kasus 2 gerrrrr

25
Kasus : Tuan Slamet 70 tahun, sesak napas KELOMPOK 3

Upload: putery-rizkia-amry

Post on 15-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fk usakti

TRANSCRIPT

Kasus :Tuan Slamet 70 tahun, sesak napas

KELOMPOK 3

Anggota Kelompok

Apriesta A. Caroline 0302011039

Citra Arum Rezky O 0302011061

Ghea Irawan 0302012117

Karina P Dewata 0302012139

Nadya Yosvara 0302012183

Nalendra Tri W 0302012185

Putery Rizkia Amry 0302012213

Putri Milawati 0302012214

Rosmana Apolla P 0302012243

Rynaldi Rahman 0302012244

Vinny Alif Damara 0302012275

Yohanes Ardy S 0302012290

Laporan Kasus

Tuan Slamet 70 tahun berobat ke UGD malam hari, diantar oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas; sehari-hari tuan Slamet merasa lebih enak dengan bantal tinggi pada saat baring; jalan cepat harus berhenti karena sesak. Pernah berobat ke poliklinik dikatakan oleh dokter menderita tekanan darah tinggi dan sakit jantung; merasa sembuh obat tidak dimakan lagi.

Kata kunci: usia 70 tahun, sesak nafas, terbangun dari tidur, bantal tinggi saat baring, jalan cepat harus berhenti, tekanan darah tinggi, sakit jantung.

Terminologi

Usia 70 tahun: elderly (WHO), lansia (UU no. 13 th. 1998)

Sesak nafas ( dyspnea): Persepsi subjektif mengenai ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya.

Tekanan darah tinggi (JNC VII): Hipertensi stage I: S (140-159), D (90-99); Hipertensi stage II: S ( ≥160), D ( ≥100)

Mind Map

Tuan Slamet70 tahun

Sesak nafas

PPOK

Asma

Gagal Jantung Kiri

Orthopnea DOE PNDRiwayat penyakit dahulu: Hipertensi

Sakit jantung

Merasa sembuh

Obat tidak dimakan lagi

Analisis Masalah

Masalah Analisis masalah

Sesak napas •Gagal jantung kiri•Asma

Hipertensi •Herediter•Pola makan yang buruk (tinggi garam)•Kurang aktivitas fisik

Usia 70 tahun Penurunan fungsi

Sakit jantung Gagal jantung

Etiologi Sesak Nafas

PPOK

Asma

Pneumotoraks

Gagal Jantung

Gangguan fungsi pompa ventrikel kiri

Bendungan pada atrium

kiri

Bendungan paru (edema

paru)

Peningkatan tekanan diastol

ventrikel kiri

Penurunan curah jantung

kiri

Bendungan pada vena pulmonalis

Sesak nafas

Skema Terjadinya Sesak NafasPada Gagal Jantung

Orthopnea

Redistribusi darah dari

extremitas dan abdomen ke

pembuluh darah thoraksik

volume darah yang masuk ke

jantung semakin banyak

Jantung tidak dapat

mengkompensasi (memompa

keluar)

Sesak Napas

Paroxysmal Nocturnal Dyspnea

Gagal Jantung Kiri

Tidak Mampu mengimbangi

output Ventrikel Kanan

Kongesti Paru Sesak Napas

Patofisiologi

Hipertensi Gagal Jantung

Resistensi perifer tinggi Beban kerja jantung meningkat Hipertrofi sel otot jantung Volume ventrikel kiri menurun

Volume ventrikel menurun Pengisian ventrikel menurun Gagal jantung

Penegakan Diagnosis

Anamnesis tambahan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association (NYHA), umum dipakai untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik:

Klas I: tidak timbul gejala pada aktivitas sehari-hari, gejala akan timbul pada aktivitas yang

lebih berat dari aktivitas sehari-hari.

Klas II: gejala timbul pada aktivitas sehari-hari.

Klas III: gejala timbul pada aktivitas lebih ringan dari aktivitas sehari-hari.

Klas IV: gejala timbul pada saat istirahat

Informasi yang dibutuhkanRiwayat Penyakit

sekarang

•  Obat sebelumnya?

• Apakah pasien pernah mengalami nyeri dada?

• Bagaimana aktivitas pasien sehari– hari?

• Lokasi, durasi, kapan, dan apa ada posisi tertentu yang menimbulkan sesak?

• Apakah istirahat memperingan sakit?

• Apakah ada faktor yang memperberat penyakit?

• Apakah ada bunyi mengi? Untuk mengarah ke diagnosis asma

Riwayat Penyakit Dahulu 

• Apakah pasien pernah mengalami penyakit infeksi sebelumnya?

• Apakah memiliki riwayat asma?

Riwayat Penyakit Keluarga

• Apakah ada riwayat penyakit jantung di keluarga?

Riwayat Kebiasaan

• Apakah pasien sering mengkonsumsi alcohol dan rokok?

• Bagaimana pola diet pasien?

• Apakah pasien sering mengalami stress?

Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk menegakkan diagnosis gagal jantung

Kriteria mayor:

• 1. Paroxismal Nocturnal Dispneu

• 2. distensi vena leher• 3. ronkhi paru• 4.kardiomegaliedema

paru akut• 6. gallop S3• 7. peninggian tekanan

vena jugularis• 8. refluks

hepatojugular

Kriteria minor:

• 1. edema ekstremitas• 2. batuk malam hari• 3. dispneu de effort• 4. hepatomegali• 5. efusi pleura• 6. takikardi• 7. penurunan

kapasitas vital sepertiga dari normal

Kriteria mayor atau minor

• Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 5 hari setelah terapi

• Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor harus

• ada pada saat yang bersamaan.

Pemeriksaan Penunjang

EKG

Dapat menunjukkan keadaan yang mendasari gagal jantung kiri: AF dengan QRS rate yang cepat Pembesaran ruang jantung: LAH&LVH

Foto Toraks

Foto PA dan Lateral dapat memberikan informasi akan adanya gagal jantung: Bayangan Jantung (Heart Shadow)

Biasanya abnormal, terjadi pembesaran bayangn jantung akibat hipertrofi atau dilatasi tempat ruang-ruang jantung yang sakit

Kongesti Pulmonal Terdapat kongesti v. pulmonalis pada gagal jantung kiri

atau meningkatnya tekanan LA, misalnya pada MS A. pulmonalis melebar pada hipertensi pulmonal

Foto Toraks

Efusi Pleura Pada gagal jantung kronik disertai tekanan vena yang

meningkat akan tampak efusi pleura kecil/ sedikit pada kanan maupun kiri

Kalsifikasi Mungkin terjadi pada katup mitral, aorta, atau

perikardium

Aorta Apabila aorta dilatasi, kemungkinan akibat dari hipertensi,

AS, AR, dan aneurisma aorta.

Echocardiography

Spesifik dan sensitif untuk menilai meningkatnya massa ventrikel

Menentukan regurgitasi maupun stenosis dengan Doppler

Menetapkan gagal jantung diastolik yang biasanya terdapat pada hipertrofi ventrikel

Tata Laksana

Farmakologi :

1. Diuretik

2. ACE Inhibitor

3. ARB

4. Nitrat

5. Beta adrenergik blocker

6. Aldosteron antagonist

7. Digoxin

8. Anticoagulant

9. Inotropic

Tatalaksana awalMenempatkan penderita dengan posisi duduk dengan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi dengan masker.

Pemberian loop diuretic intravena seperti furosemid akan menyebabkan venodilatasi yang akan memperbaiki gejala walaupun belum ada diuresis. Dengan dosis awal 20-40 mg, dengan monitoring elektrolit, ureum, kreatinin, asam urat, Hb, Ht, dan eritrosit.

Opioid parenteral seperti morfin dapat menurunkan kecemasan, nyeri, dan stress, serta menurunkan kebutuhan oksigen. Opiat juga menurunkan preload dan tekanan pengisian ventrikel serta udem paru. Dosis pemberian 2-3 mg intravena.

Pemberian obat dari golongan ACE inhibitor (Captopril) dengan dosis 6,25 mg 2xsehari, kemudian titrasi beberapa hari. Efek ACE inhibitor adalah dilatasi arteriol,mengurangi aktivitas simpatik dan produksi noradrenalin, dan penurunan aldosteron berakibat sekresi Na dan retensi K.

Pemberian digoksin/digitalis untuk menambah kontraksi miokard baik kecepatan dan kekuatan kontraksi. Penggunaan digoksin dikombinasikan dengan diuretic dan ACE inhibitor pada pasien dengan atrial fibrilasi. Dosis untuk efek digitalisasi cepat 1- 1,5ug/hari (dosis rendah karena pasien lansia). Dilanjutkan dengan dosis pemeiharaan: 62,5-500ug/hari.Rawat inap atas indikasi NYHA kelas IV, diperlukan untuk mengontrol tanda vital pasien agar tidak mengalami perburukan.

Non – medika mentosa Edukasi pasien dan keluarga, menjelaskan bagaimana penyakit yang diderita

pasien.

Perubahan gaya hidup, seperti pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan pada obesitas.

Mematuhi Anjuran Gizi Seimbang pada lansia umur >60th : 1600kkal/ hari Karbohidrat 60% dari asupan keseluruhan/hari Protein 25% dari asupan keseluruhan/hari Lemak 15% dari asupan keseluruhan/hari Meningkatkan asupan vitamin, kalsium dan fosfor untuk menunjang

kesehatan tulang dan menghindari fakor resiko fraktur Mengkonsumsi makanan berserat; sayur-sayuran dan buah-buahan

sebanyak 250mg/hari Pembatasan asupan garam. Mengurangi konsumsi garam sampai kurang

dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida perharinya (dengan asupan kasium, kalium dan magnesium).

Anjuran untuk berolahraga karena memiliki efek positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohumoral.

Komplikasi

Gangguan Gastrointestinal

Anoreksia, nausea, vomiting, distensi abdomen, sakit perut. Gejala-gejala ini diakibatkan karena melebarnya vena akibat kongesti pada mukosa Gastrointestinal.

Stroke Hipertensi baik sistolik maupun diastolik merupakan faktor resiko dominan untuk terjadinya stroke baik hemoragik maupun non hemoragik.

Gagal Jantung Kongestif 

pada gagal jantung kiri kronik biasanya mengakibatkan gagal jantung kanan (akibat sekunder) yang dapat juga ditandai dengan peningkatan tekanan vena  jugularis, ascites, edema perifer yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang intersisiel.

Gagal ginjal Karena aliran darah ke ginjal kurang

Prognosis

Ad vitam : dubia ad malam

Ad fungtionam : ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

Daftar pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Ilmu Penyakit Dalam. 5thed. Jakarta : Interna Publishing; 2009.p.900-8.

2. Martono H.H, Pranarka K. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).4th ed. Jakarta: FKUI;2010.p.495-500

3. Snell RS. Clinical anatomy for medical student. 6th.ed. Jakarta:EGC.2006

4. Sherwood.L.Fisiologi manusia dari sel ke system.2nd ed.Jakarta:EGC.2001.p.266- 80