kasus bali nine

37
MAKALAH HUKUMAN MATI TERHADAP BALI NINE OLEH 1. Alicia Simanjuntak 2. Anastasia Cynthia 3. Emi Treini 4. Karen Savitri FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS PELITA HARAPAN TAHUN 2014

Upload: karen-sama

Post on 02-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

2009-2015

TRANSCRIPT

MAKALAHHUKUMAN MATI TERHADAP BALI NINE

OLEH1. Alicia Simanjuntak2. Anastasia Cynthia3. Emi Treini4. Karen SavitriFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONALUNIVERSITAS PELITA HARAPANTAHUN 2014

Dosen Pengajar : Kusman Sudarja

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.Adapun tujuan dengan dibuatnya makalah ini adalah sebagai tugas akhir mata kuliah BIPA.Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :1. Tuhan Yang Maha Esa2. Orang Tua3. Staff dan Dosen Universitas Pelita Harapan4. Dosen pembibing, Bapak Kusman Sudarja5. Teman teman Universitas Pelita HarapanPenulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dari segala sisi.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.Akhir kata, penulis berharap kiranya makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta kelak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari kedepannya.

Lippo Karawaci, 2015

Penulis

[Type text][Type text]DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.iDAFTAR ISI...iiABSTRAK.iii.BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang..................................................................................................11.2 Tujuan Penulisan...............................................................................................11.3 Perumusan Masalah...........................................................................................2BAB II KAJIAN TEORI2.1 Pengertian Eksekusi Mati..32.2 Latar Belakang Eksekusi Mati......42.3 Contoh-contoh Eksekusi Mati..5BAB III KASUS BALI NINE3.1 Kronologi...63.2 Posisi Australia Terhadap Eksekusi Mati Bali Nine...113.3 Posisi Indonesia Terhadap Eksekusi Mati Bali Nine.....13BAB IV PEMBAHASAN4.1 Eksekusi Mati Menurut Pandangan Sosiologi154.2 Eksekusi Mati Menurut Pandangan Kristen164.3 Efektifitas Eksekusi Mati di Indonesia17BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan..195.2 Penutup....19ABSTRAK

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata eksekusi, baik dalam media massa maupun media cetak. Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan mengenai eksekusi dan dampak bagi negara yang bersangkutan.Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda saat mendengar kata eksekusi, ada yang memandang secara negatif maupun ada pula yang memandang secara positif. Dengan adanya eksekusi, tidak hanya pihak yang dieksekusi mendapat pengaruhnya, tetapi orang disekitarnya pun juga terkena pengaruh. Dalam kasus Hubungan Internasional, eksekusi pun dapat berdampak pada hubungan negara yang bersangkutan. Di dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan mengenai kasus Bali Nine yang melibatkan negara kita, Indonesia dengan negara Australia. Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat lebih memahami mengenai dampak yang ditimbulkan dari kasus Bali Nine ini.

1.2 Tujuan PenilisanPada pembuatan makalah ini kiranya penulis memiliki beberapa tujuan :1. Tujuan Umum Agar pembaca dapat mengetahui dampak eksekusi mati bagi negara yang bersangkutan.2. Tujuan Khusus Menjelaskan pengertian eksekusi mati Menjelaskan latar belakang eksekusi mati Menjelaskan contoh-contoh eksekusi mati Menjelaskan kasus Bali Nine

1.3 Perumusan Masalah1. Apakah definisi dari eksekusi mati?2. Apakah latar belakang terjadinya eksekusi mati?3. Apakah contoh-contoh eksekusi mati?4. Apakah kronologi dan detail kasus Bali Nine?

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Eksekusi MatiEksekusi mati adalah salah satu sanksi dari pelanggaran hukum dimana si terdakwa dihukum mati oleh pemerintah. Walaupun hukuman mati sudah sangat jarang di dunia modern seperti saat ini, tetapi masih banyak negara yang melakukannya, yaitu Amerika Serikat. Meksiko, Cina, India, Jepang, negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur. Oleh karena itu, topik ini selalu membawa kontroversi di berbagai kalangan. Mereka yang pro eksekusi mati mengatakan bahwa negara memiliki hak atas nyawa seseorang bila ia membahayakan nyawa banyak orang, tetapi yang kontra mengatakan bahwa negara tidak punya hak untuk menghilangkan nyawa seseorang tanpa terkecuali. Ada banyak cara dalam melakukan eksekusi mati. Tiap negara memiliki metode kreatif dalam melakukannya. Contoh-contoh berikut ini adalah yang paling umum dilakukan, yaitu:1. Kursi elektrik: terdakwa didudukan di sebuah kursi dan dibuat sedemikian rupa supaya ia tidak dapat bergerak, lalu kursi akan dinyalakan dan akan mengalirkan aliran listrik yang mematikan.2. Suntik mati: terdakwa disuntikan cairan khusus yang dapat membuat kerusakan pada organ dalam terdakwa dan membunuhnya baik secara instan atau tidak instan.3. Penembakan: terdakwa diikat di tengah lapangan dan ditembak oleh beberapa penembak. Metode ini biasa diberlakukan di masa perang.4. Hukum gantung: leher terdakwa diikat sebuah tali dan ia akan dipaksa melompat atau dengan cara apapun sehingga terdakwa digantung. Kadang bila terdakwa terlalu berat dan talinya panjang, lehernya dapat sampai terputus.5. Hukum rajam: terdakwa dilempari batu sampai ia mati.6. Pemenggalan kepala: terdakwa dipenggal kepalanya menggunakan pedang, atau dengan sebuah mesin kuno bernama guillotine.7. Penyaliban: terdakwa dipaksa membawa salib yang berat dan besar keatas gunung sambil di cambuk oleh algojo, sampai diatas gunung kaki dan tangannya akan diikat diatas salib dan salib didirikan. Ketika sudah agak lama, kaki dan lambung terdakwa akan dipatahkan dan ditusuk sehingga ia meninggal.

2.2 Latar Belakang Eksekusi MatiEksekusi mati pertama kali ada pada abad ke-18 dalam Undang-undang Raja Hammaurabi di Babylon, yang menjadi sanksi dari 25 pelanggaran yang berbeda. Hukuman mati juga menjadi bagian dari Undang-undang Hittite pada abad ke-14; dan Undang-undang Draconian di Athena pada abad ketujuh; dan di Hukum Romawi pada abad kelima. Hukuman mati yang biasa diberlakukan pada jaman kuno adalah peyaliban, pemenggalan kepala, dan pembakaran hidup-hidup.Pada abad ke-10, hukum gantung merupakan sanksi yang umum terhadap masyarakat di Inggris. Di bawah Raja Henry VIII, sebanyak 72.000 orang dihukum mati. Situasi ini menjadi semakin parah dalam dua abad berikutnya. Pada tahun 1700an, sebanyak 222 pelanggaran mendapat hukuman mati sebagai sanksinya, termasuk mencuri, menebang pohon, dan merusak lobang kelinci. Keadaan ini kemudian menimbulkan era reformasi dalam hal undang-undang hukuman mati. Dari tahun 1823 sampai 1837, hukuman mati diberlakukan kepada 100 pelanggaran saja dari yang tadinya mencapai 222 pelanggaran.Namun ketika dunia memasuki abad ke-19, manusia mulai menyadari adanya hak asasi. Hal ini ditandai dengan disahkannya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) atau Deklarasi Hak Asasi Universal oleh PBB pada 10 Desember 1948. UDHR berisi tentang penghapusan perbudakan, rasisme, dan hal-hal yang menyangkut hak asasi lainnya termasuk hukuman mati.

2.3 Contoh Eksekusi Mati

1.Pada 18 Januari 2015, Kejaksaan Agung melaksanakan eksekusi mati terhadap enam terpidana mati kasus perdagangan narkoba. Keenam terpidana mati yakni , Marco Archer Cardoso Moreira warga negara Brasil , Rani Andriani warga negara Indonesia , Tran Thi Bich Hanh warga negara Vietnam, Namaona Denis warga negara Malawi , Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou warga negara Nigeria , dan Ang Kiem Soei alias Tommi Wijaya warga negara Belanda.

Dampak dari eksekusi mati tersebut, memburuknya hubungan diplomasi Indonesia dengan Brasil dan Belanda. Kedua negara tersebut menarik duta besarnya dari Indonesia untuk berkonsultasi dengan pemerintah di negera asalnya dan sebagai bentuk protes atas eksekusi mati kedua warga negara tersebut.

2.Menurut sejarah, hukuman mati telah dilakukan sejak tahun 399 SM (Sebelum Masehi). Saat itu, Socrates dijatuhi vonis hukuman mati oleh pengadilan Athena karena telah mengembangkan ajaran ateisme, tidak adanya kepercayaan terhadap Tuhan yang dinilai sesat.

3.Di Auburn, Amerika Serikat seorang pria bernama William Kemmler dijatuhi hukuman mati pada 6 Agustus 1890. William Kemmler adalah terpidana pertama di dunia yang dieksekusi mati meggunakan kursi listrik. Ia dijatuhi hukuman mati karena terbukti telah membunuh kekasihnya Matilde Ziegler menggunakan kapak.

4.Salah satu eksekusi mati yang menyita perhatian dunia internasional adalah eksekusi mati terhadap mantan Presiden Irak Saddam Husein pada 30 Desember 2006. Saddam Husein dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman gantung setelah terbukti bahwa ia memerintahkan pembunuhan, penyiksaan, dan pemenjaraan terhadap 148 pengikut Syiah yang sebelumnya berupaya membunuh Saddam Husein di kota Dujail pada tahun 1982.

5.Eksekusi mati terhadap ketiga terpidana mati kasus bom Bali I yakni Amrozi, Imam Samudera dan Mukhlas pada 9 November 2008 . Ketiganya terbukti menjadi dalang terjadinya tragedi bom Bali I pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 184 orang.

BAB IIIKASUS BALI NINE

3.1 KronologiTahun 2005 8-12 AprilPolisi Federal Australia memberikan informasi terhadap upaya penyelendupan narkoba ke pihak Indonesia. Mereka membiarkan pihak Indonesia untuk melakukan hal apapun yang dianggap perlu.

17 AprilTersangka Andrew Chan dan empat rekan persekongkolannya diamankan di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Rekan-rekan Andrew Chan antara lain adalah Scott Rush, Michael Czugaj, Renae Lawrence, dan Martin Stephens yang menyelundupkan 8,3 kilogram (kg) heroin. Rekan mereka yang lain diamankan di tempat terpisah ketika sedang mempersiapkan pengiriman kedua, yaitu di Kuta, mereka antara lain adalah Myuran Sukumaran, Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew Norman.

22 AprilKepolisian menyatakan bahwa Andrew Chan adalah dalang dari operasi penyelendupan ini.

26 AprilDua anggota Bali Nine mengaku bahwa mereka diancam dibunuh oleh Chan bila mereka menolak menyelundupkan obat-obatan terlarang tersebut.

27 AprilKepolisian Indonesia menyatakan kepada Bali Nine bahwa mereka telah menembak mati pemasok heroin terpercaya mereka yaitu warga Nepal bernama Mann Singh Gali.

27 SeptemberKejaksaan Tinggi Bali meninjau persoalan tersebut dan menyatakan bahwa Bali Nine bersalah atas kepemilikan dan perdangan obat-obat terlarang dengan ancaman hukuman maksimal eksekusi mati.

29 SeptemberPihak berwenang Australia menyatakan bahwa Kepolisian Australia berniat untuk berhenti bekerja sama dengan Kepolisian Indonesia karena adanya kemungkinan bahwa para pidana terancam hukuman mati.

7 OktoberPengacara anggota Bali Nine, Lawrence dan Rush tidak setuju bahwa Kepolisian Australia membeberkan informasi bahwa mereka berniat untuk berhenti bekerjasama dengan Kepolisian Indonesia dan menyatakan itu sebagai tindakan ilegal.

11 OktoberPersidangan kasus Bali Nine dimulai.

Tahun 2006 24 JanuariJaksa memvonis hukuman mati untuk Sukumaran.

26 JanuariJaksa memvonis Chan hukuman mati dengan cara mengirimnya ke regu tembak. Enam orang lainnya diancam hukuman seumur hidup, sedangkan Lawrence diancam hukuman kurungan 20 tahun.

13 FebruariLawrence dan Rush divonis hukuman seumur hidup.

14 FebruariChan dan Sukumaran divonis hukuman mati, sedangkan Stephens dan Czugaj mendapatkan hukuman kurungan penjara.

15 FebruariTan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew Norman dihukum penjara seumur hidup.

17 FebruariSeluruh anggota Bali Nine mengajukan banding atas hukuman yg ditentukan atas mereka.

26 AprilBanding atas Chan dan Sukumaran ditolak.

27 AprilBanding Lawrence, Czugaj, Nguyen, Chen dan Norman diterima dan hukuman kurungan mereka dikurangi menjadi 20 tahun saja, sedangkan banding Rush dan Stephens ditolak.

6 SeptemberJaksa mencabut kembali pengurangan hukuman untuk Rush, Nguyen, Chen dan Norman, menjadikan keempatnya tetap dihukum mati. Hukuman mati kembali berlaku atas Czugaj.

Tahun 2007 30 JanuariRush menolak hukuman matinya.

23 AprilPengacara Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew Norman juga mengajukan peninjauan kembali terhadap vonis hukuman mati mereka.

Tahun 2008 6 MaretHukuman mati untuk Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen dan Matthew Norman dikurangi menjadi penjara seumur hidup.

Tahun 2010 13 AprilRush muncul di pengadilan untuk mengajukan banding pada terakhir kalinya.

Tahun 2011 11 MeiBanding Rush diterima dan hukuman mati untuknya diringankan menjadi penjara seumur hidup.

17 JuniPengajuan peninjauan kembali Chan ditolak.

7 JuliPengajuan peninjauan kembali Sukumaran juga ditolak.

Tahun 2012 13 MeiChan mengajukan grasi (pengurangan hukuman) kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

9 JuliSukumaran ikut mengajukan grasi setelah Chan.

Tahun 2014 11 DesemberPresiden Jokowi menegaskan bahwa ia tidak akan memberikan grasi kepada pengedar narkoba.

Tahun 2015 4 FebruariPermintaan peninjauan kembali Chen dan Sukumaran ditolak.

8 FebruariPengacara duo Bali Nine pada sidang perdana menuduh hakim meminta suap untuk mengurangi hukuman klien mereka

20 MaretKejaksaan Agung tidak akan menetapkan tanggal eksekusi duo Bali Nine sampai semua proses hukum selesai. Hakim Ujang Abdullah mengatakan bahwa pembelaan terakhir akan didengar pada 1 April dan tanggal vonis akan ditetapkan setelah itu.

3.2 Posisi AustraliaPada tahun 1967, Ronald Ryan adalah orang terkahir yang dieksekusi di Australia. Saat ini, hukuman mati tidak beroperasi dalam yuridiksi Australia. Pemerintah Australia menyatakan perlawanan mereka terhadap kembalinya hukuman mati. Dalam menghadapi putusan hukuman yang dijatuhkan sehubung dengan kasus Bali Nine, Perdana Menteri Australia John Howard mengegaskan kembali sikap Australia terhadap hukuman, menyatakan bahwa Kami menentang hukuman mati pada umumnya dan mengambil pandangan bahwa Australia berhak untuk membuat representasi ketika hukuman mati dilakukan kepada orang Australia.Australia juga telah mengambil sikap menentang hukuman mati menggunakan hukum internasional. Komitmen Australia untuk menghapus hukuman mati juga dibuktikan dengan co-sponsor dari resolusi tahunan Komisi PBB Hak Asasi Manusia yang menyerukan semua negara untuk menghapuskan hukuman mati.Landasan hukum bagi hukuman mati dalam hukum internasional diabadikan dalam ICCPR, yang membahas hak asasi manusia. Indonesia meratifikasi perjanjian ini pada 23 Februari 2006. Akibatnya, perjanjian ini juga merupakan hukum bagi Indonesia, seperti yang ditunjukkan oleh kosep Pacta Sunt Servanda: Setiap perjanjian yang berlaku mengikiat para pihak dan harus dilakukan oleh mereka dalam itikad baik. Hal ini tertulis dalam Pasal 6(2) ICCPR bahwa Di negara-negara yang belum menghapus hukuman mati, hukuman mati dapat dijatuhkan hanya untuk kejahatan yang paling serius sesuai dengan hukum yang berlaku pada saat komisi kejatahanSebagai kesimpulan, tampaknya Indonesia tidak mempunyai banyak bukti untuk mendukung sikap bahwa kejahatan terkait narkoba jatuh di bawah istilah kejahatan yang paling serius ini berarti Indonesia telah melanggar Pasal 6(2) ICCPR.

3.3 Posisi IndonesiaSembilan warga Australia yang ditemukan memiliki apa yang diduga jumlah signifikan dari narkotika didakwa dengan pelanggaran Pasal (1)(a) dan 78(1)(b) UU 82 di Indonesia nomor 22 tahun 1997 Hukum Narkotika. Pemerintah Indonesia telah memberikan beberapa pembenaran untuk penggunaan hukuman mati dalam perdagangan narkotika dan argumen pemerintah dijelaskan dalam keputusan MKRI.Para ahli membuat beberapa argumen walaupun sebagian besar argumen mereka befokus pada efek dari penggunaan narkoba di Indonesia dan efek logistik penghapusan hukuman mati. Kesaksian MKRI, DPR memberikan pernyataan bahwa Kejahatan narkotika di Indonesia telah dikategorikan sebagai kejahatan serius, sehingga sangat tepat untuk menghukum kejahatan seperti itu dengan hukuman mati, dan bahwa UUD 1945 Pasal 28J (2) mencegah hak untuk hidup dari yang mutlak.Demikian pula, beberapa komentator berpendapat bahwa karena dampak narkotika pada semua pengguna dan masyarakat, narkotika dapat dipertimbangkan sebagai kejahatan paling serius di bawah ICCPR. Selain itu juga dapat menyatakan bahwa ICCPR dan perjanjian hak asasi manusia lainnya memiliki kekuatan mengikat yang sedikit dan tidak mengikat di pengadilan negeri. Terpisah dari DPR, pemerintah berpendapat bahwa kejahatan narkotika adalah Kejahatan terhadap kemanusiaan, bertujuuan membunuh dan menghancurkan manusia, perlahan tapi pasti. Oleh karena itu, pemerintah berpendapat, kejahatan narkotika harus dikategorikan sebagai salah satu kejahatan yang paling serius.Badan Narkotika Nasional (BNN) membahas MKRI sebagai pihak yang terkait secara langsung. Ahli BNN membahas hukum internasional, dengan alasan bahwa Konvensi Anti Peredaran Gelap Narkotika PBB dan Priskotropika, yang telah disetujui oleh mayoritas anggota PBB mengakui perdagangan narkkoba sebagai masalah internasional yang serius dan meninggalkan keparahan hukuman kepada masing-masing pihak. Dengan demikian, Indonesia memiliki keleluasaan untuk menggunakan hukuman mati untuk kejahatan tersebut.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hukuman Mati menurut Pandangan SosiologiMenurut ilmu sosiologi, masyarakat memiliki dua persepsi tentang hukuman mati. Pertama, masyarakat yang setuju, memiliki pandangan positif terhadap hukuman mati bahkan mendukung hukuman mati untuk diterapkan di negaranya. Masyarakat yang mendukung hukuman mati berpendapat bahwa hukuman mati diperlukan untuk memberikan efek jera sehingga tidak ada lagi orang yang mengulangi kejahatan serta untuk melindungi peradaban manusia dari orang-orang keji yang dapat merusak peradaban manusia. Secara mendalam, hukuman mati dijatuhkan kepada orang yang terbukti melakukan kejahatan yang berdampak besar dan membuat orang lain menderita. Tentu saja penjatuhan hukuman mati harus disertai dengan proses penyidikan yang benar sesuai dengan fakta, agar tidak terjadi kesalahan dalam penjatuhan vonis hukuman mati.Kedua, masyarakat yang tidak setuju, memiliki pandangan negatif terhadap hukuman mati dan menolak penerapan hukuman mati di negaranya. Masyarakat yang menolak hukuman mati berpendapat bahwa hukuman mati harus dihapuskan karena dianggap mendahului kehendak Tuhan dan melanggar Hak Asasi Manusia karena merampas hak untuk hidup dari seseorang. Terutama bagi masyarakat yang menganggap di jaman modern ini hukuman mati sudah terlalu kuno dan tidak dapat memberikan efek jera terhadap suatu kejahatan. Masyarakat yang menolak hukuman mati lebih mendukung penerapan hukuman penjara seumur hidup terhadap kejahatan yang berdampak besar dan membuat orang lain menderita.

4.2 Hukuman Mati menurut Pandangan KristenHukum Perjanjian Lama menyatakan bahwa hukuman mati harus divonis kepada mereka yang: membunuh (Keluaran 21:12), menculik (Keluaran 21:16), berhubungan seks dengan hewan (Keluaran 22:19), perzinahan (Imamat 20:10), homoseksual (Imamat 20:13), menjadi nabi palsu (Bilangan 13:5), melakukan prostitusi dan pemerkosaan (Bilangan 22:24), dan beberapa tindak kriminal lain. Ketika orang Farisi membawa seorang perempuan yang tertangkap basah melakukan prostitusi kepadan Yesus dan menanyakan pendapat-Nya bila perempuan itu harus dirajam, Yesus menjawab, Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu (Yohanes 8:7). Ayat ini jangan diinterpretasikan sebagai dasar bahwa Yesus menetang hukuman mati. Yesus pada saat itu hanya mengekspos kemunafikan orang Farisi. Orang Farisi mau memancing Yesus untuk melanggar hukum Perjanjian Lama; mereka tidak peduli terhadap perempuan sundal itu. Tuhan sendirilah yang memprakarsai hukuman mati: Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri. (Kejadian 9:6). Yesus juga mendukung hukuman mati dalam keadaan tertentu. Yesus juga menunjukkan anugrah ketika hukuman mati diberlakukan (Yohanes 8:1-11). Nabi Paulus sangat menyadari adanya kekuatan pemerintah untuk memberlakukan hukuman mati bila dirasa perlu (Roma 13:1-7).

Jadi, ada dua cara seorang Kristen memandang hukuman mati. Pertama, kita harus mengingat bahwa Tuhan sendirilah yang menyatakan diberlakukannya hukuman mati; oleh karena itu, kita tidak bisa mengasumsikan bahwa Ia tidak mendukung adanya hukuman mati. Tetapi kita harus tahu bahwa Tuhan juga Maha Pengampun, Ia sangat amat mengasihi manusia. Namun Ia juga bisa sangat marah kepada manusia, dan Tuhan memiliki cara-Nya tersendiri untuk menyeimbangkan kedua hal yang sangat bertentangan tersebut.Kedua, kita harus menyadari dan tahu bahwa Tuhan memberikan kuasa kepada penguasa/pemerintah untuk menghukum warganya yang tidak menaati peraturan karena sesungguhnya pemerintah adalah utusan Allah di bumi untuk menertibkan dan menghukum manusia (Roma 13:1-11).

4.3 Efektifitas Hukuman Mati di IndonesiaDalam hukum Indonesia, eksekusi mati dilakukan oleh regu tembak. Indonesia telah menjatuhkan hukuman mati terhadap kejahatan berdampak besar seperti terorisme, pembunuhan berantai, dan perdagangan narkoba. Sejauh ini , berdasarkan data Kejaksaan Agung, sejak tahun 1979 sampai tahun 2015 Indonesia telah mengeksekusi mati 66 terpidana mati dan saat ini 137 terpidana mati masih menunggu untuk dieksekusi.Dari 137 terpidana mati yang menunggu untuk dieksekusi, 70 orang terkait kasus pembunuhan dan perampokan, 64 orang terkait kasus perdagangan narkoba dan 2 orang terkait kasus terorisme. Berdasarkan fakta yang ada, hukuman mati terbukti tidak efektif dalam memberikan efek jera terhadap suatu kejahatan dan tidak dapat mengurangi kejahatan berdampak besar di Indonesia. Sebaliknya, kasus pembunuhan keji seperti mutilasi dan perdagangan narkoba justru semakin marak terjadi di Indonesia.Mayoritas terpidana mati di Indonesia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Bahkan, kasus salah vonis hukuman mati juga terjadi di Indonesia. Hal inilah yang membuat hukuman mati lebih kontroversial bukan efektif. Beberapa pihak menolak penerapan hukuman mati karena Indonesia dinilai belum memiliki pelaksanaan hukum yang jelas. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berpendapat bahwa hukuman mati tidak ada hubungannya dengan pemberian efek jera terhadap suatu kejahatan. Oleh karena itu hukuman mati harus dihapuskan.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanDengan makalah ini, penulis menjelaskan mengenai pengertian eksekusi mati, pendapat pihak yang bersangkutan, serta pengertian berdasarkan sudut pandang yang berbeda.Bersamaan dengan terlampirnya makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pihak-pihak yang menyetujui dan tidak menyetujui eksekusi mati, berikut dengan alasan mereka. Alasan mereka menyetujui eksekusi mati adalah karena pelaku telah membahayakan warga negara Indonesia, bahkan hingga menyebabkan kematian dalam jumlah korban yang besar. Tetapi, hal ini berbeda dengan alasan pihak yang tidak menyetujui eksekusi mati. Mereka beranggapan bahwa, eksekusi mati telah menentang Hak Asasi Manusia yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa setiap manusia berhak untuk hidup, dan orang lain tidak dapat mengambilnya selain Tuhan.

5.2 SaranSetelah mengetahui dampak dari melakukan kejahatan, penulis dapat memberi saran bahwa sebagai warga negara Indonesia yang baik dan benar, kita seharusnya tidak melakukan tindak kejahatan yang membahayakan baik Indonesia maupun negara lain, karena dapat menimbulkan kerugian baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak yang bersangkutan dalam jangkauan yang lebih luas. Seharusnya, kita harus melindungi negara kita dari ancaman dari dalam, maupun dari luar.

[Type text][Type text]