karil muhamad syahril
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI METODE DISKUSI TERBIMBING DALAMUPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VSDN 2 SIDOWALUYO KECAMATAN SIDOMULYO
KABUPATEN LAMPUNG SELATANTAHUN PELAJARAN 2014/2015
MUHAMAD SYAHRILNIM:822 464 784
Email:[email protected]
ABSTRAK
Pemantapan Kemampuan Profesional ( PKP ) ini dilaksanakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang belum maksimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah implementasi metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester 1 mata pelajaran Matematika tentang konsep perbandingan di SDN 2 Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan perbaikan dilakukan dalam tiga tahapan, prasiklus dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2014, siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 November 2014 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 November 2014. Pada kegiatan prasiklus hasil belajar siswa masih sangat rendah, setelah dilakukan penelitian pada siklus I ketuntasan KKM siswa sebanyak 16 siswa ( 53,33% ), yang belum tuntas sebanyak 14 siswa (46,67%). Dan siklus II hampir seluruh siswa dapat menuntaskan KKM pada pelajaran Matematika yaitu sebanyak 27 siswa (90,00%), artinya hanya sebanyak 3 siswa (10,00%) yang belum tuntas. Dari hasil penelitian dengan adanya peningkatan disetiap siklusnya dapat disimpulkan bahwa implementasi diskusi terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran Matematika di SDN 2 Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: perbaikan pembelajaran, metode diskusi terbimbing, prestasi belajar.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Problematika pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang
dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi yang ada,
pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Kondisi dilapangan saat ini menunjukkan bahwa masih diberlakukannya
sistem guru kelas di SD, cara pendekatan konvensional (ceramah) yang
tidak efektif dan menimbulkan kejenuhan siswa di dalam kelas serta
pendekatan keterampilan proses dengan pembelajaran teoristik.
Konsekwensi dari semua upaya tersebut, guru merupakan kunci dan
sekaligus ujung tombak pencapaian pembaruan pendidikan, mereka berada
di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan
nasional yang dimaksud. Oleh karena itu secara tidak langsung guru
dituntut lebih profesional, inovatif, perspektif dan proaktif dalam
melaksanakan tugas pembelajaran.
Pendekatan yang masih konvensional berpengaruh pada prestasi belajar
Matematika siswa. Hal ini terbukti dari rendahnya ulangan harian siswa
kelas V SDN 2 Sidowaluyo pada mata pelajaran Matematika. Sehingga
penulis memandang perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
Dalam perbaikan pembelajaran ini digunakan metode Diskusi Terbimbing,
yaitu pembelajaran dengan menerapkan sistem diskusi yang dibimbing
oleh guru secara mendalam. Sumber data peneliti menilai aktivitas belajar
siswa yaitu:
1. Daya serap terhadap pelajaran
2. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
3. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan Judul “Implementasi Metode Diskusi Terbimbing Dalam
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
2
Matematika Kelas V SDN 2 Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
penulis mengadakan diskusi dengan teman sejawat adalah sebagai
berikut :
a. Rendahnya prestasi / hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika.
b. Anak belum berani bertanya untuk hal yang belum jelas kepada
guru.
c. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
2. Analisis Masalah
Dari hasil refleksi dengan teman sejawat ditemukan kendala-kendala
yang dihadapi, dan diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya tingkat
penguasaan siswa terhadap meteri pelajaran Matematika adalah
sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran kurang tepat sehingga rendahnya prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.
2. Untuk memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran maka digunakan metode Diskusi Terbimbing.
3. Sebagai akibat kurang tepatnya dalam memilih metode
pembelajaran maka siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Hal-hal yang dapat mengatasi hal ini dikembalikan lagi pada
permasalahan yang ada di atas:
1. Lebih diperdalam lagi materi yang akan diajarkan
2. Dikurangi tingkat kecepatan dalam menyampaikan materi
3. Beri kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
jelas
4. Memposisikan siswa sebagai sahabat dalam proses pembelajaran
5. Gunakan media sesuai materi yang diajarkan.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
a. Apakah metode Diskusi Terbimbing dapat meningkatkan Daya serap
terhadap pelajaran matematika siswa kelas V SDN 2 Sidowaluyo tahun
2014?
b. Apakah metode Diskusi Terbimbing dapat meningkatkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran matematika siswa kelas V SDN 2
Sidowaluyo tahun 2014?
c. Apakah metode Diskusi Terbimbing dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa kelas V SDN 2 Sidowaluyo tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ini adalah:
a. Meningkatkan daya serap terhadap pelajaran
b. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
a. Bagi Siswa
Yaitu untuk memudahkan bagi siswa memahami materi pembelajaran
sehingga aktivitas dan prestasi belajar siswa meningkat.
b. Bagi Guru
Yaitu agar guru dapat lebih memahami akan manfaat digunakannya
metode Diskusi Terbimbing, sehingga guru lebih kreatif,
berpengalaman dan lebih inovatif.
c. Bagi Sekolah
Yaitu dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran dan lulusan SDN 2 Sidowaluyo.
4
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Mata Pelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan Matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi
di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
Matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal,
masalah terbuka dengan solusi masalah tidak tunggal, dan masalah dengan
berbagai macam cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami
masalah, membuat model Matematika, menyelesaikan masalah, dan
menafsirkan solusinya.
Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan pernyataan Matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5
Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika
serta sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
B. Pengertian Belajar
Menurut Asra, dkk. (2007: 5) belajar adalah proses perubahan perilaku
sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan.
Belajar juga bisa dimaknai sebagai suatu proses mental yang terjadi di dalam
diri seseorang sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar adalah
suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar (Aunnurahman, 2009: 3).
Di pihak lain Slameto (dalam Kurnia, dkk. 2007: 1) merumuskan belajar
sebagai proses suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungan.
Belajar adalah merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal
yang harus dipelajari. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai
pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mereka mempelajari
sesuatu. Kemampuan awal itu akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru. Dalam teori belajar konstruktivistik guru berperan
sebagai membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri
(Budiningsih, 2005: 58-59).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi
secara terus menerus dengan lingkungannya. Apabila di dalam proses
pembelajaran seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut
mengalami kegagalan di dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa
6
belajar merupakan upaya seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah
laku, baik kualitas dan kuantitas melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.
C. Pengertian Prestasi Belajar
Istilah “prestasi” dalam kamus Bahasa Indonesia berarti “hasil yang
dicapai”. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan usaha belajar.
Sutrisno, dkk. (2007: 3) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif permanen dari keadaan sebelum belajar ke keadaan
setelah belajar. Maksud dari pernyataan ini bahwa kata kunci hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) menyatakan
bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar.
Anitah. W, dkk (2008: 2.19) juga mengatakan bahwa hasil belajar merupakan
kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar
harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan tingkah laku
yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu penilaian akibat dari proses interaksi siswa dengan lingkungan,
termasuk didalamnya adalah materi pembelajaran, baik aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
D. Pengertian Metode
Menurut Puspita (dalam Hairudin, dkk. 2007: 2), bahwa dalam dunia
pembelajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh
dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Sagala
(dalam Ruminiati, 2007: 2) juga menyatakan bahwa pengertian metode adalah
cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa
fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam
suatu strategi. Joni (dalam Anitah.W,dkk. 2008: 1.24) metode adalah berbagai
cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan
tertentu.
7
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kerangka pikir
untuk memulai sesuatu pekerjaan. Dalam konteks pembelajaran, metode
adalah cara untuk mengembangkan proses pembelajaran.
E. Pengertian Metode Diskusi
Menurut Aisyah (2007: 6) metode diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar
informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan
bersama.
Menurut Sanjaya, dkk. (dalam Abimanyu, 2008: 6) bahwa metode diskusi
diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam percakapan
itu para pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan yaitu
masalah yang ingin dicarikan alternatif pemecahannya. Dalam diskusi ini
guru berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan
tugas sebagai pemimpin itu kepada siswa yang dianggap cakap, walaupun
demikian guru masih harus mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin
oleh siswa itu. Pendelegasian itu terjadi apabila siswa dalam kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok diskusi, terutama pada kelas dengan jumlah
siswa banyak. Pemimpin diskusi harus mengorganisir kelompok yang
dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi secara aktif,
dengan kata lain guru harus aktif membimbing kelompok diskusi.
Menurut Anitah. W, dkk (2008: 5.20) metode diskusi merupakan cara
mengajar yang dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu
problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau
keputusan secara bersama.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa
aktif dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi siswa dapat bertukar pendapat dalam menanggapi sebuah
masalah pembelajaran Matematika, melatih siswa untuk bekerja sama, belajar
8
berdemokrasi, menghargai pendapat teman, sehingga dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
F. Tujuan Metode Diskusi
Menurut Abimanyu (2008: 6-18) tujuan metode diskusi adalah: (1)
Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik
yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan. (2) Mengembangkan
keberanian siswa mengemukakan pendapat. (3) Mengembangkan sikap
toleransi terhadap pendapat yang berbeda. (4) Melatih siswa mengembangkan
sikap demokratis, keterampilan berkomunikasi, mengeluarkan pendapat,
menafsirkan dan menyimpulkan pendapat. (5) Melatih dan membentuk
kestabilan sosial-emosional.
G. Keunggulan Metode Diskusi
Menurut Abimanyu (2008: 6-18) keunggulan metode diskusi adalah : (1)
Dapat bertukar pikiran. (2) Dapat menghayati permasalahan. (3) Merangsang
siswa untuk berpendapat. (4) Mengembangkan rasa tanggung jawab. (5)
Membina kemampuan berbicara. (6) Belajar memahami pendapat atau pikiran
lain. (7) Memberikan kesempatan belajar.
H. Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Abimanyu (2008: 6-18) kelemahan metode diskusi adalah : (1)
Relatif memerlukan waktu cukup banyak. (2) Jika siswa tidak memahami
konsep dasar permasalahan, maka diskusi tidak akan efektif. (3) Materi
pelajaran dapat menjadi luas. (4) Yang aktif hanya siswa tertentu saja.
I. Macam-Macam Diskusi
Diskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau
lebih/kelompok, untuk mendukung efektivitas penggunaan metode diskusi
perlu dipersiapkan kemampuan guru maupun kondisi siswa yang optimal.
Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah
diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan
menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Macam-macam diskusi antara lain : (1) Whole Group: bentuk diskusi kelas di
mana para peserta duduk setengah lingkaran; (2) Diskusi terbimbing (guided
discussion): Diskusi yang terdiri dari 4-6 orang peserta; (3) Buzz Group:
9
bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang di bagi-bagi menjadi kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang peserta; (4) Panel: suatu bentuk
diskusi yang terdiri dari 3-6 orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik
tertentu, dan duduk dalam bentuk semi melingkar; (5) Syndicate Group:
dalam bentuk diskusi ini kelas di bagi menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 3-6 peserta; (6) Symposium: dalam symposium biasanya terdiri
dari pembawa makalah penyangah, moderator, dan notulis, serta beberapa
peserta symposium; (7) Informal Debate: bentuk diskusi di bagi menjadi dua
tim yang seimbang; (8) Fish Bowl: diskusi ini terdiri dari beberapa orang
peserta dan pimpinan oleh seorang ketua untuk mencari suatu keputusan; (9)
The Open Discussion Group: bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa
agar lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam
mengemukakan pendapat, Hasibuan (2004: 20).
J. Diskusi Terbimbing
Menurut Tri Mulyani (2006: 2) Metode diskusi terbimbing adalah proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi dan memecahkan masalah dengan bimbingan dari
guru agar diskusi dapat berjalan dengan lancar.
Metode diskusi terbimbing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan menugaskan siswa atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan
ilmiah untuk mencapai kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan
pengajaran, Moedjiono (2004: 22).
Pendapat tersebut didukung oleh Syaiful Bahri yang menyatakan metode
diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa-siswa dihadapkan
kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama, Syaiful Bahri
(2000: 99). Metode diskusi dalam batas tertentu dapat dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar.
Dari berbagai macam metode diskusi, dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode diskusi terbimbing saat pelaksanaan Penetitian
Perbaikan Pembelajaran pada semester ganjil SDN 2 Sidowaluyo dengan
tujuan memperoleh umpan balik mengenai sejauh mana tingkat keberhasilan
10
pembelajaran dapat dicapai serta membantu siswa yang pendiam untuk
mengemukakan pendapatnya.
Menurut Moedjiono (2004: 22) Diskusi kelas adalah salah satu diskusi yang
guru sebagai penyaji suatu masalah kepada siswa dan siswa sebagai anggota
diskusi menanggapi pokok masalah yang disampaikan. Menurutnya,
pimpinan diskusi tidak selalu guru tetapi dapat dilakukan oleh siswa dan
pembicaraan diatur ketua dan sekertaris diskusi. Lebih lanjut Moedjiono
berpendapat bahwa dalam diskusi kelas ini permasalahan yang diajukan akan
dicari jalan keluarnya dengan cara menampung berbagai pendapat, ide atau
gagasan. Guru atau siswa yang ditunjuk sebagai pemimpin diskusi mengambil
keputusan atas jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.
Menurut Roestiyah (2001: 23) pemimpin diskusi haruslah seorang siswa yang
mengatur pembicaraan agar diskusi berjalan lancar. Seorang pemimpin
diskusi haruslah seorang yang memahami dan menguasai masalah yang akan
didiskusikan, berwibawa, dan disegani teman-temannya, berbahasa baik dan
lancar, dapat bertindak tegas, adil dan demokratis serta memiliki keterampilan
mengatur teman-temannya. Lebih lanjut menurutnya seorang guru harus dapat
berperan antara lain :
1. Pengatur lalu lintas pembicaraan
Pemimpin diskusi harus dapat mengatur duduk siswa sesuai teknik diskusi
bertanya kepada anggota diskusi secara berturut-turut, menjaga agar
peserta tidak berebut dalam berbicara, dan mendorong peserta yang
pendiam dan pemalu.
2. Benteng penangkis
Bertugas mengembalikan pertanyaan kepada kelompok diskusi apabila
diperlukan dan memberi petunjuk apabila mengalami hambatan.
3. Penunjuk jalan
Bertugas memberi petunjuk umum mengenai kemajuan yang telah dicapai
dalam kelompok diskusi itu.
Dalam bagian akhir diskusi, kegiatan-kegiatan yang perlu diperhatikan antara
lain : (a) memperhatikan permasalahan yang dibahas telah cukup dibicarakan
dan memberi bahan pertimbangan untuk membuat pemecahan atau
11
kesimpulan; (b) menyimpulkan berbagai pendapat; (c) diperlukan tindak
lanjut dalam bentuk tugas atau dicukupkan sampai pada kesimpulan; (d)
menilai pelaksanaan diskusi apakah telah berhasil dengan baik dan
menghasilkan tujuan yang diharapkan.
Secara umum, menurut Moedjiono (2004: 24) peranan guru dalam diskusi
kelas antara lain :
1. Sebagai fasilitator
Guru hendaknya berusaha memberikan berbagai kemudahan belajar siswa
dengan cara memberikan berbagai kemungkinan sehingga siswa dapat
memanfaatkan fasilitas, bahan, alat yang diperlukan untuk menunjang
kegiatan belajar siswa melalui diskusi.
2. Sebagai pengawas
Guru sebaiknya mengawasi pelaksanaan diskusi dari segi teknis, materi,
aktifitas, dan arah serta sasaran sesuai dengan tujuan diskusi yang
diharapkan.
3. Sebagai ahli atau expert atau agent of instruction
Guru sebaiknya menguasai materi permasalahan yang didiskusikan agar
menjadi sumber dan pengarah siswa yang berdiskusi.
4. Sebagai penghubung kemasyarakatan atau sosializing agent
Guru dituntut untuk menguasai dan menunjukkan berbagai kemungkinan
ke arah pemecahan sesuai dengan perkembangan, kenyataan, dan nilai-
nilai dalam masyarakat.
Dari berbagai pendapat di atas mengenai metode diskusi terbimbing dapat
disimpulkan bahwa diskusi terbimbing merupakan proses komunikasi dua
arah dengan cara memberikan kesempatan pada kedua belah pihak untuk
dapat mencurahkan perasaan secara lebih terbuka sehingga memberikan
peluang untuk berkembangnya ide-ide dari seluruh siwa yang terlibat dan
berpartisipasi didalamnya secara lebih bebas.
K. Fungsi Diskusi Terbimbing
Metode diskusi terbimbing memang belum terbiasa digunakan oleh guru
untuk mata pelajaran Matematika. Mungkin hal ini disebabkan guru belum
mengerti bahwa metode diskusi merupakan metode mengajar yang sangat
12
efektif untuk menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi pelajaran
Matematika dibandingkan dengan metode ceramah. Selain itu mungkin guru
memang tidak tahu manfaat dari diskusi terbimbing, Zain (1995: 85).
Kemungkinan yang lain guru merasa khawatir kalau siswanya menjadi ribut
dan mengacaukan kelas bila menggunakan metode diskusi terbimbing.
Metode diskusi terbimbing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan menugaskan siswa atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan
ilmiah untuk mencapai kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan
pengajaran, Moedjiono (2004: 22).
Diskusi merupakan suatu pengalaman belajar yang melibatkan dua atau lebih
individu dan saling berhadapan muka serta berinteraksi secara verbal
mengenai tujuan dan sasaran tertentu melalui tukar menukar informasi,
mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah, Wahab (1986: 320).
Pengalaman berdiskusi banyak memberikan keuntungan kepada siswa yang
menunjukkan kelebihan-kelebihan metode diskusi terbimbing antara lain: (a)
dapat berfungsi mengulangi bahan pelajaran yang telah disajikan; (b) dapat
menumbuhkan dan memperkembangkan sikap dan cara berpikir ilmiah; (c)
dapat membina bahasa para pelajar; (d) dapat memperkecil atau
menghilangkan rasa malu/takut serta dapat memupuk keberanian siswa; (e)
dapat memupuk kerja sama, toleransi dan rasa sosial, Moedjiono (2004: 26).
Kebaikan-kebaikan metode diskusi yang tersebut di atas, didukung oleh
Wahab dengan menyebutkan keuntungan-keuntungan penggunaan metode
diskusi, antara lain: siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam
memecahkan suatu masalah, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
masalah-masalah penting, dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan
berkomunikasi serta dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan, Wahab, (1986: 3.20).
Lebih lanjut Wahab mengemukakan bahwa diskusi dapat dilaksanakan dalam
kelompok besar dan dapat pula dalam kelompok kecil. Kegiatan dalam
kelompok, walaupun terjadi interaksi dan tukar menukar informasi belum
tentu dapat disebut diskusi bila tidak memenuhi persyaratan tertentu. Menurut
Wahab (1986: 3.21) mengatakan bahwa kegiatan dan percakapan dalam
13
kelompok baru dapat disebut diskusi bila memenuhi syarat-syarat : (a)
melibatkan kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 anggota; (b) berlangsung
dalam interaksi tatap muka secara informal dimana semua anggota kelompok
mendapat kesempatan untuk melihat, mendengar serta berkomunikasi secara
bebas dan langsung; (c) mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam kerja
sama antar anggota kelompok; (d) berlangsung menurut proses yang teratur
dan sistematis menuju suatu kesimpulan.
L. Langkah-langkah Penerapan Metode Diskusi Terbimbing
Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi terbimbing menurut Abimanyu
(2008: 6-20-6-21) meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Kegiatan Persiapan
1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi.
2. Mengidentifikasi masalah yang cukup sulit berupa problematik dan
memerlukan jenis diskusi yang cocok untuk memecahkannya.
3. Menentukan jenis diskusi yang cocok yang akan dikembangkan
apakah itu jenis diskusi kelas, kelompok kecil, simposium, atau
jenis diskusi panel. Hal ini sangat bergantung pada tujuan yang
ingin dicapai misalnya : jika tujuan diskusi merupakan persoalan
yang kompleks, maka kita pilih diskusi kelompok kecil, sedangkan
jika tujuannya untuk mengembangkan gagasan atau ide siswa maka
jenis diskusi simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang paling
tepat.
b. Kegiatan Pelaksanaan Metode Diskusi Terbimbing
1. Kegiatan pembukaan : Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang
harus dilakukan oleh guru, yaitu :
a. Guru menanyakan materi pelajaran yang pernah diajarkan
(apersepsi).
b. Guru mengemukakan permasalahan yang ada dimasyarakat yang
ada kaitannya dengan masalah yang akan didiskusikan.
c. Guru mengemukakan tujuan diskusi serta tata cara yang harus
diperhatikan dalam diskusi.
2. Kegiatan inti pembelajaran
14
a. Guru mengemukakkan materi pelajaran yang berupa problematik
yang akan didiskusikan, dan menjelaskan secara garis besar
hakikat permasalahan tersebut
b. Guru berusaha memusatkan perhatian peserta diskusi dengan
cara antara lain : mengingatkan arah dan cara diskusi yang
sebenarnya, mengakui kebenaran gagasan siswa dengan
menggalang bagian penting yang telah diucapkan siswa,
merangkum hasil pembicaraan pada tahap tertentu sebelum
berpindah pada masalah berikutnya
c. Memperjelas uraian pendapat siswa karena ide yang
disampaikan kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh
anggota diskusi.
d. Menganalisis pandangan siswa karena terjadi perbedaan
pendapat antar anggota diskusi dengan jalan meneliti apakah
pernyataan dan alasan siswa tersebut mempunyai dasar yang
kuat dan benar, kemudian guru memperjelas hal-hal yang telah
disepakati dan yang tidak disepakati oleh anggota diskusi.
3. Kegiatan Penutup
a. Meminta siswa atau wakil kelompok melaporkan hasil diskusi.
b. Memi nta siswa lain atau kelompok lain mengomentari dan
melengkapi rumusan hasil diskusi.
c. Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses diskusi.
d. Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi.
III.PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Lokasi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika
tentang materi konsep perbandingan dilaksanakan di SDN 2
Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
2. Waktu
15
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika
tentang materi konsep perbandingan pra siklus dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 28 Oktober 2014, siklus pertama dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 3 November 2014 dan pada siklus ke kedua dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 6 November 2014.
Tabel 1. Uraian Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/Tanggal WaktuMata
Pelajaran Keterangan
1.
Selasa,
28 Oktober
2014
07.30 - 09.15 Matematika
Rencana
pembelajaran
( Pra Siklus )
2.
Senin,
3 November
2014
07.30 - 09.15 Matematika
Perbaikan
Pembelajaran
( Siklus 1 )
3.
Kamis,
6 November
2014
07.30 - 09.15 Matematika
Perbaikan
Pembelajaran
( Siklus 2 )
3. Mata pelajaran
Mata pelajaran yang diambil dalam melaksanakan penelitian untuk
dilakukan Perbaikan Pembelajaran adalah mata pelajaran Matematika.
4. Kelas
Kelas yang digunakan dalam penelitian adalah kelas V ( Lima ) SDN
2 Sidowaluyo dengan jumlah siswa 30 siswa terdiri dari 9 siswa laki-
laki dan 21 siswa perempuan.
5. Karakteristik Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama proses
pembelajaran di SDN 2 Sidowaluyo input siswa masih sangat rendah.
Rendahnya input siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah rendahnya pendidikan yang ditempuh orang tua siswa, berakibat
pada rendahnya perhatian orang tua siswa dalam mendukung
pendidikan yang ditempuh anaknya. Secara khusus karakteristik siswa
16
kelas V SDN 2 Sidowaluyo yang menjadi objek perbaikan
pembelajaran yaitu rendahnya prestasi belajar siswa, kurang berani
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dan kurang aktif dalam
proses pembelajaran.
B. Desain prosedur perbaikan pembelajaran
Penelitian Perbaikan Pembelajaran pada mata pelajaran Matematika
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan dalam proses belajar
mengajar selama 1 kali pertemuan ( 2 x 35 menit ).
Berdasarakan fokus perbaikan dalam perumusan masalah dalam
pembelajaran Matematika, maka langkah-langkah yang diambil dalam
rencana perbaikan adalah sebagai berikut :
1. Pra siklus
Materi pembelajaran Matematika pada siklus ini adalah tentang konsep
perbandingan.
a. Perencanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencaan,
sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pembelajaran.
2. Menyiapkan metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran
yaitu metode diskusi terbimbing.
3. Menyusun tes awal
4. Menyusun tes akhir
b. Pelaksanaan
1. Mengkondisikan kelas dengan berdo’a dan mengecek
kehadiran siswa.
2. Melakukan apersepsi dengan cara mengajukan
pertanyaan -pertanyaan yang dikaitkan dengan pengalaman
siswa sehari-hari.
3. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
4. Memperlihatkan contoh benda yang akan dibandingkan
harganya.
17
5. Menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa.
6. Menyimpulkan materi pembelajaran yang dilakukan siswa
dengan bimbingan guru.
7. Mengadakan evaluasi akhir terhadap materi pelajaran
yang telah disampaikan.
c. Pengamatan
Penelitian dibantu oleh teman sejawat mengadakan supervise
kelas ( obeservasi pelaksanaan proses belajar mengajar ). Dengan
menggunakan instrumen yang telah disediakan untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan pembelajaran
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan
mengetahui seberapa jauh proses yang terjadi dapat dilaksanakan
menuju sasaran yang diharapkan.
d. Refleksi
Setelah pembelajaran pra siklus dilakasanakan, maka peneliti
bersama teman sejawat mengadakan kolaborasi untuk membuat
analisa, sintesa, interprestasi, atau penjelasan ( eksplanasi )
terhadap semua informasi yang diperoleh dalam proses
pembelajaran berlangsung dengan teman sejawat, kemudian
hasil temuan tadi didiskusikan untuk mengetahui persentase
pelaksanaan pra siklus dan ternyata hasil yang diperoleh belum
memuaskan dan temuan yang diperoleh adalah rendahnya
prestasi/hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika hal ini
disebabkan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat.
Dengan harapan untuk dapat diperoleh hasil yang lebih baik maka
peneliti melanjutkan pada siklus 1.
2. Siklus Kesatu
Pada Siklus 1 materi pembelajaran adalah konsep perbandinga
jumlah siswa yang ada didalam kelas.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil tindakan pra siklus maka peneliti menyusun :
18
1. Rencana perbaikan pembelajaran.
2. Membuat tes awal.
3. Menyiapkan metode yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Membuat lembar evaluasi untuk tes akhir individu.
b. Pelaksanaan
1. Mengkondisikan kelas dengan berdo’a dan mengecek
kehadiran siswa.
2. Melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-
hari.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
4. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode diskusi
terbimbing.
5. Membagi siswa menjadi 6 kelompok untuk melakukan diskusi.
6. Menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa
7. Mengadakan tanya jawab tentang hal - hal yang belum
diketahui siswa.
8. Menyimpulkan materi pembelajaran yang dilakukan siswa
dengan bimbingan guru.
9. Mengadakan evaluasi akhir terhadap materi pelajaran yang telah
disampaikan.
c. Pengamatan
Penelitian dibantu oleh teman sejawat mengadakan supervisi kelas
(observasi pelaksanaan proses belajar mengajar) dengan
menggunakan instrumen yang telah disediakan untuk mengetahui
sejauh mana pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan rencana
yang telah disusun sebelumnya dan mengetahui seberapa jauh
proses yang terjadi dapat dilakasanakan menuju tujuan yang
diharapkan.
d. Refleksi
19
Semua yang telah ditemukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung didiskusikan dengan teman sejawat, hasil temuan
didiskusikan untuk mengetahui persentase pelaksanaan siklus 1 dan
hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan jenis
tindakan siklus 2, dan hasil siklus 1 masih belum optimal seperti
penulis harapkan sebab masih ada beberapa siswa yang kurang
aktif dalam proses pembelajaran berlangsung hal ini disebabkan
kurang maksimal dalam menggunakan metode pembelajaran.
3. Siklus Kedua
Pada siklus ke 2 materi pembelajarannya tentang dampak dari
globalisasi.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil tindakan siklus1, peneliti menyusun :
1. Rencana perbaikan pembelajaran
2. Membuat tes awal,
3. Pada siklus 2 tindakan yang direncanakan adalah penyesuaian
siswa terhadap materi pelajaran melalui metode diskusi
terbimbing.
4. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi
pembelajaran tentang konsep perbandingan.
5. Membuat lembar evaluasi untuk tes akhir individu.
b. Pelaksanaan
1. Mengkondisikan kelas dengan berdo’a dan mengecek kehadiran
siswa.
2. Melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan –
pertanyaan yang dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-
hari.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
4. Membagi siswa menjadi 6 kelompok untuk melaksanakan
diskusi yang langsung dibimbing oleh guru.
5. Menjelaskan materi pembelajaran tentang konsep perbandingan.
20
6. Membimbing siswa dengan maksimal dalamdiskusi agar siswa
aktif dalam proses pembelajaran.
7. Mengadakan tanya jawab tentang hal – hal yang belum
diketahui siswa dengan menggunakan metode tanya jawab.
8. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
9. Mengerjakan evaluasi akhir pada pemahaman siswa dapat
diukur.
c. Pengamatan
Peneliti dibantu oleh teman sejawat mengadakan supervisi kelas
(observasi Pelaksanaan proses belajar mengajar) dengan
menggunakan instrumen yang telah disediakan yaitu untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan pembelajaran
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan mengetahui
seberapa jauh proses yang terjadi dapat dilaksanakan menuju
sasaran yang diharapkan.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan tindakan siklus 2 ini hasil pembelajaran yang
diperoleh siswa sudah cukup baik, siswa dapat memahami materi
pembelajaran yang diberikan, sehingga hasil belajar siswa sudah
memuaskan, antusiasme untuk bertanya kepada guru dan aktif
dalam proses pembelajaran berlangsung.
C. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran dikumpulkan
kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif bersumber dari analisis hasil evaluasi belajar
dan ketuntasan belajar sesuai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65.
Analisis hasil evaluasi belajar adalah berupa lembar kerja siswa dan tes
akhir, apabila hasil tes pada pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami
peningkatan maka, dapat diambil kesimpulan bahwa Metode Diskusi
Terbimbing dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pelajaran Matematika dengan materi konsep Perbandingan.
21
Sedangkan ketuntasan belajar sesuai KKM yang telah ditetapkan adalah
banyak siswa yang mencapai KKM dihitung kemudian dipersentasekan,
dengan demikian peneliti dapat memperoleh gambaran keberhasilan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran Matematika dengan implementasi
metode diskusi terbimbing.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Metode diskusi terbimbing yang dilaksanakan dalam rangka perbaikan
pembelajaran pada mata pelajaran Matematika kelas V di SDN 2
Sidowaluyo dirasakan cukup berhasil, hal ini di lihat dari hasil evaluasi
siswa dari setiap siklusnya yang mengalami peningkatan. Pada pra siklus
rata-rata kelas nilai pelajaran Matematika adalah 55,17 dengan nilai
terendah 28 dan nilai tertinggi 80. Ketuntasan hanya mencapai 30,00% dan
belum tuntas mencapai 70,00%.
1. Deskripsi tindakan perbaikan pembelajaran siklus I
a. Perencanaan pembelajaran
Setiap proses pembelajaran pasti guru menyiapkan bahan-bahan
yang akan digunakan sebelum mengajar, antara lain menyiapkan
RPP dengan metode dan media yang tepat dengan materi yang
akan diajarkan. Pada siklus yang pertama ini guru sudah
menyiapkan RPP perbaikan. Setelah semuanya sudah siap guru
melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:
Kegiatan awal
1. Guru memberi motivasi dengan menjelaskan
pentingnya materi pembelajaran
2. Memberi pertanyaan ke siswa tentang konsep
perbandingan yang diketahui siswa
Kegiatan inti
Menjelaskan materi pelajaran Matematika tentang konsep
perbandingan. Penjelasan disertai dengan tanya jawab agar
22
siswa aktif dalam proses pembelajaran, adapun dalam
penelitian ini siswa dibagi menjadi enam kelompok yang
masing-masing anggotanya terdiri dari lima siswa.
Kegiatan akhir
Mengadakan tes formatif untuk dijawab secara individu.
b. Pelaksanaan tindakan
• Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran perbaikan
sesuai dengan RPP yang sudah disiapkan
• Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik
• Pengamat melaksanakan tugasnya menilai proses
pembelajaran.
c. Observasi
Sasaran observasi penelitian adalah aspek-aspek pembelajaran
yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang berhubungan dengan proses pembelajaran Matematika.
d. Analisis Data
Data hasil evaluasi siswa pada tes formatif dan indikator aspek-
aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran.
2. Deskripsi tindakan perbaikan pembelajaran siklus II
a. Perencanaan pembelajaran
Setiap proses pembelajaran pasti guru menyiapkan bahan-bahan
yang akan digunakan sebelum mengajar, antara lain menyiapkan
RPP dengan metode dan media yang tepat dengan materi yang
akan diajarkan. Pada siklus yang kedua ini guru sudah menyiapkan
RPP perbaikan yang kedua. Setelah semuanya sudah siap guru
melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:
Kegiatan awal
23
1. Guru memberi motivasi dengan menjelaskan
pentingnya materi pembelajaran
2. Memberi pertanyaan ke siswa tentang konsep
perbandingan yang diketahui siswa
Kegiatan inti
Menjelaskan materi pelajaran Matematika tentang konsep
perbandingan dengan memperhatikan benda yang akan di
bandingkan harganya yang sudah disiapkan. Penjelasan
disertai dengan tanya jawab agar siswa aktif dalam proses
pembelajaran, adapun dalam penelitian ini siswa dibagi
menjadi enam kelompok yang masing-masing anggotanya
terdiri dari lima siswa. Setelah diskusi mempresentasikan
hasil diskusi.
Kegiatan akhir
Mengadakan tes formatif untuk dijawab secara individu.
b. Pelaksanaan tindakan
• Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran perbaikan
sesuai dengan RPP yang sudah disiapkan
• Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik
• Pengamat melaksanakan tugasnya menilai proses
pembelajaran.
c. Observasi
Sasaran observasi penelitian adalah aspek-aspek pembelajaran
yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, pada dasarnya sama dengan sasaran observasi pada
siklus I, yaitu aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
berhubungan dengan proses pembelajaran Matematika.
d. Analisis Data
Data hasil evaluasi siswa pada tes formatif dan indikator aspek-
aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa
24
dalam proses pembelajaran. Analisis data pada siklus II sama
dengan siklus I, perbedaannya terletak pada hasil yang diperoleh.
Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi terbimbing yang lebih mendalam dapat juga membantu
mencapai hasil yang memuaskan. Jadi, pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing pada mata pelajaran Matematika
dengan materi konsep perbandingan dapat dikatakan berhasil. Lebih
jelasnya perbandingan hasil pembelajaran dari pra siklus sampai siklus II
dapat di lihat pada diagram di bawah ini:
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari hasil analisis yang dilakukan bahwa implementasi metode diskusi
terbimbing dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada umumnya berjalan sesuai rencana dan tujuan yang diinginkan. Pada
siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 62,33 setelah sebelumnya nilai rata-
rata 55,17 pada pra siklus, tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode diskusi terbimbing dapat meningkat
dibandingkan dengan pembelajaran pra siklus yang belum menggunakan
metode diskusi terbimbing.
Pada pembelajaran siklus II nilai rata-rata yang diperoleh mencapai 72,33
setelah sebelumnya nilai rata-rata 62,33 pada perbaikan pembelajaran
siklus I, aktifitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi terbimbing juga sudah cukup baik. Suasana
pembelajaran dapat kondusif, karena hampir seluruh siswa ikut
berpartisipasi dalam melaksanakan pembelajaran. Sehingga dapat
diperoleh hasil belajar yang maksimal yakni 90,00% siswa berhasil
mencapai hasil belajar yang memuaskan yaitu mencapai kriteria
ketuntasan minimal ( KKM ) pada pelajaran matematika kelas V SDN 2
Sidowaluyo. Adapun kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang sudah
ditetapkan adalah 65.
V. SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT
25
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Hasil belajar melalui implementasi diskusi terbimbing menunjukkan
hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan dari ketuntasan belajar siswa yang
mencapai 90% pada siklus II.
b. Peranan guru sebagai fasilitator sangat terasa, kehadiran guru sebagai
pembimbing dan sumber belajar pada setiap pembelajaran juga
berpengaruh besar dalam peningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Metode diskusi terbimbing dapat memotivasi belajar siswa
dengan baik serta meningkatkan keaktifan, kreatifitas dan minat
belajar siswa.
d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi diskusi terbimbing,
hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan yang
signifikan. Secara berturut-turut berdasarkan Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II , hasil belajar Matematika kelas V SDN 2 Sidowaluyo
Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan dengan rata-rata
prestasi kelas sebesar 55,17 pada Pra Siklus, siklus I sebesar 62,33 dan
72,33 pada siklus II.
e. Implementasi metode diskusi terbimbing dan menggunakan alat peraga
benda nyata dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V di SDN 2 Sidowaluyo
Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2014/2015. Itu terbukti dari peningkatan prosentase yang dicapai
siswa, dari 30,00% siswa yang tuntas menjadi 90,00%.
B. Saran Dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberi beberapa saran
yang perlu disampaikan oleh seorang guru dalam mengelola proses
pembelajaran sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah :
26
a. Membuat kebijakan serta dukungan dalam pengembangan proses
belajar mengajar di sekolah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar
yang aktif disekolah.
2. Bagi Siswa :
a. Meningkatkan keaktifan pada proses pembelajaran
b. Meningkatkan pemahaman pada pelajaran bagi siswa sendiri.
3. Bagi Guru :
a. Dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran.
b. Hendaknya menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran
Matematika khusunya materi konsep perbandingan.
c. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan
menggunakan metode diskusi terbimbing yang maksimal yang
sesuai dengan materi pembelajaran agar siswa lebih aktif dan
kreatif.
Sehubungan dengan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan untuk
dapat memanfaatkan dan mengembangan Penelitian Perbaikan
pembelajaran sehingga guru-guru yang memiliki masalah dalam
pembelajaran dapat menemukan solusi yang tepat.
Demikian laporan ini dibuat sebagai tindak lanjut dari kegiatan Penelitian
Perbaikan pembelajaran pada pelajaran Matematika. Besar harapan penulis
dengan adanya laporan ini dapat menambah wawasan khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, S. dkk. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti
Depdiknas.
27
Aisyah, N. (2007). Pengembangan pembelajaran SD. Jakarta: Ditjen Dikti.
Depdiknas.
Anitah, W. Sri dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Asra, dkk. (2007). Komputer dan Media Pembelajaran SD. Jakarta: Ditjen Dikti.
Depdiknas.
Aunurrahman. (2009). Penelitian pendidikan. Jakarta: Ditjen Dikti. Depdiknas.
Budiningsih, C. Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Departemen pendidikan dan kebudayaan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hairudin, dkk. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dikti
Departemen Pendidikan Nasional.
Hasibuan. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kurnia, Ingridwati. (2007). Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Ditjen
Dikti. Depdiknas.
Moedjiono. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah, (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruminiati. (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta:
Ditjen Dikti Depdiknas.
Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen pendidikan nasional.
Djamarah, S. B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
TIM FKIP-UT. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional(PKP)-PGSD.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Wahab. (1986). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Wahab, A. A. (2007). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.
28