karakteristik pantai dan resiko tsunami di kawasan …

9
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 5, No. 3, Desember 2007 159 KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN PANTAI SELATAN YOGYAKARTA Oleh : M. Akrom Mustafa 1) dan Yudhicara 2) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung 2) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Jl. Diponegoro No. 57 Bandung SARI Gempa besar yang terjadi di selatan Jawa yang menimbulkan tsunami pada tanggal 17 Juli 2006, telah menimbulkan dampak kerusakan yang dialami oleh kawasan pantai di selatan Jawa, diantaranya pantai Yogyakarta dengan tinggi maksimum sekitar 3,4 meter. Gempa ini mempunyai magnitude M7,7 (USGS, 2006), pada kedalaman 10 km di bawah dasar laut. USGS menyatakan bahwa gempa ini memiliki mekanisme sesar naik dan berasosiasi dengan zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan pada tahun 2002 memperlihatkan bahwa kondisi batimetri di perairan selatan Yogyakarta dari pantai hingga 12 mil ke arah laut lepas berkisar antara 5 hingga 350 meter, yang berangsur makin dalam ke arah laut dengan pola kontur batimetri yang sejajar dengan garis pantai. Berdasarkan karakteristik pantainya, kawasan pantai Yogyakarta dapat dibagi menjadi 2 zona resiko tsunami, yaitu: (1) Zona Resiko Tinggi terdapat pada lokasi dengan bentuk pantai berteluk dan pantai berkantong (pocket beach) di kawasan sepanjang pantai mulai dari Parangendog ke arah timur hingga pantai Sadeng, khususnya pada pantai-pantai yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata atau pemukiman nelayan yang dibangun relatif dekat dengan garis pantai; (2) Zona Resiko Rendah, diperlihatkan di kawasan sepanjang pantai mulai dari Parangtritis ke arah barat hingga pantai Pasir Congot, yang meskipun memiliki morfologi pantai relatif landai dengan garis pantai lurus, namun pemukiman dan bangunan wisat dibangun pada jarak yang relatif jauh dari garis pantai dan berada di belakang gumuk pasir (sand dune) yang berfungsi sebagai pelindung alami dari gelombang tsunami. Kata-kata kunci : tsunami, karakteristik pantai, batimetri, zona resiko tsunami ABSTRACT Great earthquake that has generated tsunami occurred offshore south of Java in July 17, 2006. The coast of Yogyakarta was one of the impacted areas by tsunami waves and the maximum tsunami height measured in this area about 3.4 meters. This earthquake has Magnitude M 7.7 (USGS, 2006) with depth of about 10 kms under the seafloor. USGS pointed out that this earthquake was thrust fault mechanism associated with subduction zone between Indo-Australia and Eurasian Plates. Study on marine and coastal geology at the coast of Yogyakarta has been carried out by Marine Geological Institute in 2002. Based on this study, it was known that bathymetry along the coast as far as 12 miles seaward are about 5 meters to 350 meter-depth which are gradually increase contour parallel to the shoreline. Coastal characteristic study along the coast of Yogyakarta indicate that this area can be divided into two zones of tsunami risk; (1) First zone is high tsunami risk, which is represented by

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

159

KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN PANTAI SELATAN YOGYAKARTA

Oleh :

M. Akrom Mustafa1) dan Yudhicara2)

1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung2) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Jl. Diponegoro No. 57 Bandung

SARI

Gempa besar yang terjadi di selatan Jawa yang menimbulkan tsunami pada tanggal 17 Juli 2006,telah menimbulkan dampak kerusakan yang dialami oleh kawasan pantai di selatan Jawa, diantaranyapantai Yogyakarta dengan tinggi maksimum sekitar 3,4 meter.

Gempa ini mempunyai magnitude M7,7 (USGS, 2006), pada kedalaman 10 km di bawah dasarlaut. USGS menyatakan bahwa gempa ini memiliki mekanisme sesar naik dan berasosiasi dengan zonasubduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan GeologiKelautan pada tahun 2002 memperlihatkan bahwa kondisi batimetri di perairan selatan Yogyakartadari pantai hingga 12 mil ke arah laut lepas berkisar antara 5 hingga 350 meter, yang berangsur makindalam ke arah laut dengan pola kontur batimetri yang sejajar dengan garis pantai.

Berdasarkan karakteristik pantainya, kawasan pantai Yogyakarta dapat dibagi menjadi 2 zonaresiko tsunami, yaitu: (1) Zona Resiko Tinggi terdapat pada lokasi dengan bentuk pantai berteluk danpantai berkantong (pocket beach) di kawasan sepanjang pantai mulai dari Parangendog ke arah timurhingga pantai Sadeng, khususnya pada pantai-pantai yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata ataupemukiman nelayan yang dibangun relatif dekat dengan garis pantai; (2) Zona Resiko Rendah,diperlihatkan di kawasan sepanjang pantai mulai dari Parangtritis ke arah barat hingga pantai PasirCongot, yang meskipun memiliki morfologi pantai relatif landai dengan garis pantai lurus, namunpemukiman dan bangunan wisat dibangun pada jarak yang relatif jauh dari garis pantai dan berada dibelakang gumuk pasir (sand dune) yang berfungsi sebagai pelindung alami dari gelombang tsunami.

Kata-kata kunci : tsunami, karakteristik pantai, batimetri, zona resiko tsunami

ABSTRACT

Great earthquake that has generated tsunami occurred offshore south of Java in July 17, 2006. Thecoast of Yogyakarta was one of the impacted areas by tsunami waves and the maximum tsunami heightmeasured in this area about 3.4 meters.

This earthquake has Magnitude M 7.7 (USGS, 2006) with depth of about 10 kms under the seafloor.USGS pointed out that this earthquake was thrust fault mechanism associated with subduction zonebetween Indo-Australia and Eurasian Plates.

Study on marine and coastal geology at the coast of Yogyakarta has been carried out by MarineGeological Institute in 2002. Based on this study, it was known that bathymetry along the coast as far as12 miles seaward are about 5 meters to 350 meter-depth which are gradually increase contour parallel tothe shoreline. Coastal characteristic study along the coast of Yogyakarta indicate that this area can bedivided into two zones of tsunami risk; (1) First zone is high tsunami risk, which is represented by

Page 2: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

160

coastal area along Parangendog to Sadeng, this area is bay-shape, settlement area generally close to theshoreline without sufficient protection; (2) Flat morphology, with sand dune along Parangtritis to thewest, dominated by straight shoreline, and settlement area behind the sand dune, make this area hasrelatively low in tsunami risk.

Keywords: tsunami, coastal characteristic, bathymetry, tsunami risk zone.

PENDAHULUANPada tanggal 17 Juli 2006 telah terjadi

gempa tektonik berkekuatan Mw 7,7 (USGS,2006) yang berpusat di selatan Jawa Barat padakedalaman 10 km di bawah dasar laut. Gempa initelah mengakibatkan tsunami setinggi 3,4 meter.Gelombang tsunami yang melanda kawasanPantai Pangandaran itupun telah merenggutkorban sedikitnya ratusan jiwa. Bahkanbesarnya kekuatan gempa ini mengakibatkantsunami yang melanda sepanjang pesisir selatanJawa Barat hingga Yogyakarta dan sekitarnya (G.Suantika, drr, 2006).

Kawasan pantai selatan Yogyakarta secaratektonik merupakan salah satu daerah dengantingkat seismisitas tinggi dan aktif. Aktivitasseismisitas di kawasan ini dapat menimbulkangempabumi dan potensi tsunami, yang dapat

berkembang menjadi bencana alam. Disampingitu perairan pantai selatan Yogyakarta termasukwilayah pesisir pantai selatan Jawa merupakanperairan terbuka (open sea) dengan horizonpantainya berhadapan langsung dengan SamudraHindia. Oleh sebab itu wilayah ini juga relatifrawan terhadap bencana alam lainnya sepertiabrasi, longsoran dan gerakan tanah(Bapekoinda Prov. D.I. Yogyakarta dan LPMUnpad, 2002).

Secara umum bentuk morfologi kawasanpantai selatan Yogyakarta, memiliki garis pantaiyang lurus mulai dari Parangtritis ke arah barathingga Pantai Congot, ke arah timur hinggaTeluk Sadeng, memiliki kenampakan morfologiyang membentuk teluk dan kantong pantai(pocket sand). Sedangkan morfologi daratanYogyakarta sebagian besar merupakan dataran

Gambar 1. Lokasi penelitian

Page 3: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

161

yang tertutup oleh endapan rombakangunungapi muda hasil aktivitas Gunung Merapidan sebagian kecil merupakan endapan aluvium.Hal ini menjadikan sebagian besar wilayahYogyakarta merupakan lahan pertanian berupapersawahan yang subur dan permukimanpenduduk. Sedangkan ke arah barat, yaitudaerah Kulon Progo, dataran ini berubah secarabertahap menjadi morfologi perbukitan denganrelief tinggi. Dataran tinggi Jonggranganmerupakan tempat tertinggi di wilayah ini,mencapai ketinggian ± 750 meter di ataspermukaan laut.

Wilayah penelitian terletak sepanjang garispantai dan perairan sekitarnya hingga keperairan 12 mil laut dari wilayah laut PropinsiDaerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1).

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikangambaran mengenai karakteristik pantai dalamkaitannya dengan potensi terjadinya tsunami dikawasan ini. Hal tersebut dirasa penting dalamrangka meningkatkan kewaspadaan kitaterhadap kemungkinan terjadinya tsunami yangdapat terjadi pada setiap saat.

METODESounding (pemeruman) dilakukan untuk

mengukur kedalaman laut, dimana data yangdiperoleh akan digunakan untuk mengetahuimorfologi dasar laut yang akan berpengaruhterhadap kecepatan rambat gelombang tsunami,yang merupakan akar kuadrat dari kedalamandasar laut dikali percepatan gravitasi bumi.Relief topografi lantai samudra dapatmempengaruhi sifat penjalaran gelombangtsunami.

Pengamatan karakteristik pantaidimaksudkan untuk mengetahui karakter danfisik pantai, baik genetik maupun perubahan-perubahan karena aktivitas manusia. Pembagiankarakteristik pantai tersebut akandikelompokkan ke dalam tipe-tipe pantai yangdibuat berdasarkan pada pembagian pantai olehDolan (1975), yaitu dengan memperhatikanparameter litologi, topografi dan morfologi,vegetasi dan proses dominan termasuk aktivitasmanusia. Pembagian tersebut secara integratifakan menempatkan tipe-tipe pantai dengan ciri-ciri tersendiri, sehingga kondisi ini akan dapatmencerminkan daya dukung dan arahperkembangan kawasan pantai di masa yangakan datang.

Pengukuran lateral pantai, yaitu melakukanpemetaan dimensi pantai berupa panjang, lebar,kemiringan pantai, beda tinggi antara garispantai relatif terhadap dataran pantai (berm)yang biasanya dijadikan lokasi untuk mendirikanbangunan-bangunan pantai dan mengukur jarakhorisontal antara garis pantai relatif denganlokasi bangunan terdekat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik PantaiMengacu kepada klasifikasi Dolan drr.

(1975), karakteristik pantai daerah penelitiandapat dibagi menjadi 2 (dua) tipe pantai (Gambar2), yaitu pantai tipe 1 dan pantai tipe 2.

Pantai Tipe 1Pantai tipe 1 meliputi kawasan sepanjang

pantai dari ujung timur (Teluk Sadeng) hinggaParangtritis, dicirikan oleh pantai berpasir putihyang merupakan hasil rombakan daribatugamping terumbu, bentukan topografi karst,dengan relief tinggi dan membentuk tebing-tebing curam, garis pantai berkelok membentukteluk (embayment beach) dan tanjung kecil.Pantai tipe 1 antara lain adalah Pantai TelukSadeng (Foto 1), Pantai Wediombo, PantaiNgerenehan , Pantai Siung dan Pantai Baron.Endapan pasir yang dijumpai di pantai Baronmemiliki warna yang kecoklatan sebagaipengaruh dari endapan pasir yang diendapkanoleh sungai. Morfologi bergelombang hinggakasar dengan relief menengah hingga tinggi.Kemiringan pantai relatif landai dengan lebardan panjang pantai yang relatif sempit. Bentukgaris pantai umumnya membentuk teluk danberkantong pantai. Pada pantai tipe 1,pemanfaatan lahan umumnya adalah daerahwisata pantai, dan tempat aktifitas nelayan. Didaerah ini, pemukiman berada sangat dekatdengan garis pantai yang berbatasan langsungdengan garis pantai. Perahu nelayan berada dimuka pantai tanpa tertambat dengan kencang,sehingga akan mudah terhempas apabilagelombang datang, sedangkan vegetasi penutupdi muka pantai sangat jarang atau bahkan tidakada, sehingga resiko kerusakan akibat hempasanbenda-benda yang terdapat di pantai, apabiladilanda tsunami akan lebih besar dialami olehbangunan dan rumah-rumah penduduk.

Page 4: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

162

Pantai Tipe 2Pantai tipe 2 terdapat di barat daerah

penelitian, dicirikan oleh sedimen penyusunberupa pasir abu-abu kehitaman yangmerupakan hasil rombakan dari batuan produkgunungapi. Morfologi landai dengan reliefrendah. Bentuk garis pantai lurus, dicirikan olehadanya gumuk-gumuk pasir yang terdapat dimuka pantai. Kemiringan pantai relatif curam,

berm yang lebar dan panjang pantai yang lebihdari 200 meter.

Pada pantai tipe 2 ini, pendudukmemanfaatkan lahan pantai sebagai daerahkunjungan wisata, namun penduduk mendirikanbangunan wisata dan pemukiman relatif jauh darigaris pantai dan berada di belakang gumuk pasir.Gumuk pasir tersebut dapat bertindak sebagaipelindung alami yang dapat mereduksi energigelombang. Vegetasi penutup adalah pandan

pantai, tumbuhan menjalar dan semak.Pantai tipe 2 antara lain adalah PantaiParangtritis (Foto 2) dan Pantai Samas.

Kedalaman Dasar LautHasil pengukuran kedalaman dasar

laut menunjukkan bahwa perairanselatan Yogyakarta memiliki pola konturyang sejajar garis pantai, yang berangsurmakin dalam ke arah laut lepas, dengannilai kedalaman dari garis pantai hingga12 mil berkisar antara 5 meter hingga350 meter (Gambar 3). Kenampakan 3dimensi memperlihatkan perairansebelah barat penelitian memilikimorfologi yang bergelombang hinggacuram (Gambar 4).

Secara umum pola konturkedalaman dasar lautnya cenderung

Gambar 2. Peta Karakteristik Pantai Selatan Yogyakarta

Foto 1. Pantai Tipe I yang dicirikan pantai berpasirputih, (Lokasi Pantai Teluk Sadeng)

Page 5: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

163

mengikuti pola garis pantai daerah penelitiandengan kenaikan harga kontur yang gradual.Pada bagian barat daerah penelitian pola konturkedalaman memperlihatkan kerapatan konturyang relatif jarang ke arah pantai dan semakinrapat ke arah lepas pantai, pola tersebutmenunjukkan bahwa morfologi dasar lautsebelah barat daerah penelitian cukup landaipada daerah pantai dan semakin curam ke arah

lepas pantai. Pada bagian timur daerahpenelitian menunjukkan pola konturkedalaman yang cukup rapat di dekat garispantai, sedangkan ke arah lepas pantai relatifjarang. Pola tersebut menunjukkan morfologidi bagian timur daerah penelitian cukup terjaldi daerah dekat pantai dan ke arah lepaspantai morfologi relatif landai.

Dalam perjalanannya, kecepatan tsunamisangat dipengaruhi oleh kedalaman dasar laut.Pada kedalaman sangat dalam kecepatantsunami dapat mencapai ratusan hinggaribuan kilometer per jam dengan amplitudo(tinggi gelombang) yang kecil, namun diperairan dangkal kecepatannya berkurangdengan amplitudo yang semakin tinggi,sehingga pada bagian timur daerah penelitian,yaitu kawasan Parangendog ke arah timurhingga Sadeng memiliki kecenderungan

untuk diwaspadai, karena berpotensimenimbulkan kecepatan rambat gelombangtsunami yang lebih besar dibandingkan denganbagian barat daerah penelitian.

Zonasi Resiko TsunamiZona resiko tsunami tinggi terwakili oleh

tempat-tempat di sepanjang pantai di timur

Foto 2. Pantai Tipe 2 dengan litologi penyusunnya pasirabu-abu kehitaman yang dimanfaatkan sebagaiobyek wisata (Lokasi Pantai Parangtritis).

Gambar 3. Peta Kedalaman Dasar Laut Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta.

Page 6: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

164

Gambar 5. Lokasi Pusat Gempabumi Tanggal 17 Juli 2006.

Gambar 4. Tampilan 3-D Kedalaman dasar Laut Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta.

Page 7: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

165

daerah penelitian, khususnya pada daerah-daerah yang berbentuk teluk dan kantong-kantong pantai yang meliputi kawasan sepanjangpantai mulai dari Parangendog ke arah timurhingga Pantai Sadeng,. Di daerah ini terdapatpotensi penumpukan energi gelombang tsunami,sehingga gelombang tsunami berpotensimemiliki ketinggian yang cukup besardibandingkan dengan di daerah dengan garispantai lurus. Di daerah ini lokasi pemukimanberada sangat dekat dengan garis pantai,sehingga memiliki potensi kerusakan aset yangcukup besar, serta korban manusia yang besarapabila terjadi tsunami. Aktifitas nelayanmempengaruhi tingkat kerentanan tsunami didaerah ini, karena apabila terjadi tsunami,perahu-perahu yang tidak tertambat dengankuat di pantai, akan berpotensi merusak karenadapat menghantam pemukiman yang berada dibelakang pantai. Kerentanan tsunami rendahadalah daerah dengan elevasi ketinggian relatiftinggi di atas muka laut, diperlihatkan olehperbukitan yang terbentuk oleh morfologisepanjang pantai atau perbukitan yang terdapatdi belakang pantai.

Zona resiko tsunami rendah, diwakili olehkawasan pantai sepanjang pantai bagian baratdaerah penelitian, yaitu mulai dari PantaiParangtritis hingga Pantai Congot yang memilikimorfologi pantai datar, namun karena di kawasanini, pemukiman berada pada jarak relatif jauhdari garis pantai, dengan keberadaan pelindungalami seperti adanya gumuk pasir, menjadikanwilayah ini memiliki potensi kerusakan asetserta korban manusia relatif kecil.

Dampak Tsunami 17 Juli 2006 di Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta

Gempa yang terjadi pada tanggal 17 Juli2006 (Gambar 5) telah menimbulkan tsunamidan dampaknya dirasakan oleh masyarakat dikawasan pantai selatan Yogyakarta. Hasilpengukuran ketinggian tsunami yang dilakukandi pantai menunjukkan bahwa di kawasan pantaiYogyakarta, ketinggian tsunami berkisar antara1 meter - 3,4 meter (G. Suantika, drr, 2006)(Gambar 6).

Dampak yang diperlihatkan di kawasanpantai Yogyakarta, menunjukkan bahwapenggunaan lahan dan pelindung alami di pantaisangat membantu dalam mengurangi kerusakan

akibat tsunami, misalnya di kawasan wisataParangtritis, letak pemukiman dan bangunansemi-permanen berada di belakang gumuk pasirdan kemiringan pantai yang relatif curam mampumereduksi gelombang tsunami.

Sedangkan di pantai berbentuk teluk yangdimanfaatkan sebagai tempat aktifitas nelayan,dimana banyak perahu ditambatkan di pantai,menimbulkan dampak kerusakan materi,meskipun tidak terlalu besar, letak pemukimanyang terlindung oleh pepohonan, mengurangidampak kerusakan akibat hantaman perahu.

Salah satu contoh penataan kawasan rawanbencana tsunami yang sederhana dan cukup baikdi daerah penelitian (Foto 3).

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN• Karakteristik pantai di kawasan pantai

selatan Yogyakarta dibedakan menjadi 2 tipepantai, yaitu pantai tipe 1 meliputi kawasansepanjang pantai dari ujung timur (TelukSadeng) hingga Pantai Parangtritis danpantai tipe 2 yang terdapat di sebelah baratdaerah penelitian mulai dari PantaiParangtritis ke arah barat hingga Pantai PasirCongot.

• Berdasarkan karakteristik pantainya,kawasan pantai Yogyakarta dapat dibagimenjadi 2 zona resiko tsunami, yaitu: (1)zona resiko tinggi terdapat pada lokasidengan bentuk pantai berteluk dan pantaiberkantong (pocket beach) di kawasansepanjang pantai mulai dari Parangendog kearah timur hingga Pantai Sadeng, khususnyapada pantai-pantai yang dimanfaatkansebagai kawasan wisata atau pemukimannelayan yang dibangun relatif dekat dengangaris pantai; (2) zona resiko rendah,diperlihatkan di kawasan sepanjang pantaimulai dari Parangtritis ke arah barat hinggapantai Pasir Congot, yang meskipunmemiliki morfologi pantai relatif landaidengan garis pantai lurus, namunpemukiman dan bangunan wisata dibangunpada jarak yang relatif jauh dari garis pantaidan berada di belakang gumuk pasir (sanddune) yang berfungsi sebagai pelindungalami dari gelombang tsunami.

Page 8: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

166

Gambar 6. Sebaran Ketinggian Tsunami di daerah penelitian.

Foto 3. Salah satu contoh yang baik dalam penataan kawasan pantai di daerah penelitian (PantaiMenganti-Yogyakarta)

Page 9: KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 5, No. 3, Desember 2007

167

SARAN• Dalam upaya mitigasi bencana tsunami

secara alami, keberadaan jalur hijausepanjang pantai terutama kawasan PantaiParangendog ke arah timur hingga PantaiSadeng perlu dilestarikan.

• Dalam upaya penataan ruang kawasan pantaiperlu mempertimbangkan aspekkebencanaan di dalam penataan ruang/pembangunan fisik, mengingat kawasanpantai Yogyakarta merupakan kawasanwisata yang berkembang dan banyakdikunjungi wisatawan.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih kepada Pemerintah Propinsi DaerahIstimewa Yogyakarta, Badan PengembanganPerekonomian dan Investasi Daerah(Bapekoinda) dan Lembaga Pengabdian kepadaMasyarakat dari Universitas Padjadjaran (LPMUNPAD) yang telah memberikan kesempatanatas pelaksanaan penelitian ini, Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan(PPPGL) atas izin dan dorongannya, sehinggapenelitian ini dapat terlaksana dengan baik,anggota tim lapangan PPPGL 2002 ataspartisipasinya dan ucapan terimakasih jugadisampaikan kepada tim tanggap daruratTsunami 17 Juli 2006 Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi atas informasi danmasukan data tsunami.

ACUANBapekoinda, Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, LPM UniversitasPandjadjaran, 2002, Pemetaan Geologi danPotensi Sumberdaya Mineral DaerahIstimewa Yogyakarta

Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology ofIndonesia. Vol. 1, The Hague, P. 194-213.

Dolan. R, Hayden, B.P. and Vincent, M.K., 1975,Classification of Coastal Landform of theAmerica Zeithschr Geomorphology InEncyclopedia of Beaches and CoastalEnvironments, P. 72-88.

Suantika, G., Putranto, E.T., Yudhicara, danAkhmad Solikhin, 2006, Laporan TanggapDarurat Gempabumi Selatan Jawa Barat17 Juli 2006, Laporan Intern PusatVulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

U.S. Geological Survey, 2006, Real TimeEarthquake and Focal Mechanism Solutionfor Java Earthquake, 17 July 2006,www.earthquake.usgs.gov