karya tulis ilmiah maulida mustika tentang hubungan status gizi dengan ispa
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARABATUAN
KECAMATAN PULAU SEMBILAN
KABUPATEN KOTABARU
Disusun Oleh:
MAULIDA MUSTIKA
NIM. 1115120272
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR BATULICIN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TANAH BUMBU
2015
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARABATUAN
KECAMATAN PULAU SEMBILAN
KABUPATEN KOTABARU
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidanan Program Studi- D-III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Darul Azhar
Kabupaten Tanah Bumbu
2015
Disusun Oleh:
MAULIDA MUSTIKA
NIM. 1115120272
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR BATULICIN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TANAH BUMBU
2015
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa Karya Tulis Ilmiah penelitian ini adalah hasil karya sendiri
dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.
Batulicin, 19 Agustus 2015
Yang menyatakan
Maulida Mustika
Puji syukur kepada Tuhan YME atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah memberikan kekuatan,
kesehatan dan kesabaran untuk ku dalam mengerjakan Karya TulisIlmiahIni. Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada Orang tua ku, kakaku dan
adik ku, terutama Suami q yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan
dukungan Do'anya buat aku. “Tanpa keluarga, manusia, sendiri di dunia, gemetar dalam dingin.”
Terimakasih yang tak terhingga buat dosen-dosen ku, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan
sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada ku.
Terimakasihku juga ku persembahkan kepada para sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap hariku. “Sahabat merupakan salah
satu sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak bahagia.”
Teruntuk teman-teman angkatanku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak.
"Tiada hari yang indah tanpa kalian semua"AKU BELAJAR, AKU TEGAR, DAN AKU BERSABAR
HINGGA AKU BERHASIL. TERIMAKASIH UNTUK SEMUA ^_^
MOTTO
STIKESDARUL AZHAR
PERSEMBAHAN
STIKESSTIKESDARUL DARUL AZHARAZHAR
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan
kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang
lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah
apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat kita
meminta dan memohon.
� ك�ل�� و�لا �اد� �ف�ؤ و�ال �ر� �ص �ب و�ال م�ع� الس�� إن�� ع�ل�م� ��ه ب �ك� ل �س� �ي ل � ما �ق�ف� الإسراء ) : ت , �و�لا ئ م�س� �ن� كا �ك� ولئ ٣٦ أ�Artinya : Allah tidak akan menjadikan pemeberian bala itu
melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenangan mu, dan
agar tentram hatimu karenaya. Dan kemenangan itu hanya dari
allah yang maha mengetahui.
Seandainya setiap mata dapat melihat indahnya rencna Allah,
Maka tak akan ada insan yang menagis untuk menggapainya.
OPTIMIS, KARENA HIDUP TERUS MENGALIR
DAN RODA KEHIDUPAN TERUS BERPUTAR
(Maulida Mustika)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Maulida Mustika
Alamat : Jalan Raya Stagen, Km 10, Kabupaten Kotabaru
TTL : Batulicin, 17 Oktober 1992
Agama : Islam
Status : Menikah
Nama Ayah : Zainuddin (Alm)
Nama Ibu : Hairani (Alm)
Kesan : Butuh Perjuangan Keras dalam menjalani pendidikan DIII Kebidanan.
No.Hp / Email : 082148821007 / [email protected]
Judul Penelitian : Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru Tahun 2015
Pembimbing I : Lidia Widia, S.ST, M.KesNIDN. 11 120388 02
Pembimbing II : Leni Megamaulia. S.ST.Keb NIK. 11 0314 100591 17
Riwayat Pendidikan : Lulus SDN 1 Pulau Laut Barat
Lulus SMPN 3 Pulau Laut Barat
Lulus SMAN 1 Pulau Laut Barat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian dengan judul “Hubungan Antara
Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru Tahun 2015” dalam rangka untuk memenuhi persyaratan memperoleh
derajat Diploma III Kebidanan STIKES Darul Azhar Batulicin.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah penelitian ini
tidak akan berhasil sesuai yang diharapkan tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. H. M. Zairullah Azhar, Msc selaku Pembina Yayasan STIKES Darul
Azhar Batulicin yang telah memberikan ijin untuk peneliti menuntut ilmu di
Prodi kebidanan STIKES Darul Azhar Batulicin.
2. DR. Ir. H. Budi Santoso, MS. selaku Ketua STIKES Darul Azhar Batulicin
yang telah memberikan ijin untuk peneliti menuntut ilmu di Prodi kebidanan
STIKES Darul Azhar Batulicin.
3. Lidia Widia, S. ST. M. Kes. selaku Ketua Program Studi Kebidanan STIKES
Darul Azhar Batulicin yang telah memberikan ijin untuk peneliti menuntut
ilmu di prodi kebidanan STIKES Darul Azhar Batulicin.
4. Lidia Widia, S. ST. M. Kes. selaku Pembimbing I yang telah banyak
menghabiskan waktu, pemikiran, saran dan perhatian dalam membimbing
serta mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian
ini.
5. Leni Megamaulia, S. ST. Keb. selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan pengarahan, pemikiran dan perhatian dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah penelitian ini.
6. drg. Cipta Waspada, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Kotabaru yang telah memberikan ijin untuk melakukan Studi Pendahuluan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru.
7. Joko Trisartono, SKM selaku Kepala Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru yang telah memberikan ijin untuk
melakukan Studi Pendahuluan dan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.
8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Kebidanan STIKES Darul Azhar
Batulicin yang telah banyak memberikan dukungan dan bimbingan selama
peneliti mengukuti pendidikan.
9. Kedua orang tua yang selalu mendoakan, dan kepada suami yag selalu
mendukung dan membantu ku serta memberi ku semangat.
10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini baik secara material maupun moral.
Peneliti menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang menunjang perbaikan dan kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini. Akhirnya peneliti berharap semoga karya tulis ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Tanah Bumbu, 30 Juni 2015
Peneliti
RINGKASAN
Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan( Dibawah bimbingan Lidia Widia sebagai pembimbing I dan Leni Megamaulia sebagai pembimbing II).
Zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan memiliki efek kuat untuk reaksi kekebalan tubuh dan resistensi terhadap infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Sedangkan jika keadaan gizi menjadi buruk, maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan infeksi pun akan menurun. ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut lebih sering menyerang pada balita, hal ini kemungkinan berhubungan erat dengan permasalahan daya tahan tubuh bayi yang masih belum terlalu kuat dibandingkan dewasa.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita diwilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatanm case control (retrospektif study(. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 responden, yang terdiri dari 45 sampel kasus dan 45 sampel kontrol. Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk mengukur status gizi dan Rekam Medik untuk menentukan diagnosa ISPA.
Analisis yang dilakukan menggunakan uji chi-square kemudian diperoleh nilai P value = 0,01 (CI:95%, P value < 0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak, maka dapat disimpulkan pada penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara status gizi buruk dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
Kata Kunci : Status Gizi, Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
ABSTRACT
The Correlations between Nutritional Status with the Occurrence of Acute Respiratory Infections in Toddlers at Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan (Under Guidance Lidia Widia as Advisor I and Leni Megamaulia as Advisor II).
Nutrients are obtained from food intake has a strong effect on the immune response and resistance to infection. In a state of good nutrition, the body has enough ability to defend itself against infectious diseases. Meanwhile, if the nutritional situation becomes worse, then immune response will decrease thus the body's ability to defend itself from infection attack may be decreased. ARI or Acute Respiratory Infection is more common in toddler, it is probably closely related to the baby's immune system problem that is still not very strong compared to adults
The aim of this study was to analyze the correlations between nutritional status with the occurrence of acute respiratory infections in toddlers in Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.
The design of this study by using case control (retrospective study(. The sample in this study were 90 respondents, consisting of 45 sample of cases and 45 control samples. The instrument in this study was the observation sheet to measure nutritional status and medical record to determine the ARI diagnosis.
The analysis by using chi-square test then was obtained P value = 0.01 (CI: 95%, P value <0.05(, thus H1was accepted and H0 was rejected, it could be concluded in this study that there was correlation between poor nutritional status with the occurrence of Acute Respiratory Infections in toddlers in Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.
Keywords : Nutritional Status, Occurrence Of Acute Respiratory Infections
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
RINGKASAN.........................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................5
1.5. Keaslian Penelitian...........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
1.6. Konsep Dasar Status Gizi.................................................................10
1.7. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut..............................22
1.8. Konsep Dasar Balita.........................................................................28
1.9. Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Pada Balita...............................................30
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN................33
1.10. Kerangka Teori.................................................................................33
1.11. Kerangka Konsep.............................................................................34
1.12. Kerangka Penelitian.........................................................................35
1.13. Hipotesis Penelitian..........................................................................36
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................37
1.14. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................37
1.15. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................37
1.16. Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian..........................................38
1.17. Variabel Penelitian...........................................................................41
1.18. Defenisi Operasional........................................................................42
1.19. Instrumen Penelitian.........................................................................43
1.20. Prosedur Pengumpulan Data............................................................43
1.21. Rencana Pengolahan Data................................................................44
1.22. Teknik Analisis Data........................................................................45
BAB V HASIL PENELITIAN.............................................................................48
1.23. Data Penelitian.................................................................................48
1.24. Analisis dan Hasil Penelitian...........................................................58
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................59
1.25. Mengidentifikasi Status Gizi............................................................59
1.26. Mengidentifikasi Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut...........60
1.27. Mengidentifikasi Hubungan Status Gizi Terhadap kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita....................................
1.28. Keterbatasan.....................................................................................62
BAB VII PENUTUP................................................................................................64
1.29. Kesimpulan......................................................................................64
1.30. Saran.................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................67
LAMPIRAN..............................................................................................................70
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Jurnal Nasional.............................................................
Tabel 1.2. Jurnal Internasional.......................................................
Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Anak (Balita)............................
Tabel 2.2. Baku World Health Organization-National Centre for
Health Statistic (WHO-NCHS(.....................................
Tabel 4.1. Definisi Operasional Hubungan Antara Status Gizi
dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Kotabaru Tahun 2015.................................
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik
responden di Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015..................
Tabel 5.2. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Pada Balita............................
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Kerangka teori hubungan antara status gizi dengan
kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Pulau Sembilan Marabatuan Kabupaten Kotabaru
tahun 2015..............................................................................
Gambar 3.2. Kerangka Konseptual hubungan antara status gizi
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru tahun 2015...............................................................
Gambar 3.3. Kerangka Penelitian hubungan antara status gizi
dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru tahun 2015...............................................................
Gambar 5.1. Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan
perhitungan z-skore dari total 90 responden...........................
Gambar 5.2. Distribusi frekuensi dan persentasi status gizi
berdasarkan sampel kasus dan sampel kontrol.......................
Gambar 5.3. Distribusi frekuensi dan persentasi kejadian Infeksi
Saluaran Pernafasan Akut berdasarkan karakteristik
responden di Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015..................
DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
AKBa : Angka Kematian Balita
ARI : Akut Respiratory Infection
ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BB/TB : Berat Badan Menurut Tinggi Badan
BB/U : Berat Badan Menurut Umur
cc : Centimeter Cubic
Cm : Centimeter
Depmenkes RI : Depertemen Mentri Kesehatan Republic Indonesia
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes Prov Kalsel : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
DM : Diabetes Miletus
dl : Desiliter
dr : Dokter
HIV : Human Imonodefiensi Virus
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
IM : Intra Muskular
IV : Intra Vena
Kg : Kilogram
Mg : Miligram
mmHg : Milimeter Hydrargyrum/ Raksa
mm : Milimeter
O2 : Oksigen
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
P2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
RL : Ringer Laktat
SD : Standar Deviasi
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
Seanuts : South Asian Nutrition Surveys
SPSS : Statistical Package For Social Science
TB/ U : Tinggi Badan Menurut Umur
TBC : Tubercolusis
WHO –NCHS : Word Health Organization Nasional Centre
WHO : World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Permohonan Responden..........................................
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden...........................................
Lampiran 3 : Lembar Observasi Status Gizi..............................................
Lampiran 4 : Tabel Silang Status Gizi Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut....................................................................
Lampiran 5 : Jadwal Penelitian..................................................................
Lampiran 6 : Surat Pengambilan Data Awal di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kotabaru...............................................................................
Lampiran 7 : Surat Pengambilan Data Awal di Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru................
Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian di Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru...................................
Lampiran 9 : Surat Persetujuan Pengambilan Data Dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kotabaru.............................................................
Lampiran 10 : Surat Persetujuan Pengambilan Data Dari Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru
Lampiran 11 : Surat Persetujuan Penelitian di Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru................
Lampiran 12 : Dokumentasi Penelitian........................................................
Lampiran 13 : Lembar Konsul Pembimbing I.............................................
Lampiran 14 : Lembar Konsul Pembimbing II............................................
BAB IPENDAHULUAN
24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Gizi merupakan unsur yang penting dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi, mengingat zat gizi berfungsi menghasilkan energi, membangun
dan memilihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh.
Selain itu gizi berhubungan dengan perkembangan otak, kemampuan
belajar dan produktivitas kerja (Waryana, 2010).
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh
setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia
balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini
akan berpengaruh pada kualitas tumbuh kembang anak (Sastomo, 2008).
Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan terhadap gizi
kurang, pada kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan
perkembangan yang membutuhkan zat gizi yang lebih besar dari
kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita
kelainan gizi. Kejadian gizi buruk seperti fenomena gunung es dimana
kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian. Pada kasus gizi kurang,
akan lebih rentan terhadap infeksi akibat menurunnya kekebalan tubuh
terhadap invasi patogen. Pertumbuhan yang baik dan status imunologi
yang memadai akan menghasilkan kesehatan yang baik pula. Sebaliknya,
pertumbuhan fisik yang terhambat biasanya disertai dengan status
imunologi yang rendah sehingga mudah terkena penyakit (Sastomo, 2008).
25
ISPA lebih sering menyerang pada balita, hal ini kemungkinan
berhubungan erat dengan permasalahan daya tahan tubuh bayi yang masih
belum terlalu kuat dibandingkan dewasa. Dalam keadaan gizi yang baik,
tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap penyakit infeksi. Sedangkan jika keadaan gizi menjadi buruk,
maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri dari serangan infeksi pun akan menurun.
Kejadian ini disebabkan akibat proses pembentukan antibodi yang
terganggu atau terhambat dan akhirnya produksi dari antibodi ini akan
menurun. Penurunan ini mengakibatkan tubuh lebih rentan atau mudah
terkena infeksi. Maka keadaan gizi buruk dan kejadian ISPA sering kali
bekerja sama dan menumbuhkan prognosis yang buruk (Heriana, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO( lebih dari 50%
kematian bayi dan anak terkait dengan gizi buruk, 13 juta anak balita di
dunia meninggal setiap tahun dengan angka kematian balita di atas 40 per
1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita.
Sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, di mana
ISPA (pneumonia( merupakan salah satu penyebab utama kematian
dengan membunuh empat juta anak balita setiap tahun (Sofyan, I. 2015).
Hasil survei oleh South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS(
tahun 2012 terhadap sembilan Negara (Indonesia, Malaysia, Thailand,
Filipina, Kamboja, Vietnam, Srilanka, Myanmar, dan Timor Leste)
menyatakan, gizi buruk di Indonesia masih menjadi masalah utama.
Indonesia menempati di urutan kelima di Asia untuk gizi buruk balita
26
terbanyak yakni 28%. Sementara ISPA merupakan penyebab utama
kematian bayi di Asia, Sebanyak 2,1 juta balita meninggal karena ISPA,
berdasarakan data pada tingkat regional Asia Tenggara 2002 – 2010
adalah 19 % episode batuk pilek pada balita menderita ISPA tersebut
merupakan pneumonia Berat.(Suryadi, 2013).
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI tahun 2011, Jumlah
balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa.
Jumlah tersebut merupakan 4,5 % dari 23 juta jiwa balita Indonesia,.
Sementara penderita ISPA tercatat mencapai 18.790.481 kasus balita
dengan 756.577 kasus balita lainya menderita pneumonia (Ritzki, A. 2012)
Pada Tahun 2010 jumlah penderita gizi buruk di Kalimantan
Selatan Mencapai 87 kasus balita, dan bertambah menjadi 115 kasus pada
tahun 2011. Sementara cakupan penderita ISPA balita pada awal tahun
2010 sampai dengan 2012 di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai
96.134 penderita pada balita, yang mana rata – rata 14.000 kasus perbulan
nya pada tahun 2010, hingga menjadi 22.000 kasus perbulannya pada
tahun 2012 (Werdiono, D. 2012).
Kemudian data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kotabaru
menyebutkan tahun 2014 balita dengan gizi buruk sebanyak 32 kasus,
dengan angka kejadian ISPA sebanyak 10.721 kasus balita (Dinas
Kesehatan Kabupaten Kotabaru 2015)
Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru dari tanggal 21 sampai
dengan tanggal 25 April 2015, data yang didapat dari Puskesmas
27
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2014
samapai dengan bulan April 2015, didapatkan jumlah balita di wilayah
kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan sebanyak 538
balita. Sedangkan yang menderita gizi buruk tahun 2014 sebanyak 3,3%
atau 18 balita , dan meningkat menjadi 4,3% atau 23 balita pada bulan
April 2015, yang mana Laki – laki 2,4 %, dan perempuan 1,8%. Dengan
angka kejadian ISPA sebanyak 646 kasus pada tahun 2014, dan 477 kasus
ISPA pada bulan Januari sampai dengan April 2015. Serta pneumonia
sebanyak 4 balita tahun 2014 (Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru 2015).
Hal inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan
akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah
yaitu “Apakah ada hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi
saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015?
28
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisa hubungan antara status gizi dengan kejadian
infeksi saluran pernafasan akut pada balita diwilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi status gizi pada balita diwilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun
2015.
b. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Pukesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun
2015.
c. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada
balita diwilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Darul Azhar Batulicin.
Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran khususnya yang terkait dengan hubungan antara status gizi
dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita.
29
1.4.2. Bagi Institusi Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Kotabaru.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang
hubungan antara keadaan status gizi balita yang memeriksakan dirinya di
Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru
tahun 2015 dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut. Dan
informasi tersebut, dapat dijadikan bahan pertimbangan serta pemikiran
dalam pentingnya menjaga keadaan status gizi yang baik dan pencegahan
terkenanya infeksi saluran pernafasan akut pada balita.
1.4.3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahunan peneliti dalam
mengembangkan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan dan dapat
diaplikasikan kepada diri sendiri dan masyarakat, serta menjadi acuan
maupun referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.4.4. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
pengetahuan dan informasi bagi pembaca berkaitan dengan hubungan
antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada
balita.
1.5. Keaslian Penelitian
1.5.1 Jurnal Nasional
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Jurnal Nasional
No Nama Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1. Asmidayanti S
(2012)
Hubungan Status
Gizi dengan
Morbiditas ISPA
Anak Usia Balita
di Kecamatan
Danau Kerinci
Kabupaten
Kerinci
Ada hubungan yang
signifikan yaitu p = 0,01 (CL:
95%, p<0,05). Jadi, H0
ditolak, dan H1 diterima.
Artinya Semakin baik status
gizi balita maka semakin
menurun morbiditas ISPA,
begitupun sebaliknya
a. Lokasi di Kecamatan
Danau Kerinci
Kabupaten Kerinci.
b. Tahun penelitian 2012.
c. Sampling
menggunakan random
sampling.
d. Teknik pengambilan
data yang memakai
kuesioner dan
wawancara.
a. Analisis Menggunakan
uji statistik Chi-
Square, menggunakan
tingkat kemaknaan 0,05
b. rancangan penelitian
menggunakan metode
case control.
c. Pada status gizi hasil
ukur definisi
operasional
menggunakan ukuran
normal dan tidak
normal
7
2. Rahmawati
D(2008)
Hubungan antara
Status Gizi
dengan Kejadian
ISPA Balita di
URJ Anak RSU
Dr. Soetomo
Surabaya
Ada hubungan yang
signifikan yaitu p = 0,01 (CL:
95%, p<0,05). Jadi, H0
ditolak, dan H1 diterima
Artinya semakin baik status
gizi balita semakin besar
peluang tidak menderita ISPA
a. Lokasi di URJ Anak
RSU Dr. Soetomo
Surabaya
b. Tahun penelitian 2008.
c. Sampling
menggunakan total
sampling.
d. Rancangan penelitian
menggunakan metode
cross sectional
a. Analisis Menggunakan
uji statistik Chi-Square,
menggunakan tingkat
kemaknaan 0,05
b. Pada status gizi hasil
ukur definisi
operasional
menggunakan ukuran
normal dan tidak
normal
3. Hadiana
S(2013)
Hubungan Status
Gizi Terhadap
Terjadinya Infeksi
Saluran
Pernapasan Akut
(ISPA) Pada
Balita Di
Puskesmas Pajang
Surakarta
Ada hubungan yang
signifikan yaitu p = 0,01 (CL:
95%, p<0,05). Jadi, H0
ditolak, dan H1 diterima
Artinya semakin baik status
gizi balita semakin besar
peluang tidak menderita ISPA
a. Lokasi Puskesmas
Pajang Surakarta
b. Tahun penelitian 201.
c. Sampling
menggunakan
Consecutive sampling
d. Pengambilan data BB
berdasarkan Umur
(BB/U)
a. Analisis Menggunakan
uji statistik Chi-Square,
menggunakan tingkat
kemaknaan 0,05
b. Rancangan penelitian
menggunakan metode
case control
8
1.5.2. Jurnal Intenasional
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian Jurnal Internasional
N
o
Name/ Year Tittle Result Variance Similarity
1. East Mediterr
Health J
(2013)
Acute Respiratory
Infection And
Malnutrition
Among Children B
elow 5 Years Of
Age In Erbil
Governorate, Iraq
P value = 0,03 (CL: 95%, P
value < 0,05), H1 was
accepted and H0 was reject,
Weight and height were lower
in the ARI group but there was
no significant difference in
weight-for-age or in height-
for-age. There was a
significant association between
ARI and indicators of
malnutrition according to the
Gomez and Welcome
anthropometric criteria but not
the Waterlow criteria
a. Research location in
Erbil Governorate,
Iraq
b. Years of research in
2013.
c. Sampling technique
using cluster
sampling
a. The use of sampling
Approach using a
case-control study
b. The analysis data
by using chi- square
test, has a
significant level
0,05.
9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Status Gizi
2.1.1. Definisi Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ tubuh, serta untuk menghasilkan tenaga (Supriasa, et al.
2002).
Keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi serta
penggunaan zat gizi akan membentuk suatu keadaan fisiologik yang
diakibatka oleh karena ketersediaan zat gizi dalam seluler tubuh. Keadaan
ini disebut juga keadaan gizi (Supriasa, et al. 2002).
Status gizi merupakan suatu keadaan atau konsekuensi yang
diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake( zat
gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement( oleh tubuh untuk berbagai
fungsi biologis seperti pertumbuhan, perkembangan, aktivitas, dan
pemeliharaan kesehatan (Waryana, 2010).
Pengungkapan status gizi akan lebih baik dan mempunyai fungsi
yang efektif dalam pemeriksaan medis jika dapat mengungkapkan status
gizi pada saat ini atau present time. BB/TB merupakan indikator
pengukuran antropometric yang paling baik karena dapat menggambarkan
keadaan status gizi pada individu tersebut lebih sensitif dan spesifik. Berat
badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan, dan hingga seiring
pertumbuhan yang normal, berat dan tinggi akan menjadi proporsional
(Sukirman, 2000).
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi yang diukur mengunakan alat ukur dan
satuan tertentu. Hasil dari pengukuran keadaan tersebut digolongkan
kedalam beberapa kelas atau kategori. Kategori itu yang nanti dapat kita
jadikan acuan apakah status gizi seseorang tersebut baik, kurang atau
bahkan berlebih (Almatsier, 2001).
2.1.2. Pengukuran Status Gizi
a. Pengukuran Klinis,
Metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita tersebut
gizi buruk atau tidak. Metode ini pada dasarnya didasari oleh
perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, rambut,
atau mata. Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput
sedangkan pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak putih atau
merah muda / crazy pavement dermatosis (Kepmenkes RI No.
920/Menkes/SK/VII/2012).
b. Pengukuran Antropometrik,
Pada metode ini dilakukan beberapa macam pengukuran antara
lain pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas.
Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam
survey gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan
mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara individu, tetapi juga
dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi dari
ketiganya (Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012).
Standar baku yang dianjurkan untuk menilai status gizi anak di
bawah lima tahun di Indonesia adalah baku World Health
Organization-National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).
Indeks antropometri yang sering digunakan untuk mendeteksi gizi
buruk adalah berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) dengan memakai satuan standar deviasi
unit (SD) menggunakan rumus Z-Skor, kemuadian hasilnya
dibandingkan dengan Klasifikasi Status Gizi Anak (tabel 2.1).
(Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012):
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak (Balita)Indeks Status Gizi Ambang Batas
Berat badan Gizi lebih >+ 2 SDMenurut umur(BB/U)
Gizi baik - 2 SD Sampai + 2 SD
Gizi kurang < -2 SD Sampai -3 SD
Gizi buruk < -3 SDTinggi badan menurut umur (TB/U)
Normal
Pendek (Stunted)
-2 SD
< -2 SDBerat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Normal Normal + 2 SD Sampai - 2 SD
Tidak Normal
Gemuk > + 2 SDKurus (Wasted) < -2 SD Sangat Kurus < -3 SD
Sumber (Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012)
Adapun cara perhitungan status gizi berdasarkan Z-Skor sebagai
berikut:
Z-Skor = Nilai individu subyek - Nilai median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan
Untuk menghitung status gizi tersebut diperlukan tabel baku
rujukan WHO-NCHS sebagai berikut :
Tabel 2.2. Baku World Health Organization-National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).
Z-Scores (Berat Badan Dalam Kg)
Tinggi badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD MEDIAN 1 SD 2 SD 3 SD
1 2 3 4 5 6 7 8
65.0 5.9 6.3 6.9 7.4 8.1 8.8 9.6
65.5 6.0 6.4 7.0 7.6 8.2 8.9 9.8
66.0 6.1 6.5 7.1 7.7 8.3 9.1 9.9
66.5 6.1 6.6 7.2 7.8 8.5 9.2 10.1
67.0 6.2 6.7 7.3 7.9 8.6 9.4 10.2
67.5 6.3 6.8 7.4 8.0 8.7 9.5 10.4
68.0 6.4 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.5
68.5 6.5 7.0 7.6 8.2 9.0 9.8 10.7
69.0 6.6 7.1 7.7 8.4 9.1 9.9 10.8
69.5 6.7 7.2 7.8 8.5 9.2 10.0 11.0
70.0 6.8 7.3 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1
70.5 6.9 7.4 8.0 8.7 9.5 10.3 11.3
71.0 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.4 11.4
71.5 7.0 7.6 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6
72.0 7.1 7.7 8.3 9.0 9.8 10.7 11.7
72.5 7.2 7.8 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8
73.0 7.3 7.9 8.5 9.2 10.0 11.0 12.0
73.5 7.4 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1 12.1
74.0 7.4 8.0 8.7 9.4 10.3 11.2 12.2
74.5 7.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.3 12.4
75.0 7.6 8.2 8.9 9.6 10.5 11.4 12.5
75.5 7.7 8.3 9.0 9.7 10.6 11.6 12.6
76.0 7.7 8.4 9.1 9.8 10.7 11.7 12.8
76.5 7.8 8.5 9.2 9.9 10.8 11.8 12.9
7.0 7.9 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0
77.5 8.0 8.6 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1
78.0 8.0 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.3
78.5 8.1 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.4
79.0 8.2 8.8 9.6 10.4 11.3 12.3 13.5
79.5 8.3 8.9 9.7 10.5 11.4 12.4 13.6
1 2 3 4 5 6 7 8
80.0 8.3 9.0 9.7 10.6 11.5 12.6 13.7
80.5 8.4 9.1 9.8 10.7 11.6 12.7 13.8
81.0 8.5 9.2 9.9 10.8 11.7 12.8 14.0
81.5 8.6 9.3 10.0 10.9 11.8 12.9 14.1
82.0 8.7 9.3 10.1 11.0 11.9 13.0 14.2
82.5 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.1 14.4
83.0 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.3 14.5
83.5 8.9 9.6 10.4 11.3 12.3 13.4 14.6
84.0 9.0 9.7 10.5 11.4 12.4 13.5 14.8
84.5 9.1 9.9 10.7 11.5 12.5 13.7 14.9
85.0 9.2 10.0 10.8 11.7 12.7 13.8 15.1
85.5 9.3 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.2
86.0 9.4 10.2 11.0 11.9 12.9 14.1 15.4
86.5 9.5 10.3 11.1 12.0 13.1 14.2 15.5
87.0 9.6 10.4 11.2 12.2 13.2 14.4 15.7
87.5 9.7 10.5 11.3 12.3 13.3 14.5 15.8
88.0 9.8 10.6 11.5 12.4 13.5 14.7 16.0
88.5 9.9 10.7 11.6 12.5 13.6 14.8 16.1
9.5 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.1 16.4
90.0 10.2 11.0 11.9 12.9 14.0 15.2 16.6
90.5 10.3 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.7
91.0 10.4 11.2 12.1 13.1 14.2 15.5 16.9
91.5 10.5 11.3 12.2 13.2 14.4 15.6 17.0
92.0 10.6 11.4 12.3 13.4 14.5 15.8 17.2
92.5 10.7 11.5 12.4 13.5 14.6 15.9 17.3
93.0 10.8 11.6 12.6 13.6 14.7 16.0 17.5
93.5 10.9 11.7 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6
94.0 11.0 11.8 12.8 13.8 15.0 16.3 17.8
94.5 11.1 11.9 12.9 13.9 15.1 16.5 17.9
95.0 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1
95.5 11.2 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.3
96.0 11.3 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4
96.5 11.4 12.3 13.3 14.4 15.7 17.0 18.6
97.0 11.5 12.4 13.4 14.6 15.8 17.2 18.8
97.5 11.6 12.5 13.6 14.7 15.9 17.4 18.9
98.0 11.7 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1
98.5 11.8 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3
99.0 11.9 12.9 13.9 15.1 16.4 17.9 19.5
99.5 12.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7
100.0 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9
100.5 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4 20.1
101.0 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3
101.5 12.4 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5
102.0 12.5 13.6 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7
102.5 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9
103.0 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1
103.5 12.9 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3
1 2 3 4 5 6 7 8
104.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.6
104.5 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9 21.8
105.0 13.2 14.3 15.5 16.8 18.4 20.1 22.0
105.5 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3 22.2
106.0 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5 22.5
106.5 13.5 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7
107.0 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9 22.9
107.5 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1 23.2
108.0 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3 23.4
108.5 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.5 23.7
109.0 14.1 15.3 16.7 18.2 19.8 21.8 23.9
109.5 14.3 15.5 16.8 18.3 20.0 22.0 24.2
110.0 14.4 15.6 17.0 18.5 20.2 22.2 24.4
110.5 14.5 15.8 17.1 18.7 20.4 22.4 24.7
111.0 14.6 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7 25.0
111.5 14.8 16.0 17.5 19.1 20.9 22.9 25.2
112.0 14.9 16.2 17.6 19.2 21.1 23.1 25.5
112.5 15.0 16.3 17.8 19.4 21.3 23.4 25.8
113.0 15.2 16.5 18.0 19.6 21.5 23.6 26.0
113.5 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7 23.9 26.3
114.0 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9 24.1 26.6
114.5 15.6 16.9 18.5 20.2 22.1 24.4 26.9
115.0 15.7 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2
115.5 15.8 17.2 18.8 20.6 22.6 24.9 27.5
116.0 16.0 17.4 19.0 20.8 22.8 25.1 27.8
116.5 16.1 17.5 19.2 21.0 23.0 25.4 28.0
117.0 16.2 17.7 19.3 21.2 23.3 25.6 28.3
117.5 16.4 17.9 19.5 21.4 23.5 25.9 28.6
118.0 16.5 18.0 19.7 21.6 23.7 26.1 28.9
118.5 16.7 18.2 19.9 21.8 23.9 26.4 29.2
119.0 16.8 18.3 20.0 22.0 24.1 26.6 29.5
119.5 16.9 18.5 20.2 22.2 24.4 26.9 29.8
120.0 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2 30.1
Sumber (Kepmenkes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012)
Keterangan : - SD = standar deviasi unit
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk
Faktor yang mempengaruhi risiko kejadian gizi buruk antara lain :
a. Penyakit Penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya
sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-
penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak.
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi status gizi anak
diantaranya (Rodrigues, et al. 2011):
1) ISPA
2) Diare.
3) Tuberkulosis
4) Malaria
5) HIV AIDS
b. Asupan Makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup
atau salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang
salah. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Setiap gram protein
menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4 kalori.
Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah
15% dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.Kelebihan
kalori yang menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan
kenaikan BB 500 gram dalam seminggu (Rodrigues, et al. 2011).
Setiap golongan umur terdapat perbedaan asupan makanan
misalnya pada golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian
nasi tim walaupun tidak perlu disaring. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila sudah berumur 2-2,5
tahun.Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih makanan
sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik mungkin.
Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah
kebutuhan dari setiap nutrien, menentukan jenis bahan makanan yang
dipilih, dan menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan
hidangan yang dikehendaki (Sukirman, 2000).
Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan
yang kurang beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki
arti bahwa balita tersebut mengkonsumsi hidangan dengan komposisi
yang tidak memenuhi gizi seimbang. Berdasarkan dari keseragaman
susunan hidangan pangan, pola makanan yang meliputi gizi seimbang
adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat
pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur
yaitu sayur dan buah (Rodrigues, et al. 2011).
c. Status Sosial Ekonomi
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat
sedangkan ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup. Sosial ekonomi
merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi
keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi
keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan,
merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah
kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan
untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk
pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi (Rodrigues,
et al. 2011).
d. Pendidikan Orang Tua
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang
kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap
negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang
bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Salah
satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah
pendidikan yang rendah. Adanya pendidikan yang rendah tersebut
menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang
diperlukan dalam kehidupan. Rendahnya pendidikan dapat
mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang
merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita
(Rodrigues, et al. 2011).
e. Pengetahuan Ibu
Ibu berperan penting dalam penentuan konsumsi makanan
dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan ibu
berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragaman makanan
yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena
pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Gangguan gizi juga
disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi
tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Rodrigues, et al. 2011).
f. Berat Badan Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Bayi
yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu ini pada
umumnya disebabkan oleh tidak mempunyai uterus yang dapat
menahan janin, gangguan selama kehamilan, dan lepasnya plasenta
yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur mempunyai organ dan
alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar
rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi
semakin kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik.
Kelompok BBLR sering mendapatkan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena prematur (Rodrigues, et al. 2011).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh
bayi lahir kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami
hambatan pertumbuhan saat berada di dalam kandungan. Hal ini
disebabkan oleh keadaan ibu atau gizi ibu yang kurang baik. Kondisi
bayi lahir kecil ini sangat tergantung pada usia kehamilan saat
dilahirkan. Peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas
neonatus, bayi, dan anak merupakan faktor utama yang disebabkan oleh
BBLR (Werdiono, D. 2012).
g. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan
terhadap penyakit tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen
yang sama, balita tersebut tidak akan sakit dan untuk menghindari
penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Infeksi pada balita penting
untuk dicegah dengan imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang dapat dibagi
menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri
sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi
sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat (Rodrigues, et al. 2011.
Apabila balita tidak melakukan imunisasi, maka kekebalan
tubuh balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini
mempunyai dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi.
Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit untuk
mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap
paparan bibit penyakit (Rodrigues, et al. 2011).
h. ASI
Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga
mengandung antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita
terhadap infeksi. Hal ini yang menyebabkan balita yang diberi ASI,
tidak rentan terhadap penyakit dan dapat berperan langsung terhadap
status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan
bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau
makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula
sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air
besar. Apabila pembuatan susu formula tidak steril, bayi akan rawan
diare (Rodrigues, et al. 2011).
2.1.4. Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3 :
a. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling
sering ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus,
rambut tipis dan jarang,kulit keriput yang disebabkan karena lemak di
bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut), balita
cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy pant, dan
iga gambang (Rodrigues, et al. 2011).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan
asupan protein yang inadekuat. Hal ini seperti marasmus, kwashiorkor
juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Tanda
khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan
mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik ringan
maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut,
kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit
yang lebih mendalam dan lebar,sering ditemukan hiperpigmentasi dan
persikan kulit, pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati
ditemukan perlemakan (Rodrigues, et al. 2011).
c. Marasmiks-Kwashiorkor
Marasmiks-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran
dari beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan
Berat Badan (BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS
yang disertai oedema yang tidak mencolok (Rodrigues, et al. 2011).
2.2. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut
2.2.1 Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut
ISPA singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut yaitu suatu
penyakit yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas
laring, tetapi dapat juga sering ditemukan mengenai bagian saluran bawah
secara simultan atau berurutan (Nelson, 2008).
Definisi lain tentang infeksi saluran pernafasan akut adalah
penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli termasuk
adneksa-nya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura (Heriana, 2005).
ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut bagian atas
maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme
(bakteri dan virus) ke dalam organ saluran pernafasan yang berlangsung
selama 14 hari (Anonimus, 2003).
2.2.2 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Infeksi saluran pernafasan akut ini biasanya disebabkan tidak jauh
dari infeksi viral maupun bakterial. Faringitis biasanya 70% lebih banyak
disebabkan oleh virus. Adapun faringitis akut dengan tanda – tanda
adanya lapisan pada tenggorokan, sering disebabkan oleh
Corynebacterium Diphteria (Nelson, 2008).
Penyebab ISPA terdiri atas 300 jenis bakteri dan Virus. Bakteri
penyebab ISPA antara lain genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pnemuokokkus, Hemofilus, Berdetella dan Korinebakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain golongan mikosovirus, adenovirus, korona
virus, pikonavirus, mikoplasma, harpesvirus (Anonimus, 2003).
Pada pengidap Pneumonia, dapat ditemukan baik Bakteri atau
Virus pada saat pemeriksaan. Pneumonia Bacterial biasanya disebabkan
oleh H.Influenzae, Stafilococcus Aureus dan golongan Streptococci. Untuk
Pneumonia Viral, biasanya disebabkan oleh Measles Virus, Parainfluenza
Virus, Influenza Virus Type A dan Adenovirus (Nelson, 2008).
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Penyebab ISPA dapat di pengaruhi oleh adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari umur <2 bulan, BBLR, laki-laki,
status gizi yang buruk, defisiensi vitamin A, membedong anak
(menyelimuti berlebihan), pemberian makanan tambahan terlalu dini,
sedangkan faktor eksternalnya yaitu ASI eksklusif, imunisasi, polusi udara
(kebiasaan merokok anggota keluarga di lingkungan balita tinggal),
membedong anak (menyelimuti berlebihan), pemberian makanan
tambahan terlalu dini, kepadatan tempat tinggal, ventilasi kurang memadai
dan sosial ekonomi (Depkes RI, 2005).
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ISPA adalah balita
dengan status gizi yang buruk juga akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan dengan balita dengan gizi yang normal, karena faktor daya
tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan
balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi,
sehingga pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA
berat bahkan serangannya lebih lama (Heriana, 2005).
2.2.3 Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain, demam,
pusing, malaise, lemas, anoreksia, vortinus, mialgia, photophobia, iritatle,
gelisah,keluar sekret, dipsnea, hipoksia, dan dapat berlanjur pada gagal
nafas apabila tidak mendapatkan pertolongan dan dapat mengakibatkan
kematian ( Nelson, 2008).
Klasifikasi ISPA berdasarkan tanda gejala:
a. ISPA ringan (bukan pneumonia) yaitu jika tidak ada nafas cepat, tidak
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah.
b. ISPA sedang (pneumonia) yaitu jika dalam pemeriksaan fisik
ditemukan nafas cepat dengan frekuensi 50 x / menit atau lebih (usia 2
– 12 bulan), dan frekuensi nafas 40 x / menit atau lebih (usia 1 – 5
tahun(.
c. ISPA berat (pneumonia berat) yaitu jika ditemukan sesak nafas dalam
pemeriksaan fisik dan saat inspirasi adanya tarikan dinding dada
bagian bawah (Nelson, 2007).
2.2.4 Penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
a. Penatalaksanaan penderita ISPA ringan (bukan pneumonia) Menurut
(Depkes RI, 2008) antara lain:
Hanya dengan tindakan penunjang antara lain :
1) Pemberian Paracetamol pada demam yang lebih dari 38oC
diberikan selama 2 hari
2) Mempertahankan suhu lingkungan dan pakaian yang sesuai
3) Mengatasi batuk dianjurkan pemakaian obat-obatan tradisional
setempat yang aman dan murah seperti jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap manis atau madu ½ sendok teh diberi 3
kali sehari.
4) Pilek diatasi dengan membersihkan hidung dengan menggunakan
tisue atau kain penyerap yang bersih.
5) Mempertahankan konsumsi makanan atau minuman yang bergizi.
Indikasi Rujukan Antara Lain:
1) Bila panas tidak turun setelah 2 hari diberi tindakan penunjang.
2) Tampak 1 atau lebih tanda ISPA sedang atau berat.
3) Tampak adanya selaput difteri, walaupun tanpa disertai tanda ISPA
sedang atau berat.
4) Anak dengan status gizi buruk.
b. Penatalaksanaan Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut Sedang
(Pneumonia) Menurut (Depkes RI, 2008).
Pemberian anti mikroba, antara lain :
1( Prokain,
2( Kontrimoksaso,
3( Ampicilin,
4( Amoxilin.
Tindakan penunjang, antara lain:
1) Untuk demam dan rasa sakit diberi paracetamol
2) Kompres air dingin atau es tidak dianjurkan karena akan
mengakibatkan konsumsi oksigen dan risiko kegagalan pernapasan
pada penderita radang paru mendadak
3) Untuk pilek dan hidung tersumbat dibersihkan dengan gulungan kain
4) Obat-obatan penekan batuk, pencair lendir dan antihistamin tidak
dianjurkan karena tidak efektif pada peradangan (infeksi( dan mahal
5) Uap dapat digunakan untuk melembabkan udara dan melapangkan
jalan napas bagian atas terutama pada kasus demam wheezing.
6) Pemberian makanan atau minuman yang cukup.
Indikasi rujukan, antara lain:
1) Jika timbul satu atau lebih tanda ISPA berat terutama penarikan dada
ke dalam
2( Adanya selaput difteri
3) Kejang
4) Pernapasan yang kadang-kadang berhenti
5) Dehidrasi berat
6) Tidak mampu minum atau makan
c. Penatalaksanaan Penderita ISPA Berat (Pneumonia Berat) Menurut
(Depkes RI, 2008).
Pengobatan anti mikroba, yaitu mikroba lini kedua antara lain:
1( Benzilpenicilin (Injeksi(,
2( Kloramfenikol (Injeksi /Oral(,
3( Gentamicin (Injeksi(,
4( Kloksacilin (Injeksi(
Tindakan penunjang berat antara lain::
1) Oksigen diberikan pada penderita sianosis dan adanya pernapasan
yang cepat pada kasus berat
2) Pemberian cairan infus, diberikan jika timbul tanda dehidrasi
3) Lendir atau cairan yang menyumbat hidung atau jalan napas bagian
atas dihisap dengan mesin penghisap lendir.
2.2.5 Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Cara pencegahan ISPA menurut Depkes RI (2010) yaitu:
a. Jauhkan anak dari penderita batuk,
b. Pemberian imunisasi dasar lengakap,
c. Menghindari merokok di dekat anak,
d. Memberikan makanan bergizi setiap hari
e. Pemberian ASI ekslusif
f. Menjaga kebersihan lingkungan dan sirkulasi udara di sekitar rumah.
2.3. Konsep Dasar Balita
2.3.1. Defenisi Balita
Menurut WHO tahun 2009 kelompok usia Balita adalah anak
dengan usia di bawah lima tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni
pertumbuhan cepat pada usia nol sampai satu tahun. Dimana umur lima
bulan berat badan naik dua kali berat badan lahir, dan tiga kali berat badan
lahir pada umur satu tahun dan menjadi empat kali pada umur dua tahun.
Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra-sekolah, yang mana kenaikan
berat badan kurang lebih dua kg per tahun, kemudian pertumbuhan
konstan mulai berakhir (Sutomo, 2010).
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah
lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita
merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan
masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya (Muaris, 2006).
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita,
merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak
awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau
bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Periode usia ini
disebut juga sebagai usia pra-sekolah sebagai berikut :
a. Perkembangan Fisik
Di awal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan
singkatan bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang
usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebut dengan periode
usia pra-sekolah. Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat.
Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun
disebabkan banyaknya energi untuk bergerak. (Choirunisa, 2009 ).
b. Perkembangan Psikologis
Dari sisi psikomotor, balita mulai terampil dalam pergerakanya
(lokomotion(, seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,
menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola
keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga
mulai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar, menggunakan
gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta
memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat
tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman tehadap obyek telah lebih
dipahami. Kemampuan bahasa balita tumbuh dengan pesat. Pada
periode awal balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah
50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada
usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi
tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya
(Choirunisa, 2009 ).
2.3.2. Komunikasi Pada Balita
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah tiga
tahun atau todler) sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai
perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu
tentang apa yang akan terjadi pada dirinya (Saputri 2013)
Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh
karena itu, saat menjelaskan, gunakan kata yang sederhana, singkat, dan
gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara
pada anak adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga
pandangan mata kita akan sejajar dengannya (Saputri 2013).
Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas
apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap orang tuanya
(Saputri 2013).
2.4. Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Balita.
Kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai dengan
tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu yang cukup
lama. Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi
dibandingkan balita yang mempunyai status gizi yang baik (Andarini,
2005).
Masa balita menjadi lebih penting lagi karena merupakan masa
yang kritis dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Setiap tahun kurang lebih 11 juta balita diseluruh dunia
meningal karena penyakit-penyakit infeksi yang salah satunya adalah
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (waryana, 2010).
Zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan memiliki efek kuat
untuk reaksi kekebalan tubuh dan resistensi terhadap infeksi. Menurut
Tupasi tahun 2000 menjekaskan bahwa pada kondisi kurang energi protein
(KEP), dapat menyebabkan ketahanan tubuh menurun dan virulensi
patogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu
dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam
mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi (Rodriguez, et
al. 2011).
Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi
pembentukan enzim yang berperan dalan metabolisme tubuh, termasuk
sitem imun. Antibodi globulin gamma yang biasanya disebut dengan
immunoglobulin merupakan 20 % dari seluruh energi plasma. Semua
immunoglobulin terdiri dari rantai polipeptida yang mengandung
bermacam-macam asam amino-asam amino yang spesifik. Salah satu
asam amino yang berperan dalam sistem imun adalah asam amino treonin
yang memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya virus dan bakteri
terutama pada saluran nafas dan paru-paru. Pada penderita yang
mengalami kekurangan asam amino treonin akan mengalami kemunduran
sistem kekebalan tubuh (Rodriguez, et al. 2011).
Kekurangan protein yang terjadi dapat menurunkan sistem imun
yang menyebabkan tubuh lebih mudah terpapar penyakit infeksi. Selain
itu, kekurangan protein umumnya dapat juga berpengaruh terhadap
metabolisme vitamin dan mineral yang berperan sebagai anti oksidan tidak
dapat berperan secara maksimal, akibatnya baik flora normal maupun
bakteri dari luar dapat dengan mudah berkembang dan virulensi-nya
meningkat, sehingga menyebabkan timbulnya gejala penyakit, termasuk
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (Andarini, 2005).
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Teori
Bedasarkan Uraian teori dalam tinjauan pustaka, maka peneliti
membuat ringkasan dalam bentuk bagan di bawah ini:
Gambar 3.1. Kerangka teori hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pulau Sembilan Marabatuan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
1. ISPA2. Diare3. TBC4. Malaria5. HIV AIDS
Tubuh Rentan Infeksi Terhadap Bakteri &
Virus
Barier Pertahanan Tubuh Tidak
Optimal
Kelainan Status Gizi
Makro dan Mikro Nutrisi tubuh tidak
terpenuhi
Defesiensi Substansi
(Gizi Buruk)
Sistem Imunitas Menurun
1. Asupan Makanan2. Status Sosial
Ekonomi3. Pendidikan
Orang tua4. Pengetahuan Ibu5. BBLR6. Kelengkapan
Imunisasi7. ASI
3.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian dia atas, peneliti ingin meneliti apakah ada
hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru tahun 2015.
Indipenden
Variable
Dependen
Variable
Status Gizi Penyakit ISPA
Keterangan :
Diteliti
Tidak Diteliti
Gambar 3.2. Kerangka Konseptual hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015
3.3 Kerangka Penelitian
Faktor Yang Mempengaruhi1. Asupan makanan2. Status sosial ekonomi3. Pendidikan orang tua4. Pengetahan ibu5. BBLR6. Kelengkapan imunisasi7. ASI
Penyakit Penyerta Lain:1. Diare2. TBC3. Malaria:4. HIV / AIDS
Angka Kematian
Balita (AKBa)
Meningkat
Kerangka penelitian ini berisi prosedur pelaksanaan penelitian
yang akan di laksanakan secara berurutan dalam bentuk sebagai berikut:
Gambar 3.3. Kerangka Penelitian hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015
3.4 Hipotesis Penelitian
Rancangan penelitian : Analitik dengan pendekatan case control
Populasi : Sebanyak 538 balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan
Sampel : - Sampel Kasus 45 Responden- Sampel Kontrol 45 Responden
Variabel independen
Status gizi
Analisa data : Chi Square-Test
Hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015
Variabel dependen
Penyakit ISPA
Alat ukur
Lembar Observasi
Alat ukur
Rekam Medik
Hasil hubungan:
- Ada Hubungan
- Tidak Ada Hubungan
Hipotesis penelitian adalah suatu kesimpulan atau jawaban
sementara dari suatu penelitian. Dapat juga diartikan sebagai jawaban
sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang
kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis dapat
membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, s.
2010).
Dalam hipotesis ini diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Diduga ada hubungan antara status gizi buruk dengan
kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
H0 : Diduga tidak ada hubungan antara status gizi buruk dengan
kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
BAB IVMETODE PENELITIAN
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian
4.1.1. Waktu Penelitian
Proses penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan
bulan Juli tahun 2015.
4.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
Peneliti memilih melakukan penelitian di Puskesmas tersebut karena
tingginya kasus ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru, kemudian cakupan
wilayah kerjanya cukup luas, dan Peneliti juga telah mempertimbangkan
waktu, tempat, serta tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
4.2. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik komperatif, yaitu
peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi
dengan penyakit ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas
Marabatauan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkup
inferensial. Berdasarkan tempat penelitian termasuk penelitian lapangan.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatanm case control
(retrospektif study(.
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 538 balita yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang berkunjung di
Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru,
yang termasuk dalam karetria Inkusi sebagai berikut:
a. Kretria Inklusi
1) Balita yang datang berobat ke Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru saat penelitian dan
terdiagnosa ISPA oleh dokter
2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.
3) Orang tua bersedia balitanya sebagai responden.
b. Kretria Inklusi Kontrol.
1) Balita (usia 0 -5 tahun) yang tidak sakit (sehat)
2) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.
3) Orang tua bersedia balitanya sebagai responden.
c. Kriteria Eksklusi :
1) Balita yang saat dilakukan penelitian tidak sedang berada di
wilayah kerja Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Kotabaru.
2) Balita yang sedang sakit.
3) Batita yang memiliki penyakit penyerta lain seperti diare, TBC,
Malaria dan HIV/AIDS
4.3.3. Besar Sampel
Agar penelitian ini menjadi lebih valid, tentu dibutuhkan jumlah
sampel yang cukup dan memenuhi nilai minimal sampel. Perhitungan
besar sampel penelitian case control dalam penelitian ini, penulis
menggunakan rumus menurut Isgiyanto (2009), yaitu :
n=¿¿
Keterangan :
n : besar sampel minimum
Z₁−α ¿₂ : nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α
Z1−β : nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung β
P ₁ : prakiraan proporsi pada populasi 1
Q ₁=1−P ₁
P ₂ : prakiraan proporsi pada populasi 2
Q ₂=1−P ₂
P : P1+P ₂2
Besar sampelnya adalah,
Diketahui :
P ₁=0,85
P ₂=0,15
Q1=1−0,85=0,15
Q2=1−0,15=0,85
Z ₁−α /₂= 1,96
Z ₁−β=0,842
P=¿ P ₁+P ₂
2=0,85+0,15
2 =
12=0,5
Q=1−P=1−0,5=0,5
n=¿¿
n=¿¿
n=¿¿
n=¿¿
n=[1,96 x 0,70+0,842 x 0,1272] ²
0,049
n=[1,372+0,1071 ]2
0,049
n=[1,4791 ]2
0,049
n=2,18770,049
=44,64=45
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sampel kasus = 45 responden.
b. Sampel kontrol = 45 responden.
4.3.4. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
dalam teknik non-probability sampling dengan menggunakan teknik yang
sudah ditentukan. Adapun cara yang di gunakan adalah sebagai berikut:
a. Untuk mencari sampel kasus (ISPA) menggunakan accidental
sampling, yaitu peneliti menunggu responden (balita) yang berobat ke
Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru selama waktu penelitian yang sesuai kriteria Inklusi.
b. Kemudian untuk mencari sampel kontrol menggunakan teknik Qouta
sampling, yaitu peneliti akan melakukan dengan metode boot
distribution (pos( atau door to door (rumah ke rumah) diwilayah kerja
Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru sesuai kritria inklusi kontrol sampai quota sampel terpenuhi.
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel Bebas
Variabel Bebas atau variabel independen adalah variabel yang
memberikan pengaruh. Adapun variabel independen dalam penelitian ini
adalah Status Gizi.
4.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang
ingin di-evaluasi atau diteliti akibat dari pengaruh yang disebabkan oleh
variabel bebas. Adapun yang dijadikan variabel dependen pada penelitian
ini adalah kejadian ISPA pada pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
4.5. Defenisi Operasional
Tabel 4.1 Defenisi Operasional hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kabupaten Kotabaru tahun 2015
No. Variabel Defenisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1Variabel Bebas (Indipendent Variable(Status Gizi
Suatu keadaan atau konsekuensi yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake( zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement( oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan dll.
Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
dengan ambang batas memakai standar
deviasi unit (SD) memakai rumus Z-Skor,
kemuadian hasilnya dibandingkan dengan
Klasifikasi Status Gizi Anak ( KepMenkes
RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012):
a. Normal = + 2 SD Sampai - 2 SDb. Tidak Normal:
1) Kurus = < -2 SD2) Gemuk = > + 2 SD3) Kurus sekali = < -3 SD
Lembar Observasi
Ordinal a. Normal = 2b. Tidak Normal = 1(KepMenkes RI No.
920/Menkes/SK/VII/2012)
2 Variabel Terikat (Dependent Variable(Kejadian ISPA
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli termasuk adneksa-nya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura
Balita (usia 0 -5 tahun) yang datang berobat ke Puskesmas saat penelitian dan ter-diagnosa ISPA oleh dokter,
Rekam Medik
Nominal a. Negative = 2b. Positif = 1
(Nelson , 2007)
42
4.6. Instrumen Penelitian
4.6.1. Instrumen Status Gizi
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
observasi dengan bantuan alat Timbangan anak (untuk mengukur berat
badan), dan Mikrotoise ( untuk mengukur Tinggi / panjang badan balita).
4.6.1. Instrumen Kejadian ISPA
Rekam Medik bedasarkan diagnosa dokter yang diambil dari data
status pasien.
4.7. Prosedur Pengumpulan Data
4.7.1. Jenis Data yang Dikumpulkan
a. Data primer
Dalam penelitian ini data primer diperoleh pada sampel kasus
maupun sampel kontrol yaitu dengan mengukur tinggi badan dan berat
balita yang menjadi responden.
b. Data sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh diagnosa dokter
dalam status rekam medik balita yang berobat di Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun
2015 selama waktu penelitian.
4.7.2. Cara pengumpulan data
Balita yang menjadi sampel kasus maupun sampel kontrol akan di
ukur status gizi-nya memakai standar deviasi unit (SD( berdasarkan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB), dengan menggunakan rumus Z-
Skor, kemudian nilai nya dibandingkan dengan klasifikasi status gizi balita
sesuai (KepMenKes RI No. 920/Menkes/SK/VII/2012) tentang Rencana
Pengolahan Data, yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
4.8. Rencana Pengolahan Data
4.8.1. Editing
Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
(TB/BB) responden di ukur, pada tahap ini peneliti akan memeriksa
kembali kebenaran data (TB/BB) tersebut. Kemudian data tersebut akan di
ukur menggunakan rumus Z-Skor, dan nilainya akan dibandingkan dengan
baku satandar rujukan WHO-NCHS
4.8.2. Coding
Pada tahap ini peneliti akan memberi kode numerik (angka)
terhadap data berdasarkan variabel bebas (Independen Variable( yaitu
Status Gizi, yang terdiri atas kategori Normal dan Tidak Normal (gemuk,
kurus, sangat kurus).
Maka pemberian kode adalah sebagai berikut :
a. Normal : 2
b. Tidak Normal : 1
4.8.3. Scoring
Pada tahap ini peneliti akan memberi kode numerik (angka)
terhadap data berdasarkan variabel terikat (Dependen Variable) yaitu
ISPA, maka pemberian skor adalah sebagai berikut:
a. Negative ISPA = 2
b. Positif ISPA = 1
4.8.4. Processing
Setelah tahap editing dan scoring, peneliti akan memproses data
status gizi dan kejadian infeksi saluran pernafasan akut tersebut melalui
software Statistical Package for The Social Science (SPSS( for Windows.
4.9. Teknik Analisis Data
4.9.1 Analisa Univariat
Setelah semua data terkumpul, data tersebut diolah secara manual,
dan memasukan data ke dalam tabel. Kemudian penulis akan
menggunakan analisa univariat untuk menjelaskan karakteristik setiap
variable dalam bentuk narasi. Dengan membagi frekuensi kejadian (F)
dengan populasi (N) dan dikalikan 100% dengan rumus sebagai berikut :
F
P = x 100 %
N
Keterangan :
F : frekuensi kejadian
N : populasi penelitian
P : Persentase distribusi
Hasil pengolahan data dibuata dalam bentuk persentasi dan di
interpretasikan dalam skala sebagai berikut:
100 % : Seluruhnya
76 - 99% : Hampir Seluruhnya
51 – 75 % : Sebagian Besar
50 % : Setengahnya
26 – 49% :Hampir Setengahnya
1 – 25 % :Sebagian Kecil
0 % : Tidak Satu Pun (Sugiyono, 2012).
4.9.2 Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara status
gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru tahun 2015.
Data di-analisis dengan menggunakan uji statistic Chi Square (x2)
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen dengan α = 0,05.
Rumus Uji Chi-Square :
X 2=∑ ( Oi-Ei )2
E
Keterangan :
X2 : Nilai chi Square
Oi : Frekuensi yang diperoleh data (pengamatan)
Ei : Frekuensi yang diharapkan
E : Nilai expected (nilai harapan)
Melalui uji statistik Chi-Square akan diperoleh nilai p, dimana
dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan 0.05. Penelitian antara
dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0.05 yang
berarti Hipotesa diterima.
Aturan pengambilan keputusan dari hasil analisis yang dilakukan
adalah:
a. Jika nilai p value ≤ a (0,05), maka Ho ditolak atau H1 diterima.
Artinya variabel tersebut memiliki pengaruh yang bermakna antara
status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
b. Jika p value > a (0,05), maka Ho diterima atau H1 ditolak.
Artinya variable tersebut tidak memiliki pengaruh yang bermakna
antara status gizi dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
BAB VHASIL PENELITIAN
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini di lakukan untuk mengetahui “Hubungan antara
status gizi dan kejadian Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru
Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru pada tanggal 1 Juni 2015 sampai dengan 1
Juli tahun 2015.
5.1 Data Penelitian
5.1.1 Keadaan dan Letak Geografis Puskesmas
Pulau Sembilan adalah sebuah Kecamatan di Kabupeten Kotabaru,
merupakan salah satu dari 21 Kecamatan di Kabupaten Kotabaru Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Disebut Pulau Sembilan karena terdapat
Sembilan Pulau disana, antara lain Marabatuan, Danauan, Payung -
Payungan, Maradapan, Matasirih, Pamalikan, Labuan Barat, Kalambau,
Dan Pulau Sarang. Berdasarkan sumber yang di dapat dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kotabaru, Kecamatan Pulau Sembilan merupakan
satu – satunya predikat daerah yang termasuk Sangat Terpencil Khusus se-
Kalimantan Selatan, dan merupakan daearah yang paling tidak diminati,
mengingat akses perjalan menuju kelokasi yang sangat jauh dan hanya
dapat dilewati menggunakan transportasi laut. Kecamatan Pulau Sembilan
merupakan perbatasan ujung selatan Kabupaten kotabaru, yang mana
terdiri dari lima desa dan 15 rt yang terbagi di masing masing desa, adapun
desa tersebut adalah Desa Tengah (4 RT) dan Tanjung Nyiur (5 RT) yang
terletak di Pulau Marabatuan, Desa Maradapan (2 RT) Yang Terletak di
Pulau Maradapan, Desa Teluk Sungai (2 RT) yang tertak di Pulau
Matasirih, dan Desa Labuan Barat (2 RT) yang berada di Pulau Labuan
Barat.
Puskesmas Marabatuan merupakan Puskesmas Non perawatan yang
terletak di Kecamatan Pulau Sembilan dan mempunyai wilayah kerja yang
terdiri dari 5 desa dengan jumlah penduduk 6165 jiwa. Suku yang tinggal
di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Suku Mandar 55 %, Suku Bugis
40%, Suku Banjar 3 %, dan Suku Jawa 2 %.
Luas wilayah kerja Puskesmas Marabatuan adalah sekitar ± 476
Km2 dengan jarak tempuh terjauh yaitu desa labuan barat sekitar ± 5 jam
dengan transportasi laut dari Puskesmas Marabatuan. Lama perjalan yang
di tempuh ke Kecamatan Pulau Sembilan dari Pelabuhan Siring Laut
Kabupaten Kotabaru ± 15 jam, dan hanya bisa di tempuh menggunakan
transportasi laut kapal Perintis yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten
Kotabaru. Biaya transpostasi nya yaitu Rp 40.000,- per orang. Keadaan
geografis wilayah kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru yaitu meliputi wilayah pantai, dan dataran
rendah.
Wilayah kerja Puskesmas Marabatuan berbatasan daerah
sekitarnya yang meliputi:
a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan pulau Laut Barat (
Lontar )
b. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Laut Jawa
c. Sebelah barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kintap/
Banjarmasin
d. Sebelah timur : Berbatasan dengan Selat Makasar
Motto serta Visi dan Misi Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru.
a. Motto
Pelayanan terbaik dengan hati yang ikhlas.
b. Visi
Mewujudkan Kecamatan Pulau Sembilan yang sehat.
c. Misi
1) Mewujudkan upaya pembangunan pelayanan kesehatan di
Kecamatan Pulau Sembilan dengan pelayanan yang terjangkau.
2) Meningkatkan fungsi Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan menjadi lebih baik dan berwawasan paradigma sehat.
3) Meningkatkan manajemen kesehatan yang komprehensip dengan
mengedepankan kebutuhan regional dan prioritas sesuai kondisi
wilayah.
4) Mengembangkan sumber daya kesehatan yang ada dimasyarakat
guna menciptakan masyarakat yang mandiri melalui UKBM.
Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru yaitu:
a. Sarana Kesehatan.
1) Puskesmas Induk : 1
2) Pustu : 3
3) Polindes : 3
4) Poskesdes : 5
5) Posyandu : 10
b. Pelayanan Rawat Jalan.
1) Poli Umum.
2) Poli Gigi.
3) Poli Kebidanan dan Kandungan.
c. Pelayanan Penunjang Diagnostik.
1( Laboratorium.
d. Apotik dan Farmasi Puskesmas Marabatuan.
e. Pelayanan Imunisasi.
1( Imunisasi HB-0.
2( BCG.
3( Imunisasi DPT combo.
4( Imunisasi Pentavalen.
5( Imunisasi Polio.
6( Imunisasi Campak
7( Imunisasi TT
5.1.2 Data Umum
a. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kabupaten Kotabaru, didapatkan populasi sejumlah 167
pasien anak - anak yang pernah berobat di Puskesmas Marabatuan
dalam periode tanggal 1 Juni 2015 sampai dengan 1 Juli 2015. Dengan
merujuk kepada cara pengambilan data dan besar kuota sampel yang
telah ditentukan sebelumnya, serta berdasarkan kriteria inkusi dan
kriteria ekslusi, maka distribusi responden di Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru berdasarkan
karakteristik responden balita dapat di dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden di Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015
No Responden Jumlah Persentase (%)
1 Sampel Kasus 45 50
2 Sampel Kontrol 45 50
Total 90 100
Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015).
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas diketahui bahwa dari 90
responden balita tersebut, setengahnya atau 50% adalah sampel kasus
dan setengahnya lagi atau 50% adalah sampel kontrol.
5.1.3 Data Khusus
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisa data yang digunakan dalam
penelitian untuk menidentifikasi masing – masing variabel dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran persentase
(Notoadmodjo S, 2010)
Analisis univariat dalam penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru yaitu
untuk mendistribusi frekuensi serta persentasi status gizi dan kejadian
infeksi saluaran pernafasan akut pada balita, di wilayah kerja
Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru tahun 2015.
Adapun analisis univariat ditribusi responden tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Distribusi responden balita berdasarkan status gizi.
Setelah di lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan
menggunakan lembar observasi, hasilnya dihitung menggunakan
rumus perhitungan z - skore kemudian nilainya membandingkanya
dengan standar defiasi pada tabel 2.1 mengenai Klasifikasi Status
Gizi Balita berdasarkan KepMenKes RI No. 920 / Menkes / SK /
VII / 2012 untuk menentukan status gizi nya normal, gemuk, kurus
atau sangat kurus. Adapun hasilnya dapat dilihat pada diagram
gambar di bawah ini:
Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi status gizi berdasarkan perhitungnan z- skore dati total 90 Responden
61%24%
6%9%
Normal = 55 Kurus = 22
Gemuk = 5 Sangat Kurus = 8
61%
39%
Kategori Normal = 55
Kategori Tidak Normal = 35
Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)
Berdasarkan gambar 5.1 di atas, di ketahui bahwa status
gizi balita dari total 90 responden balita di wilayah kerja
Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten
Kotabaru tahun 2015 yaitu: normal 61 %, kurus 22 %, gemuk 5 %,
dan sangat kurus 8%.
Kemudian status gizi tersebut di kategorikan lagi menjadi
dua bagian yaitu normal dan tidak normal, maka di dapatkan hasil
nya sebagai berikut :
a) Sebagian besar atau 61 % dari total responden balita tersebut
dalam kategori normal.
b) Hampir setengahnya atau 39 % dari total responden balita
tersebut dalam kategori tidak normal.
Tehknik pengambilan sampel status gizi balita berdasarkan
sampel kasus dan sampel kontrol responden balita tersebut di-
distribusikan dan di-persentasikan berdasarkan kategori status gizi
normal dan tidak normal, maka hasilnya dapat dilihat pada diagram
gambar di bawah ini :
Gambar 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi status gizi berdasarkan sampel kasus dan sampel kontrol
Sample Kasus
Sample Kontrol
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 27.5 32.5 37.5 42.5Sample Kasus Sample Kontrol
Tidak Normal 26 9
Normal 19 36
57,8%
20%
42,2%
60%
Status Gizi
Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)
Data pada gambar 5.2 dapat di jelaskan sebagai berikut:
a) Pada sampel kasus sebagian besar atau 58% responden balita
tersebut dalam kategori status gizi tidak normal, sedangkan gizi
normal hampir setengahnya yaitu 42%.
b) Pada sampel kontrol sebagian kecil atau 20% balita tersebut
dalam kategori status gizi tidak normal, sedangkan gizi normal
hampir seluruhnya yaitu 80%.
2) Distribusi responden balita berdasarkan kejadian Infeksi Saluaran
Pernafasan Akut.
Setelah didapatakan responden balita yang termasuk dalam
sampel kasus dan sampel kontrol berdasarkan teknik pengambilan
sampel yang digunakan, maka distribusi responden balita
berdasarkan kejadian infeksi saluaran pernafasan akut dapat dilihat
pada diagram gambar sebagai berikut:
Gambar 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi kejadian infeksi saluaran pernafasan akut berdasarkan karakteristik
responden di puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
50%50%
Kejadian ISPA
Positif ISPA = 45 (sampel Kasus)
Negatif ISPA= 45 (sampel Kon-trol)
Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)
Besar sampel pada gambar 5.3 tersebut ditentukan
menggunakan rumus menurut Isgiyanto (2009) dan termasuk
dalam kriteri inklusi serta eksklusi untuk memenuhi nilai minimal
sampel. Berdasarkan gambar 5.3 di atas, di ketahui bahwa dari 90
responden balita 0 – 5 tahun terdiri dari 50% atau setengahnya
dengan diagnosa positif infeksi saluaran pernafasan akut sebagai
sampel kasus, yang mana diagnosa infeksi saluaran pernafasan
akut tersebut di dapatkan dari rekam medik pasien balita yang
berobat di Puskesmas Marabatuan saat penelitian. Kemudian
setengahnya lagi atau 50% responden balita tersebut dengan
infeksi saluaran pernafasan akut negatif sebagai sampel kontrol,
sampel kontrol tersebut didapatkan dengan metode boot
distribution (pos) atau door to door(rumah kerumah) untuk mencari
balita yang sehat sebagai responden.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk mencari hubungan
antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat ( Notoatmodjo S,
2010 ).
Analisis bivariat dalam penelitian yang dilakukan pada intinya
untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian infeksi
saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun
2015.
Untuk mengetahui hubungan antara gizi dengan kejadian
infeksi saluran pernafasan akut pada balita maka digunakan uji chi
square, adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.2 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita
KeadaanStatus Gizi
Diagnosis ISPATotal(%)
P value
ORCl = 95%(+) % (-) %
Tidak Normal
26 74,3 9 25,7 1000,01 5,47
42,1 - 14Normal 19 34,5 36 65,5 100
Total 45 45
Sumber (Uji Statistic Puskesmas Marabatuan 2015)
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa gizi tidak normal
dengan ISPA Positif sebagian besar yaitu 74,3% dan kategori status
gizi tidak normal dengan ISPA negatif hampir setengahnya yaitu
25,7%, sedangakan kategori gizi normal dengan ISPA Positif hampir
setengahnya yaitu 34,5% Kemudian gizi normal dengan ISPA negatif
sebagian besar atau 65,5%.
Hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai P value = 0,01 (P
value < 0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak, maka diketahui
terdapat hubungan antara status gizi tidak normal dengan kejadian
infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun
2015.
Berdasarkan nilai OR yang didapat yaitu OR = 5,474 yang
berarti balita yang menderita gizi tidak normal 5 kali lebih berisiko
terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut. Kemudian nilai CI
dengan tingkat kepercayaan 95% = 2,1 – 14 % yang berarti balita
yang mengalami gizi tidak normal kemungkinan paling kecil 2 kali
lipat berisiko terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut,
sedangkan paling besar kemungkinan 14 kali lipat berisiko terhadap
kejadian infeksi saluran pernafasan akut.
5.2 Analisis Dan Hasil Penelitian
Hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square terhadap Status
Gizi dan Kejadian infeksi saluran pernafasan akut, kemudian diperoleh nilai
P value = 0,01 (CL:95%, P value < 0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak,
maka diketahui terdapat hubungan antara status gizi buruk dengan kejadian
infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015.
BAB VIPEMBAHASAN
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Mengidentifikasi Status Gizi Pada Balita
Setelah jumlah minimal sampel terpenuhi berdasarkan gambar
5.1. di ketahui bahwa status gizi balita dari total 90 responden balita di
wilayah kerja Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan
Kabupaten Kotabaru tahun 2015 yaitu: sebagian besar atau 61 % yaitu
gizi normal dan hampir setengahnya atau 39 % dengan gizi yang tidak
normal
Tehknik pengambilan sampel status gizi balita berdasarkan sampel
kasus dan sampel kontrol. Pada sampel kasus status gizi tidak normal
58%, sedangkan gizi normal 42%. Pada sampel kontrol status gizi normal
80%, dan tidak normal 20%. Berdasarkan data tersebut, pada sampel
kasus dengan diagnosa ISPA positif sebagian besar di dominasi oleh status
gizi tidak normal. Sedangkan sampel kontrol yaitu pada responden yang
sehat status gizi di dominasi oleh hampir seluruhnya dalam kategori
normal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dikemukanan
bahwa pertumbuhan yang baik dan status imunologi yang memadai akan
menghasilkan kesehatan yang baik pula. Status gizi yang kurang atau tidak
normal akan lebih rentan terhadap infeksi akibat menurunnya kekebalan
tubuh terhadap invasi patogen. Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang
terhambat biasanya disertai dengan status imunologi yang rendah sehingga
mudah terkena penyakit (Sastomo, 2008).
6.2 Mengidentifikasi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Balita
Penelitian yang dilakukan di Puskemas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru dari tanggal 1 Juni hingga 1 Juli
2015, peneliti banyak menemukan kasus ISPA yaitu 167 kasus seperti
pneumonia, tonsilitis, faringitis, dan rinitis. Tetapi yang diteliti hanya
hanya 45 responden sampel kasus sesuai kuota sampel.
Berdasarkan gambar 5.3, di ketahui bahwa dari 90 responden balita
0 – 5 tahun terdiri dari 50% atau setengahnya dengan diagnosa positif
Infeksi saluran pernafasan akut sebagai sampel kasus, kemudian
setengahnya lagi atau 50% responden balita tersebut dengan Infeksi
saluran pernafasan akut negatif sebagai sampel kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian, Reponden dengan ISPA positif
sebagian besar di dominasi oleh status gizi tidak normal. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ISPA
adalah balita dengan status gizi yang buruk atau tidak normal, yang mana
akan mudah terserang ISPA dibandingkan dengan balita dengan gizi yang
normal, karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi
sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan
mengakibatkan kekurangan gizi, sehingga pada keadaan gizi kurang, balita
lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama
(Heriana, 2005).
6.3 Mengidentifikasi Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Balita.
Asupan makanan yang sangat berpengaruh pada keadaan status
gizi juga berperan untuk mengurangi kerentanan terhadap kejadian infeksi.
Status gizi yang baik, diperoleh dari asupan zat gizi yang baik pula
sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
meningkatkan daya tahan tubuh. (Sjahmien M, 2000)
diperoleh nilai P value = 0,01 maka H1 diterima dan H0 ditolak,
maka diketahui terdapat hubungan antara status gizi buruk dengan
kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di wilayah kerja
Puskemas Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru
tahun 2015.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di
lakukan oleh penelitian Asmidiayanti S (2012) dengan judul hubungan
antara status gizi dengan morbiditas ISPA anak usia balita di kecamatan
danau kerinci kabupaten kerinci, Rahmawati D (2008) dengan judul
hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA balita URJ RSUD dr
Soetomo Surabaya, Hadiana S (2013) dengan judul hubungan status gizi
terhadap terjadinya ISPA pada balita di Puskesmas Pajang Surakarta, dan
East Mediterr Health J (2013) tentang Acute Respiratory Infection And
Malnutrition In Erbil Governorate Iraq. Dari keempat keaslian penelitian
tersebut, seluruhnya mempunyai hasil nilai P value < dari 0,05. Yang
mana menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian
ISPA.
Hasil penelitian tersebut merupakan hubungan yang bersifat
negatif, yang mana status gizi tidak normal akan lebih berisiko terjadi
infeksi saluran pernapasan akut. Berdasarkan nilai OR yang didapat dari
hasil penelitian OR = 5,474 yang berarti balita yang menderita gizi tidak
normal 5 kali lebih berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi saluran
pernafasan akut. Kemudian nilai CI 95% = 2,1 – 14 % yang berarti balita
yang mengalami gizi tidak normal kemungkinan paling kecil 2 kali lipat
berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi saluran pernafasan akut dengan
tingkat kepercayaan 95%, sedangkan paling besar kemungkinan 14 kali
lipat berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi saluran pernafasan akut
dengan tingkat kepercayaan 95%.
6.4 Keterbatasan
Beberapa kendala oleh peneliti saat penelitian di laksanakan adalah
sebagai berikut:
a) Dalam penelitian ini peneliti terkendala masalah pengumpulan data,
yang mana pendataan sampel kasus dan sampel kontrol hanya di
laksanakan di Pulau Marabatuan yang terdiri dari 2 desa yaitu desa
tanjung nyiur dan desa tengah. Untuk 3 desa seperti desa maradapan,
desa teluk sungai, dan desa labuan barat peneliti tidak dapat melakukan
pengumpulan data di daerah tersebut, mengingat biaya antar desa dari
Pulau Marabatuan ke Desa Maradapan, ke Desa Teluk Sungai, dan ke
Desa Labuan Barat yang hanya dapat di tempuh dengan kapal laut,
ternyata cukup besar yaitu ± Rp 2.000.000,- perdesanya jika menyewa
kapal nelayan setempat. Namun saat penelitian dilaksanakan dari
tanggal 1 juni 2015 sampai dengan 1 juli 2015 akses perjalan
menggunakan kapal laut tidak dapat di tempuh karena kendala ombak
yang besar terjadi setiap harinya, sehingga tidak ada kapal yang
berlayar ke tiga desa tersebut.
b) Masalah pendidikan dan bahasa daerah merupakan kendala bagi
peneliti. Sebagian besar warga menggunakan bahasa Mandar sehari
hari nya, bahkan masih banyak yang tidak mengerti bahasa indonesia
pada umumnya.
c) Diagnosis ISPA yang dipakai untuk kriteria penelitian, memang
menggunakan rekam medik sesuai diagnosis dokter. Namun di
lapangan, peneliti harus menambahkan kejadian penyakit ke dalam
kriteria karena terpisah diagnosis dari ISPA seperti pneumonia,
tonsilitis, bronkhitis akut, faringitis, dan rinitis.
d) Untuk keperluan sampel kontrol dengan ISPA negatif, peneliti harus
mencari balita yang benar - benar sehat dari penyakit ISPA atau
penyakit lainya. Beberapa responden yang di data banyak yang tidak
termasuk kriteria inklusi, Karena balita tersebut menderita penyakit
lain seperti infeksi gasrtointestinal dan penyakit kulit walau pun tidak
ditemukan gejala ISPA
BAB VIIPENUTUP
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tahun 2015
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Status Gizi
3) Sebagian besar sampel kasus dalam kategori status gizi tidak normal,
dan hampir seluruhnya sampel kontrol dalam kategori status gizi
normal.
4) Sebagian besar sampel kasus dan sampel kontrol tersebut dalam
kategori normal. Sedangkan hampir setengah beresiko terhadap
kejadian ISPA karna dalam kategori tidak normal.
2. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dari total semua
responden balita didapatkan hasil dengan diagnosa (ISPA positif)
sebagai sampel kasus. Sedangkan setengahnya lagi responden balita
tersebut dalam keadaan sehat (ISPA negatif) sebagai sampel kontrol.
3. Berdasarkan hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahawa terdapat
hubungan antara status gizi dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan
Akut pada balita di wilayaha kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan
Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru tanun 2015.
7.2 Saran
1. Bagi Puskesmas Marabatuan
Bagi instansi terkait Puskesmas Marabatuan disarankan untuk
lebih meningkatkan kulitas kesehatan dan gizi balita, misalnya:
a. Mensosialisasikan fungsi posyandu dan imunasasi wajib bagi
balita.
b. Mensosialisasikan kepada orang tua balita akan pentingnya
pemeberian vit A tiap 6 bulan sekali bagi balita, yang
dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus di Posyandu
setempat
c. Melaksanakan kegiatan swiping dan pendataan per trimester bagi
balita yang belum lengkap imunisasi, maupun terindikasi gizi
buruk guna mendapatkan sasaran program yang tepat.
d. Mensosialisasikan dan melaksanakan dengan tepat sasaran
Program Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kotabaru untuk
pembagian susu gratis bagi ibu hamil dan balita dengan berat
badan di bawah garis merah atau di bawah normal
e. Mensosialisasikan dan melaksanakan pemberian formula resomal
(mineral-mix) secara intensif dan tepat sasaran bagi balita dengan
status gizi di bawah garis merah atau di bawah normal.
2. Bagi Stikes Darul Azhar
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran khususnya tentang bahaya serta tanda gejala pada
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
3. Bagi Masyarakat
Disarankan bagi masyarakat terutama orang tua yang memiliki
balita agar perlu memperhatikan gizi balita, serta imunisasi dasar
lengkap, dengan demikian dapat menjaga imunitas sehingga terhindar
dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut maupun infeksi lainya
yang termasuk dalam program P2PL.
Kemudian orang tua agar selalu kooperatife memeriksakan
anaknya ke Puskesmas maupun Posyandu jika di temukan tanda dan
gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan dilakukanya penelitian ini, disarankan kepada peneliti
selanjutnya agar kedepan peneliti lebih spesifik terhadap penelitianya
terutama pada metode penelitian case control maupun cohort dengan
cakupan populasi dan sampel yang lebih luas, sehingga dapat meneliti
dengan cakupan variabel yang lebih akurat, lebih luas, dan lebih
spesifik. Meskipun penelitian ini sudah mememenuhi besar sampel
minimum, namun penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah
lagi jumlah dari sampel yang akan di teliti, serta bisa mencari faktor
penyebab lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut.
DAFTAR PUSTAKA
Andarini. (2005). Pertahanan Tubuh Dari Nutrisi Adekuat. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Almatsier. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Amirudin. Ridwan (2005). Analisis Faktor Resiko Kejadian Pneumonia PadaAnak Umur Kurang Dari 1 Tahun Di RSUD Labuang Haji Kota Makasar. Med Nus Vol 26 No.3.
Anonimus. (2003). Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Nuha medika: Yogyakarta.
Asmidayanti, Susi. (2012). Karya Tulis Ilmiah Hubungan Status Gizi dengan Morbiditas ISPA Anak Usia Balita di Kecamatan Danau Kerinci Kabupaten Kerinci tahun 2012. Di akses tanggal 27 april 2015, dari http://www.sribd.com/mobile/doc/Susi-Asmidayanti =1.
Choirunisa. (2009). Panduan Terpenting Merawat Bayi Dan Balita. Moncher Publisher: Yogyakarta.
Depkes RI. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran PernapasanAkut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://Litbang.Depkes.co.id.
.(2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran PernapasanAkut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Di akses pada tanggal 30 april 2015, dari http://Litbang.Depkes.co.id
.(2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS(. . Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://Litbang.Depkes.co.id.
.(2010). Profil Kesehatan Indonesia. Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://www.depkes.go.id.
.(2010). Anak dengan Gizi Baik Menjadi Aset dan Investasi Bangsa DiMasa Depan. Di akses pada tanggal 27 april 2015, dari http://www.depkes.go.id.
Dinas Kesehatan Kotabaru. (2015). Jumlah Balita Terkena ISPA dan Gizi Buruk.
East Mediterr Health J. (2013). Acute respiratory infection and malnutrition among children below 5 years of age in Erbil -governorate, Iraq. Di akses tanggal 30 april 2015, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23520908.
Hadiana, Suman Yus Mei. (2013). Karya Tulis Ilmiah Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA( Pada Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta tahun 2013. Di akses tanggal 27 april 2015, dari http://www.sribd.com/mobile/doc/Suman-Yus-Mei-Hadiana =1
Heriana. (2005). Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Konsep Dan Aplikasi Penatalaksanaan. EGC: Jakarta.
Isgianto, Awal. (2009) Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non- Eksperimental. Mitra Cendikia: Yogyakarta.
Kepmenkes RI. (2012). Standart Perhitungan Gizi Balita Di Indonesia. Diakses pada tanggal 17 april 2015, dari http//Litbang.Depkes.co.id.
Muaris. (2006) Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Natoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rinekacipta: Jakarta.
Nelson (2008). Ilmu Kesehatan Anak , EGC: Jakarta.
(2007). Ilmu Kesehatan Anak , EGC: Jakarta.
Pukesmas Marabatuan Kabupaten Kotabaru. (Tahun 2015). Jumlah Balita Terkena Gizi Buruk dan ISPA.
Rahajoe, Supriyatno, dan Setyanto . (2012). Buku Ajar Respirologi Anak, Cetakan Ketiga. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta.
Rahmawati, Dewi. (2008). Karya Tulis Ilmiah Hubungan antara Status Gizi dengan Kejadian ISPA Balita di URJ Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2008. Di akses tanggal 27 april 2015, dari http://www.academia.com/mobile/doc/Dewi-Rahmawati=1
Ritzki, Aditia. (2012). Jumlah Data Gizi Dan ISPA Di Indonesia Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI 2011. Diakses Pada Tanggal 26 April 2015, dari http://m.tempo.com
Rodrígues, Cervantes Leonarndo, dan Ortiz, Riza. (2011). Malnutrition And Gastrointestinal And Respiratory Infections In Children: A Public Health Problem. di akses pada tangga 27 april 2015, dari http://www. ncbi.com/journal/
Saputri. (2013). Asuhan Kebidana Pada Anak Dengan Ispa Sedang. Diakses pada tanggal 26 april 2015, dari http://www.doc.udesk.com
Sastomo. (2008). Patologi Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Sastroasmoro, Sudigdo., & Ismail, Sofyan. (2008). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto: Jakarta.
Sugiyono .(2012). Memahami penelitian kualitatif. Alfa Beta: Bandung.
Sukirman. (2000). Penilaian Status Gizi Balita. EGC: Jakarta.
Suryadi. (2013). Hasil survey oleh South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS( Tahun 2012 Tentang ISPA dan Gizi Buruk. Diakses Pada Tanggal 25 April 2015, dari http://www.bkmp.go.id
Supriasa., Bakri, Bahyar., & Fazjar, Ibnu. (2002). Penilaian setatus gizi. EGC: Jakarta.
Sutomo. (2010). Menu Sehat Untuk Batita Dan Balita. Demamadia: Jakarta.
Sofyan., Iyan. (2015). Data World Heart Organization (WHO( Tentang Phenomonia Di Negara Berkembang. Diakses Pada Tanggal 25 April 2015, dari Http://www.academia.edu.com
Waryana. (2010). Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Resiko Infeksi Pada Balita. Nuha medika: Yogyakarta.
Werdiono, Defri. (2012). Rata Rata Keluhan Ispa Di Kalimantan Selatan Naik 59 Persen Setiap Tahunya. Diakses Pada Tanggal 26 April 2015, Dari http://regional.compas.com.
LAMPIRAN
PERSETUJUAN INFORM CONSENT
Hubungan Antara Status Gizi Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru
Kepada:
Calon responden
Di-
Tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang berjudul “ Hubungan
Antara Status Gizi Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Kotabaru”. Saya memohon kepada sodara/i untuk
bersedia balitanya di obsevasi untuk kepentingan pelaksanaan penelitian diatas
tersebut. Apabila sodara/i besedia anaknya terlibat dalam penelitian ini dimohon
menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Batulicin , Juni 2015
Hormat Saya
Maulida Mustika
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Hubungan Antara Status Gizi Dengan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marabatuan
Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama ibu :
Nama balita :
Umur :
Setelah mendapat keterangan serta mengetahui manfaat dan tujuan
penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Status Gizi Dengan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Marabatuan Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru” dengan ini
menyatakan setuju/tidak setuju *) diikut sertakan dalam penelitian dengan catatan
apabila sewaktu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak
membatalkanya. Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiannya.
Batulicin , Mei 2015
Responden
( )
*) coret yang tidak perlu
LEMBAR OBSERVASI STATUS GIZI (SAMPEL KASUS)
NO NAMA RESPONDEN
BERAT BADAN
(Kg)
TINGGI BADAN
(Cm)
NILAI STANDAR
DEFIASI (SD)
STATUS GIZI
KATEGORI GIZI
1 Hasril 8,2 67,0 + 0,1 Normal Normal2 Afika Naila 6,8 69,0 - 2,3 Kurus Tidak Normal3 Taufik K 10,2 79,0 - 0,2 Normal Normal4 Fitrah 8,5 68,0 + 0,6 Normal Normal5 Melda Asifah 6,3 67,0 - 2,8 Kurus Tidak Normal6 Naila R 6 65,5 - 2,7 Kurus Tidak Normal7 M Yuliana P 7,5 70,0 - 1,6 Normal Normal8 Nurizki 15 87,0 + 2,8 Gemuk Tidak Normal9 Aisyah 9,5 80,5 - 1,3 Normal Normal10 M Arif 7 65,5 - 1,3 Normal Normal11 Puspa 14,3 102,0 - 1,3 Normal Normal12 Sulaiman 10,9 92,0 - 2,7 Kurus Tidak Normal13 Abd Latif 9,7 85,5 - 2,7 Kurus Tidak Normal14 M Yunus 9 78,0 - 1,5 Normal Normal15 Ramsyah 12,5 100,3 - 2,7 Kurus Tidak Normal16 Mutia R 14 100,9 - 1,3 Normal Normal17 Fadhil 10 87,0 - 2,2 Kurus Tidak Normal18 M Arifin 18 96,0 + 3,1 Gemuk Tidak Normal19 Alfa R 11,5 95,0 - 2,4 Kurus Tidak Normal20 Ikhwana D 7 67,0 - 1,5 Normal Normal21 Sakinah 7,6 74,0 - 2,6 Kurus Tidak Normal22 Fatih 7,8 80,0 - 3,8 Kurus
SekaliTidak Normal
23 Ruamiah 12 94,0 - 1,8 Normal Normal24 Abd Sani 12,5 100,0 - 2,5 Kurus Tidak Normal25 Appedo 10 81,5 - 1 Normal Normal26 Kurnia R 11 67,5 + 4,3 Gemuk Tidak Normal27 Maya S 7 73,5 - 3,3 Kurus
SekaliTidak Normal
28 Putriana 6,6 66,0 - 2,1 Kurus Tidak Normal29 Diani 8,5 74,5 - 1,4 Normal Normal30 Rusmini 11,7 94,0 - 2,3 Kurus Tidak Normal31 Bila Naila 11,6 101,0 - 3,8 Kurus
SekaliTidak Normal
32 Karnia 8 70,5 - 1 Normal Normal33 Ahmad Sarif 6,5 67,5 - 2,5 Kurus Tidak Normal34 Sila 8 84,5 - 4,4 Kurus
SekaliTidak Normal
35 Fathur R 15 96,0 + 0,6 Normal Normal36 Suci H 18 109,0 - 0,2 Normal Normal37 Dina Rusdina 11 87,0 - 1,2 Normal Normal38 Kartunia 7 69,5 - 2,2 Kurus Tidak Normal39 Kanjama 7 66,0 - 1,2 Normal Normal40 Kaswari 8 87,5 - 4,3 Kurus
SekaliTidak Normal
41 Tambariah 13,2 105,0 - 2,7 Kurus Tidak Normal42 Lina Sari 13 85,5 + 1,2 Normal Normal43 Topathama 8 77,5 - 3 Kurus Tidak Normal44 Samirah 7 70,5 - 2,4 Kurus Tidak Normal45 Siti Raudah 15 111,0 - 2,3 Kurus Tidak Normal
LEMBAR OBSERVASI STATUS GIZI (SAMPEL KONTROL)
NO NAMA
RESPONDEN
BERAT
BADAN
(Kg)
TINGGI
BADAN
(Cm)
NILAI
STANDAR
DEFIASI (SD)
STATUS
GIZI
KATEGORI
GIZI
1 Mu’min 14 99,3 - 0,9 Normal Normal2 Manialang 10 84,2 - 1.5 Normal Normal3 Risyad 9,5 69,4 + 1,6 Normal Normal4 Fadhilah 9 80,0 - 1,7 Normal Normal5 Aliando 9,5 85,5 - 2,5 Kurus Tidak Normal6 Firman 6 75,7 - 3,9 Kurus
SekaliTidak Normal
7 Gusman 18 105,3 + 0,9 Normal Normal8 Abd Muiz 10 73,3 + 1,1 Normal Normal9 Ratna Dewi 12 87,0 - 0,2 Normal Normal10 Paramitha 7,8 74,8 - 2,6 Kurus Tidak Normal11 Takaila 15 100,1 - 0,3 Normal Normal12 Hengki K 13 85,0 +1,3 Normal Normal13 Busdar 11 92,0 - 2,2 Kurus Tidak Normal14 Alif R 10 99,5 - 3,8 Kurus
SekaliTidak Normal
15 Anisya R 9,5 75,0 - 0,1 Normal Normal16 Niko Pratama 10,5 82,5 - 0,7 Normal Normal17 Aziz Mulah 11,5 87,0 - 0,7 Normal Normal18 Adb Syadik 16,4 103,5 0 Normal Normal19 Reza Rahman 7,5 65,0 + 0,1 Normal Normal20 Sugino 9 74,3 - 0,6 Normal Normal21 Tarmudhin 8,5 80,5 - 2,4 Kurus Tidak Normal22 Na’ojeng 14 91,2 + 0,8 Normal Normal23 Bapardi 9,5 78,0 - 0,9 Normal Normal24 Rusmadhi H 10,3 86,3 - 1,8 Normal Normal25 Endah Dila 12 72,3 + 3,7 Gemuk Tidak Normal26 Ani Masdhina 12,5 92,5 - 0,9 Normal Normal27 Rizka P 15 100,1 - 0,3 Normal Normal28 Ridhuan S 13 90,6 - 0,1 Normal Normal29 Ari Firman 19 109,1 + 0,5 Normal Normal30 Rafhika 9 74,5 - 0,7 Normal Normal31 Murniati 13,5 88,0 + 1 Normal Normal32 Ruslansyah 10 78,0 - 0,2 Normal Normal33 M Pardi 12,5 88,5 0 Normal Normal34 Firdhaus 14 93,0 +1 Normal Normal35 Lena R 19,5 107,8 +1 Normal Normal36 Nia Andhini 6,5 80,5 - 4 Kurus
SekaliTidak Normal
37 Basniah 12,2 96,0 - 1,9 Normal Normal38 Irawan S 27 111,0 + 4,5 Gemuk Tidak Normal39 Muth’mainah 9 68,5 + 1 Normal Normal40 Basriansyah 10,9 76,8 + 1,1 Normal Normal41 Wijaya K 10,6 79,8 0 Normal Normal42 Ariansyah 9 69,0 + 0,8 Normal Normal43 Safira 12,9 89,6 0 Normal Normal44 Lukman H 11,6 80,5 + 1 Normal Normal45 Vera Sari 19,5 103,5 + 2,4 Normal Normal
TABEL SILANG
STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status gizi * Kejadian Ispa
90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
status gizi * Kejadian Ispa Crosstabulation
Kejadian Ispa
TotalPositif ISPA Negatif ISPA
status gizi tidak normal Count 26 9 35
Expected Count 17.5 17.5 35.0
% within status gizi 74.3% 25.7% 100.0%
% within Kejadian Ispa
57.8% 20.0% 38.9%
% of Total 28.9% 10.0% 38.9%
Normal Count 19 36 55
Expected Count 27.5 27.5 55.0
% within status gizi 34.5% 65.5% 100.0%
% within Kejadian Ispa
42.2% 80.0% 61.1%
% of Total 21.1% 40.0% 61.1%
Total Count 45 45 90
Expected Count 45.0 45.0 90.0
% within status gizi 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Ispa
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.512a 1 .000
Continuity Correctionb 11.969 1 .001
Likelihood Ratio 13.959 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
13.362 1 .000
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
ValueApprox.
Sig.
Nominal by Nominal
Phi .387 .000
Cramer's V .387 .000
Contingency Coefficient .361 .000
N of Valid Cases 90
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for status gizi (tidak normal / Normal)
5.474 2.138 14.012
For cohort Kejadian Ispa = Positif ISPA 2.150 1.423 3.249
For cohort Kejadian Ispa = Negatif ISPA .393 .217 .712
N of Valid Cases 90
JADWAL PENELITIAN
NO KEGIATANBULAN KEGIATAN
Maret2015
April2015
Mei2015
Juni2015
Juli2015
Agustus2015
1. Pengumpulan Literatur
2. Mengajukan Judul Penelitian
3. Penyusunan Proposal
4. Konsultasi Proposal
5. Seminar Proposal
6. Revisi Proposal
7. Melakukan Penelitian
8. Penyusunan dan Pengelolaan Data
9. Konsultasi Pembimbing dan Sidang KTI
10. Revisi dan Pengumpulan KTI
DOKUMENTASI PENELITIAN