prediksi landaan tsunami untuk wilayah pantai di kabupaten ... 20110105... · potensi alami yang...

17
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 59 43 PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR Yudhicara Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Sari Wilayah Kabupaten Pacitan memiliki garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, yang secara geologis merupakan daerah tepian benua aktif yang dicirikan dengan aktivitas kegempaan yang intensif dan sebagian berpotensi menimbulkan tsunami. Wilayah pantai daerah penelitian umumnya berbentuk teluk, baik terbuka maupun semi tertutup. Pantai berteluk tersebut memiliki dataran pesisir dengan morfologi yang relatif datar dan dimanfaatkan penduduk sebagai pemukiman dengan segala aktivitasnya. Kondisi pantai demikian memiliki risiko terkena dampak tsunami lebih tinggi dibandingkan dengan pantai lurus atau pantai yang membentuk tanjung. Pemodelan tsunami yang digunakan untuk membuat prediksi landaan tsunami di wilayah Kabupaten Pacitan ini mengacu pada tiga model sumber gempa bumi yang pernah terjadi dengan magnitudo bervariasi (Mw7,8; Mw8,0 dan Mw8,5). Gempa bumi tersebut pernah terjadi di Samudra Hindia di selatan Jawa, yaitu gempa bumi Banyuwangi 3 Juni 1994 (model 1) dan gempa bumi selatan Jawa tanggal 20 Oktober 1859 (model 2). Sementara model ketiga menggunakan parameter gempa bumi yang terjadi pada tanggal 11 September 1921 yang ditempatkan tegak lurus di selatan daerah penelitian. Berdasarkan hasil pemodelan diperoleh ketinggian tsunami maksimum untuk model 1 sebesar 4,16 m, model 2 sebesar 22,30 m dan model 3 sebesar 43,20 m. Lokasi yang mengalami ketinggian tsunami maksimum terdapat di Teluk Pacitan bagian timur. Jarak jangkauan tsunami maksimum yang dihasilkan oleh model 1 mencapai 0,421 km, model 2 sebesar 2,9 km, sedangkan model 3 sebesar 6,17 km. Waktu perjalanan gelombang tsunami di darat paling cepat adalah 26 menit setelah kejadian gempa utama. Kata kunci: Pacitan, morfologi pantai, tsunami, pemodelan tsunami. Abstract Pacitan region has a coastline facing the Indian Ocean, which is geologically an active continental margin and characterized by an intense earthquake activity and has a potential of tsunami. Generally the coastal area has a bay shape, either open or semi closed (enclosed) bay. This area has a relatively flat morphology and people utilizes it for settlement with accompanying activities. The coastal condition has a higher tsunami risk than a straight or headland coastline. A tsunami modeling of three historical earthquakes was used with varying magnitudes (Mw7.8; Mw8.0 and Mw8.5) to predict the tsunami prone areas along the southern coast of Pacitan. Two models had happened in the Indian Ocean, south of Java, namely Banyuwangi Earthquake on June 3, 1994 (model 1) and South of Java Earthquake on October 20, 1859 (model 2); the third model uses the September 11, 1921 earthquake, but the location is shifted exactly perpendicular to the studied area. Based on the tsunami modeling, the maximum tsunami height is 4.16 meters for model 1, 22.30 meters for model 2 and 43.20 meters for model 3. The location which has the maximum tsunami height is on the east bay of Pacitan. The maximum tsunami inundation resulting by model 1 is 0.421 km from the coastline landward; 2.9 km for model 2; and 6.17 km for model 3. The first tsunami arrival time is 26 minutes after the earthquake event. Keywords: Pacitan, coastal morphology, tsunami, tsunami modeling. PENDAHULUAN Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur. Secara administratif Kabupaten Pacitan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo di utara, Kabupaten Trenggalek di timur, Kabupaten Wonogiri di barat dan berbatasan dengan Samudra Hindia di selatan. Wilayah Kabupaten Pacitan memiliki garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, yang secara geologis merupakan daerah tepian benua aktif karena merupakan pertemuan antara lempeng samudra Indo-Australia dan lempeng benua Eurasia yang dicirikan dengan aktivitas kegempaan yang sangat intensif. Sebagian besar gempa bumi berpusat di dasar laut, dan beberapa di antaranya pernah menimbulkan tsunami (gempa bumi Banyuwangi 1994 dan gempa bumi Pangandaran 2006). Pantai Pacitan yang memiliki morfologi relatif landai dengan

Upload: doque

Post on 10-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

43

PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI

DI KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR

Yudhicara

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan Geologi

Sari

Wilayah Kabupaten Pacitan memiliki garis pantai yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, yang

secara geologis merupakan daerah tepian benua aktif yang dicirikan dengan aktivitas kegempaan yang intensif

dan sebagian berpotensi menimbulkan tsunami. Wilayah pantai daerah penelitian umumnya berbentuk teluk,

baik terbuka maupun semi tertutup. Pantai berteluk tersebut memiliki dataran pesisir dengan morfologi yang

relatif datar dan dimanfaatkan penduduk sebagai pemukiman dengan segala aktivitasnya. Kondisi pantai

demikian memiliki risiko terkena dampak tsunami lebih tinggi dibandingkan dengan pantai lurus atau pantai

yang membentuk tanjung. Pemodelan tsunami yang digunakan untuk membuat prediksi landaan tsunami di

wilayah Kabupaten Pacitan ini mengacu pada tiga model sumber gempa bumi yang pernah terjadi dengan

magnitudo bervariasi (Mw7,8; Mw8,0 dan Mw8,5). Gempa bumi tersebut pernah terjadi di Samudra Hindia di

selatan Jawa, yaitu gempa bumi Banyuwangi 3 Juni 1994 (model 1) dan gempa bumi selatan Jawa tanggal 20

Oktober 1859 (model 2). Sementara model ketiga menggunakan parameter gempa bumi yang terjadi pada

tanggal 11 September 1921 yang ditempatkan tegak lurus di selatan daerah penelitian. Berdasarkan hasil

pemodelan diperoleh ketinggian tsunami maksimum untuk model 1 sebesar 4,16 m, model 2 sebesar 22,30 m

dan model 3 sebesar 43,20 m. Lokasi yang mengalami ketinggian tsunami maksimum terdapat di Teluk

Pacitan bagian timur. Jarak jangkauan tsunami maksimum yang dihasilkan oleh model 1 mencapai 0,421 km,

model 2 sebesar 2,9 km, sedangkan model 3 sebesar 6,17 km. Waktu perjalanan gelombang tsunami di darat

paling cepat adalah 26 menit setelah kejadian gempa utama.

Kata kunci: Pacitan, morfologi pantai, tsunami, pemodelan tsunami.

Abstract

Pacitan region has a coastline facing the Indian Ocean, which is geologically an active continental margin

and characterized by an intense earthquake activity and has a potential of tsunami. Generally the coastal area

has a bay shape, either open or semi closed (enclosed) bay. This area has a relatively flat morphology and

people utilizes it for settlement with accompanying activities. The coastal condition has a higher tsunami risk

than a straight or headland coastline. A tsunami modeling of three historical earthquakes was used with

varying magnitudes (Mw7.8; Mw8.0 and Mw8.5) to predict the tsunami prone areas along the southern coast

of Pacitan. Two models had happened in the Indian Ocean, south of Java, namely Banyuwangi Earthquake on

June 3, 1994 (model 1) and South of Java Earthquake on October 20, 1859 (model 2); the third model uses the

September 11, 1921 earthquake, but the location is shifted exactly perpendicular to the studied area. Based on

the tsunami modeling, the maximum tsunami height is 4.16 meters for model 1, 22.30 meters for model 2 and

43.20 meters for model 3. The location which has the maximum tsunami height is on the east bay of Pacitan.

The maximum tsunami inundation resulting by model 1 is 0.421 km from the coastline landward; 2.9 km for

model 2; and 6.17 km for model 3. The first tsunami arrival time is 26 minutes after the earthquake event.

Keywords: Pacitan, coastal morphology, tsunami, tsunami modeling.

PENDAHULUAN

Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat

daya Provinsi Jawa Timur. Secara administratif

Kabupaten Pacitan berbatasan dengan Kabupaten

Ponorogo di utara, Kabupaten Trenggalek di

timur, Kabupaten Wonogiri di barat dan

berbatasan dengan Samudra Hindia di selatan.

Wilayah Kabupaten Pacitan memiliki garis

pantai yang berhadapan langsung dengan Samudra

Hindia, yang secara geologis merupakan daerah

tepian benua aktif karena merupakan pertemuan

antara lempeng samudra Indo-Australia dan

lempeng benua Eurasia yang dicirikan dengan

aktivitas kegempaan yang sangat intensif.

Sebagian besar gempa bumi berpusat di dasar laut,

dan beberapa di antaranya pernah menimbulkan

tsunami (gempa bumi Banyuwangi 1994 dan

gempa bumi Pangandaran 2006). Pantai Pacitan

yang memiliki morfologi relatif landai dengan

Page 2: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

44

bentuk pantai berteluk dan berkantong memiliki

potensi terkena dampak tsunami cukup signifikan.

Wilayah Kabupaten Pacitan memiliki

ibukota yang berada di kawasan pantai yang

memiliki morfologi landai dengan bentuk pantai

berteluk. Kawasan di sepanjang pantai yang

termasuk ke dalam wilayah Pacitan lainnya

memiliki beragam aktivitas perekonomian dari

tempat pelelangan ikan hingga pembangkit listrik

tenaga uap (PLTU). Kondisi pantai Pacitan yang

bersih dengan keindahan yang alami, sangat

berpotensi untuk dikembangkan sebagai tempat

kunjungan wisata bahari yang telah banyak

dikunjungi, baik wisatawan domestik maupun luar

negeri.

Berdasarkan kondisi tersebut, daerah

penelitian sangat menarik untuk dikaji potensi

bahayanya, terutama dalam hal tsunami. Hasil

penelitian lapangan yang dikombinasikan dengan

pemodelan tsunami menghasilkan perkiraan

dampak landaan tsunami di kawasan pantai daerah

penelitian. Data ini diharapkan dapat

dipergunakan sebagai dasar dan informasi dalam

perencanaan dan pengembangan kawasan pantai di

wilayah Kabupaten Pacitan. Selain itu untuk

meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap

kemungkinan terjadinya tsunami yang dapat

terjadi setiap saat, sehingga dapat memperkecil

dampak (mitigasi) dan mengantisipasi langkah-

langkah penye lamatan diri dengan memanfaatkan

potensi alami yang dimiliki kawasan pantai.

LOKASI DAERAH PENELITIAN

Lokasi daerah penelitian adalah kawasan

sepanjang pantai yang termasuk ke dalam wilayah

Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur, dengan

posisi geografis antara 111°00’BT – 111°30’BT

dan 8°10’LS – 8°20’LS (Gambar 1).

Lokasi penelitian dapat dicapai menggunakan

kendaraan bermotor roda empat, untuk mencapai

daerah-daerah tertentu yang sulit dijangkau

dilakukan dengan berjalan kaki.

KONDISI UMUM

Tatanan Tektonik Jawa

Tektonik regional wilayah Jawa dikontrol

oleh tektonik zona subduksi lempeng Indo-

Australia terhadap lempeng Eurasia di selatan

Jawa. Tektonik zona tunjaman lempeng di selatan

Jawa ini, mengakibatkan terbentuknya struktur-

struktur geologi regional di wilayah daratan Jawa,

berupa pensesaran permukaan dengan mekanisme

sesar naik, sesar normal dan sesar mendatar.

Gambar 2 memperlihatkan sebaran kegempaan

dan solusi mekanisme gempa bumi yang

menggambarkan keterkaitannya dengan kondisi

tektonik regional di wilayah Jawa dan sekitarnya.

Kegempaan Regional

Berdasarkan pembagian zona tektonik oleh

Holing dan Ferner (1978), wilayah Jawa memiliki

potensi kegempaan dengan besaran magnitudo

hingga 8 Skala Richter. Hal ini dipengaruhi oleh

kondisi sumber gempa bumi, baik yang terdapat

pada pertemuan antarlempeng tektonik (interplate

tectonic) di selatan Jawa, maupun gempa bumi

yang terdapat pada lempeng tektonik (intraplate

tectonic) di daratan Jawa. Berdasarkan pembagian

seismotektonik tersebut, daerah penelitian

termasuk ke dalam wilayah busur aktif hingga

sangat aktif.

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian

Page 3: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

45

Gambar 2. Peta Seismotektonik Jawa dan Bali (Soehami dan Sofyan, 2007)

Gempa-gempa dengan mekanisme vertikal (sesar

naik dan sesar normal) yang terjadi pada zona

subduksi dengan kriteria tertentu (magnitudo > 7

Skala Richter dan kedalaman dangkal 0 – 60 km)

berpotensi menimbulkan tsunami seperti yang

pernah terjadi di selatan Jawa, diantaranya tanggal

3 Juni 1994 (Gempa bumi Banyuwangi) dan 17

Juli 2006 (Gempa bumi Pangandaran). Sementara

tsunami yang pernah terjadi di selatan Pacitan

adalah tanggal 20 Oktober 1859 (Soloviev dan Go,

1974).

METODOLOGI

Metodologi penelitian antara lain

pengumpulan data sekunder, kegiatan lapangan,

pemodelan dan pengolahan data.

Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan

sebelum pelaksanaan kegiatan lapangan, melalui

studi pustaka hasil penelitian terdahulu. Di

antaranya berasal dari peta geologi, peta rupa

bumi, peta batimetri analog, data kegempaan, data

seismotektonik, sejarah tsunami, dan data lainnya.

Data sekunder tersebut diharapkan memberikan

gambaran umum mengenai daerah penelitian,

diantaranya: bentuk garis pantai, morfologi dan

geologi kawasan pantai.

Kegiatan Lapangan

Kegiatan lapangan meliputi pengukuran

terhadap wilayah penelitian, di antaranya

penentuan posisi, pengamatan karakteristik pantai,

pengukuran penampang pantai secara lateral dan

vertikal, dan pencarian jejak-jejak tsunami yang

mungkin masih tertinggal dari kejadian tsunami di

masa lampau.

Pemodelan Tsunami dan Pengolahan Data

Pengerjaan pemodelan tsunami meliputi

penyiapan daerah perhitungan, mengekstrak dan

menganalisis data batimetri, menentukan

parameter kegempaan dan menggunakan kedua

input tersebut dalam pemodelan perambatan

tsunami untuk mendapatkan nilai ketinggian dan

jarak jangkauan gelombang tsunami di darat. Hasil

pemodelan ini dikorelasikan dengan data lapangan

dan menjadi dasar penentuan tingkat kerawanan

bencana tsunami.

Data topografi darat dan kedalaman dasar

laut (batimetri) yang digunakan sebagai input

pemodelan adalah data yang diperoleh dari data

global GEBCO (General Bathymetric Chart of the

Page 4: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

46

Ocean) dengan akurasi 1 menit. Langkah pertama

yang dilakukan adalah meng-ekstrak data

batimetri global sesuai dengan batasan daerah

perhitungan, menginterpolasi data tersebut untuk

membuat daerah perhitungan dengan ukuran grid

yang lebih kecil, dan dengan bahasa matlab secara

2 dimensi dan 3 dimensi. Sebagai input dalam

pemodelan tsunami, data batimetri dibagi menjadi

tiga ukuran grid, yaitu grid A, grid B, dan grid C.

Grid A untuk ukuran grid lebih kasar,

diperuntukkan untuk daerah yang lebih luas

tempat sumber tsunami termasuk di dalamnya.

Grid B memiliki ukuran grid lebih halus dengan

akurasi lebih rinci, dan diperuntukkan bagi daerah

yang akan dihitung ketinggian dan genangan

tsunami ke daratan. Grid C diperuntukkan untuk

data topografi dan batimetri detail, yang diperoleh

dari Dinas Hidro-oseanografi yang dimasukkan

sebagai data input, diaplikasikan untuk daerah

Teluk Pacitan yang dianggap memiliki tingkat

kerawanan tsunami paling besar. Daerah ini

merupakan daerah pedataran pantai yang sangat

luas, dan sebagai ibukota Kabupaten Pacitan yang

sarat dengan aktivitas penduduk.

Penentuan Parameter Sumber Tsunami

Pemodelan tsunami yang digunakan untuk

memprediksi landaan tsunami di wilayah

Kabupaten Pacitan ini mengacu pada tiga model

sumber gempa bumi dengan magnitudo bervariasi

(Mw7,8; Mw8,0 dan Mw8,5). Parameter gempa

bumi untuk dua model sumber pertama mengacu

pada kejadian tsunami yang pernah terjadi di

Samudra Hindia selatan Jawa, yaitu gempa

Banyuwangi 3 Juni 1994 (model 1) dan gempa

selatan Jawa tanggal 20 Oktober 1859 (model 2).

Sementara model ketiga menggunakan parameter

gempa bumi yang terjadi pada tanggal 11

September 1921 namun dengan lokasi yang

ditempatkan tegak lurus di selatan daerah

penelitian (Gambar 3).

Selanjutnya adalah memasukkan parameter

input kegempaan dan input data topografi darat

dan laut ke dalam program numerik yang

menggunakan dasar teori perairan dangkal

(shallow water theory).

Tabel 1. Parameter kegempaan yang digunakan dalam pemodelan tsunami

Parameter Gempa Model 1 Model 2 Model 3

Koordinat Titik Acuan 113,4°BT

10,85°LS

111,70°BT

9,63°LS

112,437°BT

10,575°LS

Panjang Rupture Area (km) 125.89 162,18 305,48

Lebar Rupture Area (km) 61,38 70,79 101,16

Kedalaman (km) 18 10 20

Strike (°) 280 275 280

Dip (°) 15 15 15

Slip (m) 16,29 21,88 45,7

Rake (°) 90 90 90

Magnitudo (Mw) 7,8 7,9 8,5

Gambar 3. Lokasi tiga model sumber gempa bumi (Yudhicara dan Cipta, 2009).

P. JAWA

SAMUDERA HINDIA

Page 5: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

47

Teori Perairan Dangkal (Shallow Water

Theory)

Teori perairan dangkal adalah pendekatan

yang digunakan dalam melakukan pemodelan

tsunami secara numerik. Tiga persamaan

matematika dasar yang digunakan adalah

persamaan gerak (equation of motion) dan

persamaan kontinuitas (equation of continuity)

(Ortiz dan Tanioka, 2005), yaitu:

0

0

0

x

y

u u uu v g

t x y x

u h v h

t x y

v v vu v g

t x y y

x dan y adalah koordinat horizontal, t adalah

waktu, h adalah kedalaman air, adalah

perpindahan tinggi air di atas permukaan laut, u

dan v adalah kecepatan partikel air arah x dan y, g

adalah percepatan gravitasi, dan

x dan

yadalah gesekan dasar laut arah x dan y.

Gesekan dasar laut diekspresikan dalam bentuk

sebagai berikut:

22

2

1vuu

D

f

g

x

dan

22

2

1vuv

D

f

g

y

D adalah kedalaman total yang dihasilkan oleh h +

dan f adalah koefisien gesek. Program ini

mengacu pada kekasaran Manning (n) yang lebih

populer digunakan di kalangan Teknik Sipil, yaitu

:

g

fDn

2

3/1

, sehingga kekasaran dasar laut

kemudian diekspresikan sebagai berikut:

22

3/4

2

vuuD

gnx

dan

22

3/4

2

vuvD

gny

Langkah berikutnya adalah memperkenalkan

pelepasan flux dalam arah x dan y, yaitu M dan N

yang dihubungkan dengan kecepatan u dan v.

uDhuM )( , dan

vDhvN )(

Integrasi persamaan (1) dan (3) dari dasar laut ke

permukaan laut, maka teori perairan dangkal

(shallow water theory) yang dihasilkan oleh

pelepasan flux M dan N adalah sebagai berikut:

0

0

0

22

3/7

22

22

3/7

22

NMND

gn

ygD

D

N

yD

MN

xt

N

NMMD

gn

xgD

D

MN

yD

M

xt

M

y

N

x

M

t

Ketiga persamaan ini menjadi persamaan

dasar yang digunakan pada perhitungan tsunami

dalam laporan ini.

Pengolahan Data Lapangan dan Penunjang

Data lapangan dan data penunjang diolah

dan dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1. Menyiakan peta dasar digital, dan

memindahkan data lapangan ke dalam peta;

2. Membuat penampang lateral pantai dengan

skala vertikal dan horizontal yang disesuaikan

dengan kondisi sebenarnya di lapangan;

3. Menganalisis data topografi darat dan

kedalaman dasar laut di daerah penelitian

sebagai dasar penentuan waktu tiba

gelombang tsunami di daerah penelitian;

4. Menentukan jalur-jalur rute evakuasi dan

lokasi pengungsian; dan

5. Memberikan rekomendasi teknis dalam upaya

mitigasi bencana tsunami.

DATA DAN PERALATAN

Data yang digunakan antara lain adalah:

1. Peta topografi dari US Army (AMS), edisi

tahun 1964, skala 1 : 50.000, lembar 5118-I

Giritontro, lembar 5218-IV Punung dan

lembar 5218-III Patjitan;

(1)

(2)

(3) (4)

(5)

(7)

(5)

(6)

(4)

(7)

(6)

(8) (8)

(9)

(10)

Page 6: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

48

2. Peta Rupabumi Digital lembar P. Jawa dari

Bakosurtanal edisi tahun 2004.

3. Data topografi darat global dari Suttle Radar

Topographical Mapping (SRTM);

4. Peta Batimetri digital lokal dari Dinas Hidro-

Oseangrafi TNI-AL dan global dari GEBCO

(General Bathymetric Chart of the Ocean)

dengan akurasi 1 menit;

5. Data Kegempaan dari Incorporated Research

Institute for Seismology (IRIS), (2009);

6. Data Tektonik Regional dari Hamilton

(1979);

7. Prediksi pasang surut tahun 2009 dari Hidro

Oseanografi (HIDROS) TNI-AL pada buku

laporan tahun 2008;

8. Tulisan hasil penelitian terdahulu yang telah

terbit maupun yang belum terbit.

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan

lapangan antara lain adalah:

1. Seperangkat Total Station TS 1200

2. GPS (Global Positioning System)

3. Palu dan Kompas Geologi

4. Skala ukur (meteran)

5. Kamera

6. Alat Tulis

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Morfologi / Relief dan Karakter Garis Pantai

Morfologi pantai di daerah penelitian dapat

dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu morfologi pedataran

pantai yang landai dengan relief rendah; morfologi

pantai landai hingga bergelombang dengan relief

menengah; dan morfologi pantai perbukitan

berbatu yang terjal dengan relief tinggi (Yudhicara

dan Cipta 2009).

Morfologi pedataran pantai landai dengan

relief rendah dijumpai di daerah pantai Teleng Ria

hingga Barean di Teluk Pacitan (Gambar 4),

Pantai Taman (Gambar 5) dan Pantai Bawur.

Pantai dengan morfologi demikian umumnya

memiliki garis pantai yang membentuk teluk

terbuka (open bay). Pantai yang memiliki

morfologi landai ini memiliki potensi jangkauan

gelombang tsunami ke arah darat cukup jauh.

Karena pedataran pantai yang luas, maka rute

evakuasi harus diarahkan ke lokasi yang memiliki

elevasi lebih tinggi, baik itu ke arah perbukitan

maupun bangunan pantai yang dibuat tinggi dan

kokoh ke arah vertikal.

Sementara pantai dengan morfologi landai

hingga menengah terdapat di pantai Klayar,

Watukarung, Srau, sepanjang pantai sebelah timur

Teluk Pacitan hingga Wawaran (Gambar 6a), dan

pantai Tawang. Umumnya pantai-pantai ini

membentuk kantong-kantong pantai dan teluk

setengah tertutup (semienclosed bay). Kiri dan

kanan pantai disusun oleh batuan dasar dan

batugamping terumbu yang bersifat menahan

gelombang. Pada pantai dengan morfologi rendah

hingga menengah tersebut, potensi jangkauan

tsunami tidak akan jauh masuk ke daratan, karena

akan tereduksi oleh dinding perbukitan yang

membentuk morfologi pantai. Namun, dataran

pantai yang dimanfaatkan oleh penduduk sebagai

tempat pemukiman nelayan cukup rawan karena

akan segera tersapu oleh gelombang begitu

tsunami datang. Sebagai kebalikan dari daerah

pantai bermorfologi rendah, di daerah dengan

morfologi tinggi rute evakuasi dapat diarahkan

secara langsung menuju perbukitan yang terdapat

di sekeliling pantai. Morfologi yang ketiga adalah

morfologi terjal dengan relief tinggi, seperti yang

terdapat di pantai Karang Bolong (Gambar 6b).

Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan lahan di daerah penelitian

antara lain sebagai daerah wisata seperti di Teluk

Pacitan (Pantai Teleng Ria), Pantai Srau, dan

Pantai Klayar. Pantai-pantai ini memiliki beberapa

kesamaan, antara lain disusun oleh endapan pasir

berwarna putih dengan kandungan cangkang

moluska dan fosil shumbergerella; dataran pantai

yang luas; ombak besar yang dapat dimanfaatkan

untuk berselancar, dan warung-warung wisata

yang umumnya merupakan bangunan semi

permanen yang terbuat dari kayu, seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 7a.

Gambar 4. Morfologi pedataran pantai Teluk Pacitan.

Page 7: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

49

Gambar 5. Morfologi pedataran pantai di Teluk Taman

Gambar 6. Morfologi pantai rendah hingga menengah di Teluk Wawaran (a) dan pantai dengan morfologi

tinggi di Karang Bolong (b).

Di beberapa lokasi pantai telah

dikembangkan dengan dibangunnya penginapan

dan arena bermain seperti di Pantai Teleng Ria,

sehingga apabila terjadi tsunami kerusakan akan

dialami oleh bangunan-bangunan wisata ini.

Sementara Pantai Srau merupakan pantai dengan

panorama yang indah dan bersih, namun bangunan

pantai dan aktivitas lainnya belum tampak di

lokasi ini (Gambar 7b).

Kondisi ombak di Pantai Srau ini cukup

tinggi, sehingga dimanfaatkan oleh wisatawan

baik asing maupun domestik sebagai tempat untuk

berselancar.

Pemukiman di pantai Teleng Ria dibangun jauh

dari pantai; di pantai Barean pemukiman bahkan

dibangun di belakang gumuk pasir, sehingga

relatif aman dari jangkauan tsunami. Di pantai

Wawaran dan Tawang, lokasi pemukiman dan

tempat pelelangan ikan (TPI) sangat dekat dengan

garis pantai. Tempat tambat perahu nelayanpun

dapat berpotensi menjadi penghancur bangunan

rumah penduduk apabila tsunami datang, seperti

yang diperlihatkan pada Gambar 8a dan 8b.

Gambar 7. Warung-warung wisata di pantai Teleng Ria (a) dan pantai Srau (b)

(a) (b)

(b) (a)

Page 8: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

50

Gambar 8. Pemukiman nelayan di pantai Watukarung (a) dan Wawaran (b)

Gambar 9. Bangunan industri (a) dan pelabuhan (b) di Teluk Pacitan

Di Teluk Pacitan bagian barat dijumpai

bangunan industri (Gambar 9a) dan pelabuhan

(Gambar 9b), sedangkan di pantai Bawur

dibangun kawasan pembangkit listrik tenaga uap

(PLTU) (Gambar 10).

Hasil Pengukuran Lateral Pantai

Kondisi morfologi pantai merupakan salah

satu faktor yang dapat memengaruhi tingginya run

up gelombang tsunami pada saat mencapai

daratan. Gelombang tersebut merayap mengikuti

kelandaian pantai dengan kecepatan yang relatif

cepat dan menghanyutkan, merobohkan rumah-

rumah nelayan, serta menyeret benda-benda

sampai ke daratan.

Berdasarkan hasil pengukuran lateral

pantai, kondisi topografi di beberapa lokasi

pengamatan tercantum pada Tabel 2.

Hasil pengukuran di atas, setelah dikoreksi

dengan nilai duduk tengah muka laut (mean sea

level) / MSL hasil prediksi pasang surut tahunan

dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL untuk

tahun 2009, merupakan nilai beda tinggi yang

sebenarnya. Nilai pengamatan pasang surut

mengacu pada stasiun Teluk Perigi yang terletak

pada koordinat 08°17’14”LS – 111°43’44”BT.

Berdasarkan hasil pengukuran lateral pantai

diketahui bahwa beda tinggi maksimum pedataran

pantai terhadap MSL diperoleh di pantai Barean,

Teluk Pacitan sebesar 2,6 m.

Hal ini berarti apabila gelombang tsunami

tiba di daerah ini ketinggian air setelah tiba di

darat dikurangi dengan nilai tersebut (contoh:

untuk ketinggian gelombang tsunami hasil

pemodelan 5 m, setelah mencapai lokasi ini,

ketinggian air hanya sebesar 2,4 m di atas

permukaan tanah).

Beda tinggi minimum suatu dataran pantai

terhadap MSL terdapat di pantai Klayar sebesar -

1,23 m. Ini berarti bahwa saat gelombang tsunami

datang ketingian air yang datang ke darat

ditambahkan dengan nilai tersebut.

(b) (a)

(b) (a)

Page 9: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

51

Gambar 10. pembangunan kawasan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Teluk Bawur

Tabel 2. Hasil Pengukuran Lateral Pantai (Yudhicara dan Cipta, 2009)

No.

Sta.

Lokasi

Pengamatan

Posisi Koordinat Slope

Pantai

(°)

MSL

(m) Jarak

Horizontal

(m)

Beda

Tinggi

(m)

BT-MSL

(m)

BT (°) LS (°)

1 Teleng Ria 111,0756 8,22340 5 0,6 95,2724 2,6226 2,0226

2 Teleng Ria 111,0796 8,22108 4 0,5 124,588 2,0396 1,5396

4 Barean 111.0892 8,22007 10 0,4 222,2796 3,0142 2,6142

5 Srau 111,0161 8,25218 27 0,5 17,0519 0,9606 0,4606

6 Watukarung 110,9784 8,24018 10 1,1 77,8153 3,2192 2,1192

7 Pantai Klayar 110,9333 8,22300 12 1,4 30,8605 0,1677 -1,2323

8 Wawaran 111,2007 8,26533 3 0,7 47,6018 2,1158 1,4158

9 Tawang 111,2882 8,25967 3 0,3 17,9907 1,0148 0,7148

10 Teluk Bawur 111,3752 8,26585 10 0,2 9,4308 2,3536 2,1536

Jarak horizontal yang diperoleh dari

pengukuran menunjukkan jarak bangunan pantai

yang terdekat yang dibangun terhadap garis pantai.

Jarak horizontal maksimum terdapat di pantai

Barean sebesar 222,3 m, hal ini berarti bahwa

jarak jangkauan tsunami setinggi nilai ketinggian

yang telah dikurangi dengan beda tinggi terhadap

MSL akan mencapai lokasi ini. Sedangkan jarak

horizontal minimum bangunan yang paling dekat

dibangun terhadap garis pantai terdapat di daerah

pantai Srau, yaitu sebesar 17,05 m. Namun,

bangunan ini bukanlah pemukiman penduduk,

melainkan bangunan wisata.

Hasil Analisis Batimetri

Gelombang tsunami sangat dipengaruhi

oleh kedalaman dasar laut yang akan

memengaruhi kecepatan perambatan gelombang

tsunami.

Gelombang tsunami yang melalui dasar laut yang

dalam akan memiliki kecepatan rambat lebih besar

dibandingkan dengan apabila melalui dasar laut

dangkal. Amplitudo gelombang tsunami akan

lebih tinggi di laut dangkal dibandingkan dengan

di laut dalam. Kecepatan rambat gelombang

tsunami adalah akar kuadrat dari kedalaman dasar

laut dikalikan dengan gaya tarik bumi.

Data batimetri selatan Jawa yang

diperlihatkan pada Gambar 11, menunjukkan

bahwa perairan selatan Pacitan memiliki pola

sejajar pantai dengan kedalaman dangkal yang

berangsur makin dalam ke arah laut lepas

(Soeprapto, 2004).

Prediksi Landaan Tsunami

Gelombang tsunami akan sangat

dipengaruhi oleh geometri pantai (arah lateral). Di

daerah penelitian, pantai yang berbentuk teluk atau

berkantong (pocket beach) akan berpotensi

memiliki tinggi gelombang lebih tinggi

dibandingkan dengan pantai memanjang tanpa

lekukan. Hal ini karena penumpukkan massa air

akan terjadi di daerah teluk atau kantong pantai.

Sementara pada pantai memanjang, massa air

disebarkan ke segala arah saat mencapai garis

pantai. Daerah penelitian yang didominasi bentuk

teluk dan kantong pantai akan berisiko memiliki

ketinggian tsunami tinggi, misalnya di Teluk

Pacitan, Teluk Wawaran dan Teluk Bawur.

Page 10: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

52

Gambar 11. Gambaran topografi dan batimetri di perairan selatan Jawa (Soeprapto, 2004)

Kelandaian pantai (arah vertikal); jangkauan

gelombang tsunami akan semakin besar dan

bertambah pada daerah pantai yang relatif landai

dengan kemiringan bibir pantai yang kecil

dibandingkan dengan pantai yang relatif dalam dan

curam atau yang memiliki kemiringan bibir pantai

yang lebih besar. Kemiringan bibir pantai di daerah

penelitian berkisar antara 3° (di Pantai Wawaran

dan Tawang) hingga 27° (di Pantai Srau).

Pantai yang tersusun oleh endapan aluvium

dengan morfologi landai seperti di Teluk Pacitan

akan berpotensi memiliki jarak jangkauan tsunami

terjauh dibandingkan dengan di daerah pantai yang

memiliki morfologi curam seperti di Pantai

Wawaran dan Srau. Hal ini disebabkan morfologi

terjal tersebut dapat mereduksi energi gelombang

tsunami yang datang, sehingga energinya berkurang

atau terlebih dahulu pecah sebelum jauh merambat

masuk ke arah daratan.

Pencapaian gelombang tsunami akan

ditentukan oleh lokasi sumber tsunami. Apabila

sumber berada sangat jauh dari daerah penelitian,

maka jangkauan gelombang tsunami akan lebih

kecil dibandingkan apabila lokasi sumber tsunami

yang dekat.

Pemodelan tsunami menggunakan sumber

gempa seperti tercantum dalam Tabel 1 akan

menghasilkan nilai ketinggian dan jarak jangkauan

tsunami yang berbeda-beda.

Untuk model 1, ketinggian tsunami

maksimum yang dihasilkan adalah sebesar 4,16 m,

sedangkan model 2 menghasilkan ketinggian

gelombang tsunami maksimum sebesar 22,30 m dan

model 3 menghasilkan ketinggian maksimum

hingga 43,20 m. Lokasi yang mengalami ketinggian

tsunami maksimum terdapat di Teluk Pacitan bagian

timur.

Jarak jangkauan tsunami maksimum yang

dihasilkan oleh model 1 (Gambar 12) mencapai

0,421 km, model 2 (Gambar 13) menghasilkan jarak

jangkauan tsunami sebesar 2,9 km, sedangkan

model 3 (Gambar 14) menghasilkan jangkauan

tsunami maksimum 6,17 km.

Waktu tiba gelombang tsunami di darat

paling cepat adalah 26 menit setelah kejadian gempa

utama, seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 15,

yang merupakan hasil perambatan model terparah

pada model 3. Hasil pemodelan ini menunjukkan

jangka waktu yang penting untuk tindakan

penyelamatan diri.

Page 11: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

53

Gambar 12. Jangkauan genangan tsunami

maksimum berdasarkan model 1.

Gambar 13. Jangkauan genangan tsunami

maksimum berdasarkan model 2.

Gambar 14. Jangkauan genangan tsunami

maksimum berdasarkan model 3.

Ketiga model digunakan sebagai skenario

sumber gempa yang dimodelkan untuk masing-

masing tingkat kerawanan tsunami yang

digambarkan pada Peta Kerawanan Tsunami

(Gambar 16). Untuk tingkat kerawanan tsunami

tinggi (zona merah) menggunakan skenario model

gempa bumi berdasarkan beberapa kejadian

tsunami sesungguhnya di selatan Jawa, dengan

intensitas tsunami antara 1,5 hingga 2,5.

Untuk tingkat kerawanan tsunami

menengah (zona kuning) menggunakan model

gempa yang terdapat di selatan Jawa dengan lokasi

tegak lurus terhadap daerah penelitian.

Untuk tingkat kerawanan tsunami rendah (zona

hijau) menggunakan parameter gempa yang sama

dengan model kerawanan menengah, namun

dengan nilai magnitudo yang diperbesar

(Yudhicara dan Cipta, 2009).

Kawasan Rawan Tsunami Tinggi Kawasan rawan tsunami tinggi adalah

kawasan yang memiliki tingkat kerawanan

terhadap risiko landaan tsunami tinggi, baik dalam

hal ketinggian maupun jangkauan genangan

tsunami. Kawasan rawan tinggi memiliki potensi

kerusakan aset dan risiko keselamatan penduduk

lebih besar. Kawasan pantai yang termasuk

wilayah ini memiliki jarak jangkauan yang

berbeda-beda, jangkauan maksimum terdapat di

pantai Wawaran sejauh ~ 1 km. Hal ini disebabkan

pantai Wawaran memiliki bentuk teluk sempit

dengan morfologi di dalam teluk landai dan

kemiringan bibir pantai yang rendah 3°. Kawasan

rawan tinggi lainnya adalah Teluk Pacitan yang

memiliki bentuk topografi yang landai dan

kedalaman dasar laut dekat pantai yang relatif

dangkal.

Potensi kerusakan aset akan cukup besar

mengingat di daerah ini terdapat sarana pelabuhan.

Lokasi PLTU di teluk Bawur juga perlu

diwaspadai mengingat potensi kerusakan aset akan

lumayan besar.

Kawasan Rawan Menengah Kawasan rawan menengah adalah

wilayah yang memiliki potensi landaan dan

ketinggian gelombang lebih kecil dan risiko

kerusakan aset lebih rendah dari kawasan rawan

tinggi. Jarak jangkauan tsunami pada kawasan ini

berkisar dari 0,1 hingga ~ 2 km (dari batas

kawasan rawan tinggi. Landaan maksimum

terdapat di teluk Pacitan dan di pantai Wawaran.

Kawasan Rawan Tsunami Rendah Kawasan rawan tsunami rendah

diperuntukkan bagi wilayah yang memiliki potensi

landaan tsunami dan risiko kerusakan akibat

tsunami paling kecil. Kawasan ini memiliki

morfologi perbukitan dengan relief tinggi yang

terdapat di sebelah utara kawasan rawan rendah.

Pacitan

Pacitan

Pacitan

Page 12: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

54

Kawasan Rawan Tsunami Tinggi: Kawasan ini memiliki tingkat kerawanan tinggi, dalam hal resiko landaan tsunami baik ketinggian

maupun jangkauan genangan tsunami, berpotensi terjadi pantai teluk Pacitan bagian timur (Sungai Grindulu) sejauh 6 km dengan

ketinggian maksimum mencapai 4 meter. Kawasan ini umumnya memiliki karakteristik pantai yang disusun oleh endapan pasir lepas,

morfologi landai, relief rendah, bentuk pantai sebagian teluk dan sebagian pantai lurus, kemiringan pantai berkisar 0° - 5°.

Kawasan Rawan Tsunami Menengah: Ketinggian topografi berkisar antara 10 - 25 meter di atas muka laut. Runup tsunami diperkirakan

berkisar 1 - 5 meter. Merupakan zona berpotensi terkena landaan tsunami dengan tingkat kerusakan menengah. Karakteristik pantai

morfologi bergelombang dengan relief sedang. Rute evakuasi akan diarahkan melalui kawasan rasan tsunami menengah ini.

Kawasan Rawan Tsunami Rendah: yaitu daerah dengan ketinggian topografi lebih dari 25 meter di atas muka laut. Runup tsunami

diperkirakan berkisar antara 0 - 1 meter. Memiliki potensi kerusakan paling kecil akibat tsunami. Zona ini dapat dijadikan tujuan

evakuasi dan lokasi pengungsian apabila terjadi tsunami. Di sepanjang pantai ditandai dengan morfologi yang terjal dengan

relief tinggi dan tersingkap batuan.

0 5 10 km

Gambar 16. Peta Kawasan Rawan Tsunami Pantai Selatan Pacitan, Jawa Timur, (Yudhicara dan Cipta, 2009)

Page 13: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

55

Gambar 15. Model perambatan gelombangan tsunami untuk model 3 (M8,5).

LANGKAH-LANGKAH MITIGASI DAN

ANTISIPASI DAMPAK TSUNAMI

Jalur Hijau

Cara yang paling efektif dan aman untuk

mengurangi risiko dampak tsunami adalah dengan

cara menanami kawasan sepanjang pantai di

wilayah rawan tsunami. Di samping itu biaya yang

dikeluarkan relatif murah dan pemeliharaan sangat

mudah. Keberadaan jalur hijau pada peristiwa

tsunami cukup menguntungkan karena dapat:

Menghentikan laju benda-benda terapung

(perahu, kayu, atau runtuhan bangunan) yang

terbawa oleh gelombang tsunami ke darat.

Mengurangi kecepatan aliran air dan

mengurangi ketinggian genangan.

Menyelamatkan orang hanyut (tersangkut di

pohon).

Meredam angin yang membawa material

(pasir) berukuran halus sehingga membentuk

gumuk pasir (dune) yang dapat menjadi

penghalang tsunami.

Di daerah penelitian keberadaan vegetasi di

sepanjang pantai kurang begitu memadai, namun

di beberapa lokasi terlihat adanya upaya

penanaman pohon di sepanjang pantai, terutama

yang terdapat di pantai Teleng Ria, Teluk Pacitan.

Selain berfungsi sebagai penambah daya tarik

wisata, pepohonan ini dapat melindungi pantai

dari terpaan gelombang pasang.

Jenis tanaman pantai yang cocok untuk

ditanam di daerah penelitian antara lain adalah

pohon kelapa, ketapang, waru, pandan, dan nenas

pantai.

Pelindung Alami dan Buatan

Di daerah penelitian dijumpai pelindung

alami berupa gumuk pasir (sand dune) atau

sedimentasi akibat penumpukan pasir oleh ombak

dan angin (Gambar 17).

Pelindung alami tersebut di antaranya

dijumpai di bagian timur Teluk Pacitan (pantai

Barean). Keberadaan pulau-pulau kecil di hadapan

pantai dapat bertindak sebagai penghalang apabila

tsunami datang, sehingga pantai beserta

penghuninya dapat terlindungi dengan keberadaan

pulau-pulau ini. Gambar 18 memperlihatkan

keberadaan pulau di hadapan pantai seperti yang

dijumpai di pantai Tawang, Sidomulyo.

Dinding pantai dan pemecah gelombang

adalah jenis pelindung buatan yang efektif

mereduksi gelombang, dapat dibangun di

sepanjang pantai dengan tujuan untuk

mengamankan wilayah pantai, pemukiman dan

bangunan lainnya dari abrasi akibat hempasan

ombak dan arus sepanjang pantai (longshore

current).

Page 14: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

56

Gambar 17. Gumuk pasir (sand dune) dijumpai di pantai Barean, Teluk Pacitan.

Meskipun belum memadai, di beberapa tempat

dijumpai pemecah gelombang seperti di Teluk

Pacitan (Gambar 19a) dan di pantai Bawur yang

merupakan lokasi pembangunan PLTU (Gambar

19b). Proyek ini juga telah membangun sistem

pemecah gelombang berupa jetty (Gambar 20a).

Di daerah penelitian jarang dijumpai

adanya dinding pantai sebagai penahan ombak.

Sebagai kawasan yang rawan tsunami, sebaiknya

dibangun dinding-dinding pantai dengan

ketinggian yang memadai dan konstruksi yang

cukup baik, seperti yang telah dibangun di

Pangandaran pasca tsunami tanggal 17 Juli 2006

(Gambar 20b).

Rute Evakuasi dan Lokasi Pengungsian

Daerah penelitian umumnya dibentuk oleh

morfologi perbukitan, dengan ketinggian elevasi

terhadap permukaan laut makin tinggi ke arah

utara. Di beberapa tempat di sepanjang pantai

daerah penelitian morfologi perbukitan membatasi

pantai di bagian kiri dan kanan kantong pantai.

Gambar 19. Bangunan pemecah gelombang dijumpai di bagian barat Teluk Pacitan (a) dan di pantai Bawur di

lokasi PLTU (b).

Gambar 18. Penghalang alami berupa pulau di hadapan pantai (lokasi: Pantai Tawang, Sidomulyo).

(a) (b)

Page 15: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

57

Berdasarkan kondisi demikian, rute-rute

evakuasi dan lokasi pengungsian dapat diarahkan

ke tempat atau lokasi yang memiliki elevasi lebih

tinggi terhadap permukaan laut, atau perbukitan

yang ada di tepi pantai seperti di pantai Srau

(Gambar 21a) dan pantai Klayar (Gambar 21b).

Rute-rute evakuasi yang dilengkapi dengan

rambu-rambu penunjuk rute hendaknya disiapkan

sedini mungkin dalam upaya memperkecil risiko

terhadap bahaya tsunami seperti yang dijumpai di

Teluk Pacitan (Gambar 22a) dan di beberapa

tempat di sepanjang pantai. Gambar 22b

memperlihatkan contoh papan peringatan tsunami

dan prediksi landaan tsunami yang mungkin

ditimbulkannya di Pantai Pangandaran, Jawa

Barat.

Gambar 20. Bangunan Jetty di pantai Bawur (a) dan contoh dinding pantai di pantai Pangandaran (b)

Gambar 21. Perbukitan di sekitar pantai dengan elevasi tinggi dapat dijadikan tempat tujuan evakuasi dan

lokasi pengungsian, contoh di pantai Srau (a) dan pantai Klayar (b).

Gambar 22. Rambu-rambu tsunami di Teluk Pacitan (a) dan contoh papan peringatan tsunami di Pantai

Pangandaran (b).

(a) (b)

(a) (b)

(a) (b)

Page 16: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Prediksi Landaan Tsunami untuk Kawasan Pantai di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur (Yudhicara)

58

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kawasan sepanjang pantai yang termasuk

wilayah Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa

Timur, merupakan daerah rawan tsunami. Hal

ini dibuktikan dengan catatan sejarah adanya

tsunami pada tahun 1859 diakibatkan oleh

gempa di selatan Jawa yang berkekuatan

Mw8,5; gempa di selatan Jawa tahun 1921

(Mw 7,5) dan gempa Banyuwangi tahun 1994

(Mw7,4).

2. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi

besarnya landaan tsunami antara lain:

karakteristik pantai yang didominasi oleh

bentuk pantai berteluk dan berkantong, lokasi

pemukiman yang sangat dekat dengan garis

pantai, (Pantai Wawaran, Desa Sidomulyo);

tutupan vegetasi yang minim, dan keberadaan

pelindung buatan yang kurang memadai.

3. Berdasarkan pemodelan tsunami

menggunakan tiga model sumber gempa yang

berasosiasi dengan zona subduksi Sunda

menghasilkan ketinggian tsunami maksimum

masing-masing sebesar 4,16 m; 22,3 m dan

43,2 m. Sementara jangkauan genangan

tsunami maksimum hasil pemodelan ketiga

sumber tersebut adalah sejauh 0,421 km, 2,9

km dan 6,17 km. Waktu tiba gelombang

tsunami paling cepat mencapai daerah

penelitian adalah 26 menit setelah kejadian

gempa utama.

Saran

1. Kawasan sepanjang pantai di daerah

penelitian perlu ditingkatkan

perlindungannya, yaitu dengan membuat jalur

hijau berupa penanaman pohon yang cocok

dengan kondisi pantai, seperti jenis pohon

kelapa, ketapang, waru, pandan pantai, nenas

pantai.

2. Pelindung pantai berupa pemecah gelombang

dan pelindung alami berupa pepohonan,

pulau-pulau di hadapan pantai dan gumuk

pasir yang sudah ada agar dijaga dan

dilestarikan. Bangunan lainnya seperti

dinding pantai diupayakan untuk dibangun

dengan ketinggian minimal 2 m di sepanjang

pantai yang peruntukannya digunakan sebagai

tempat beraktivitasnya penduduk, baik

sebagai pemukiman nelayan maupun tempat

wisata, guna memperkecil energi yang

dihasilkan oleh gelombang tsunami, sehingga

gelombang tsunami akan teredam sebelum

mencapai pantai.

3. Penempatan pemukiman sebaiknya

diupayakan menjauhi garis pantai, di belakang

gumuk pasir atau ditempatkan di belakang

jalur hijau maupun pelindung buatan (dinding

pantai).

4. Rute-rute evakuasi dan lokasi pengungsian ke

tempat yang lebih tinggi sebaiknya dibangun

dan disiapkan sedini mungkin di setiap lokasi

yang strategis dan mudah dijangkau oleh

masyarakat dilengkapi dengan rambu-rambu

penyelamatan.

5. Rambu-rambu peringatan dan langkah-

langkah penyelamatan sebaiknya terdapat di

kawasan pantai agar baik masyarakat

setempat maupun pengunjung (wisatawan)

waspada terhadap bahaya tsunami

Ucapan Terimakasih : penulis sampaikan kepada

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi dan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi

dan Gerakan Tanah yang telah memungkinkan

penyelidikan ini dapat dilaksanakan. Ucapan

terima kasih juga kami sampaikan kepada

Athanasius Cipta atas bantuannya. Terima kasih

kami sampaikan pula kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten Pacitan beserta jajarannya, serta

masyarakat di wilayah Kabupaten Pacitan telah

membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan

penyelidikan selama di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional,

2004, Peta Rupa Bumi Digital, Skala 1 :

25.000, Lembar P. Jawa, Cibinong,

Bogor.

CITDB, 2007, The Integrated Tsunami Database

for the World Ocean, CD-ROM, Tsunami

Laboratory, ICMMG SD RAS,

Novosibirsk Russian.

Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian

Region, U.S. Geological Survey,

Professional Paper, 1078, 345 pp.

Hidro-Oseanografi TNI AL, 2008, Buku Prediksi

Pasang Surut Tahunan tahun 2009,

Jakarta

Holing, B.C. dan Ferner, 1978, Indonesian

earthquake study : seismic zones for

building construction in Indonesia vol. 3,

Wellington.

Incorporated Research Institute for Seismology

(IRIS), 2009, List of Recent Earthquake

for Java and Indian Ocean, 1964-2007,

http://www.iris.washington.edu, online

data

Ortiz, M. dan Tanioka, Y., 2005, Catatan Kursus

Pemrograman Pemodelan Tsunami,

Quezon City, Filipina.

Page 17: PREDIKSI LANDAAN TSUNAMI UNTUK WILAYAH PANTAI DI KABUPATEN ... 20110105... · potensi alami yang dimiliki kawasan pantai. LOKASI DAERAH PENELITIAN Lokasi daerah penelitian adalah

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 1 April 2011: 43 – 59

59

Soehaimi, A., dan Sopyan, Y., 2007, Peta

Seismotektonik Jawa dan Bali, Pusat

Survey Geologi, Bandung

Soeprapto, T.A., 2004, Batimetri Selatan Jawa,

Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi Kelautan, Bandung

Soloviev dan Ch.N.Go., 1974, Catalogue of

Tsunami in the Western Pacific,

Translation Russia.

Yudhicara dan Cipta, A., 2009, Laporan

Pemetaan Kawasan Rawan Bencana

Tsunami, Wilayah Kabupaten Pacitan,

Provinsi Jawa Timur, Pusat Vulkanologi

dan Mitigasi Bencana Geologi, Tidak

Terbit.