karya tulis ilmiahasuhan keperawatan pada ny. y dengan kasus malaria di ruang melati rsud dr. m....

223
1 KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2012 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan DIII Keperawatan Disusun Oleh : RINA FEBRIYANI NIM : 20091048

Upload: rina-febriyani

Post on 28-Dec-2015

510 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

KARYA TULIS ILMIAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2012OLEHRINA FEBRIYANINIM : 20091048RINGKASANASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2012Prodi/Jurusan Keperawatan Tahun 2012.Rina Febriyani, Ns. Resdi Budaya, S.Kep, Hj. Djusmalinar, SKM, M.Kes.Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, salah-satunya yaitu daerah Bengkulu. Data yang di peroleh dari Rekam Medik RSUD Dr. M. YUNUS Bengkulu terlihat mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2009 (1.276 penderita), pada tahun 2010 (1.325 penderita), Sedangkan pada tahun 2011 (1.356 penderita), di mana kasus malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10 penyakit terbesar di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011. Ditinjau dari kejadian penyakit malaria maka perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang meliputi peningkatan derajat kesehatan klien, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien dan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan kasus malaria dengan menggunakan metode deskriptif yang berupa studi kasus. Penyakit malaria ini memerlukan perawatan yang teliti dan observasi yang cermat terhadap semua kemungkinan yang mungkin akan terjadi salah satunya anemia yang merupakan akibat dari penyakit malaria. Menurut teori, masalah yang ditemukan pada pasien dengan penyakit malaria adalah : perubahan perfusi jaringan, aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit, hipertermi, aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri dan ketidak nyamanan, gangguan aktivitas, resiko penularan penyakit. Diagnosa keperawatan yang tidak diangkat yaitu : Diagnosa resiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, diaforesis, karena tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan cairan yang berat pada Ny.Y. Setelah itu perawat menyusun intervensi yang disesuaikan dengan tinjauan teori menurut Muttaqin (2011), Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada klien dan keluarga. Pada evaluasi dari 6 diagnosa keperawatn yang telah disusun sesuai dengan masalah utama, selama melakukan lima hari perawatan pada Ny.Y dimana hasil akhir dari evaluasi didapatkan bahwa semua masalah yang ada dapat teratasi. Pasien dengan penyakit malaria harus mendapatkan perawatan secara teliti dan memerlukan observasi yang cermat, karena penyakit malaria ini bila tidak segera diatasi dengan cepat dan tanggap dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, MalariaDaftar Pustaka : (2006-2011) 

TRANSCRIPT

1

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS

BENGKULU TAHUN 2012

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MenyelesaikanProgram Pendidikan DIII Keperawatan

Disusun Oleh :

RINA FEBRIYANINIM : 20091048

AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULUPROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2012

2

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS

BENGKULU TAHUN 2012

OLEH

R INA FEBRIYANI NIM : 20091048

Telah diuji dan Dipertahankan Di Hadapan Tim PengujiKarya Tulis Ilmiah AKKES Sapta Bakti Bengkulu

Pada tanggal 06 September 2012Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Resdi Budaya, S.kep Hj. Djusmalinar, SKM, M.Kes

Penguji I Penguji II

Ns.Fourni Ardiansyah S. K ep Elinofia, S.Kp, M M

Bengkulu, 06 September 2012

Mengetahui,Direktur AKKES Sapta Bakti Bengkulu

Hj. Djusmalinar, SKM, M.KesNIDN : 02-0106-5502

3

RINGKASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD Dr. M. YUNUS

BENGKULU TAHUN 2012

Prodi/Jurusan Keperawatan Tahun 2012.Rina Febriyani, Ns. Resdi Budaya, S.Kep, Hj. Djusmalinar, SKM, M.Kes.

Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, salah-satunya yaitu daerah Bengkulu. Data yang di peroleh dari Rekam Medik RSUD Dr. M. YUNUS Bengkulu terlihat mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2009 (1.276 penderita), pada tahun 2010 (1.325 penderita), Sedangkan pada tahun 2011 (1.356 penderita), di mana kasus malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10 penyakit terbesar di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011. Ditinjau dari kejadian penyakit malaria maka perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang meliputi peningkatan derajat kesehatan klien, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien dan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan kasus malaria dengan menggunakan metode deskriptif yang berupa studi kasus. Penyakit malaria ini memerlukan perawatan yang teliti dan observasi yang cermat terhadap semua kemungkinan yang mungkin akan terjadi salah satunya anemia yang merupakan akibat dari penyakit malaria. Menurut teori, masalah yang ditemukan pada pasien dengan penyakit malaria adalah : perubahan perfusi jaringan, aktual/resiko tinggi gangguan elektrolit, hipertermi, aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri dan ketidak nyamanan, gangguan aktivitas, resiko penularan penyakit. Diagnosa keperawatan yang tidak diangkat yaitu : Diagnosa resiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, diaforesis, karena tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan cairan yang berat pada Ny.Y. Setelah itu perawat menyusun intervensi yang disesuaikan dengan tinjauan teori menurut Muttaqin (2011), Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada klien dan keluarga. Pada evaluasi dari 6 diagnosa keperawatn yang telah disusun sesuai dengan masalah utama, selama melakukan lima hari perawatan pada Ny.Y dimana hasil akhir dari evaluasi didapatkan bahwa semua masalah yang ada dapat teratasi. Pasien dengan penyakit malaria harus mendapatkan perawatan secara teliti dan memerlukan observasi yang cermat, karena penyakit malaria ini bila tidak segera diatasi dengan cepat dan tanggap dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, MalariaDaftar Pustaka: (2006-2011)

4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis hanturkan

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kenikmatan dan kasih sayang-Nya

kepada penulis sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan

baik dan lancar.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Sapta Bakti

Bengkulu dengan judul ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN

KASUS MALARIA DI RUANG MELATI RSUD DR. M YUNUS BENGKULU

TAHUN 2012”.

Dalam penuulisan Karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan baik moril maupun spiritual dan juga saran dari berbagai pihak yang

sangat bermanfaat bagi penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih antara lain kepada yang terhormat :

1. Ibu Hj. Djusmalinar, SKM, M.Kes selaku Direktur Sapta Bakti Bengkulu

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengukuti

pendidikan di Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu.

2. Ketua program studi keperawatan ibu Ns. Siti Nurhadini, s.Kep, MPH. Ibu

Ns. Indaryani, S.Kep selaku ketua pelaksana ujian Karya Tulis Ilmiah dan

seluruh dosen dan staf pengajar Akkes Sapta Bakti Bengkulu yang telah

membantu saya untuk mendapatkan fasilitas dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah.

5

3. Bapak Dr. Zulman Zuri Amran selaku Direktur RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu yang mana telah memberikan bantuan berupa data dan izin

kepada saya dalam melaksanakan penelitian di wilayah kerja yang Bapak

pimpin.

4. Ns. Resdi Budaya, S.Kep selaku dosen pembimbingg 1 (satu) dan Hj.

Djusmalinar, SKM, M.Kes sebagai pembimbing II(dua) dengan kesibukan

beliau masih bersedia memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk

membimbing saya secara telaten dan penuh kesabaran dalam meyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ns.Fourni Ardiansyah S.Kep selaku dosen penguji 1 (satu) dan Elinofia,

S.Kp, MM selaku dosen penguji 2 (dua) atas kesediaanya menguji dan

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Andi Afrizal S.Kep selaku kepala ruangan beserta seluruh staf perawat di

ruangan Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

7. Kepada pasien Ibu Yurneli beserta keluarga.

8. Teman-teman seperjuangan di Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu.

9. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan, motivasi, cinta,

dan do’anya yang hampir seluruh waktunya untuk kesuksesan pendidikan

saya. Juga kepada kakak dan adik saya yang telah memberikan dukungan

semangat kepada saya. Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan

terimakasih yang tak dapat saya uraikan dengan kata-kata.

10. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6

Kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian Karya

Tulis Ilmiah ini semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya dan

membalas kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang setimpal. Akhirnya

semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua khusunya bagi

perkembangan dunia keperawatan.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memenuhi tujuan yang diharapkan,

maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti berharap Karya

Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi peneliti maupun bagi pembaca sekalian, semoga

Allah SWT, melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Amiiin.

Bengkulu, 15 agustus 2012

Penulis

7

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii

RINGKASAN.............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR................................................................................. iv

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH............................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang.......................................................................... 1B. Tujuan Penulisan....................................................................... 7C. Manfaat Penulisan..................................................................... 8D. Metode Penulisan...................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORITISA. Konsep Teori Penyakit.............................................................. 9

1. Pengertian............................................................................. 92. Anatomi Fisiologi................................................................. 93. Etiologi................................................................................. 154. Manifestasi Klinis................................................................ 185. Patofisiologi......................................................................... 216. Komplikasi........................................................................... 257. Pemeriksaan Diagnostik...................................................... 268. Penatalaksanaan.................................................................... 28

B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan.......................................... 31

BAB III TINJAUAN KASUSA. Pengkajian Keperawatan........................................................... 52B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 67C. Intervensi Keperawatan............................................................. 68D. Implementasi Keperawatan....................................................... 76E. Evaluasi..................................................................................... 101

BAB IV PEMBAHASANA. Pengkajian Keperawatan........................................................... 106B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 110C. Intervensi Keperawatan............................................................. 115D. Implementasi Keperawatan....................................................... 115

8

E. Evaluasi..................................................................................... 116

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan .............................................................................. 117B. Saran.......................................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 121

LAMPIRAN.................................................................................................

9

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Manifestasi klinis infeksi plasmodium....................... 19

Tabel 2.2 Analisa Data................................................................ 37

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan.............................................. 41

Tabel 3.1 Data penunjang........................................................... 57

Tabel 3.2 Penatalaksanaan Medis............................................... 58

Tabel 3.3 Kebiasaan Sehari-hari................................................. 59

Tabel 3.4 Analisa Data................................................................ 61

Tabel 3.5 Intevensi Keperawatan................................................ 65

Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan......................................... 73

Tabel 3.7 Evaluasi....................................................................... 99

10

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax di

dalam darah................................................................. 9

Gambar 2.2 Limpa dan hati........................................................... 14

Gambar 2.3 Tanda-tanda nyamuk malaria bila hinggap/

menggigit letak kepala lebih rendah dibanding

badannya (menungging)............................................. 16

Gambar 2.4 Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada

masing-masing parasit

plasmodium........................................ 17

Gambar 2.5 Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.............. 21

11

DAFTAR SIGKATAN/ISTILAH

MDGS : Millenium Development Goals

HIV : Human Immunodeficiency Virus

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome

BAPPENAS RI : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

WHO : World Health Organisation

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

API : Annual Parasite Incidence

CFR : Case Fatality Rate

P. : Plasmodium

USG : Ultra Sono Grafi

SGPT : Serum Glutamic Piruvic Transaminase

SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

DDR : Dikke Droppel

Hb : Haemoglobin

TTV : Tanda-tanda vital

TD : Tekanan darah

BB : Berat badan

TB : Tinggi badan

GGA : Gagal Ginjal Akut

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

CTZ : Chemoreseceptor trigger zone

5HT3 : 5-hydroxytriptamine

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 : Satuan Acara Penyuluhan Malaria

Lampiran 2 : Lembar surat izin pengambilan data dan studi kasus KTI dari

AKKES Sapta Bakti Bengkulu.

Lampiran 3 : Lembar surat permohonan izin melakukan penelitian dari

Kepala Bidang Pendidikan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Lampiran 4 : Lembar surat permohonan izin mengambil data awal penelitian

dari Rekam Medik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Lampiran 5 : Lembar surat permohonan izin melakukan penelitian dari

Kepala Bidang Keperawatan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Lampiran 6 : Lembar surat permohonan izin melakukan penelitian dari

Kepala IRNA RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Lampiran 7 : Lembar surat pemohonan izin dari Kepala Ruangan Melati.

Lampiran 8 : Lembar surat keterangan selesai penelitian dari RSUD Dr. M.

Yunus Bengkulu.

Lampiran 9 : Lembar konsultasi bimbingan KTI.

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Deklarasi Millenium Development Goals merupakan kesepakatan

para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang persatuan

bangsa-bangsa di New York pada bulan september 2000 menegaskan

kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai

Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun

2015. Terdapat delapan (8) tujuan pembangunan Millenium Development

Goals pada tahun 2015 yaitu : Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan,

Mencapai pendidikan dasar untuk semua, Mendorong kesetaraan gender

dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,

meningkatkan kesehatan ibu, Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan

penyakit menular lainya, Memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan

membangun kemitraan global untuk pembangunan. Tujuan Millenium

Development Goals (MDGs) adalah menempatkan manusia sebagai fokus

utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang

tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat (BAPPENAS, 2011).

Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh

ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, dimana pembangunan

sektor kesehatan merupakan salah satu unsur penentu. Untuk mendapatkan

sumber daya manusia yang berkualitas, masyarakat harus bebas dari

berbagai penyakit, termasuk penyakit malaria (Kepmenkes RI, 2009).

1

14

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari

genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk

jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan

jenis kelamin (Irianto, 2011). Menurut Safar Rosdiana (2009) dikenal

empat spesies dari genus plasmodium yang hidup sebagai penyebab

penyakit malaria pada manusia yaitu : Plasmodium falcifarum,

Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Berbeda

dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan

meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit.

Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat

tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup (Sembel, 2009).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41%

populasi dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500

juta penderita mengalami penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7

juta diantaranya meninggal karena malaria (S embel, 2009).

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu

bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung dapat

menyebabkan demam, anemia, splenomegali, dan dapat menurunkan

produktivitas kerja. Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan

daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua,

Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa

daerah di Sumatra seperti Lampung, Bengkulu, Riau. Daerah di Jawa dan

15

Bali pun walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai

letupan kasus malaria, dan tentu saja hal ini disebabkan mudahnya

transportasi untuk mobilisasi penduduk, sehingga sering menyebabkan

timbulnya malaria import (Harijanto, 2011).

Tujuan pengendalian malaria didaerah-daerah yang endemik malaria

adalah menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria terhadap

kesehatan masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang

tersedia. Pengendalian dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan

mengendalikan nyamuk anopheles yang menjadi vektor penyakit.

Seseorang seharusnya menghindari dari gigitan nyamuk dengan

menggunakan pakaian lengkap (tangan dan kaki tertutup), tidur ditempat

tidur yang memakai kelambu, memakai obat penolak nyamuk,

menghindari untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang rawan malaria.

Pengendalian nyamuk secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan

insektisida, yaitu penyemprotan dalam rumah dan sekitar rumah untuk

membunuh nyamuk dewasa atau membunuh jentik-jentik nyamuk dengan

larvasida atau menebar ikan pemakan jentik nyamuk. Pengendalian secara

sanitasi yaitu membersihkan sarang-sarang pembiakan nyamuk (Sembel,

2009).

Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan

Menteri Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan

pengendalian malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu

pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau tercakup guna

16

terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari penularan

malaria sampai tahun 2030 (Kemenkes RI, 2011).

Annual Parasite Incidence (API) Nasional menunjukan penurunan

dari tahun 2008-2009 yaitu 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,85 per

1.000 penduduk. Sesuai Target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan

tahun 2010-2014 malaria merupakan salah satu penyakit yang ditargetkan

untuk menurunkan angka kesakitanya dari 2 menjadi 1 per 1.000

penduduk, sehingga masih harus dilakukan upaya efektif untuk

menurunkan angka kesakitan 0,85 per 1.000 penduduk dalam waktu 4

tahun, agar target Rencana Strategis Kesehatan tahun 2015 tercapai

(Kemenkes RI, 2011).

Angka kesakitan penyakit malaria di ukur dengan menggunakan

malaria klinis dalam bentuk Angka Kesakitan Annual Positive Incidence

(API ), artinya indikator ini menyatakan kesakitan berdasarkan gejala

klinis bukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Angka kesakitan

malaria dalam bentuk API di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebesar

14,2 per 1000 penduduk, sedangkan Case Fatality Rate (CFR)nya adalah

0,01, untuk angka kesakitan (API) tersebut mengalami kenaikan dari tahun

2009 yang hanya 10,18 per 1000 penduduk. Jumlah penderita malaria

tanpa pemeriksaan sediaan darah di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010

sebanyak 32.463 penderita, sedangkan dengan pemeriksaan sediaan darah

sebanyak 24.419 penderita (Profil Dinkes Propinsi Bengkulu, 2011).

17

Kota Bengkulu merupakan daerah endemis malaria, Tahun 2010

jumlah penderita malaria tanpa pemeriksaan sedian darah sebanyak 16,929

orang dan penderita dengan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 7,335

orang. Sedangkan angka kesakitan malaria di ukur dengan Annual Positive

Incidence (API), di ketahui angka kesakitan positif malaria di kota

Bengkulu adalah 23,8 per 1000 penduduk. Angka ini lebih tinggi dari

Angka Kesakitan Propinsi dan Nasional yaitu 16 per 1000 penduduk.

Sesuai target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-1014

target Indonesia Sehat 2015 sebesar 1 per 1000 penduduk, dalam hal ini

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu akan terus memprioritaskan program

pemberatasan penyakit menular khususnya pemberantasan penyakit

malaria diberbagi sektor (Profil Dinkes Kota Bengkulu, 2011).

Tingginya angka kesakitan malaria, tidak terlepas dari keadaan

geografis Kota Bengkulu yang berawa-rawa dan daerah pinggir pantai.

Tempat ini merupakan tempat perindukan nyamuk anopheles penyebar

penyakit malaria. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk

menurunkan angka kesakitan malaria adalah pembagian kelambu gratis

bagi keluarga yang memiliki anak balita dan ibu hamil, peningkatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan penyuluhan kesehatan

khususnya tentang penyakit malaria seperti pola prilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS), dan cara pencegahan dari gigitan nyamuk (Profil DinKes

Kota Bengkulu, 2011).

18

Berdasarkan data yang di peroleh dari data rekam medik RSUD Dr.

M. YUNUS Bengkulu dari tahun 2009 tercatat kasus malaria sebanyak

1.276 penderita, pada tahun 2010 jumlah kasus malaria 1.325 penderita,

Sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 1.356 penderita, di mana kasus

malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10 penyakit terbesar di Ruang

Rawat Inap RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2011. Dari data di

atas terlihat adanya peningkatan kasus malaria setiap tahunnya. Di ruang

Rawat Inap Melati dan Kenanga RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada

tahun 2011 malaria merupakan penyakit dengan jumlah penderita

terbanyak dimana kasus malaria menduduki peringkat ke 1 dari 10

penyakit terbesar yang ada diruang Melati dan Kenangan, tercatat kasus

malaria diruang melati pada tahun 2011 sebanyak 300 penderita (Medical

Record, 2012).

Di tinjau dari tingginya angka kejadian serta komplikasi yang dapat

ditimbulkan oleh penyakit malaria maka perawat mempunyai peranan

penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan serta pengalaman biologi, psikologi, sosiologi, spiritual yang

komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat

kesehatan klien, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan

kesehatan klien dan menggunakan pendekatan proses keperawatan

(Praptianingsih, 2006). Semua itu dapat di berikan dalam bentuk asuhan

19

keperawatan. Asuhan keperawatan di laksanakan mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, sampai evaluasi yang

mana kita dapat memberikan bantuan kepada klien dalam memenuhi

kebutuhanya, mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut, mengatasi

respon penyakit yang di deritanya sehingga masalah klien dapat dikurangi

ataupun teratasi.

Berdasarkan uraian diatas maka Penulis berkeinginan, melakukan

studi kasus bagaimana menerapkan “Asuhan Keperawatan pada Nn.Y

dengan malaria di Ruang Rawat Inap Melati di RSUD Dr. M Yunus

Bengkulu”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh informasi dan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan

klien dengan kasus Malaria di Ruang Rawat Inap Melati di RSUD Dr. M

Yunus Bengkulu Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan konsep teori Malaria.

b. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus Malaria.

c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan kasus

Malaria.

d. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan kasus

Malaria.

20

e. Mampu melakukan tindakan keperawatan / implementasi pada pasien

dengan kasus Malaria.

f. Mampu melakukan evaluasi proses keperawatan pada pasien dengan

kasus Malaria.

g. Mampu menganalisa kesenjangan maupun kesamaan antara teori

dengan aplikasi asuhan keperawatan pada klienn dengan Malaria.

h. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada

klien dengan kasus Malaria .

C. Manfaat Penulisan

1. RSUD Dr. M Yunus Bengkulu

Hasil studi kasus ini dapat memberikan masukan bagi para tenaga

kesehatan khususnya perawat dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan pada pasien.

2. Institusi pendidikan/Akademik

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lingkungan akademik

khususnya prodi DIII Keperawatan tentang asuhan keperawatan pada

kasus malaria.

3. Peneliti selanjutnya

Informasi yang di dapat dari penulis ini berguna sebagai bahan literatur

atau referensi dalam melakukan studi kasus selanjutnya.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan studi kasus.

21

22

BAB 11

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori Penyakit

1. Pengertian

Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang

disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke

manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik, 2008).

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh

plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya

bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa

demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009).

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan

oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 : Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax didalam darah.

Sumber: (

9

23

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/60/Plasmodium_vivax.jpg).

Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada

dalam ruang vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar

sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya

membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbon dioksida dari

jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari

saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormone dan materi-

materi pembekuan darah (Tarwoto, 2008).

a. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)

1) Warna

Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang

berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena

berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding

dengan darah arteri.

2) Viskositas

Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu

sekitar 1.048 sampai 1.066.

3) pH

pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral

7.00).

4) Volume

Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,

atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.

24

5) Komposisi

a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian

besar terdiri dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil

metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor

pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-protein

dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin,

alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin),

fibrinogen, protombine dan protein esensien untuk koagulasi.

Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk

mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma

globulin juga mengandung antibody (immunoglobulin)

seperti IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan

tubuh terhadap mikroorganisme.

b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%,

terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red

blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau

white blood cell (WBC), dan trombosit platelet. Sel darah

merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%)

sedangkan sel darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih

terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.

b. Struktur sel darah

1) Sel darah merah

25

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter

sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian

tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang

sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen,

karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.

Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin

(terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan

globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa

dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –

phosphate dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira

95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat

oksigen dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan

metabolisme. Kadar normal hemoglobin tergantung usia dan jenis

kelamin. Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang

terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada

laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M

Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel darah

merah 32g/dl.

2) Sel darah putih

Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-

10000 sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang

bergranulosit dan yang agranulosit.

3) Trombosit

26

Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan

diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti

banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada

keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL

darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-

kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang

penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh

darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.

Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80%

beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa

sebagai cadangan.

c. Hemopoisis (hematopoisis)

Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah.

Organ-organ yang penting dalam hemopoisis adalah:

1) Limpa

Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung.

Tersusun atas 3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan

marginal pulp, yang semua berperan dalam keseimbangan

pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama pembentukan

darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua

dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan

cara memecah hemoglobin.

2) Hati

27

Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama

jika produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal.

Hati merupakan tempat utama produksi dari faktor pembekuan

darah dan protrombin, menghasilkan empedu, mengaktifkan

vitamin k .

Gambar 2.2 : Limpa dan hati

d. Fungsi darah

1) Transport internal

Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi

metabolisme.

a) Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh

hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma, kemudian

terjadi pertukaran gas di paru-paru.

28

b) Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian

dibawa dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang

digunakan untuk metabolisme.

c) Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar

melalui ginjal.

d) Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa

dan juga berperan dalam hemoestasis.

e) Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya

mempunyai efek dalam mengaktivitas metabolisme sel,

dibawa dalam plasma.

2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan

fungsi dari sel darah putih.

3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan

Proteksi terdahap respon peradangan local terhadap cedera

jaringan. Pencegahan perdarahan merupakan fungsi dari

trombosit karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada

dalam plasma.

4) Mempertahankam temperatur tubuh

Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil

metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas

(Tarwoto, 2008).

3. Etiologi

29

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada

manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami

pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual

terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009).

Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang

mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai

hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif.

Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi

medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna)

menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria

berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria

tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.

Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali

dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat (Muslim, 2009).

Gambar 2.3 : Tanda-tanda nyamuk malaria bila hinggap/menggigit letak kepala lebih rendah dibanding badannya (menungging).

30

Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu

Plasmodium falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematian,

Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri

khas morfologi plasmodium pada hapusan darah adalah sebagai berikut :

Plasmodium falcifarum : gametosit berbentuk pisang; Plasmodium vivax :

trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi

membesar ukurannya; Plasmodium ovale : sel darah merah yang terinfeksi

bentuknya tidak teratur dan bergerigi; Plasmodium malariae : trofozoit

dewasa berbentuk pita (band-form) (Soedarto, 2009).

31

Gambar 2.4 : Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada masing-masing parasit plasmodium.

Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti

orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena

kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal.

Metode penularan lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi

32

pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak

steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah.

Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi

siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit

yang memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).

4. Manifestasi klinis

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia

dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing

plasmodium (tabel 1). Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya

demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di

punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu

makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin.

Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale,

sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan prodromal tidak

jelas bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal

secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil,

penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada

saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,

diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas :

penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa

jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat :

penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa

33

sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax,

pada plasmodium falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun

tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada plasmodium

falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada

plasmodium malariae.

Tabel 2.1 Manifestasi klinis infeksi plasmodium

Plasmodium Masa inkubasi

(hari)

Tipe panas (jam)

Relaps Recrudensi

Manifestasi klinis

Falcifarum 12 (9-14) 24,36,48 - + Gejala gastrointestinal , hemolisis, anemia, ikterus, splenomegali, hepatomegali, hemoglobinuria, algid malaria, gejala serebral, edema paru, hipoglikemia, gangguan kehamilan, kematian

Vivax 13(12-17) 48 + - Gejala gastrointestinal, gangguan kehamilan, anemia, splenomegali.

Ovale 17(16-18) 48 + - Gejala gastrointestinal, anemia, splenomegali.

Malariae 28(18-40) 72 - + Gejala gastrointestinal, Sindroma nefrotik, splenomegali, anemia jarang terjadi.

Keterangan :

34

Masa inkubasi : Masa antara masuknya sporozoit ke dalam tubuh

hospes sampai timbulnya gejala demam.

Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia

yang lebih lama dari waktu diantara serangan

periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode

yang lama dari masa latent (sampai lima tahun),

biasanya karena infeksi tidak sembuh atau oleh

bentuk luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau

ovale (plasmodium berdiam dalam hati : hipnozoit).

Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan

mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari

dingin/menggigil, panas dan berkeringat. Serangan

paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung

dari perbanyakan parasit dan keadaan immunitas

penderita.

Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia

selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi

diantara dua keadaaan paroksimal.

Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia

dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan

primer. Recrudescense dapat terjadi berupa

berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari

serangan primer (Harijanto, 2009).

35

5) Patofisiologi

Gambar 2.5 : Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.

Parasit malaria dalam siklus hidupnya membutuhkan dua hospes.

Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi sporozoit ke

dalam tubuh manusia1. Sporozoit menginfeksi sel hati2, berkembang biak

menjadi skizon3. Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit (p. Vivax, dan

p.ovale memiliki stadium dorman4. (hipnozoit) berdiam dalam hati dan

dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam darah beberapa

minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak diri dalam hati

ini (exo-erythrocytic schizogony)A. Selanjutnya parasit memasuki

36

perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic

schizogony)B. Merozoit mengifeksi sel darah merah4. Stadium ring,

trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan

merozoit5. Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual

erythrocytic (gametosit)6. Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala

klinis penyakit ini. Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina

(makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui

darah yang terhisap7. Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri

dengan cara sporogonic cycleC. Di dalam tubuh nyamuk, mikrogamet

melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigot8. Zigot

bergerak dan memanjang (ookinet)9. Keluar dari dinding lambung nyamuk

untuk berkembang menjadi ookista10. Ookista tumbuh, matang dan

mengeluarkan sporozoit11. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar

liur nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan

kembali melangsungkan siklus hidupnya1 (Muslim, 2009).

37

WOC : Siklus pada nyamuk anoph eles betina dan pada manusia

Orang sakit malaria

Digigit nyamuk anopheles

Parasit masuk ke lambung nyamuk

Makro dan mikro gametosit membentuk zigot

Ookinet menembus dinding nyamuk

Membentuk ookista yang kemudian pecah

Sporozoit dilepaskan

Menyebar keseluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk

Nyamuk mengigit orang sehat

Sporozoit menuju hati

Sporozoit matang menjadi skizon

Skizon pecah

Melepaskan merozoit

Sebagian tetap dihati meneruskan sebagian masuk ke aliran darah danSiklus eksoeritrosit menginfeksi eritrosit

Trofozoit muda

Trofozoi tua

Skizon pecah

Merozoit memasuki eritrosit baru

Siklus terjadinya berulang ke eritrosit baru

Malaria

Sumber : Widoyono, 2009Zulkoni akhsin, 2010Harijanto, 2009

Resiko terjadi penularan penyakit

Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic (mikro dan makro gametosit)

38

WOC : siklus pada manusia sampai menimbulkan tanda dan gejala

Malaria

Induksi sitolisi sel darah merah

Pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah

Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi darah , penekanan proses hematopoiesis, dan

peningkatan pembersihan sel darah merah di limpa

Plasmodium mencapai jaringan serebral Anemia dan hipovolemi

Sumbatan kapiler pembuluh darah otak Respon musculoskeletal

anemia Oedema serebri Kelemahan fisik umum, malaise

penurunan aliran darah Anoksia otak

Respons imflamasi sistemik

Sirkulasi endoksin pada hipotalamus Mialgia, artralgia Diaforesis poli uri

Perubahan regulasi temp

Muncul demam

P. mencapai sirkulasi saluran cerna

Pelepasan serotonin 5HT3 ke dalam usus halus

Saraf vagus menyampaikan rangsangan ke CTZ, syaraf eferen dan kortek serebral

Pusat Muntah (Postrema medula oblongata)

Mual, muntah, anoreksia

Intake nutrisi tidak adekuat

Sumber : Muttaqin, 2011

Gangguan aktivitas sehari- hari

Penurunan perfusi jaringan

Nyeri dan ketidaknyamanan

Hipertermi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Aktual/Resiko tinggi Gangguan elektrolit (hiponatremi, Hipokalemi)

39

6. Komplikasi

Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada

penyakit malaria sebagai berikut :

a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan

kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala

Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa

GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale

≤3, atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak

disebabkan oleh penyakit lain.

b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan

hitung parasit >10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus

dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau

hemoglobinopati lainnya.

c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1

mL/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin

darah meningkat >3 mg%).

d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%.

f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai

keringat dingin.

g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau

disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

40

h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada

hipertermia.

i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).

j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan

karena obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-

Posfat Dehidrogenase) (Widoyono, 2008).

7. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut

teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan

darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya

parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat

jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P.

malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan

parasitnya.

Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi-

kuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung

parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian sebagai

berikut:

(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)

41

(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr

tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr

tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.

b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)

Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah

dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes

ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat

diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.

c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan

sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun

jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat

mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat

dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental

dan belum untuk pemeriksaan rutin.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum

penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan

pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta

pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi

42

pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi

(Widoyono, 2008).

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).

2) Cairan dan elektrolit

Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam

penanganan malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari

apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang

tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut.

Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan

udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5%

untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina.

Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan

pemberian NaCl bila diperlukan.

3) Nutrisi

Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak.

Diit lunak yang diberikan mengandung protein, energy dan zat

gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah

dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.

43

4) Eliminasi

Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan

eliminasi tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK

yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.

5) Aktifitas dan istirahat

Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas

yang dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.

6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.

7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres

alcohol dan air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.

b. Penatalaksanaan non medis

1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.

2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.

3) Menggunakan pembasmi serangga.

4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat

tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.

5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi

tidak menyebar lebih jauh.

6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan

memberantas sarang nyamuk.

7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian

yang bergantungan serta genangan air.

44

8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau

menebarkan ikan pemakan jentik.

9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa

sepanjang pantai (Irianto, 2011)

c. Penatalaksanaan medis

Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit

malaria terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima

golongan, yaitu :

1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamin dapat

membasmi parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya

parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.

2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmi

parasit daur eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium

vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi

ini bagi anti relaps.

3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan

penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai

penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.

Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium

seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida

darah yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin,

sedangkan yang efeknya terbatas adalah proguanil dan

pirimetamin.

45

4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual,

termasuk stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga

mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk

Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat

sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat

spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah

gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan malariae.

5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam

darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk

Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan

disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk

dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.

Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi

standar untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes.

Adalah klorokuin, S-P, kina, primakuin dan beberapa antibiotika yang

beredar diindonesia. Obat baru halofantrin, artemisin (qinghaosu) dan

derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater, pironaridin, atovakuan,

yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).

B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada

reaksi dan respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan

terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik, aktual, maupun

46

potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan

yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga

kebutuhan dasar klien dapat teratasi. Proses keperawatan terdiri dari lima

tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi (Deswani, 2009).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan

landasan proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang

cermat guna mengenal masalah klien seperti mengumpulkan semua

informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif

dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya.

Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan

ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009).

Pengkajian :

a. Identitas pasien

Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat

serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh

seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.

b. Data riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji :

demam yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit

47

kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan

tulang, berkeringat.

2) Riwayat kesehatan yang lalu

Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien

pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat

malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah

endemik.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami

penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam

keluarga.

4) Riwayat kebiasaan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus

menerus, sering juga muntah darah.

b) Pola eliminasi

BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti

teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak

keluar air kencing sama sekali.

BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.

48

c) Pola istirahat dan tidur

Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan

istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual,

muntah dan demam menggigil.

d) Pola aktivitas

Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau

kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien

mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.

e) Personal hygiene

Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria

masih cukup baik dan bersih.

c. Pemeriksaan Fisik

(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

1) Keadaan umum

Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan

kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot.

2) Tanda-tanda vital

Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan

darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas

meningkat.

49

3) Pemeriksaan fisik

a) Pernapasan

Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada

simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas

luka.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler.

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak,

ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.

Perkusi : Resonan.

b) Pencernaan

Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen

simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak

pembesaran hepar atau limfa.

Perkusi : Timpani

c) Penglihatan

Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.

Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.

d) Pengecapan : Mulut terasa pahit

e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran

f) Kardiovaskuler

Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.

50

Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan

jantung.

Perkusi : Redup pada bagian jantung.

Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.

g) Perkemihan : volume air kencing berkurang, warna seperti

teh.

h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.

i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.

j) Intergument : Warna ikterik / kekuningan / tampak pucat.

d. Riwayat Psikologis dan Spiritual

1) Psikologi

Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di

alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari

orang - orang terdekat pasien.

2) Spiritual

Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan

sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan

pasien.

e. Pemeriksaan penunjang

1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa

2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati

dan limpa.

51

3) Laboratorium

a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000

mm3)

b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria

berat (n : 150.000-400.000 sel/mm3)

c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)

d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)

e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).

f. Analisa data

Tabel 2.2 Analisa DataNo Data focus Masalah

1 Ds : Klien mengeluh kepala terasa pusingDo :

TTV : Tensi darah hipotensi, nadi cepat Terdapat sianosis Akral dingin Kulit pucat Klien tampak gelisah Hb dibawah normal Conjungtiva anemis Mukosa bibir tampak kering Hasil pemeriksaan DDR (+)

Perubahan perfusi jaringan

2 Ds : klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu makan dan perutnya mual,dan pernah muntah >1xDo :

Porsi makan yang dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan

Keadaan umum tampak lemah BB klien di bawah normal/biasanya Tinggi badan tidak seimbang dengan BB Klien tampak pucat Mukosa bibir tampakk kering

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

3 Ds : Klien mengatakan merasa mual, dan Aktual/resiko tinggi

52

muntah > 3x, tidak ada keinginan untuk minum.Do :

TTV : TD : hipotensi, nadi : takikardi, suhu >380C.

Tugor kulit tidak elastis Haluaran urin tidak adekuat Intake dan output tidak seimbang Membran mukosa kering

gangguan elektrolit

4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, panas yang dirasakan hilang timbul.Do :

Pada palpasi klien teraba panas Suhu >370C Hasil pemerikasaan DDR (+) Klien tampak gelisah Mukosa bibir tampak kering

Hipertermi

5 Ds : klien mengatakan tubuhnya terasa lemasDo :

Klien tampak lemah Aktivitas klien hanya ditempat tidur Semua kebutuhan klien dibantu oleh

keluarga dan perawat Kekuatan otot

<4444 <4444<4444 <4444

Gangguan aktifitas

6 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa nyeri pada persendian tulang dan juga otot, tubuh terasa pegal-pegal.Do :

Klien tampak meringis kesakitan Klien tampak gelisah Sakala nyeri (1-5)= <2

Nyeri dan ketidaknyamanan

7 Ds : klien dan keluarga mengatakan tidak tahu tentang apa penyakit malaria dan cara penularan penyakit malaria.Do :

Keluarga dan klien tidak menjawab ketika ditanya tentang cara penularan penyakit malaria dan hanya mengelengkan kepala.

Keluarga dan klien tidak mengetahui cara pencegahan malaria.

Resiko penularan penyakit malaria.

53

Keluarga bertanya tentang apa penyakit yang di derita keluarganya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan

diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir

kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam

medik, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari

tanda dan gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam

tubuh.

2. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,

mual/muntah.

3. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis

osmotik, diaforesis.

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

6. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi

sistemik, mialgia, artralgia.

54

7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan

pola hidup.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh

perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang

diharapkan (Deswani, 2009)

Terhadap perencanaan meliputi :

a. Menentukan proritas masalah

Menentukan prioritas masalah menurut maslow memberikan

kerangka kerja yang berguna dalam menentukan masalah prioritas,

dengan prioritas utama diberikan pada kebutuhan fisik diikuti oleh

kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah. Tahap prioritas masalah

menurut maslow adalah meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan

rasa aman dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan mencintai,

kebutuhan harga diri, dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi

(Deswani, 2009)

Prioritas keperawatan untuk pasien dengan diagnosa malaria

dapat meliputi :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen

dan nutrient dalam tubuh.

55

2. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan

diuresis osmotik, diaforesis.

3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

4. Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,

mual/muntah.

5. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons

inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

6. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan

dan pola hidup.

b. Menetapkan intervensi keperawatan

1) Menetapkan tujuan

Tujuan keperawatan ditulis berdasarkan pada standar

perawatan dan merupakan tujuan dalam mengatasi masalah klien.

2) Menetapkan kriteria hasil

Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang di terapkan

pada standar, maka dibuatlah kriteria hasil. Kriteria hasil

ditegakkan untuk masing-masing masalah klien sesuai dengan

rencana tindakan yang disusun (Doengoes, 2000).

56

Adapun perencanaan keperawatan yang dapat diisusun pada

klien dengan malaria menurut Muttaqin (2011) ialah :

Tabel 2.3 Intervensi KeperawatanNo Diagnosa

keperawatnTujuan dan kriteria hasil

Intervensi Rasional

1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran dan dapat mempertahankan cardiac output secara adekuat guna meningkatkan perfusi jaringan.

Kriteria hasil : Tanda-

tanda vital normal

Klien tidak mengeluh pusing

Klien tidak gelisah

Tidak terdapat sianosis

Kulit segar Hemoglobi

n normal Akral

hangat Conjungtiva

ananemis Mukosa

1.Memeriksa tanda-tanda vital.

2.Catat adanya keluhan pusing.

3.Kurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respons valsava/ aktivitas.

4.Tingkatkan tirah baring.

1. Memantau perkembangan tekanan darah dan perubahan pada tekanan nadi. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah.

2. Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak.

3. Respons valsava akan meningkatkan beban jantung sehingga akan menurunkan curah jantung ke otak.

4. Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.

57

bibir tampak lembab

Hasil pemeriksaan DDR (-)

5.Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran pasien yang menunjukan penurunan perfusi otak (gelisah, confuse/bingung, apatis, somnolen).

6.Kolaborasi Pemberian transfusi darah PRC (packed red cells).

5. Bukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral adalah adanya perubahan respons sensori dan penurunan tingkat kesadaran pada fase akut. Adanya kegagalan harus dilakukan monitoring ketat.

6. Jalur yang paten penting untuk pemenuhan lisis darah sebagai intervensi kedaruratan.

2 Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, diaforesis.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam tidak terjadi hiponatremi dan hipokalemi atau kondisi hiponatremi dan hipokalemi.

Kriteria hasil : TTV dalam

batas normal Turgor kulit

elastis Haluaran urin

1. Ukur/ catat haluaran urine dan catat intake-output pasien.

2. Observasi tanda–tanda vital.

3. Palpasi denyut nadi perifer.

1. Penurunan haluaran urin akan menyebabkan hipovolemi.

2. Hipotensi, takikardi atau demam dapat menunjukan respon terhadap atau efek kehilangan cairan

3. Denyut yang lemah mudah hilang dan dapat menyebabkan hipovolemi.

58

adekuat Intake dan

output seimbang

Membran mukosa lembab

Klien tidak mengeluh mual dan muntah

4. Anjur klien banyak minum lebih kurang 2000-3000 cc/hari.

5. Observasi turgor kulit dan membran mukosa.

6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

7. Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti antipiretik, antiemetik, dan elektrolit.

4. Dengan banyak minum dapat menggantikan cairan yang hilang.

5. Menunjukan kehilangan cairan/ dehidrasi.

6. Mencegah terjadinya kekurangan cairan dan elektrolit serta menggantikan cairan tubuh yang hilang.

7. Antipiretik: mengontrol demam, menurunkan kehilangan cairan tidak terlihat. Anti emetik: untuk mengurangi mual dan muntah. Elektrolit: menggantikan elektrolit yang hilang.

3 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam terjadi penurunan suhu tubuh dan panas tidak

1.Evaluasi TTV pada setiap pergantiann sif atau setiap ada keluhan dari klien.

1. Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum klien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan

59

hipotalamus. berulang.

Kriteria hasil : Pada palpasi

tubuh teraba tidak panas

Suhu tubuh normal

Mukosa bibir lembab

DDR (-) Klien tidak

gelisah Klien

mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.

Klien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

2.Anjurkan klien untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.

3.Anjurkan memberikan selimut bila menggigil.

4.Beri kompres dengan air hangat - hangat kuku pada aksila, lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.

5.Berikan klien banyak minum 2000-3000 cc/hari.

6.Kolaborasi untuk pemberian cairan infus.

secara cepat dan tepat.

2. Dengan baju yang tipis dan menyerap keringat diharapkan klien tidak gerah dan panas tubuh akan turun.

3. Pemberian selimut digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan pada saat demam dan menggigil sebagai respon sekunder dari hipertermi.

4. Terjadi vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadi penguapan (evaporasi).

5. Dengan banyak minum dapat menggantikan cairan yang hilang.

6. Pemberian cairan infus dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan serta untuk mengganti

60

7.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik, anti malaria, dan antii biotik.

8.Atur lingkungan yang konduksif.

cairang tubuh yang hilang.

7. Anti piretik dapat merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh, pemberian anti malaria dapat membunuh parasit/plasmodium penyebab malaria, antibiotik untuk mengatasi infeksi.

8. Kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak bising, dan sedikit pengunjung memberi efektivitas terhadap proses penyembuhan.

4 Aktual/ Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 5x24jam klien dapat mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil : Berat badan

klien normal

1. Kaji pengetahuan klien tentang intake nutrisi.

1. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi klien. Perawat mengunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu klien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan

61

seimbang dengan tinggi badan

Klien mampu menghabiskan porsi makan yang disajikan

Keadaan umum klien membaik

Mual, muntah berkurang

Mukosa bibir tampak lembab

2.Anjurkan klien agar makan makanan dalam keadaan hangat.

3.Anjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering

4.Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

5.Kolaborasi pemberian obat anti emetik.

6.Monitor perkembangan berat badan.

tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan klien secara efisien dan efektif.

2. Untuk mengurangi perasaan pahit pada lidah.

3. Untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung sehingga tidak terjadi mual dan muntah.

4. Dapat meningkatkkan masukan makanan klien.

5. Anti emetik dapat mengurangi mual dan muntah.

6. Penimbangan berat badan dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.

62

5 Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24jam terjadi penurunan keluhan nyeri dan ketidaknyamanan.

Kriteria hasil : Secara

subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi

Skala nyeri 0-1 (1-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

Klien tidak gelisah

1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.

2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan

Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul.

Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.

Manajemen lingkungan, Lingkungan yang tenang, batasi pengunjung, istirahatkan

1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

2.

Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.

Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia spina.

Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu

63

klien.

3. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri.

meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan.menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer.

3. Pengetahuan mengenai hal yang akan di rasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

6 Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam 5x24jam klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan.

Kriteria hasil : Klien mampu

melakukan aktivitas sendiri

Badan klien

1. Observasi respons klien terhadap aktivitas.

2.Awasi tanda – tanda vital selama dan sesudah aktivitas.

3.Tingkatkan tirah baring.

1. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

2. Agar mengetahui perubahan kelemahan dan kekuatan pada pasien.

3. Tirah baring meningkatkan istirahat dan

64

tidak lemah lagi dan kekuatan otot membaik

Tanda-tanda vital dalam batas normal

4.Atur posisi pasien senyaman mungkin

5.Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari bila perlu.

6. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.

ketenangan klien serta menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.

4. Agar klien bisa beristirahat dan memulihkan kesehatan.

5. Membantu klien bila perlu, untuk meninggkatkan kepercayaan diri bila klien dapat melakukan aktivitas sendiri.

6. Membangun hubungan yang kooperatif antara perawat dan keluaraga.

7 Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 3x24jam penularan penyakit malaria tidak terjadi.

Kriteria hasil : Klien dan

keluarga dapat menjelaskan kembali apa itu penyakit malaria dan cara

1. Beri penjelasan tentang apa itu penyakit malaria, cara penularan penyakit malaria dan pencegahanya.

2. Anjurkan keluarga dan klien untuk memelihara dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkunganya.

1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali dan menentukan pencegahan penyakit malaria secara dini.

2. Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman nyamuk tidak akan berkembang biak.

65

penularan penyakit malaria.

Klien dan Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan malaria.

3. Anjurkan klien dan keluarga untuk membasmi sarang nyamuk atau tempat berkembang biak nyamuk.

3. Akan mencegah terjadi penularan.

66

BAB III

TINJAUAN KASUS

No. RM : 568642

Ruangan : Melati

Tanggal masuk : 17-juni-2012

Tanggal pengkajian : 18-juni-2012, pukul 10.00 WIB

Diagnosa medis : Malaria

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Nama : Ny.Y

Umur : 46 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA/FARMASI

Agama : Islam

Alamat : Perumnas Jl. Jeruk 7 no 50 Lingkar Timur

Bengkulu

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.H

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

52

67

Alamat : Perumnas Jl. Jeruk 7 no 50 Lingkar Timur

Bengkulu

Hubungan dengan Keluarga : Suami

3. Keluhan utama

a. Riwayat kesehatan Sekarang :

Klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu pada tanggal 17 juni 2012 pukul 10.00 WIB dengan

keluhan demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, keluhan

menggigil baru dirasakan sejak kemarin (16 juni 2012 ),

merasa mual, muntah satu kali, tubuh terasa panas, sering

berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh dirasakan sakit dan

pegal-pegal. Tiga hari yang lalu klien sudah minum obat yang

di beli di warung yaitu paracetamol guna menurunkan panas

tetapi tidak ada perubahan. Tanda tanda vital : TD : 120/80

mmHg, Nadi : 86 x/menit, Pernafasan : 22 x/menit, Suhu :

380C, Berat badan : 49 kg, Tinggi badan : 155 cm.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 juni 2012

pukul 10.00 WIB, keadaan umum klien masih tampak lemah,

mukosa bibir terlihat kering, conjungtiva anemis, klien

mengeluh terasa nyeri pada daerah persendian tulang dan juga

otot, skala nyeri 3 (1-5), tubuh terasa pegal-pegal, merasa

mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu

makan, sakit kepala, panas pada tubuh sering dirasakan hilang

68

timbul dan sering berkeringat, keluhan menggigil sudah

berkurang tidak seperti pada saat pertama masuk. Klien juga

mengeluh bahwa hasil labornya haemoglobin rendah yaitu 7,5

gr/dl menurut saran dokter untuk tranfusi darah 3 kantong,

untuk menormalkan Hb. Klien tampak pucat, akral teraba

dingin, ekstremitas atas terpasang infus dan sedang dilakukan

transfusi. Tanda vital : TD :110/70 mmHg, Nadi : 90 X/menit,

Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 370C.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu :

Sebelumnya klien pernah mengalami demam seperti

sekarang ini dengan diagnosa yang sama yaitu Malaria pada

dua tahun yang lalu dan dirawat selama 3 hari di ruang Melati

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Riwayat operasi caesaria : 1

(satu) kali karena melahiran kembar pada tahun 2003.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Dalam keluarga Ny.Y terdapat keluarga yang pernah

mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan

anak kedua.

4. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 90 x/menit

69

Suhu : 370C

Pernapasan : 22 x/menit

Pemeriksaan head to toe :

a. Kepala : (pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi,

Auskultasi)

Rambut :

Inspeksi : Distribusi rambut merata, warna rambut hitam,

kulit kepala terlihat bersih, terlihat banyak

rambut yang gugur pada bantal tempat tidur

klien.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Mata :

Inspeksi : Fungsi penglihatan kurang klien menggunakan

kacamatan, letak simentris, sklera anikterik,

conjungtiva anemis, sekret tidak ada, pupil

isokor, reflek cahaya positif.

Telinga :

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan

serumen, tidak ada penumpukan serumen, tidak

ada gangguan pendengaran.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

70

Hidung :

Inspeksi : Bentuk simetris, klien mampu membedakan

bau-bauan, mukosa kering, benjolan tidak ada,

polip tidak ada, tidak ada tanda-tanda

peradangan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Mulut :

Inspeksi : Mukosa bibir terlihat kering, lidah terlihat kotor,

tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa

pahit, tidak ada karies.

b. Leher :

Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

c. Thorak :

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan atau bekas luka

operasi, tidak ada alat bantu pernafasan.

Auskultasi : Irama jantung teratur, bunyi jantung 1 normal,

bunyi jantung II normal, bunyi nafas vesikuler,

tidak ada wheezing, tidak ada ronchi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Redup, resonan pada lapang paru.

71

d. Abdomen :

Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas

luka operasi.

Auskultasi : Bising usus 12 x/menit.

Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran

hepar atau limpa.

Perkusi : Timpani.

e. Ekstermitas :

Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri

terpasang infus dan sedang transfusi darah.

Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang

menggerakan kakinya karena masih merasa lemah.

Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah :

4444 4444

4444 4444

5. Data Psikologi :

Saat dikaji ekspresi wajah klien terlihat cemas terhadap penyakit

yang dialami, dan klien berharap cepat sembuh.

72

Genogram :

Keterangan :

Perempuan Lahir kembar

Laki-laki Meninggal dunia

73

6. Data Sosial Ekonomi :

Klien adalah seorang wanita karier yang bekerja di balai POM

dikarenakan klien sedang sakit perkerjaan klien jadi terganggu dan

klien tidak dapat masuk kerja. Klien mengatakan kebiasaan sehari-

hari klien sebelum tidur klien menggunakan obat seprot nyamuk,

klien tidur tidak menggunakan kelambu, klien mengatakan pada

ventilasi rumah tidak terpasang kawat kasa, klien juga tidak

memiliki kandang ternak, klien tinggal pada wilayah pemukiman

yang padat, tidak terdapat genangan air pada sekitar rumah klien,

namun hanya terdapat selokan didepan rumah namun telah ditutup

dengan semen dan hanya terbuka sedikit, klien mengatakan keadaan

sekitar lingkungan rumahnya kurang bersih karena klien sibuk

dengan pekerjaan dan mengurus anak-anaknya sehingga tidak terlalu

memperhatikan keadaan rumah.

7. Data Spiritual :

Kepercayaan yang dianut klien adalah agama islam, klien rajin

beribadah sewaktu dirumah namun selama dirumah sakit klien tidak

melakukan ibadah seperti : sholat dikarenakan fisiknya lemah. Bagi

klien sakit yang dideritanya adalah cobaan yang diberikan oleh

ALLAH SWT dan pasti akan ada hikmahnya di kemudian hari.

74

8. Data penunjang : tanggal 17 juni 2012, pukul 10.30 WIB.

Tabel 3.1 Data Penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi :HemaktokritHaemoglobinLeokositTrombosit

L 23L 7,5

H 17,4320.000

%Gr/dl

10^3/µlSel/mmµ3

40 – 5412.0 – 16.04.0 – 10.0

150.000 – 400.000

Malaria/DDR :Plasmodium vivax (+) Positif (-) Negatif

Kimia klinik :Ureum serumKreatinin serum

29.00.6

Mg/dlMg/dl

20 -400.5 -1.2

Glukosa sewaktu :Glukosa sewaktu H 167 Mg/dl 70 – 120

9. Penatalaksanaan Medis :

Tabel 3.2 Penatalaksanaan MedisTerapi tanggal 17 juni 2012 Terapi tanggal 18 juni 2012

Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitOndan sentron 1 x 1Ranitidin 2 x 1Cefotaxime 2 x 1

Obat oral :Paracetamol 3 x 1Dexanta sirup 3 x 1Neorodex 2 x 1Vometa 3 x 1Omeparazole 1 x 1Malarex (4) – 4 – 2

Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitTransfusi 1 kPre transfusi : NaCl Dexamethasone DhipinehidramineCefotaxime 2 x 1

Obat oral :Malarex (4) – (4) – 2Dexanta sirup 3x1Vometa 3x1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Paracetamol 3 x 1

75

Terapi tanggal 19 juni 2012 Terapi tanggal 20 juni 2012

Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitTransfusi 1 kPre transfusi : NaCl Dexamethasone DhipinehidramineCefotaxime 2 x 1

Obat oral :Malarex (4) – (4) – (2)Dexanta sirup 3x1Vometa 3x1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Paracetaamol 3 x 1

Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitTransfusi 1 kPre transfusi : NaCl Dexamethasone DhipinehidramineCefotaxime 2 x 1

Obat oral :Clobazam untuk malam 1 x 1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Donperidon 3 x 1Dexanta sirup 3x1Paracetamol 3x1

Terapi tanggal 21 juni 2012 Terapi tanggal 22 juni 2012

Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitCefotaxime 2 x 1

Obat oral :Clobazam 1 x 1Neorodex 2 x 1Omeparazole 1 x 1Donperidon 3 x 1Scopamin 3 x 1

Intra vena :Infus RL 20 tts/menitD5% 20 tts/menitCefotaxime 2 x 1

Obat oral :Clobazam 1x1Neorodex 2x1Omeparazole 1x1Donperidon 3x1Scopamin 3x1Paracetamol 3x1

76

10. Kebiasaan sehari – hari

Tabel 3.3 Kebiasaan sehari-hariKebiasaan Dirumah Dirumah sakit

Nutrisi :

A. Makan

- Pola makan

- Porsi

- Jenis makanan

- Pantangan

- Kesulitan

B. Minum

Jenis

Frekuensi

Kesulitan

3x sehari

1 porsi

Nasi, lauk, sayur, dan

buah

Tidak ada

Tidak ada

Air putih, sirup, dan teh

1750 cc – 2000 cc /hari

Tidak ada

3 x sehari

3 sendok makan

Bubur, nasi, buah, susu,

sayur

Makanan yg pedas

Mual, nyeri pada uluh

hati, lidah terasa pahit

Air putih, susu

1500 – 1750 cc / hari

Mual

Eliminasi :

Pola BAB

Konsistensi

Bau

Warna

Kesulitan

Pola BAK

Frekuensi

Warna

Kesulitan

1 x sehari

Lembek

Khas

Kuning

Tidak ada

4 – 5 x sehari

Kuning

Tidak ada

1x sehari

Lembek

Khas

Kuning

Tidak ada

3 -4 x sehari

Kuning

Tidak ada

Personal Hygiene

Mandi 2 x sehari 2 x (dilap oleh ibu

dengan air hangat).

77

Istirahat / tidur :

Frekuensi

Kesulitan

6 – 8 jam / hari

Tidak ada

4-6 jam / hari

Tubuh sering terasa

panas ketika malam

hari, sering berkeringat,

nyeri pada sendi tulang

dan otot, tubuh terasa

pegal-pegal sehingga

tidur menjadi

terganggu.

Pola aktivitas Klien dapat melakukan

aktivitas sendiri seperti

mandi, makan dan

aktivitas lainya.

Klien mengatakan

tubuhnya lemah.

Aktivitas klien seperti

makan, minum,

personal hygiene dan

eliminasi dibantu oleh

keluarga dan perawat.

11. Status nutrisi

BB : 49 kg

TB : 155 cm

IMT : Indeks Masa Tubuh

IMT :

:

:

: 20.4 (Normal)

BB Kg TB2 (m)

49 kg(1,55 m)2

49 kg 2.4025 m

78

Ket : <20 : Underweight

20 -25 : Normal

25 – 30 : overweight

>30 : obesitas

12. Analisa Data

Tabel 3.4 Analisa DataNo Data focus Interprestasi data Masalah

1 Ds : Klien mengeluh kepalanya terasa pusing.

Do : Keadaan umum :

Lemah TTV :

Tensi darah : 110/70 mmHgNadi : 90 x/menitPernafasan : 22 x/menitSuhu : 370C

Akral dingin Kulit pucat Klien tambak gelisah Hb : 7,5 Gr/dl Conjungtiva anemis Mukosa bibir tampak

kering Hasil pemeriksaan

DDR (+)

Invasi parasit malaria

Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi

meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan

sel darah di limpa

Anemia dan hipovolemi(penurunan aliran darah)

Plasmodim mencapai jaringan serebral

Sumbatan kapiler pembuluh darah otak

oedema serebri

anoksia otak

Penurunan perfusi jaringan

Perubahan perfusi jaringan

2 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, panas yang dirasakan hilang timbul, dan paling sering muncul ketika malam hari.

Do : Tubuh klien teraba

panas

Invasi parasit malaria

Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi

meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan

sel darah di limpa

Hipertermi

79

Suhu 380C Hasil pemerikasaan

DDR (+) Klien tampak gelisah Mukosa bibir tampak

kering

Respons imflamasi sistemik

Peningkatan sirkulasi endoktoksin pada

hipotalamus

Perubahan regulasitemperatur

Muncul demam

Hipertermi3 Ds : Klien mengatakan

bahwa klien tidak nafsu makan dan perutnya terasa mual,dan pernah muntah 1x, lidah terasa pahit dan uluh hati terasa nyeri.

Do : Porsi makan yang

dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan

Keadaan umum tampak lemah

BB : 49 kg Tinggi badan : 155 cm Klien tampak pucat Mukosa bibir tampak

kering

Invasi parasit malaria

Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi

meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan

sel darah di limpa

Respon intestinalP. mencapai sirkulasi

saluran cerna

Pelepasan serotonin 5HT3 ke dalam usus halus

Saraf vagus menyampaikan

rangsangan ke CTZ, syaraf eferen dan kortek

serebral

Pusat Muntah (Postrema medula oblongata)

Mual, muntah, anoreksia

Intake nutrisi tidak adekuat

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

80

4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa nyeri pada persendian danjuga otot tubuh terasa pegal- pegal.Do : Klien tampak meringis

kesakitan Klien taampak gelisah Skala nyeri 3 (1-5)

Invasi parasit malaria

Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi

meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan

sel darah di limpa

Respons imflamasi sistemik

Mialgia, artralgia

Nyeri dan ketidaknyamanan

5 Ds : Klien mengatakan tubuhnya terasa lemas.

Do : Klien tampak lemah Aktivitas klien hanya

ditempat tidur Semua kebutuhan klien

dibantu oleh keluarga dan perawat

Kekuatan otot

4444 44444444 4444

Invasi parasit malaria

Jumlah skizon yang pecah dalam sirkulasi

meningkat, penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan sel darah di limpa, intake

yang kurang

Anemia dan hipovolemi, kekurangan energi

Respon muskuloskeletal

Kelemahan fisik umum, malaise

Gangguan aktivitas sehari-hari

Gangguan aktifitas

6 Ds : Klien dan keluarga mengatakan tidak tahu tentang penyakit malaria dan cara penularan penyakit malaria.

Do : Keluarga dan klien

tidak menjawab ketika ditanya tentang cara penularan penyakit

Invasi parasit malaria

Kurang informasi tentang cara penularan penyakit

malaria

Resiko penularan penyakit

Resiko penularan penyakit malaria.

81

malaria dan cara pencegahanya, keluarga dan klien hanya mengelengkan kepala.

Keluarga bertanya tentang apa penyakit yang di derita keluarganya.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam

tubuh.

b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak dekuat : anorexia,

mual/muntah.

d. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi

sistemik, mialgia, artralgia.

e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

f. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan

pola hidup.

82

C. Intervensi KeperawatanTabel 3.5 Intervensi Keperawatan

No

Tanggal Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional Paraf

1 18 juni 2012

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

Tujuan : setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24 jam tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran dan dapat mempertahankan cardiac output secara adekuat guna meningkatkan perfusi jaringan.

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital

normal Klien tidak mengeluh

pusing Klien tidak gelisah Tidak terdapat

sianosis Kulit segar Hemoglobin normal Akral hangat Conjungtiva ananemis Mukosa bibir tampak

1. Memeriksa tanda-tanda vital.

2. Catat adanya keluhan pusing.

3. Kurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respons valsava/ aktivitas.

4. Tingkatkan tirah baring.

1. Memantau perkembangan tekanan darah dan perubahan pada tekanan nadi. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah.

2. Keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan suplai darah ke jaringan otak.

3. Respons valsava akan meningkatkan beban jantung sehingga akan menurunkan curah jantung ke otak.

4. Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.

Rina f

83

lembab Hasil pemeriksaan

DDR (-)5. Observasi perubahan

sensori dan tingkat kesadaran pasien yang menunjukan penurunan perfusi otak (gelisah, confuse/bingung, apatis, somnolen).

6. Kolaborasi Pemberian transfusi darah PRC (packed red cells).

5. Bukti aktual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral adalah adanya perubahan respons sensori dan penurunan tingkat kesadaran pada fase akut. Adanya kegagalan harus dilakukan monitoring ketat.

6. Jalur yang paten penting untuk pemenuhan lisis darah sebagai intervensi kedaruratan.

2 18 juni 2012

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24 jam terjadi penurunan suhu tubuh dan panas tidak berulang.

Kriteria hasil : Pada palpasi tubuh

teraba tidak panas Suhu tubuh normal Mukosa bibir lembab

1. Evaluasi TTV pada setiap pergantian sif atau setiap ada keluhan dari klien.

2.Anjurkan klien untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.

1. Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum klien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat.

2. Dengan baju yang tipis dan menyerap keringat diharapkan klien tidak gerah dan panas tubuh akan turun.

Rina f

84

DDR (-) Klien tidak gelisah Klien mampu

menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.

Klien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

3.Anjurkan memberikan selimut bila menggigil.

4.Beri kompres dengan air hangat - hangat kuku pada aksila, lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.

5.Berikan klien banyak minum 2000-3000 cc/hari.

6.Kolaborasi untuk pemberian cairan infus.

7.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik, anti malaria, dan anti

3. Pemberian selimut digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan pada saat demam dan menggigil sebagai respon sekunder dari hipertermi.

4. Terjadi vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadi penguapan (evaporasi).

5. Dengan banyak minum dapat menggantikan cairan yang hilang.

6. Pemberian cairan infus dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan serta untuk mengganti cairang tubuh yang hilang.

7. Anti piretik dapat merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu

85

biotik.

8.Atur lingkungan yang konduksif.

tubuh, pemberian anti malaria dapat membunuh parasit/plasmodium penyebab malaria, antibiotik untuk mengatasi infeksi.

8. Kondisi ruang kamar yang tidak panas, tidak bising, dan sedikit pengunjung memberi efektivitas terhadap proses penyembuhan.

3 18 juni 2012

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 5x24 jam klien dapat mempertahan kan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Kriteria hasil : Berat badan klien

normal seimbang dengan tinggi badan

Klien mampu menghabiskan porsi makan yang disajikan

1. Kaji pengetahuan klien tentang intake nutrisi.

1. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi klien. Perawat mengunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu klien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan klien secara efisien dan efektif.

Rina f

86

Keadaan umum klien membaik

Mual, muntah berkurang

Mukosa bibir tampak lembab

2.Anjurkan klien agar makan makanan dalam keadaan hangat.

3.Anjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering

4.Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

5.Kolaborasi pemberian obat anti emetik.

6.Monitor perkembangan berat badan.

2. Untuk mengurangi perasaan pahit pada lidah.

3. Untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung sehingga tidak terjadi mual dan muntah.

4. Dapat meningkatkkan masukan makanan klien.

5. Anti emetik dapat mengurangi mual dan muntah.

6. Penimbangan berat badan dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.

4 18 juni 2012

Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 4x24 jam terjadi penurunan

1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan

1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainya telah menunjukan keefektifan Rina f

87

dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

keluhan nyeri dan ketidaknyamanan.

Kriteria hasil : Secara subjektif

melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi

Skala nyeri 0-1 (1-4). Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

Klien tidak gelisah

noninvasif.

2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan

Istirahatkan klien pada saat nyeri muncul.

Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.

Manajemen lingkungan, Lingkungan yang tenang, batasi pengunjung, istirahatkan klien.

dalam mengurangi nyeri.

2.

Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal.

Meningkatkan intake oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia spina.

Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan

88

3. Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri.

oksigen jaringan perifer.

3. Pengetahuan mengenai hal yang akan di rasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

5 18 juni 2012

Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam 5x24 jam klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuanya.

Kriteria hasil : Klien mampu

melakukan aktivitas sendiri

Badan klien tidak lemah lagi dan kekuatan otot membaik

Tanda-tanda vital dalam batas normal

1. Observasi respons klien terhadap aktivitas.

2.Awasi tanda – tanda vital selama dan sesudah aktivitas.

3.Tingkatkan tirah baring.

4.Atur posisi pasien

1. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

2. Agar mengetahui perubahan kelemahan dan kekuatan pada pasien.

3. Tirah baring meningkatkan istirahat dan ketenangan klien serta menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.

4. Agar klien bisa beristirahat

Rina f

89

senyaman mungkin5.Berikan bantuan dalam

aktivitas sehari-hari bila perlu.

6. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.

dan memulihkan kesehatan.5. Membantu klien bila perlu,

untuk meninggkatkan kepercayaan diri bila klien dapat melakukan aktivitas sendiri.

6. Membangun hubungan yang kooperatif antara perawat dan keluaraga.

6 20 juni 2012

Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan dalam waktu 3x24 jam penularan penyakit malaria tidak terjadi.

Kriteria hasil : Klien dan keluarga

dapat menjelaskan kembali apa itu penyakit malaria dan cara penularan penyakit malaria.

Klien dan Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan

1. Beri penjelasan tentang apa itu penyakit malaria, cara penularan penyakit malaria dan pencegahanya.

2. Anjurkan keluarga dan klien untuk memelihara dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkunganya.

3. Anjurkan klien dan keluarga untuk membasmi sarang nyamuk atau tempat berkembang biak

1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali dan menentukan pencegahan penyakit malaria secara dini.

2. Dengan lingkungan yang bersih dan nyaman nyamuk tidak akan berkembang biak.

3. Akan mencegah terjadi penularan.

Rina f

90

malaria. nyamuk.D. Implementasi Keperawatan

Tabel 3.6 Implementasi KeperawatanNo

Tanggal/ Jam

Diagnosa keperawatan

Implementasi Respon hasil Paraf

18/06/201210.00 WIB

- Perkenalan kepada pasien dan kluarga pasien (informed consent), memperkenalkan nama : Rina Febriyani, dari AKKES Sapta Bakti Bengkulu yang sedang melakukan study kasus tentang malaria, dan meminta ibu/ Ny.Y sebagai klien dalam pengambilan kasus, untuk dilakukan perawatan selama ibu dirawat dirumah sakit dr. M. Yunus Bengkulu diruang melati.

- Melakukan pengkajian atau pengumpulan data.

- Klien dan keluarga menerima kedatangan perawat dan ikut memperkenalkan diri dan bersedian untuk dilakukan perawatan. Selama berada dirumah sakit. Klien memperkenalkan nama bahwa nama klien adalah Ny.Y.

- Klien memberi semua informasi yang dibutuhkan.

Rina f

1 18/06/201211.00 WIB

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk

1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.

1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi : 90 x/menitRR : 22 x/menitSuhu : 37 0CKlien mengatakan tubuhnya sering merasakan panas dan berkeringat. Malam tadi tubuh klien terasa panas

Rina f

91

pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

2. Menanyakan adanya keluhan pusing.

3. Menyarankan kepada klien untuk mengurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respon valsava/aktivitas.

4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring.

5. Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran pasien yang menunjukan penurunan perfusi otak (gelisah, confuse/bingung, apatis, somnolen).

6. Memantau tetesan transfusi darah. (Pemberian transfusi darah PRC (packed red cells).

klien menjadi susah untuk tidur, seluruh tubuh dirasakan pegal-pegal dan terasa nyeri pada persendian dan otot skala nyeri 3 (1-5).

2. Klien mengeluh kepalanya terasa pusing.

3. Klien mau mendengarkan anjuran perawat dan klien hanya beristirahat ditempat tidur.

4. Klien mau mendengarkan anjuran perawat dan klien tidur dengan satu bantal.

5. Klien tampak gelisah.

6. Transfusi darah telah diberikan. Pada pukul 10.00 WIB. Sebelum tranfusi darah terlebih dahulu diberikan, NaCl, dexamethasone, Dhipinehidramine. Dengan tetesan 30 gtt/menit. Transfusi darah PRC habis pukul 13.00 WIB langsung

92

ganti dengan NaCL dengan tetesan 20 gtt/menit.

2 18/06/201211.30 WIB

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

2. Menganjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat bila tubuh terasa panas.

3. Menganjurkan klien untuk menggunakan selimut bila tiba-tiba tubuh menjadi dingin dan menggigil.

4. Menganjurkan klien untuk melakukan kompres air hangat bila tubuh terasa panas.

5. Menganjurkan klien untuk banyak minum 2000-3000cc/hari / 9 gelas/hari.

6. Melaksanakan pemberian cairan infus.

7. Melaksanakan pemberian obat antipiretik, anti malaria, dan anti biotik

2. Klien mengatakan iya bila tubuhnya terasa panas klien akan menggunkan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

3. Klien mengatakan iya bila tubuh kedinginan atau menggigil klien akan menggunakan selimut.

4. Klien mengatakan iya klien akan melakukan kompres dengan air hangat bila tubuhnya nanti terasa panas.

5. Klien mengatakan iya klien akan banyak-banyak minum

6. Cairan infus telah di berikan berdasarkan terapi yaitu RL dan D5% dengan tetesan 20 gtt/menit.

7. Klien mengatakan klien akan meminum obatnya tepat waktu sesuai instruksi yang telah diberikan obat klien pada hari ini yaitu

Rina f

93

malarex 4-(4)-2, paracetamol 3x1, cefotaxime 2x1.

3 18/06/201212.00 WIB

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.

1. Mengkaji pengetahuan klien tentang intake nutrisi.

2. Menganjurkan klien agar makan makanan dalam keadaan hangat.

3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.

4. Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

1. Klien mengatakan makanan yang sehat terdiri dari empat sehat lima sempurna, yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air yang cukup. Minum sebanyak 8 gelas/hari, makan secara teratur 3x/hari. Klien membeli makanan tambahan yang dibeli diluar seperti buah, roti dan khasiat sari kurma (untuk menyembuhkan anemia) yang dialami Ny.Y.

2. Klien langsung memakan makanan yang telah diantar oleh ahli gizi (makan siang).

3. Klien terlihat hanya menghabiskan 3 sendok makan. mual (+), muntah (-), lidah terasa pahit nyeri pada uluh hati.

4. Klien mengatakan selera makan bubur ayam. Dan sudah diberikan oleh keluarga namun klien hanya

Rina f

94

5. Melaksanakan pemberian obat anti emetik.

6. Memonitor perkembangan berat badan klien.

makan 2 sendok. Dengan alasan keluhan yang sama lidah terasa pahit, nyeri pada uluh hati, mual (+), muntah (-).

5. Klien sudah meminum obat sesuai dengan instruksi dokter. Vometa 3x1 PO untuk mengurangi mual, omeparazole untuk menghambat produksi asam lambung 1x1, dexanta sirup 3x1 untuk menetralkan asam lambung. Neorodex sebagai multivitamin B1, B6 dan B12 pemberian 2x1 PO.

6. Berat badan klien 49 kg.

4 18/06/201213.15 WIB

Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

1. Menjelaskan dan membantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.

2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri keperawatan, dengan menganjurkan klien beristirahat bila merasakan nyeri, mengajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul, dan

1. Klien mau untuk melakukan saran perawat dengan meredakan nyeri secara alami tanpa dengan menggunakan obat pereda nyeri.

2. Klien mengerti dan paham cara meredakan nyeri yaitu dengan beristirahat saat nyeri muncul, menarik nafas dalam pada saat terasa nyeri, dan mengatur

Rina f

95

mengatur kenyamanan dan lingkungan klien seperti membatasi pengunjung untuk tidak terlalu ramai demi kenyamanan klien.

3. Meningkatkan pengetahuan klien tentang sebab-sebab nyeri mengapa Ny.Y bisa terasa sakit pada sendi dan tulang, dan juga pada otot, seluruh tubuh terasa pegal-pegal itu semua karena penyakit yang Ny.y alami yaitu malaria keluhan tersebut merupakan respon dari proses penyakit malaria.

kenyamanan tubuh dan lingkungan.

3. Ny.Y mengerti dengan apa penyakit yang di alaminya tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal disebabkan parasit malaria yang terdapat dalam tubuhnya sehingga menimbulkan gejala.

5 18/06/201213.30 WIB

Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.

2. Mengawasi tanda-tanda vital selama dan sesudah aktivitas.

1. Klien mengatakan apabila dibawa duduk/ berdiri seperti ingin kekamar mandi kepala terasa pusing. Jadi klien hanya berbaring ditempat tidur.

2. Klien mengatakan apabila setelah di bawa duduk atau beraktivitas seperti kekamar mandi denyut jantung berdebar-debar cepat dan kuat. Namun sebaliknya bila di bawa tiduran atau istirahat denyut jantung normal.

Rina f

96

3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring.

4. Mengatur posisi klien senyaman mungkin.

5. Memberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari bila perlu.

6. Memberitahukan keluarga untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan klien dan memberikan bantuan dalam aktivitas klien.

3. Klien mau menerima saran perawat klien tidur untuk beristirahat.

4. Klien tidur dengan satu bantal, dan menggunakan selimut.

5. Membantu klien saat klien mau kekamar mandi.

6. Keluarga menerima saran perawat, setiap kebutuhan dan aktivitas klien di bantu oleh keluarga seperti membantu mengantar klien untuk kekamar mandi, membantu untuk menyuapi makanan, membantu memenuhi kebutuhan kebersihan tubuh klien seperti mengelap tubuh klien.

2 19/06/201208.30 WIB

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada

1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.

1. TTV :TD : 110/70Nadi : 84 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 380CMukosa bibir tampak kering, conjungtiva anemis.Klien mengeluh malam tadi tidur

Rina f

97

hipotalamus.

2. Menganjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.

3. Menganjurkan klien untuk menggunakan selimut bila tubuh tiba-tiba terasa dingin/menggigil.

4. Menganjurkan keluarga untuk memberi kompres air hangat pada aksila, lipat paha, dan temporal pada klien agar panas klien turun.

5. Menganjurkan klien banyak minum

pukul 24.00WIB dan terbangun jam 03.00WIB pagi klien terbangun karena tubuh berkeringat sampai baju klien basah, sendi dan otot terasa sakit skalanyeri 3(1-5), tubuh terassa pegal dan tubuh terasa panas, dan dianjurkan oleh perawat untuk melakukan kompres air hangat dan meminum paracetamol namun panas tubuh tidak kunjung turun .

2. Klien mengganti pakaian dengan dibantu keluarga menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

3. Klien mengangguk tanda menyetujui dan menerima saran perawat bila tubuh menggigil gunakan selimut.

4. Keluarga ikut berpartisipasi dalam perawatan klien dan memberikan kompres pada daerah yang di anjurkan.

5. Klien menerima saran perawat dan

98

2000-3000 cc/hari.

6. Melaksanakan pemberian cairan infus.

7. Melaksanakan pemberian antipiretik, anti malaria dan anti biotik.

8. Mengatur lingkungan yang kondusif.

akan banyak minum. Keluarga meletakan air minum yang diisikan kedalam botol dan diletakan disamping tubuh klien. Bila sewaktu-waktu klien ingin minum mudah untuk dijangkau.

6. Cairan infus sudah diberikan yaitu RL dengan tetesan 20 gtt/menit.

7. Klien telah melakukan minum obat sesuai dengan terapi yang diberikan yaitu meminum paracetamol 3x1 sebagai anti piretik PO, malarex 4-4-(2) PO sebagai anti malaria, cefotaxime vial IV diberikan 2x1 oleh perawat pada pukul 18.00-06.00 sebagai anti biotik.

8. Mengantikan laken dan sarung bantal klien, menghidupkan kipas angin, membatasi pengunjung. Dan menganjurkan keluarga untuk mengganti kompres dengan yang hangat kembali bila sudah terasa dingin.

99

4 19/06/201209.00 WIB

Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

1. Menganjurkan klien untuk meredakan nyeri pada sendi dan otot, pegal-pegal pada tubuh dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dengan melakukan pemijatan/masase.

2. Menganjurkan klien untuk memperagakan teknik manajemen nyeri keperawatan yang telah diajarkan, untuk beristirahat bila nyeri muncul, teknik relaksasi pernafasan dalam.

1. Keluarga langsung memberikan bantuan kepada klien dengan melakukan pemijatan pada tubuh klien dan kompres air hangat masih dilanjutkan.

2. Klien menerima saran perawat dan langsung memperagakan.

Rina f

3 19/06/201209.15 WIB

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.

2. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.

3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.

4. Mendiskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

5. Melaksanakan pemberian obat anti emetik.

2. Keluarga langsung memberikan klien makan, menyuapi klien.

3. Klien terlihat hanya menghabiskan 4 sendok makan, klien mengeluh merasa tidak enak diperut, merasa mual, lidah terasa pahit, dan tersa nyeri pada uluh hati.

4. Klien mengatakan tidak berselera makan.

5. Klien telah meminum obat sesuai dengan terapi yang di berikan yaitu : vometa 3x1 untuk

Rina f

100

mengurangi mual, omeparazole 1x1 PO untuk menghabat produksi asam lambung, dexanta sirup 3x1 sebagai penetral asam lambung, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1, B6, B12.

5 19/06/201211.00 WIB

Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.

2. Membantu klien untuk meningkatkan tirah baring, untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur klien.

3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.

4. Memberikan bantuan kepada klien dalam aktivitas sehari-hari.

5. Memberitahu keluarga untuk membantu memenuhi keperluan dan aktivitas klien.

1. Klien mengatakan apabila diibawa duduk ataupun berdiri kepala terasa pusing.

2. Klien mau mendengarkan saran perawat dan klien tidur dengan 1 bantal.

3. Merapikan tempat tidur klien, menghidupkan kipas angin.

4. Slalu mengontrol keadaan klien dan membantu klien bila klien meminta pertolongan.

5. Keluaga siap membantu setiap aktivitas klien.

Rina f

1 19/06/201212.00 WIB

Perubahan perfusi jaringan berhubungan

1. Memeriksa tanda-tanda vital kliendan menanyakan keluhan pasien.

1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi : 90 x/menit

101

dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

2. Mencatat adanya keluhan pusing.

3. Menganjurkan klien untuk banyak-banyak beristirahat dan kurangi aktivitas.

4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring dan banyak-banyak beristirahat.

5. Mengobservasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran klien.

6. Melaksanakan pemberian transfusi darah PRC.

RR : 20 x/menitSuhu : 370C

Klien mengatakan setelah dilakukan kompres dan meminum paracetamol panas pada tubuh dirasakan turun.

2. Klien mengeluh kepalanya terasa pusing apalagi bila dibawa berdiri atau duduk.

3. Klien menerima saran perawat dan klien hanya berbaring ditempat tidur untuk beristirahat.

4. Klien menerima saran perawat klien sangat ingin untuk tidur namun susah sekali.

5. Klien tampak gelisah.

6. Transfusi darah PRC telah di berikan pada pukul 13.00 WIB, sebelum di beri transfusi terlebih dahulu telah diberikan NaCl, dexamethasone, Dhipinehidramine. Dengan tetesan transfusi 30 gtt/menit.

Rina f

102

Transfusi selesai pukul 16.00 WIB dan langsung digantikan dengan NaCL dengan 20 gtt/menit.

2 20/06/201208.30 WIB

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.

2. Menganjurkan klien bila tubuh terasa panas dihari-hari berikutnya gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

1. TTV:TD : 110/70 MmhgNadi : 90 X/MenitRR : 20 X/MenitSuhu : 370CKlien mengeluh malam tadi klien susah untuk tidur klien tidur jam 1 dan terbangun jam 3 dan tidak bisa tidur lagi sampai sekarang, dikarenakan tubuh klien terasa panas, selalu berkeringat hingga pakaian yang klien gunakan lembab. tubuh klien dirasakan pegal-pegal dan terasa nyeri pada persendian dan otot skala nyeri 3 (1-5).

2. Klien setuju dengan saran perawat, dan klien mengatakan malam tadi klien telah menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat namun tetap juga tubuh terasa panas dan berkeringat hingga pakaian menjadi lembab.

Rina f

103

3. Menganjurkan klien untuk bila tubuh terasa panas lakukan kompres dengan air hangat.

4. Menganjurkan klien banyak minum 2000-3000 cc/hari atau sebanyak 9 gelas/hari.

5. Melaksanakan pemberian cairan infus.

6. Melaksanakan pemberian obat antipiretik, anti malaria, dan antibiotik.

7. Mengatur lingkungan yang konduksif.

3. Klien mengatakan malam tadi telah dikompres dengan menggunakan air hangat. Setelah beberapa jam setelah pengompresan panas dirasakan turun.

4. Klien mengatakan iya klien akan banyak-banyak minum.

5. Infus yang terpasang RL dengan tetesan 20 gtt/menit.

6. Klien mengatakan akan meminum obat yang dii berikan tepat waktu dan rutin paracetamol 3x1 PO sebagai anti piretik, cefotaxime vial IV 2x1 diberikan oleh perawat pukul 06.00 dan 18.00 sebagai anti biotik. clobazam 1x1 diminum sebelum tidur malam nanti sebagai obat penenang agar bisa tidur.

7. Merapikan tempat tidur klien, menghidupkan kipas angin, membatasi pengunjung.

104

4 20/06/201209.00 WIB

Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

1. Mebantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan invansif seperti melakukan masase/pemijatan pada seluruh tubuh klien atau dengan mengoleskan minyak kayu putih pada tubuh klien.

1. Klien dan kluarga mengerti dengan apa yang dikatakan perawat keluarga langsung mengoleskan minyak kayu putih pada tubuh klien dan klien meminta untuk dilakukan pengerikan. Dan kluargapun melakukan permintaan klien.

Rina f

3 20/06/201209.30 WIB

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.

2. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.

3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.

4. Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

5. Melaksanakan pemberian obat

2. Keluarga langsung memberikan klien makan, klien makan masih dibantu disuapi oleh keluarga.

3. Klien terlihat dapat menghabiskan 6 sendok makan ¼ bagian dari makanan yang diberikan.

4. Klien mengatakan klien selera bubur kacang hijau, lalu meminta keluarga untuk membeli bubur kacang hijau, klien terlihat menghabiskan 4 sendok bubur kacang hijau, klien mengeluh perutnya terasa mual dan terasa nyeri pada uluh hati.

5. Klien meminum obat rutin sesuai

Rina f

105

antiemetik dan multivitamin. dengan terapi yang diberikan omeparazole 1x1 PO sebagai penghambat produksi asam lambung, dexanta sirup 3x1 PO sebagai penetral asam lambung, domperidon 3x1 PO sebagai obat anti emetik, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1, B6, B12.

5 20/06/201210.00 WIB

Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

1. Mengobservasi respon klien terhadap aktivitas.

4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.

5. Memberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari klien bila perlu.

6. Menganjurkan keluarga untuk membatu setiap aktivitas yang dibutuhkan klien.

1. Klien mengatakan klien sudah bisa duduk apabila duduk di atas tempat tidur kepala klien sudah tidak merasa pusing lagi, tapi klo dibawa berjalan seperti ke kamar mandi kepala menjadi pusing.

4. Meletakan bantal sebagai sandaran dibelakang tubuh klien agar klien dapat tahan lama untuk duduk.

5. Klien mengatakan senang mendapatkan bantuan dari perawat setiap hal yang dibutuhkan dapat minta tolong kepada perawat dan merasa diperhatikan.

6. eluarga bersedia membantu setiap aktivitas klien dan memenuhi kebutuhanya.

Rina f

106

1 20/06/201211.00 WIB

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

1. Memeriksa tanda-tanda vital klien dan keluhan klien.

2. Mencatat adanya keluhan pusing.

3. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas yang merangsang timbulnya respon valsava/aktivitas.

4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tirah baring.

5. Mengobservasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran klien.

1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi : 82 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 370C

Klien mengatakan tubuhnya sudah merasa lebih enakan, nyeri terasa berkurang setelah diberi minyak kayu putih dan dikerik skala nyeri 1 (1-5).

2. Klien mengatakan apabila dibawa duduk atau tidur kepalanya tidak terasa pusing namun bila dibawa berjalan atau berdiri kepala terasa pusing.

3. Klien menerima saran dari perawat klien mengatakan akan beristirahat.

4. Klien mengatakan klien ingin sekali bisa tidur namun sulit.

5. Klien tampak gelisah.

Rina f

107

6. Melaksanakan pemberian PRC 6. Transfusi darah telah di berikan pada pukul 12.00 WIB, sebelum trasfusi diberikan terlebih dahulu diberikan NaCl, dexamethasone, Dhipinehidramine. Dengan tetesan transfusi 30 gtt/menit.Transfusi selesai pukul 14.15 WIB dan langsung digantikan dengan NaCL dengan 20 gtt/menit.

6 20/06/201213.00 WIB

Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang apa itu malaria, bagaimana cara penularan malaria, apa gejala malaria, apa akibat penyakit malaria dan bagaimana pencegahan malaria. Media yang digunakan berupa leaflet.

1. Klien dan keluarga mendengarkan penjelasan perawat tentang penyakit yang dideritanya dengan baik dan mengangguk tanda mengerti. Klien dan kluarga juga mengajukan pertanyaaan apakah penyakit malaria menular melalui semakan atau seminum dengan klien yang menderita penyakit malaria. Ketika di evaluasi klien dapat mengulang kembali materi yang telah disampaikan.

Rina f

1 21/06/201209.00 WIB

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

1. Memeriksa tanda-tanda vital. 1. TTV :TD : 110/70 mmHgNadi :80 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 370C

Rina f

108

komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

2. Mencatat adanya keluhan pusing.

3. Menganjurkan klien untuk sedikit beraktivitas atau mengubah posisi seperti duduk jangan bebaring terus.

5. Mengobservasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran klien.

6. Memeriksa hasil Labor haemoglobin

Klien mengatakan malam tadi setelah meminum obat clobazam sebelum tidur klien bisa tidur dengan nyenyak dari jam 23.00- 05.00. Tubuh klien masih dirasakan sering berkeringat namun sudah tidak merasa panas lagi. Dan tubuh klien merasa lebih enakan dan tidak terasa sakit lagi ataupun pegal-pegal skala nyeri 0 (1-5).

2. Klien mengatakan kepalanya sudah tidak merasa pusing lagi baik duduk ataupun berdiri namun apabila berjalan ke kamar mandi masih diperlukan bantuan karena tubuh klien masih merasa lemah.

3. Klien mau mendengarkan saran perawat dan klien langsung mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk dengan bantal disandarkan dibelakang tubuh.

5. Klien tampak tenang namun lemah (composmentis).

6. Hasil labor klien pada tanggal

109

klien. 21/06/2012 yaitu 9 gr/dl. 3 21/06/2012

09.30 WIBResiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.

1. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.

2. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.

3. Diskusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

4. Melaksanakan pemberian obat anti emetik.

1. Klien langsung memakan makanan yang telah disediakan oleh ahli gizi.

2. Klien terlihat menghabiskan ¾ makanan yang ada.

3. Klien mengatakan klien selera makan nasi dengan sayur santan dan ikan sambal, keluargapun memberikan makanan yang diinginkan klien, klien terlihat dapat mengahabiskan 6 sendok makan.

4. Klien mengatakan akan meminum obat yang diberika tepat waktu dan rutin obat yang tersedia untuk hari ini yaitu omeparazole 1x1 PO sebagai pengahambat produksi asam lambung, donperidon 3x1 PO sebagai anti emetik, scopamin 3x1 PO sebagai anti nyeri, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1,B6,B12, cefotaxime vial IV diberikan oleh perawat 2x1 pada pukul 06.00WIB dan 18.00 WIB sebagai antibiotik dan clobazam

Rina f

110

5. Monitor perkembangan berat badan.

diminum sebelum tidur malam nanti sebagai obat penenang.

5. Berat badan klien tetap 49 kg.

5 21/06/201210.15 WIB

Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.

1. Klien mengatakan klo berjalan seperti mau kekamar mandi masih diperlukan bantuan walau sudah tidak merasa pusing lagi ketika berjalan namun tubuh masih terasa lemah .

Rina f

6 21/06/201211.00 WIB

Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

1. Mengingatkan kembali kepada klien dan keluarga apa itu malaria, bagaimana cara penularan malaria, apa gejala malaria, apa akibat penyakit malaria dan bagaimana pencegahan malaria.

1. Klien menyebutkan malaria disebabkan oleh parasit (plasmodium) ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk. Gejala malaria dapat berupa menggigil, tidak nafsu makan, tubuh terasa panas dan dapat mengakibatkan anemia karena sel darah merah hancur dirusak oleh parasit. Cara pencegahan malaria dengan menghindar dari gigitan nyamuk seperti tidur menggunakan kelambu, menggunakan obat penolak nyamuk, menggunakan pakaian tertutup bila perlu,

Rina f

111

2. Menganjurkan keluarga dan klien untuk memelihara dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan, karena dengan lingkungan yang nyaman nyamuk tidak akan berkembang biak.

3. Mengajurkan klien untuk membasmi sarang nyamuk atau tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada disekitar rumah pada saat pulang nanti seperti menimbun genangan air, jangan terlalu banyak pakaian yang bergantungan.

memasang kawat kasa pada ventilasi dan membersihkan sarang nyamuk atau lingkungan.

2. Keluarga dan klien mengangguk tanda menyetujui saran perawat dan keluarga pun tampak membersihkan lingkungan sekitar tempat tidur klien.

3. Klien mengatakan iya ketika pulang nanti klien dan keluarga akan menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dengan lebih baik lagi agar terhidar dari penyakit malaria atau penyakit lainya.

1 22/06/201208.30 WIB

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk

1. Memeriksa tanda-tanda vital dan menanyakan keluhan klien.

1. TTVTD :120/70 mmHgNadi : 84 x/menitRR : 20 x/menitSuhu : 370C

Klien mengatakan tubuhnya sudah merasa lebih baik sudah tidak merasa pegal-pegal lagi ataupun

Rina f

112

pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

nyeri pada sendi dan otot, kepala sudah tidak terasa pusing lagi. Tubuh sudah tidak terasa panas lagi dan berkeringat agak berkurang. Malam tadi klien nyenyak tidur klien tidur dari jam 22.00 WIB-05.00WIB.

3 22/06/201209.00 WIB

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat: anorexia, mual/muntah.

2. Menganjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.

3. Menganjurkan klien untuk makan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering.

4. Mendikusikan makanan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

5. Melaksanakan pemberian obat anti

2. Klien langsung memakan makanan yang telah disediakan oleh ahli gizi.

3. Klien tampak menghabiskan seluruh makanan yang disajikan oleh ahli gizi. Mual (-), muntah (-)

4. Klien mengatakan klien selera makan bubur ayam, lalu keluargapun pergi membelikan bubur ayam untuk klien dan terlihat klien dapat menghabiskan semua bubur ayam yang dibeli. Klien mengatakan perutnya sudah merasa enakan sekarang sudah tidak ada rasa mual ataupun nyeri pada uluh hati.

5. Klien mengatakan akan meminum

Rina f

113

emetik.

6. Memonitor perkembangan berat badan klien.

obat yang diberika tepat waktu dan rutin obat yang tersedia untuk hari ini yaitu omeparazole 1x1 PO sebagai pengahambat produksi asam lambung, donperidon 3x1 PO sebagai anti emetik, scopamin 3x1 PO sebagai anti nyeri, neorodex 2x1 PO sebagai multivitamin B1,B6,B12, cefotaxime vial IV diberikan oleh perawat 2x1 pada pukul 06.00WIB dan 18.00 WIB sebagai antibiotik dan clobazam diminum sebelum tidur malam nanti sebagai obat penenang.

6. Berat badan klien 49 kg, tinggi badan 155 cm.

5 22/06/201210.00 WIB

Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

1. Mengobservasi respons klien terhadap aktivitas.

1. Klien mengatakan sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri tanpa bantuan, makan sendiri dan mengganti pakaian sendiri. Klien mengatakan tubuh klien sudah merasa lebih kuat dan tidak lemah lagi seperti kemarin. (Klien hari ini sudah boleh pulang oleh dokter dan melakukan perawatan dirumah/ rawat jalan. Karena keadaan klien

Rina f

114

sudah tampak membaik). 6 22/06/2012

11.00 WIBResiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

1. Mengingatkan kembali kepada klien bila pulang nanti diharapkan dapat melakukan pencegahan dari gigitan nyamuk seperti yang telah diajarkan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan dan bila muncul tanda dan gejala demam diharapkan keluarga dan klien dapat menerapkan cara penatalaksaan seperti yang telah diajarkan.

1. Klien dan keluarga mengatakan iya bila pulang kerumah nanti klien dan keluarga akan lebih menjaga kesehatanya agar tidak mudah sakit. Klien akan melakukan saran perawat akan melakukan pencegahan terhadap penyakit malaria dengan menghindar dari gigitan nyamuk dan membrantas sarang nyamuk dan lebih menjaga kebersihan lingkungan. Keluarga mengatakan trimakasih telah memberi pengalaman dalam merawat nanti apabila dikemudian hari ada yang sakit insyaallah klien akan menggunakan cara-cara yang telah diajarkan.

22/06/201213.00 WIB

- Membantu meng off infus klien dan mengantar klien pulang.

- Klien tampak senang sudah bisa pulang klien diantar pulang dengan menggunakan korsi roda dan klien dan keluarga telah menebus resep obat yang telah diberikan oleh dokter untuk perawatan dirumah berupa omeparazole 1x1 PO, donperidon 3x1 PO, scopamin 3x1 PO, neorodex 2x1 PO, paracetamol

Rina f

115

3x1 PO. Dan klien sudah tahu cara meminum obat tersebut dirumah dan tujuan dari masing-masing obat karena sudah dijelaskan cara pemberianya oleh dokter.

E. EvaluasiTabel 3.7 Evaluasi

No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf1 21/06/ 2012 Perubahan perfusi jaringan berhubungan

dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan sakit kepala lagi.

O:- TTV :

TD : 100/70 mmHgNadi : 80 x/menitPernafasan: 20 x/menitSuhu : 370C

- Akral teraba hangat- Kulit tampak segar- Haemoglobin 9 Gr/dl- Conjungtiva ananemis

A : Masalah perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh dapat teratasi.

Rina f

116

P : Intervensi dihentikan.2 21/06/ 2012 Hipertermia berhubungan dengan

peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

S : Klien mengatakan malam tadi setelah meminum obat clobazam sebelum tidur klien bisa tidur dengan nyenyak dari jam 23.00- 05.00. Tubuh klien masih dirasakan sering berkeringat namun sudah tidak merasa panas lagi.

O :- TTV :

TD : 100/70 mmHgNadi : 80 x/menitPernafasan: 20 x/menitSuhu : 370C

- Pada palpasi tidak panas lagi- Mukosa bibir terlihat lembab

A : Masalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus dapat teratasi.

P : Intervensi dihentikan

Rina f

3 22/06/ 2012 Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.

S : Klien mengatakan perutnya sudah merasa enakan sekarang sudah tidak ada rasa mual ataupun nyeri pada uluh hati.

O :- Mual (-), Muntah (-)- Keadaan umum membaik- Klien tampak menghabiskan seluruh makanan

Rina f

117

yang disajikan oleh ahli gizi.- Berat badan : 49 kg- Tinggi badan : 155 cm

A : Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah dapa teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

4 21/06/ 2012 Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

S : Klien mengatakan tubuhnya sudah merasa lebih enakan dan tidak terasa sakit lagi ataupun pegal-pegal, skala nyeri 0 (1-5).

O :- Keadaaan umum klien tampak baik, dan klien

tampak tenang.- Klien tidak meringis kesakitan lagi.

A : Masalah Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis, dapat teratasi.

P : Intervensi di hentikan.

Rina f

5 22/06/ 2012 Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

S : Klien mengatakan sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri tanpa bantuan, makan sendiri dan mengganti pakaian sendiri. Klien mengatakan tubuh

118

klien sudah merasa lebih kuat dan tidak lemah lagi seperti kemarin.

O :- Klien tampak dapat melakukan aktivitasnya

sendiri- Klien tampak lebih segar dan tidak terlihat lemah- Kekuatan otot

5555 5555 5555 5555

A : Masalah Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dapat teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

Rina f

6 22/06/ 2012 Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup.

S : Klien dan keluarga dapat menjelaskan dengan bahasanya sendiri tentang penyakit malaria cara penularan, penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam mengatasi demam malaria dan pencegahan penyakit malaria.

O :- Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali

cara-cara penularan penyakit malaria.- Klien dan keluarga dapat menjelaskan kembali

tentang cara-cara pencegahan penyakit malaria.

A : Masalah Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

Rina f

119

penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola hidup dapat teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

Catatan perkembangan pulang :

Tanggal 22 juni 2012 Ny.Y atas order dan saran dari dokter sudah diperbolehkan pulang untuk rawat jalan, keadaan umum

membaik :

TTV : TD :120/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 370C

Obat yang diberikan omeparazole 1x1 PO, donperidon 3x1 PO, scopamin 3x1 PO, neorodex 2x1 PO, Paracetamol 3x1. Dan

klien sudah tahu cara meminum obat tersebut dirumah dan tujuan dari masing-masing obat karena sudah dijelaskan cara

pemberianya.

120

121

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. Y dengan kasus

Malaria di ruang melati RSUD Dr.M.YUNUS Bengkulu pada tahun 2012 yang

dimulai dari tanggal 18 juni 2012 sampai 22 juni 2012 ditemukan beberapa

persamaan atau kesenjangan antar teori yang ada dengan data yang di dapatkan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam

mengumpulkan data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan antara

lain : pada riwayat kesehatan sekarang, pada Ny.Y ditemukan keluhan

Demam dirasakan sejak satu minggu yang lalu, tubuh menggigil merasa

kedinginan, merasa mual yang disertai dengan muntah, nyeri pada uluh hati,

lidah terasa pahit, tidak ada nafsu makan, kepala terasa pusing, tubuh terasa

panas, sering berkeringat, seluruh tubuh dirasakan sakit (nyeri pada

persendian dan juga otot) dan pegal-pegal,tubuh terasa lemah, dan klien

mengeluh hasil labor haemoglobinnya rendah yaitu 7,5 gr/dl. Keluhan yang

dialami oleh Ny.Y tersebut sama dengan manifestasi klinis yang dapat

ditimbulkan oleh malaria pada tinjauan teoritis. Akan tetapi ada beberapa

gejala pada tinjauan teoritis yaitu pembesaran limpa (splenomegali) dan

pembesaran hepar (hepatomegali) pada kasus Ny.Y tidak penulis temukan.

Menurut penulis hal ini disebabkan oleh malaria yang diderita Ny.Y belum

terlalu berat sehingga belum terjadi komplikasi lebih lanjut dimana belum

106

122

terjadi kerusakan parenkim hati yang menyebabkan hepar dan limpa

terkompensasi.

Pada riwayat kesehatan dahulu Ny.y ditemukan bahwa Ny.Y dua tahun

yang lalu pernah dirawat di RS selama tiga hari dengan alasan penyakit yang

sama yaitu malaria. Berdasarkan tinjauan toritis bahwa malaria merupakan

penyakit yang sewaktu-waktu dapat kambuh kembali di sebabkan oleh parasit

malaria yaitu plasmodium vivax dan ovale memiliki stadium dormant

(hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi

kembali kedalam darah beberapa minggu atau 1 tahun kemudian, ini sama

dengan yang dialami oleh Ny.Y yaitu penyakit malaria yang diderita

mengalami kekambuhan (Muslim, 2009).

Pada riwayat kesehatan keluarga terdapat keluarga Ny.Y yang perna

mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan anak kedua.

Berdasarkan tinjauan teoritis menurut pendapat Handayani wiwik (2008)

bahwa malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang

disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke

manusia melalui air liur nyamuk. Pada keluarga Ny.Y sepertinya sudah

terjadi penularan penyakit malaria antar keluarga sehingga terdapat keluarga

selain Ny.Y yang pernah mengalami penyakit malaria.

Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari Ny.Y pada kebutuhan

nutrisi Ny.Y selama dirumah sakit hanya makan 3sendok makan setiap

makan beda dengan selama dirumah sewaktu sehat klien dapat menghabiskan

1 porsi makan. Klien menemukan kesulitan saat makan yaitu perut terasa

123

mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit. Pada kebutuhan istirahat dan

tidur Ny.Y kurang dari kebutuhan yang seharusnya/ biasanya sebanyak 6-8

jam menjadi 4-6 jam hal tersebut dikarenakan tubuh Ny.Y sering terasa

panas, sering berkeringat, terasa nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa

pegal sehingga klien menjadi susah untuk tidur. Pada kebutuhan aktivitas

klien klien hanya berada ditempat tidur semua aktivitas klien di bantu oleh

keluarga di karenakan klien mengalami kelemahan fisik. Berdasarkan tanda

dan gejala menurut pendapat Harijanto (2009) bahwa manifestasi klinis pada

malaria serupa dengan yang dialami Ny.Y yaitu merasa mual, muntah, tidak

nafsu makan, terasa lesuh/lemah, demam yang dirasakn hilang timbul, nyeri

pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal-pegal sehingga menyebabkan

terganggunya kebutuhan istirahat dan tidur Ny.Y.

Berdasarkan data sosial ekonomi yang didapatkan pada pengkajian

Ny.Y adalah seorang wanita karir yang bekerja di balai POM, dikarenakan

klien sedang sakit pekerjaan klien menjadi terganggu dan klien tidak dapat

masuk kerja. Benar menurut pendapat Harijanto (2011) bahwa malaria

merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menurunkan

produktivitas kerja.

Pada tinjauan kasus hasil laboratorium Ny.Y ditemukan beberapa

persamaan pada tinjauan teoritis seperti leukosit darah tinggi : 17.400/mm3 (N

= 4.000 – 10.000/mm3), Peningkatan jumlah leukosit ini (disebut

Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi, hemoglobin rendah (7,5

gr/dl) berdasarkan menurut pendapat zulkoni akhsin (2009) malaria dapat

124

menyebabkan anemia dikarenakan sel darah merah lisis akibat siklus hidup

parasit dan penghancuran sel darah merah baik yang terinfeksi maupun tidak

terinfeksi oleh limpa. Hemaktokrit rendah (23%) menunjukan penurunan

persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.

Adapun kesenjangan yang ditemukan pada hasil laboratorium Ny.Y

yaitu trombosit normal (320.000 sel/mm3) ini mengalami kesenjangan dengan

yang ada pada tinjauan teori yang seharusnya pada tinjauan teori jumlah

trombosit sering menurun (N = 150.000- 400.000 sel/mm3) menurut penulis

penyakit malaria yang diderita oleh Ny.Y belum mengalami penghancuran

trombosit yang berlebihan sehingga tidak terjadi trombositopenia (jumlah

trombosit sering menurun terutama pada malaria berat). Pada pemeriksaan

ureum serum dan kreatinin serum pada Ny.Y normal yaitu ureum serum 29.0

mg/dl (N= 20-40 mg/dl) dan kreatinin serum 0.6 mg/dl (N= 0.5-1.2 mg/dl),

ini menunjukan bahwa fungsi ginjal pada Ny.Y masih baik dan Ny.Y belum

mengalami komplikasi lebih lanjut dari penyakit malaria yang diderita, yang

mana menurut widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit

malaria adalah GGA (urin <400Ml/24jam, dengan kreatinin darah >3 Mg/dl).

Pada pemeriksaan glukosa sewaktu/BBS pada Ny.Y tinggi yaitu 167 mg/dl

(N=70-120 mg/dl) ini menunjukan bahwa Ny.Y hiperglikemia sedangkan

menurut widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada malaria adalah

Hipoglikemia gula darah <40mg/dl menurut penulis Ny.Y tidak mengalami

hipoglikemia disebabkan penggunaan glukosa oleh parasit belum terlalu

125

banyak sehingga tidak terjadi insufiensi insulin sehingga tidak terjadi

hipoglikemia.

B. Diagnosa keperawatan

Pada diagnosa keperawatan penulis hanya menganalisa data yang

diperoleh dari pengkajian sebelum menegakan diagnosa keperawatan. Dalam

asuhan keperawatan secara teori penulis menemukan 7 diagnosa keperawatan

yang muncul pada pasien malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang

timbul menurut Muttaqin, 2011 adalah :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam

tubuh.

2. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis

osmotik, diaforesis.

3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

4. Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.

5. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi

sistemik, mialgia, artralgia.

6. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

7. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola

hidup.

126

Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis hanya menemukan 6 diagnosa

keperawatan yang terdiri dari :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam

tubuh.

Penulis menegakkan diagnosa ini karena menemukan data bahwa klien

mengeluh kepalanya terasa pusing, akral teraba dingin, kulit pucat, klien

tampak gelisah, conjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kering, Hb :

7,5 gr/dl, hasil pemeriksaan DDR (+), TTV : TD :110/70 mmHg, Nadi :

90 x/menit, pernafasan : 22 x/menit, suhu : 370C, yang bearti sel darah

merah lisis akibat siklus hidup parasit malaria yaitu plasmodium,

semakin banyak jumlah skizon yang pecah di dalam darah maka semakin

banyak jumlah merozoit yang keluar yang akan menyerang eritrosit baru

sehingga menyebabkan anemia (Zulkoni akhsin, 2009).

2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data bahwa klien mengeluh

tubuhnya terasa panas, suhu : 380C, pada palpasi tubuh terasa panas,

klien tampak gelisah, mukosa bibir tampak kering dan hasil pemeriksaan

DDR (+), yang berati sudah terdapat plasmodium dalam darah yang

menyebabkan peningkatan sirkulasi endoktoksin pada hipotalamus,

sehingga terjadi perubahan regulasi temperatur pada termoregulator yang

mengakibatkan peningkatan suhu tubuh (Muttaqin, 2011).

127

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia, mual/muntah.

Diagnosa ini ditegakakan berdasarkan data bahwa klien mengatakan

tidak nafsu makan dan perutnya terasa mual dan muntah 1x, porsi makan

yang dihabiskan terlihat hanya 3 sendok makan, keadaan umum tampak

lemah, klien tampak pucat, mukosa bibir tampak kering, BB :49 kg,

TB :155 cm, karena tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan,

dan berat badan klien masih berada dalam batas normal sesuai dengan

umur dan tinggi badan klien, penulis hanya mengangkat diagnosa ini

sebagai resiko.

Mual dan muntah yang disebabkan adaanya plasmodium yang mencapai

sirkulasi gastrointestinal bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan

penurunan berat badan karena intake nutrisi yang tidak adekuat secara

oral, sedangkan yang berada pada tubuh berkurang karena output melalui

muntah yang berlebihan (Muttaqin, 2011).

4. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi

sistemik, mialgia, artralgia, diaforesis.

Diagnosa ini penulis tegakkan karena efek dari respons inflamasi

sistemik parasit pada tubuh menyebabkan terasa pegal-pegal, dan nyeri

pada sendi tulang dan otot (Muttaqin, 2011).

5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Diagnosa ini penulis tegakan karena efek dari proses penyakit pada

sistem muskuloskletal yang dikarenakan oleh anemia dan kurangnya

128

asupan nutrisi klien mengakibatkan kelemahan fisik sehingga klien

membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitasnya berdasarkan

tinjauan teoritis menurut Harijanto (2009) bahwa Keluhan prodromal

pada malaria salah satunya berupa kelesuhan.

6. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola

hidup.

Diagnosa ini ditegakkan karena keluarga mengatakan tidak mengetahui

tentang penyakit malaria, cara penularan maupun pencegahannya.

Kurangnya pengetahuan keluarga menyebabkan ia banyak bertanya

mengenai keadaan penyakit yang diderita.

Diagnosa resiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan

diuresis osmotik, diaforesis, tidak penulis angkat karena tidak ditemukan

tanda-tanda kekurangan cairan yang berat pada Ny.Y seperti turgor kulit klien

masih baik, haluaran urine adekuat, terpasang infus RL dan D5% (1:1) 20 tt/

menit, klien masih mau minum sehingga defisit volume cairan tidak terjadi.

Dari pengkajian keperawatan yang penulis lakukan penulis menemukan

diagnosa baru yang tidak ada pada tinjauan teori yaitu gangguan istirahat dan

tidur berhubungan dengan hipertermi dan nyeri pada sendi tulang dan otot,

namun diagnosa ini tidak penulis angkat karena menurut penulis klien tidak

dapat tidur disebabkan hipertermi. Sedangkan tujuan dari dilakukannya

tindakan keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi dan

mengatasi masalah yang menjadi prioritas agar masalah lain yang

129

ditimbulkan dapat teratasi (deswani, 2009). Jadi penulis mengangkat masalah

hipertermi dan gangguan rasa nyaman nyeri yang menjadi prioritas karena

dapat menimbulkan masalah lain pada klien yaitu kebutuhan istirahat dan

tidur menjadi terganggu.

C. Perencanaan keperawatan

Intervensi keperawatan yang penulis susun pada studi kasus telah

mengacu pada asuhan keperawatan secara teoritis dengan disesuaikan pada

prioritas masalah keperawatan yang dirumuskan. Penulis membuat intervensi

dan prioritas waktu dengan menyesuaikan pada masalah keperawatan yang

ditemukan dan sesuai dengan kemampuan yang dipunyai oleh penulis untuk

menyelesaikan/ mengatasi masalah dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.

Intervensi yang ada pada tinjauan teoritis menurut Muttaqin (2011) dapat

direncanakan pada kasus.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari rencana

tindakan keperawatan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh

perawat dalam membantu klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan

harus memperhatikan kenyamanan dan keadaan klien. Dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan pada Ny.Y dengan penyakit malaria di ruang rawat

inap melati RSUD dr. M.Yunus Bengkulu, penulis melakukanya selama lima

hari perawatan dan yang dilakukan adalah sesuai dengan perencanaan.

130

Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien dapat dilakukan dengan

baik karena faktor yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

ini. Adapun faktor pendukung lain antara lain :

1. Adanya kerja sama dan kolaborasi antar tim kesehatan yang lain dan

yang paling mendukung adalah kerjasama antara penulis dan keluarga.

2. Karena adanya motivasi yang kuat dari keluarga untuk kesembuhan klien

sehingga keluarga selalu mendukung dan melaksanakan anjuran perawat.

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, yang

digunakan sebagai alat ukur berhasil atau tidaknya tindakan keperawatan

kepada klien, sesuai dengan diagnosa, tujuan dan kriteria hasil. Dari 6

diagnosa keperawatan yang telah disusun sesuai dengan masalah utama,

selama melakukan lima hari perawatan pada Ny.Y dengan penyakit malaria

sejak tanggal 18 juni 2012 sampai 22 juni 2012 dapat dikatakan berhasil,

dimana hasil akhir dari evaluasi didapatkan bahwa semua masalah yang ada

dapat teratasi pada tanggal 21 dan 22 juni 2012.

131

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit

dari genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melaluit gigitan

nyamuk jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala

ras, usia, dan jenis kelamin. Dikenal empat spesies dari genus

plasmodium yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada

manusia yaitu : Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax,

Plasmodium malariae, Plasmodium ovale. Berbeda dengan penyakit-

penyakit lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat

diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi

penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam

tubuh manusia seumur hidup. Adapun tanda dan gejala yang dapat di

timbulkan oleh malaria berupa demam periodik, anemia dan

splenomegali.

2. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.Y dengan penyakit malaria,

penulis mendapatkan data-data pengkajian meliputi : identitas pasien,

riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat

kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, data psikologi, data sosial

ekonomi, data spiritual, data penunjang, penatalaksanaan medis, dan

kebiasaan sehari-hari klien.

117

132

3. Setelah data-data tersebut terkumpul, penulis menganalisa data yang

telah ditemukan untuk menemukan masalah keperawatan klien,

setelah itu penulis menyusun diagnosa keperawatan untuk menunjang

proses keperawatan dan ditemukan enam diagnosa keperawatan pada

Ny.Y.

4. Berdasarkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi yang

disesuaikan dengan tinjauan teori menurut Muttaqin (2011) dengan

mempertimbangkan prosedur kebijakan dan fasilitas diruangan rawat

inap tempat klien dirawat, serta disesuaikan juga dengan kemampuan

penulis dan keadaan klien.

5. Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada

klien dan keluarga, sekaligus mengevaluasi setiap respon hasil atau

kemajuan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

6. Pada evaluasi di semua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil

karena dari enam diagnosa yang disusun sesuai masalah pada Ny.Y

menunjukan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan baik.

7. Analisa antara konsep teori dan kasus yang telah ditemukan pada

Ny.Y yang tentunya terdapat beberapa kesenjangan dan persamaan

yang semuanya telah dibahas di bab pembahasan.

8. Dari proses keperawatan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa pada Ny.Y mengalami penyakit malaria, setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari penyakit malaria

yang di sebabkan oleh plasmodium vivax dan telah menyebabkan

133

anemia pada Ny.Y dapat teratasi begitupun dengan gejala yang lain

seperti hipertermi, nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa

pegal-pegal, merasa mual yang disertai muntah, tidak nafsu makan

dan kelesuhan sudah tidak dirasakan lagi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan alternatif

pemecahan masalah yang berupa saran-saran, yaitu untuk mencapai

asuhan keperawatan yang optimal.

1. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan

memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas sebagai standar

praktek keperawatan yang berlaku dan dapat meningkatkan sarana dan

prasarana kesehatan yang ada di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu untuk

dapat menunjang pengobatan dan perawatan pada pasien dengan

penyakit malaria yang dirawat di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan

dapat meningkatkan sumber daya manusia dengan banyak

mengadakan pelatihan-pelatihan ataupun seminar mengenai masalah

malaria sehingga menambah ilmu dan wawasan para perawat.

2. Institusi pendidikan/Akademik

Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam

pemberian materi tentang malaria dan dapat menambah buku-buku

tentang Malaria edisi terbaru sehingga peneliti selanjutnya tidak

kesulitan mencari untuk referensi.

134

3. Penulis selanjutnya

Diharapkan pada penulis selanjutnya yang berminat untuk meneliti

masalah ini lebih jauh dan mendalam hendaknya untuk meneliti

masalah ini dengan menggunakan tempat yang berbeda dengan teknik

yang lain sehingga diperoleh keragaman hasil penelitian yang

berkaitan dengan penyakit malaria seperti “Hubungan prilaku

pencegahan malaria terhadap kejadian malaria”. “Faktor faktor risiko

yang mempengaruhi kejadian malaria” dengan menggunakan metode

penelitian observasional.

135

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS RI : Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Jakarta, BAPPENAS RI, 2011. http://www.lap-pemb-milenium-ind-2010.pdf 26 juli 2012 pukul 21.13 WIB.

Deswani : Proses Keperawatan dan berfikir kritis. Jakarta, Salemba Medika, 2009.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu : Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2010. Bengkulu, Dinkes Kota Bengkulu, 2011.

Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu : Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu 2010. Bengkulu, Dinkes Propinsi Bengkulu, 2011.

Doenges, E, Marillynn,. Marry, Frances, Moorhous, et a.l. : Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2010.

Handayani wiwik : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta, Salemba Medika, 2008.

Harijanto : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakart, Interna Publishing, 2009.

Irianto : Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung, Yrama Widya, 2011.

Kementrian Kesehatan RI : Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta, Kemenkes RI, 2011. http://www.BULETIN MALARIA.pdf. 24 juli 2012 pukul 16.15 WIB.

Mentri Kesehatan RI : Eliminasi malaria di Indonesia. Jakarta, Menkes RI, 2009. http://www.KEPMENKES__NO___293_THN_2009_TTG__ELIMINASI_MALARIA.pdf. 24 juli 2012 pukul 16.01 WIB.

Muslim : Parasitologi untuk keperawatan. Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2009.

Muttaqin : Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika, Jakarta, 2011.

Praptianingsih : Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan di Rumah sakit. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Safar Rosdiana : Parasitologi Kedokteran Protozoologi Helmintologi Entomologi. Bandung, Yrama Widya, 2009.

Sembel : Entomologi Kedokteran. Yogyakarta, CV ANDI OFFSET, 2009.

136

Soedarto : Pengobatan Penyakit Parasit. Jakarta, CV Sagung Seto, 2009.

Tarwoto : Keperawatan Medikal Bedah Gangguan sistem Hematologi. Jakarta, Agung Wijaya, 2008.

Widoyono : Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasanya. Jakarta, Erlangga, 2008.

Zulkoni akhsin : Parasitologi. Yogyakarta, Nuha Medika, 2009.

137

138

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Malaria

Sub Pokok Bahasan : Bersama Kita Berantas Malaria

Sasaran : Pasien yang menderita malaria

Hari / tanggal : Rabu, 20 juni 2012

Waktu : 13.00 – 13. 50 WIB

Tempat : Ruang melati RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan sasaran dapat memahami dan

mengerti apa itu malaria, bagaimana cara penularan malaria, apa gejala

malaria, apa akibat penyakit malaria, bagaimana pencegahan malaria.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan sasaran dapat menjelaskan kembali :

1. Apa itu malaria

2. Bagaimana cara penularan malaria

3. Apa gejala malaria

4. Apa akibat penyakit malaria

5. Bagaimana pencegahan malaria.

C. Materi

1. Apa itu malaria

2. Cara penularan malaria

139

3. Tanda dan gejala malaria

4. Akibat pnyakit malaria

5. Cara pencegahan malaria

D. Alat Bahan / Media Penyuluhan

1. Media penyuluhan :

a. Leaflet

Sumber : Departemen Kesehatan RI – Pusat Promosi Kesehatan

E. Metode Penyuluhan

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

F. Evaluasi Penyuluhan

1. Persiapan

a. Menyiapkan materi penyuluhan

b. Menyiapkan Leaflet

2. Proses

Memberi penyuluhan materi tentang malaria

3. Hasil

a. Sasaran mengetahui apa itu malaria

b. Sasaran mengetahui bagaimana cara penularan malaria

c. Sasaran mengetahui apa gejala malaria

d. Sasaran mengetahui apa akibat malaria

e. Sasaran mengetahui bagaimana mencegah malaria

140

G. Lampiran

1. Materi

2. Leaflet

H. Kegiatan / Proses Penyuluhan

No

Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Media dan Alat

1 5 menit Kegiatan awal

1. Memberikan salam pembuka

dan memperkenalkan diri

2. Kontrak waktu

3. Menjelaskan cakupan materi

yang akan disampaikan

4. Menjelaskan tujuan

Menjawab salam

Memberi

pendapat

Memperhatikan

Memperhatikan

2 10

menit

Kegiatan Inti

1. Menjelaskan materi tentang

malaria :

a. Apa itu malaria

b. Cara penularan malaria

c. Tanda dan gejala malaria

d. Akibat pnyakit malaria

e. Cara pencegahan malaria

2. Melakukan kegiatan evaluasi

a. Menanyakan kepada

sasaran salah satu materi

yang telah disampaikan.

b. Reinforcement positif atas

jawaban.

c. Menyimpulkan atau

Memperhatikan

Menjawab

Memperhatikan

Leaflet

141

meluruskan jawaban

3. Memberi kesempatan kepada

sasaran untuk bertanya

4. Memberikan reinforcement

positif atas sasaran

5. Menjawab pertanyaan dari

sasaran

Bertanya tentang

materi yang telah

dijelaskan

Memperhatikan

3 5 menit Kegiatan Akhir

1. Melakukan evaluasi sesuai

kompetensi dasar, menanyakan

materi (kognitif), dan evaluasi

(sikap).

2. Menyimpulkan materi secara

ringkas

3. Penutup

a. Mengucapkan salam

Menjawab

Memperhatikan

Menjawab salam

Bengkulu, 20 juni 2012

Penyuluh

( Rina Febriani ) NIM : 20091048

142

MATERI

A. Apa penyakit malaria?

Penyakit malaria adalah penyakit menular, disebabkan oleh parasit dari

genus plasmodium. Terdapat empat spesies plasmodium penyebab malaria

pada manusia plasmodium falcifarum, plasmodium vivax, plasmodium

malariae dan plasmodium ovale, yang ditularkan oleh nyamuk malaria

(anopheles). Penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki

maupun perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang

dewasa.

B. Bagaimana penularan malaria?

Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (anopheles).

Bila nyamuk anopheles menggigit orang yang sakit malaria, maka parasit

akan ikut terhisap bersama darah yang terhisap bersama darah penderita.

Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak. Sesudah 7 – 14 hari

apabila nyamuk tersebut menggigit orang sehat, maka parasit akan ditularkan

kepada orang sehat tersebut. Didalam tubuh manusia parasit akan

berkembang biak, menyerang sel-sel darah merah. Dalam waktu kurang lebih

12 hari, orang tersebut akan sakit malaria.

Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti

orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak. Metode penularan lain

melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang

143

sering bertukar jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang

terakhir adalah melalui transfusi darah.

C. Apa gejala malaria

1. Gejala malaria ringan

a. Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala

b. Pucat karena kurang darah

c. Kadang-kadang dimulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah,

tidak nafsu makan

d. Gejala spesifik daerah, misalnya pada anak-anak disertai dengan

diare

2. Gejala malaria berat

a. Kejang-kejang

b. Kehilangan kesadaran (mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja,

tingkah laku berubah)

c. Kuning pada mata

d. Panas tinggi

e. Kencing warna teh tua

f. Nafas cepat

g. Muntah terus

h. Pingsan sampai koma

D. Apa akibat penyakit malaria

1. Penderita mengalami kekurangan darah (anemia) karenaa sel darah

merah hancur dirusak oleh parasit dan berakibat :

144

a. Daya tahan tubuh menurun hingga mudah terkena infeksi penyakit

lain

b. Daya kerja kurang

c. Pertumbuhan otak pada anak-anak terhambat terutama pada masa

dalam kandungan sampai usia balita

d. Anak sekolah sering tidak masuk dan sulit menangkap pelajaran

begitu juga dengan orang dewasa menjadi sering tidak masuk kerja

dan susah untuk berkonsentrasi.

2. Pada ibu hamil dapat menyebabkan :

a. Bayi lahir mati

b. Bayi lahir dengan berat badan rendah

c. Bayi anemia

d. Ibu hamil meninggal

3. Pembuluh darah otak tersumbat menyebabkan:

a. Kejang-kejang

b. Kehilangan kesadaran

c. Pingsan sampai koma

d. Menjadi hilang ingatan

e. Meninggal bila tidak segera diobati

E. Bagaiman mencegah malaria ?

1. Menghindari gigitan nyamuk :

a. Tidur memakai kelambu anti nyamuk yang tahan 2 sampai 5 tahun,

yang dapat dicuci sampai 20 kali

145

b. Pakai obat anti nyamuk

c. Pakai obat oleh anti nyamuk

d. Pasang kawat kasa di setiap ventilasi

e. Menjauhkan kandang ternak dari rumah

f. Jangan berada diluar rumah pada malam hari

g. Apabila keluar rumah sebaiknya memakai pakaian yang tertutup

(menggunakan baju lengan panjang atau memakai obat anti nyamuk

oles.

2. Pengobataan pencegahan :

Dua hari sebelum berangkat ke daeraah malaria, minum obat doksisiklin

1x1 kapsul/hari sampai dua minggu setelah keluar dari lokasi tersebut.

3. Membersihkan lingkungan

a. Membersihkan lingkungan

b. Menimbun genangan air

c. Membersihkan lumut

d. Mengalirkan air yang tergenang

4. Menebar ikan pemakan jentik

Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik :

kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.

146

147