karakteristik penderita tuberkulosis paru … tulis...paru adalah faktor intrinsik (umur, jenis...
TRANSCRIPT
i
KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA
KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH :
MUH AZIZUL HAKIM
P00320014079
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Indenditas
a. Nama : Muhammad azizul haim
b. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari 1 Agustus 1993
c. Jenis Kelamin : Laki laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Jl. Tunggala II
B. Pendidikan
a. SD Negeri 4 Baruga Tamat Tahun 2005
b. SMP Negeri 4 Kendari Tamat Tahun 2008
c. SMA Idhata Kendari Tamat Tahun 2011
d. Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan sampai sekarang.
v
MOTTO
Ilmu adalah senjata yang paling hebat yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia.
Hiduplah seakan kau akan mati besok
Dan belajarlah seakan kau akan hidup selamanya.
Orang yang sukses tidak akan mengeluh bagaimana jika ia gagal, melainkan berusaha bagaimana
untuk berhasil
Ku persembahkan karya ini untuk kedua Orang tua
,Saudara,Bangsa dan Almamaterku
sebagai tanda terimakasihku.
vi
ABSTRAK
MUH. AZIZUL HAKIM (P0032006088).”Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2017 Yang di bimbing oleh
Dali,SKM,M.Kes dan Abdul Syukur Bau,S.Kep.Ners (6 Bab + 41 Halaman + 4 Tabel + 5
lampiran). Menurut WHO pada tahun 2014, 9,6 juta jiwa terjangkit penyakit
Tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Hampir 95 %
kasus kematian akibat Tuberkulosis (TB) berada di negara berpendapatan menengah ke
bawah. Tuberkulosis bukan hanya banyak ditemukan pada dewasa, namun juga pada
anak-anak., sekitar 1 juta anak-anak terkena penyakit Tuberkulosis dan 140.000
diantaranya meninggal akibatnya. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor intrinsik
yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.pada bulan Juli tahun 2017
tercatat sebanyak 30 penderita tuberkulosis. Kejadian yang mempengaruhi tuberkulosis
Paru adalah faktor intrinsik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan) Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif . Populasi penelitian adalah
seluruh pasien penderita TB paru positif dewasa di Puskesmas Poasia Kota Kendari pada
bulan Agustus sebanyak 30 orang. Dari penelitian yang penulis lakukan didapatkan
karakteristik penderita tuberkulosis berdasarkan umur di Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2017 yang tertinggi berada pada kelompok umur <50 tahun sebanyak 22 orang
(73,33%) dan yang paling terendah berada pada kelompok umur ≥50 tahun sebanyak 8
orang (26,67%). Karakteristik penderita Tuberkulosis paru berdasarkan jenis kelamin
yang te2rtinggi berjenis kelamin laki laki sebanyak 19 orang (63,33%) dan yang terendah
berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (36,67%).Karakteristik penderita
Tuberkulosis paru berdasarkan pendidikan yang tertinggi berpendidikan rendah
sebanyak 17 orang (56,67%). Dan yang terendah berpendidikan tinggi sebanyak 3 orang
(10%). Tuberkulosis paru berdasarkan pekerjaan yang tertinggi berpekerjaan swasta
sebanyak 15 orang (50%) dan yang terendah bekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang
(6,67%). Disarankan bagi Puskesmas Poasia lebih aktif dalam memberikan pelayanan
kepada penderita tuberkulosis melalui beberapa penyuluhan tentang tuberkulosis paru
Kata Kunci : Karakteristik penderita TB paru meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan pekerjaan
Daftar Pustaka : 13 (2002-2014)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan judul
“Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari” Penulis sadar dan mengakui sepenuhnya bahwa karya ini masih banyak
terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan walaupun penulis telah berupaya
semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan
yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ini. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada Ibu
Dali,SKM,M.Kes selaku pembimbing I dan Bapak Abdul Syukur Bau,S.Kep.Ners selaku
pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab guna memberikan bimbingan serta petunjuk kepada penulis dalam
proses penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga dapat terselesaikan.
Begitu pula dengan berbagai pihak yang telah membantu proses penyelesaian
karya tulis ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis
mengucapkan terimah kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Petrus,SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekes Depkes Kendari.
2. Bapak Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Kepala Puskesmas Poasia Kota Kendari yang telah memberikan izin dalam
pelaksanaan penelitian karya tulis ini.
viii
4. Bapak Muslmin L,A.Kep,S.pd,M.Si Selaku ketua jurusan keperawatan Poltekes
Kendari.
5. Ibu Anita Rosanty SST,M.Kes selaku penguji I, Ibu Hj. Sitti
Nurhayani.S.Kep,NS.M.Kep selaku penguji II, dan Ibu Dian Yuniar, SKM,M.Kep
selaku penguji III, saya ucapkan terima kasih atas saran dan kritikannya selama
menguji Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Poltekes Kendari Khususnya Jurusan Keperawatan
yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan kepada
penulis selama mengikuti proses pendidikan hingga penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
7. Ayahanda Hasanuddin S.Pd dan Ibunda Nurjannah yang saya sayangi dan saudara-
saudaraku serta seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan baik materi
maupun moril selama penulis mengikuti pendidikan di Poltekes Kendari.
8. Rekan – rekan mahasiswa Poltekes Kendari angkatan 2014 khususnya
Nervuscran14l yang telah sama – sama berjuang selama ± 3 tahun dalam suka
maupun duka untuk mencapai cita – cita sebagai perawat professional.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya di Poltekes Kendari
Khususnya Jurusan Keperawatan serta mendapat ridho dari Allah SWT, Amien.
Kendari, Agustus 2017
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan Umum Tentang Tuberkulosis ............................................................ 6
B. Tinjuan Umum Tentang Karakteristik ......................................................... 18
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran............................................................................................ 23
B. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 24
C. Variabel Penelitian........................................................................................ 24
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif................................................... 25
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 27
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 27
D. Insrumen Penelitian ..................................................................................... 28
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................... 28
F. Pengolahan Data ........................................................................................... 29
G. Analisa Data.................................................................................................. 29
H. Penyajian Data .............................................................................................. 29
x
I. Etika Penelitian ............................................................................................. 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 31
B. Pembahasan .................................................................................................. 36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
5.1 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia Tahun 2017
.......................................................……....................................... 34
5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di
Puskesmas Poasia Tahun 2017 ............…........………………............... 34
5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di Puskesmas Poasia Tahun 2017 ............…........................... 35
5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
di Puskesmas Poasia Tahun 2017 ............…......................................... 35
5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Pekerjaan di Puskesmas Poasia Tahun 2017 ............…......................... 35
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Poltekes Kemenkes Kendari
Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
Lampiran 4 : Surat Izin Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara
Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Puskesmas
Poasia Kota Kendari
Lampiran 6 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru paru
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi
jaringan sehingga menyebabkan infeksi ke seluruh tubuh. Penyakit ini bersifat
menahun yang dapat menular dari penderita kepada orang lain. Diperkirakan
seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4
bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30. TB juga memberikan dampak buruk yang
mengakibatkan menurunya sumber daya manusia. (Depkes RI, 2011).
Tuberkulosis menyerang paru, namun juga dapat menyerang bagian
lainya. Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis BTA (basil tahan asam)
positif, pada waktu batuk dan bersin,pasien menyebarkan kuman keudara dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak, Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikkan, sementara
sinar mata hari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab (DepKes,2008).
Menurut WHO pada tahun 2014, 9,6 juta jiwa terjangkit penyakit
Tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Hampir
95 % kasus kematian akibat Tuberkulosis (TB) berada di negara berpendapatan
menengah ke bawah. Tuberkulosis bukan hanya banyak ditemukan pada dewasa,
2
namun juga pada anak-anak., sekitar 1 juta anak-anak terkena penyakit
Tuberkulosis dan 140.000 diantaranya meninggal akibatnya.
Indonesia Pada tahun 2013 angka insiden Tuberkulosis sebesar 183 per
100.000 penduduk dengan angka kematian TB sebesar 25 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2014 angka insiden meningkat menjadi 399 per 100.000 penduduk
dengan angka kematian yang juga meningkat menjadi 41 per 100.000 penduduk.
(Depkes RI,2014).
.Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995,menunjukan bahwa penyakit tuberculosis merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan dan
penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi. penyakit
tuberkulosis ini menyerang besar kelompok usia kerja produktif, kelompok
ekonomi lemah,dan berpendidikan rendah (Depkes RI,2002).
Tuberkulosis dihubungkan secara klasik dengan kondisi kehidupan yang
buruk seperti kepadatan, urbanisasi, ketiadaan tempat tinggal, pengguna obat
obatan terlarang dan minuman keras, tingkat sosial ekonomi rendah, pendapatan
perbulan yang rendah, pengangguran, tingkat pendidikan yang rendah, akses
kesehatan yang buruk, nutrisi yang jelek dan status imun yang lemah (seperti pada
kasus infeksi HIV).
Faktor yang mempengaruhi kejadian Tuberkulosis Paru meliputi adanya sumber
penularan penyakit yaitu kuman Mycobacterium Tuberculosis, faktor karakteristik
lingkungan (kondisi geografi, demografi dan iklim), faktor kependudukan (sosial
ekonomi, umur, jenis kelamin dan status gizi) serta pelayanan kesehatan baik dari
segi fasilitas ataupun dari segi tenaga kesehatannya (A, 2008).
3
Angka kejadian tuberkulosis dapat diturunkan dengan upaya pencegahan
penularan penyakit tuberkulosis. Upaya pencegahan penularan kuman
tuberkulosis yang dimaksud adalah hal hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit tuberkulosis atau untuk mengatasi penyakit tuberkulosis
adalah apabila batuk harus menutut mulut agar keluarga dan orang lain tidak
tertular, jangan membuang ludah disembarang tempat,gunakan kaleng yang
tertutup dan berisi air sabun atau Lysol,untuk menampung dahak, atau ditimbun
kedalam tanah ditempat yang jauh dari keramaian (Anonim,2010)
Di Sulawesi Tenggara jumlah penderita Tuberkulosis paru,pada tahun
2015 berjumlah 3268 kasus, Di Kota Kendari 2016 ditemukan 549 kasus (Susanto
2014 ) sedangkan jumlah penderita tuberkulosis paru BTA positif yang tercatat di
Puskesmas Poasia pada tahun 2015 sebanyak 61 orang dan pada tahun 2016
sebanyak 49 orang dan pada tahun 2017,periode Januari – april sebanyak 13
dimana secara kumulatif hingga bulan april 2017 jumlah penderita yang masih
melakukan pengobatan sebanyak 33 orang dan yang telah selesai melakukan
pengobatan sebanyak 24 orang serta penderita yang drop out sebanyak 6 orang..
Berdasarkan hal hal diatas,maka penulis akan menelah lebih lanjut melalui
penelitian yang berjudul “karakteristik penderita tuberkulosis paru diwilayah kerja
puskesmas poasia kota kendari“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah Bagaimanakah karakteristik penderita tuberkulosis paru
diwilayah kerja puskesmas poasia kota kendari.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita tuberkulosis paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi karakteristik penderita tuberkulosis Paru berdasarkan
umur di Puskesmas Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2013
b. Mengindentifikasi karakteristik penderita tuberkulosis Paru berdasarkan
jenis kelamin di Puskesmas Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2013
c. Mengindentifikasi karakteristik penderita tuberkulosis Paru berdasarkan
pendidikan di Puskesmas Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2013
d. Mengindentifikasi karakteristik penderita tuberkulosis Paru berdasarkan
pekerjaan di Puskesmas Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2013
D. Manfaat penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan bagi
kepala Puskesmas Poasia maupun rujukan dalam mengupayakan pencegahan
dan penanggulangan penyakit Tuberkulosis paru di Sulawesi Tenggara.
2. Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas Poasia untuk mengenal
karakteristik penderita tuberkulosis paru sehingga diharapkan agar petugas
5
puskesmas Poasia dapat memberikan promosi kesehatan pada pasien dan
keluarga pasien tentang penyakit Tuberkulosis.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu prngrtahuan dan
juga diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan,
terutama untuk materi perkuliahan.
4. Merupakan sumber informasi bagi peneliti lain tentang karakteristik penderita
tuberkulosis paru diwilayah kerja puskesmas poasia kota kendari dan juga
dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.
5. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta pengembangan khususnya
dibidang penelitian, Sebagai bahan perbandingan dan acuan dalam
mengembangkan penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tuberkulosis paru
1. Definisi Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat
menyebar ke seluruh tubuh yang lain seperti meningen,ginjal,tulang,dan nodus
linfe (irman somantri,2009).
TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru paru secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang
lain (Santa Manurung 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI).
2. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis
a. Tuberkulosis paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak tuberkulosis paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis paru dengan basil tahan asam (BTA) positif jika :
a) Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu
hasilnya Basil Tahan Asam (BTA) Positif.
7
b) 1 spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu haislnya basil tahan asam
(BTA) positif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
Tuberkulosis aktif.
2) Tuberkulosis paru denganBasil Tahan Asam (BTA) negatif pemeriksaan
3 spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu hasilnya Basil Tahan Asam
(BTA) negatif dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberkulosis aktif
Diagnosis Tuberkulosis ditegakan dengan pemeriksaan 3 spesimen dahak
Sewaktu Pagi Sewaktu dimana : S (sewaktu) Adalah dahak dikumpulkan pada
saat suspek tuberkulosis datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek
membawa suatu pot dahak untuk pengumpulan dahak hari kedua. P (pagi) Adalah
dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawah dab diserahkan sendiri kepada petugas di Unit Pengelola Kegiatan. S
(sewaktu) Adalah dahak dikumpulkan di Unit Pengelola Kegiatan pada hari kedua
saat menyerahkan dahak pagi.
Untuk menghindari resiko penularan, pengambilan dahak dilakukan di
tempat terbuka dan jauh dari orang lain misalnya dibelakang puskesmas jika
keadaan tidak memungkinkan gunakanlah kamar yang terpisah yang mempunyai
ventilasi yang cukup (DepKes RI,2002)
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
1) Tuberkulosis ekstra paru ringan
Misalnya : Tuberkulosis kelenjar limfe, pleuritas, eksudativa, unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang ), sendi dan kelenjar adrenal.
8
2) Tuberkulosis ekstra paru berat
Misalnya : Meningitis, millier, peritonitis, pleuritas, eksudativs dupleks,
tuberkulosis tulang belakang, tuberkulosis usus, tuberkulosis saluran
kencing dan alat kelamin. (DepKes RI, 2002)
3. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
paru,disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis.bakteri atau kuman
ini berbentuk batang,dengan ukuran panjang 1-4 ʯm dan tebal 0,3-0,6 ʯm.
sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap
asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah
aerob yang menyukai tempat yang banyak oksigen, dan daerah yang memiliki
kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit tuberculosis. (Somantri, 2009 : 67).
Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
a. Tuberkulosis primer,
Tuberkulosis Primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman Tuberkulosis. Droplet nuclei yang terhirup sangat kecil
ukurannya,sehingga dapat melewati sistem pertahanan muskuler bronkus,
dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana.
Infeksi dimulai saat kuman Tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam
paru. Saluran limfe
9
b. Tuberculosis sekunder
Kuman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa dan
disebabkan oleh beberapa aspek yaitu :
1) Penurunan imunitas
Seseorang yang terinfeksi tuberkulosis tidak merasakan sakit dan
gejala, orang tersebut memang terinfeksi tapi bukan merupakan
penyakit tuberkulosis yang aktif. TB aktif dapat berkembang saat
bakteri tuberkulosis dapat mengatasi system imunitas dan mulai
berinteraksi. Hal tersebut dapat terjadi segera setelah infeksi atau saat
sistem imun menurun sehingga terjadi pelepasan bakteri dan
berkembang menjadi penyakit aktif dalam bentuk TB paru.
2) Malnutrisi
Kondisi sosial ekonomi bekenaan erat bersama pendidikan, kondisi,
gizi dan akses pada layanan kesehatan. Penurunan pendapatan akan
menyebabkan kurangnya memenuhi mengkonsumsi makanan maka
akan berpengaruh kepada status gizi sehingga akan menyebabkan daya
tahan tubuh menurun yang mengakibatkan seseorang mudah terkena
infeksi TB paru. (DepKes RI,2008).
4. Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil Mycobacterium tuberculosis
akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di
mana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dengan berkembang biak.
Penyebaran basil ini bisa juga melalui system limfe dan aliran darah melalui
10
jaringan tubuh lain (ginjal,tulang,korteks selebri) dan area lain dari paru paru
(lobus atas).
Sistem kekebalan tubuh merespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Linfosit yang
spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan
terjadilah bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2 – 10
minggu setelah terpapar.
Massa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang
hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk
dinding. Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian
tengah dari massa tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi ysng terdiri dari
makrofag dan bakteri menjadi nekrotik. Ssetelah itu akan terbentuk klasifikasi
yang membentuk jaringan kolagen yang membuat bakteri menjadi non aktif.
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena
respons system imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul
akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Tubercle
yang ulserasi mengalami proses penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru
paru yang terinfeksi kemudian meradang, akibat bronkopneumonia,
pembentukan tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel.
Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk
11
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Daerah yang mengalami
nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast
akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel (Somantri,2009 : 67).
5. Tanda dan Gejala
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukan tanda dan gejala
yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah
jaringan parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meningkatkan produksi
sputum yang ditunjukan dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk
kompensasi pengeluaran dahak. Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah,
berkeringat pada malam hari dan mengalami penurunan berat badan secara
drastis. Secara rinci tanda dan gejala TB paru ini dapat dibagi atas 2 golongan
yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
a. Gejala Sistemik
Gejala sistemik yang erjadi pada penderita tuberkulosis paru erdiri dari :
1) Demam.
Demam merupakan gejala pertama dari tuberculosis paru, biasanya timbul
pada sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam influenza
yang segera mereda. Tergantung daya tahan tubuh dan virulensi kuman,
serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.
Demam seperti influenza ini hilang timbul dan semakin lama semakin
meningkat. Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40° - 41°C.
12
2. Malaise
Karena tuberculosis bersifat radang menahun, maka daapt terjadi rasa tidak
enak badan, pegal pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit
kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang kadang dapat menganggu
siklus haid.
b.Gejala Respiratorik
1. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus.
Batuk terjadi karena iritas bronkhus, selanjutnya akibat adanya peradangan
pada bronkhus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna
untuk membuang produk produk eksresi peradangan. Dahak dapat bersifat
mukoid atau purulen.
2. Batuk Darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringanya
pembuluh darah yang timbul, tergantung dari besar dan kecilnya pembuluh
darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya
pembuluh darah tapi dapat juga terjadi akibat ulserasi pada mukosa
bronkhus. Batuk darah inilah yang paling sering membawa penderita
berobat ke dokter.
3. Sesak Nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
yang cukup luas. Keluhan sesak yang muncul merupakan proses penyakit
tuberkulosis yang meningkatkan produksi lendir dan dapat menyebabkan
penyempitan saluran nafas,serta merusak jaringan paru.
13
4. Nyeri Dada
Nyeri dada dapat terjadi pada penderita TB. terutama apabila infeksi
mengenai pleura atau jaringan pembungkus paru, dan terjadi karena tarikan
saat batuk yang terus menerus terjadi. (Santa Manurung 2009).
6. Penularan Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit udara yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberkulosis termaksuk penyakit menular bakteri yang
biasanya menyerang paru paru, tetapi dapat menyerang hamper semua bagian
tunuh. TB dapat menjadi aktif atau infeksi laten.
Tuberkulosis sendiri menyebar dan menular melalui udara ketika
seseorang yang menderita TBC aktif berbicara, meludah, batuk, atau bersin.
Tapi tidak semua orang yang menghirup udara yang tercemar oleh bakteri
tersebut akan sakit penyakit TB, hal ini tergantung pada tingkat daya tahan
tubuh seseorang.
Biasanya orang yang mudah tertular penyakit tuberkulosis adalah orang
orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga mereka dengan
mudah terinfeksi kuman tuberkulosis.
Ketika seseorang yang mengidap TB aru aktif batuk, bersin, bicara atau
meludah mereka sedang menyemprotkan bakteri infeksius dengan diameter 0,5
hingga 5 ʯm. bersin dapat melepaskan partikel partikel kecil hinggs 40.000
partikel. Tiap paartikel bisa menularkan penyakit tuberkulosis karena dosis
infeksius ini sangat rendah.
Selain penyakit TB dapat menular ketika penderitanya aktif berbicara,
meludah, batuk, atau bersin penyakit tuberkulosis juda dapt menular melalui
14
makan dengan peralatan makan yang sama, gosok gigi dengan sikat yang sama
dan berhubungan intim juga dapat menjadi jalan penularan virus TB. (Depkes
RI, 2008).
7. Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkolosis terutama berupa pemberian obat antimikroba
dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi
(Depkes RI, 2008).
Penderita tuberkolosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua
obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Baru-baru
ini CDC dan American Thoracic Society (ATS) mengeluarkan pernyataan
mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkolosis
dengan riwayat tuberkolosis paru yang tidak diobati sebelumnya. Rekomendasi
lama pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH
dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada
pasien tuberkolosis paru tanpa komplikasi. (Depkes RI, 2008)
1. Jenis Dan Dosis Obat
a). Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.obat ini sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/Kg BB,
sedangkan untuk mengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 35 mg/Kg BB
15
b). Streptomisis (S)
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/Kg BB
sedangkan untuk mengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75
gr/hari. Sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari
c). Etambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 12 mg/Kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis
30 mg/Kg BB
d). Rifamfisid (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (pesister)
yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan
sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
e). Pirasinamid
Bersifat bakterisd, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali diberikan dengan dosis
mg/kg BB. (Depkes RI, 2008)
16
8. Pencegahan Penularan Infeksi Kuman Tuberkulosis
Pencegahan penularan penyakit tuberkulosis yang dilakukan baik bagi penderita
maupun masyarakat dalam Anonim (2010) adalah :
1. Bagi penderita
a) apabila batuk harus menutup mulut agar keluarga dan orang lain tidak
tertular.
b) tidak meludah disembarang tempat
c) gunakan kaleng yang tertutup dan berisi air sabun atau Lysol untuk
menampung dahak.
d) buang dahak ke lobang WC atau timbun kedalam tanah ditempat yang jauh
dari keramaian
2. Bagi masyarakat umum dan keluarga
a. Menghindari percikan ludah atau dahak melalui ventilasi yang efektif di
kendaraan umum, ruang di tempat umum (sekolah, tempat ibadah, ruang
kerja, dll).
b. Pencahayaan di dalam rumah, pencahayaan matahari langsung kedalam
rumah/ruang mematikan kuman TBC karena terkena sinar ultraviolet atau
sinar matahari.
c. Menghindari kepadatan hunian, karena kepadatan hunian bersama
penderita TBC aktif dalam rumah memungkinkan kontak efektif untuk
terjadinya infeksi paru pada penghuni rumah
d. Mencegah kepadatan penduduk/pemukiman untuk menjamin ventilasi
yang efektif
17
e. Mencegah pencemaran udara yang bersumber dari dalam rumah seperti
pemakaian bahan bakar hayati tanpa ventilasi yang efektif, merokok, dll.
f. Menghindari adanya lantai tanah dalam rumah, karena lantai tanah mudah
dapat menambah kelembapan dan memungkinkan perkembangbiakan
parasite.
9. Tipe Penderita Tuberkulosis
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe penderita yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) atau sudah pernah meminum OAT kurang dari satu bulan.
b. Kambuh
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
c. Pindahan
Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus
membawa surat rujukan atau pindah.
d. Setelah Lalai
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif
18
e. Lain-lain
1) Gagal
a) Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif pada akhir bulan
ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.
b) Adalah penderita BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif pada
akhir bulan ke-2 pengobatan.
2) Kasus Kronis
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positi setelah
selesai pengobatan ulang (DepKes RI, 2008).
B. Karakteristik Penderita TB paru
1. Pengertian Karakteristik
Karakteristik adalah ciri ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai
dengan perwatakan tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:389).
Karakteristik mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
Karakteristik pasien adalah siapa yang mempunyai atau menghadapi masalah
kesehatan dan siapa yang mempunyai resiko terkena penyakit, bagaimana
dengan indentitas orangnya seperti umur,pendidikan,pekerjaan,jenis
kelamin,agama,status sosial dan lain-lain. (Chandra,1996).
a. Umur
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):
Masa balita = 0 – 5 tahun,
Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun.
Masa remaja Awal = 12 – 1 6 tahun.
Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun.
19
Masa dewasa Awal = 26- 35 tahun.
Masa dewasa Akhir = 36- 45 tahun.
Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.
Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun.
Masa Manula = 65 – sampai atas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56
tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah
untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Pada usia 55 sampai 65
tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini
akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai
tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam
hidupnya.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk,sifat,dan fungsi biologi laki laki dan
perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan
upaya meneruskan garis keturunan. (Wardono,2011)
Laki laki lebih banyak menderita tuberkulosis paru hal ini terjadi karena laki-laki
lebih banyak yang merokok daripada perempuan. Seperti yang diketahui bahwa merokok
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi penyebab seseorang terkena TB
Paru. Orang yang merokok paru-parunya mudah terinfeksi oleh mikroba. Oleh karena itu,
20
ketika orang tersebut terpapar mikroorganisme penyebab TB Paru, maka akan dengan
mudah mikroorganisme tersebut berkembang biak dalam paru-paru orang tersebut. Selain
itu, laki-laki juga lebih sering tidur hingga larut malam. Hal ini dapat menurunkan sistem
imun seseorang karena kurangnya waktu istirahat.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Notoatmodjo,
2010).
Menurut Poedjawijatna (1991) makin tinggi pendidikan atau pengetahuan
seseorang, maka makin tinggi kesadaran seseorang untuk berperan serta
terhadap masalah kesehatan.
Tingkat pendidikan dibagi menjadi :
Jalur formal
1) Pendidikan Rendah Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang
sederajat
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk
lain yang sederajat
21
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut dan universitas (UU RI No. 20 Tahun 2010)
Lebih lanjut wahid (19992:89) mengatakan bahwa tingkat pendidikan
dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi
kesehatan serta kemampuan dalam berperan dalam pembangunan kesehatan.
Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi pada umumnya
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah
menyerap dan menerima informasi serta dapat ikut berperan dan aktif dalam
mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan yang cukup mempunyai pandangan yang
berbeda dengan orang yang tingkat pendidikannya lebih rendah dalam
memandang segala persoalan yang dihadapi oleh keluarganya. Orang tua yang
mempunyai pendidikan yang tinggi akan bisa mengarahkan keluarganya untuk
melakukan cara cara hidup sehat.
Dari uraian diatas maka dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan hal
penting dalam menentukan pola pikir maupun sikap seseorang dalam
melaksanakan sesuatu. Dalam kaitanya dengan kejadian tuberkulosis maka
pengetahuan akan menjadi hal penting didalam melakukan pencegahan
terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis, sedangkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendidikan formal yang dimiliki.
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya, pekerjaan erat kaitanya dengan
22
penghasilan, mengarah pada kesejahteraan sosial ekonomoidimana tingkat
kesejahteraan dapat dicapai bila penghasilan yang diperoleh mampu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga (Depkes RI 1996).
1) Jenis jenis pekerjaan
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PNS adalah setiap warga Negara RI yang telah memenuhi syarat yang
telah ditentukan, diangkat oleh penjabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.
b) Wiraswasta
wiraswasta adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau organisasi untuk memberikan nilai tambah untuk produk yang
memberikan kepuasan lebih kepada pelanggan. Nilai tambah yang
memiliki sifat baru dan belum pernah ada atau yang belum pernah
dilakukan oleh seorangpun sebelumnya.
c) Swasta
Swasta adalah seseorang yang bekerja di luar instansi pemerintah yang
merupakan usaha sendiri atau usaha bersama. Swasta dapat berupa
pedagang,pegawai swasta, pengusaha dan lain lain (Nursalam, 2000)
d) Tani
Tani adalah seseorang yang melakukan pengololaan tanah dengan tujuan
untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti
padi,jagung,ubi,bunga, buah dan lain lain) dengan harapan untuk
memperoleh hasil dari tanaman tersebut dan untuk digunakan sendiri.
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
paru,disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis.bakteri atau kuman
ini berbentuk batang,dengan ukuran panjang 1-4 ʯm dan tebal 0,3-0,6 ʯm.
sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap
asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah
aerob yang menyukai tempat yang banyak oksigen, dan daerah yang memiliki
kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi
predileksi pada penyakit tuberculosis. (Somantri, 2009 : 67).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyakit tuberkulosis paru adalah
umur,jenis kelamin,pendidikan dan pekerjaan
24
B. Kerangka Pikir Variabel Yang Diteliti
Keterangan :
: Variabel indenpenden
: Variabel dependen
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini pasien tuberkulosis paru dengan
karakteristik jenis kelamin,umur,pendidikan dan pekerjaan.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyakit tuberkulosis paru.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Penderita tuberkulosis paru dalam penelitian ini adalah seseorang yang telah
terdiagnosa oleh dokter yang menderita penyakit tuberkulosis paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Karakteristik
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Penderita
tuberkulosis paru
25
2. Karakteristik tuberkulosis paru dalam penelitian ini adalah adalah jenis
kelamin,umur,pendidikan dan pekerjaan
3. Yang dimaksud dengan umur dalam penelitian ini adalah umur penderita
tuberkulosis paru.
Kriteria obyektifnya :
a. 17 – 41 tahun
b. 42 - ≥ 65 tahun
4. Yang dimaksud dengan jenis kelamin dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin penderita tuberkulosis paru yaitu laki-laki dan perempuan
Kriteria obyektifnya :
a. Laki-laki
b. Perempuan
5. Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang terakhir
ditamatkan oleh penderita tuberkulosis paru
Kriteria obyektifnya :
a. Rendah : SD dan SMP
b. Menengah : SMA
c. Tinggi : Perguruan tinggi
5. Pekerjaan dalam penelitian ini adalah pekerjaan utama untuk menunjang
kehidupan setiap hari penderita tuberkulosis paru
Kriteria obyektifnya :
a. PNS
b. Wiraswasta
c. Swasta
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. (Notoatmodjo, 2002:
138). Penelitian ini berusaha untuk melihat dan mengetahui karakteristik
penderita penyakit tuberkulosis paru. Penelitian ini dilakukan dengan
mengindentifikasikan subyek – subyek yang merupakan kasus, yakni pasien
tuberkulosis paru.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari pada
tanggal 4 – 7 agustus 2017
C. Popolasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita penyakit
tuberkulosis paru yang datang berobat di Puskesmas Poasia pada periode
Januari – april 2017 sebanyak 30 orang.
27
2. sampel
Apabila sampel ≥100 maka menggunakan 10-15% atau 20_25% atau lebih
dari populasi yang ada. Sedangkan apabila jumlah populasi ≤100 semua
populasi yang ada dijadikan sampel (Arikunto,2006) karena jumlah sampel
dalam penelitian ini ≤100 maka sampel diambil secara keseluruhan (total
sampling) yaitu sebanyak 30 orang.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu
lembar obserfasi yang diisi saat penelitian berlangsung
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari dokumen Puskesmas Poasia Kota Kendari yaitu data tentang
jumlah kasus TB paru dan gambaran Puskesmas Poasia Kota Kendari
2. Cara Pengumpulan Data
Diperoleh dari dokumen dokumen yang diperoleh dari Puskesmas Poasia
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
F. Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah : .
1. Cleaning, yaitu proses pengecekan data jangan sampai ada data yang
masih salah dan kemudian mengedit data data tersebut sebelum dianalisis
yag dibutuhkan.
2. Editing yaitu mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi kesalahan
baik dalam pengelompokan data, atau presentase
28
3. Tabulating. yaitu menyusun data data kembali kedalam tabel sesuai
dengan kategorinya untuk selanjutnya dianalisis.
4. analysis data yaitu mengolah secara manual data data yang telah ditabulasi
kedalam tabel distribusi sesuai dengan variabel penelitian.
G. Analisis Data
Data yang telah diolah secara manual subjeknya dimasukan dalam tabel
sesuai dengan variabel penelitian, dan selanjutnya untuk mengetahui besarnya
persentase dari tiap tiap variabel tersebut dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
X = Variabel yang diteliti
f = Frekuensi pada kategori yang diamati
n = Jumlah responden
k = Konstanta (100%) (Sugiyono, 2012)
H. Penyajian Data
Data yang disajaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian
dinarasikan.
I. Etika Penelitian
1. Informed Concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai
judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti
tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati responden.
29
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden
pada kuesioner,tetapi pada kuesioner akan diberikan kode responden dan
inisial.
3. Confidentiality
Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2008).
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah Berdirinya Puskesmas Poasia
Puskesmas Poasia didirikan pada tahun 1970-an tepatnya bulan
juli 1973 di atas tanah seluas 4.032 , dikepalai oleh seorang dokter yang
belum kami ketahui namanya dan beberapa staf yang berfungsi
melaksanakan pemeriksaan pasien rawat jalan sebagaimana mestinya.
Puskesmas Poasia pda tahun 1978 Kepala Puskesmas Poasia
adalah Thumas Yusuf Malaka, dia adalah seorang perawat kemudian pada
tahun 1981 Kepala Puskesmas Poasia diserah terimakan kepada
dr.Sukmawati kemudian pada tahun 1984 Kepala Puskesmas Poasia diserah
terimakan kepada dr.Ferdinan J Laihad kemudian pada tahun 1990
diserah terimakan kepada dr.Jerry siahaan.
Puskesmas Poasia mempunyai wilayah kerja pada tahun tersebut
sebanyak 19 kelurahan dengan Kepala Puskesmas Poasia dr.Jerry
Siahaan dari tahun 1990 sampai tahun 2002 Puskesmas Poasia
dimekarkan menjadi tiga puskesmas induk yang dikenal saat ini yaitu
Puskesmas Poasia,Puskesmas Abeli dan Puskesmas Mokoau.
Begitu pula dengan kelurahan yang ada juga ikut dimekarkan
menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Poasia,Kecamatan Abeli dan
Kecamatan kambu sehingga Puskesma Poasia mempunyai wilayah kerja
31
hanya empat Kelurahan yaitu Andonohu,Rahandouna,Anggoeya dan
mata bubu yang berada di dua Kecamatan Abeli dan Kecamatan Kambu.
Pada Bulan Maret tahun 2002 Kepala Puskesmas Poasia dr.Jerry
Siahaan kemudian diserah terimakan oleh dr.Hj.Asridah Mukaddim
M,Kes dan tahun 2003 Puskesmas Poasia mulai membuka rawat inap
dengan 10 tempat tidur dan UGD untuk Pasien buka 24 jam. Pada tahun
2008 puskesmas poasia mendapat gelar Citra Pelayanan Prima dari
Presiden RI Dr. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Puskesmas terbaik
untuk Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pada Bulan Maret 2009 Kepala Puskesmas Poasia dari dr.Hj.
Asridah Mukaddim,M,Kes diserah terimakan kepada dr.H. Juriasi Paddo
M,Kes sampai saat ini tahun 2017 sudah mempunyai ruang Persalinan
teersendiri dengan tiga tempat tidur,Klinik Psikologi,Klinik KTPA dan
Klinik Ahli Penyakit Dalam, Klinik Ahli AAnak dan Klinik Ahli
Kandungan yang dilaksanakan 2 kali seminggu.
b. Keadaan Geografis
Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota Krendari
sekitar 9 km dari ibukota provinsi serta memiliki kondisi geografis
daerah daratan rendah yang berbatasan dengan :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kendari Barat
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
32
Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau
44,75 atau 15,12% dari luas daratan Kota Kendari yang terdiri dari
4 kelurahan definitive, yaitu Andonohu seluas 1.200 Ha, Rahandouna
seluas 1.275 Ha. Anggoeya seluas 1.400 Ha dan Mata bubu seluas 200
Ha dengan 82 RW/RT dan jumlah penduduk sebanyak 19.433 jiwa serta
tingkat kepadatan penduduk 46 orang/ atau 465 orang/ dengan
tingkat kepadatan hunian rata - rata 5 orang/rumah.
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Poasia
terdiri dari.:
1) Sarana Kesehatan Pemerintah
a) Puskesmas induk 1 unit yang merupakan puskesmas perawatan yang
menyelenggarakan rawat jalan,rawat inap,rawat umum dan
kebidanan serta unit gawat darurat 24 jam yang berlokasi di
Kecamatan Poasia.
b) Puskesmas pembantu 2 unit masing masing terletak di kelurahan
Anggoea dan Kelurahan Batumarupa
2) Sarana Kesehatan
a) Rumah bersalin 1 unit, yang berlokasi di Kelurahan Poasia
b) Pondok bidan bersalin sebanyak 2 unit, berlokasi di Kelurahan
Andonohu dan Kelurahan Matabubu
Sarana dan prsarana lainya antara lain : kendaraan roda 4
sebanyak 2 unit,kendaraan roda dua sebanyak 14 unit, kader
posyandu sebanyak 75 orang, dan took obat berizin sebanyaj 4 buah.
33
d. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Poasia sebagai berikut :
Tabel 5.1 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia
Tahun 2017
No Jenis Tenaga Status Jumlah
PNS Honorer
1 Dokter Umum 3 - 3
2 Dokter Gigi 2 - 2
3 Sarjana Keperawatan 5 3 8
4 Kesehatan Masyarakat 4 2 6
5 Akademi Perawat 16 4 20
6 Perawat SPK 2 - 2
7 Perawat Gigi 2 1 3
8 Bidan Puskesmas 15 5 20
9 Tenaga Gizi 5 2 7
10 Sanitarian 4 1 5
11 SMA/SPPM 2 1 3
12 Apoteker 3 2 5
13 Asisten Apoteker - 2 2
Jumlah 63 23 86
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Poasia Tahun 2017
34
2. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden Penderita tuberkulosis
Paru di Puskesmas Poasia Tahun 2017
No Kategori Umur
(tahun)
Frekuensi
(f) Persentase (%)
1 17 - 41 19 63,33
2 42 - ≥ 65 11 36,67
jumlah 30 100.
Sumber Data Sekunder Diolah Tanggal 5 Agustus 2017
Tabel 5.2 diatas dapat dilihat umur responden penderita tuberkulosis
paru di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2017 yang tertinggi berada
pada kategori umur 17 - 41 tahun sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang
paling terendah berada pada kategori umur 42 - ≥ 65 tahun sebanyak 11
orang (36,67%).
b. Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Penderita
tuberkulosis Paru di Puskesmas Poasia Tahun 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi
(f) Persentase (%)
1 Laki-laki 19 63,33
2 Perempuan 11 36,67
Jumlah 30 100.
Sumber Data Sekunder Diolah Tanggal 5 Agustus 2017
Tabel 5.3 diatas dapat dilihat jenis kelamin responden penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2017 yang
35
tertinggi berjenis kelamin laki laki sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang
terendah berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (36,67%).
c. Jenis Pendidikan Responde
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Penderita
tuberkulosis Paru di Puskesmas Poasia Tahun 2017
No Kategori Pendidikan Frekuensi
(f) Persentase (%)
1 Rendah 17 56,67
2 Menengah 10 33,33
Tinggi 3 10,00
Jumlah 30 100.
Sumber Data Sekunder Diolah Tanggal 6 Agustus 2017
Tabel 5.4 diatas dapat dilihat hasil indentifikasi pendidikan responden
penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2017 yang
tertinggi berkategori berpendidikan rendah sebanyak 17 orang (56,67%), dan yang
terendah berpendidikan tinggi sebanyak 3 orang (10%).
d. Jenis pekerjaan responden
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Penderita tuberkulosis
Paru di Puskesmas Poasia Tahun 2017
No Kategori Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Swasta 15 50,00
2 Wiraswasta 9 30,00
3 PNS 2 6,67
Tani 4 13,33
jumlah 30 100.
Sumber Data Sekunder Diolah Tanggal 6 Agustus 2017
36
Tabel 5.5 diatas dapat dilihat hasil indentifikasi pekerjaan responden penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2017 yang tertinggi
berkategori pekerjaan swasta sebanyak 15 orang (50%), dan yang paling terendah
berpekerjaan sebagai PNS sebanyak 2 orang (6,67%).
B. Pembahasan
a. Umur
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diatas karakteristik
penderita tuberkulosis berdasarkan umur di Puskesmas Poasia Kota
Kendari bahwa frekuensi tertinggi berumur antara <50 tahun sebanyak 22
responden (73,33%). Paling sedikit berumur ≥50 tahun sebanyak 8 orang
(36.67%). Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Yusuf (2013) pada usia produktif memiliki lebih banyak aktivitas yang
menyebabkan bertemu dengan banyak orang sehingga kemungkinan tertular
penyakit tuberkulosis paru lebih besar.
Penyakit TB Paru merupakan penyakit kronis yang dapat menyerang
semua lapisan usia, sebagian besar terjadi pada usia dewasa karena
dihubungkan dengan dengan tingkat aktivitas, mobilitas serta pekerjaan
sebagai tenaga kerja produktif sehingga memungkinkan untuk mudah tertular
dengan kuman TB setiap saat dari penderita, khususnya penderita BTA
positif.
b. jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 diatas menunjukkan
banyaknya penderita laki-laki lebih besar dari pada penderita perempuan,
diketahui 19 responden penelitian adalah berjenis kelamin laki-laki (63,33%)
37
sementara 11 responden adalah perempuan (36,67%). Hasil penelitian
Andhika (2002) menyatakan jenis kelamin pada laki-laki penyakit TB Paru
lebih tinggi di bandingkan dengan perempuan, karena kebiasaan laki laki
yang sering merokok kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan
mengkonsumsi minuman beralkohol yang dapat menurunkan sistem
pertahanan tubuh sehingga wajar bila perokok dan peminum alkohol sering
disebut sebagai agen dari penyakit TB Paru.
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 diatas dapat dilihat
karakteristik penderita tuberkulosis paru berdasarkan pendidikan di
Puskesmas Poasia. Didapatkan kategori pendidikan terbanyak adalah
pendidikan rendah sebanyak 17 orang (56,67%) dan yang terendah
pendidikan menengah 13 orang (43,33%) Hal tersebut sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh sumardi (1982) bahwa pendidikan yang
memadai akan mempengaruhi pola pikir dan sikap untuk melakukan
tindakan. Lebih lanjut wahid (1992) mengatakan bahwa seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai wawasan yang
luas dalam mengantisipasi segala macam persoalan baik di lingkungan
keluarga maupun di lingkungan masyarakat, terutama dalam hubunganya
dengan pemenuhan kebutuhan keluarganya.
Seseorang yang mempunyai pendidikan yang cukup akan memiliki
pandangan yang berbeda dengan orang yang tingkat pendidikanya rendah
dalam memandang segala persoalan yang dihadapi oleh keluarganya. Orang
38
tua akan mempunyai pendidikan yang tinggi akan bisa mengarahkan
keluarganya untuk melakukan cara cara hidup sehat.
Dari uraian diatas maka dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan
hal penting dalam menentukan pola pikir maupun sikap seseorang dalam
melaksanakan sesuatu. Dalam kaitanya dengan kejadian tuberkulosis maka
pengetahuan akan menjadi hal penting didalam melakukan pencegahan
terhadap terjadinya penyakit tuberkulosis sedangkan pengetahuan tersebut
akan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendidikan formal yang
dimiliki.
d. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 diatas karakteristik
penderita tuberkulosis berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Poasia
didapatkan kategori pekerjaan terbanyak adalah swasta sebanyak 15 orang
(50%) dan yang terendah adalah tani sebanyak 4 orang (13,33%) dalam
penelitian ditemukan bahwa pekerjaan terbanyak adalah swasta hal ini
dikarenakannorang yang bekerja dalam lingkungan tertutup dengan sistem
ventilasi yang kurang baik dan berhubungan langsung dengan banyak orang
mempunyai resiko lebih besar terkena penyakit tuberkulosis paru disbanding
dengan pekerja yang tidak berhubungan dengan orang banyak secara langsung
(Elisna 2013)
Kondisi seperti ini indifidu semakin rentan terhadap penyakit penyakit
tertentu karena dengan penghasilan yang kurang mereka tidak dapat
megakses pelayanan kesehatan dengan baik. Kurangnya minat masyarakat
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah disediakan merupakan
39
salah satu manifestasi dari rendahnya tingkat penghasilan masyarakat serta
keluarganya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan.
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang karakteristik
penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Poasia ditarik kesimpulan sebagai
berikut ;
1. Karakteristik penderita tuberkulosis paru berdasarkan umur di
Puskesmas Poasia tahun 2017 yang tertinggi berada p ada kelompok
umur <50 tahun sebanyak 22 orang (73,33%) dan yang paling terendah
berada pada kelompok umur >50 tahun sebanyak 8 orang (26,67%).
2. Karakteristik penderita tuberkulosis paru berdasarkan jenis kelamin di
Puskesmas Poasia tahun 2017 yang tertinggi berjenis kelamin laki laki
sebanyak 19 orang (63,33%) dan paling terendah berjenis kelamin
perempuan sebanyak 11 orang (36,67%).
3. Karakteristik penderita tuberkulosis paru berdasarkan pendidika di
Puskesmas Poasia tahun 2017 yang tertinggi berpendidikan rendah
sebanyak 17 orang (56,67%) dan yang paling terendah berpendidikan
tinggi sebanyak 3 orang (10%).
4. Karakteristik penderita tuberkulosis paru berdasarkan pekerjaan di
Puskesmas Poasia tahun 2017 yang tertinggi beperkerjaan swasta 15
orang (50%) dan yang paling terendah bekerja sebagai PNS sebanyak 2
orang (6,67%)
41
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyarankan :
1. Bagi Puskesmas Poasia lebih aktif dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat khususnya pemberian pendidikan kesehatan
melalui beberapa penyuluhan tentang tuberkulosis paru
2. Bagi petugas Puskesmas Poasia untuk lebih meningkatkan kinerja dan
penyuluhan tentang tuberkulosis agar masyarakat dapat mengenal
secara dini tentang tanda tanda tuberkulosis
3. Bagi institusi pendidikan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan juga diharapkan dapat memberikan masukan dalam
sistem pendidikan,terutama untuk materi perkuliahan.
4. Bagi peneliti selanjutnya khususnya di Poltekes Kemenkes Kendari
agar mengembangkan variabel penelitian yang terkait dengan
penelitian ini.
42
DAFTAR PUSTAKA
Adelia,2011.Gambaran Upaya Keluarga Dalam Pencegahan
Tuberkulosis.http://rabelanti.blogspot.com/2010/02/proposal-kti-
gambaran-upaya-keluarga.html.
Anonim,2010.Gambaran Upaya Keluarga Penderita TB Dalam Pencegahan
Penularan.http://rabelanti.blogspot.com
/2010/02/proposal-kti-gambaran-upaya-keluarga.html.
Depkes,RI.2002.Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Jakarta
,2008.Pedoman Penanganan TB Paru.Jakarta.
,2011.Strategi Nasional Pengendalian TB.Jakarta.
, 2014.Pedoman Nasional Penanggulangan TB.Jakarta.
Manurung santa,dkk.2009.Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi.
Jakarta:Trans Info Media.
Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan).Jakarta.Medika Salemba.
Notoatmodjo 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Purwanto,Umar.2013.Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Keluarga
Tentang Pencegahan Penyakit Menular Tuberkulosis (hlm.75-
77).Mojokerto:Jurnal Keperawatan dan Kebidanan - Stikes Dian
Husada Mojokerto.
Somantri Irman.2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika.
Sedyaningsih,Endang Rahayu.2011. Strategi Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Susanto,Hermawan.2014.Prediksi Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru Di
Kota Kendari tahun 2016-2020.Kendari: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Haluoleo.
43
TABULASI DATA
KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA
KOTA KENDARI
No
Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru
Alamat
Nama Umur Jenis kelamin pendidikan pekerjaan
1 F 19 L SMA Swasta Matabubu
2 N 44 L SD Swasta Kambu
3 A 24 L SMP Swasta Andonohu
4 M 60 L SD Tani Andonohu
5 S 19 P SMA Swasta Andonohu
6 F 45 P SMP Tani Andonohu
7 A 24 L SMP Swasta Andonohu
8 R 32 L SD Wiraswasta Andonohu
9 A 20 L SMA Swasta Rahandouna
10 S 68 L SD Tani Kambu
11 F 24 L S1 PNS Rahandouna
12 F 46 L SMP Wiraswasta Rahandouna
13 N 27 P SMA Swasta Anggoeya
14 R 54 P SMP Wiraswasta Kambu
15 I 31 L SMP Wiraswasta Matabubu
16 A 23 L D3 Swasta Andonohu
17 K 54 L SMP Wiraswasta Rahandouna
44
18 I 32 L D3 PNS Andonohu
19 L 65 L SD Wiraswasta Andonohu
20 N 59 P SD Wiraswasta Batumarupa
21 R 20 P SMA Swasta Andonohu
22 J 30 L SMP Wiraswasta Andonohu
23 E 17 P SMA Swasta Andonohu
24 S 17 P SMA Swasta Andonohu
25 H 65 L SD Wiraswasta Andonohu
26 N 19 P SMA Swasta Kambu
27 R 67 P SD Tani Perumnas
28 S 22 L SMA Swasta Andonohu
29 A 41 L SMP Swasta Matabubu
30 M 20 P SMA Swasta Andonohu
45
Master Tabel Hasil Penelitian
Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2017
No
Identitas Responden Variabel penelitian
Inisial
Umur (Tahun) JK Pendidikan pekerjaan
17 - 25 26 - 35 36 - 45 46 - 55 56 - 65 ≥ 65 L P Rendah Menengah Tinggi Swasta Wiraswasta PNS Tani
1 FN √ √ SMA √
2 NA √ √ SD √
3 AN √ √ SMP √
4 MU √ √ SD √
5 SR √ √ SMA √
6 FI √ √ SMP √
7 AO √ √ DM √
8 RA √ √ DF √
9 AL √ √ SMA √
10 SU √ √ SD √
46
11 FA √ √ S1 √
12 FR √ √ SMP √
13 NO √ √ SMA √
14 RA √ √ SMP √
15 IH √ √ SMP √
16 AL √ √ D3 √
17 KA √ √ SMP √
18 IR √ √ D3 √
19 LA √ √ SD √
20 NU √ √ SD √
21 RI √ √ SMA √
22 JO √ √ SMP √
23 EM √ √ SMA √
24 SE √ √ SMA √
25 HA √ √ SD √
26 NU √ √ SMA √
47
27 RA √ √ SD √
28 SO √ √ SMA √
29 AY √ √ SMP √
30 MA √ √ SMA √
Jumlah 13 5 3 3 4 2 19 11 17 10 3 15 9 2 4
Kendari 7 Agustus 2017
Mengetahui
Peneliti
Kepala Puskesmas Poasia
Dr.H.Juriadi Paddo,M.Kes
Muh.azizul hakim
NIP. 196603032002121006
NIM P00320014079
48
49
50
51
52
53
DOKUMENTASI
Pengambilan Data Responden di Ruang P2TB