepada Gubernur. Daerah provinsi

bukanlah pemerintah atasan dari daerah kabupaten dan kota.

Menurut UNDANG-UNDANG Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah provinsi,

daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsanya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dibentuk dan disusun dalam

rangka pelaksanaan asas desentralisasi. Daerah Kabupaten dan Kota memiliki hubungan hierarkis

dengan daerah Provinsi.

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH

Urusan pemerintahan terbagi atas urusan yang tidak mungkin (tabu) didesentralisasikan yang mutlak

menjadi wewenang Pemerintah dan urusan yang dapat didesentralisasi yang tidak eksklusif menjadi

wewenang daerah otonom. Di satu sisi, dalam urusan yang tabu didesentralisasikan, Pemerintah dapat

mengembangkannya sendiri, men-dekonsentrasikan kepada instansi vertikal, atau dapat melakukan

tugas pembantuan kepada daerah otonom. Di sisi lain, dalam urusan yang dapat didesentralisasikan ini

Pemerintah dapat pula mengembangkannya sendiri, mendekonsentrasikan, atau memberi tugas

pembantuan kepada daerah otonom, dan men-desentralisasikan kepada daerah otonom. Urusan yang

didesentralisasikan dapat dilakukan melalui rincian (ultra vires doctrine), umum (general competence/

open end arrangements), atau gabungan keduanya.

Page 11: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dan daerah otonom tidak dapat dipisahkan

dengan pengembangan instrumen desentralisasi dari sebuah negara. Untuk menelusurinya bahkan

terlebih dahulu perlu mengetahui apakah bentuk negara yang dikembangkan oleh sebuah bangsa

Kesatuan atau Federal. Jika Kesatuan, maka desentralisasi yang dikembangkan dilakukan oleh

Pemerintah Pusat di tingkat nasional, sedangkan di Negara Federal, desentralisasi dilakukan oleh

Pemerintah Negara Bagian. Di negara federal, seringkali UNDANG-UNDANG DASAR (konstitusi) Negara

Federal mengatur umum saja keberadaan pemerintah daerah di negara tersebut seperti di Jerman,

tetapi ada pula negara federal yang mengatur keberadaan pemerintah daerahnya di masing-masing

UNDANG-UNDANG DASAR (konstitusi) Negara Bagian-nya, seperti di AS.

Berikut kewenangan pemerintah yang berlaku di Indonesia.

Kewenangan Pemerintah Pusat

• Pemerintah Pusat terdiri atas Presiden beserta para Menterinya/kabinet.

• Presiden adalah Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan.

• Para menteri/ kabinet diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden.

• Menteri terdiri atas Menteri Koordinator, Menteri yang memimpin departemen, Menteri

Negara, dan Menteri Muda.

• Pemerintah Pusat memiliki semua kewenangan pemerintahan.

• Sesuai dengan UNDANG-UNDANG Nomor 22 Tahun 1999 kewenangan Pusat dibatasi hanya

pada bidang politik luar negeri, hankam, moneter dan fiskal, peradilan, agama, dan kewenangan

lain. Kewenangan Provinsi adalah kewenangan lintas Kabupaten/Kota, bidang pemerintahan

tertentu, kewenangan yang belum dapat dilaksanakan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan

kewenangan yang dilimpahkan oeh Pemerintah Pusat.

Kewenangan Pemerintah Daerah

Gubernur selaku Kepala Wilayah Administrasi memiliki kewenangan melaksanakan dekonsentrasi.

Pemerintah Provinsi sebagai daerah otonom memiliki kewenangan lintas kabupaten/ kota, bidang

pemerintahan tertentu, kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan

Daerah Kota, kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan oleh Pemerintah Pusat sebagai

Wilayah Administrasi.

Kewenangan Pemerintah kabupaten/Kota adalah semua kewenangan selain kewenangan Pusat dan

Provinsi.

SENTRALISASI, DEKONSENTRASI, DESENTRALISASI, DAN TUGAS PEMBANTUAN

Negara Indonesia adalah negara kesatuan. Karena itu, kedaulatannya tunggal dalam arti tidak terbagi di

antara kesatuan-kesatuan pemerintahan di bawahnya. Meskipun demikian, dalam Negara Indonesia

dibentuk Pemerintah Daerah yang menerima sebagian kewenangan dari Pemerintah. Sentralisasi adalah

pemusatan kewenangan politik dan administrasi di tangan Pemerintah Pusat yaitu Presiden dan para

Menteri.

Pengertian lain yang perlu dipahami mengenai pemerintahan daerah di Indonesia adalah:

1. Penyerahan kewenangan politik dan administrasi oleh jenjang Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah disebut desentralisasi atau devolusi.

2. Pelimpahan wewenang administrasi dari Pemerintah Pusat kepada pejabatnya di wilayah negara

atau wilayah administrasi disebut dekonsentrasi. Satuan pemerintahan daerah yang diberi

limpahan kewenangan menurut asas dekonsentrasi tidak menimbulkan otonomi daerah.

Page 12: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Sedangkan yang diberi limpahan kewenangan berdasarkan asas desentralisasi atau devolusi

menimbulkan otonomi daerah.

3. Tugas pembantuan atau medebewind adalah pemberian tugas oleh pemerintah yang lebih

tinggi tingkatannya tentang urusan yang menjadi kewenangannya kepada satuan pemerintahan

yang lebih rendah disertai anggarannya yang pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada

daerah yang diberi tugas.

Fungsi Pemerintahan Daerah

1. Pemerintah baik Pusat maupun Daerah mempunyai tiga fungsi utama yaitu memberikan

pelayanan, membangun sarana dan prasarana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan

menciptakan keamanan, ketenteraman, dan ketertiban.

2. Fungsi pelayanan yaitu fungsi pemerintahan untuk memberikan layanan baik yang bersifat

perorangan maupun untuk khalayak/publik.

3. Fungsi pertumbuhan ekonomi adalah fungsi pemerintahan untuk membangun sarana,

prasarana, dan fasilitas yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerahnya sehingga

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan

ekonomi daerahnya.

4. Fungsi perlindungan masyarakat adalah fungsi pemerintahan untuk memberikan perlindungan

kepada masyarakat berupa penciptaan rasa aman, rasa tenteram, dan kondisi yang tertib

sehingga semua anggota masyarakat dapat bekerja dengan tenang untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya

Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Tujuan Pelayanan Pemerintahan Daerah

1. Muara dari pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah adalah terciptanya masyarakat yang

sejahtera.

2. Pelayanan yang dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat adalah pelayanan prima.

Pelayanan prima yaitu suatu pelayanan yang membuat orang yang dilayani merasa ditolong,

dibantu, dimudahkan, dan disenangkan yang pada akhirnya orang tersebut merasa puas.

3. Pelayanan prima sangat berkaitan dengan good governance. Good governance adalah tata

pemerintahan yang baik yaitu pemerintahan yang menaati hukum, menghormati HAM,

menghargai nilai-nilai dasar yang dianut oleh masyarakat, dan yang secara sadar dan sistematis

membangun fasilitas untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat, bersikap egaliter, dan

menghormati keragaman termasuk etnis, agama, suku, dan budaya lokal.

4. Agar dapat memberikan pelayanan prima Pemerintah Daerah hendaknya mengadopsi konsep

reinventing government yaitu pemerintahan hendaknya diselenggarakan dengan jiwa

wirausaha: bersifat partisipatif, kompetitif, berorientasi pelanggan, antisipatif, dan

terdesentralisasi.

5. Peran masyarakat dalam penciptaan pelayanan prima oleh Pemerintah Daerah sangat penting.

Oleh karena itu, masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan

politik/kebijakan publik.

Masyarakat sejahtera sebagai yang hendak dicapai oleh penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah

masyarakat yang tidak sekedar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya tapi masyarakat yang mampu

mengembangkan diri secara wajar dan dapat menikmati hidup secara nyaman lahir dan batin.

Page 13: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN BIROKRASI LOKAL DAERAH

Pemerintah daerah berkait erat dengan otonomi daerah dan desentralisasi. Otonomi daerah

berhubungan dengan seberapa besar pemerintah daerah memiliki kewenangan mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasinya. Sedangkan desentralisasi

berhubungan dengan seberapa besar kewenangan administratif dan politik diserahkan oleh pemerintah

pusat kepada satuan administrasi pemerintahan di bawahnya.

Pemerintahan nasional menjadi tidak efektif jika diselenggarakan secara terpusat. Hal ini berkaitan

dengan kompleksnya urusan yang harus diselenggarakan dan kerumitan adminstrasinya. Untuk itu,

diperlukan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah adalah satuan pemerintahan yang berada di

daerah dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintahan nasional.

Pemerintahan daerah diperlukan dalam penyelenggaraan negara karena alasan-alasan berikut:

a. Terlalu berat dan rumitnya penyelenggaraan pemerintahan jika semuanya diatur dan

diurus oleh pemeritnah pusat.

b. Perlu mempertimbangan faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-

keamanan dalam menyelenggarakan pemerintahan.

c. Upaya memberi pelayanan yang cepat, murah, dan efesien kepada masyarakat karena

semua urusannya didekatkan pada masyarakat.

d. Memberi peluang partisipasi yang luas kepada masyarakat untuk menentukan apa yang

menjadi kebutuhannya sendiri.

Sistem administrasi pemerintahan daerah adalah adalah proses-proses kegiatan yang terdapat pada

pemerintahan daerah yang mencakup masukan, keluaran, tujuan, lingkungan, dan umpan balik. Semua

proses tersebut dimulai dari proses politik, proses pemerintahan, dan proses administrasi publik. Proses

politik menghasilkan peraturan, proses pemerintahan menghasilkan kebijakan publik, dan proses

administrasi publik menghasilkan layanan publik. Semua proses tersebut tampak dalam perumusan

kegiatan, pelaksaan tugas administrasi, dan penggunaan dinamika administrasi.

Birokrasi lokal adalah organisasi pemerintahan di daerah otonom di bawah Kepala Daerah. Para

pejabatnya/birokratnya diangkat dan dibina berdasarkan sistem meritokrasi dan sistem karir. Birokrasi

lokal adalah kepala daerah dan aparaturnya di daerah yang kedudukan, tugas pokok, dan fungsinya

adalah sebagai pelaksana kebijakan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat untuk mencapai tujuah

negara pada lingkup daerah.

LEMBAGA PEMERINTAHAN DAERAH

Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

1. Kepala Daerah adalah lembaga yang melaksanakan kebijakan daerah.

2. DPRD adalah lembaga yang berwenang membuat kebijakan Daerah dan melakukan pengawasan

dan membuat penganggaran.

3. Di Daerah Provinsi Gubernur dan perangkatnya adalah lembaga pelaksana kebijakan Daerah.

Sedangkan di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkatnya.

4. Di Provinsi terdapat DPRD Provinsi, sedangkan di Kabupaten/Kota terdapat DPRD

Kabupaten/Kota

Page 14: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga

teknis daerah. Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas

daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Susunan organisasi perangkat daerah

ditetapkan dalam Perda dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman pada Peraturan

Pemerintah.

Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Camat, Lurah, dan Desa

1. Sekretariat Daerah merupakan staf Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh seorang Sekretaris

Daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah. Sekretariat Daerah

mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas penmyelenggaraan

pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana, serta memberikan pelayanan

administratatif kepada seluruh perangkat Daerah. Sekretariat daerah dipimpin oleh Sekretaris

Daerah. Sekretaris daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam

menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.

2. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala

Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daeah melalui Sekretaris

Daerah. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Kepala dinas daerah

bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.

3. Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh

seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui

Sekretaris Daerah. Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah

dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan,

kantor, atau rumah sakit umum daerah. Kepala badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah

tersebut bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.

4. Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD, dipimpin oleh seorang Sekretaris

yang bertanggungjawab kepada Pimpinan DPRD, dan secara administrasi dibina oleh Sekretaris

Daerah. Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris DPRD mempunyai tugas:

(a). menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD; (b). menyelenggarakan administrasi

keuangan DPRD; (c). mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; dan (d). menyediakan dan

mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai

dengan kemampuan keuangan daerah.

5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan/atau Kota.

Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada Peraturan

Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh

pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan

otonomi daerah.

6. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dan/atau Daerah

Kota di bawah Kecamatan. Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda

berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh lurah yang dalam

pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota.

7. Desa adalah adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

Page 15: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Instansi Vertikal pada Pemerintah Daerah

1. Instansi vertikal adalah kantor cabang dari departemen/kementerian Pusat di Daerah

berdasarkan asas dekonsentrasi. Instansi vertikal berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Menteri yang bersangkutan. Hanya dalam menyelenggarakan tugasnya kepada intansi

vartikal di bawah koordinasi Kepala Daerah tempat instansi vertikal berada.

2. Instansi vertikal di Provinsi nomenklaturnya adalah Kantor Wilayah seperti Kantor Wilayah

Departemen Agama, sedangkan nomenklatur instansi vertikal di Kabupaten/Kota adalah Kantor

seperti Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.

Page 16: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

KEBIJAKAN PUBLIK DI DAERAH

• Proses Penyusunan Perda

• Teknis Materi Perda

• Stakeholder

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda) adalah “peraturan perundang-

undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala

Daerah”.

Definisi lain tentang Perda berdasarkan ketentuan Undang- Undang tentang Pemerintah Daerah adalah

“peraturan perundangundangan yang dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan

Kepala Daerah baik di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota”.

Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dan tugas

pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi dengan memperhatikan ciri khas masingmasing daerah.

Sesuai ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, materi muatan Perda adalah seluruh materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta

penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur

atau Bupati/Walikota. Apabila dalam satu kali masa sidang Gubernur atau Bupati/Walikota dan DPRD

menyampaikan rancangan Perda dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan Perda

yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan Perda yang disampaikan oleh Gubernur atau

Bupati/Walikota dipergunakan sebagai bahan persandingan.

Program penyusunan Perda dilakukan dalam satu Program Legislasi Daerah (PROLEGDA), sehingga

diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Perda. Ada berbagai jenis Perda

yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kota dan Propinsi antara lain:

a. Pajak Daerah;

b. Retribusi Daerah;

c. Tata Ruang Wilayah Daerah;

d. APBD;

e. Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

f. Perangkat Daerah;

g. Pemerintahan Desa;

h. Pengaturan umum lainnya.

Dalam memulai persiapan perencanaan dan merumuskan Peraturan Perundangan secara baik dan benar

dalam sebuah ketentuan perundangan undangan, maka perlu dipahami teknik penyusunan peraturan

perundang-undangan. Teknik atau prosedur penyusunan peraturan daerah sesungguhnya telah diatur

dalam berbagai ketentuan. Yaitu:

1. Undang Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

2. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 17: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No. 16 Tahun 2006 Tentang Prosedur

Penyusunan Produk Hukum Daerah.

Namun demikian untuk lebih memudahkan pemahaman, maka dapat diuraikan secara ringkas, hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam teknis penyusunan peraturan perundangan di tingkat daerah sebagai

berikut :

1 . Rancangan Peraturan Daerah .

Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau

Bupati/Walikota/Gubernur, masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah kabupaten, Rancangan

Peraturan Daerah tersebut dapat disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat

kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang legislasi.

Penyiapan rancangan daerah ini ada dua kemungkinannya, yang pertama datang dari

Bupati/Walikota/Gubernur dan kedua dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur disampaikan dengan

Surat Pengantar Bupati kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh Bupati/Walikota/Gubernur.

Sedangkan rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

disampaikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada Bupati/Walikota/Gubernur.

Selanjutnya, setelah draft rancangan dibuat maka perlu disosialisasikan. Sosialisasi atau penyebarluasan

rancangan peraturan daerah yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dilaksanakan oleh

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sedangkan yang berasal dari Bupati dilaksanakan oleh

Sekretaris Daerah.

Namun apabila Bupati/Walikota/Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyampaikan

rancangan peraturan daerah yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan peraturan daerah yang

diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan yang disampaikan oleh Bupati/Walikota/Gubernur

digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

2 . Materi Peraturan Daerah

Materi muatan Peraturan Daerah secara umum adalah seluruh materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta

penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Yang perlu diperhatikan dalam pemuatan materi peraturan daerah adalah disesuaikan dengan

kebutuhan dan keterbatasan kewenangan Pemerintah Daerah.

3 . Teknik Penyusunan Peraturan Daerah

Dalam perumusan peraturan daerah ke dalam bentuk format peraturan perundangn diperlukan

sistematika penyusunan seperti yang telah diatur dalam Undang-undang. Teknik penyusunan

Peraturan Daerah disusun dalam sistematika berikut ini :

A. JUDUL

B. PEMBUKAAN

1. Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan

3. Konsiderans

4. Dasar, Hukum

Page 18: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

5. Diktum

C. BATANG TUBUH

1. Ketentuan Umum

2. Materi Pokok yang Diatur

3. Ketentuan Pidana (Jika diperlukan)

4. Ketentuan Peralihan (Jika diperlukan)

5. Ketentuan Penutup

D. PENUTUP

E. PENJELASAN (Jika diperlukan)

F. LAMPIRAN (Jika diperlukan)

4 . Pembahasan dan Penetapan

Setelah disusun rancangan peraturan daerah maka akan dilakukan pembahasan. Pembahasan dapat

dilakukan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

bersama Bupati melalui tingkat-tingkat pembicaraan yang dilakukan dalam rapat komisi/panitia/alat

kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat

paripurna.

Alur Partisipasi Dalam Proses Penyusunan Peraturan Daerah

Dalam penyusunan peraturan daerah, partisipasi dikatakan optimal bila masyarakat terlibat secara aktif

dari awal proses penyusunan hingga peraturan daerah itu disahkan menjadi produk hukum. Hal ini

dapat dilakukan bila masyarakat dan lembaga legislatif saling berjalan sinergis untuk mewujudkan

produk hukum yang terbaik untuk daerah.

Dalam fungsinya sebagai Lembaga legilslasi, DPRD perlu menyerap aspirasi sebanyak-banyaknya dari

masyarakat (selain menyerap masukan dari inisiatif anggota DPRD atau masukan dari Pemda) untuk

bahan penyusunan kebijakan daerah. Semua aspirasi yang masuk dicatat dan didokumentasikan

dengan baik. Selanjutnya DPRD melakukan proses seleksi dengan memperhitungkan berbagai aspek

seperti sumberdaya, sumber dana, tingkat keperluan dan berbagai keterbatasan-keterbatasan

lainya. Tujuan dari proses seleksi ini adalah untuk menyusun prioritas usulan-usulan yang akan dibahas

lebih lanjut di DPRD.

Untuk mendapatkan partisipasi yang optimal, sebelum dibahas lebih lanjut di DPRD, usulan yang sudah

diprioritaskan tersebut perlu disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat luas. Paling tidak

masyarakat mengetahui dari sekian aspirasi yang masuk di DPRD ada priotitas yang akan dibahas lebih

lanjut. Langkah ini dilakukan selain untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, juga

merupakan bentuk Transparansi lembaga Legislasi kepada publik. Dari sini masyarakat akan

mengetahui aspirasi mana yang menjadi prioritas DPRD dan mengapa aspirasi tersebut yang dipilih.

Setelah disosialisasikan, DPRD perlu menyerap aspirasi dari masyarakat. Aspirasi dari masyarakat

cukup penting karena akan menjadi bahan pertimbangan dalam pembahasan. Upaya untuk menyerap

aspirasi tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yakni cara pasif dan aktif. Cara pasif DPRD

menunggu reaksi masyarakat setelah usulan-usulan prioritas disosialisasikan. Sedangkan cara

aktif, DPRD mengundang atau mengajak bekerjasama dengan elemen masyarakat yang berkepentingan

untuk melakukan pembahasan.

Page 19: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Setelah mendapatkan masukan dari masyarakat, usulan prioritas di bahas di DPRD melalui Rapat

Paripurna (I dan II). Dari rapat ini, usulan-usulan prioritas tersebut akan ditetapkan untuk dibahas lebih

mendalam dalam rapat-rapat komisi. Jumlah usulan yang ditetapkan tergantung dari hasil pembahsan

dalam rapat paripurna.

Selama sidang komisi, DPRD kembali membuka ruang publik untuk mendapatakan masukan-masukan

dari masyarakat. Bila perlu Draft Raperda yang telah dibahas di sidang komisi disosialisasikan dan

dibahas bersama masyarakat untuk mendapatkan masukan-masukan. Cara yang ditempuh

sebagaimana telah disebutkan diatas, yakni melalui dua cara. Cara pasif menunggu reaksi masyarakat

setelah draft disebarluaskan. Sedangkan Cara aktif mengajak berbagai elemen yang berkepentingan

dimasyarakat untuk melakukan pembahasan bersama.

Selanjutnya setelah melakukan pembahasan disidang komisi, masyarakat perlu mengetahui proses

pengesahan Raperda dalam sidang paripurna DPRD. Keterlibatan masyarakat terlibat dalam proses

pengesahan merupakan ujung dari proses partisipasi masyarakat dalam penyusunan Peraturan Daerah.

Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan

Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada

Gubernur atau Bupati/Walikota untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

5 . Pengundangan

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan daerah harus diundangkan dengan menempatkannya

dalam:

a. Lembaran Daerah; atau

b. Berita Daerah.

Yang mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Lembaran

Daerah dan Berita Daerah.

PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI KEBIJAKAN DAERAH

Perencanaan Kebijakan

Kebijakan adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan pemerintah atau pejabat pemerintah untuk

mengatasi permasalahan. Kebijakan publik adalah tindakan lembaga publik/pemerintah untuk

mengatasi permasalahan publik yang diorientasikan pada terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Pembuatan kebijakan publik harus dimulai dari perencanaan yang baik. Perencanaan dimulai dari:

1. penyusunan agenda,

2. perumusan permasalahan,

3. pembahasan permasalahan dalam lembaga politik DPRD, dan

4. penetapan kebijakan.

Demi terjaminnya kualitas kebijakan publik masyarakat perlu berpartisipasi aktif dalam perumusan dan

pembahasan rancangan kebijakan publik.

Pelaksanaan Kebijakan

Setelah kebijakan Pemerintah Daerah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan

kebijakan. Yang menjadi pelaksana kebijakan adalah Kepala Daerah dan perangkatnya. Kepala Daerah

bertanggungjawab melaksanakan kebijakan Pemerintah Daerah dan bertanggungjawab kepada DPRD.

Page 20: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan good governance, yaitu

menyelenggarakan tata pemerintahan yang berkualitas yang bermuara pada kesejahteraan rakyat

melalui pelibatan seluruh stakholder atas dasar prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan, kesejahteraan,

efesiensi, transparansi, dan akuntabilitas.

Dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah Daerah, Kepala Daerah harus menjadi koordinator yang baik

terhadap para pelaksana teknis bawahannya. Koordinasi sangat penting karena akan menyatupadukan

langkah dan metode dalam pencapaian tujuan. Di samping itu koordinasi akan dapat memperjelas arah

kegiatan para pelaksana teknis menuju satu fokus.

Sukses tidaknya pelaksanaan kebijakan Daerah sangat ditentukan oleh tingkat kualitas format kebijakan

itu sendiri dan juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang menyertainya.

Evaluasi Kebijakan

Kebijakan Daerah setelah dilaksanakan oleh Kepala Daerah harus dievaluasi. Evaluasi kebijakan Daerah

yaitu melakukan penilaian sehingga diketahui sejauh mana kebijakan tersebut mencapai tujuan seperti

yang ditetapkan. Evaluasi diperlukan untuk pelurusaan, pembetulan, dan penghentian kebijakan jika

memang tidak layak diteruskan.

Pihak yang melakukan evaluasi adalah DPRD dalam rangka melaksakan fungsi pengawasannya. Namun

untuk kepentingan intern evaluasi juga dilakukan oleh badan pengawas internal seperti Badan Pengawas

Daerah. Di samping itu evaluasi juga dilakukan oleh badan pengawas fungsional ektern seperti BPKP dan

BPK, dan masyarakat sebagai bentuk partisipasi politik.

Terdapat empat tipe evaluasi yaitu evaluasi kecocokan, evaluasi efektifitas, evaluasi efesiensi, dan

evaluasi meta. Dalam melakukan evaluasi harus 1) dibuat sebuah skema umum penilaian dan 2) dibuat

seperangkat instrumen yang meliputi parameter dan indikator.

Mengacu pada kenyataan penyusunan Raperda yang dilakukan selama ini, pelibatan publik masih belum

merupakan suatu keharusan. Jika pun ada pelibatan publik, hal tersebut cenderung hasil dari

pendekatan dan terkadang ‘tekanan’ dari publik – baik itu ornop maupun masyarakat yang

berkepentingan langsung terhadap peraturan tersebut. Namun demikian, dalam pelibatan publik ini

masih belum ada jaminan bahwa apa yang menjadi aspirasi masyarakat akan tertulis dalam produk final

Perda. Penyusunan peraturan daerah lebih menekankan pada proses teknisnya saja dan bukan pada

substansi yang akan disusun ataupun kepentingan apa yang dibawa oleh Perda tersebut. Pihak-pihak

yang seharusnya dilibatkan malah tidak diikutkan. Hal ini pada akhirnya tidak jarang melahirkan konflik

pada pihak dimana peraturan tersebut nantinya akan diterapkan.

Rendahnya peran serta dalam penyusunan peraturan pada dasarnya lebih disebabkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai itu kurang memberi kesempatan pada publik (bahkan

nyaris tak ada). Kemampuan yang minim dan elitisme pembuat peraturan di tingkat daerah turut

menyumbang sempitnya ruang partisipasi bagi publik. Selain itu, birokrasi model lama masih

mendominasi sehingga proses penyusunan peraturan yang seharusnya dimungkinkan untukmelibatkan

publik malah menjadi tertutup.

Page 21: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

KEUANGAN DAERAH

a. Sumber Keuangan Daerah

b. Instrumen Keuangan Daerah

c. Transparansi dan Akuntabilitas

Sumber Keuangan Pemerintah Daerah

Sumber-sumber keuangan Daerah adalah:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD):

a. Pajak

b. Retribusi

c. Keuntungan Perusahaan Daerah

d. Pengelolaan aset Daerah.

e. Lain-lain.

2. Dana perimbangan:

a. Bagi hasil:

1. Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

3. Hasil Hutan, Tambang Umum, Perikanan.

4. Minyak Bumi.

5. Gas Alam.

b. Dana Alokasi Umum.

c. Dana Alokasi Khusus.

4. Kebutuhan di Luar DAU.

5. Prioritas Nasional.

6. Dana Reboisasi.

7. Matching Grant.

Pinjaman Daerah:

a. Dalam negeri.

b. Luar negeri.

c. Hasil kekayaan Daerah Lain yang Dipisahkan:

a. Bagian laba.

b. Dividen.

c. Penjualan saham.

d. Lain-Lain: Hibah, Dana Darurat, Penerimaan Lainnya.

Page 22: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai Instrument

APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD dirancang oleh Kepala Daerah kemudian

diajukan kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan. Jika DPRD tidak setuju Pemerintah Daerah

menggunakan anggaran tahun lalu sebagai dasar penganggarannya.

Komponen-komponen APBD adalah:

a. Pendapatan Daerah

b. Belanja Operasional Pemerintahan

c. Belanja Modal (Capital Investment)

d. Surplus/Defisit

e. Aset Daerah

f. Pembiayaan

g. Dana Daerah

h. Pinjaman (Pemerintah Pusat Masyarakat Luar Negeri)

i. Struktur APBD adalah:

a. Pendapatan Daerah.

b. Belanja Daerah.

c. Pembiayaan.

j. APBD dilaksanakan oleh Kepala Daerah dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD.

k. Setiap tindakan yang mengakibatkan kerugian keuangan Daerah baik karena

kesengajaan atau kelalaian harus diganti oleh pelakunya.

Transparansi dan Akuntabilitas

Pelaksanaan APBD mestinya diawasi oleh Pemerintah, instansi internal, dan DPRD. Kelemahan

perundang-undangan dalam bidang keuangan daerah selama ini menjadi salah satu penyebab terjadinya

beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan

penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang

berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam undang-

undang dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal, maka dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara.

Adapun kekuasaan pengelolaan keuangan daerah menurut pasal 6 UNDANG-UNDANG No. 17 Tahun

2003 merupakan bagian dari kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Dalam hal ini presiden selaku

kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari

kekuasaan pemerintahan, kemudian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala

pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah

dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Selanjutnya, kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah dilaksanakan oleh masing-masing kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku

pejabat pengelola APBD dan dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat

pengguna anggaran/barang daerah.

Page 23: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Pengelolaan keuangan daerah harus Transparansi yang mulai dari proses perencanaan, penyusunan,

pelaksanaan anggaran daerah. Selain itu, Akuntabilitas dalam pertanggungjawaban publik juga

diperlukan, dalam artii bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan

pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD

dan masyarakat. Kemudian, Value for money yang berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses

penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut, maka akan menghasilkan pengelolaan keuangan

daerah (yang tertuang dalam APBD) yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan

masyarakat daerah setempat secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab.

Sehingga nantinya akan melahirkan kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

AKIP (Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)

Penerapan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-

undangan, antara lain TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, kemudian disusul dengan Undang-undang

Nomor 28 Tahun 1999, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, dan Keputusan Kepala LAN Nomor

589/IX/6/Y/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta

Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah.

Semua peraturan perundang-undangan tersebut adalah payung kebijakan untuk membangun sistem

akuntabilitas di Indonesia. Akuntabilitas diperlukan karena adanya kekuasaan yang berupa amanah yang

diberikan kepada orang atau pihak tertentu untuk menjalankan tugasnya dalam rangka mencapai tujuan

tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Setelah amanah dijalankan, harus ada laporan

atas tugas yang telah dipercayakan dengan mengungkapkan segala sesuatu yang dilakukan, dilihat,

dirasakan baik yang mencerminkan keberhasilan maupun kegagalan.

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah

Untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah sejalan dengan penyerahan kewenangan pemerintahan

yang diberikan perlu didukung dengan sumber keuangan yang memadai. Untuk itu, diatur perimbangan

keuangan antara Pusat dan Daerah. Dana perimbangan antara Pusat dan Daerah terdiri atas:

a. Bagi hasil:

1. Pajak Bumi dan Bangunan: Pusat 10% dan Daerah 90%

2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan: Pusat 20% dan Daerah 80%.

3. Hasil Hutan, Tambang Umum, Perikanan: Pusat 20% dan Daerah 80%

4. Minyak Bumi: Pusat 85% dan Daerah 15%.

5. Gas Alam: Pusat 70% dan Daerah 30%

b. Dana Alokasi Umum.

c. Dana Alokasi Khusus.

1. Kebutuhan di Luar DAU.

2. Prioritas Nasional.

3. Dana Reboisasi.

4. Matching Grant.

Page 24: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah (desentralisasi fiskal) mencerminkan tujuan

politik yang mendasar, karena berperan dalam menentukan bobot kekuasaan yang dijalankan oleh

pemerintah daerah dalam keseluruhan sistem pemerintahan disuatu negara. Hubungan tersebut harus

serasi dengan peranan yang dimainkan oleh pemerintah daerah.

Secara teoritis, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan sebagai acuan di dalam pembagian

kewenangan pemerintahan dan keuangan, yaitu:

1. Daerah diberi sumber-sumber keuangan dulu, kemudian diserahkan urusan-urusan tertentu

untuk dilaksanakan.

2. Urusan pemerintahan dibagi terlebih dahulu antara pemerintah pusat dan daerah, kemudian

kepada daerah diberikan sumber-sumber keuangan yang dibutuhkan untuk menjalankan urusan

tersebut.

Sesuai dengan UNDANG-UNDANG No. 32 tahun 2004, pendekatan yang diterapkan di Indonesia adalah

pendekatan yang kedua. Prinsip yang dianut di dalam perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

dan daerah di Indonesia adalah:

1. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan subsistem keuangan

negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah pusat dan daerah.

2. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah pusat kepada daerah dengan

memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal.

3. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan suatu sistem yang

menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan

tugas pembantuan.

Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar dari cara untuk mendanai pemerintah daerah dalam

melaksanakan pemerintahannya. Pendanaan pemda dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan

sebagai berikut.

1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi,

didanai dengan APBD.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka

pelaksanaan dekonsentrasi, didanai dengan APBN

3. Penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka tugas

pembantuan, didanai dengan APBN

4. Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau penugasan dalam

rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintah pusat kepada pemda, disertai dengan

pemberian dana.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah akan dapat terlaksana secara efektif, apabila pemerintah daerah

(pemda) memiliki sumber-sumber keuangan yang memadai. Penyerahan sumber-sumber keuangan di

sini, dapat dalam bentuk penyerahan sumber-sumber PAD (pajak daerah, retribusi, laba perusahaan

daerah), maupun dalam bentuk alokasi dana kepada daerah (bagi hasil pajak pusat kepada daerah, bagi

hasil pengelolaan SDA, DAU dan DAK).

Di dalam pembagian kewenangan di bidang keuangan, aspek keadilan merupakan hal yang sangat

penting untuk dicermati. Ada tiga aspek yang akan menentukan terjadinya perimbangan keuangan yang

adil dan transparan, yaitu:

1. adanya sumber-sumber keuangan yang cukup bagi daerah, terutama yang bersumber dari pajak

daerah dan retribusi.

Page 25: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

2. adanya akses bagi daerah terhadap sumber-sumber pendapatan bagi hasil dari pajak

3. adanya subsidi yang adil dan efektif dari pemerintah pusat kepada daerah.

Atas dasar ketiga hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembagian kewenangan di bidang keuangan

antara pemerintah pusat dan daerah, akan bermuara pada tiga hal yang akan menjadi sumber keuangan

daerah, yaitu sumber PAD, bagi hasil penerimaan pemerintah pusat baik dari pajak maupun nonpajak,

dan dana alokasi atau subsidi kepada daerah.

Pemberian alokasi dana oleh pemerintah pusat kepada daerah terkait dengan adanya

ketidakseimbangan antara sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan

tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh pemerintah

daerah untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut sering kali sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan

perbedaan mekanisme pengalokasian keuangan dari pemerintah pusat kepada daerah. Alokasi dana dari

pusat kepada daerah, dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dari pemerintah pusat.

Tujuan-tujuan tersebut antara lain:

1. Untuk membiayai kekurangan dana yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam rangka

menjalankan fungsi pelayanan yang diembannya;

2. Untuk mempengaruhi pola pembiayaan yang dianut oleh daerah agar standar layanan yang

dikehendaki oleh pemerintah dapat dicapai;

3. Untuk mengontrol pengeluaran daerah, baik secara menyeluruh maupun pada layanan-layanan

tertentu;

4. Untuk menutupi kesenjangan antar daerah;

5. Untuk memberikan kompensasi terhadap daerah tertentu karena layanan yang diberikan

menjangkau daerah lain;

6. Untuk memobilisasi dana daerah;

7. Untuk merangsang tanggung jawab daerah dalam mengambil keputusan dalam rangka

menjalankan otonominya;

8. Untuk mendorong pembangunan ekonomi daerah;

9. Untuk mengatasi keadaan darurat.

Pengalokasian dana dari pusat kepada daerah, sebaiknya berpedoman pada kriteria-kriteria tertentu

agar alokasi dana yang diberikan kepada daerah tepat sasaran. Kriteria-kriteria tersebut adalah:

1. Memadai (adequacy);

2. Elastis (elasticity);

3. Stabil dan dapat diperkirakan jumlahnya (stability and predictability);

4. Adil (equity);

5. Merangsang mobilisasi dana daerah;

6. Merangsang otonomi daerah.

Sedangkan bentuk-bentuk alokasi dana dari pemerintah pusat kepada daerah adalah:

1. Kapitalisasi atau penyertaan modal pemerintah (capitalization).

2. Bagi hasil dari suatu pendapatan pemerintah pusat (revenue sharing).

3. Pinjaman (borrowing).

4. Subsidi (grant).

Page 26: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

KEPEGAWAIAN DAERAH

Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun mempunyai tiga peran yang

serupa. Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah.

Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat diperlukan. Kedua, melakukan fungsi manajemen

pelayanan publik. Ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat

puas atas pelayanan yang diberikan PNS.

Apabila tujuan utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga

desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada

daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus

mampu mengelola pemerintahan.

Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil

pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan

disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Dalam hubungan ini maka manajemen dan

administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain telah

diserahkan kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang

diberlakukan saat ini.

Pokok-pokok Kepegawaian antara lain:

1. Pegawai Negeri terdiri atas Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, dan anggota POLRI.

2. Pegawai Pusat adalah pegawai negeri yang gajinya dibebankan pada APBN dan bekerja pada

perangkat Pemerintah Pusat atau kantor cabangnya di daerah.

3. Pegawai Daerah adalah pegawai negeri yang gajinya dibebankan pada APBD dan bekerja pada

perangkat Pemerintah Daerah.

4. Pejabat Negara adalah orang yang diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu seperti

Presiden, Wakil Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, dan lain-lain.

5. Pegawai Negeri berkewajiban menaati Pancasila, UNDANG-UNDANG DASAR 1945, dan setia

pada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu, Pegawai Negeri mempuyai hak

mendapatkan gaji yang adil dan layak.

Rekrutmen Pegawai Daerah

Otonomi daerah yang telah berlangsung selama lebih dari delapan tahun ini tentunya memberikan

implikasi tertentu pada sistem kepegawaian di Indonesia. Pada mulanya, sebelum dilaksanakannya era

otonomi, sistem kepegawaian terpusat dalam arti segala kebijakan kepegawaian ada pada pemerintah

pusat, daerah hanya menerima jatah dari pemerintah pusat sesuai dengan permintaan dan ketersediaan

pegawai yang ada di pusat. Dan pegawai dari satu tempat dapat berpindah ke tempat lain sesuai dengan

keputusan atasan, dan hal ini tentunya sangat berbeda dengan adanya kebijakan desentralisasi yaitu

pegawai sulit berpindah antar satu tempat dengan tempat yang lain.

Dengan adanya desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada daerah, ada kemungkinan jumlah dan

struktur PNS di daerah menjadi tidak terkendali. Apalagi bila dalam pengangkatan pegawai baru dan

promosi serta mutasi tidak mengikuti prinsip “merit sistem” tetapi lebih pada “marriage sistem (sistem

kekeluargaan)” yang dianut oleh pemerintah pusat selama ini. Karena sulit meninggalkan paradigma

lama yang telah berakar selama 33 tahun itu, kewenangan yang besar kepada daerah tersebut

dimungkinkan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 yang memungkinkan

Page 27: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Gubernur, Bupati dan Walikota mengangkat dan memberhentikan PNS di daerahnya mulai dari pangkat

I/a sampai dengan golongan IV/e, Pembina Utama. Suatu kewenangan yang sebelum terbit Peraturan

Pemerintah ini, hanya dimiliki oleh Presiden dan dilakukan secara terpusat.

1. Formasi adalah penentuan jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan

agar mampu melaksanakan tugas pokok yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

2. Kebijakan manajemen Pegawai Negeri Sipil berada di tangan Presiden selaku Kepala

Pemerintahan. Untuk itu masalah pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dilakukan

oleh Presiden. Namun Presiden dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Pejabat

Pembina Kepegawaian Pusat dan menyerahkan sebagian wewenangnya kepada Pejabat

Kepegawaian Daerah.

3. Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan secara terhormat atau tidak terhormat karena:

a. Atas permintaan sendiri.

b. Meninggal dunia.

c. Hukuman disiplin.

d. Perampingan organisasi pemerintah.

e. Menjadi anggota partai politik.

f. Dipidana penjara.

g. Dinyatakan hilang.

h. Keuzuran jasmani.

i. Mencapai batas usia pensiun.

Pembinaan dan Pengembangan Pegawai Daerah

Pengembangan secara bertahap kemampuan kelembagaan yang menangani kepegawaian di daerah

dalam jangka waktu lima tahun dimulai saat awal pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi.

Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000, lembaga ini dinamakan Badan Kepegawaian

Daerah (BKD) yang mempunyai hubungan fungsional dan profesional baik langsung dengan Badan

Kepegawaian Negara (BKN) yang ada di pusat, maupun dengan kantor-kantor regional BKN yang

tersebar pada delapan wilayah kerja dewasa ini.

situasi problematis terkait dengan persoalan internal sistem kepegawaian dapat dianalisis dengan

memperhatikan subsistem yang membentuk kepegawaian negara. Subsistem kepegawaian negara

terdiri dari: (1) rekrutmen, (2) penggajian dan reward, (3) pengukuran kinerja, (4) promosi jabatan, (5)

pengawasan. Kegagalan pemerintah untuk melakukan reformasi terkait dengan subsistem-subsistem

tersebut telah melahirkan birokrat-birokrat yang dicirikan oleh kerusakan moral (moral hazard) dan juga

kesenjangan kemampuan untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya (lack of competencies).

1. Penanggung jawab manajemen kepegawaian berada di tangan Presiden selaku Kepala

Pemerintahan.

2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai penanggungjawab kebijakan manajemen kepegawaian

Presiden dibantu oleh Komisi Kepegawaian.

3. PNS dibina dan dikembangkan berdasarkan sistem karier. PNS diberi pangkat dan jabatan sesuai

dengan prestasi dan pengabdiannya.

Page 28: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

4. Untuk mencapai kompetensi sesuai dengan standar normatif, Calon PNS yang akan diangkat

sebagai PNS penuh harus mengikuti Diklat Prajabatan. Sedangkan PNS yang sudah diangkat

penuh agar mampu mengemban tugas-tugas kenegaraan, pemerintahan, dan pembangunan

yang akan diembannya ia harus mengikuti Diklat dalam Jabatan.

5. Pangkat tertinggi untuk pejabat karier pada Pemerintah Provinsi adalah I/b, sedangkan pengkat

tertinggi untuk pejabat karier pada Pemerintah Kabupaten/Kota adalah II/a.

Reformasi di bidang kepegawaian yang merupakan konsekuensi dari perubahan di bidang politik,

ekonomi dan sosial yang begitu cepat terjadi sejak paruh pertama tahun 1998 ditandai dengan

berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Peraturan

perundang-undangan yang merupakan perubahan dan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 8

Tahun 1974 dengan pokok bahasan yang sama tersebut, kemudian diikuti dengan berbagai peraturan

pelaksanaannya, baik yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden (Keppres),

untuk menjamin terlaksananya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 ini secara baik dan terarah.

Desentralisasi mensyaratkan pola rekrutmen berada di tangan pemerintah daerah. Namun, hal itu tentu

saja tidak dapat berjalan dengan mulus karena adanya permasalahan yang ada di daerah. Kesiapan dari

daerah merupakan kunci utama untuk menjalankan sistem kepegawaian yang diserahkan langsung

kepada pemerintah daerah. Di sini, daerah harus bekerja ekstra keras untuk menggali potensi yang ada

di daerahnya terutama potensi sumber daya manusia daerah. Pemerintah daerah harus jeli melihat

peluang dan tantangan yang kemungkinan muncul di suatu daerah tertentu.

Page 29: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

PARTISIPASI PUBLIK

a. Bentuk-Bentuk Partisipasi Publik

b. Pengaruh Partisipasi Publik dalam Penyelenggaraan Pemda

Kebijakan Otonomi Daerah telah melahirkan angin segar untuk pelibatan masyarakat, karena kebijakan

ini diambil dengan tujuan meningkatkan pelibatan masyarakat. Pemerintahan lokal secara fisik memang

lebih dekat dengan masyarakat sehingga masyarakat lebih mudah mengetahui kebijakan yang diambil

pemerintah. Dan kebijakan yang diambil umumnya langsung berkaitan dengan keseharian masyarakat.

Dampaknya jika ada kebijakan yang kurang sesuai masyarakat dapat segera mengkritisi kebijakan

tersebut dan penyelenggara pemerintahan yang hidup ‘bersama’ masyarakatnya mau-tidak mau harus

merespon aspirasi masyarakatnya. Penyelengaraan pemerintahan lokal yang lebih dinamis ini telah

menimbulkan suatu kebutuhan bersama untuk mengatur pelibatan masyarakat.

Bentuk Partisipasi Masyarakat

Derajat Partisipasi Masyarakat Contoh

Tinggi Memiliki Kontrol

Lembaga Pemerintah, legislatif, LSM, mendorong masyarakat, untuk

mengindentifikasikan masalah, tujuan, maksud dan kesimpulan-

kesimpulan kunci. Lembaga memiliki kemauan membantu

masyarakat dalam setiap langkah-langkahdalam menyelesaikan

tujuan-tujuan tersebut.

Memiliki Kekuasaan yang

terlegasi

Lembaga – pemerintah, legislatif, LSM – mengidentifikasikan

masalah dan menyampaikannya kepada masyarakat, mendefinisikan

keterbatatasan serta membuat keputusan-keputusan yang dapat

digabungkan dalam suatu rencana yang diterima

Keterlibatan dalam

perencanaan

Lembaga - pemerintah, legislatif, LSM – menyampaikan perencanaan

tentative dan terbuka untuk menerima perubahan dari subjek yang

dipengaruhi. Mengharapkan perubahan rencana paling sedikit dan

mungkin lebih dari itu.

Saran

Lembaga - pemerintah, legislatif, LSM – menyampaikan rencana dan

mengundang tanggapan masyarakat. Rencana hanya dipersiapkan

untuk dimodifikasi, jika memang diperlukan

Dikonsultasi

Lembaga - pemerintah, legislatif, LSM – mencoba menawarkan

rencana. Mencari dukungan agar, memperoleh penerimaan atau

memberi sanksi, sehingga pengadaan administrasi tercapai seperti

yang diharapkan.

Menerima informasi

sosialisasi

Lembaga – pemerintah, legislatif, LSM – membuat perencanaan dan

mengumumkannya. Masyarakat dikerahkan untuk tujuan

mendengarkan informasi. Masyarakat berkumpul menjadi suatu

yang diharapkan.

Rendah Tidak ada sama sekali Masyarakat tidak mengetahui sama sekali.

Sumber: Community participation for health for all. London, Community participation group of the

United Kingdom for all network, 1991 dalam Suhardi Suryadi dan Julmansyah 2001

Page 30: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Hak Masyarakat, Kewajiban Pemerintah dan Mekanisme Partisipasi

Hak Masyarakat

Sebagaimana tertuang dalam PP nomer 68 tahun 1999 berkenaan dengan peran serta masyarakat

dalam penyelenggaraan negara, maka masyarakat mendapatkan hak-haknya sebagai berikut;

• Hak mencari dan memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan negara

• Hak menyampaikan saran dan pendapat

• Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara

• Hak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan hak-haknya diatas

Kewajiban Pemerintah

Sebagai konsekwensi adanya pengakuan terhadap hak masyarakat maka penyelenggara

pemerintahan mempunyai kewajiban untuk mendengar pendapat masyarakat (yang berkepentingan)

dalam proses perumusan dan penetapan kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Dengan

demikian penyelenggara pemerintahan sebagai penerima mandat masyarakat berkepentingan untuk

menjamin terlaksananya hak-hak masyarakat. Dan terjaminnya hak-hak masyarakat menjadi salah satu

indikator keberhasilan penyelenggaraan pamerintahan.

Mekanisme Partisipasi

Mekanisme yang memungkinkan pelibatan aktif masyarakat minimal harus menjamin terlaksananya hak

masyarakat sehingga dalam mekanisme pelibatan masyarakat ini minimal harus mengatur:

1. Penyampaian informasi tentang kebijakan yang akan diambil termasuk jadwal dan

prosedur pelibatan masyarakat

2. Tanggapan terhadap aspirasi masyarakat

3. Hasil akomodasi masyarakat dan Keberatan

Pengaruh Partisipasi Masyarakat

Pengawasan Masyarakat

Untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah diselenggarakan sesuai dengan rencana dan tujuannya

maka masyarakat juga perlu melakukan pengawasan. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang

dilakukan oleh anggota masyarakat baik perorangan maupun kelompok, formal maupun non formal,

dan melembaga maupun tidak melembaga.

Pengawasan masyarakat harus dilakukan dengan cara yang sesuai kaidah moral secara umum dan sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku. Penyelenggara Negara wajib memberikan informasi yang

diminta masyarakat tentang penyelenggaraan negara di bawah tangggung jawabnya.

Jika masyarakat menemukan indikasi atau fakta adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan

oleh Penyelenggara Negara maka dapat melaporkannya kepada pejabat yang berwenang dan Komisi

Pemeriksa. Jika dilaporkan kepada Komisi Pemeriksa maka laporan harus ditembuskan kepada pimpinan

instansi tertingginya.

Page 31: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

MANAJEMEN STRATEJIK DAERAH

Maju mundurnya negara ditentukan oleh kualitas manajemennya (Peter F. Dariucker, 1995). Krisis

multidimensional yang melanda Indonesia (1997 – skrg)lebih disebabkan oleh salah urus

(mismanagement) pada semua tingkatan dan semua sektor (Ross H. McLeod, 1998).

Potensi daerah harus pula diimbangi dengan penguasaan teori manajemen strategis oleh pemerintah

daerah dan menerapkannya secara tepat dalam melaksanakan otonomi daerah. Oleh karena itu,

pemahaman terhadap manajemen strategis secara utuh tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan fungsi

dan peran yang diemban pemerintah daerah sebagai strategic managers. Esensi utama yang melekat

pada strategic managers adalah kemampuannya mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dalam situasi

lingkungan yang berubah.

Sementara itu, pengertian pada manajemen strategis biasanya berkaitan dengan perumusan arah

pengembangan organisasi ke masa depan, yang akan memberikan kerangka untuk manajemen

operasional untuk mencapai sasaran-sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Dengan kata lain,

dapat dinyatakan manajemen strategis” forces an organization to define its philosophy, mission, role,

and goals (Chandler dan Plano,1988:158). Sementara itu Sondang P. Siagian (1995:15) mendefinisikan

manajemen strategis sebagai serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh

manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Menurut Lester A. Digman dalam bukunya “Strategic Management: Concepts, Decisions, Cases” (1986:4-

5) dinyatakan bahwa manajemen strategis sebagai proses berkelanjutan yang melibatkan usaha-usaha

untuk memadukan organisasi dengan perubahan lingkungannya dengan cara yang paling

menguntungkan. Dengan begitu, manajemen strategis meliputi adaptasi organisasi dengan

memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi itu sendiri terhadap lingkungan

eksternalnya.

Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa manajemen strategis berkaitan dengan perumusan

arah pengembangan organisasi ke masa depan, yang akan memberikan kerangka bagi manajemen

operasional dalam rangka mencapai sasaran-sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Dalam kaitan

dengan kinerja pemerintah daerah, dapat dinyatakan bahwa manajemen strategis pemerintah daerah

sebagai serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh pemerintah daerah dan

dimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan daerah dalam rangka pencapaian misi,

visi dan tujuan pemerintahan daerah tersebut

Certo dan Peter (1990:10-14) mengemukakan tahap-tahap manajemen strategis, yaitu: 1) Analisis

lingkungan (internal dan eksternal); 2) Memantapkan arah organiasi (misi dan dan sasaran); 3)

Menyusun strategi organisasi; 3) Mengimplementasikan strategi organiassi; serta 5) Melakukan

pengawasan strategis. Sedangkan Boseman dan Pathak (Djunaedi, 1995:21), menyatakan bahwa proses

manajemen strategis yang diidentikkannya dengan proses perencanaan strategis mencakup tujuh

bagian yang saling berkaitan, yaitu:1) Penilaian terhadap organisasi, dalam hal kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan (strenghs, weakness, oppurtunities, and threats atau disingkat SWOT); 2)

Perumusan Misi Organisasi; 3) Perumusan falsafah dan kebijakan organisasi; 4) Penetapan sasaran-

sasaran strategis; 5) Penetapan strategi organisasi; 6) Implementasi strategi organisasi; 7) Pengendalian

(control) strategi organisasi.

Bryson (1988:5) selanjutnya mengusulkan suatu proses perencanaan strategis untuk organisasi nirlaba

yang mencakup delapan langkah yakni:

Page 32: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

1) Memulai dan bersepakat dalam hal proses perencanaan strategis;

2) Mengenali mandat yang diberikan kepada organisasi;

3) Menetapkan misi dan nilai-nilai yang dipegang oleh organisasi;

4) Menilai kondisi lingkungan eksternal, dalam hal peluang dan tantangan;

5) Menilai kondisi lingkungan internal, dalam hal kekuatan dan kelemahan;

6) Menemu-kenali isu-isu strategis yang dihadapi oleh organisasi;

7) Merumuskan strategis-strategi untuk mengelola isu-isu;

8) Merumuskan dan memantapkan visi organisasi ke masa depan.

Dari beberapa variasi yang terdapat dalam proses manajemen strategis yang telah diuraikan, maka

untuk proses manajemen strategis pemerintah daerah kali ini dipergunakan perpaduan dari beberapa

model tersebut, dengan tetap menitikberatkan pada model terakhir yang dikemukakan oleh John M.

Bryson.

Tahap-tahap yang dipergunakan adalah: Pertama, penetapan misi, visi dan dan tujuan Pemerintah

Daerah; Kedua, Penilaian terhadap kekuatan,kelemahan, peluang dan tantangan (SWOT) Pemerintah

Daerah; Ketiga, Menetapkan isu-isu strategis dalam pelaksanaan otonomi daerah; serta Keempat,

merumuskan strategi pengembangan kinerja Pemerintah Daerah.

Pilihan titik berat pada model ini didasari oleh asumsi bahwa organisasi pemerintahan daerah dari awal

pendiriannya lebih menunjukkan sosok sebagai organisasi nirlaba daripada organisasi yang berorientasi

pada profit semata.

Page 33: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

PEMERINTAHAN KOTA

Kita yang hidup pada zaman muthakhir ini dapat dengan mudah mengamati dan menggambarkan

apakah “kota” itu, sesuai dengan tolak ukur atau focus perhatian kita masing-masing. Pemerintahan

Kota tidak secara spesifik dibedakan dengan Kabupaten. Keduanya berada pada level/tingkat yang sama

dalam system pemerintahan daerah di Indonesia. Hanya saja, beberapa karakteristik khusus yang

dimiliki kota menjadikannya dalam beberapa hal berbeda dan karenanya perlu pembahasan khusus.

Oleh karena itu tidak dirisaukan jika terdapat banyak definisi tentang kota, yang mungkin satu dengan

yang lainnya berbeda. Adapun Definisi tersebut antara lain :

• Mumford : Kota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi ke luar. Sebelum kota menjadi

tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat orang pulang balik

untuk berjumpa secara teratur, jadi ada semacam daya tarik pada penghuni luar kota untuk

kegiatan rohaniah dan perdagangan serta,kegiatan lain.

• Max Weber: Penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannyalewat pasar

setempat dan ciri kota ada pasarnya.

• Sjoberg : : Melihat kota dari timbulnya suatu golongan spesialis non agraris dan yang

berpendidikan merupakan bagian terpenting

• Prof. Bintarto (1984 : 36) Kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh

strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis. Menurut Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia No 4/1980 Kota adalah wadah yang memiliki batasan

administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi.

• Kota adalah suatu ciptaan peradaban umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban lahir dari

pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan Pedesaan sebagai “daerah yang melindungi

kota” (P.J.M. Nas 1979 : 28). Kota seolah-olah mempunyai karakter tersendiri, mempunyai jiwa,

organisasi, budaya atau peradaban tersendiri.

Karakteristik Kota

1. Dari aspek penduduk. Secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk

menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan –kelemahan. Kriteria

jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti relatif yakni kepadatan penduduk

dalam suatu wilayah. Sebagai contoh misalnya dia AS dan Meksiko suatu tempet dikatakan kota

apabila dihuni lebih dari 2500 jiwa dan Swedia 200jiwa.

2. Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara

membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) dan

serba kokoh. Tetapi pada prakteknya kriteria itu sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita

temukan dibagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya, didaerah pinggiran kota,

sebaliknya juga desa-desa yang mirip kota, seperti desa-desa di pegunungan dinegara-negara

laut tengah.

3. Dari aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation

dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat kosmopolitan.

Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu (super-ficial), berkotak-kotak, bersifat

Page 34: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk memilih

hubungan sendiri.

4. Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang

pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-bidang lain dari

segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri,

dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya

pasar, pedagang dan pusat perdagangan.

5. Dari aspek hukum, pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban

hukum bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk

menunjukkan suatu wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota.

Dari karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa kota :

1. Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus (sehingga berbeda antara kota dengan fungsi yang

berbeda)

2. Mata pencaharian penduduknya diluar agraris.

3. Adanya spesialisasi pekerjaan warganya

4. Kepadatan penduduk

5. Ukuran jumlah penduduk (tertentu yang dijadikan batasan)

6. Warganya (relatif) mobility

7. Tempat pemukiman yang tampak permanen

8. Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, social relation, yang impersonal dan eksternal,

serta personal segmentasion karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang

dalam kelompoknya sehingga seringkali tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang

menjadi asing dalam lingkungannya.

Perbedaan Antara Kota dan Desa

Dari definisi yang telah diajukan baik definisi kota maupun desa kita dapat membuat perbedaan diantara

keduanya. Dikutip dari apa yang dikemukakan oleh P.J.M. Nas, (1979 : 35) yang mengutip pendapat

Costandse, sbb :

1) Kota bersifat besar dan memberikan gambaran yang jelas sedangkan pedesaan itu kecil dan

bercampur-baur, tanpa gambaran yang tegas.

2) Kota mengenal pembagian kerja yang luas, desa (pedalaman) tidak.

3) Struktur sosial dikota mengenal differensiasi yang luas sedangkan dipedesaan relatif sederhana.

4) Individualitas memainkan peranan penting dalam kebudayaan kota, sedangkan di pedesaan hal

ini kurang penting, di pedesaan orang menghayati hidupnya terutama dalam kompak primer.

5) Kota mengarahkan gaya hidup pada kemajuan, sedangkan pedesaan lebih berorientasi pada

tradisi, dan cenderung pada konservatisme.

Fungsi Kota

Page 35: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Menurut Noel P. Gist dalam “Urban Society” (hasil kuliah Daris.M Thalla, 1972) sebagai berikut :

a. Production center, yakni kota sebagai pusat produksi, baik barang setengah jadi maupun barang

jadi.

b. Center of trade and commerce, yakni kota sebagai pusat perdagangan dan niaga, yang melayani

daerah sekitarnya. Kota seperti ini sangat banyak, seperti Rotterdam, Singapura, Hamburg.

c. Political capital, yakni kota sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibukota negara, misalnya

kota london dan Brazil.

d. Cultural center, kota sebagai pusat kebudayaan, contohnya : kota Vatikan, Makkah, Yerusalem.

e. Health and recreation, yakni kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi wisata, misalnya :

Monaco, Palm Beach, Florida, Puncak Bogor, Kaliurung.

f. Divercified cities, Yakni kota-kota yang berfungsi ganda atau beraneka. Kota-kota pada masa kini

(setelah perang dunia ke II) banyak yang termasuk kategori ini. Sebagai contoh : Jakarta, Tokyo,

Surabaya yang mencanangkan diri sebagai “kota indarmardi” (kota industri, perdagangan,

maritim, dan pendidikan),disamping sebagai pusat pemerintahan.

Permasalahan di kota antara lain konflik (pertengkaran), kontroversi (pertentangan), kompetisi

(persaingan), kegiatan pada masyarakat pedesaan, dan sistem nilai budaya

Perkembangan Pembentukan Kota

Jadi dalam perkembangannya sebuah kota berdasarkan tahap perkembangannya kota dimulai dari

tahap :

1. Eopolis yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahap kehidupan

kota (kota kecamatan )

2. Polis yaitu tahap perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota

kabupaten)

3. Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sektor industry

4. Megapolis, yaitu tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi

diantaranya dengan dengan pemekaran atau perluasan kota

5. Trianopolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit

dikendalikan baik masalah lalulintas, pelayanan maupun kriminalitas

6. Nekropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi bahkan

mengarah pada kota mati.

Pola – pola Kota

a) Pola sentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang cenderung berkumpul atau

berkelompok pada satu daerah atau wilayah utama.Area utama tersebut merupakan daerah

yang ramai dikunjungi serta dilewati oleh banyak orang pada pagi, siang, dan sore hari namum

sunyi di malam hari.

b) Pola desentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang cenderung menjauhi titik pusat

kota atau inti kota sehingga dapat membentuk suatu inti / nukleus kota yang baru.

Page 36: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

c) Pola nukleasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang mirip dengan pola penyebaran

sentralisasi namun dengan skala ukuran yang lebih kecil di mana inti kegiatan perkotaan berada

di daerah utama.

d) Pola segresi adalah pola persebaran yang saling terpisah-pisah satu sama lain menurut

pembagian sosial, budaya, ekonomi, dan lain sebagainya. Dan jika kita umpamakan dengan

papan permainan dart atau papan target anak panah, maka pusat kota berada pada pusat

papan dart atau papan target anak panah dan begitu seterusnya garis-garis lingkaran yang

mengelilinginya berurutan adalah wilayah sub urban atau sub urban, kemudian diikuti dengan

daerah urban dan yang terakhir adalah daerah rural yang masih-masing memiliki sifat dan ciri-

ciri tersendiri.

Urutan-urutannya adalah sebagai berikut :

1. City adalah pusat kota yang menjadi pusat sub urban, urban, dan rural area.

2. Sub urban adalah daerah tempat atau area di mana para penglaju / commuter tinggal

yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. penglaju atau kommuter adalah orang-orang

yang tinggal di pinggiran kota yang pulang pergi ke kota untuk bekerja setiap hari.

3. Sub urban fring adalah area wilayah yang mengelilingi daerah sub urban yang menjadi

daerah peralihan kota ke desa.

4. Urban fring adalah daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki sifat yang mirip

dengan daerah wilayah perkotaan. Urban adalah daerah yang penduduknya bergaya

hidup modern.

5. Rural urban fringe adalah merupakan daerah jalur yang berada di antara desa dan kota.

6. Rural adalah daerah pedesaan atau desa yang penduduknya hidup sederhana.

Page 37: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

PERBANDINGAN PEMERINTAHAN DAERAH BERBAGAI NEGARA

a. Variabel Perbandingan

b. Perbandingan Pemda Berbagai Negara

Bagaimana membandingkan sistem Pemerintahan daerah yang notabene multidimensi? Berbagai aspek

dalam kelembagaan (organisasi dan administrasi) pemerintahan daerah yang dapat dijadikan variable

untuk melakukan perbandingan pemerintahan daerah satu negara dengan negara lainnya dapat dilihat

sebagai berikut:

• Pembagian wewenang

• Struktur pemerintahan: lembaga politik dan birokrasi

• Sumberdaya: keuangan dan SDM

• Aspek susunan wilayah administrasi/ daerah otonom

• Pertalian kelembagaan antar asas pemerintahan

• Mekanisme manajerial: perencanaan, pengorganisasian, pemantauan dan pengawasan.

Alan Norton membandingkan praktek pemerintahan daerah di berbagai negara maju dengan indikator-

indikator yang mudah dibaca: (1) jumlah susunan dan banyaknya daerah otonom (struktur secara

nasional); (2) pembiayaan daerah; (3) dasar pembentukan; (4) karakter wewenang; (5) pengawasan

aspek hukum; (6) wewenang Kepala Daerah; (7) sistem perwakilan dan kepartaian; dan (8) partisipasi

masyarakat.

Dilihat dari sisi cara membagi, urusan pemerintahan dapat dilakukan dengan cara rincian (ultra vires

doctrine), secara umum (open end arrangements), atau campuran dari keduanya. Inggris dengan sistem

ultra vires, Jerman yang dominan subsidiary akibatnya urusan dibagi dengan campuran dominan dengan

sistem open end arrangements, Perancis dengan dominan sistem ultra vires, Soviet dengan dominan

ultra vires.

Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat gambaran-gambaran umum dari pemda dari beberapa

negara. Sebagai penambah wawasan, bagian ini mutlak memerlukan referensi yang lebih lengkap. Oleh

karena itu, dianjurkan untuk memperbanyak bahan bacaan lainnya untuk melengkapi dan memperkaya

kajian. Berikut ini terdapat pemetaan struktur pemerintahan daerah di beberapa negara Asia dan

wilayah lainnya.

INDIA

Tahun 2001 penduduk India telah mencapai 1,027 miliar Jiwa. Penduduk yang tinggal di wilayah

perdesaan mencapai 742 juta, sedangkan di perkotaan sebesar 285 juta jiwa. Sejarah menyebutkan

Negara ini adalah bagian dari kolonialisme Inggris.

Dalam konsep Elazar, India merupakan ‘federacy’ karena terdapatnya wilayah yang dikendalikan oleh

Pemerintah Pusat secara langsung terdiri dari 7 bagian wilayah, ditambah adanya 25 negara bagian yang

dibentuk di seluruh wilayah India. Sekarang ini dari konstitusi tahun 2001 terdapat 28 negara bagian

(IHUDS: 2002).

Konstitusi India mengatur secara tegas pembagian wewenang antara Pemerintah Pusat, Negara bagian

dan Pemerintah daerah. Terdapat III daftar kewenangan: (1) list I merinci secara eksklusif kewenangan

Pemerintah Pusat; (2) list II merinci negara bagian; dan (3) merinci kemungkinan wewenang bersama

Page 38: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

antara negara bagian dan Pemerintah Pusat. Pemerintah daerah baik Perkotaan maupun perdesaan ada

dalam list II.

YAMAN

Yaman, secara resmi dipanggil Republik Yaman. Yaman adalah negara Timur Tengah yang terletak di

Semenanjung Arab di Asia Barat Daya. Yaman terdiri dari bekas Yaman Utara dan Selatan. Negara ini

berbatasan dengan Laut Arab dan Teluk Aden di selatan, Laut Merah di barat, Oman di timur laut, dan

batasannya yang lain bersebelahan dengan Arab Saudi. Wilayah Yaman termasuk Socotra, sebuah pulau

terpencil yang terletak lebih kurang 350 kilometer di selatan, berdekatan dengan Afrika Timur. Sejarah

membuktikan pernah dianutnya komunisme di negara ini meskipun jajahan Inggris.

Yaman adalah negara Kesatuan. Struktur Pemerintahannya terdiri dari 19 Provinsi (governorate); Abyan,

'Adan, Ad Dali', Al Bayda', Al Hudaydah, Al Jawf, Al Mahrah, Al Mahwit, 'Amran, Dhamar, Hadariamawt,

Hajjah, Ibb, Lahij, Ma'rib, Sa'dah, San'a', Shabwah, dan Ta'izz ditambah dengan 1 daerah setingkat

Provinsi. Luas negara ini adalah 527,970 km2 dengan jumlah penduduk 22,2 juta jiwa. Provinsi dibagi lagi

ke dalam 333 distrik, yang dibagi lagi ke dalam 2,210 sub-distrik, dan kemudian ke dalam 38,284 desa (

mulai dari 2001).

THAILAND

Kerajaan Thailand adalah Negara Kesatuan dengan bentuk pemerintahan monarki konstitusional

memiliki nama resmi Ratcha Anachak Thai; juga Prathēt Thai, kadangkala juga disebut Mueang Thai.

Terletak di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam

di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Thailand dahulu dikenal sebagai Siam sampai

tanggal 11 Mei 1949. Kata "Thai" berarti "kebebasan" dalam bahasa Thailand, namun juga dapat

merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan di kalangan orang Thai

terutama kaum minoritas Tionghoa.

Thailand merupakan negara satu-satunya di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Negeri seluas

510.000 kilometer ini kira-kira seukuran dengan Perancis. Secara geografis, Thailand terbagi enam:

perbukitan di utara di mana gajah-gajah bekerja di hutan dan udara musim dinginnya cukup baik untuk

tanaman seperti strawberry dan peach; plateau luas di timur laut berbatasan dengan Sungai Mekong;

dataran tengah yang sangat subur; daerah pantai di timur dengan resor-resor musim panas di atas

hamparan pasir putih; pegunungan dan lembah di barat; serta daerah selatan yang sangat cantik.

Thailand dibagi kepada 76 provinsi (changwat), yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok provinsi.

Nama tiap provinsi berasal dari nama ibu kota provinsinya. Provinsi-provinsi tersebut kemudian dibagi

lagi menjadi 795 distrik (Amphoe), 81 sub-distrik (King Amphoe) dan 50 distrik Bangkok (khet) (jumlah

hingga tahun 2000), dan dibagi-bagi lagi menjadi 7.236 komunitas (Tambon), 55.746 desa (Muban), 123

kotamadya (Tesaban), dan 729 distrik sanitasi (Sukhaphiban) (jumlah hingga tahun 1984).

Di tahun 1987 ada 73 provinsi (changwat), termasuk kawasan metropolitan yaitu Bangkok, yang

memiliki status keprovinsian. Provinsi-provinsi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan wilayah untuk

keperluan administrasi. Pada tahun 1984 provinsi dibagi menjadi 642 distrik (amphoe), 78 subdistricts

(king amphoe), 7,236 communes (tambon), 55,746 desa (muban), 123 municipalities (tesaban), and 729

distrik sanitasi (sukhaphiban).

Provinsi dikepalai oleh Gubernur (phuwarachakan), disertai oleh satu atau lebih wakil gubernur, dan

asisten gubernur yang mengatur staf lapangan di provinsi dan distrik. Gubernur mengawasi seluruh

administrasi provinsi, mengatur hukum dan ketertiban, dan mengkoordinasi pekerjaan dari instansi

vertikal.

Page 39: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

KAMBOJA

Kamboja adalah negara kesatuan dengan menganut monarki konstitusional. Luas wilayahnya 181, 035

km2 dengan jumlah penduduk 13.4 juta jiwa. Kepadatan penduduknya rata-rata 74 jiwa/ km2. Negara

ini terdiri dari 20 Provinsi (khett) dan 4 Kotapraja (krong). Dengan demikian, susunannya terdiri dari tiga

tingkatan pemerintahan (termasuk Pemerintah Pusat). Negara ini adalah negara bekas kolonialisme

Perancis.

Berdasarkan konstitusi, raja adalah kepala negara seumur hidup, panglima tertinggi tentara negara,

lambing kesatuan dan keabdian negara. Raja berhak mengumumkan amnesti dan berhak membubarkan

Majelis Nasional berdasarkan usul Perdana Menteri dan setelah mendapat persetujuan Ketua Majelis

nasional.

Pembagian urusan antar pemerintahan diatur dalam konstitusi chapter III dan IV pada butir 31, 51, dan

52. Isi konstitusi menyatakan bahwa kerajaan Kamboja mengakui hak-hak masyarakat di bidanh hukum

dan mendapat posisi yang sejajar di hadapan hukum dan mengakui bahwa masyarakat memegang

kekuasaan tertinggi serta berhak berpartisipasi di dalam pemerintahan dengan kewajiban menjunjung

tinggi hukum dan organisasi masyarakat (daerah otonom) harus berdasarkan hukum.

PAKISTAN

Pakistan merupakan negara Federal-republik. Bentuk ini dinyatakan dalam konstitusi federalnya. Di

tingkat federal, terdapat seorang Presiden sebagai kepala Pemerintahan. Negara bagiannya disebut

Provinsi yang berjumlah hanya empat. Di dalam setiap negara bagian terdapat susunan pemerintahan

daerah yang terdiri atas distrik-distrik.

Luas wilayahnya 803.000 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 sebesar 162.5 juta jiwa.

Sejarah mengatakan bahwa negara ini bersamaan dengan India adalah bekas kolonialisme Inggris.

Keempat Provinsi di Pakistan mempunyai wewenang sesuai konstitusi. Tiap Provinsi dikepalai oleh

Gubernur. Di tiap daerah (distrik) terdapat kepala yang ditunjuk oleh Gubernur, dan majelis Provinsi.

Anggota majelis Provinsi diisi melalui pemilu. Terdapat pembagian urusan antara Federal dan Provinsi

(negara bagian) yang prinsip utamanya adalah bahwa negara bagian lebih banyak ditujukan kepada

masalah lokal, sedangkan Federal masalah-masalah yang lebih luas. Bidang kesehatan, pendidikan,

pertanian dan prasaran fisik jalan raya ditentukan bersama antara Federal dan Negara Bagian.

Pemerintahan Distrik mengikuti jalan ultra vires doctrine dalam menerima urusan dari Pemerintah

negara bagian (provinsi) nya.

NEPAL

Nepal yang memiliki nama resmi Nepal Adhiraiya beribukota di kathmandu dengan luas wilayah

147.181. km2. Jumlah penduduknya 29 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduknya 2,132%.

Menurut Ketentuan UNDANG-UNDANGD, Nepal adalah Kerajaan Monarkhi Konstitusional beragama

Hindu yang menganut Kesatuan. Pengaruh Cina sangat kuat karena wilayahnya berbatasan langsung

dengan Cina dan India. Partai Komunis menguasai perwakilan di negara ini. Dari sejarah tampak negara

ini merupakan negara di bawah pengaruh kolonialisme Inggris.

Nepal menganut demokrasi multi-partai. Pemerintah daerahnya hanya terdiri dari distrik-distrik

berjumlah 75 yang dikelompokkan dalam 14 Zona. Zona-zona ini merupakan wilayah administratif yang

dikelompokkan lagi dalam 5 wilayah pembangunan. Distrik dikepalai seorang kepala distrik. Di bawah

Distrik terdapat sejumlah pemerintahan Desa.

:

Page 40: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

VIETNAM

Vietnam, memiliki nama resmi Republik Sosialis Vietnam. Partai Komunis adalah satu-satunya partai

yang ada dan berkuasa di Negara tersebut. Luas negara ini 331.688 km2. Jumlah penduduknya sampai

1999 adalah 76,3 juta jiwa dan diperkirakan pada 2007 berjumlah 86 juta. Sejarah mencatat Vietnam

dipengaruhi oleh Perancis meskipun kemudian Uni Soviet Berpengaruh.

Pemerintah Vietnam tersusun atas dua tingkatan pemerintahan daerah, yakni pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Distrik. Dalam distrik-distrik terdapat pemerintahan setingkat Desa di Indonesia (commune).

KANADA

Negara ini termasuk negara besar dengan luas wilayah hampir 10 juta kilometer persegi yang berhadap

dengantiga samudera Atlantik, pasifik dan Arktik. Kanada adalah negara Federal dimana kewenangan

Pemerintah Pusat dan Provinsi (sebagai negara bagian) diungkapkan dalam konstitusi. Penduduk Kanada

lebih dari 29 juta jiwa dimana hampir seperempatnya tinggal di Quebec yang berbahasa Perancis.

Negara ini berdiri sejak 1867 pada saat penduduknya baru 3 ½ juta jiwa. Sejarah mengatakan negara ini

di bawah pengaruh kolonilalisme Inggris.

Dalam konstitusi Kanada, sejak 1867, ditetapkan bahwa lembaga legislatif memiliki kekuasaan terhadap

pemerintah Federal maupun Negara Bagian (provinsi). Tercakup di dalamnya adalah kewenangan untuk

menggali penghasilan melalui Pajak dan megalokasikannya. Namun, kewenangan tersebut dari waktu ke

waktu mengalami perubahan melalui tantangan ‘judicial’ (Clark: 1997, h. 72).

Pemerintah Federal memiliki kewenangan terhadap urusan luar negeri, perdagangan dan bisnis,

copyright, nilai tukar, perbankan, keamanan nasional, kantor pos, sensus, navigasi, perikanan, hukum

kejahatan, jaminan masa tua dan pensiun, dan penjara jangka panjang. Pemerintah federal, juga secara

khusus dalam konstitusi, diwajibkan memberikan ‘transfer’ kepada Provinsi. Konstitusi menetapkan

tanggungjawab utama Pemerintah Provinsi di berbagai sektor kepada Provinsi seperti kesehatan,

pendidikan, banyak elemen kesejahteraan, tetapi tidak jaminan hari tua dan pensiun –keduanya

dilimpahkan kepada pemerintah Federal. Provinsi juga bertanggungjawab akan hak milik dan hak sipil,

transportasi jalan raya, pemolisian, sistem yudisial, penjara jangka pendek, penanganan masalah

lingkungan, pekerjaan lokal sepereti pemadaman kebakaran, sampah dan kebersihan. Banyak

tanggungawab terebut kemudian didesentralisasikan kepada ‘muncipal’ dan ‘school district’.

JEPANG

Kali ini tidak akan banyak disinggung mengenai system pemerintahan daerah di Jepang. Bangsa Jepang

yang terpecah-pecah disatukan oleh Tokugawa dengan bersenjatakan ajaran Konfusianisme, Bushido,

dan Shinto. Ajaran ini tidak lain adalah ajaran mengenai filsafat yang dapat ditanamkan ke dalam jiwa

bangsa Jepang sehingga terbentuklah perasaan kolektivitas dan kebersamaan di antara sesama mereka.

Filsafat inilah yang menyatukan bangsa Jepang menjadi bangsa yang kuat dan kokoh. Filsafat ini tidak

hanya tertanam dalam jiwa patriotisme bangsa Jepang, tetapi juga dalam segala bidang kehidupan

termasuk dalam bidang manajemennya.

Dalam bidang manajemen perusahaan maupun pemerintahan tertanam filsafat manajemen yang

didasarkan kepada saling percaya-mempercayai, bijaksana, setia dan loyal kepada atasan dan

perusahaan, rasa memiliki, tanggung jawab bersama dan partisipasi ternyata telah dapat meningkatkan

semangat kerja, kestabilan dan produktivitas dalam organisasi.

Berdirinya perusahaan-perusahaan raksasa Jepang erat kaitannya dengan kepribadian tradisional

masyarakat Jepang yang telah melahirkan filsafat manajemen yang dapat ditanamkan dalam setiap jiwa

peserta organisasi.

Page 41: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

Perbandingan Manajemen Jepang dan Amerika

Manajemen Jepang berbeda dengan manajemen Amerika. Pada manajemen Jepang terlihat ciri-ciri

sebagai berikut: sistem kerja seumur hidup, sistem evaluasi dan promosi lambat sehingga setiap

manajer akan memahami betul segala seluk beluk perusahaannya sebelum dipromosikan. Di samping

sistem pemberian bonus bersifat fleksibel dalam arti dapat besar kalau perusahaan mendapat untung

besar dan dapat kecil kalau perusahaan sedang krisis. Karier meningkat bukan berdasarkan spesialisasi

tetapi secara menyeluruh dalam semua bidang. Yang menjadi motivasi kuat bagi seluruh karyawan

dalam perusahaan Jepang adalah antara lain diikutsertakan dalam pengambilan keputusan itu.

Dengan demikian hal ini mempunyai dampak pula pada tanggung jawab bahwa masing-masing orang

bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dan dalam bertugas mereka dapat mengawasi dirinya sendiri.

Dalam manajemen Amerika berlaku sistem kerja jangka pendek. Akibatnya seseorang berusaha untuk

dipromosikan secara cepat. Kalau mereka tidak dipromosikan dalam beberapa tahun maka mereka

pindah pekerjaan mencari keadaan yang lebih baik. Sistem bonus diberikan berdasarkan potongan dan

hal ini membuat orang bekerja seperti robot saja sehingga kadang-kadang menimbulkan kebosanan.

Karier berdasarkan spesialisasi.

Orang tidak akan mudah berpindah ke bidang pekerjaan lain kalau tidak berdasarkan spesialisasinya.

Kalau perusahaan tidak lagi memerlukan suatu spesialisasi maka orang akan menganggur atau pindah ke

perusahaan lain yang membutuhkan spesialisasinya. Pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan

pada manajemen tingkat tinggi sehingga kalau sampai kepada pelaksanaan kadang-kadang mengalami

kesulitan karena orang akan bekerja sesuai dengan target yang telah ditentukan sehingga pengawasan

dalam hal ini dilakukan oleh supervisornya.

Page 42: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS PEMERINTAHAN DAERAH

KEGAGALAN PEMEKARAN DAERAH

Sekitar 80 persen daerah hasil pemekaran kurang berhasil. Sejak otonomi daerah digulirkan pada 1999,

Indonesia sudah melahirkan 205 provinsi dan kabupaten/kota baru. Perinciannya, tujuh provinsi, 164

kabupaten, dan 34 kota.

Sebagian berpendapat bahwa pemekaran daerah membawa berkah bagi masyarakat. Otonomi daerah

masih di perlukan sebagai persyaratan negara demokrat. Pemekaran daerah itu jangan diberhentikan.

Sebab, inti dari otonomi daerah adalah untuk mendekatkan pelayanan publik dan mensejahterakan

masyarakat.

Dengan adanya otonomi daerah berarti kekuasaan bisa dibagikan ke daerah, sehingga meringankan ki

nerja di tingkat pusat. Di samping itu, sudah saatnya daerah mampu sendiri mengelola anggarannya

tanpa harus ada petunjuk dari pusat.

Sebagian lain berpandangan bahwa pemekaran lebih banyak mudaratnya, makanya ada keinginan meng

hentikan pemekaran daerah. Pemerintah dan DPR sepakat mempertahankan kebijakan moratorium

wilayah. Ini karena pemerintah menilai masih banyak masalah yang timbul karena pemisahan wilayah.

Kebanyakan permasalahan yang muncul dari pemekaran wilayah di Indonesia adalah pengalihan aset

yang tidak lancar dan sengketa batas wilayah.

Banyak factor yang menyebabkan kegagalan yang banyak terjadi pada daerah yang baru dimekarkan.

Anda memiliki pandangan sendiri? Silahkan sharing di zainalmuttaqin.blog.com.

PELAYANAN PEMERINTAH DAERAH

Karena sifatnya, barang dan jasa dibedakan antara barang publik, barang privat, dan barang setengah

privat dan publik.

1. Barang publik adalah barang yang siapapun memanfaatkannya tidak boleh tanpa dikecualikan

dan tanpa bayar. Barang privat adalah barang yang untuk memanfaatannya orang harus

membayar. Sedangkan barang setengah privat dan publik adalah barang yang pemanfaatannya

dikecualikan dan harus membayar tapi harus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Layanan publik adalah layanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada rakyat seperti

pembuatan KTP, IMB, izin, dan lain-lain.

3. Jasa publik adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah berupa barang dan layanan

publik yang penggunaannya dikenai biaya tertentu yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

4. Pelayanan publik merupakan fungsi dari Pemerintahan Daerah.

KINERJA

Beberapa pendekatan teori yang dipergunakan dalam menjelaskan permasalahan adalah sebagai

berikut: Kinerja merupakan kriterion utama untuk menilai keberadaan organisasi. Konsep “kinerja”

berhubungan dengan operasi yang terus menerus, berbagai aktivitas, program atau misi organisasi.

Dengan begitu kinerja menunjukkan seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas

Page 43: KAPITA SELEKTA MATERI MATA KULIAH MANAJEMEN · PDF file12 KAPITA SELEKTA DAN KASUS-KASUS ... diskusi di kelas hingga pengumpulan tugas yang bernas ... c. Kekuasaan judikatif (kekuasaan

Mpdk – STIA BANTEN 2010 @ zain

organisasi (Wibawa, 1992:64); atau menurut Atmosudirdjo (1997: 11) juga dapat berarti prestasi kerja,

prestasi penyelenggaraan sesuatu (performance, how well you do a piece of work or activity).

Indikator kinerja diantaranya telah dikemukakan oleh MacDonald & Lawton, dan Selim &

Woodward. Menurut MacDonald & Lawton , kinerja dapat diukur dari output oriented measures

throughput, efficiency and effectiveness.Sedang menurut Selim & Woodward, kinerja diukur dari

beberapa indikator antara lain workload/ demand, economy, efficiency, effectiveness, dan equity. Dari

indikator yang ada ini, efektivitas merupakan indikator yang paling luas maknanya. Dalam hubungannya

dengan tugas-tugas pembangunan, misalnya, dimensi efektivitas atau tingkat pencapaian tujuan

memiliki makna yang sangat luas, termasuk juga didalamnya adalah indikator equity,

kalauequity memang menjadi salah satu tujuan pembangunan (Keban, 1995:4).

Disamping itu, kriteria efektivitas dapat dikaitkan dengan peranan yang harus dimainkan oleh

pemerintah seperti yang digambarkan oleh Ted Gaebler dan David Osborne (1995: 29-342) yaitu

seberapa jauh pemerintah berperan dan sebagai pihak yang mengarahkan, memberi wewenang,

kompetitif, digerakkan misi, berorientasi hasil, berorientasi pelanggan, berwirausaha, mengantisipasi,

mendesentralisasikan, dan berorientasi pasar. Peranan-peranan tersebut menyangkut tidak hanya

peranan manajemen tetapi juga kebijakan.

Dari observasi terhadap berbagai ukuran kinerja yang dilakukan oleh Agus Dwiyanto (1995: 9)

ditemukan data dan metodologi yang dapat dipergunakan untuk menilai kinerja organisasi publik, yaitu:

produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Sedangkan Wibawa

(1992: 64) mengemukakan indikator-indikator kinerja, seperti: volume pelayanan, kualitas

pelayanan, dan kemampuan memperoleh sumber daya bagi pelaksanaan program

Dalam beberapa penelitian yang dilakukan Fisipol UGM bekerjasama dengan Depdagri (1991, 1992) juga

dinyatakan beberapa faktor yang dipergunakan untuk mengukur kinerja pemerintah Dati II dapat

diklasifikasikan atas dua kelompok, yakni faktor dominan dan faktor pendukung. Faktor-faktor pokok

dapat dirinci antara lain: kemampuan keuangan, kemampuan aparatur, kemampuan organisasi dan

administrasi, tingkat partisipasi masyarakat, keadaan demografi, dan kemampuan ekonomi daerah.

Sedangkan faktor-faktor pendukung terdiri dari: keadaan geografi, aspek sosial dan budaya dan

pertahanan keamanan serta potensi sektor swasta.

Dengan demikian kinerja Pemerintah Daerah dapat dilihat dari tingkat kemampuan keuangan,

kemampuan aparatur, kemampuan organisasi dan administrasi, tingkat partisipasi masyarakat dan

kemampuan ekonomi daerah.. Dengan demikian, kinerja pemerintah daerah menunjukkan seberapa

besar tingkat kemampuan keuangan, kemampuan aparatur, kemampuan organisasi dan administrasi,

tingkat partisipasi masyarakat, dan kemampuan ekonomi daerah di dalam melaksanakan tugas-tugas

pemerintahan.